SKRIPSI
Oleh :
Nama
:
Dedy
Suprihatin
Nomor Mahasiswa
: 00313053
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir guna
memperoleh gelar Sarjana jenjang strata 1
Program Studi Ilmu Ekonomi,
pada Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia
Oleh :
Nama
:
Dedy
Suprihatin
Nomor Mahasiswa
: 00313053
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
ditulis dengan sungguh-sungguh dan tidak ada bagian yang merupakan penjiplakan karya orang lain seperti dimaksud dalam buku pedoman penyusunan skripsi Program Studi Ilmu Ekonomi FE UII. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka Saya sanggup menerima hukuman/sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.“
Yogyakarta, 28 Februari 2008 Penulis,
Nama
:
Dedy
Suprihatin
Nomor Mahasiswa
: 00313053
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Yogyakarta, 28 Januari 2008
Telah disetujui dan disahkan oleh
Dosen Pembimbing
(Studi Kasus di Kota Jakarta Selatan)
Disusun Oleh : DEDY SUPRIHATIN
Nomor Mahasiswa : 00313053
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan dinyatakan LULUS Pada tanggal : 17 Maret 2008
Penguji/Pembimbing Skripsi : Drs. Nur Feriyanto M.Si ……… Penguji I : Drs. Priyonggo Suseno, M.Sc ……... Penguji II : Dra. Indah Susantun, M.Si ……...
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
Karya kecil ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku yang
tak pernah berhenti menyayangiku, saudara-saudaraku tercinta dan
Pa da h a r i it u be r ge m bir a la h or a n g- or a n g be r im a n k a r e n a pe r t olon ga n Alla h . D ia m e n olon g sia pa y a n g dik e h e n da k i- N ya . D ia la h Ya n g M a h a pe r k a sa la gi M a h a Pe n y a y a n g ( se ba ga i) j a n j i y a n g se be n a r
-be n a r n y a da r i Alla h . Alla h t ida k a k a n m e n y a la h i j a n j i- N y a . Ak a n t e t a pi, k e ba n ya k a n m a n u sia t ida k m e n ge t a h u i. ( QS a r - Ru u m
[ 3 0 ] : 4 - 6 ) .
D ia ( Alla h ) t e la h m e n a m a i k a lia n ( se ba ga i) or a n g- or a n g M u slim da r i du lu , da n ( be git u pu la ) da la m ( a l- Qu r a n ) in i, su pa y a Ra su l it u m e n j a di sa k si a t a s dir i k a lia n da n su pa y a k a lia n se k a lia n m e n j a di sa k si a t a s se ge n a p m a n u sia . Ole h k a r e n a it u , dir ik a n la h ole h k a lia n
sh a la t , t u n a ik a n la h z a k a t , da n be r pe ga n gla h k a lia n pa da t a li Alla h . D ia a da la h Pe lin du n g k a lia n . D ia la h se ba ik ba ik Pe lin du n g da n se ba ik
-ba ik Pe n olon g. ( TQS. a l- H a j j [ 2 0 ] : 7 8 ) .
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirobbil’alamin dan kepada-Nya kami memohon bantuan atas segala urusan duniawi dan agama, sholawat dan salam penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W, serta seluruh keluarga dan sahabatnya.
Skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Pengusaha Ayam Potong “ ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar S-1 pada Jurusan Ilmu Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas, Islam Indonesia.
Pada kesempatan ini, kendati belum setimpal penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada Bapak Drs. Nur Feriyanto M. Si, selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan dan meluangkan begitu banyak waktu, arahan serta bimbingannya.
Bapak – Ibu atas segalanya yang telah diberikan, cintanya, kasihnya, kesabarannya, tak bisa ku sebutkan satu persatu dan tak akan pernah bisa ku menggantinya dengan apapun dalam seluruh hidupku.
Saudaraku tercinta Mbak Nti, Budi dan si kecil Irul yang tiada pernah bosan memberikanku semangat, ejekan, motivasi, dan kasih, aku tahu kalian sangat menyayangi aku.
dalam permainan Counter Strike (Deny, Topan, Aji, Endra) jangan berhenti berlatih siapa tau suatu saat kita bisa menjuarai World Cyber Game.
Untuk temen-temen EP ; Bondan, Dandi, Big, Rano, Kincex, Pras, Itong, Bagus, Lia, Melani, Savitri dan semua teman-teman yang mustahil disebutkan satu persatu.
Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pengusaha ayam potong Kota Jakarta, pegawai Badan Pusat Statistik Pusat DKI Jakarta dan semua pihak yang telah meluangkan waktunya dalam membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini
Pada kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan permohonan maaf apabila di dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Mengingat skripsi ini adalah tulisan pertama dan keterbatasan penulis dalam pikiran dan waktu. Dan pada akhirnya mudah – mudahan skripsi ini akan memberikan manfaat bagi pembacanya.
