Hak Cipta © 2015 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang
MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN
Disklaimer: Buku ini merupakan buku guru yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi Kurikulum 2013. Buku guru ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti: buku guru/ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- . Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015.
vi, 154 hlm. : ilus. ; 25 cm.
Untuk SMA/SMK Kelas XII
ISBN 978-602-282-429-9 (jilid lengkap) ISBN 978-602-282-432-9 (jilid 3)
1. Hindu -- Studi dan Pengajaran I. Judul II. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
294.5
Kontributor Naskah : I Nengah Mudana dan I Gusti Ngurah Dwaja
Penelaah : I Made Suparta, I Made Sutresna, dan I Wayan Budi Utama Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Cetakan Ke-1, 2015
Kata Pengantar
Kurikulum 2013 dirancang agar peserta didik tidak bertambah pengetahuannya, tetapi meningkat juga keterampilannya dan semakin mulia kepribadiannya. Ada kesatuan utuh antara kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Keutuhan ini perlu tercermin dalam pembelajaran agama. Melalui pembelajaran pengetahuan agama diharapkan akan terbentuk keterampilan beragama dan terwujud sikap beragama siswa. Tentu saja sikap beragama yang berimbang, mencakup hubungan manusia dengan Penciptanya dan hubungan manusia dengan sekitarnya. Untuk memastikan keseimbangan ini, pelajaran agama perlu diberi penekanan khusus terkait dengan budi pekerti. Hakikat budi pekerti adalah sikap atau perilaku seseorang dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa, serta alam sekitar. Jadi, pendidikan budi pekerti adalah usaha menanamkan nilai-nilai moral ke dalam sikap dan perilaku generasi bangsa agar mereka memiliki kesantunan dalam berinteraksi.
Nilai-nilai moral/karakter yang ingin kita bangun antara lain adalah sikap jujur, disiplin, bersih, penuh kasih sayang, punya kepenasaran intelektual, dan kreatif. Di sini pengetahuan agama yang dipelajari para siswa menjadi sumber nilai dan penggerak perilaku mereka. Sekadar contoh, diantara nilai budi pekerti dalam Hindu dikenal dengan Tri Marga (bakti kepada Tuhan, orangtua, dan guru; karma, bekerja sebaik-baiknya untuk dipersembahkan kepada orang lain dan Tuhan; Jnana, menuntut ilmu sebanyak-banyaknya untuk bekal hidup dan penuntun hidup) dan Tri Warga (dharma, berbuat berdasarkan atas kebenaran; artha, memenuhi harta benda kebutuhan hidup berdasarkan kebenaran, dan karma, memenuhi keinginan sesuai dengan norma-norma yang berlaku). Kata kuncinya, budi pekerti adalah tindakan, bukan sekedar pengetahuan yang harus diingat oleh para siswa, maka proses pembelajarannya seharusnya mengantar mereka dari pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan.
Buku ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan siswa untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum 2013, siswa diajak menjadi berani untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Peran guru dalam meningkatkan dan menyesuaikan daya serap siswa dengan ketersediaan kegiatan pada buku ini sangat penting. Guru dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam.
Sebagai edisi pertama, buku ini sangat terbuka dan perlu terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Untuk itu, kami mengundang para pembaca memberikan kritik, saran dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya. Atas kontribusi tersebut, kami ucapkan terima kasih. Mudah-mudahan kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia Merdeka (2045).
iv Kelas XII SMA Semester 1
Daftar Isi
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... vi
Bab 1 Pendahuluan ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Dasar Hukum ... 2
C. Tujuan ... 3
D. Sasaran ... 4
E. Ruang Lingkup Buku Guru ... 4
Bab 2 Gambaran Umum ... 5
A. Gambaran Umum Tentang Buku Guru ... 5
B. Bagaimana Menggunakan Buku Guru ... 6
C. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang Diinginkan ... 7
D. Kompetensi Inti (KI) yang Ingin Dicapai ... 7
Bab 3 Landasan Konsep ... 10
A. Ruang Lingkup Materi Pembelajaran Agama Hindu dan Budi Pekerti SMA/ SMK Kelas XII ... 10
B. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti ... 14
C. Tujuan dan Pendekatan Pembelajaran dalam Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti ... 37
Bab 4 Desain Pembelajaran Berdasarkan Materi ... 65
A. Uraian Singkat Materi ... 65
B. Strategi Pembelajaran ... 111
C. Tujuan, Metode, Media, dan Sumber Belajar ... 119
D. Nilai Ketuntasan Belajar Berdasarkan Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014... 128
Bab 5 Penutup ... 129
A. Kesimpulan ... 129
B. Saran-Saran ... 129
Indeks ... 131
Glosarium ... 134
Daftar Pustaka ... 137
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang Diinginkan... 7
Tabel 3.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar SMA/ SMK Kelas XII ... 10
Tabel 3.2 Contoh: Lembar Observasi ... 25
Tabel 3.3 Contoh Format Penilaian Diri ... 26
Tabel 3.4 Contoh Format Penilaian Antar Peserta Didik ... 26
Tabel 3.5 Contoh Format Penilaian Jurnal ... 27
Tabel 3.6 Format Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan ... 29
Tabel 3.7 Contoh Format Penilaian Tugas ... 29
Tabel 3.8 Contoh: Format Instrumen Penilaian Praktik Sembahyang ... 31
Tabel 3.9 Contoh: Format Instrumen Penilaian Dharmagita... 31
Tabel 3.10 Contoh Format Penilaian Proyek ... 32
Tabel 3.11 Contoh Format Penilaian Produk ... 33
Tabel 3.12 Contoh Format Penilaian Portofolio... 34
Tabel 3.13 Rentang Konversi untuk Menentukan Predikat Prestasi Peserta Didik... 35
Tabel 3.14 Komponen Indikator... 39
Tabel 3.15 Komponen Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi ... 45
Tabel 3.16 Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan ... 47
Tabel 3.17 Contoh Program Pembelajaran Pengayaan ... 57
Tabel 4.1 Strategi Pembelajaran ... 111
Tabel 4.2 Tujuan, Metode, Media, dan Sumber Belajar ... 119
Tabel 4.3 Nilai Ketuntasan Kompetensi Sikap... 128
Pendahuluan
Bab 1
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan suatu bangsa pendidikan memiliki peran yang sangat penting dan strategis untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa. Atas dasar itu, Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang, dan setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan/ pengajaran. Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta hakikat dan martabat bangsa untuk mewujudkan insan-insan dan masyarakat Indonesia yang memiliki Sradha dan Bhakti ke hadapan Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa).
yang meliputi karakter religius (KI 1) dan karakter sosial (KI 2) meningkatkan pemahaman pengetahuan (KI 3) dan mempraktikkan materi yang diajarkan (KI 4). Kurikulum 2013 mempersiapkan generasi penerus bangsa Indonesia menghadapi persaingan perdagangan bebas dan menyambut Indonesia emas tahun 2045. Guru dalam menjalankan fungsi dan tugas mengajar agama Hindu dan budi pekerti dibantu dengan buku panduan guru untuk memudahkan memahami karakter kurikulum 2013 sehingga tujuan pembelajaran Agama Hindu dan tujuan pendidikan nasional dapat terwujud. Guru Agama Hindu melalui kurikulum 2013 mempunyai tugas yang sangat berat untuk selalu menanamkan sikap/ perilaku yang baik dan benar sesuai dengan ajaran Tri Kaya Parisudha yang bersumberkan dari Sruti dan Smerti. Pendidikan Agama Hindu menuntut agar peserta didiknya memiliki budi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan memperbanyak praktik-praktik keagamaannya.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
4. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan.
5. Peraturan Menteri Agama Nomor 4 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan Teknis di Lingkungan Kementerian Agama
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan.
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah.
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru untuk Pendidikan Dasar dan Menengah.
13. Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama.
