• Tidak ada hasil yang ditemukan

FILSAFAT PENDIDIKAN DAN SISTEM PENDIDIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FILSAFAT PENDIDIKAN DAN SISTEM PENDIDIKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Tulisan ini untuk memenuhi tugas Tengah Semester Tahun Pelajaran 2017/2018 S3 IP Semester 1

FILSAFAT PENDIDIKAN DAN

SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA

Dosen : Dr. Asrowi, M.Pd.

Disusun Oleh :

Sri Mulyono (T811708011)

Ilmu Pendidikan

PASCASARJANA

(2)

A. Pendahuluan

Indonesia berhasil meraih Penghargaan UNESCO-Japan Prize 2015 bidang Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan atau Education for Sustainable Development (ESD). Prestasi tersebut menjadi bukti pengakuan dunia atas keberhasilan pendidikan Indonesia dalam mempromosikan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan. Penghargaan diberikan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PP PAUD dan Dikmas) Jawa Barat. Dunia Akui Keberhasilan Indonesia di Bidang Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan (http://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016). Empat orang pelajar Sekolah Menengah Atas Indonesia peraih 7 medali merupakan alumni program Olimpiade Sains Nasional (OSN). Mereka adalah Rifki Andika dari SMA Negeri 2 Depok, Fransiskus L Santoso dari SMA Kristen Ketapang, Alse Nabilah dari SMA Kesatuan Bangsa Jogjakarta dan Fadly Aulia dari SMA Al Kautsar Bandar Lampung (https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/09/04). Inilah sebagian dari keberhasilan pendidikan Indonesia yang diakui dunia.

Namun juga banyak kritikan yang dialamtkan kepada pendidikan Indonesia. Baedowi secara meluas dan mendetail berbicara mengenai realita pendidikan di indonesia yang kualitasnya masih sangat rendah dan masih sangat jauh dengan dengan harapan bangsa, begitu banyak tempat sekolah yang dibangun dan sudah begitu banyak lulusan yang telah dicetak oleh berbagai sekolah baik dari sekolah negeri maupun swasta, tapi hasilnya masih belum maksimal. ( https://www.kompasiana.com/gusli/sebuah-kritikan-terhadap-pendidikan-di-indonesia). Banyak siswa-siswa yang telah lulus hanya dibekali dengan nilai-nilai dari mata pelajaran dan ijazah yang itu bukan suatu jaminan bagi mereka untuk bisa bersaing meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan untuk bisa sukses dalam meniti kehidupan yang lebih baik dari segi materi maupun derajat kemuliaan dalam hidup (Kompasiana). Kritikan sejenais masih banyak lagi. Sewaktu memasukkan kata kritikan pendidikan di indonesia pada mesin pencari dalam waktu 0,66 detik menemukan 1.490.000 tulisan. Hali ini menunjukkan masih perlunya peningkatan di dalam pendidikan di negara kita.

Dengan demikian penulis perlu menyakinkan kepada pembaca tentang: 1. Bagaimana Sisdiknas memenuhi tuntutan perubahan zaman? 2. Relevan tidak Pancasila sebagai filsafat pendidikan?

(3)

B. Sisdiknas dan Tuntuntan Perubahan Zaman

Sistem Pendidikan Nasional mengalami perkembangan, Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 yang dinyatakan tidak memadai lagi mengemban amanat digantikan dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 yang merupakan undang-undang sisdiknas pertama setelah era reformasi. Dalam UU Sisiknas 20 tahun 2003 tersebut diasampaikan batasan: 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Pendidikan sebagaimana di atas dalam merumusakan tidak terlepas dari peran berbagai aliran atau filsafat pendidikan yang dipertibangkan oleh para pakar pendidikan. Seberapa jauh peran filsafat pendidikan dalam sistim pendidikan nasional untuk memenuhi tuntutan perubahan zaman? Untuk mengetahui hal tersebut dapat dicermati dari peran Filsafat Pendidikan dan Kesempurnaan Sisdiknas berikut.

