• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bangunan Air BAB 1 dan BAB 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bangunan Air BAB 1 dan BAB 2"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tugas besar ini dengan sebaik-baiknya. Laporan tugas besar SI-4231 Bangunan Air ini dibuat sebagai syarat kelulusan mata kuliah SI-4231 Bangunan Air, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Laporan tugas besar ini merupakan laporan yang berisi proses dan hasil aplikasi dari mata kuliah SI-4231 Bangunan Air yang telah dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 oleh mahasiswa Program Studi Teknik Sipil angkatan 2012.

Proses penyelesaian laporan tugas besar ini tidak terlepas dari berbagai kendala. Kesibukan penulis dalam berbagai kegiatan akademik dan non-akademik merupakan salah satu kendala yang utama. Akan tetapi, dengan semangat dan selalu memberikan usaha yang terbaik, penulis dapat mengatasi berbagai kendala-kendala tersebut.

Penyelesaian laporan tugas besar ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang senantiasa membantu, mendukung, serta memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam berbagai bentuk. Sehingga, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orangtua yang selalu mendoakan serta memberikan dukungannya dalam proses penyelesaian laporan tugas besar ini.

2. Dosen mata kuliah SI-4231 Bangunan Air, yaitu Bapak Dr. Ir. Sri Legowo Wignyo Darsono, M.Sc. dan Prof. Ir. Indratmo Sukarno, M.Sc., Ph.D. yang

|

Tugas Besar Bangunan Air Daerah Aliran Sungai Ciujung 2015

(2)

telah memberikan bantuan kepada penulis dalam pembuatan laporan tugas besar ini.

3. Asisten tugas besar mata kuliah SI-4231 Bangunan Air.

4. Teman-teman penulis yang selalu memberi bantuan dan semangat kepada penulis selama proses pembuatan laporan tugas besar ini.

Penulis menyadari bahwa laporan tugas besar ini masih belum sempurna, baik dari segi isi dan metode penulisan. Oleh karena itu, penulis tetap mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian apabila memang masih terdapat kesalahan dalam penulisan laporan tugas besar SI-4231 Bangunan Air ini. Terakhir, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembaca dan semoga laporan tugas besar ini bermanfaat.

Tugas Besar Bangunan Air Daerah Aliran Sungai Ciujung 2015

(3)

DAFTAR ISI

| C o n f i d e n t i a l

Tugas Besar Bangunan Air Daerah Aliran Sungai Ciujung 2015

(4)

DAFTAR TABEL

| C o n f i d e n t i a l

Tugas Besar Bangunan Air Daerah Aliran Sungai Ciujung 2015

(5)

DAFTAR GAMBAR

| C o n f i d e n t i a l

Tugas Besar Bangunan Air Daerah Aliran Sungai Ciujung 2015

(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup. Tanaman menggunakan air untuk bertahan hidup, seperti halnya manusia. Indonesia memiliki tanah yang subur serta iklim yang mempunyai pola basah-kering menjadikannya sangat tepat untuk ditanami berbagai jenis tanaman pangan. Diperlukan lahan khusus seperti persawahan agar tanaman-tanaman pangan tersebut dapat tumbuh dengan baik. Maka diperlukan suatu bentuk rekayasa yang baik sehingga seperti apapun lahan yang tersedia, produksi pangan tetap dapat dilakukan dengan kualitas yang tinggi.

Irigasi adalah faktor yang sangat menentukan dalam merekayasa lahan pertanian. Pada mulanya kegiatan irigasi hanya sebatas mengairi lahan dengan air saja tanpa mempedulikan berapa air yang sebenarnya dibutuhkan oleh lahan dan tanaman. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem pengaturan air irigasi yang baik dan tepat guna. Dalam perencanaan sistem pengaturan air irigasi dibutuhkan perencanaan struktur bangunan air. Bangunan yang akan dirancang dalam laporan ini adalah bendung. Bangunan tersebut berfungsi untuk meninggikan muka air agar dapat mengalirkan air menuju jaringan saluran irigasi agar dapat dipakai guna keperluan irigasi, kebutuhan air minum dan pembangkit listrik tenaga air.