14. Surat keputusan Dirjen Bimas Hindu Nomor DJ.v/92/SK/2003, tanggal 30 September 2003 tentang Penunjukan Parisada Hindu sebagai Penyelenggara Pendidikan Agama Hindu di Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK) sampai dengan Perguruan Tinggi.
C. Tujuan
Buku Guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti SMA/SMK Kelas XII ini disusun dengan tujuan:
1. Membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah sesuai
dengan tuntutan Kurikulum 2013.
2. Membantu guru memahami komponen, tujuan dan materi Agama Hindu dan
Budi Pekerti dalam Kurikulum 2013.
3. Memberikan panduan kepada guru dalam menumbuhkan budaya belajar peserta
didik yang kreatif, aktif, dan positif untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap pengertahuan Agama Hindu.
4. Membantu guru dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan
menilai kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. 5. Membantu guru dalam menjelaskan kualiikasi bahan atau materi pelajaran,
pola pengajaran, dan evaluasi yang harus dilakukan sesuai dengan model Kurikulum 2013
6. Memberikan arah yang tepat bagi guru dalam mencapai target atau sasaran yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013
7. Memberikan inspirasi kepada guru dalam menanamkan dan mengembangkan
bahan atau materi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didiknya.
8. Memberikan semangat kepada guru untuk menugaskan peserta didiknya
mengerjakan tugas-tugas yang bersifat proyek di setiap bab, yaitu menganalisis, mencaritahu/menemukan, mengobservasi, dan mengumpulkan portofolio.
9. Mengajak guru lebih aktif memberikan pembelajaran Agama Hindu berbasis
aktiitas berupa kegiatan praktik atau pengalaman langsung.
D. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam Buku Guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti SMA/SMK Kelas XII, antara lain:
1. Guru mudah memberikan tugas-tugas kepada peserta didiknya
2. Guru memiliki pemahaman yang mendalam tentang kurikulum 2013 dan
komponen-komponennya dan mampu menerapkan dengan benar.
3. Guru mampu menyusun rencana kegiatan pembelajaran dengan baik.
4. Guru memiliki wawasan yang luas dan mendalam mengenai model-model
pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
5. Guru diharapkan menanamkan budaya belajar kreatif, inovatif, mandiri, dan
berbasis kreativitas kepada peserta didiknya.
6. Guru diharapkan dapat mengembangkan buku panduan guru ini sesuai dengan
budaya dan kebutuhan di daerah setempat.
7. Guru dapat mengenal berbagai macam bentuk penilaian untuk mengukur
kompetensi yang dimiliki peserta didik.
8. Guru mudah menggunakan silabus yang sudah disiapkan dalam lampiran buku
guru ini.
9. Guru dapat mengembangkan RPP yang ada dalam lampiran dan akan
dipergunakan sesuai dengan topik materi yang akan diajarkan
E. Ruang Lingkup Buku Guru
Adapun sebagai ruang lingkup dari penyusunan dan penulisan Buku Guru ini adalah: Bab I : Pendahuluan
A. Gambaran Umum tentang Buku Guru
Secara umum, berdasarkan ruang lingkupnya, Buku Guru ini terdiri dari lima bab, yakni:
1. Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan latar belakang, dasar hukum, tujuan,
sasaran, dan ruang lingkup
2. Gambaran Umum. Bab ini berisi gambaran umum tentang Buku Guru,
bagaimana menggunakan Buku Guru, SKL yang diinginkan dan KI yang ingin dicapai.
3. Landasan Konsep. Uraian dalam bab ini meliputi Desain Pembelajaran
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti yang terdiri dari:
a. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti b. Metode Pembelajaran
c. Teknik Pembelajaran dan Penilaian.
Tujuan dan pendekatan pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti terdiri dari:
a. Komponen Indikator dan Tujuan Pembelajaran b. Komponen Proses/Kegiatan Pembelajaran
Gambaran Umum
d. Komponen Evaluasi
e. Kerjasama dengan orang tua peserta didik
4. Desain Pembelajaran Berdasarkan Materi. Pada bab ini diuraikan bagaimana
guru akan mengajarkan materi pembelajaran dalam proses belajar mengajar, berkenaan dengan metode, strategi, teknik dan penilaian atau evaluasi pembelajaran
5. Penutup. Bab ini adalah penutup dari penjelasan buku yang berisi kesimpulan dan saran-saran
B. Bagaimana Menggunakan Buku Guru
Buku Guru sebagai sebuah panduan, buku ini adalah standar minimal yang digunakan oleh guru dengan menyesuaikan materi yang akan diajarkan. Panduan ini lebih bersifat sebagai petunjuk umum, sehingga pada saat akan digunakan, guru harus mencermati berbagai aspek yang menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Misalnya tentang penggunaan metode atau media pembelajaran. Hal ini mengingat dalam panduan ini, semua metode dan media pembelajaran diuraikan.
Dengan memahami bahwa panduan ini sebagai petunjuk umum, maka guru diharapkan mengembangkan kreativitasnya untuk mendesain pembelajaran tiap materi, serta inovatif dengan memperkaya pembelajaran berdasarkan petunjuk-petunjuk umum dalam panduan ini. Agar panduan ini dapat digunakan dengan baik, disarankan kepada guru untuk:
1. Mempelajari secara seksama uraian-uraian operasional yang dijelaskan
2. Memilah hal-hal khusus tertentu yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran
3. Merancang proses pembelajaran dengan merujuk pada petunjuk umum dalam
panduan
4. Menyesuaikan isi materi dengan petunjuk umum dalam panduan
5. Mengembangkan sendiri petunjuk umum dalam panduan menjadi lebih
operasional dan teknis
C. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang
Diinginkan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 di mana di setiap dimensi memiliki kualiikasi kemampuan sebagaimana tertera dalam tabel berikut:
No. Dimensi Kualiikasi Kemampuan
1. Sikap
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.
2. Pengetahuan
Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.
3. Keterampilan
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.
D. Kompetensi Inti (KI) yang Ingin Dicapai
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) disebutkan bahwa:
1. Kompetensi adalah seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh peserta didik setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran, menamatkan suatu program, atau menyelesaikan satuan pendidikan tertentu.
2. Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program.
muatan pembelajaran, mata pelajaran atau program dalam mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Kompetensi Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program yang menjadi landasan pengembangan Kompetensi Dasar (KD).
Lebih lanjut dalam pasal 77 H ayat (1) penjelasan dari Kompetensi Inti (KI) sebagai berikut:
1. Yang dimaksud dengan pengembangan kompetensi spiritual keagamaan
mencakup perwujudan suasana belajar untuk meletakkan dasar perilaku baik yang bersumber dari nilai-nilai agama dan moral dalam konteks belajar dan berinteraksi sosial.
2. Yang dimaksud dengan pengembangan sikap personal dan sosial mencakup
perwujudan suasana untuk meletakkan dasar kematangan sikap personal dan sosial dalam konteks belajar dan berinteraksi sosial.
3. Yang dimaksud dengan pengembangan pengetahuan mencakup perwujudan
suasana untuk meletakkan dasar kematangan proses berpikir dalam konteks belajar dan berinteraksi sosial.
4. Yang dimaksud dengan pengembangan keterampilan mencakup perwujudan
suasana untuk meletakkan dasar keterampilan dalam konteks belajar dan berinteraksi sosial.
Berikut adalah KI Tingkat SMA/SMK
Satuan Pendidikan : SMA/SMK...
Kelas/Program : XII /...
Kompetensi Inti :
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesiik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
A. Ruang Lingkup Materi Pembelajaran Agama
Hindu dan Budi Pekerti SMA/ SMK Kelas XII
Ruang lingkup Buku Panduan Guru ini memuat Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) SMA/SMK Kelas XII yang akan diajarkan menjadi pokok bahasan/topik atau materi pembelajaran dalam satu tahun pelajaran, yaitu:
Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar
SMA/ SMK Kelas XII
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
1. Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya
1.1 Membiasakan mengucapkan salam Agama Hindu
1.2 Membiasakan mengucapkan dainika upasana (doa sehari-hari).
Landasan Konsep
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif), menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa, serta memosisikan diri sebagai agen transformasi masyarakat dalam membangun peradaban bangsa dan dunia.
