• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Sebagai Tugas Individu Mata Kuliah Profesi Kependidikan

Dosen Pengampu: Mukhlis

\

(2)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

A.

Langkah-langkah Penyusunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

A. Materi Pembelajaran...

1. Tujuan Pembelajaran...

B.

Langkah-Langkah dalam Pengelolaan Pembelajaran

1. Tahap Persiapan atau Perencanaan...

2. Tahap Pelaksanaan...

3. Tahap Penilaian (Evaluasi)...

C.

langkah langkah menilai prestasi pembelajaran...

1 Memberikan informasi... 2. Memberikan bahan-bahan keterangan (data)...

3. Memberikan gambaran...

D.

langkah langkah melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar

1. Prinsip-Prinsip Pemberian Nilai

2. Tujuan Penilaian Kelas

E.

langkah langkah memahami landasan kependidikan

1.

Landasan Filosofis

2.

Pengertian Landasan Filosofis

F.

langkah langkah memahami kebijakan pendidikan

1. Pengertian Kebijakan Pendidikan

2. Kebijakan Pendidikan dan Gender

(4)

1. Observasi

2. Jenis Teknik Observasi

H.

Langka-Langkah Memahami Pendekatan pembelajaran sesuai dengan

materi

1. Pendekatan Individual

I.

Langkah – langkah menamankan kerjasama

J.

Langkah-Langkah Memanfaatkan Iptek

K. Langkah – langkah menguasai Ilmu Pengetahuan & keterampilan sesuai dengan Pelajaran

L. Langkah-langkah Mengembangkan Profesi, Akademi, Sosial, Dll.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...

B. Saran...

(5)

A. Langkah-langkah Penyusunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu indikator atau beberapa indicator untuk satu kali pertemuan atau lebih.

Langkah-langkah menyusun suatu rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi beberapa hal berikut :

a. Identitas Mata Pelajaran

Tuliskan nama mata pelajaran, kelas, semester, dan alokasi waktu (jam pertemuan).

b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Tuliskan standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai dengan Standar Isi.

c. Indikator

Pengembangan indikator dilakukan dengan beberapa pertimbangan berikut :

1. Setiap KD dikembangkan menjadi beberapa indikator (lebih dari dua).

2. Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan diobservasi.

(6)

5. Keseluruhan indicator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku, dan lain-lain untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap, berfikir dan bertindak secara konsisten.

d. Materi Pembelajaran

Cantumkan materi pembelajaran dan lengkapi dengan uraiannya yang telah dikembangkan dalam silabus. Dalam menetapkan dan mengembangkan materi perlu diperhatikan hasil dari pengembangan silabus, pengalaman belajar yang bagaimana yang ingin diciptakan dalam proses pembelajaran yang didukung oleh uraian materi materi untuk mencapai kompetensi tersebut.

Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan materi adalah kemanfaatan, alokasi waktu, kesesuaian, ketetapan, situasi dan kondisi lingkungan masyarakat, kemampuan guru, tingkat perkembangan peserta didik, dan fasilitas.

Agar penjabaran dan penyesuaian kemampuan dasar tidak meluas dan melebar, maka perlu diperhatikan criteria untuk menyeleksi materi yang perlu diajarkan sebagai berikut :

1. Sahih (valid), artimya materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya.

2. Relevansi, artinya relevan atau sinkron antara materi pembelajaran dengan kemampuan dasar yang ingin dicapai.

3. Konsistensi, artinya ada keajegan antara materi pembelajaran dengan kemampuan dasar dan standar kompetensi.

4. Adequasi (kecukupan), artinya cakupan materi pembelajaran yang diberikan cukup lengkap untuk tercapainya kemampuan yang telah ditentukan.

5. Tingkat kepentingan, artinya dalam memilih materi perlu dipertimbangkan pertanyan berikut : sejauh mana materi tersebut penting dipelajari? Penting untuk siapa? Di mana dan mengapa penting ? dengan demikian, materi yang dipilih untuk diajarkan tentunya memang yang benar-benar diperlukan oleh siswa.

(7)

7. Layak dipelajari, artinya materi tersebut memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatnya bahan ajar dan kondisi setempat.

8. Menarik minat, artinya materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi siswa untuk mempelajarinya lebih lanjut.

e. Tujuan Pembelajaran

Dalam tujuan pembelajaran dijelaskan apa tujuan dari pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran diambil dari indikator.

f. Strategi atau Skenario Pembelajaran

Strategi atau skenario pembelajaran adalah strategi atau scenario apa dan bagaimana dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa secara terarah, aktif, efektif, bermakna dan menyenangkan. Strategi atau scenario pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh guru secara beruntun untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penentuan urutan langkah pembelajaran sangat penting artinya bagi materi-materi yang memerlukan prasyarat tertentu.

Rumusan pernyataan dalam langkah pembelajaran minimal mengandung dua unsur yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi. Syarat penting yang harus dipenuhi dalam pemilihan kegiatan siswa dan materi pembelajaran adalah :

1. Hendaknya memberikan bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan sendiri pengetahuan dibawah bimbingan guru;

2. Merupakan pola yang mencerminkan cirri khas dalam pengembangan keterampilan dalam mata pelajaran yang bersangkutan , misalnya observasi dilingkungan sekitar;

3. Disesuaikan dengan ragam sumber belajar dan sarana belajar yang tersedia;

(8)

5. Memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa seperti bakat, kemampuan, minat, latar belakang keluarga, social ekonomi, dan budaya, serta masalah khusus yang dihadapai siswa yang bersangkutan.

B. Langkah-Langkah dalam Pengelolaan Pembelajaran

Dalam pengelolaan program pembelajaran ada beberapa langkah atau tahapan yang harus dijalani oleh seorang guru. Tahapan tersebut sama dengan tahapan pengelolaan pembelajaran mata pelajaran antara lain, yaitu: "Tahap persiapan atau perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian atau evaluasi".

1. Tahap Persiapan atau Perencanaan

Persiapan atau perencanaan adalah tahap awal yang harus dilalui oleh guru dalam pembelajaran. Pada tahap ini guru mempersiapkan segala sesuatu agar pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila penyampaian bahan pembelajaran sesuai dengan waktu yang tersedia. Sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran yang efisien adalah semua bahan pelajaran dapat dipahami siswa.

Agar proses pembelajaran yang dilakukan efektif dan efisien, dan anak didik aktif mengikuti pelajaran, guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Tujuan pembelajaran yang diberikan.

b. Ruang lingkup dan urutan bahan yang dimiliki. c. Sarana dan fasilitas yang dimiliki.

d. Jumlah siswa yang akan mengikuti pelajaran. e. Waktu jam palajaran yang tersedia.

f. Sumber bahan pelajaran yang bisa digunakan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, aktivitas belajar mengajar berpedoman pada persiapan pengajaran yang dibuat. Pemberian bahan pelajaran disesuaikan dengan urutan yang telah diprogram secara sistematis dalam tahap persiapan.

(9)

metode dan teknik yang seudah ditentukan. Sedangkan dalam kegiatan akhir dapat berupa umpan balik dan penilaian.

Dalam pelaksanaan program pembelajaran, guru lebih dahulu harus mengadakan pretest untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran, kemudian pada akhir pelajaran, guru mengadakan postest sebagai akhir dari seluruh proses interaksi belajar mengajar.