1.2 Tujuan

Perencanaan bangunan air memiliki beberapa tujuan yaitu:

1. Mendesain konstruksi bendung beserta bangunan pendukungnya pada wilayah aliran Sungai Ciujung, Kabupaten Serang, Banten.

(7)

3. Menggambar rencana bendung beserta bangunan pendukungnya untuk merancang suatu bangunan air di suatu daerah.

4. Sebagai syarat kelulusan mata kuliah SI-4231 Bangunan Air.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang digunakan dalam pembahasan laporan ini adalah Konsep Bangunan Air, yang terdiri dari :

1. Teori Hidrologi

Teori-teori hidrologi digunakan dalam melakukan analisis data hidrologi dan klimatologi serta menentukan debit rencana di wilayah studi.

2. Teori Perencanaan Bangunan Air

Teori mengenai merencanakan dan merancang suatu bangunan air secara detail.

3. Teori Perencanaan Stabilitas Bendung

Teori mengenai memperhitungkan stabilitas bendung terhadap gaya-gaya yang timbul di dalam tanah, tekanan air, gempa dan gaya berat bendung.

1.4 Lokasi Studi

(8)

Gambar 1. 1 Sungai Ciujung

Pada perencanaan daerah irigasi, DAS yang dimaksud bukan DAS Sungai Ciujung secara keseluruhan, melainkan hanya DAS yang tercakupi dalam wilayah irigasi Sungai Ciujung tersebut. Titik outlet dari DAS tersebut adalah titik lokasi dimana bendung akan dibangun. Berikut ini adalah DAS wilayah irigasi Sungai Ciujung:

(9)

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan tugas besar ini terbagi menjadi lima bab. Masing-masing bab dibagi-bagi kembali menjadi beberapa sub-bab. Berikut ini adalah sistematika penulisan dari tugas besar SI-SI-4231 Bangunan Air.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, lokasi studi, dan sistematika penulisan.

BAB II ANALISIS DATA

Bab kedua merupakan perhitungan debit bajir rencana. Bab ini mencakup pemahaman tentang data-data hidrologi dan hidrometri yang berasal dari perencanaan sistem irigasi Sungai Ciujung, menganalisis hidrologi, dan perhitungan debit banjir rencana dan pemilihan debit banjir rencana.

BAB III

Bab ketiga berisi tentang perencanaan dan perhitungan konstruksi bendung. Bab ini mencakup tentang data-data perencanaan dan perhitungan perencanaan hidrolis bendung.

BAB IV

Bab keempat membahas tentang perhitungan perencanaan stabilitas bendung. Bab ini berisi tentang perhitungan gaya berat tubuh bendung, gaya gempa, gaya hidrostatis, gaya tekanan lumpur, dan gaya angkat serta resume perhitungan stabilitas bendung dan perhitungan kontrol stabilitas.

BAB V

(10)

BAB II

ANALISIS DATA

2.1 Data Hidrologi dan Hidrometri

2.1.1 Data Curah Hujan di Lokasi Studi

Pada perencanaan sistem irigasi di daerah aliran Sungai Ciujung, digunakan data hujan dari 3 stasiun pengukuran hujan. Ketiga stasiun pengukuran hujan tersebut adalah:

1. Stasiun no. 26, Bantarkawung, ketinggian 61 m

2. Stasiun no. 32, Sokogelap, ketinggian 250 m

3. Stasiun no. 9, Nambo, ketinggian 46 m

Berikut ini adalah data hujan dari keempat buah stasiun pengukuran hujan tersebut selama 10 tahun dari tahun 1974 hingga 1983:

(11)

Tabel 2. 2 Data Hujan Stasiun Pengukuran Bantarkawung (26)

Tabel 2. 3 Data Hujan Stasiun PengukuranSokogelap (32)

2.1.2 Pengisian Curah Hujan

Dalam memperhitungkan data curah hujan yang hilang digunakan metode rasional. Metode tersebut dirumuskan sebagai berikut.