Amiiin
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Yogyakarta, 28 Januari 2008
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Pernyataan Bebas Plagiarisme Lembar Pengesahan
Lembar Berita Acara Halaman Persembahan Halaman Motto
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6
1.4 Sistematika Penulisan ... 6
BAB II TINJAUAN UMUM SUBJEK PENELITIAN ... 8
1.1 Geografis ... 8
2.2 Keadaan Alam ... 8
2.4 Kesehatan dan Keluarga Berencana ... 11
2.5 Pertanian ... 12
2.6 Keadaan Ekonomi ... 12
BAB III KAJIAN PUSTAKA ... 15
BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ... 18
A. Landasan Teori... 18
4.1 Teori Produksi ... 18
4.2 Hukum Penambahan Hasil yang Semakin Berkurang ... 20
4.3 Pendapatan ... 23
4.4 Penjualan ... 25
4.5 Persaingan Pasar... 26
B. Hipotesis Penelitian ... 27
BAB V METODOLOGI PENELITIAN... 28
5.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 28
5.2. Metode Dasar ... 28
5.2.1. Jenis dan Sumber Data ... 29
5.2.2 Populasi dan Sampling ... 30
5.2.3 Definisi Variabel ... 31
5.3. Metode Analisis Data ... 31
5.3.1 Metode Regresi Kuadrat Terkecil ... 32
5.3.2 Pemilihan Model Regresi... 33
5.3.3 Uji Statistik ... 34
a. Multikolinieritas... 37
b. Heteroskedastisitas... 38
c. Autokorelasi ... 39
BAB IV ANALISIS DATA ... 41
6.1. Diskripsi Data ... 41
a. Jenis Usaha ... 41
b. Umur ... 42
c. Tingkat Pendidikan ... 42
d. Lama Berusaha... 43
e. Jumlah Pekerja ... 43
f. Prospek Usaha ... 44
6.2. Analisis Hasil Regresi dan Pengujian Hipotesis ... 45
6.2.1 Pemilihan Model Regresi ... 45
6.2.2. Hasil Regresi ... 46
6.2.3 Analisis Statistik ... 47
1. Uji Tanda ... 47
2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial ... 48
6.2.4 Uji F-Statistik ... 54
6.2.5 Penaksiran Koefisien Determinasi (R²) ... 55
6.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 56
6.3.1 Uji Heteroskedastisitas... 56
6.3.2 Uji Autokorelasi ... 58
6.4 Pembahasan Hasil Analisis ... 60
6.4.1 Jumlah Pesaing (X1) ... 60
6.4.2 Biaya Transportasi (X ) ... 61 2 6.4.3 Jumlah Ayam Terjual (X ) ... 62 3 6.4.4 Variabel Dummy Flu Burung (dm)... 62
BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 64
7.1. Kesimpulan ... 64
7.2. Implikasi ... 65 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1 :Data Kasus Flu Burung pada Manusia di Indonesia Sampai
Dengan 28 Januari 2008 3
Tabel 2.1 :Persentase Luas Tanah menurut Penggunaannya menurut
Kecamatan 2005 9
Tabel 2.2 :Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Sex Ratio menurut
Kecamatan 2004 10
Tabel 2.3 :Jumlah kelahiran bayi, Kematian Bayi dan Kematian Anak
Balita Menurut Kecamatan, 2005 11
Tabel 2.4 :Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) 14 Tabel 6.1 : Karakteristik Responden Menurut Jenis Usaha 42 Tabel 6.2 : Karakteristik Responden Menurut Umur 42 Tabel 6.3 : Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan 43 Tabel 6.4 : Karakteristik Responden Menurut Lama Berusaha 44 Tabel 6.5 :Karakteristik Responden Menurut Jumlah Pekerja 44
Tabel 6.6 :Uji Statistik Durbin-Watson 45
Tabel 6.7 :Hasil Regresi LogLinear 46
Tabel 6.8 :Nilai t Hitung Tiap Variabel Bebas 49
Tabel 6.9 :Hasil Uji White Test 57
Tabel 6.11 :Hasil Pengujian Multikolinearitas 60 DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 : Kurva Hukum Pertambahan yang Semakin Berkurang ... 21
Gambar 5.1 : Statistik Durbin-Watson ... 43
Gambar 6.1 : Kurva Uji t-Statistik Variabel Jumlah Pesaing ... 50
Gambar 6.2 : Kurva Uji t-Statistik Variabel biaya transportasi ... 51
Gambar 6.3 : Kurva Uji t-Statistik Variabel Jumlah Ayam Terjual ... 52
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan makin meningkatnya jumlah pendapatan penduduk Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari hewan terutama daging. Salah satu jenis ternak yang yang menjadi sumber utama penghasil daging adalah ayam di mana pemeliharaan dan konsumsi sudah menyebar di seluruh Indonesia, di samping itu, beberapa kelebihan yang dimiliki ayam sebagai bahan konsumsi telah menyebabkan terdapatnya preferensi yang tinggi dari masyarakat terhadap daging ayam potong. Di DKI Jakarta saja, kebutuhan ayam potong mencapai 1,5 juta ekor per hari. Sementara di Tanah Air kebutuhan ayam potong diperkirakan mencapai tiga juta sampai lima juta ekor per hari.(Tim Liputan 6 SCTV, Dusta Pedagang Atam Potong, Diambil 2 Mei 2007, dari http://www.Liputan6.com). Komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim, harga yang relatif murah dengan akses yang mudah karena sudah merupakan barang publik dan merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional.
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat dengan kematian 1.541.427 ekor.
Tabel 1
Data Kasus Flu Burung pada Manusia di Indonesia Sampai Dengan, 28 Januari 2008
Posit if Flu Bu r u n g
Di Kota Jakarta Selatan, upaya pencegahan dilakukan dengan melarang warga untuk memelihara unggas-unggas tanpa sertifikat. Bagi mereka yang melanggar akan dikenakan sanksi kurungan penjara 3 bulan dan denda maksimal 50 juta rupiah.
Flu burung telah mengakibatkan banyak pengusaha daging ayam mulai dari peternak sampai penjual gulung tikar karena masyarakat menjadi takut untuk mengkonsumsi daging ayam. Menurut data terdapat lebih dari 600 pangkalan ayam, 1200 rumah potong, dan ribuan pedagang daging ayam yang tersebar di seluruh pasar tradisional di Jakarta terancam gulung tikar karena secara rata – rata, total kebutuhan daging ayam di Jakarta adalah 500 ribu hingga 600 ribu ekor perhari, setelah kasus flu burung mencuat, permintaan itu menurun 60% ( Kompas 28 Juli 2005). Penjualan ayam potong di pasar tradisional Pasar Minggu Jakarta Selatan juga turun 25-50 persen
Pada tanggal 1 Oktober 2005 pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Harga bensin jenis premium yang semula Rp 2.400,00 naik menjadi Rp 4.500,00/liter dan solar yang sebelumnya Rp 2.100,00 naik menjadi Rp 4.300,00/liter. Secara langsung kenaikan harga BBM tersebut akan menaikkan beban biaya transportasi hingga 100%. Kenaikan tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden No. 55/2005 tentang Kenaikan Harga Jual Eceran BBM Dalam Negeri, tertanggal 30 September 2005.