Dalam penyampaian bahan pelajaran, guru menggunakan metode dan fasilitas yang sesuai dengan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Penggunaan fasilitas untuk mengurangi verbalisme dan membantu siswa memahami pelajaran yang diberikan agar siswa mendapat penjelasan yang tepat dan benar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kesalahan penggunaan metode dan fasilitas menyebabkan tujuan

Menurut Nana Sudjana, inti penilaian adalah “proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kreativitas tertentu”.1[1]

Sedangkan fungsi dari evaluasi itu sendiri adalah: 1) Penilaian berfungsi selektif.

2) Penilaian berfungsi diagnostik.

3) Penilaian berfungsi sebagai penempatan.

4) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.2[2]

Untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai bahan yang diajarkan perlu diadakan postest sebagai akhir dari proses mengajar. Bentuk dan jenis test yang digunakan bisa bermacam-macam, namun tetap berpedoman pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Bentuk-bentuk evaluasi terhadap siswa dapat berupa:

1) Evaluasi bahwa siswa telah menyelesaikan seperangkat program yang diberikan. 2) Ujian tertulis.

3) Ujian lisan.

4) Ujian memilih alternatif dari berbagai kemungkinan (multiple choice test). 5) Ujian memilih laternatif dari dua kemungkinan benar atau salah (true false test) 6) Ujian penampilan (performance test).

Guru dalam penilaian harus memperhatikan prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut:

(10)

a. Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas yang dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian.

b. Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar mengajar, artinya penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap proses belajar mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan.

c. Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian menggambarkan prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya. Penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian yang sifatnya komprehensif. Dengan sifat komprehensif dimaksudkan segi abilitas yang dinilainya tidak hanya aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor.

d. Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjut.3[3]

Penilaian adalah alat untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran. Dengan kata lain penilaian pembelajaran adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran meliputi tiga aspek yakni aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor.

Penilaian juga mempunyai fungsi-fungsi berikut:

a. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaian

harus mengacu kepada rumusan-rumusan tujuan instruksional.

b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan

instruksional, kegiatan belajar siswa, mengajar guru, dan lain-lain.

c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tuanya. Dalam laporan tersebut

dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang situasi dalam bentuk

nilai-nilai prestasi yang dicapai.4[4]

Sedangkan tujuan penilaian adalah:

a. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan

nya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuh.

b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran disekolah, yang seberapa jauh

keefektifan nya dalam mengubah tingkah laku para siswa kearah tujuan pendidikan yang diharapkan. c. Menentukan tindaklanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal

program pendidikan dan pengajaran.

d. Memberikan pertanggung jawaban dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan para orang tua siswa

Agar dapat memperoleh informasi dan gambaran ukuran tertentu sebagai hasil dalam belajar maka proses belajar berkait erat dengan evaluasi belajar yaitu suatu kegiatan untuk mengukur dan menilai sesuatu.

(11)

Kegiatan evaluasi tidak mungkin dapat dilaksanakan tanpa terlebih dahulu diadakan kegiatan pengukuran (measurement). Pengukuran ialah suatu usaha untuk mengetahui sesuatu

sebagaimana adanya. Hasil pengukuran dapat berupa angka atau uraian tentang kenyataan yang menggambarkan derajat kualitas, kuantitas dan eksistensi keadaan yang diukur itu. Namun demikian, hasil pengukuran itu belum dapat mengatakan apa-apa jika tidak ditafsirkan dengan jalan membandingkannya dengan suatu patokan. (Depag RI, 2002: 3)

Evaluasi belajar sendiri bertujuan secara umum menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan dan kemajuan peserta didik setelah mengikuti proses belajar di samping mengetahui efektifitas metode pengajaran yang dipergunakan.

Tetapi secara khusus, evaluasi ini bertujuan untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan serta mencari dan menemukan faktor-faktor keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan.

Adapun secara khusus, fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat ditilik dari tiga segi, yaitu: (1) segi psikologis, (2) segi didaktik, dan (3) segi administratif.

Secara psikologis, evaluasi pendidikan dalam bidang pendidikan di sekolah dapat disoroti dari dua sisi, yaitu dari sisi peserta didik dan sisi pendidik.

Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan secara psikologis akan memberikan pedoman atau pegangan batin kepada mereka untuk mengenal kapasitas dan status dirinya masing-masing di tengah-tengah kelompok atau kelasnya.

Bagi pendidik, evaluasi pendidikan akan memberikan kepastian atau ketetapan hati kepada diri pendidik tersebut, sudah sejauh manakah kiranya usaha yang telah dilakukannya selama ini telah membawa hasil, sehingga secara psikologis memiliki pedoman atau pegangan batin yang pasti guna menentukan langkah-langkah apa saja yang dipandang perlu dilakukan selanjutnya.

(12)

meningkatkan dan mempertahankan prestasinya.

Bagi pendidik, secara didaktik evaluasi pendidikan itu setidak-tidaknya memiliki lima macam fungsi, yaitu:

1. Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh peserta didiknya.

2. Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing peserta didik di tengah-tengah kelompoknya.

3. Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status peserta didiknya.

4. Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memang memerlukannya.

5. Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang telah ditentukan telah dapat dicapai.

Adapun secara administratif, evaluasi pendidikan setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi, yaitu:

1. Memberikan informasi

Disajikan laporan mengenai kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

2. Memberikan bahan-bahan keterangan (data)

Setiap keputusan pendidikan harus didasarkan kepada data yang lengkap dan akurat. Apakah seseorang dinyatakan naik kelas, tinggal kelas, lulus atau tidak lulus dan sebagainya.

3. Memberikan gambaran

Hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan, yang menjadi indikator dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan.

(13)

Menurut Sumadi Suryabrata (tt: 327), syarat-syarat penilaian yang baik untuk memenuhi standar evaluasi adalah sebagai berikut:

1. Test itu harus reliabel

Suatu test adalah reliabel apabila tes itu memiliki keajegan atau konsistensi. Artinya tes itu sama dengan dirinya sendiri.

2. Test itu harus valid

Suatu tes adalah valid apabila tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur.

3. Test itu harus obyektif

Obyektivitas adalah suatu yang penting yang mempengaruhi validitas dan reabilitas.

Dipandang dari aspek ini tes dipandang obyektif kalau hanya mengandung satu kemungkinan interpretasi saja asal interpretasi itu diberikan oleh orang yang benar-benar tahu akan

persoalannya.

4. Test itu harus diskriminatif

Suatu tes diskriminatif kalau test itu disusun sedemikian rupa sehingga dapat melacak dan menunjukkan perbedaan yang sekecil apapun.

5. Test itu harus komprehensif

Suatu tes dikatakan komprehensif kalau tes tersebut mencakup segala persoalan yang harus diselidiki. Dapat memberikan gambaran yang lengkap mengenai apa yang telah diberikannya kepada anak didik.

6. Test itu harus mudah digunakan

Bahwa tes itu mudah digunakan kiranya cukup jelas manfaatnya.

Di samping persyaratan di atas, tes juga memiliki prinsip-prinsip dasar yang dijadikan patokan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tes hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

(14)

performance hasil belajar siswa, sesuai dengan tujuan instruksional yang telah dirumuskan.

3. Keseluruhan tes mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar seperti yang ditetapkan pada tujuan pembelajaran. 4. Didesain sesuai dengan kebutuhan.