R1=

(

´ R1× R2

´ R2

+R´1× R3 ´ R3

+

)

n Dimana,

R1 = Data hujan yang hilang pada stasiun 1 yang diperkirakan ´

R1,R´2,R´3, = Hujan tahunan rata-rata pada masing-masing stasiun

(12)

n = Jumlah stasiun selain pada stasiun dimana data hujan hilang Contoh perhitungan data hujan yang hilang pada tahun 1980 di Nambo pada bulan Januari sebagai berikut.

R1 = Data hujan yang hilang pada stasiun Nambo ´

R1 , R´2,R´3 = Hujan tahunan rata-rata pada stasiun Nambo, Pasar Baru, dan

Sokogelep

R2, R3, = Data hujan pada stasiun Bantarkawungdan Sokogelep n = Jumlah stasiun, 2

Contoh Perhitungan

Menentukan data yang hilang dengan Metode Reciprocal pada Stasiun Nambo bulan Mei tahun 1973.

Rumus:

(13)

Nilai skala diperoleh dengan cara mengukur luas area peta dengan AutoCAD 2013. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memasukkan file gambar peta dari WMS 8.1 ke dalam AutoCAD 2013. Setelah itu dengan menggunakan tools line, buat jiplakan yang sesuai dengan gambar peta tersebut. Hitung luas area dengan tools measure. Setelah didapat nilai luas area, kalikan dengan luas asli DAS sehingga didapatkan skala kuadrat. Akarkan nilai tersebut untuk menentukan nilai skala.

Jarak Asli=Jarak Antarstasiun× skala=2,4107×2,14=7,20km

Rx=

(

Maka hasil perhitungan data hujan yang hilang pada tabel berikut:

(14)

Tabel 2. 5 Data Curah Hujan Stasiun Bantarkawungyang Telah Dilengkapi

Tabel 2. 6 Data Curah Hujan Stasiun Sokogelep yang Telah Dilengkapi

2.1.3 Data Daerah Aliran Sungai (DAS)

(15)

Gambar 2. 1 Luas DAS Ciujung

2.2 Analisa Hidrologi

2.2.1 Hujan Rata-Rata Wilayah a. Metode Aritmatika

Metode perhitungan rata-rata Aritmatik (arithmatic mean) adalah cara yang paling sederhana. Metode ini bisanya digunakan untuk daerah yang datar, dengan jumlah pos curah hujan yang cukup banyak dan dengan anggapan bahwa curah hujan di daerah tersebut cenderung bersifat seragam (uniformdistribution). Curah hujan daerah metode rata-rata aljabar dihitung dengan persamaan berikut.

d=d1+d2+d3++dn n =

i=1

n d

i

n Dimana,

d = Tinggi curah hujan rata-rata (mm) n = Jumlah stasiun pengukuran hujan

d1…dn = Besarnya curah hujan yang tercatat pada masing-masing stasiun (mm)

b. Metode Thiessen

(16)

hujan stasiun menjadi hujan daerah yang bersangkutan. Caranya adalah dengan memplot letak stasiun-stasiun curah hujan ke dalam gambar DAS yang bersangkutan. Kemudian dibuat garis penghubung di antara masing-masing stasiun dan ditarik garis sumbu tegak lurus.

Cara ini merupakan cara terbaik dan paling banyak digunakan walau masih memiliki kekurangan karena tidak memasukkan pengaruh topografi. Metode ini dapat digunakan apabila pos hujan tidak banyak. Curah hujan daerah metode poligon Thiessen dihitung dengan persamaan berikut.

d=A1d1+A2d2+A3d3++Andn A1+A2+A3++An =

i=1

n A

i×di

Ai

Dimana,

d = Curah hujan daerah (mm)

A1-An = Luas daerah pengaruh tiap-tiap stasiun ke n (mm)

d1-dn = Curah hujan yang tercatat di stasiun 1 sampai stasiun ke n (mm)