2.1 Toleran terhadap sesama, keluarga dan lingkungan dengan cara menyayangi ciptaan Sang Hyang Widhi (Ahimsa).
2.2 Berperilaku jujur (Satya),
menghargai, dan menghormati (Tat Tvam Asi) makhluk ciptaan Sang Hyang Widhi
3. Memahami, menerapkan, dan
menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesiik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
3.1 Menjelaskan ajaran Moksha dalam Susastra Veda
3.2 Menyebutkan sumber-sumber Hukum Hindu dalam Susastra Veda
3.3 Menjelaskan kebudayan Prasejarah dan Sejarah, teori-teori masuknya Agama Hindu di Indonesia
3.4 Menjelaskan ajaran Yantra, Tantra, dan Mantra
3.5 Menjelaskan ajaran Nawa Widha Bhakti
3.6 Menjelaskan ajaran Tri Purusha 3.7 Menerapkan sikap disiplin, peduli,
dan bertanggungjawab sesuai dengan ajaran Dasa Yama Bratha 3.8 Menerapkan sikap disiplin, peduli,
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
4.1 Menyaji Astangga Yoga untuk mencapai Moksa
4.2 Melantunkan sloka-sloka yang terkait dengan sumber hukum Hindu
4.3 Menyaji bukti-bukti prasejarah dan sejarah perkembangan agama Hindu di Indonesia
4.4 Mempraktikkan ajaran Yantra, Tantra dan Mantra dalam kehidupan 4.5 Mempraktikkan ajaran Nawa Widha
Bhakti sebagai ajaran sikap hidup yang positif dalam kehidupan 4.6 Menalar ajaran Tri Purusha sebagai
manifestasi Ida Sang Hyang Widhi 4.7 Mempraktikan ajaran Dasa Yama
Bratha dalam kehidupan sehari-hari 4.8 Mempraktikan ajaran Dasa Nyama
Bratha dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar (KD) Kelas XII menjadi pokok bahasan/topik atau materi pembelajaran dalam bentuk delapan bab. Dari delapan bab tersebut dibagi menjadi dua semester yaitu semester ganjil / I dan semester genap / II sesuai dengan kebutuhan di sekolah masing-masing. Pemilahan tersebut hendaknya disesuaikan dengan kalender pendidikan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, sehingga materi pokok dapat disampaikan kepada peserta didik secara tuntas.
Dengan demikian, dalam pelaksanaan evaluasinya baik dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester (UTS) maupun ulangan akhir semester (UAS), Ujian Sekolah (US) dapat tercapai dan terukur untuk penentuan kenaikan kelas, dan kelulusan pada jenjang Kelas XII. Adapun materi Kelas XII yang akan diajarkan dan diterima oleh Peserta didik sebagai bahan Pembelajaran adalah sebagai berikut:
Bab 1. Moksa
A. Jalan Menuju Moksa.
C. Tantangan dan Hambatan dalam Mencapai Moksa Sesuai dengan Zamannya Globalisasi.
D. Upaya-Upaya dalam Mengatasi Hambatan dan Tantangan untuk Mencapai Moksa Menurut Zaman Globalisasi.
E. Contoh-Contoh Orang yang Mampu Mencapai Moksa.
Bab 2. Hukum Hindu Dalam Susastra Veda
A. Sejarah Hukum Hindu.
B. Sumber-Sumber Hukum Hindu.
C. Sloka Kitab Suci yang Menjelaskan Sumber Hukum Hindu.
D. Hubungan Hukum Hindu dengan Budaya, Adat-istiadat, dan Kearifan Daerah Setempat.
Bab 3. Kebudayaan Prasejarah Dan Sejarah
Agama Hindu
A. Kebudayaan Prasejarah dan Sejarah Agama Hindu.
B. Teori-Teori Masuknya Agama Hindu ke Indonesia.
C. Bukti-bukti Monumental Peninggalan Prasejarah dan Sejarah Perkembangan Agama Hindu di Indonesia.
D. Pelestarian Peninggalan Budaya Agama Hindu di Indonesia.
E. Kontribusi Kebudayaan Hindu dalam Pembangunan Pariwisata Nasional Menuju Era Globalisasi.
Bab 4. Tantra Yantra Dan Mantra
A. Ajaran Tantra, Yantra, dan Mantra.
B. Fungsi dan Manfaat Tantra, Yantra, dan Mantra dalam Kehidupan dan Penerapan Ajaran Hindu.
C. Bentuk-Bentuk Tantra, Yantra, dan Mantra yang Dipergunakan dalam Praktik
Kehidupan Sesuai Ajaran Agama Hindu.
D. Cara Mempraktikkan Ajaran Tantra, Yantra, dan Mantra.
Bab 5. Nawa Widha Bhakti
A. Ajaran Nawa Widha Bhakti.
B. Bagian-Bagian Nawa Widha Bhakti
C. Bentuk Penerapan Nawa Widha Bhakti dalam Kehidupan
Bab 6. Tri Purusha A. Ajaran Tri Purusha.
B. Bagian-Bagian Tri Purusha.
C. Tri Purusha sebagai Manifestasi Ida Sang Hyang Widhi.
D. Bentuk Pemujaan Tri Purusha.
E. Tri Hita Karana.
Bab 7. Dasa Yama Bratha
A. Ajaran Dasa Yama Bratha
B. Bagian-Bagian Dasa Yama Bratha
C. Tujuan dan Manfaat Ajaran Dasa Yama Bratha dalam Pembentukan Kepribadian
yang Luhur.
D. Contoh Penerapan Dasa Yama Bratha dalam Kehidupan.
Bab 8. Dasa Nyama Bratha
A. Ajaran Dasa Nyama Bratha.
B. Bagian-Bagian Dasa Nyama Bratha.
C. Tujuan dan Manfaat Ajaran Dasa Nyama Bratha dalam Pembentukan Kepribadian dan Budi Pekerti yang Luhur.
D. Contoh Penerapan Ajaran Dasa Nyama Bratha dalam Kehidupan.
B. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu
dan Budi Pekerti
1. Strategi Pembelajaran
Sebelum masuk ke strategi pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti perlu dimulai dengan memahami apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran. Strategi adalah usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu, dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran Agama Hindu dan Budi Pekerti.
Ada tiga jenis strategi yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran Agama Hindu, yakni:
a. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran:
Strategi mengorganisasi isi pelajaran disebut juga sebagai struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur, dan prinsip yang berkaitan. Lebih lanjut, strategi pengorganisasian dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi mikro dan strategi makro. Strategi mikro mengacu kepada metode untuk pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur atau prinsip. Strategi makro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip.
b. Strategi Penyampaian Pembelajaran:
Strategi penyampaian isi pembelajaran merupakan komponen variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian pembelajaran adalah:
1) Menyampaikan isi pembelajaran kepada peserta didik, dan
2) Menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan peserta didik untuk menampilkan unjuk kerja.
c. Strategi Pengelolaan Pembelajaran:
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara peserta didik dengan variabel metode pembelajaran lainnya.
Berikut ada beberapa strategi yang dapat dipraktikkan guru Agama Hindu dalam menunjang hasil proses belajar mengajar antara lain:
1) Strategi Student Centered Learning (SCL) yaitu pembelajaran yang
Student-dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung jawab Student-dan berinisiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya. (O’Neill & McMahon, 2005)
2) Strategi Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis
masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).