1.2. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari uraian latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu
1. Apakah jumlah pesaing mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong?
3. Apakah banyaknya jumlah ayam terjual mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong?
4. Apakah flu burung dianggap mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong?
5. Apakah secara bersama-sama jumlah pesaing, biaya transportasi dan jumlah ayam terjual serta variabek dummy flu burung mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian :
1. Menganalisis pengaruh jumlah pesaing terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.
2. Menganalisis pengaruh biaya transportasi terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.
3. Menganalisis pengaruh banyaknya jumlah ayam terjual terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.
4. Menganalisis pengaruh Flu burung terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.
1.3.2. Manfaat Penelitian : 1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis agar dapat mengembangkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, selain itu penulis dapat membandingkan antara teori dan praktek yang terjadi di lapangan.
2. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran atau studi banding bagi mahasiswa atau pihak yang melakukan penelitian yang sejenis. Di samping itu, guna meningkatkan, memperluas dan memantapkan wawasan dan keterampilan yang membentuk mental mahasiswa sebagai bekal memasuki lapangan kerja.
1.4. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN
Membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan penelitian.
BAB II TINJAUAN UMUM SUBYEK PENELITIAN
BAB III KAJIAN PUSTAKA
Berisi penelitian sebelumnya yang erat kaitannya dengan penelitian ini.
BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Dalam bab ini memuat teori – teori yang relevan yang menjadi acuan dalam penulisan dan hipotesa penelitian.
BAB V METODE PENELITIAN
Akan dijelaskan tentang metode pengambilan sampel serta definisi operasional penelitian
BAB VI ANALISIS DATA
Berisi tentang analisis data yang diperoleh dalam penelitian serta pengujian – pengujian terhadap hasil estimasi data yang diperoleh dan pembahasannya.
BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
BAB II
TINJAUAN UMUM SUBYEK PENELITIAN
2.1. Geografis
Kota Jakarta Selatan merupakan salah satu dari 5 kota yang terdapat di Propinsi DKI Jakarta. Kota ini mempunyai luas daerah
seluruhnya 145,73 km (22,41% dari Luas DKI Jakarta) yang berada pada posisi 06 15 40.8 Lintang Selatan dan 106 45 0.00 Bujur barat. Kota Jakarta Selatan terbagi menjadi 10 kecamatan yaitu Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Pesanggrahan, Cilandak, Pasar Minggu, Jagakarsa, Mampang Prapatan, Pancoran, Tebet, dan Setiabudi. Secara administratif batas – batas wilayah dari Kota Jakarta Selartan adalah sebagai berikut :
2
- Sebelah Utara : Banjir kanal, Jalan Sudirman, Kecamatan Tanah Abang, Jalan Kebayoran Lama dan Kebon Jeruk (Kota Jakarta Barat)
- Sebelah Timur : Kali Ciliwung (Kota Jakarta Timur) - Sebelah Selatan : Kotamadya Depok
- Sebelah Barat : Kecamatan Ciputat dan Cileduk, Kabupaten Tangerang, Propinsi Jawa Barat)
2.2. Keadaan Alam
Kotamadya Jakarta Selatan terletak pada ketinggian 26,2 m di atas permukaan laut, bercirikan daerah yang beriklim khas tropis dengan
persen, yang disapu angin dengan kecepatan sekitar 0,2 knot sepanjang tahun. Curah hujan mencapai ketinggian rata-rata 1999,5 mm per-hari yang terjadi selama 210 hari dalam setahun. Penggunaan tanah 71,56% untuk perumahan, 12,26% untuk perkantoran, 1,62% untuk perindustrian, 1,06% untuk taman, 1,04% untuk tempat tidur, 10,48% untuk waserda dan 1,93% untuk lahan pertanian.
Tabel 2.1
Persentase Luas Tanah menurut Penggunaannya menurut Kecamatan 2005
Sumber:Survei Fisik Kecamatan, BPS Jakarta Selatan
Kecamatan Perumahan Industri
2.3. Keadaan Penduduk
Pada tahun 2004 jumlah penduduk di Jakarta Selatan 1.707.767 jiwa kemudian pada tahun 2005 naik menjadi 1.745.195 jiwa, dengan kepadatan penduduk mencapai 11.976 per Km . Dari Jumlah tersebut, jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari penduduk perempuan seperti terlihat pada sex ratio yang lebih besar dari 100 yaitu 110. Penduduk laki-laki berjumlah 914.951 jiwa dan penduduk perempuan 830.244 jiwa.
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Sex Ratio menurut Kecamatan 2004
Penduduk Hasil Registrasi
Kecamatan
Laki-laki Perempuan Jumlah Kepadatan
Sex Ratio
1 Jagakarsa 111.781 102.817 214.598 8.580 108,72
2 Ps. Minggu 141.038 111.284 252.322 11.522 126,74
3 Cilandak 76.546 76.821 153.367 8.427 99,64
4 Pesanggrahan 82.099 73.829 155.928 11.576 111,20
5 Keb. Lama 120.850 108.585 229.435 11.876 111,30
Sumber : Statistik Wilayah DKI Jakarta
Status kewarganegaraan di Jakarta Selatan terdiri WNA sebanyak 574 jiwa, sementara warga negara asing yang terbanyak adalah warga Cina. Kegiatan penduduk berusia 10 tahun ke atas dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja; yang masing-masing tercatat 58,39 persen dan 41,61 persen. Dari angkatan kerja tersebut terdapat 49,51 persen penduduk bekerja dan 8,88 persen yang mencari pekerjaan.
bekerja. Jumlah rumahtangga miskin di Jakarta Selatan ada sebanyak 11.196 rumahtangga.