Gambar 2. 2 Metode Poligon Thiessen

c. Metode Isohyet

(17)

d= d0+d1

2 A1+

d1+d2

2 A2++

dn1+dn 2 An

A1+A2++An

=

i=1

n

di1+di 2 Ai

Ai

Dimana,

d = Curah hujan rata-rata areal (mm)

A1…An = Luas daerah untuk ketinggian curah hujan Isohyet yang berdekatan (km2) d1…dn = Curah hujan di garis Isohyet (mm)

Gambar 2. 3 Metode Poligon Isohyet

(18)

 Metode Aritmatik

Tabel 2. 7 Curah Hujan Rerata dengan Metode Aritmatika

Tabel 2. 8 Hasil Pengecekan Error pada Metode Aritmatika

Contoh Perhitungan

Perhitungan curah hujan bulanan rata-rata dengan metode aritmatika pada bulan Januari tahun 1973.

Rh=1

3(Ha+Hb+Hc)= 1

3(424+518+614)=518,67mm

Perhitungan galat

d=

|R−R1| R1 +

|R−R2| R2 +

|R−R3| R3 3

¿

|518,67−424|

424 +

|518,67−518|

518 +

|518,67−614| 614

(19)

 Metode Thiessen

Tabel 2. 9 Curah Hujan Rerata dengan Metode Thiessen

Tabel 2. 10 Hasil Pengecekan Error pada Metode Poligon Thiessen

Contoh Perhitungan

Perhitungan curah hujan bulanan rata-rata dengan metode thiesen pada bulan Januari tahun 1973.

1. Menghitung luas masing-masing daerah

(20)

Luas Asli Tiap Daerah=Luas × Luas Asli DAS

Luas Total =2,06×

41,93km2

9,15 =9,43km

2

2. Perhitungan metode poligon thiesen

Rh=Ha . La+Hb . Lb+Hc . Lc

Ltotal =

9,43×424+18,49×518+14,01×614

348,81 =528,95mm

Perhitungan galat

Nilai galat yang diperoleh dari kedua metode tersebut adalah:

a. Metode Aritmatika : 6.78

b. Metode Poligon Thiesen : 6,15

(21)

2.2.2 Curah Hujan Maksimum

Untuk analisis frekuensi curah hujan maksimum, dapat digunakan pedekatan melalui distribusi Gumbel dan Log Pearson III. Distribusi yang dianjurkan tersebut merupakan suatu sarana untuk menilai harga – harga ekstrem tersebut terhadap frekuensi kejadiannya. Distribusi yang diterapkan adalah yang paling cocok yaitu, memiliki nilai simpangan (error) paling kecil.

Curah hujan maksimum diperoleh dari nilai yang tertera pada kolom kedua dari terakhir pada buku biru. Nilai curah hujan maksimum yang dicatat adalah nilai curah hujan maksimum dari stasiun-stasiun yang digunakan pada perhitungan sebelumnya. Stasiun tersebut adalah:

a. Stasiun Nambo (Rmax 1)

b. Stasiun Bantarkawung (Rmax 2)

c. Stasiun Sokogelep (Rmax 3)

Curah hujan yang akan digunakan pada perhitungan berikutnya adalah curah hujan rerata (Rmax rerata) yang diperoleh dengan menggunakan Metode Thiessen. Berikut adalah tabel nilai curah hujan maksimum dari tiap stasiun dan nilai rata-ratanya. Metode Thiessen adalah metode yang digunakan karena mempunyai error paling kecil.

(22)

a. Metode Gumbel

Distribusi Gumbel umumnya digunakan untuk analisis data ekstrem, misalnya untuk analisis frekuensi banjir. Formulasi Weibull biasa digunakan untuk probabilitas terlampaui, p, sebagai berikut.

Dimana,

m = posisi dalam ranking (besar ke kecil) N = jumlah data

Hubungan periode ulang dan probabilitas terlampaui dinyatakan dengan persamaan berikut.