Sedikitnya, kita telah mengenal empat jenis kegunaan tes, yaitu:

1. Placement test, digunakan untuk penentuan penempatan siswa dalam suatu jenjang atau program tertentu.

2. Diagnostic test, digunakan untuk mencari sebab-sebab kesulitan belajar siswa. 3. Formatif test, digunakan untuk mencari umpan balik (feed back) bagi perbaikan

proses belajar. Dalam sistem pengajaran PPSI (Prosedur Pengajaran Sistem Instruksional), bentuknya dapat berupa pretest dan posttest. Bahkan, ketika proses pembelajaran berlangsung, misalnya, guru mengajukan pertanyaan yang dijawab langsung oleh siswa untuk memberi tugas untuk dikerjakan di luar jam pelajaran/di rumah. Jika setelah diperiksa, ternyata banyak siswa yang salah dalam pengerjaan tugas tersebut, guru perlu memberi remedial terhadap siswa-siswa yang belum dapat mengerjakan tugas dengan benar.

4. Sumatif test, digunakan untuk mengukur dan menilai sampai di mana pencapaian kompetensi siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan dan selanjutnya menentukan kenaikan/kelulusan siswa.

Dibuat seandal (reliabel) mungkin sehingga mudah diinterpretasikan dengan baik agar dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara guru mempromosikan

pembelajaran.

Demikian cara mengukur prestasi belajar siswa di sekolah. Semoga bermanfaat.

Agar dapat memperoleh informasi dan gambaran ukuran tertentu sebagai hasil dalam belajar maka proses belajar berkait erat dengan evaluasi belajar yaitu suatu kegiatan untuk mengukur dan menilai sesuatu.

Kegiatan evaluasi tidak mungkin dapat dilaksanakan tanpa terlebih dahulu diadakan kegiatan pengukuran (measurement). Pengukuran ialah suatu usaha untuk mengetahui sesuatu

(15)

ditafsirkan dengan jalan membandingkannya dengan suatu patokan. (Depag RI, 2002: 3)

Evaluasi belajar sendiri bertujuan secara umum menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan dan kemajuan peserta didik setelah mengikuti proses belajar di samping mengetahui efektifitas metode pengajaran yang dipergunakan.

Tetapi secara khusus, evaluasi ini bertujuan untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan serta mencari dan menemukan faktor-faktor keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan.

Adapun secara khusus, fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat ditilik dari tiga segi, yaitu: (1) segi psikologis, (2) segi didaktik, dan (3) segi administratif.

Secara psikologis, evaluasi pendidikan dalam bidang pendidikan di sekolah dapat disoroti dari dua sisi, yaitu dari sisi peserta didik dan sisi pendidik.

Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan secara psikologis akan memberikan pedoman atau pegangan batin kepada mereka untuk mengenal kapasitas dan status dirinya masing-masing di tengah-tengah kelompok atau kelasnya.

Bagi pendidik, evaluasi pendidikan akan memberikan kepastian atau ketetapan hati kepada diri pendidik tersebut, sudah sejauh manakah kiranya usaha yang telah dilakukannya selama ini telah membawa hasil, sehingga secara psikologis memiliki pedoman atau pegangan batin yang pasti guna menentukan langkah-langkah apa saja yang dipandang perlu dilakukan selanjutnya.

Bagi peserta didik, secara didaktik evaluasi pendidikan (khususnya evaluasi hasil belajar) akan dapat memberikan dorongan (motivasi) kepada mereka untuk dapat memperbaiki, meningkatkan dan mempertahankan prestasinya.

(16)

1. Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh peserta didiknya.

2. Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing peserta didik di tengah-tengah kelompoknya.

3. Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status peserta didiknya.

4. Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memang memerlukannya.

5. Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang telah ditentukan telah dapat dicapai.

C. langkah langkah menilai prestasi pembelajaran

Adapun secara administratif, evaluasi pendidikan setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi, yaitu:

1. Memberikan informasi

Disajikan laporan mengenai kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

2. Memberikan bahan-bahan keterangan (data)

Setiap keputusan pendidikan harus didasarkan kepada data yang lengkap dan akurat. Apakah seseorang dinyatakan naik kelas, tinggal kelas, lulus atau tidak lulus dan sebagainya.

3. Memberikan gambaran

Hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan, yang menjadi indikator dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan.

Untuk mengukur/menilai hasil belajar dengan mengadakan evaluasi harus memperhatikan teknik-teknik, syarat dan prinsip-prinsip yang harus dipenuhi untuk mendapat hasil yang baik sesuai dengan standar evaluasi.

(17)

1. Test itu harus reliabel

Suatu test adalah reliabel apabila tes itu memiliki keajegan atau konsistensi. Artinya tes itu sama dengan dirinya sendiri.

2. Test itu harus valid

Suatu tes adalah valid apabila tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur.

3. Test itu harus obyektif

Obyektivitas adalah suatu yang penting yang mempengaruhi validitas dan reabilitas.

Dipandang dari aspek ini tes dipandang obyektif kalau hanya mengandung satu kemungkinan interpretasi saja asal interpretasi itu diberikan oleh orang yang benar-benar tahu akan

persoalannya.

4. Test itu harus diskriminatif

Suatu tes diskriminatif kalau test itu disusun sedemikian rupa sehingga dapat melacak dan menunjukkan perbedaan yang sekecil apapun.

5. Test itu harus komprehensif

Suatu tes dikatakan komprehensif kalau tes tersebut mencakup segala persoalan yang harus diselidiki. Dapat memberikan gambaran yang lengkap mengenai apa yang telah diberikannya kepada anak didik.

6. Test itu harus mudah digunakan

Bahwa tes itu mudah digunakan kiranya cukup jelas manfaatnya.

Di samping persyaratan di atas, tes juga memiliki prinsip-prinsip dasar yang dijadikan patokan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tes hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Mengukur sampel yang representative dari hasil belajar dan materi pembelajaran. Tes yang disusun haruslah mencakup soal-soal yang dianggap mewakili seluruh

(18)

3. Keseluruhan tes mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar seperti yang ditetapkan pada tujuan pembelajaran. 4. Didesain sesuai dengan kebutuhan.

Sedikitnya, kita telah mengenal empat jenis kegunaan tes, yaitu:

1. Placement test, digunakan untuk penentuan penempatan siswa dalam suatu jenjang atau program tertentu.

2. Diagnostic test, digunakan untuk mencari sebab-sebab kesulitan belajar siswa. 3. Formatif test, digunakan untuk mencari umpan balik (feed back) bagi perbaikan

proses belajar. Dalam sistem pengajaran PPSI (Prosedur Pengajaran Sistem Instruksional), bentuknya dapat berupa pretest dan posttest. Bahkan, ketika proses pembelajaran berlangsung, misalnya, guru mengajukan pertanyaan yang dijawab langsung oleh siswa untuk memberi tugas untuk dikerjakan di luar jam pelajaran/di rumah. Jika setelah diperiksa, ternyata banyak siswa yang salah dalam pengerjaan tugas tersebut, guru perlu memberi remedial terhadap siswa-siswa yang belum dapat mengerjakan tugas dengan benar.

4. Sumatif test, digunakan untuk mengukur dan menilai sampai di mana pencapaian kompetensi siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan dan selanjutnya menentukan kenaikan/kelulusan siswa.

D. langkah langkah melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar

1. Prinsip-Prinsip Pemberian Nilai

Penilaian kelas adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai.

Agar pemberian nilai dapat memberikan fungsi secara optimal, dalam melakukan penilaian guru hendaknya selalu berpedoman kepada prinsip-prinsip penilaian kelas sebagai berikut;

(19)

Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar, oleh karena itu penilaian mencakup penilaian proses dan hasil belajar. Penilaian harus digunakan sebagai proses untuk mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian kompetensi, dan sekaligus untuk mengukur efektifitas proses pembelajaran.

b) Penilaian mencerminkan masalah dunia nyata.

