• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS Being A Better Future Teacher G

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS Being A Better Future Teacher G"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS

Being A Better Future Teacher

Guru Masa Depan

Mata Kuliah Pembelajaran PKN Kelas Rendah

Dosen Pengampu: Nunu Nur Firdaus, M.Pd

OLEH

Rossi Wulansari

NIM : 156223152

PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

STKIP MUHAMMADIYAH KUNINGAN

(2)

Tugas analisis Being A Better Future Teacher Guru Masa Depan being the futere teacher yang di tulis artikel oleh pak nunu dalam lyceum. Tertulis sekolah tinggi mencetak guru-guru yang berkualitas namun nyatanya pendidikan bukan malah meningkat, namun pendidikan semakin merosot.

Karena karakter anak bangsa yang semakin merosot, diantaranya norma kesopanan yang mulai luntur, tandanya dengan bebasnya anak didik berbicara kepada guru, bahkan sampai ada murid yang memanggil guru dengan panggilan “brow”.(Nana Sutarna-lyceum).

Itu disebabkan karena norma kesopanan yang sudah tidak dipakai dalam sebuah pembelajaran dan makin lama akan menghilang. Sebelum kita berbicara lebih jauh kita harus tahu, apasih norma kesopanan itu.

Norma kesopanan adalah peraturan hidup yang timbul karena pergaulan masyarakat dan diikuti atau di taati manusia lain sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku manusia yang satu sama lain.

Anak bangsa sekarang dalam pergaulan hidup sehari-hari kurang memperhatikan lagi sopan santun, tatakrama dan etika dalam pergaulan, dengan siapa dia berbicara, apakah dengan guru, apakah dengan orang tua apakah dengan pejabat dll.

Hal itu dikarenakan arus globalisasi yang secara nyata mempengaruhi kehidupan masyarakat dunia. Globalisasi bukan hanya sekadar bertambahnya alat-alat baru seperti handphone, video, televise, fashion(mode), computer dan jaringan internet, tetapi juga menyebabkan terjadinya proses transformasi (perubahan) budaya besar-besaran.

Merebak dan canggihnya teknologi media memungkinkan masyarakat di harapkan pada plularitas kebudayaan yang saling mempengaruhi, yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Aliran informasi global melalui berbagai media cetak ataupun elektronik(televisi, video, internet, dll) dapat digunakan sebagai sarana pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang. Dewasa ini berkat kemajuan teknologi informasi dan dan komunikasi seorang anak didik bahkan bisa lebih mengetahui ilmu pengetahuan dari pada gurunya sendiri.

(3)

berlomba-loba membuat status/foto yang dapat menarik perhatian. Dan bahkan guru pun yang di anggap tabu(dulu). Sekarang anak didik dapat melihat gurunya seperti apa.

Saat ini guru di tuntut untuk mempunyai fb, harusnya kesempatan seperti itu, guru harus memanfaatkan media social untuk menebar ilmu di muka bumi. Bukan sebaliknya menurunkan wibawa mereka dengan memposting hal-hal yang tidak pantas di fb. Harusnya guru menghimbau kebebasan tersebut, dengan tidak melarang hak-hak meraka, hanya di kasih tahu secara bijak tentang kekurangan/ ketidak baikan yang ada di fb. Selain itu guru harus menjadi public figure yang baik. Karena itu guru harus menjadi teladan bagi murid-muridnya, karena anak didik sesuai dengan cerminan gurunya.

Guru bertanggung jawab penuh atas keberhasilan anak bangsa atas keberhasilan anak bangsa dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Baik-buruknya perilaku anak bangsa merupakan hasil dari peran guru dalam melaksanakan proses pendidikan yang di sekolah maupun di luar sekolah.

Guru harusnya menjadi teladan bagi anak, baik pada saat bertemu dengan anak maupun tidak perilaku senantiasa harus taat terhadap nilai-nilai moral. Dengan demikian, guru senantiasa patut di contoh, oleh anak dapat di jadikan imitasi dan identifikasi perilaku guru. Selain itu proses pendidikan khususnya PPKN, dan PAI jangan hanya menekan kan kepada nilai kognitif saja , jangan hanya dinilai anak yang paling pintar mengerjakan soal-soal saja. Itu tidak akan efektif itu tidak akan menjadikan anak berbudi pekerti luhur serta tidak bertindak sesuai cita-cita pancasila. dan UUD 45 pada kutipan “……mencerdaskan kehidupan bangsa……”, kita garis bawahi kata mencerdaskan disini , kita maknai dengan cerdas dzahir dan batin, sehingga tidak terpaku pada satu kecerdasan saja. Ketika anak didik kita hanya cerdas secara dzahir karena yang kita nilai hanya sebuah kepintaran yang nampak terlihat dan kita hanya melatih kecerdasan otaknya dan tanpa melatih kecerdasan hatinya, maka akan menghasilkan karakter siswa yang pintar akan tetapi tidak berperilaku baik.

Karena keberhasilan ppkn bukan tentang nilai 100 di kertas tapi tujuan pkn yaitu membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu perilaku yang memencarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dan berbudi pekerti luhur, memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (djahiri, 1994/1995:10).

(4)

adalah tindakan dan selembar kertas hanya mengevaluasi dirinya sejauh mana dia menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Karena jika hanya belajar dari kertas ke kertas kita tidak akan memahami norma kesopanan, bahkan untuk ukuran SD anak kecil , hakikat sopan itu bahkan meraka hanya segelintir orang yang tau, meraka bahkan tak pernah menyadari untuk apa berbuat sopan, dan bagaimana konsekensi dari sopan.

Karena itu yang jadi nomor satu ialah keteladan seorang guru. Serta sistim pendidikan yang harus dialihkan kepada pendidikan kerakter khusunya untuk mata pelajaran pkn dan agama. Hasil penelitian yang pernah saya jalankan selama di SD, jika ada pelajaran yang menyangkut kehidupan sehari-hari maka seorang guru harus menerangkan secara detail tentang pelajaran tersebut misalnya sopan santun, saya mencoba menerangkan se rinci mungkin, dan meminta anak untuk memberi contoh dengan mempraktekannya/mendramakan bersama teman, di depan kelas yang di angkat dalam kehidupan sehari-hari, dan untuk memahami sejauh mana anak menyerap apa yang di pelajari maka meraka secara individu di tugaskan membuat suatu karangan atau contoh dalam kehidupan sehari-hari.

Dan selepas pelajaran itu akan selesai saya mewanti-wanti kepada anak didik bahwa evaluasi hari itu hanya 50% jika kalian ingin menambah nilai kalian maka kalian harus menjalakan dalam kehidpan sehari-hari, ibu guru akan menilai kalian, tanpa kalian sadari, ibu akan memperhatikan kalian. Dan nilai kalian tergantung sikap kalian dan pehaman kalian terhadap mata pelajaran ini.

Referensi

Dokumen terkait