1. Peran Filsafat Pendidikan

Ahmad Tafsir (Filsafat Ilmu, 2015:68) menyampaikan bahwa pengetahuan manusia ada tiga macam yaitu pengetahuan sains, pengetahuan filsafat dan pengetahuan mistik. Poejawijatna (Pembimbingan ke Alam Filsafat, 1974:11) mendifinisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan akal budi semata. Hasbullah Bakri (Sistematik Filsafat, 1971:11) mengatakan bahwa filsafat sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya mencapai pengetahuan itu. Filsafat pendidikan memandang kegiatan pendidikan sebagai objek yang dikaji.Ada banyak defisini mengenai filsafat pendidikan tetapi akhirnya semua mengatakan dan mengajukan soal kaidah-kaidah berpikir filsafat dalam rangka menyelesaikan permasalahan pendidikan

(4)

sebagaimana namanya. Berikut beberapa aliran filasafat pendidikan modern yang menjadi pertimbangan dalam pendidikan nasional.

a. Aliran Progreessivisme

Menurut bahasa istilah progresivisme berasal dari kata progresif yang artinya bergerak maju. Menurut Gutek (1974:138) progresivisme modern menekankan pada konsep ‘progress’; yang menyatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan menyempurnakan lingkungannya dengan menerapkan kecerdasan yang dimilikinya dan metode ilmiah untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul baik dalam kehidupan personal manusia itu sendiri maupun kehidupan sosial. Aliran ini memberi konstribusi bagi pendidikan nasional terutama dalam memandang bahwa peserta didik adalah memiliki kemampuan yag harus dikembangkan untuk mencapai kecerdasan tertentu dalam rangka menyelesaikan personal maupun sosial.

b. Aliran Perennilaisme

Perenialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal, atau selalu. Dari makna yang terkandung dalam kata itu aliran perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang kepada nilai-nilai dan iran ini menentang keras aliran progressivisme yang berorientasi pada perubahan sehingga terjadi kekacauan atau kerusakan. Aliran ini mengingatkan terhadap kita agar nilai-nilai luhur budaya bangsa terutama yang terkritalisasi dalam dasar negara sebagai landasan berfikir kemana dan sejauh apa tujuan pengembangan pendidikan kita.

c. Aliran esensialisme

Aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensiliasme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang meberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas (Zuhairini, 1994: 21). Aliran ini secara eksplisit menyampaikan nilai-nilai budaya yang sejak lama teruji kebenarannya harus jadi pijakan pendidikan.

d. Aliran Rekontruksionalisme

Rekonstruksionisme adalah bahasa Inggris reconstruct, yang berarti menyusun kembali. Menurut Muhammad Noor Syam (1985: 340), kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan, dan kesimpangsiuran. Akibat dari pembaharuan sering meninggalkan efek kekacauan atau kehancuran sebagaimana pandangan penentangan perennialisme terhadap progressivisme, maka tugas pelaku pendidikan harus kembali ke budaya bangsa yang telah teruji kebenaranya.

e. Aliran Eksistensialisme

(5)

pada hakikatnya adalah merupakan aliran filsafat yang bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya. Aliran ini mengehendaki hak asasi manusia harus dijunjung tinggi.

f. Aliran Idealisme

pengetahuan idealisme adalah rasionalisme mengemukakan bahwa indra kita hanya memberikan materi mentah bagi pengetahuan. Pengetahuan tidak ditemukan dari pengalaman indra , melainkan dari konsepsi, dalam prinsip-prinsip sebagai hasil aktivitas. Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini menjunjung tinggi nilai abadi yang merupakan bagian dari alam seperti jujur, gotong royong, musyawarah bukan seperti cantik yang lambat laun akan berubah. Aliran ini memperkuat penting pelestarian nilai-nilai luhur dasar negara bagi kehidupan bangsa.

g. Aliran Pragmatisme

Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis.Aliran ini bersedia menerima segala sesutau, asal saja hanya membawa akibat praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima sebagai kebenaran dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang praktis yang bermanfaat. Dengan demikian, patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup praktis”. Aliaran ini menitik beratkan pada kebermanfaatan dari suatu tindakan. Maka apa yang dilakukan dalam pendidikan harus bermanfaat bagi warga dalam rangka mengarungi kehidupan.