Penilaian harus dapat mengarahkan siswa untuk memahami keterkaitan kemampuan yang diperoleh dari proses pembelajaran dengan masalah yang dihadapi dalam masyarakat.

c) Menggunakan berbagai metode, ukuran dan criteria.

Teknik penilaian yang dapat digunakan meliputi tes tertulis, performance test, penilaian produk, penilaian proyek, peta perkembangan, evaluasi diri, penilaian sikap, dan protofolio.

d) Penilaian harus bersifat holistic.

Penilaian harus mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran baik kognitif, afektif, maupun sensori-motorik

e) Penilaian kelas mengacu kepada kemampuan (competency referenced)

Dalam melakukuan penilaian harus sejalan dengan pelajaran yang telah diterima oleh siswa. Materi penugasan merupakan butir-butir yang harus dicapai oleh siswa.

f) Berkelanjutan.

Penilaian merupakan proses yang berkelanjutan dalam satu semester/ satu tahun.

g) Didaktis.

Penilaian diharapkan bersifat mendidik, dapat memacu siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan hadiah kepada siswa yang

berprestasi.

(20)

Penilaian hendaknya dapat memberikan informasi yang cukup bagi guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik. Soal dan tugas sangat dianjurkan dalam bentuk uraian dan pemecahan masalah.

i) Melihat yang benar dan yang salah

Dalam melakuklan penilaian hendaknya melakukan analisis terhadap hasil penilaian dan kerja siswa secara seksama untuk melihat adanya kesalahan yang secara umum terjadi pada siswa dan sekaligus hal-hal yang positif yang diberikan siswa.

1. 1. Tujuan Penilaian Kelas

Penilaian kelas dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar siswa, guna menetapkan sampai sejauhmana siswa telah menguasai kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Manfaat Penilaian Kelas

 Sebagai umpan balik bagi siswa agar mengetahui kemampuan dan kekurangannya

 Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami siswa

 Sebagai umpan balik bagi guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar

 Sebagai informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas

pendidikan

Keunggulan Penilaian Kelas

 memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi siswa untuk menunjukkan apa

yang dipahami dan mampu dikerjakannya.

 Prestasi belajar siswa terutama tidak dibandingkan dengan prestasi kelompok, tetapi

dengan prestasi atau kemampuan yang dimiliki sebelumnya;

(21)

 Siswa tidak sekedar dilatih memilih jawaban yang tersedia, tetapi lebih dituntut

menanggapi dan memecahkan masalah

 siswa diberi kesempatan memperbaiki prestasi belajarnya.

 Penilaian tidak hanya dilaksanakan setelah proses belajar-mengajar (PBM) tetapi

dapat dilaksanakan ketika PBM sedang berlangsung (penilaian proses).

 Kriteria penilaian karya siswa dapat dibahas guru dengan para siswa sebelum karya

itu dikerjakan sehingga secara tidak langsung terdorong agar berusaha mencapai harapan (expectations) (standar yang dituntut) guru.

1. 2. Fungsi Penilaian Kelas

 Sebagai alat untuk menetapka penguasaan siswa terhadap kompetensi.

 Sebagai bimbingan,

 Sebagai alat diagnosis,

 Sebagai alat prediksi

 Sebagai grading pengulangan materi kembali,materi yang sudah diajarkan

 Sebagai alat seleksi

1. 3. Prinsip-Prinsip Penilaian Kelas

1. Validitas

“Menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat yang digunakan sesuai dengan apa yang yang dinilai.”

1. Reliabilitas

(22)

1. Terfokus Pada Kompetensi

Dalam penerapan KBK, penile ian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kompetensi), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan).

1. Objektivitas

Penilaian harus dilaksanakan secara objektif. Oleh karena itu penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan, mengunakan bahasa yang dapat dipahami siswa dan menerapkan kriteria yang jelas dalam perbuatan keputusan atau pemberian angka (scor)

1. Mendidik

Penilaian dilakukan bukan untuk mendiskriminasi siswa (lulus atau tidak lulus) atau

menghukum siswa tetapi untuk mendiferensiasi siswa (sejauh mana seorang siswa membuat kemajuan atau posisi masing-masing siswa dalam rentang cakupan pencapain suatu

kompetensi). Berbagai aktivitas penilaian harus memberikan gambaran kemampuan siswa, bukan gambaran ketidakmampuannya.

1. 4. Metode Penilaian Penilaian Kelas

2. Penilaian Melalui Portofolio (Portofolio)

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada berbagai informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu. Informasi perkembangan siswa tersebut dapat berupa karya siswa dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh siswanya, hasil tes (bukan nilai), piagam penghargaan atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran.

Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan siswa sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan siswa dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa. Berikut contoh karya-karya yang dapat dimasukkan dalam penilaian portofolio: Puisi; Karangan;

(23)

Portofolio dapat digunakan untuk menilai perkembangan siswa dalam ilmu-ilmu sosial, seperti menganalisis masalah-masalah sosial, bahasa, seperti menulis karangan, dan matematika, seperti pemecahan masalah-masalah matematika.lebih tepat digunakan untuk menilai kemampuan menulis siswa untuk berbagai tujuan dan pembaca. Kumpulan tulisan siswa ini merupakan refleksi perkembangan berfikir mereka.

1. Penilaian Melalui Unjuk Kerja (Performance)

Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan atau kinerja siswa dalam melakukan sesuatu Cara penilaian ini lebih otentik daripada tes tertulis karena bentuk tugasnya lebih mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Semakin banyak kesempatan guru mengamati unjuk kerja siswa, semakin reliable hasil penilaian kemampuan siswa.

Penilaian dengan cara ini lebih tepat digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam penyajian lisan (keterampilan berbicara, berpidato, baca puisi, berdiskusi, dan sebagainya), pemecahan masalah dalam suatu kelompok, partisipasi siswa dalam diskusi kelompok kecil, kemampuan siswa menari, kemampuan siswa memainkan alat musik, kemampuan siswa dalam cabang-cabang olah raga, kemampuan siswa menggunakan peralatan laboratorium, kemampuan siswa mengoperasikan suatu alat, dan sebagainya.

1. Penilaian Melalui Penugasan (Proyek/Project)

Penilaian melalui proyek dilakukan terhadap suatu tugas atau penyelidikan yang dilakukan siswa secara individual atau kelompok untuk periode tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Proyek seringkali melibatkan pencarian data primer dan sekunder,

mengevaluasi secara kritis hasil penyelidikan, dan kerjasama dengan orang lain. Oleh karena itu, proyek sangat bermanfaat bila digunakan untuk menilai keterampilan menyelidiki secara umum untuk segala bidang pembelajaran. Di samping itu proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan siswa dalam bidang tertentu, mengetahui kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan itu dalam penyelidikan tertentu, dan mengetahui kemampuan siswa dalam menginformasikan subyek tertentu secara jelas.

(24)

Penilaian hasil kerja adalah penilaian terhadap kemampuan siswa membu-at produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, pahatan), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Cara ini tidak hanya melihat hasil akhirnya saja tetapi juga dari proses pembuatannya, contoh: kemampuan siswa menggunakan berbagai teknik menggambar, menggunakan peralatan dengan aman, membakar kue dengan hasil baik, bercita rasa enak, dan penampilan menarik.

1. Penilaian Melalui Tes Tertulis (Paper & Pen)

Tes tertulis biasanya diadakan untuk waktu yang terbatas dan dalam kondisi tertentu. Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal siswa tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.

Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:

1. Soal dengan memilih jawaban : pilihan ganda; dua pilihan (benar-salah, ya-tidak); menjodohkan

2. Soal dengan mensuplai-jawaban, isian atau melengkapi; jawaban singkat atau pendek ; soal uraian.

1. B. Penilaian Diberbagai Jenjang Pendidikan

1. 1. Pedoman Pelaksanaan dijenjang Pendidikan dasar dan Menengah

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

 sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang

diukur.

 objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak

(25)

 adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena

berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

 terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak

terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

 terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan

keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

Guru sebagai agen pembelajaran selalu melaksanakan penilaian terhadap hasil belajar peserta didiknya secara berkesinambungan, yang meliputi kegiatan sebagai berikut :

 menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan

kriteria penilaian pada awal semester. Sebagian guru belum melaksanakannya ini terlihat dari program semester yang disusun guru pada pertemuan pertama awal semester dimulai dengan proses pembelajaran pada kompetensi dasar pertama.

 mengembangkan indikator pencapaian KD dan memilih teknik penilaian yang sesuai

pada saat menyusun silabus mata pelajaran. Kegiatan pengembangan indikator pencapaian KD dan memilih teknik penilaian yang sesuai dilaksanakan pada waktu pengembangan silabus, silabus mata pelajaran di dapatkan guru dari internet atau memphotocopy silabus yang disusun sekolah lain, hasil pengembangan silabus pada kegiatan MGMP mata pelajaran, dan hasil pengembangan silabus sendiri . Hal ini menunjukan bahwa kegiatan ini belum dilaksanakan sebagian guru.

 mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik

penilaian yang dipilih. Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaiannya tentu dapat kita lihat pada bagian akhir dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 tahun 2008 tentang Standar Proses.

(26)

 Penilaian Terhadap kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa dilakukan penilaian

secara berkala yang dapat berbentuk ujian, pelaksanaan tugas, dan pengamatan oleh dosen.

 Ujian dapat diselenggarakan melalui ujian tengah semester, ujian akhir semester, ujian

akhir program studi, ujian skripsi, ujian tesis, dan ujian disertasi.

 Penilaian hasil belajar dinyatakan dengan huruf A, B, C, D, dan E yang

masing-masing bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0.

 Predikat kelulusan terdiri atas 3 tingkat yaitu : memuaskan, sangat memuaskan, dan

dengan pujian, yang dinyatakan pada transkrip akademik.

 IPK sebagai dasar penentuan predikat kelulusan program sarjana dan program

diploma adalah:

o IPK 2,00 – 2,75 : memuaskan

o IPK 2,76 – 3.50 : sangat memuaskan

o IPK 3.51 – 4,00 : dengan pujian.

o Predikat kelulusan untuk program magister:

a. IPK 2,75 – 3,40 : memuaskan;

b. IPK 3.41 – 3,70 : sangat memuaskan:

c. IPK 3,71 – 4,00 : dengan pujian.

 Predikat kelulusan dengan pujian ditentukan juga dengan memperhatikan masa studi

maksimum yaitu n tahun (masa studi minimum) ditambah 1 tahun untuk program sarjana dan tambah 0,5 tahun untuk program magister.

 Predikat kelulusan untuk program doktor diatur oleh perguruan tinggi yang

(27)

1. C. Pemanfaatan Hasil Tes Untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran

Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat benar atausalah. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. Testertulis adalah tes yang menuntut peserta tes memberi jawaban secara tertulis berupapilihan dan/atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan ganda,benar-salah, dan menjodohkan. Sedangkan tes yang jawabannya berupa isian dapatberbentuk isian singkat dan/atau uraian. Tes lisan adalah tes yang dilaksanakanmelalui komunikasi langsung (tatap muka) antara peserta didik dengan pendidik.Pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan. Tes praktik (kinerja) adalah tes yangmeminta peserta didik melakukan perbuatan/mendemonstasikan/

menampilkanketerampilan.

Dalam rancangan penilaian, tes dilakukan secara berkesinambungan melaluiberbagai macam ulangan dan ujian. Ulangan meliputi ulangan harian, ulangan tengahsemester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Sedangkan ujianterdiri atas ujian nasional dan ujian sekolah. Ulangan adalah proses yang dilakukanuntuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalamproses pembelajaran, untuk melakukan perbaikan pembelajaran, memantau kemajuan dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik.

Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satukompetensi dasar (KD) atau lebih. Ulangan tengah semester adalah kegiatan yangdilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengahsemester meliputi seluruh indikator yang

merepresentasikan seluruh KD pada periodetersebut. Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik

pada akhir semester. Cakupanulangan akhir semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KDpada semester tersebut.

Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik padaakhir

(28)

Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajardan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan. Ujian nasional adalah kegiatanpengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajarantertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan.

Ujian sekolah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi pesertadidik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atasprestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuanpendidikan. Mata pelajaran yang diujikan pada ujian sekolah adalah mata pelajaranpada kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikanpada ujian nasional, dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik

1. 1. Memanfaatkan hasil Pre Test dan Post test

Pre Test merupakan Jenis test yang di lakukan sebelum pelajaran inti di mulai, sedangkan Post Tes adalah penilaian yang dilakukan setelah pelajaran selesai.

1. 2. Memanfaatkan Hasil Tes formatif

Tes formatif adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu (Arikunto, 2002:36). Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat dipandang sebagai tes diagnostic pada akhir pelajaran. Teknik pre-test dan post-test memiliki manfaat baik bagi guru, siswa, maupun program itu sendiri.

1. a. Manfaat Bagi Guru

 Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah diterima oleh siswa

 Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik

siswa

 Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang telah diberikan

(29)

 Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program yang

menyeluruh

 Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa

 Usaha perbaikan

 Sebagai diagnosis

1. Manfaat Bagi Program

 Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti

sesuai dengan keakapan anak

 Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang

belum diperhitungkan

 Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan

dicapai

 Apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.

1. 3. Memanfaatkan Hasil Tes diagnostic

tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa.

1. a. Fungsi Tes Diagnostik?

Tes diagnostik memiliki dua fungsi utama, yaitu:

(a) mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa,

(b) merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi

(30)

Tes diagnostik memiliki karakteristik:

1. dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena itu format dan respons yang dijaring harus didesain memiliki fungsi diagnostik,

2. dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber kesalahan atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab munculnya masalah (penyakit) siswa,

3. menggunakan soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian atau jawaban singkat), sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap. Bila ada alasan tertentu sehingga mengunakan bentuk selected response (misalnya bentuk pilihan ganda), harus disertakan penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu sehingga dapat meminimalisir jawaban tebakan, dan dapat ditentukan tipe kesalahan atau masalahnya, dan

4. disertai rancangan tindak lanjut (pengobatan) sesuai dengan kesulitan (penyakit) yang teridentifikasi.

1. 4. Memanfaatkan Hasil Penilaian Nontes

1. Observasi

Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakuya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi dapat dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran, dihalaman sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu murid olah raga, upacara dan lain-lain.

1. Wawancara (Interview)

(31)

1. Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai

2. Keterampilan pewawancara

Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan wawancara.

1. Pedoman wawancara

Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.

1. Angket (Questionave)

Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan anngket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.

E. langkah langkah memahami landasan kependidikan

A. LANDASAN PENDIDIKAN

(32)

pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan.