2.4. Kesehatan dan Keluarga Berencana
Fasilitas kesehatan di Jakarta Selatan terdiri dari 66 rumah sakit (3.398 tempat tidur), 130 poliklinik atau balai kesehatan, 78 puskesmas, 19 laboratorium, 283 apotik, 101 toko obat, 1.037 dokter praktek, 750 praktek dokter gigi dan 103 praktek bersama. Infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA) masih menunjukkan persentase tertinggi dibandingkan dengan penyakit lain yang berarti pencemaran lingkungan masih tinggi, sedangkan penderita diare mengalami kenaikan pada tahun ini dibandingkan tahun lalu. Peserta KB Aktif perbulan rata-rata 178.688 akseptor, sedangkan peserta KB baru 45.843 akseprot.
Tabel 2.3
Jumlah kelahiran bayi, Kematian Bayi dan Kematian Anak Balita Menurut Kecamatan, 2005
Cilandak 2.373 94 72 135
Pesanggrahan 1.200 4 0 0
Keb. Lama 4.579 12 7 1
Keb. Baru 5.777 60 31 0
Mp.Prapatan 0 0 0 0
Pancoran 1.561 14 2 0
Tebet 201 2 0 0
Setiabudi 2.683 15 11 3
Jumlah 19.759 250 178 248
2.5. Pertanian 1. Pertanian
Produk tanaman jagung tahun 2005 sekitar 167 ton, ubi kayu 414 ton dan kacang tanah 45 ton. Komoditi ekspor tanaman hias jenis anggrek merupakan komoditi unggulan, produksi tanaman anggrek segala jenins mencapai lebih dari 1,6 juta tangka dengan nilai mencapai hampir 5 milyar lebih.
2. Perikanan
Produksi ikan darat selama 2005 sebanyak 365.758 kg dengan nilai lebih dari 30 juta rupiah.
3. Peternakan
Pada tahun 2005 populasi kambing 2.465 ekor, sapi perah 2.432 ekor, kuda 74 ekor dan kambing 2.465 ekor. Produksi susu sebanyak 4.553.352 liter, telur 217.058 butir dan ayam buras 25.000 ekor.
2.6. Keadaan Ekonomi
ikan basah, 47 tempat jual ikan hidup, 352 tempat jual ayam potong, 43 tempat jual ayam hidup, 1.118 tenda, 2.020 kaki lima dalam pasar, 1.120 kaki lima di luar pasar. Adapun jenis barang yang diperdagangkan meliputi kebutuhan pokok, mulai dari jasa konsumsi, logam mulia, barang teknik, restoran dan warung, kelontong, tekstil dan jasa produksi.
Tabel 2.4
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Lapangan usaha 2003 2004* 2005**
(1) (5) (6) (7)
1 Pertanian 84.748 90.498 91.934
2 Industri 1.516.588 1.640.447 1.900.262
3 Listrik, gas dan air bersih 302.584 442.934 497.199
4 Bangunan 9.897.863 10.964.039 13.111.757
5 Perdagangan, hotel dan restoran 13.954.404 15.615.757 17.893.349
6 Pengangkutan dan komunikasi 3.960.043 4.950.506 6.097.015
7
Keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan 34.998.025 38.862.567 43.848.334
8 Jasa-jasa 10.364.104 11.869.681 13.912.318
Produk Domestik Regional Bruto 75.078.360 84.436.429 97.352.170
Sumber : BPS Kotamadya Jakarta Selatan Keterangan :
*) angka perbaikan **) angka sementara
Laporan penelitian M.Faisal,Drs,MM (2008) yang berjudul "Analisis Variabel-variabel yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Peternak Ayam Pedaging/potong" yang merupakan suatu studi di Desa Blabak, Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri Jawa Timur.
Perumusan masalah adalah variabel manakah yang signifikan pengaruhnya serta memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan peternak. Alat analisis yang digunakan adalah analisa regresi Linier Berganda, yaitu suatu analisa untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas yang meliputi jumlah ayam (X1), biaya pakan (X2), biaya pemeliharaan (X3), dan upah tenaga kerja (X4) serta variabel terikat (Y), yaitu tingkat pendapatan peternak.
Pallangga Kabupaten Gowa” yang bertujuan untuk megetahui tingkat pendapatan yang diperoleh peternak ayam broiler pada skala usaha yang berbeda, dan mengetahui pada skala usaha berapa yang memberikan efesiensi finansial yang paling tinggi pada peternak ayam broiler. Penelitian ini menggunakan metode stratified purposive random sampling, yaitu mengambil peternak yang menggunakan jenis pakan dan bibit yang sama dari berbagai skala usaha dengan wawancara langsung pada peternak ayam yang berpedoman pada kusioner yang telah dibuat..Sampel penelitian ini sebanyak 50% dari keseluruhan peternak di Kecamatan Palangga yang jumlahnya 62 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan peternak semakin bertambah seiring dengan bertambahnya skala usaha yang dipelihara, dimana pendapatan tertinggi pada skala usaha 2500 yaitu Rp. 8.363.748,- Efesiensi finansial semakin meningkat dengan bertambahnya skala usaha yang dipelihara, dimana pada skala 2500 memperoleh efesiensi finansial tertinggi yaitu 1.37554428.
Ibnu Edy Wiyono (2007) dalam Analisis ekonomi mingguan Charoen Pokphand Indonesia yang berjudul “Peluang dan Tantangan Industri Peternakan” mengungkapkan beberapa hal penting yang mampu merangsang pertumbuhan usaha peternakan di Indonesia, yaitu :
konsumsi daging ayam perkapita sebesar 2 kg melalui kampanye sadar gizi.
c. Dampak negatif flu burung telah dapat dikelola dengan baik. Meskipun demikian, Industri peternakan masih harus mencari solusi efektif untuk mengurangi tekanan biaya produksi akibat kenaikan harga jagung dan bungkil kacang kedelai.
BAB IV
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
4.1. Teori Produksi
Dalam penelitian ini, landasan teori yang digunakan mengacu pada teori perilaku produsen, khususnya teori produksi. Teori produksi merupakan analisa mengenai bagaimana seharusnya seorang pengusaha atau produsen, dalam teknologi tertentu memilih dan mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu, seefisien mungkin ( Ari Sudarman, 1989 : 120 )
Produksi adalah suatu proses pengubahan faktor produksi atau input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah Penentuan kombinasi faktor – faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi sangatlah penting agar proses produksi yang dilaksanakan dapat efisien dan hasil produksi yang didapat menjadi optimal. Input pada suatu proses produksi terdiri dari tanah, tenaga kerja, kapital dan bahan baku, jadi input adalah barang atau jasa yang digunakan sebagai masukan pada suatu proses produksi sedangkan yang dimaksud dengan output adalah barang dan jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi.