Dimana,

p = probabilitas terlampaui X = besaran yang ditinjau

XT = harga X dengan periode ulang Tr Pr(X≥XT) = probabilitas harga XT dilampaui Tr = periode ulang (tahun)

(23)

Persamaan dapat diubah ke dalam bentuk berikut.

xT = hujan rencana untuk periode ulang T x = rata-rata dari data pengamatan S = deviasi standar

K = faktor frekuensi

Faktor frekuensi, KT pada persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai berikut.

Menentukan nilai rerror menggunakan rumus berikut.

Maka didapat hasil perhitungan dari Distribusi Gumbel dalam tabel berikut. Tabel 2. 12 Perhitungan RT dengan Metode Gumbel

xTx+KTS

KT=−

6

π

{

0 .5772+ln

[

ln

(

Tr

Tr−1

)

]

}

δ=

i=1 N

(

Rmax(teori)Rmax(data)

)

2

(24)

Contoh Perhitungan:

Perhitungan dilakukan untuk data ke-1

1. Menentukan rata-rata (µ) dan standar deviasi (S)

Xratarata=

3. Menentukan Periode Ulang (Tr)

(25)

b. Metode Log Pearson III

Formulasi Weibull biasa digunakan untuk probabilitas terlampaui, p, sebagai berikut:

Dimana,

m = posisi dalam ranking (besar ke kecil) N = jumlah data

Hubungan periode ulang dan probabilitas terlampaui dinyatakan dengan persamaan:

Dimana,

p = probabilitas terlampaui X = besaran yang ditinjau

XT = harga X dengan periode ulang Tr Pr(X≥XT) = probabilitas harga XT dilampaui Tr = periode ulang (tahun)

Fungsi kerapatan Log Normal sebagai berikut.

dimana:

µn = rata-rata untuk y = log x σn = standar deviasi untuk y = log x

Persamaan diatas dapat disederhanakan dalam bentuk persamaan:

Untuk mendapatkan model distribusi utk penentuan harga variabel dapat dilakukan dengan langkah2 yang sama dengan Log Pearson Type III, dengan koefisien asimetri, Cs = 0. Penentuan harga KT pada distribusi log normal dapat menggunakan persamaan KT pada distribusi normal.

Faktor frekuensi, KT pada persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai

(26)

Nilai KT berkenaan dengan probabilitas terlampaui p (p=1/T) yang dapat dihitung dengan menentukan nilai tengah variabel w sebagai berikut.

Selanjutnya KT dapat ditentukan dengan pendekatan

z=w− 2,515517+0,802853× w+0,010328× w

2

1+1,432788× w+0,189269× w2+0,001308× w3

KT=z+

(

z2

−1

)

k+(z

3

−6z)× k2 3 −

(

z

2

−1

)

k3

+z k4

+k

5

3 Menentukan nilai rerror menggunakan rumus

Tabel 2. 13 Perhitungan RT dengan Metode Log Pearson III

Contoh Perhitungan:

δ=

i=1 N

(

Rmax(teori)Rmax(data)

)

2

(27)

Perhitungan dilakukan untuk data ke-1

1. Menentukan rata-rata (µ), standar deviasi (S), dan skewness coefficient (Cs)

µlogR=

3. Menentukan Periode Ulang (Tr)

(28)

5. z

9. Menentukan nilai RT

RT=10logRT=102,18=152,86

(29)

Tabel 2. 14 Perhitungan Galat (koreksi)

C ontoh Perhitungan:

Perhitugan dilakukan untuk data ke-1 metode Log Pearson tipeIII

1. Persamaan umum

δ=

i=1

n

(

Rmax ⁡(teori)−Rmx(data)

)

2

n−1

2. Perhitungan

152,86−155,01 ¿

δ=

(¿¿2+(147,79−146,76)

2

+)2

10−1 =3,72

Dari hasil perhitungan didapat bahwa metode yang lebih sesuai adalah metode Log Pearson tipe III, dimana memberikan nilai rata-rata error relatif terkecil yaitu 3,72 < 11,46 (Gumbel).