1. Landasan Filosofis

a. Pengertian Landasan Filosofis

Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan,

menyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme

F. langkah langkah memahami kebijakan pendidikan

a. Pengertian Kebijakan Pendidikan

Kebijakan pendidikan mempunyai makna yang begitu luas dan bermacam-macam, sehingga perlu ditinjau dari berbagai macam sudut pandang.

1.Kebijakan pendidikan dalam kebijakan publik

Pada makalah ini dipahami makna tentang kebijakan pendidikan, yaitu kebijakan pendidikan sebagai kebijakan publik dan kebijakan pendidikan sebagai bagian dari kebijakan publik atau dalam kebijakan publik. Pada pembahasan disini, kebijakan pendidikan merupakan bagian dari kebijakan publik. Pemahaman ini dimulai dari ciri-ciri kebijakan publik secara umum. Pertama, kebijakan publik adalah kebijakan yang dibuat oleh Negara, yaitu berkenaan dengan lembaga ekskutif, legislatif, dan yudikatif.

Kedua, kebijakan publik adalah kebijakan yang mengatur kehidupan bersama atau kehidupan publik, dan bukan mengatur orang seorang atau golongan. [1]

Disini kebijakan publik dipahami sebagai keputusan-keputusan yang dibuat oleh intitusi Negara dalam rangka mencapai visi dan misi Negara.

(33)

satu argument utamanya adalah bahwa globalisasi membawa nilai demokrasi. Dmokrasi yang memberikan hasil adalah demokrasi yang didukung oleh pendidikan.[2]

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, kebijakan pendidikan dipahami sebagai bagian dari kebijakan publik, yaitu kebijakan public dibidang pendidikan. Maka kebijakan pendidikan merupakan kebijakan pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pembangunan Negara-bangsa di bidang pendidikan, sebagai salah satu dari tujuan pembangunan Negara bangsa secara keseluruhan.

2. Kebijakan Pendidikan dan Gender

Masyarakat manusia secara tradisional didominasi oleh kekuasaan maskulin. kekuasaan maskulin itu diperkuat oleh berbagai mitos, tradisi untuk membordinasikan perempuan dalam struktur kehidupan bermasyarakat. Tidak mengherankan apabila terdapat banyak kebijakan termasuk kebijakan-kebijakan publik dan kebijakan pendidikan yang merugikan kaum perempuan. Bukankah manusia itu dilahirkan dari seorang perempuan, dan seorang ibu adalah seorang pendidik alamiah yang utama dan pertama oleh sebab itu, perempuan, ibu, secara genealogis merupakan salah satu dari stakeholder pendidikan alamiah disamping keluarga, masyarakat dan Negara.

Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional telah diberikan kesempatan yang sama kepada pria dan perempuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.[3]

3. Kebijakan pendidikan menurut Carte V. Good (1959) menyatakan, Educational policy is judgment, derived from some system of values and some assessment of situational factors, operating within institutionalized education as a general plan for guiding decision regarding means of attaining desired educational objectives.

Pengertian pernyataan di atas adalah, bahwa kebijakan pendidikan adalah suatu penilaian terhadap sistem nilai dan faktor-faktor kebutuhan situasional, yang dioperasikan dalam sebuah lembaga sebagai perencanaan umum untuk panduan dalam mengambil keputusan, agar tujuan pendidikan yang diinginkan bisa dicapai.[4]

(34)

5. Kebijakan pendidikan berdasarkan hakikat pendidikan

Kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan, dalam rangka untuk

mewujudkaan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu.[6]

b. Dasar dan Tujuan Kebijakan Pendidikan

Dasar kebijakan pendidikan ditinjau dari segi sosiologis adalah selain gambaran manusia sebagai makhluk sosial manusia adalah makhluk yang dapat dididik dan harus mendapatkan apabila proses pendidikan tersebut sesuai dengan hakikat manusia yang bebas.[7]

Kebebasan manusia mempunyai dua aspek yaitu kebebasan dari dan kebebasan untuk. Kebebasan bukanlah merupakan kebebasan yang absolut tanpa mengenal batasibatas tetapi kebebasan dari lingkungan kekuasaan.

Kebijakan pendidikan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Untuk menentukan pilihan dalam merumuskan kebijakan dalam pendidikan, perlu pemahaman tentang pandangan-pandangan terhadap tujuan kebijakan, yaitu: (1) tujuan kebijakan dilihat dari tingkatan masyarakat, (2) tujuan kebijakan dilihat dari tingkatan politisi, dan (3) tujuan kebijakan dilihat dari tingkatan ekonomi

G. langkah langkah memahami perkembangan siswa

Teknik non-tes merupakan prosedur pengumpulan data yang dirancang untuk memahami pribadi murid, yang pada umumnya bersifat kualitatif.

A. Observasi

Observasi atau pengamatan yaitu teknik atau cara untuk mengamati keadaan atau suatu keadaan (tingkah laku).

1. Ciri-ciri Observasi

Ciri-ciri observasi adalah sebagai berikut:

(35)

 Direncanakan secara sistematis,

 Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan,

 Perlu diperiksa ketelitiannya.

2. Jenis Teknik Observasi

Teknik observasi ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu:

 Observasi sehari-hari, yaitu observasi yang tidak direncanakan dengan seksama,

 Observasi sistematis, yaitu observasi yang direncanakan dengan seksama,

 Observasi parisipatif, yaitu observasi dimana observer berada dalam situasi yang sedang

diamati.

 Observasi non-partisipatif, yaitu observasi dimana observer tidak turut atau berada dalam

situasi kegiatan siswa.

Berdasarkan hubungan observer (pengamat) dengan kelompok yang diamatinya (observee), observasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Partisipan penuh

Pengamat menyamakan diri dengan orang yang diobservasi.

Dengan demikian, observer dapat merasakan dan menghayati apa yang dialami oleh observee. Tidak jarang seorang observer tinggal bersama

dengan kelompok yang diamatinya dalam waktu yang cukup lama sehingga ia dianggap sebagai bagian dari yang bersangkutan.

b. Observer sebagai pengamat

(36)

dirinya adalah obyek pengamatan. Oleh karena itu, observer membatasi aktivitasnya dalam kelompok observee.

c. Observer sebagai partisipan

Observer hanya berpartisipasi sepanjang yang dibutuhkan dalam “penelitian”nya.

d. Pengamat sempurna (complete observer)

Observer hanya mejadi pengamat tanpa partisipasi dengan yang diamati.

3. Pedoman Observasi

Agar data yang dikumpulkan melalui observasi dapat dicatat dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan pedoman observasi. Bentuk-bentuk pedoman observasi antara lain: (1) daftar cek (checklist); (2) skala penilaian (rating scale); (3) catatan anekdot (anecdotal records); (4) alat-alat mekanik (mechanical devices). Untuk keperluan memahami individu, pedoman ini akan dipakai oleh wali kelas, guru-guru, konselor, dan personil sekolah yang lain.

H. Langka-Langkah Memahami Pendekatan pembelajaran sesuai dengan

materi

1. Pendekatan Individual

Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk memecahkan kasus anak didiknya tersebut. Pendekatan individual

mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini.Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.

(37)

hubungan yang terbuka antara guru dan siswa, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa dalam belajar. Untuk mencapai hal itu, guru harus melakukan hal berikut ini:

1. Mendengarkan secara simpati dan menanggapi secara positif pikiran anak didik dan membuat hubungan saling percaya.

2. Membantu anak didik dengan pendekatn verbal dan non-verbal.

3. Membantu anak didik tanpa harus mendominasi atau mengambil alih tugas.

4. Menerima perasaan anak didik sebagaimana adanya atau menerima perbedaannya dengan penuh perhatian.

5. Menanggani anak didik dengan memberi rasa aman, penuh pengertian, bantuan, dan mungkin memberi beberapa alternatif pemecahan.