4.1.1. Fungsi Produksi
Fungsi produksi merupakan hubungan teknis antara faktor produksi dengan hasil produksi. Fungsi produksi menunjukkan bahwa jumlah barang yang diproduksi tergantung pada jumlah faktor produksi yang digunakan.
Fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :
Q = f (K, L, R, T)
Keterangan :
Q = output
K = kapital / modal
L = labour / tenaga kerja
R = resuources / sumber daya
T = teknologi
tenaga kerja. Berkaitan dengan periode produksi, situasi produksi dimana perusahaan tidak dapat mengubah outputnya disebut jangka waktu yang sangat pendek sedangkan situasi produksi dimana output dapat dirubah namun demikian ada sebagian faktor produksi yang bersifat tetap atau input tetap dan sebagian lagi faktor produksinya dapat dirubah atau input variabel disebut produksi jangka pendek dan produksi jangka panjang yaitu suatu produksi tidak hanya output dapat berubah tetapi mungkin semua input dapat diubah dan hanya teknologi dasar produksi yang tidak mengalami perubahan.
4.2. Hukum Pertambahan Hasil yang Semakin Berkurang
Q Q3
Q2 TP
Q1
0 L1 L2 L L 3 4 L
Q
Tahap 1 Tahap II Tahap III
AP
L0 L2 L3 MP L L
Gambar 4.1 Kurva Hukum Pertambahan yang Semakin Berkurang
Keterangan :
TP adalah total produksi
L adalah tenaga kerja
MP adalah marginal produk tenaga kerja L
Dimana :
Gambar diatas merupakan cara lain untuk menggambarkan fungsi produksi yang menggunakan kombinasi faktor produksi tidak sebanding, dimana modal dan teknologi dianggap tetap. Sumbu horisontal menunjukkan jumlah input tenaga kerja dan sumbu vertikal menunjukkan jumlah produksi yang dihasilkan. Tahap I menunjukkan penggunaan tenaga kerja yang masih sedikit
dan apabila diperbanyak tenaga kerjanya menjadi L2 maka total produksinya
akan meningkat dari Q1 menjadi Q , produksi rata-rata dan produksi
marjinalnya juga turut meningkat. Produsen yang rasional jelas akan memilih menambah jumlah tenaga kerjanya. Pada tahap ini kita juga dapat melihat bahwa laju kenaikan produksi marjinal juga semakin besar sehingga dalam tahap ini dikatakan berlaku hukum pertambahan hasil yang semakin meningkat. Hal tersebut terjadi kemungkinan karena adanya spesialisasi faktor produksi tenaga kerja, semakin banyak tenaga kerja yang digunakan semakun memungkinkan produsen melakukan spesialisasi tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya. Sementara itu produksi rata-rata pada tahap ini terus meningkat hingga mencapai titik puncak pada saat penggunaan
tenaga kerja sebanyak L dan pada saat itu kurva MP berpotongan dengan
kurva AP . Pada kondisi demikian jika tenaga kerja terus ditambah lagi
2
2 L
penggunaannya hingga mencapai L3 atau masuk pada tahap II maka total
produksi terus meningkat hingga mencapai Q3 atau mencapai titik optimum
produksi. Pada tahap II tersebut produksi total terus meningkat sedangkan produksi rata-rata mulai menurun dan produksi marjinal bertambah dengan proporsi yang semakin menurun pula hingga pada akhirnya produksi marjinal mencapai titik nol. Hal demikian berlaku hukum penambahan hasil produksi yang semakin berkurang dan jika pada kondisi tersebut penggunaan tenaga kerja masih saja ditambah maka memasuki tahap III, dimana penambahan tenaga kerja akan menyebabkan turunnya total produksi. Jadi penggunaan tenaga kerja sudah terlalu banyak hingga produksi rata-rata menurun dan produksi marjinal menjadi negatif. ( Ida Nuraini, 2001 : 57 )
4.3. Pendapatan
Dalam hal ini pendapatan juga bisa diartikan sebagai pendapatan bersih seseorang baik berupa uang atau natura. Secara umum pendapatan dapat digolongkan menjadi 3
1. Gaji dan upah
Suatu imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan suatu pekerjaan untuk orang lain, perusahaan swasta atau pemerintah.
2. Pendapatan dari kekayaan
Pendapatan dari usaha sendiri. Merupakan nilai total produksi dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan baik dalam bentuk uang atau lainnya, tenaga kerja keluarga dan nilai sewa kapital untuk sendiri tidak diperhitungkan
3. Pendapatan dari sumber lain
Dalam hal ini pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja antara lain penerimaan dari pemerintah, asuransi pengangguran, menyewa aset, bunga bank serta sumbangan dalam bentuk lain. Tingkat pendapatan (income level) adalah tingkat hidup yang dapat dinikmati oleh seorang individu atau keluarga yang didasarkan atas penghasilan mereka atau sumber-sumber pendatapan lain. (Samuelson dan Nordhaus, 1995:250) 4.3.1. Hubungan Pendapatan dengan Produksi
sewa, modal memperoleh bunga dan keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan. Pendapatan yang diperoleh masing – masing jenis faktor produksi tersebut tergantung kepada harga dan jumlah masing – masing faktor produksi yang digunakan. Jumlah pendapatan yang diperoleh berbagai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu barang adalah sama dengan harga dari barang tersebut. ( Sadono Sukirno, 1996 : 329)
4.4 . Penjualan
4.5 Persaingan Pasar
Para pesaing adalah perusahaan-perusahaan yang memuaskan kebutuhan konsumen yang sama Ada lima kekuatan yang menentukan daya tarik laba jangka panjang. Lima kekuatan tersebut adalah para pesaing industri, calon pendatang, substitusi, pembeli dan pemasok. ( Philip Kotler, 2006:417)
Mengindentifikasi pesaing sepertinya merupakan tugas sederhana perusahaan. Akan tetapi perusahaan bahkan lebih mungkin terpukul oleh pesaing yang baru muncul atau teknologi terbaru ketimbang oleh pesaing sekarang. Berfokus pada pada pesaing saat ini dan bukan pada pesaing tersembunyi telah menyebabkan beberapa perusahaan tersingkir.