3) Strategi inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. 4) Strategi pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning)
Dalam kaitannya dengan pendekatan saintiik (scientiic approach) dan implementasi Kurikulum 2013, model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran. Dalam kegiatan ini, peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar (pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Model pembelajaran berbasis proyek selalu dimulai dengan menemukan apa sebenarnya pertanyaan mendasar, yang nantinya akan menjadi dasar untuk memberikan tugas proyek bagi peserta didik (melakukan aktivitas).
5) Strategi pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan
sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau
2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh oleh seorang guru dalam menyampaikan materi Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti di SMA/SMK Kelas XII.
Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti dapat menggunakan beberapa metode di antaranya, metode tradisional yaitu:
1) Metode Dharmawacana adalah pelaksanaan mengajar dengan ceramah
secara oral, lisan, dan tulisan diperkuat dengan menggunakan media visual.
2) Metode Dharmagītā adalah pelaksanaan mengajar dengan pola melantunkan sloka, palawakya, dan tembang. Guru dalam proses pembelajaran dengan pola Dharmagītā, melibatkan rasa seni yang dimiliki setiap peserta didik, terutama seni suara atau menyanyi, sehingga dapat menghaluskan budi pekertinya.
3) Metode Dharmatula adalah pelaksanaan mengajar dengan cara mengadakan diskusi di dalam kelas. Strategi Dharmatula digunakan karena tiap peserta didik memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Dengan menggunakan strategi Dharmatula peserta didik dapat memberikan kontribusi dalam pembelajaran.
4) Metode Dharmayatra adalah pelaksanaan pembelajaran dengan cara mengunjungi tempat-tempat suci. Strategi Dharmayatra baik digunakan pada saat menjelaskan materi tempat suci, hari suci, budaya dan sejarah perkembangan Agama Hindu.
5) Metode Dharmashanti adalah pelaksanaan pembelajaran untuk menanamkan sikap saling asah, saling asih, dan saling asuh yang penuh dengan rasa toleransi. Strategi Dharmashanti dalam pembelajaran memberikan kesempatan kepada peserta didik, untuk saling mengenali teman kelasnya, sehingga menumbuhkan rasa saling menyayangi.
6) Metode Dharma Sadhana adalah pelaksanaan pembelajaran untuk menumbuhkan kepekaan sosial peserta didik melalui pemberian atau pertolongan yang tulus ikhlas dan mengembangkan sikap berbagi kepada sesamanya, sesuai dengan ajaran filsafat Hindu yaitu Tat Twam Asi.
Guru adalah orang yang mempunyai kemampuan dapat mengubah psikis dan pola pikir, perilaku peserta didiknya dari tidak tahu menjadi tahu. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan mendidik atau mengajar di kelas maupun dapat di luar kelas dan alam sekitarnya. Untuk itu seorang guru harus mampu menguasai dan mempraktikkan berbagai metode pembelajaran.
Berikut dijelaskan beberapa macam metode modern yang dapat dipergunakan
a. Metode Ceramah yaitu penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.
b. Metode Diskusi yaitu proses pelibatan dua orang peserta didik atau lebih untuk berinteraksi dengan saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan di antara mereka.
c. Metode Resitasi, yaitu suatu metode pengajaran dengan mengharuskan peserta didik membuat resume dengan kalimat sendiri.
d. Metode Eksperimental, yaitu suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana peserta didik melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya.
e. Metode Study Tour (Karya wisata), yaitu metode mengajar dengan
mengajak peserta didik mengunjungi tempat-tempat suci Agama Hindu dan peninggalannya, guna memperluas pengetahuan.
f. Peer Theaching Method, yaitu suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.
g. Metode Pemecahan Masalah (problem solving method), yaitu bukan hanya sekadar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan. h. Project Method, yaitu metode perancangan adalah suatu metode mengajar
dengan meminta peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai objek kajian.
i. Taileren Method, yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya sloka per sloka kemudian disambung lagi dengan sloka lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.
j. Metode Global (ganze method), yaitu suatu metode mengajar di mana peserta didik disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian peserta didik meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari materi tersebut.
k. Metode Contextual Teaching Learning (CTL) Pembelajaran Konstektual
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
3. Teknik Pembelajaran
Dunia pendidikan merupakan dunia yang dinamis. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran di mana peserta didik diharapkan mampu menguasai hasil proses belajar mengajar. Dunia pendidikan akan selalu menyelaraskan hasil belajar peserta didik sesuai dengan perkembangan teknologi dan informasi.
Teknik adalah metode atau sistem mengerjakan sesuatu, cara membuat atau seni melakukan sesuatu atau dapat dikatakan sebagai jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah tujuan yang ingin dicapai. Dalam dunia pendidikan dikenal beberapa teknik pembelajaran komunikatif yang menyenangkan, yang dapat di pergunakan oleh guru Agama Hindu diantaranya:
a. Role play, yaitu kegiatan pembelajaran dengan cara bermain peran. Guru menjadikan suasana kelas seperti seolah dunia yang nyata, misalnya dengan topik penjual dan pembeli dalam dagang.
b. Surveys, yaitu peserta didik membuat tim survey di kelas. Teknik survey ini harus disesuaikan dengan tingkat peserta didik, misalnya membuat angket pertanyaan kepada 30 peserta didik di kelas
c. Games, yaitu teknik bermain yang paling disukai oleh peserta didik. d. Interview, yaitu teknik bertanya kepada teman sekelas maupun teman di
luar atau bahkan dengan orang yang tidak dikenal di luar sekolah dan jalan. Pertanyaan harus disusun oleh guru dan prosesnya di bawah kontrol guru e. Pair work/group work, yaitu teknik dengan meminta peserta didik belajar
berkelompok dan bekerjasama dalam tim. f. Storytelling
Storytelling adalah sebuah teknik pembelajaran melalui sebuah cerita dengan cara mendongeng. Storytelling menggunakan kemampuan penyaji untuk menyampaikan sebuah cerita dengan gaya, intonasi, dan alat bantu yang menarik minat pendengar.
4. Pendekatan Strategi, Metode dan Teknik Pembelajaran, di setiap Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti SMA / SMK Kelas XII
menuntun dan mengajar, sehingga kompetensi dasar yang diajarkan dapat mencapai kompetensi yang diharapkan dan tercapainya tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, maupun tujuan Pendidikan Nasional. Guru diharapkan dapat memperkaya diri mencari dan menemukan strategi, metode maupun teknik-teknik pembelajaran yang lebih efektif untuk dipergunakan sebagai pengantar menyampaikan materi Agama Hindu pada buku siswa. Adapun Kompetensi Dasar yang diajarkan di kelas XII, dapat menggunakan pendekatan strategi pembelajaran, metode pembelajaran dan , teknik pembelajaran sebagai berikut:
a. Kompetensi Dasar 1.1 Membiasakan mengucapkan salam Agama Hindu, dapat menggunakan strategi inkuiri, metode Dharmagītā, Dharmashanti, Taileren method, metode Global, dan Pair work/group work, sehingga peserta didik dapat memahami makna dan hakikatnya, dan peserta didik terbiasa mengucapkan salam Agama Hindu di setiap perjumpaan dan pertemuan dengan sesama umat Hindu.
b. Kompetensi Dasar 1.2 Membiasakan mengucapkan dainika upasana
(doa sehari-hari). menggunakan strategi inkuiri, metode dharmagītā,
dharmashanti, taileren method, metode global, dan teknik pair work/group work. Sehingga peserta didik dapat memahami makna dan hakikatnya, dan peserta didik terbiasa mengucapkan mantra dan doa puja saraswati, mantra mulai belajar, mantra makan, doa selesai makan, mantra mulai bekerja, selesai bekerja, dan mantra maupun doa yang dibutuhkan sesuai dengan situasi. Peserta didik dapat memahami makna dan hakikatnya, dan peserta didik terbiasa mengucapkan mantra dan doa dalam setiap aktivitas sehingga peserta didik dapat tuntunan, petunjuk yang benar dari Sang Hyang Widhi terwujudnya keselamatan, kedamaian jiwa, dan kedamaian jagadhita (dunia).