2. Kesempurnaan Sisdiknas

Mempertanyakan sejauhmana kesempurnaan Sistim Pendidikan Nasional, hanya bisa dilihat darii indikasi efek yang muncul. Menurut kompasiana, 18 Februari 2013 03:30 Diperbarui: 24 Juni 2015 (https://www.kompasiana.com/gusli/sebuah-kritikan). Sistem

Pendidikan Indonesia Terburuk di Dunia, Apa yang Salah?

a. Pendanaan. Anggaran untuk pendidikan di Indonesia memang terus ditingkatkan, akan tetapi hal tersebut masih harus juga digunakan untuk hal-hal yang tepat. Pendanaan BOS (Biaya Operasional Sekolah) yang sedang diterapkan saat ini memang cukup membantu, akan tetapi perlu dicermati pula mengenai distribusi serta sasaran dari pendanaan tersebut.

(6)

Indonesia, dimana guru yang bertindak aktif menyuapi ilmu kepada siswa yang hanya bertindak pasif.

c. Pengajaran Nilai Sikap dan Bukan Pengejaran Nilai Raport. Pendidikan nilai di Indonesia memang memiliki alokasi yang minim

d. Manajemen Pendidikan. Wewenang untuk mengambil kebijakan prinsipil dalam bidang pendidikan di Indonesia masih dipegang oleh pemerintahan pusat. Artinya, pemerintahan daerah belum berani mengambil otoritas untuk menentukan masa pendidikan dasar atau corak seragam di sekolah formal.

e. Substansi Kurikulum. Substansi Kurikulum dalam hal kepadatan materi tidak signifikan dengan alokasi waktu tersedia. Ini juga merupakan salah satu sebab bahwa materi yang dibelajarkan di kelas kurang bermakna dan kurang terlihat relevansinya bagi siswa (Suyanto, 2002: 23)

f. Rata-rata anak sekolah tidak mencapai harapan. Menurut Human Development Report 2016, tahun 2015 harapan anak sekolah 12.9 tahun dan rata-rata anak sekolah 7.9 tahun. Selisih 5 tahun tersebut meninjukan bahwa masih banyak anak usia sekolah yang tidak melanjutkan sekolahnya atau terpaksa tidak mampu melanjutkan sekolah atau justru letak sekolah yang tidak terjangkau oleh anak usia sekolah, karena terlampau jauh atu kendala geografis.

Bukti-bukti masih adanya permasalahan pendanaan, metode, nilai sikap, manajemen, kurikulum yang akhir menurut indek pembangunan manusia, Indonesia masih memiliki gap 5 tahun antara harapan dan kenyataan rata-rata anak sekolah. Dengan demikian, dapat ditarik pendapat bahwa masih perlunya penyempurnaan Sistim pendidikan Indonesia.

Namun demikian kita juga bangga Indonesia juga memiliki tren nilai indek pembangunan manusia meningkat dari tahun 2010 sebesar 0.528 tahun 2015 menjadi 0.689. Indonesia masih diatas Philipina walau terpaut sedikit. Pendidikan Indonesia masih di atas sedikit rata Human Development Indext 11.5 harapan anak sekolah dan rata-rata anak sekolah 6.6 tahun sementara Indonesia harapan 12.9 dan rata-rata 7.9

(7)

yang berfaedah bagi perikehidupan bersama haruslah sistem itu disesuaikan dengan hidup dan penghidupan rakyat. Oleh karena itu wajiblah kita menyelidiki segala kekurangan dan kekecewaan dalam hidup kita berhubung dengan sifatnya masyarakat seperti yang kita kehendaki. Maka pantaslah pemerintah secara terus menerus

Filsafat dan pendidikan sebenarnya adalah dua istilah yang mempunyai makna sendiri.Akan tetapi ketika digabungkan akan menjadi sebuah tema yang baru dan khusus. Filsafat pendidikan tidak dapat dipisahkan dari ilmu filsafat secara umum.Filsafat pendidikan memandang kegiatan pendidikan sebagai objek yang dikaji. Ada banyak defisini mengenai filsafat pendidikan tetapi akhirnya semua mengatakan dan mengajukan soal kaidah-kaidah berpikir filsafat dalam rangka menyelesaikan permasalahan pendidikan (wikipedia).Upaya ini kemudian menghasilan teori dan metode pendidikan untuk menentukan gerak semua aktivitas pendidikan. Karena Pancasila suatu norma yang dipakai sebagai kaidah berfikir atau pedoman dalam mengatasi berbagai permasalahan pendidikan maka dapatlah disebut Pancasila sebagai filsafat pendidikan.