Setelah mengidentifikasi para pesaing utamanya, perusahaan harus mengetahui dengan pasti kekuatan dan kelemahan serta tujuan strategis mereka. Hal yang harus segera dilakukan adalah menentukan strategi, tujuan dan menganalisis kekuatan dan kelemahan.
Secara umum setiap perusahaan harus memantau tiga variabel ketika menganalisis para pesaingnya. ( Philip Kotler, 2006:419 )
1. Pangsa pasar atau sasaran pasar
3. Pangsa hati atau persentase pelanggan yang menyebut nama pesaing dalam menanggapi pertanyaan, “Sebutkan perusahaan yang produknya lebuh anda sukai untuk dibeli.”
Setelah perusahaan melakukan analisis nilai pelanggannya, ia dapat memusatkan serangannya pada salah satu kelas pesaing yaitu pesaing kuat versus lemah, pesaing dekat versus jauh dan kelas pesaing yang “baik” versus “buruk”.
Untuk bertahan, perusahaan dituntut untuk melakukan tindakan di tiga bidang. Pertama, perusahaan tersebut harus mencari cara untuk memperbesar permintaan pasar keseluruhan, melindungi pangsa pasar dan tetap berusaha meningkatkan pangsa pasarnya lebih jauh walaupun ukuran pasarnya tetap sama. ( Philip Kotler, 2007:417)
B. Hipotesis Penelitian
Sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian ini disusun hipotesis sebagai berikut :
1. Pendapatan pengusaha ayam potong dipengaruhi secara negatif dan signifikan oleh jumlah pesaing.
2. Pendapatan pengusaha ayam potong dipengaruhi secara negatif dan signifikan oleh besarnya biaya transport per bulan.
3. Pendapatan pengusaha ayam potong dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh jumlah ayam terjual per bulan.
BAB V
METODOLOGI PENELITIAN
5.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pengusaha ayam
potong sebagai unit analisisnya. Pengertian pengusaha ayam potong di sini
adalah pengusaha ayam potong yang melayani pembelian maupun penjualan
ayam potong hidup ataupun mati, termasuk di dalamnya adalah peternak,
rumah potong dan penjual. Daerah penelitian yang diambil adalah Kota
Jakarta Selatan.
5.2 Metode Dasar
Penelitian ini menggunakan metode dasar deskriptis analitis, yaitu
suatu prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan obyek
penelitian pada saat sekarang, berdasarkan pada penemuan fakta-fakta atau
keadaan yang sebenarnya (Nawawi dan Martini, 1994). Tujuan
digunakannya metode ini adalah untuk menggali faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong.
Teknik pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan studi kasus.
Studi kasus adalah teknik studi dengan memusatkan perhatian pada suatu
kasus secara intensif dan mendetail. Obyek yang diteliti terdiri dari satu unit
5.2.1. Jenis dan Sumber Data
a. Data primer
Adalah merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari
individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil
pengisian kuisioner (Umar, 2002). Penelitian ini menggunakan data
Croos Section yaitu data yang dikumpulkan dalam kurun waktu
tertentu dari sample. Penelitian di lapangan dilaksanakan pada bulan
september sampai dengan bulan oktober tahun 2007.
Cara memperoleh data :
- Interview (wawancara)
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara bertanya
langsung kepada responden. Wawancara dilakukan kepada pengusaha
ayam potong yang terpilih sebagai sampel.
- Observasi
Yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan pencatatan
secara cermat dan sistematis terhadap pola perilaku orang, obyek, atau
kejadian-kejadian tanpa bertanya atau berkomunikasi dengan orang,
obyek, atau kejadian tersebut. Metode ini dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran awal tentang seberapa besar pengaruh variabel
- Metode Angket / Kuisioner
Adalah teknik pengumpulan data dengan cara mempersiapkan daftar
pertanyaan yang ada hubungan dengan masalah yang diteliti yang
kemudian dibagikan kepada responden untuk diisi.
b. Data Sekunder
Adalah data-data pendukung yang diperoleh dari buku-buku,
majalah, dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian atau
dengan mengambil dari sumber lain yang diterbitkan oleh lembaga
yang dianggap kompeten.
5.2.2. Populasi dan Sampling
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha ayam potong
yang berdomisili di Kota Jakarta Selatan.
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi. Pada penelitian ini metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive
sampling menggunakan metode purposive random sampling yaitu
teknik cuplikan yang bersifat selektif dengan menggunakan
pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan,
keingintahuan pribadi peneliti, karakteristik empiris dan lainnya (H.B.
Selanjutnya dari seluruh populasi pengusaha ayam potong di Kota
Jakarta Selatan diambil 100 pengusaha ayam potong yang tersebar di
wilayah Kota Jakarta Selatan sebagai sample.
5.2.3. Definisi Variabel
Definisi variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Pendapatan pengusaha ayam potong (Y) adalah pendapatan kotor atau
besarnya rata – rata pendapatan yang diterima oleh pengusaha ayam
potong sebelum dikurangi dengan total biaya operasional usaha dan
dihitung dalam satuan Ribu rupiah.
2. Jumlah pesaing (X1) adalah jumlah pesaing usaha menurut persepsi
sampel dan dinyatakan dalam satuan unit.
3. Biaya transportasi (X2) yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarakan
untuk memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lainnya dan
dinyatakan dalam satuan ribu rupiah.
4. Jumlah ayam yang terjual (X3) yaitu jumlah ayam yang terjual dalam
satu bulan dan dinyatakan dalam satuan kilogram.