c. Kompetensi Dasar 2.1 Toleran terhadap sesama, keluarga, dan lingkungan dengan cara menyayangi ciptaan Sang Hyang Widhi (Ahimsa), dapat menggunakan strategi inkuiri, strategi problem based learning (PBL) strategi pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning), dan strategi pembelajaran discovery (penemuan). Kemudian dapat menggunakan metode Dharmawacana, metode Dharmatula, metode Dharma Sadhana, metode Dharmashanti, metode Pemecahan Masalah (problem solving method). Serta dengan menggunakan teknik surveys, interview, storytelling, dan pair work/group work. Sehingga peserta didik dapat memiliki pengetahuan lebih dalam tentang sikap toleransi, kasih sayang, dan saling tolong menolong terhadap sesama makhluk hidup di jagad raya ini.
metode Dharmatula, metode dharma sadhana, dharmashanti, metode pemecahan masalah (problem solving method), teknik surveys,interview, teknik storytelling teknik pair work/group work. Sehingga peserta didik dapat memiliki pengetahuan lebih dalam tentang makna kesetiaan (satya) perilaku jujur, menghormati, menghargai makhluk ciptaan Sang Hyang Widhi
e. Kompetensi Dasar 3.1 dan 4.1 Menjelaskan ajaran Moksa dalam Susastra Veda dan Menyaji Astangga Yoga untuk mencapai Moksa dapat menggunakan strategi inkuiri, strategi problem based learning (PBL), strategi student centered learning (SCL), strategi pembelajaran discovery (penemuan), metode dharmawacana, metode dharmatula, metode dharma sadhana, dharmashanti, metode pemecahan masalah (problem solving method), metode diskusi, metode study tour (Karya wisata),peer theaching Method, metode global (ganze method), dan metode contextual teaching learning (CTL). Metode resitasi, teknik surveys, interview, teknik storytelling dan teknik pair work/group work. sehingga peserta didik dapat memahami, mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari dari materi Moksa dalam Susastra Veda dan Astangga Yoga dengan baik dan benar, tercapainya kompetensi yang diharapkan.
f. Kompetensi Dasar 3.2 dan 4.2, Menyebutkan sumber-sumber Hukum Hindu dalam Susastra Veda dan Melantunkan sloka-sloka yang terkait dengan sumber hukum Hindu dapat menggunakan strategi inkuiri, strategi problem based learning (PBL), strategi pembelajaran discovery (penemuan)
metode dharmawacana, metode dharmatula, metode dharmagītā, metode
pemecahan masalah (problem solving method), metode diskusi, peer theaching method, metode global (ganze method), metode contextual teaching learning (CTL). Metode resitasi, teknik surveys, interview, teknik storytelling teknik pair work/group work. Sehingga peserta didik dapat memahami, mempraktikkannya atau menaati peraturan Hukum Hindu sebagai landasan setiap tindakan dalam hidup ini. sesuai dengan materi sumber-sumber Hukum Hindu dalam Susastra Veda dan melantunkan sloka-sloka yang terkait dengan sumber Hukum Hindu dengan baik dan benar, tercapainya kompetensi yang diharapkan.
g. Kompetensi Dasar 3.3 dan 4.3, Menjelaskan kebudayaan Prasejarah dan Sejarah, toeri-teori masuknya Agama Hindu di Indonesia dan menyaji bukti-bukti Prasejarah dan Sejarah perkembangan Agama Hindu di Indonesia dapat menggunakan strategi inkuiri, strategi problem based learning (PBL) Strategi pembelajaran discovery (penemuan), metode dharmawacana,
metode dharmatula, metode dharma sadhana, metode dharmayatra,
work. Sehingga peserta didik dapat memahami, menjaga/ melestarikan, mengamalkan nilai-nilai luhur Agama Hindu dari materi kebudayan Prasejarah dan Sejarah, teori-teori masuknya agama Hindu di Indonesia dan menyaji bukti-bukti prasejarah dan sejarah perkembangan Agama Hindu di Indonesia dengan baik dan benar, sehingga tercapainya kompetensi yang diharapkan.
h. Kompetensi Dasar 3.4 dan 4.4, Menjelaskan ajaran Yantra, Tantra dan Mantra, serta mempraktikkan ajaran Yantra, Tantra dan Mantra dalam kehidupan dapat menggunakan strategi inkuiri, strategi pembelajaran discovery (penemuan), metode dharmawacana, metode dharmatula, metode pemecahan masalah (problem solving method), metode diskusi, peer theaching method, metode global (ganze method), metode contextual teaching learning (CTL). Metode resitasi teknik surveys,interview, teknik pair work/group work. sehingga peserta didik dapat menguasai materi Yantra, Tantra dan Mantra, serta mempraktikkan ajaran Yantra, Tantra dan Mantra dalam kehidupan dengan konsep yang benar serta mendapat pengetahuan lebih luas, mendasar tentang Yantra, Tantra dan Mantra
i. Kompetensi Dasar 3.5 dan 4.5, Menjelaskan ajaran Nawa Widha Bhakti
dan mempraktikkan ajaran Nawa Widha Bhakti sebagai ajaran sikap hidup yang positif dalam kehidupan dapat menggunakan strategi inkuiri, strategi
pembelajaran discovery (penemuan), metode dharmawacana, metode
dharmatula, metode pemecahan masalah (problem solving method), metode contextual teaching learning (CTL). Metode resitasi, teknik surveys, interview, dan teknik pair work/group work. Sehingga peserta didik dapat memiliki pengetahuan Nawa Widha Bhakti dan Mempraktikkan ajaran Nawa Widha Bhakti sebagai ajaran sikap hidup yang positif dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat memberkan contoh sifat yang mulia ciri dari insan-insan Hindu yang memiliki budi pekerti yang sangat luhur dibutuhkan pada zaman modern ini.
j. Kompetensi Dasar 3.6 dan 4.6, Menjelaskan ajaran Tri Purusha dan Menalar ajaran Tri Purusha sebagai manifestasi Ida Sang Hyang Widhi. dapat menggunakan strategi inkuiri, strategi pembelajaran discovery (penemuan)
metode dharmawacana, metode dharmatula, metode Diskusi, metode study
k. Kompetensi Dasar 3.7 dan 4.7, Menerapkan sikap disiplin, peduli dan bertanggungjawab sesuai dengan ajaran Dasa Yama Bratha dan Mempraktekan ajaran Dasa Yama Bratha dalam kehidupan sehari-hari. dapat menggunakan strategi inkuiri, strategi problem based learning (PBL), strategi pembelajaran discovery (penemuan), metode dharmawacana, metode dharmatula, dharmashanti, metode pemecahan masalah (problem solving method), metode resitasi,metode diskusi, peer theaching method, metode global (ganze method), metode contextual teaching learning (CTL). Teknik surveys, interview, teknik storytelling, teknik pair work/group work. Sehingga peserta didik dapat memiliki pengetahuan Dasa Yama Bratha dan berhasil mempraktikkan ajaran Dasa Yama Bratha dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga peserta didik menjadi contoh atau teladan dalam berpikir, berkata dan bertindak sebagai wujud lambang kebajikan tercapai rasa damai di manapun berada. Sebab rasa aman, damai, kejujuran sangat mahal di zaman sekarang.
l. Kompetensi Dasar 3.8 dan 4.8, Menerapkan sikap disiplin, peduli
dan bertanggung jawab sesuai dengan ajaran Dasa Nyama Bratha dan Mempraktikan ajaran Dasa Nyama Bratha dalam kehidupan sehari-hari. dapat menggunakan strategi inkuiri, strategi problem based learning (PBL), strategi pembelajaran discovery (penemuan), metode dharmawacana, metode dharmatula, dharmashanti, metode pemecahan masalah (problem solving method), metode resitasi, metode diskusi, peer theaching method, metode global (ganze method), metode contextual teaching learning (CTL). Teknik surveys, interview, teknik storytelling, dan teknik pair work/group work. Sehingga peserta didik dapat memiliki pengetahuan Dasa Nyama Bratha dan mampu mempraktikan ajaran Dasa Nyama Bratha dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga peserta didik menjadi contoh atau teladan dalam berpikir, berkata, dan bertindak sebagai wujud lambang kedamaian batin/rohani dapat mengendalikan indrya, emosi, dan tindakan kekerasan seperti Sad Ripu, Sapta Timira, Tri Mala, Dasa Mala. Perbuatan baik harus dimulai dari dalam diri kita sendiri untuk orang lain sehingga akan tercipta yang disebut kedamaian (santhi).