Dipilihlah Distribusi Log Pearson Type III sebagai distribusi untuk menentukan curah hujan maksimum rencana.

(30)

Dengan distribusi Log Pearson III, curah hujan banjir periode ulang 100 tahun dapat ditentukan dengan rumus berikut.

logRt=logR+Slog x Kt

Keterangan :

Log Rt = Curah hujan banjir dalam bentuk logaritma

Log R = Curah hujan rata-rata dalam bentuk logaritma

S log = Standar deviasi dalam bentuk logaritma

Kt = Sebuah konstanta yang bergantung pada koefisien Skewness dan tahun rencana

Berikut ini adalah tabel perhitungan curah hujan rencana dengan periode ulang 100 tahun.

Tabel 2.28 Curah Hujan Rencana dengan Periode Ulang 100 Tahun

1. Menentukan rata-rata (µ), standar deviasi (S), dan skewness coefficient (Cs)

µlogR=

i=1

n

xilogR

(31)

slogR=

3. Menentukan Periode Ulang (Tr)

(32)

8. Persamaan umum

K

(¿¿T × SlogR)=2,13+(1,75×0,05)=2,21

logRT=µlogR+¿

9. Menentukan nilai RT

RT=10 logRT

=102,21=162,63mm

2.3 Perhitungan debit banjir rencana

Debit banjir rencana dihitung berdasarkan debit yang diperoleh dari pembuatan HSS dengan Snyder. Hidrograf satuan didefinisikan sebagai direct run off hydrograph (DRH) yang dihasilkan dari satu unit kedalaman (1 cm) dari rainfall excess yang tersebar merata sepanjang DAS dalam durasi tertentu. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Sherman pada tahun 1932.

Untuk mendapatkan hidrograf satuan pada suatu DAS, informasi detail mengenai hujan dan hasil hidrograf banjir dibutuhkan. Akan tetapi, informasi tersebut tidak tersedia pada semua lokasi. Untuk membuat hidrograf pada suatu DAS yang tidak tersedia data hujan dan hidrograf banjirnya, persamaan empiris dapat digunakan berdasarkan karakteristik DAS di lokasi terkait. Hidrograf yang didapat dari hasil perhitungan tersebut adalah hidrograf satuan sintetik. Menurut definisi hidrograf satuan sintetis adalah hidrograf limpasan langsung (tanpa aliran dasar) yang tercatat di ujung hilir DAS yang ditimbulkan oleh hujan efektif sebesar satu satuan (1 mm, 1 cm, atau 1 inchi) yang terjadi secara merata di seluruh DAS dengan intensitas tetap dalam suatu satuan waktu (misal 1 jam) tertentu (Subramanya, 1984; Ramírez, 2000, Triatmojo, 2008). Beberapa asumsi dalam penggunaan hidrograf satuan adalah sebagai berikut:

(33)

2. Hujan efektif terdistribusi secara merata pada seluruh DAS. Dengan anggapan ini maka hidrograf satuan tidak berlaku untuk DAS yang sangat luas, karena sulit untuk mendapatkan hujan merata di seluruh DAS.

Perhitungan HSS (hidrograf satuan sintetis) pada Tugas Besar ini dilakukan dengan Metode Snyder.

Input:

L : 22,0557 km

Lc : 7,3574 km

(34)

Output:

Hidrograf satuan untuk hujan dengan durasi 1 jam (tR) dan kedalaman run-off 1 cm. Berikut adalah langkah perhitungan yang harus dilakukan untuk mendapatkan hidrograf satuan

26170m =0,00092

Dari elevasi titik outlet sebesar 190 m dan elevasi pada titik akhir sungai sebesar 214 m, diperoleh slope sebesar 0,00092. Karena nilai slope yang diperoleh adalah sebesar 0,00092, dipilih nilai Ct sebesar 2,2.