I. Langkah – langkah menamankan kerjasama

Tentukan tujuan bersama dengan jelas. Sebuah tim bagaikan sebuah kapal yang

berlayar di lautan luas. Jika tim tidak memiliki tujuan atau arah yang jelas, tim tidak akan menghasilkan apa-apa. Tujuan memerupakan pernyataan apa yang harus diraih oleh tim, dan memberikan daya memotivasi setiap anggota untuk bekerja. Contohnya, sekolah yang telah merumuskan visi dan misi sekolah hendaknya menjadi tujuan bersama. Selain mengetahui tujuan bersama, masing-masing bagian seharusnya mengetahui tugas dan tanggungjawabnya untuk mencapai tujuan bersama tersebut.

Perjelas keahlian dan tanggung jawab anggota. Setiap anggota tim harus menjadi

(38)

maka pemberian tugas tambahan tersebut harus didasarkan pada keahlian mereka masing-masing.

Sediakan waktu untuk menentukan cara bekerjasama. Meskipun setiap orang telah

menyadari bahwa tujuan hanya bisa dicapai melalui kerja sama, namun bagaimana kerja sama itu harus dilakukan perlu adanya pedoman. Pedoman tersebut sebaiknya merupakan kesepakatan semua pihak yang terlibat. Pedoman dapat dituangkan secara tertulis atau sekedar sebagai konvensi.

Hindari masalah yang bisa diprediksi. Artinya mengantisipasi masalah yang bisa

terjadi. Seorang pemimpin yang baik harus dapatmengarahkan anak buahnya untuk mengantisipasi masalah yang akan muncul, bukan sekedar menyelesaikan masalah. Dengan mengantisipasi, apa lagi kalau dapat mengenali sumber-sumber masalah, maka organisasi tidak akan disibukkan kemunculan masalah yang silih berganti harus ditangani.

Gunakan konstitusi atau aturan tim yang telah disepakati bersama. Peraturan tim

akan banyak membantu mengendalikan tim dalam menyelesaikan pekerjaannya dan menyediakan petunjuk ketika ada hal yang salah. Selain itu perlu juga ada konsensus tim dalam mengerjakan satu pekerjaan..

Ajarkan rekan baru satu tim agar anggota baru mengetahui bagaimana tim

beroperasi dan bagaimana perilaku antaranggota tim berinteraksi. Yang dibutuhkan anggota tim adalah gambaran jelas tentang cara kerja, norma, dan nilai-nilai tim. Di lingkungan sekolah ada guru baru atau guru pindahan dari sekolah lain, sebagai anggota baru yang baru perlu ”diajari” bagaimana bekerja di lingkungan tim kerja di sekolah. Suatu sekolah terkadang sudah memiliki budaya saling pengertian, tanpa ada perintah setiap guru mengambil inisiatif untuk menegur siswa jika tidak disiplin. Cara kerja ini mungkin belum diketahui oleh guru baru sehingga perlu disampaikan agar tim sekolah tetap solid dan kehadiran guru baru tidak merusak sistem.

Selalulah bekerjasama, caranya dengan membuka pintu gagasan orang lain. Tim

(39)

dibicarakan secara bersama-sama sehingga kerjasama tim dapat berfungsi dengan baik.

Wujudkan gagasan menjadi kenyataan. Caranya dengan menggali atau memacu kreativitas tim dan mewujudkan menjadi suatu kenyataan. Di sekolah banyak sekali gagasan yang kreatif, karena itu usahakan untuk diwujudkan agar tim bersemangat untuk meraih tujuan. Dalam menggali gagasan perlu mencari kesamaan pandangan.

Aturlah perbedaan secara aktif. Perbedaan pandangan atau bahkan konflik adalah

hal yang biasa terjadi di sebuah lembaga atau organisasi. Organisasi yang baik dapat memanfaatkan perbedaan dan mengarahkannya sebagai kekuatan untuk memecahkan masalah. Cara yang paling baik adalah mengadaptasi perbedaan menjadi bagian konsensus yang produktif.

Perangi virus konflik, dan jangan sekali-kali ”memproduksi” konflik. Di sekolah

terkadang ada saja sumber konflik misalnya pembagian tugas yang tidak merata ada yang terlalu berat tetapi ada juga yang sangat ringan. Ini sumber konflik dan perlu dicegah agar tidak meruncing. Konflik dapat melumpuhkan tim kerja jika tidak segera ditangani.

Saling percaya. Jika kepercayaan antaranggota hilang, sulit bagi tim untuk bekerja bersama. Apalagi terjadi, anggota tim cenderung menjaga jarak, tidak siap berbagi informasi, tidak terbuka dan saling curiga.. Situasi ini tidak baik bagi tim. Sumber saling ketidakpercayaan di sekolah biasanya berawal dari kebijakan yang tidak transparan atau konsensus yang dilanggar oleh pihak-pihak tertentu dan kepala sekolah tidak bertindak apapun. Membiarkan situasi yang saling tidak percaya antar-anggota tim dapat memicu konflik.

Saling memberi penghargaan. Faktor nomor satu yang memotivasi karyawan adalah

(40)

Evaluasilah tim secara teratur. Tim yang efektif akan menyediakan waktu untuk melihat proses dan hasil kerja tim. Setiap anggota diminta untuk berpendapat tentang kinerja tim, evaluasi kembali tujuan tim, dan konstitusi tim.

Jangan menyerah. Terkadang tim menghadapi tugas yang sangat sulit dengan kemungkinan untuk berhasil sangat kecil. Tim bisa menyerah dan mengizinkan kekalahan ketika semua jalan kreativitas dan sumberdaya yang ada telah dipakai. Untuk meningkatkan semangat anggotanya antara lain dengan cara memperjelas mengapa tujuan tertentu menjadi penting dan begitu vital untuk dicapai. Tujuan merupakan sumber energi tim. Setelah itu bangkitkan kreativitas tim yaitu dengan cara menggunakan kerangka fikir dan pendekatan baru terhadap masalah.

J. Langkah-Langkah Memanfaatkan Iptek

IPTEK

1. Pengertian IPTEK

Ilmu adalah suatu pemahaman tentang suatu pengetahuan, yang memiliki fungsi untuk mencari, menyelidiki, dan menyelesaikan suatu hipotesis. Ilmu juga merupakan suatu pengetahuan yang teleh teruji kebenarannya. misalnya, pengetauan tentang sikap dan prilaku manusia sebagai mahluk sosial, kemudian pengetahuan itu di selidiki oleh para ahli menggunakan metode-metode tertentu, dan ternyata pengetahuan tersebut memang benar bahwa manusai itu mahluk sosial, maka dari itu pengetahuan tersebut dikatakan sebagai ilmu yaitu ilmu sosial.

K. Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui atau disadari seseorang yang didapat dari pengalamannya. pengetahuan tidak bisa dikatakan sebagai sebuah ilmu karena kebenarannya belum teruji. Pengetahuan muncur dikarenakan seseorang menemukan sesuatu yang sebelumnya belum pernah dilihatnya.

L. Teknologi merupakan suatu penemuan melalui proses metode ilmiah untuk mencapai tujuan yang maksimal. teknologi juga dapat diartikan sebagai sarana manusia untuk menyediakan kebutuhan.