5. Dummy flu burung (Dm) adalah persepsi responden tentang pengaruh
penyakit flu burung terhadap usaha ayam potong. Dinyatakan dengan
nilai “1” apabila flu burung dianggap berpengaruh dan diberi nilai “0”
apabila flu burung dianggap tidak berpengaruh.
5.3. Metode Analisa Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
1. Metode kualitatif adalah metode mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan penelitian terhadap pendapat dan tanggapan responden, serta
teori-teori yang ada dengan masalah penelitian.
2. Metode kuantitatif adalah metode yang disarankan pada dianalisis
variabel-variabel yang dapat dinyatakan dengan jelas atau menggunakan
rumus yang pasti yaitu:
5.3.1. Metode Regresi Kuadrat Terkecil
Analisis data yang dilakukan dengan Metode Regresi Kuadrat
Terkecil/OLS (ordinary least square), dengan fungsi Produksi Cobb
Douglass. Model hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Y = f (X1, X2, X3, DM)
Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi maka dapat
ditarik suatu model ekonometrik sebagai berikut:
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2+ β3 X3+ DM + e
Keterangan:
Y = Pendapatan Pengusaha Ayam Potong (Rp/Bulan)
X1 = Jumlah Pesaing (unit)
X2 = Biaya Transportasi (Rp/Bulan)
X3 = Jumlah ayam terjual (ekor)
Dm = Dummy Variabel
1 = Terpengaruh flu bururng
β0 = Konstanta regresi
β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi
e = Kesalahan pengganggu
5.3.2. Pemilihan Model Regresi
Pemilihan model regresi ini menggunakan uji Mackinnon, white
and Davidson (MWD) yang bertujuan untuk menentukan apakah model
yang akan di gunakan berbentuk linier atau log linier. Persamaan
matematis untuk model regresi linier dan regresi log linier adalah sebagai
berikut :
Linier Y = βo + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + dm X4+ e
Log Linier LnY = βo + β1 lnX1 + β2 lnX2 + β3 lnX3 + dm X4+e
Untuk melakukan uji MWD ini kita asumsikan bahwa
Ho :Y adalah fungsi linier dari variabel independen X (model linier)
Ha :Y adalah fungsi log linier dari varibel independen X (model log linier)
Adapun prosedur metode MWD adalah sebagai berikut :
1. Estimasi model linier dan dapatkan nilai prediksinya (fitted value)
dan selanjutnya dinamai F1.
2. Estimasi model log linier dan dapatkan nilai prediksinya, dan
selanjutnya dinamai F2.
3. Dapatkan nilai Z1 = ln F1-F2 dan Z2 = antilog F2-F1
4. Estimasi persamaan berikut ini :
Jika Z1 signifikan secara statistik melalui uji t maka kita menolak
hipotesis nul dan model yang tepat untuk digunakan adalah model
log linier dan sebaliknya jika tidak signifikan maka kita menerima
hipotesis nul dan model yang tepat digunakan adalah model linier
5. Estimasi persamaan berikut :
LnY = βo + β1 lnX1 + β2 lnX2 + β3 lnX3 + dm X4+ β5 Z1 + e
Jika Z2 signifikan secara statistik malalui uji t maka kita menolak hipotesis
alternatif dan model yang tepat untuk digunakan adalah model log linier
dan sebaliknya jika tidak signifikan maka kita menerima hipotesis
alternatif dan model yang tepat untuk digunakan adalah model linier.
(Agus Widarjono ; 2005).
5.3.3. Uji Statistik
Selanjutnya untuk mengetahui keakuratan data maka perlu
dilakukan beberapa pengujian : (Gujarati, 2003)
a. Uji t Statistik
Uji t statistik melihat hubungan atau pengaruh antara variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen.
1. Hipotesis yang digunakan :
a. Jika Hipotesis positif
Ho : βi ≤ 0 Î variabel independent tidak
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan
Ha : βi > 0 Î variabel independen mempengaruhi
b. Jika Hipotesis negatif
Ho : βi ≥ 0 Î variabel independent tidak
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan
Ha : βi < 0 Î variabel independent mempengaruhi
variabel dependen secara negatif dan signifikan
2. Pengujian satu sisi
Jika T table ≥ t hitung, Ho diterima berarti variabel independen
secara individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen.
Jika T table < t hitung, Ho ditolak berarti variabel independen
secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen.
b. Uji F statistik
Uji F digunakan untuk menghitung apakah model yang
digunakan secara keseluruhan tepat digunakan dengan tingkat
kepercayaan tertentu (Sritua Arief, 1993 : 13)
Adapun langkah – langkah pengujian untuk uji f adalah
sebagai berikut :
(tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel indipenden
terhadap variabel dependen secara bersama – sama)
0 :β1 ≠β2 ≠β3 ≠β4 ≠ o
(ada pengaruh yang signifikan dari variabel indipenden
terhadap variabel dependen secara bersama – sama)
2. Perhitungan nilai F-tes:
( )
3. Pengambilan keputusan uji f
Apabila F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak berarti secara
bersama – sama variabel independen secara signifikan
mempengaruhi variabel dependen
Apabila F-hitung < F-tabel maka Ho diterima yang berarti
secara bersama – sama variabel independen secara signifikan
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung seberapa besar
varian dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi
variabel-variabel independent. Nilai R2 paling besar 1 dan paling
kecil 0 (0<R2<1). Bila R2 sama dengan 0 maka garis regresi tidak
dapat digunakan untuk membuat ramalan variabel dependen, sebab
variabel-variabel yang dimasukan kedalam persamaan regresi tidak
mempunyai pengaruh varian variabel dependen adalah 0. Semakin
dekat R2 dengan 1, maka semakin tepat regresi untuk meramalkan
variabel dependen, dan hal ini menunjukan hasil estimasi keadaan
yang sebenarnya.