Filsafat Pendidikan Pancasila menurut Prof. Dr. Mohammad Nur Syam (http://library.um.ac.id/images/stories/pidatogurubesar) dikembangkan dan ditegakkan azas-azas kependidikan sebagai pedoman normatif dan praktis dalam mendidik:

1. Azas Cinta

Guru bersama orang tua berkewajiban memberikan yang terbaik kepada peserta didik dengan penuh rasa cinta sebagai pengamalan rasa asah asih dan asuh.

2. Azas Pengertian

Guru wajib adanya mengenal karakteristik individu anak kebutuhannya pada saat itu, sehingga terjadi hubungan yang saling mengerti. Peserta didik juga mengerti kearah mana tindakan guru sehingga pembelajaran terjadi sesuai kebutuhan, menyenangkan dan menjadikan peserta didik mandiri.

3. Azas Ketulusan

Guru dan orang tua harus berkorban demi peserta didik tanpa menggerutu dan tanpa pamrih atau tidak meminta imbalan yang tak mungkin dapat dilakukan pihak peserta didik. Ketulusan ini akan membuahkan keseriusan peserta didik dalam belajar dalm rangka mencapai kemandiriannya.

4. Azas Kesabaran

(8)

tingkat pemikiran yang bervariasi sehingga hal ini semua hal ini harus dihadapi dengan penuh kesabaran

5. Azas Pengabdian

Orangtua dan guru sebagai pengemban amanat kodrati, moral, sosial-kultural, moral formal institusional. Berkat azas cinta sebagai bagian dari cita, rasa karsa memberikan yang terbaik berwujud “pengorbanan” : waktu, perasaan, dan pikiran.

Dengan demikian Pancasila perlu dipertahankan sebagai filsafat pendidikan bagi bangsa Indonesia, karena nilai-nilai luhar yang terkandung didalamnya tidak lekang dilanda kemajuan zaman.

D. Aliran Filsafat Pendidikan yang Memperkuat Sisdiknas

Pancasila sebagai filsafat pendidikan dipergunakan sebagai kaidah berfikir atau pedoman dalam mengatasi berbagai permasalahan pendidikan maka aliran filsafat pendidikan yang memperkuat Sistim Pendidikan Nasional tentunya yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.

Aliran progressivisme yang memandang perlunya kemajuan sehingga anak harus menjadi fokus perhatian dan guru sebagai fasilitator sehingga mampu memanfaatkan lingkunganya dalam rangka mencapai kemandirian, sangat menunjang butir sila ke-2 yaitu mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa., dan Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. Begitu juga sila ke-5 yang ingin menciptakan keadilan sosial yang selalu meningkat. Aliran perenialaisme yang menentang aliran progressivisme yang sering mengakibatkan kekacauan dan kehancuran. Keinginan maju yang dengan memaksakan kehendak suatu misal sangat bertentangan dengan sila ke-1 maupun sla ke-2. Jadi perelianalisme membentengi agar selalu kembali pada nilai-nilai luhur (indonesia Pancasila) yang telah diakui bersama mampu mempersatukan kebinekaan bangsa Indonesia. Perenilaisme memberi peringatan kepada progresivisme agar tidak meninggalkan nilai yang telah diakui kebenaranya dalam meraih kemajuan.

Pendapat perenialisme dikuatkan oleh aliran essensialisme bahwa dalam melakukan pendidikan harus didasarkan nilai-nilai budaya yang telah lama diakui kebenaranya sehingga pendidikan akan memberikan kedamainan selain kemajuan dan kemandirian. Hal ini sesuai dengan butir-butir pada sila ke 2 dan ke 4.

(9)

kebenaran nilai hakiki, seperti kejujuran, ketauhidan, kemanusiaan dsb. Hal ini sangat mendukung nilai-nilai dalam Pnacasila.