2. Menghitung durasi hujan secara teori

tr=

tL 5,5=

7,60

5,5 =1,38jam

3. Melakukan penyesuaian apabila tR tidak sama dengan tr

tPL=tL+0,25×

(

tRtr

)

=7,60+0,25×(1−1,38)=7,50jam 4. Menghitung debit puncak per satuan luas (m3/(s.km2))

qP=

(35)
(36)

5. Menghitung debit puncak

Qp=A × qP=0,22×348,81=76,74m

3

s

6. Menghitung time-base

tb=C3 qP

=5,56

0,22=25,27jam

Keterangan:

C3 : 5,56

7. Menghitung lebar UH (UH width) saat 0,75Qp dan 0,5Qp

w50= Cw q1.08=

2,14

0,221.08=10,98

w75= Cw q1.08=

1,22

0,221.08=6,26

Keterangan:

CW,50 : 2,14

CW,75 : 1,22

8. Gambar Hidrograf Satuan Sintetis

Tabel 2. 15 Tabel t vs Q

(37)

Gambar 2. 4 Kurva Hidrograf Satuan Sintetis

Selanjutnya kurva hidrograf satuan sintetis di atas diregresikan agar bisa tentukan besar debit tiap jam. Pada gambar dibawah ini terlihat kurva hidrograf satuan sintetis yang telah diregresikan.

Gambar 6.5 Kurva Hidrograf Satuan Sintetis dengan Regresi

(38)

waktu 1 jam. Berikut ini adalah hasil perhitungan nilai debit yang terjadi dalam selang waktu 1 jam.

Tabel 2. 16 Tabel t vs Q dengan Selang Waktu 1 Jam

Perhitungan Hidrograf Berdasarkan Curah Hujan Rencana

Curah hujan rencana yang digunakan adalah curah hujan rencana dengan periode ulang 100 tahun sebesar 162,63 mm/hari

Periode Ulang 100 Tahun

1. Menghitung curah hujan efektif untuk periode ulang 100 tahun

(39)

Pefektif=PEi

Keterangan:

P10 : 162,63 mm/4 jam

E : 3,64 mm/hari = 0,606 mm/4jam

i :

i=ws ×if=

(

P10E

)

×if=

(

162,63−3,64×4

24

)

×0,9=145,82 mm 4 jam

Besar if sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan pada Tugas Besar Rekayasa Hidrologi, yaitu sebesar 0,9.

Berdasarkan perhitungan yang telah diketahui di atas, diperoleh nilai Pefektif sebesar:

Pefektif=1 62,63−0,606−145,82=13,17mm/4jam

(40)

Tabel 2. 17 Tabel Perhitungan Debit untuk Periode Ulang 100 Tahun

(41)

Gambar 2. 5 Kurva Hidrograf untuk Periode Ulang 100 Tahun

Gambar

Gambar 1. 2 Lokasi Bendung
Tabel 2. 1 Data Hujan Stasiun Pengukuran Nambo (9)
Tabel 2. 2 Data Hujan Stasiun Pengukuran Bantarkawung (26)
Tabel 2. 4 Data Curah Hujan Stasiun Nambo yang Telah Dilengkapi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya buku ini diharapkan dapat menjadi satu media informasi yang menarik bagi anak sehingga dapat mengenalkan dan menginspirasi mereka tentang olahraga bola

Sebagai pelaksanaan amanat Pasal 3 UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM), selama 2014 OJK telah melakukan pengawasan terhadap kegiatan pasar modal berupa

memperbandingkan nilai mata uang negara satu dengan negara lainnya. Di dalam perekonomian, nilai tukar mata uang merupakan suatu indikator yang nyata, yang dapat

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi Tahun 2010 15 konstan 2000 didapat dengan cara mendeflate nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dengan indeks harga

wilayahnya masing-masing sedangkan tugas administrator adalah memasukkan data indikator pemantauan, memasukkan data target cakupan tiap indikator per tahun yang telah

- Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Komunikasi dan Informatika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku.. 2.6

Pencarian daerah-daerah yang mempunyai potensi industri wisata berbasis web di Kota Bandar Lampung dapat dilakukan dengan memasukkan suatu kata kunci berupa produk industri wisata