5. Penilaian
Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Dalam Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, penilaian yang dilakukan adalah penilaian proses dan outcome yang dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portofolio), dan penilaian diri.
Dalam Kurikulum 2013 penilaian menekankan pada ranah sikap, kognitif, dan keterampilan. Dalam Peraturan Menteri No 66 Tahun 2013 jenis-jenis penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar meliputi; Penilaian Autentik (penilaian diri, penilaian antarteman, jurnal, penilaian portofolio) Penilaian Non Autentik (ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester (UTS), ulangan akhir semester (UAS), ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, dan ujian nasional (UN), ujian sekolah (US)). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti dalam pencapaian Standar Kompetensi Lulusan (SKL) menggunakan beberapa metode penilaian, di antaranya:
a. Penilaian Sikap
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk sehingga terjadi perubahan perilaku atau tindakan yang diharapkan.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menilai sikap peserta didik, antara lain melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sebaya, dan penilaian jurnal. Instrumen yang digunakan antara lain daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, yang hasil akhirnya dihitung berdasarkan modus.
1) Observasi
Contoh: Lembar Observasi
No Nama
Sikap Spiritual Sikap Sosial
Total Nilai
Kerjasama Peduli lingk
ungan
Tanda ** menunjukkan bahwa penilaiannya hanya ya dan tidak, ya nilainya 2 dan tidak nilainya 1.
1 = tidak pernah
2 = kadang-kadang
3 = sering
4 = sangat sering 2) Penilaian diri
Penilaian diri digunakan untuk memberikan penguatan (reinforcement) terhadap kemajuan proses belajar peserta didik. Penilaian diri berperan penting bersamaan dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru ke peserta didik yang didasarkan pada konsep belajar mandiri (autonomous learning).
Untuk menghilangkan kecenderungan peserta didik menilai diri terlalu tinggi dan subjektif, penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif.
Untuk itu penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menjelaskan kepada peserta didik tujuan penilaian diri. b) Menentukan kompetensi yang akan dinilai.
c) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
Contoh format penilaian diri
Disiplin Jujur Tanggung ja
w
Pada dasarnya teknik penilaian diri ini tidak hanya untuk aspek sikap, tetapi juga dapat digunakan untuk menilai kompetensi dalam aspek keterampilan dan pengetahuan.
3) Penilaian teman sebaya
Penilaian teman sebaya atau antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar pengamatan antarpeserta didik. Penilaian teman sebaya dilakukan oleh peserta didik terhadap 3 (tiga) teman sekelas atau sebaliknya. Format yang digunakan untuk penilaian sejawat dapat menggunakan format seperti contoh pada penilaian diri.
Contoh format penilaian antar peserta didik
No Nama Siswa
Aspek yang dinilai
Total Nilai Disiplin Jujur Tanggung ja
w
ab
R
ajin
Kerjasama Sopan Penguasaan Ma
Keterangan: 4 = sangat jarang 3 = jarang
2 = sering 1 = selalu 4) Jurnal
Jurnal merupakan kumpulan rekaman catatan guru dan/atau tenaga kependidikan di lingkungan sekolah tentang sikap dan perilaku positif atau negatif, selama dan di luar proses pembelajaran mata pelajaran
Contoh Format Penilaian Jurnal
Nama :...
Kelas :...
Hari, Tanggal Catatan Pengalaman Tindak Lanjut Nilai
b. Penilaian Pengetahuan 1) Tes Tertulis
Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis, baik berupa pilihan maupun isian. Tes tertulis dapat digunakan pada ulangan harian atau ulangan tengah semester, Ujian akhir semester, ujian tingkat kompetensi (UTK), dan ujian sekolah. Tes tertulis dapat berbentuk isian singkat, atau uraian (essay).
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
a) Karakteristik mata pelajaran dan keluasan ruang lingkup materi yang akan diuji
b) Materi, misalnya kesesuaian soal dengan kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian pada kurikulum c) Konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas
dan tegas
Bentuk soal tes tertulis, yaitu:
a) Memilih jawaban, dapat berupa:
(1) pilihan ganda (PG) (2) sebab-akibat (3) menjodohkan
(4) dua pilihan (benar-salah, ya-tidak) b) Menyuplai jawaban, dapat berupa:
(1) isian atau melengkapi (2) jawaban singkat atau pendek (3) uraian
Soal tes tertulis yang menjadi penilaian autentik adalah soal-soal yang menghendaki peserta didik merumuskan jawabannya sendiri, seperti soal-soal uraian. Soal-soal uraian menghendaki peserta didik mengemukakan atau mengekspresikan gagasannya dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan tes tertulis bentuk uraian antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas dan membutuhkan waktu lebih banyak dalam mengoreksi jawaban
2) Tes Lisan
3) Pertanyaan Langsung
4) Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan.
Penilaian terhadap pengetahuan peserta didik dapat dilakukan melalui observasi terhadap diskusi, tanya jawab, dan percakapan. Teknik ini adalah cerminan dari penilaian autentik.
Format observasi terhadap diskusi, tanya jawab, dan percakapan
Nama Peserta Didik
Pernyataan
Pengungkapan gagasan yang
orisinal
Kebenaran konsep
Ketepatan penggunaan
istilah
dan lain sebagainya
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Yoga
Dendi dst
Keterangan: diisi dengan ceklis ( √ ) 5) Penugasan
Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. Macam-macam tugas peserta didik dapat berupa makalah, kliping, observasi, karya ilmiah serta yang lain.
Contoh Format Penilaian Tugas
Judul Tugas :
Nama peserta didik: _____ Kelas: _____
Apek Indikator Keberhasilan Skor maks
(1-4)
Skor perolehan
Pesiapan Perencanaan
Bahan dan alat yang digunakan
Proses Metode/langkah kerja Waktu
Hasil Isi pelaporan Kerapihan pelaporan
Keterangan:
1 = tidak lengkap
2 = kurang lengkap
3 = lengkap
c. Penilaian Keterampilan
1) Unjuk kerja
Penilaian kinerja atau praktik dilakukan dengan penilaian unjuk kerja, yaitu dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktikum di laboratorium, praktik ibadah, praktik olahraga, presentasi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, dan membaca puisi/ deklamasi.
Penilaian kinerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut.
a) Langkah-langkah kinerja yang perlu dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
b) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
c) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
d) Kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga dapat diamati.
e) Kemampuan yang akan dinilai selanjutnya diurutkan berdasarkan langkah-langkah pekerjaan yang akan diamati.
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Misalnya untuk menilai kemampuan berbicara yang beragam dilakukan pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan seperti: diskusi dalam kelompok kecil, berpidato, bercerita, dan wawancara. Dengan demikian, gambaran kemampuan peserta didik akan lebih utuh. Contoh untuk menilai unjuk kerja di laboratorium dilakukan pengamatan terhadap penggunaan alat dan bahan praktikum. Untuk menilai praktik olahraga, seni dan budaya dilakukan pengamatan gerak dan penggunaan alat olahraga, seni dan budaya.
Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan instrumen sebagai berikut:
a) Daftar cek
Contoh: Format instrumen penilaian praktik sembahyang
Keterangan: diisi dengan tanda cek (√) b) Skala Penilaian (Rating Scale)
Penilaian kinerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik, dan 4 = sangat baik. Contoh: Format instrumenpenilaian Dharmagita
Nama peserta
Contoh format penilaian Projek
Nama: _________________ Kelas: ________________
Aspek 1 = tidak lengkap 2 = kurang lengkap 3 = lengkap 4 = sangat lengkap 3) Produk
Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk, teknologi, dan seni, seperti: sajen (contoh: canang, kue, daksina, dan ketupat), hasil karya seni (contoh: patung, lukisan dan gambar), dan barang-barang terbuat dari kain, kayu, keramik, plastik, atau logam.
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
a) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
b) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
Penilaian produk biasanya menggunakan cara analitik atau holistik. a) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya
dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan (tahap: persiapan, pembuatan produk, penilaian produk).
b) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan hanya pada tahap penilaian produk.
Contoh Penilaian Produk
Mata Pelajaran : Agama Hindu dan Budi Pekerti
Nama Proyek : Membuat Canangsari
Nama Peserta didik : ___________Kelas :________
* Aspek yang dinilai disesuaikan dengan jenis produk yang dibuat
** Skor diberikan tergantung dari ketepatan dan kelengkapan jawaban yang diberikan. Semakin lengkap dan tepat jawaban, semakin tinggi perolehan skor.
No Aspek * Skor
1. Perencanaan Bahan 1 2 3 4
2.
Proses Pembuatan
a. Persiapan Alat dan Bahan
b. Teknik Membuat Sajen
3.
Hasil Produk
a. Bentuk Fisik
b. Bahan
c. Kerapihan
d. Keindahannya
4) Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik dapat menilai sendiri perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/literatur, laporan penelitian, sinopsis dan yang lain.
Contoh Format Penilaian Portofolio
Nama : _____________ Kelas : ________________
No KD Minggu
Kriteria
Nilai Ket
Ta
ta bahasa
Kelengk
apan gagasan
Sist
ema
tik
a P
enulisan
1-4 1-4 1-4
1 ...
1 2 dst.
Keterangan:
1 = tidak bagus
2 = kurang bagus
3 = bagus
4 = sangat sangat
5) Tertulis
d. Konversi Nilai dalam Kurikulum 2013
Penilaian pada kurikulum 2013 menggunakan nilai konversi dari nilai puluhan menjadi predikat (dari 0 s/d 100 menjadi D s/d A). Adapun contoh konversi nilai sebagai berikut:
Penilaian Pengetahuan terdiri atas: 1) Nilai Proses
2) Nilai Ulangan Tengah Semester
3) Nilai Ulangan Akhir Semester
Penghintungan nilai laporan hasil belajar peserta didik merupakan rata-rata nilai proses, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester yang bobotnya ditentukan oleh satuan pendidikan.
Contoh penilaian berikut sesuai dengan kriteria dalam penghitungan nilai rapor, dengan rincian sebagai berikut:
Pembobotan 2 : 1 : 1 (NP : NUTS : NUAS)= Jumlah = 4 Nilai Ulangan Harian 1, 2 dan 3 = 60, 75, 65
Nilai tugas 1, 2, dan 3 = 75, 70, 80
Rata-rata nilai proses = (60 + 75 + 65 + 75 + 70 + 80) : 6 = 70,8 Nilai Ulangan Tengah Semester = 75
Nilai Ulangan Akhir Semester = 65 Berdasarkan data di atas, diperoleh:
Nilai = (2 x 70,8)+(1 x 75) + (1 x 65) : 4
= 141,6 + 75 + 65 : 4 = 281,6 : 4
= 70,4
Nilai Rapor
= (70,4 :100) x 4 = 2,82 = Baik.
Tabel rentang konversi untuk menentukan predikat prestasi peserta
didik
Sikap Pengetahuan Keterampilan
Modus Predikat Skor rerata Predikat Capaian
optimum Predikat
4,00 SB
(Sangat Baik)
3,85 – 4,00 A 3,85 – 4,00 A
A-3,00 B
Nilai akhir yang diperoleh untuk ranah sikap diambil dari nilai modus (nilai yang terbanyak muncul). Nilai akhir untuk ranah pengetahuan diambil dari nilai rerata. Nilai akhir untuk ranah keterampilan diambil dari nilai optimal (nilai tertinggi yang dicapai).
Keterangan Predikat dalam penilaian sebagai berikut:
1) Predikat D yang diperoleh peserta didik menunjukkan bahwa peserta
didik masih belum memenuhi kriteria atau indikator yang diinginkan dalam kompetensi dasar yang diajarkan. Guru perlu memberikan remedial untuk meningkatkan perolehan nilai peserta didik, sehingga predikat yang dicapai meningkat.
2) Predikat C yang diperoleh peserta didik menunjukkan bahwa peserta
didik memperoleh pemahaman yang sedang namun belum memenuhi kriteria atau indikator minimal yang diinginkan dalam kompetensi dasar yang diajarkan. Guru perlu memberikan remedial dan motivasi untuk meningkatkan semangat peserta didik, sehingga predikat yang dicapai meningkat.
3) Predikat B yang diperoleh peserta didik menunjukkan bahwa, peserta didik telah memenuhi kriteria atau indikator minimum yang diinginkan dalam kompetensi dasar yang diajarkan. Guru memberikan pengayaan dan motivasi kepada peserta didik untuk mempertahankan prestasinya dan meningkatkan lagi.
4) Predikat A yang diperoleh peserta didik menunjukkan bahwa, peserta didik telah memenuhi kriteria atau indikator minimum yang diinginkan dalam kompetensi dasar yang diajarkan. Guru memberikan pengayaan dan penghargaan sebagai motivasi kepada peserta didik untuk mempertahankan prestasinya dan mengembangkan lagi.
C. Tujuan dan Pendekatan Pembelajaran dalam
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
1. Komponen Indikator
Pengertian komponen indikator dalam kaitannya dengan penerapan Kurikulum 2013, guru hendaknya memahami langkah penting dalam menjabarkan kompetensi dasar kedalam indikator. Sebelum guru dapat menjabarkan komptensi dasar kedalam indikator, guru harus lebih mengerti deinisi komponen indikator. Salah satu langkah penting yang harus dipahami oleh guru dalam menerapkan Kurikulum 2013 adalah merumuskan indikator, karena kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil tujuan belajar peserta didik adalah dengan mengetahui batas-batas indikator. Adapun indikator sangat berhubungan dengan kompetensi dasar. Kompeteni dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa indikator sendiri adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Dalam kata-kata yang harus digunakan dalam merumuskan indikator haruslah kata-kata yang bersifat operasional.
Pada komponen indikator, hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut: a. Indikator merupakan penjabaran dari Kompotensi Dasar (KD) yang
menunjukkan tanda-tanda, perbuatan atau respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik.
b. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik pendidikan, potensi daerah dan peserta didik
c. Rumusan indikator menggunakan kerja operasional yang terukur atau dapat diobservasi.
d. Indikator digunakan sebagai bahan dasar untuk menyusun alat penilaian. Berikut ini disajikan kata-kata operasional yang dapat digunakan untuk menuliskan indikator hasil belajar, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
a. Kognitif meliputi:
1) Knowledge (pengetahuan), yaitu menyebutkan, menuliskan, menyatakan, mengurutkan, mengidentiikasi, mendeinisikan, mencocokkan, memberi nama, memberi lebel, dan melukiskan.
3). Application (penerapan), yaitu mengoperasikan, menghasilkan mengatasi, mengubah, menggunakan, menunjukkan, mempersiapkan, dan menghitung.
2) Analysis (analisis) yaitu, menguraikan, membagi-bagi, memilih dan membedakan.