(41)

K. Langkah – langkah menguasai Ilmu Pengetahuan & keterampilan sesuai dengan pelajaran

Guru Profesional

Guru profesional adalah guru yang memiliki kemampuan mengorganisasikan lingkungan belajar yang produktif. Kata “profesi” secara terminologi diartikan suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya dengan titik tekan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kamampuan mental yang dimaksudkan di sini adalah ada persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis.

Profesionalisme berasal dari kata bahasa Inggris professionalism yang secara leksikal berarti sifat profesional. Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu. Profesionalisasi mengandung makna dua dimensi utama, yaitu peningkatan status dan peningkatan kemampuan praktis. Peningkatan status dan peningkatan kemampuan praktis ini harus sejalan dengan tuntutan tugas yang diemban sebagai guru.

Dari sudut penghampiran sosiologi, Vollmer & Mills mengemukakan bahwa profesi menunjuk kepada suatu kelompok pekerjaan dari jenis yang ideal, yang sesungguhnya tidak ada di dalam kenyataan atau tidak pernah akan tercapai, akan tetapi menyediakan suatu model status pekerjaan yang bisa diperoleh, bila pekerjaan itu telah mencapai profesionalisasi secara penuh. Kata profesional berarti sering diartikan sifat yang ditampilkan oleh seorang penyandang profesi, berikut implikasinya dikaitkan dengan kebutuhan hidupnya. Dalam UU No. 14 tahun 2005, kata profesional diartikan sebagai pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,

(42)

Untuk itu jabatan guru sebagai profesi seharusnya mendapat perlindungan hukum untuk menjamin agar pelaksanannya tidak merugikan pelbagai pihak yang membutuhkan jasa guru secara profesional, dengan memberikan penghargaan finansial dan non finansial yang layak bagi sebuah profesi. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan prinsip khusus. Di dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa prinsip-prinsip profesi guru adalah sebagai berikut:

1. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;

2. memiliki komitmen unutk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak

mulia;

3. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;

4. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;

5. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;

6. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;

7. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

belajar sepanjang hayat;

8. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan

9. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan

dengan tugas keprofesionalan guru.

Sebagi tenaga profesional, guru dituntut memvalidasi ilmunya, baik melalui belajar sendiri maupun melalui program pembinaan dan pengembangan yang dilembagakan oleh pemerintah atau masyarakat. Pembinaan merupakan upaya peningkatan profesionalisme guru yang dapat dilakukan melalui kegiatan seminar, pelatihan, dan pendidikan. Pembinaan guru dilakukan dalam kerangka pembinaan profesi dan karier. Pembinaan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Pembinaan karier meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.

Syarat suatu profesi adalah seperti berikut ini.

1. Melibatkan kegiatan intelektual.

2. Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.

3. Memerlukan persiapan profesional yang alam dan bukan sekedar latihan.

(43)

5. Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.

6. Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.

7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

8. Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik.

L. Langkah-langkah Mengembangkan Profesi, Akademi, Sosial, Dll.

Profesionalisme Guru

Menurut Endang Komara, (2006:1) guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Adapun pengertian profesi Mc Cully (dalam A.Tabrani Rusyan 1992:4) mengatakan “Profesi adalah a vocation an wich profesional knowledge of some departement a learning science is used in its application to the of other or in the practice of an art found it”. Sedangkan pengertian profesionalime, Freidson (dalam Syaiful Sagala, 2000:199) berpendapat bahwa, “profesionalisme adalah sebagai komitmen untuk ide-ide profesional dan karir”.

Dengan begitu dapat kita mengerti sebuah profesi pekerjaan untuk menjadi professional dituntut untuk mampu memiliki kualitas intelektual dan kemahiran yang sesuai dengan standar mutu yang disyahkan oleh lembaga yang bersangkutan, serta lebih jauh siap mempertanggungjawabkan pekerjaan tersebut dengan cara-cara yang professional pula. Sikap professional saat ini dikenal dengan istilah management professional, maka dengan begitu guru professional adalah seorang guru yang menerapkan konsep management professional dalam menjalankan aktivitas kehidupannya, begitu pula sebaliknya jika seorang guru tidak menerapkan konsep management professional maka artinya guru yang bersangkutan tidak professional. Hubungan antara professional dan profesi dalam konteks pekerjaan Wina Sanjaya (2005:142-143): mengatakan :

(44)

2. Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang spesifik sesuai dengan jenis profesinya, sehingga antara profesi yang satu dengan yang lainnya dapat dipisahkan secara tegas;

3. Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan kepada latar belakang pendidikan

yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi latar belakang pendidikan akademik sesuai dengan profesinya, semakin tinggi pula tingkat keahliannya dengan demikian semakin tinggi pula tingkat penghargaan yang diterimanya;

4. Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak terhadap sosial kemasyarakatan, sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap efek yang ditimbulkan dari pekerjaan profesinya. Sebagai suatu profesi, kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu kompetensi pribadi, kompetensi profesional dan kompetensi sosial kemasyarakatan.

Pekerjaan seorang guru adalah sebuah pekerjaan yang berprofesi khusus (special profesion) yaitu mendidik dan mengayomi seorang anak didik dari kondisi tidak mengerti atau kurang mengerti kearah yang lebih baik. Penegasa pekerjaan guru adalah sebuah pekerjaan yang khusus juga ditegaskan dalam UU Guru pasal 5 ayat (1) dikatakan bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip professional. Karena kita melihat pekerjaan seorang guru adalah sangat spesifik atau khusus maka untuk mendorong kearah spesialisasi yang lebih dalam adalah dengan mensertifikasikan para guru secara profesional.

B. Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru

Pembelajaran konstekstual sangat bagus diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas, karena siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran. Namun metode pembelajaran bukanlah faktor utama keberhasilan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Metode pembelajaran hanyalah alat/media yang digunakan untuk menuju kualitas pendidikan yang prima, sedangkan pengendaranya adalah guru. Sehingga baik atau tidaknya pendidikan tergantung dari profesi guru sebagai pendidik.

Didalam upaya peningkatan peningkatan profesionalitas guru oleh pemerintah lembaga pendidikan, dan guru itu, harus sikron antara pemerintah dengan lembaga-lembaga pendidikan maupun guru itu sendiri.

Referensi

Dokumen terkait

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian Survei Penggunaan Internet Untuk Pencarian Informasi Obat dan Kesehatan di Kalangan Remaja Desa Bleberan Kecamatan Playen Kabupaten Gunung

PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK TULIS BANJARNEGARA - JAWA TENGAH..

1) Proses Menyusui yang terlalu cepar diakhiri, membuat posisi bayi saat menyusu kurang benar sehingga banyak udara yang masuk saat menyusu yang mengakibatkan

Unsur Pengorganisasian merupakan sebuah rangkaian dari kegiatan untuk menyusun suatu kerangka dari organisasi yang akan menjadi wadah atau tempat untuk setiap

Endapan adalah dikumpulkan dan dilarutkan dalam larutan aseton dengan air (1:2 v/v) bertindak sebagai pelarut sebelum analisis dilakukan. Kromatogram menunjukkan

Bila dalam hal tenaga medis yang diperlukan telah memiliki 3 SIP, dan yang bersangkutan sangat diperlukan oleh RSU SIS ALJUFRI, maka ketentuan untuk merekrut harus seizin

Dengan demikian, melaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan bagian tugas guru yang harus dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung dengan

5) Unit Pengelola Program Studi memiliki hasil evaluasi pada proses pembelajaran yang merupakan bagian dari penilaian kinerja dosen. 6) Unit Pengelola Program Studi