Aliran-aliran yang memperkuat nilai-nilai butir butir pengamalan Pamncasila tentunya akan memperkuat Sistim Pendidikan Nasional

E. Kesimpulan

Sitem Pendidikan Nasional mampu menyesuaikan dengan tuntutan perubahan zaman karena dalam menyusun sistem tersebut didasarkan pada dasar negara Pancasila yang ternyata memiliki kanduangan nilai yang lebih luas dari beberapa aliran filsafat pendidikan.

Pancasila merupakan filsafat pendidikan bagi bangsa Indonesia yang di dalamnya termuat butir-butir pengamalan yang nilainya sangat relevan dengan sistem pendidikan Indonesia.

Hampir keseluruhan nilai positif dari aliran filsafat pendidikan memperkuat butir-butir pengamalan yang terkandung dalam Pancasila, jadi pantaslah Pancasila dipandang sebagai filsafat pendidikan bangsa Indonesia.

Referensi

Ahmad Tafsir. (2015). Filsafat Ilmu, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Fernando R. Molina. (1969). The Sources of Eksistentialism As

Philosophys, New Jersey, Prentice-Hall

GUTEK, Gerad Lee. (1974). Philosofical Alternatives in Education. Loyala University of Chicago

Hasbullah Bakry. (1971). Sistematik Filsafat, Jakarta: Widjaja

http://blog.unnes.ac.id/arismuhtarom/2015/11/21/aliran-filsafat-pragmatisme-dalam-pendidikan/ ( aris muhtarom, November 21, 2015)

http://library.um.ac.id/images/stories/pidatogurubesar/gurubesar/Filasat %20Pancasila%20Sebagai%20Filsafat%20Pendidikan

%2020Landasan%20dan%20Wawasan%20Normatif%20Praktek %20Kependidikan...%20Prof.%20Dr.%20Muhammad%20Noor %20Syam.pdf

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/09/04/4-pelajar-indonesia-berhasil-bawa-pulang-7-medali-di-olimpiade-sains-internasional

(10)

https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_pendidikan

https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila

https://www.kompasiana.com/fauqy/sistem-pendidikan-indonesia-terburuk-di-dunia-apa-yang-salah_5528e0bef17e6129178b458f

https://www.kompasiana.com/gusli/sebuah-kritikan-terhadap-pendidikan-di-indonesia_56474194bf22bd8216e491b8

Ki Hajar Dewantara. (1977). Karya Ki Hajar Dewantara bagian Pertama Pendidikan, Yogyakarta: Majelis \luhur Persatuan Taman Siswa Mohammad Noor Syam. (1986). Fisafat Pendidikan Islam. Surabaya:

Usaha Nasional

Poedjawijatna. (1974) Pembimbingan ke Alam Filsafat, Djakarta: PT Pembangunan

Referensi

Dokumen terkait

46 tahun 2013 dan kontribusi terhadap PPh pasal 4 ayat 2 pada KPP Pratama Sekayu masih cendrung tidak efektif dan kurang berkontribusi, namun laju pertumbuhan penerimaan

mengenai pengaruh biaya promosi penjualan sebesar 2,254, ini berarti apabila biaya promosi penjualan (X1) meningkat, maka tingkat hunian kamar (Y) akan meningkat

• DR = Detection Risk = Resiko Deteksi = resiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi..

Karena strategi pemasaran ini nilai yang mereka peroleh naik dan karena mereka memiliki harga yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan pesaing, mereka

didirikan di atas tanah. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah dalam Pasal 12 menentukan Tanah yang berasal dari tanah timbul atau

Bioetanol merupakan bahan bakar alternatif proses fermentasi tanaman yang mengandung jumlah kandungan gula, pati, atau selulosa yang tinggi, sehingga menghasilkan etanol

Dengan surat ini kami sampaikan kepada Bapak/Ibu kepala sekolah, bahwa untuk menambah pengetahuan serta wawasan dan juga pengalaman yang berkaitan dengan ilmu

Letak kesalahan pada contoh program 1.7 bukanlah pada baris ke-14 seperti ditunjukkan di atas, namun terletak di baris ke-13 (sebelum perintah ELSE) dimana statement tidak diakhiri