3) Syntnesis (sintesis) yaitu, merancang , merumuskan, mengorganisasikan, menerapkan, memadukan, dan merencanakan.
4) Evaluation (evaluasi) yaitu, mengkritisi, menafsirkan dan memberikan evaluasi.
b. Afektif, meliputi:
a) Receiving (penerimaan), yaitu mempercayai, memilih, mengikuti, bertanya, dan mengalokasikan
b) Responing (menanggapi), yaitu konirmasi, menjawab, membaca,
membantu, melaksanakan, melaporkan dan menampilkan.
c) Valuing (penamaan nilai), yaitu menginisiasi, mengundang, melibatkan, mengusulkan, dan melakukan.
d) Organization (pengorganisasian), yaitu menveriikasi, menyusun, menyatukan, menghubungkan, dan mempengaruhi.
e) Characterization (karakterisasi) yaitu menggunakan nilai-nilai sebagai pandangan hidup, mempertahankan nilai-nilai yang sudah diyakini.
c. Psikomotorik atau Gerak Jiwa, meliputi:
a) Observing (pengamatan), yaitu mengamati proses, memberi perhatian pada tahap-tahap sebuah perbuatan, memberi perhatian pada sebuah artikulasi.
b) Imitation (peniruan), yaitu melatih, mengubah, membongkar sebuah struktur, membangun kembali sebuah struktur dan menggunakan sebuah model.
c) Practicing (pembiasaan), yaitu membiasakan perilaku yang sudah dibentuknya, mengontrol kebiasaan agar tetap konsisten.
d) Adapting (penyesuaian), yaitu menyesuaikan model, mengembangkan model, dan menerapkan model.
Sedangkan tujuan belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi peserta didik dan dari sisi guru. Dari sisi peserta didik, tujuan belajar merupakan tercapainya kompotensi materi pembelajaran melalui proses kegiatan belajar mengajar di kelas dan dapat meningkatkan perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.
Untuk SMA/SMK Kelas XII komponen indikator untuk tujuan pembelajarannya dapat diuraikan dari Kompotensi Dasar (KD) menjadi Komponen Indikator sebagai berikut:
Komponen Indikator
Kompetensi Dasar Komponen Indikator
1.1 Membiasakan mengucapkan
salam Agama Hindu 1) Mengucapkan panganjali Om Swastyastu
1.2 Membiasakan mengucapkan dainika upasana (doa sehari-hari).
1) Melaksanakan Puja Tri Sandhya
2) Mengucapkan doa atau mantra Puja Saraswati, doa belajar, doa mulai bekerja dan lain-lainnya sesuai dengan kebutuhan
2.1 Toleran terhadap sesama, keluarga, dan lingkungan dengan cara menyayangi ciptaan Sang Hyang Widhi (Ahimsa).
1) Menghargai,dan bekerjasama dengan baik sesama peserta didik
2) Melaksanakan sikap saling menyayangi terhadap sesama ciptaan Sang Hyang Widhi
2.2 Berperilaku jujur (Satya), menghargai dan menghormati (Tat Tvam Asi) makhluk ciptaan Sang Hyang Widhi
1) Bersikap jujur dalam setiap berpikir, berkata dan tindakan
2) Mengasihi sesama ciptaan Tuhan
3.1 Menjelaskan ajaran Moksa dalam Susastra Veda
4.1 Menyaji Astangga Yoga untuk mencapai Moksa
1) Menjelaskan jalan untuk menuju Moksa
2) Menjelaskan panggilan setiap orang yang menggunakan masing-masing jalan menuju Moksa
3) Menjelaskan bentuk-bentuk penerapan dari masing-masing bagian Astangga Yoga dalam mewujudkan tujuan hidup
4) Menjelaskan hakikat tujuan hidup manusia dan tujuan agama Hindu
5) Menjelaskan apa saja tantangan dan
6) Menjelaskan apa saja upaya-upaya untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang dihadapai untuk mencapai Moksa di zaman globalisasi ini
7) Menyebutkan contoh-contoh orang yang dapat mencapai Moksa, baik semasa masih hidup maupun sesudah meninggal
3.2 Menyebutkan sumber-sumber Hukum Hindu dalam Susastra Veda
4.2 Melantunkan sloka-sloka yang terkait dengan sumber hukum Hindu
1) Menjelaskan sejarah Hukum Hindu
2) Menyebutkan sumber-sumber Hukum Hindu dalam susastra Veda
3) Menjelaskan isi sumber dari masing-masing Hukum Hindu
4) Menyebutkan sloka dan kitabnya yang berkaitan dengan Hukum Hindu
5) Menjelaskan hubungan Hukum Hindu dengan budaya, adat istiadat, dan kearifan daerah setempat.
6) Menyebutkan contoh bentuk pelaksanaan Hukum Hindu di daerah setempat
3.3 Menjelaskan kebudayaan Prasejarah dan Sejarah, teori-teori masuknya Agama Hindu di Indonesia
4.3 Menyaji bukti-bukti prasejarah dan sejarah perkembangan agama Hindu di Indonesia
1) Menjelaskan pengertian kebudayaan
2) Menjelaskan perbedaan prasejarah dan sejarah Agama Hindu
3) Menyebutkan teori-teori yang menjelaskan masuknya Agama Hindu ke Indonesia
4) Menyebutkan peninggalan Agama Hindu yang bersifat monumental yang tersebar di Nusantara ini
5) Menyebutkan peninggalan sastra-sastra Hindu yang pernah ada dan dipakai dalam kerajaaan-kerajaan Hindu
6) Menjelaskan upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pelestrian peninggalan-peninggalan Agama Hindu di Indonesia, baik oleh Negara maupun oleh umat Hindu itu sendiri
8) Menjelaskan kontribusi kebudayaan Hindu dalam pembangunan pariwisata Nasional
9) Menjelaskan kebudayaan Hindu dikenal di tingkat Internasional
3.4 Menjelaskan ajaran Yantra, Tantra dan Mantra
4.4 Mempraktikkan ajaran Yantra, Tantra dan Mantra dalam kehidupan
1) Menjelaskan ajaran Tantra,Yantra dan Mantra
2) Menjelaskan fungsi,dan manfaat
Tantra,Yantra dan Mantra dalam kehidupan dan penerapannya dalam ajaran Hindu
3) Menunjukkan bentuk-bentuk Tantra,Yantra dan Mantra
4) Mempraktikkan membuat bentuk Yantra, Tantra
3.5 Menjelaskan ajaran Nawa Widha Bhakti
4.5 Mempraktikkan ajaran Nawa Widha Bhakti sebagai ajaran sikap hidup yang positif dalam kehidupan
1) Menjelaskan ajaran Nawa Widha Bhakti
2) Menyebutkan bagian-bagian Nawa Widha Bhakti
3) Menjelaskan bagian-bagian Nawa Widha Bhakti
4) Menunjukkan contoh-contoh penerapan bagian-bagian Nawa Widha Bhakti dalam kehidupan sehari-hari
5) Menjelaskan alasan Nawa Widha Bhakti dapat sebagai dasar pembentukan budi pekerti yang luhur dalam zaman global
6) Menyebutkan budaya yang dapat dilakukan dalam pengamalan Nawa Widha Bhakti
7) Menjelaskan penyebab apatisnya dalam melaksanakan ajaran Nawa Widha Bhakti
3.6 Menjelaskan ajaran Tri Purusha
4.6 Menalar ajaran Tri Purusha sebagai manifestasi Ida Sang Hyang Widhi
1) Menjelaskan ajaran Tri Purusha
2) Menjelaskan bagian-bagian Tri Purusha
3) Menjelaskan Tri Purusha sebagai manifestasi Sang Hyang Widhi
4) Menyebutkan contoh-contoh manifestasi Tri Purusha dalam alam semesta
5) Menjelaskan ajaran Tri Hita Karana dalam ajaran Hindu