5.4. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi, multikolinearitas, dan heterokedastisitas. Apabila terjadi
penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut uji t dan uji F yang dilakukan
sebelumnya menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan
kesimpulan
a. Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana satu
atau lebih variabel independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear
dari variabel lainya. Salah satu cara untuk mengetahui adanya
multikolinearitas adalah dengan pengujian terhadap masing-masing
dapat kemudian dibandingkan dengan R2 yang didapat dari hasil regresi
secara bersama variabel independent dengan variabel dependen. Jika r2
melebihi R2 pada model regresi maka dari hasil regresi tersebut terdapat
multikolinearitas, sebaliknya apabila R2 lebih besar dari semua r2 maka ini
menunjukan tidak terdapatnya multikolinearitas pada model regresi yang
diuji.
b. Heteroskedastisitas
Adanya heteroskedastisitas dalam model analisis mengakibatkan
varian dan koefisien-koefisien OLS tidak lagi minimum dan
penaksir-penaksir OLS menjadi tidak efisien meskipun penaksir-penaksir OLS tetap tidak
bias dan konsisten. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya
heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah pengujian White, langkah
pengujiannya antara lain:
Estimasi persamaan model dan dapatkan residualnya.
a. Melakukan regresi pada persamaan berikut yang disebut regresi
auxiliary
b. Hipotesis nul dalam uji ini adalah tidak ada heteroskedastisitas. Uji
White didasarkan pada jumlah sampel (n) dikalikan dengan R2
yang akan mengikuti distribusi Chi-squares dengan degree of
freedom sebanyak variabel independen tidak termasuk konstanta
dalam regresi auxiliary. Nilai hitung statistik Chi-squares (χ2) dapat
dicari dengan formula sebagai berikut:
c. Jika nilai Chi-squares hitung (n. R2) lebih besar dari nilai χ2 kritis
dengan derajat kepercayaan tertentu (α) maka ada
heteroskedastisitas dan sebaliknya jika Chi-squares hitung lebih
kecil dari nilai χ2 kritis menunjukkan tidak adanya
heteroskedastisitas
c. Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antar anggota
serangkaian observasi menurut waktu. Dalam konteks regresi, model
linear klasik mengasumsikan bahwa autokorelasi seperti itu tidak terdapat
dalam disturbansi atau gangguan Ui dengan menggunakan lambang:
E (Ui Uj) = 0 ; 1 ≠J
Secara sederhana dapat dikatakan model klasik mengasumsikan
bahwa unsur gangguan yang berhubungan dengan observasi tidak
dipengaruhi oleh unsur disturbansi atau gangguan yang berhubungan
dengan pengamatan lain yang manapun (Gujarati, 2003)
Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dalam gambar 5.1 berikut ini :
TABEL 5.6
UJI STATISTIK DURBIN-WATSON
Nilai Statistik Hasil 0<d<dl
dl≤d≤du
du≤d≤4-du
4-du≤d≤4-dl
4-dl≤d≤4
Menolak hipotesis nul; ada autokorelasi positif
Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
Menurut hipotesis nul; tidak ada autokorelasi
positif/negatif
Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
Menolak hipotesis nul; ada autokorelasi
negative
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi digunakan
Durbin Watson (DW test), dengan hipotesa sebagai berikut:
1) Jika nilai DW statistik < DL, atau DW statistik > 4-DL, maka Ho
ditolak yang berarti terdapat autokorelasi
2) Jika nilai DU < DW < 4-DU, maka Ho diterima, berarti tidak
terdapat autokorelasi.
3) Jika DL ≤ DW ≤ DU atau 4- DU ≤ DW ≤ 4-DL, berarti dianggap
BAB VI ANALISIS DATA
6.1. Diskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data primer
yang diperoleh dari sejumlah pengusaha ayam potong di Kota Jakarta
Selatan melalui metode observasi, wawancara dan kuisioner sebagaimana
disebutkan dalam bab sebelumnya.
Dari seluruh populasi pengusaha ayam di Kota Jakarta Selatan
diambil 100 pengusaha untuk dijadikan sample dengan karakterisrik
responden sebagai berikut :
a. Jenis Usaha
Jenis usaha ayam potong bisa dibedakan menjadi 3, yaitu peternak,
rumah potong dan penjual. Namun hasil data primer menunjukkan
bahwa di Kota Jakarta Selatan tidak terdapat peternakan ayam
potong. Hal tersebut bisa dimengerti dengan alasan bahwa
peternakan membutuhkan lahan yang luas dan jauh dari
pemukiman. Sedangkan data primer menunjukkan 73 responden
merupakan penjual dan sisanya adalah rumah potong. Secara rinci
jumlah responden yang dikelompokkan menurut jenis usaha
Tabel 6.1
Karakteristik Responden Menurut Jenis Usaha
Jenis Usaha Jumlah
Peternakan 0
Data primer yang diperoleh dari pengusaha ayam potong di Kota
Jakarta Selatan menunjukkan bahwa pengusaha ayam potong di
Kota Jakarta Selatan paling banyak berusia antara 39 sampai umur
45 tahun yaitu sebesar 37% dan rata-rata pengusaha ayam potong
berumur 39,69 tahun. Umur terendah 19 tahun sedangkan umur
tertinggi 61 tahun. Secara rinci jumlah responden yang
dikelompokkan menurut umur disajikan dalam tabel 6.2 :
Tabel 6.2
Karakteristik Responden Menurut Umur
Umur Jumlah responden Persentase
18 - 24 3 3%
Menurut data primer yang diperoleh dari para dari pengusaha ayam
banyak berpendidikan tamatan SLTP yaitu sebesar 36% dari jumlah
responden, dan sebagian kecil tamatan perguruan tinggi yaitu
sebesar 7 pengusaha atau sebesar 7% dari jumlah sample pengusaha
ayam potong. Secara rinci jumlah responden menurut tingkat
pendidikan ditunjukkan pada tabel 6.3 sebagai berikut :
Tabel 6.3
Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan terakhir Jumlah responden Persentase
Sekolah dasar 29 29%
Sekolah Menengah Pertama 36 36% Sekolah Menengah Atas 28 28%
Sarjana 7 7%
Total 100 100%
Sumber Data : Data Hasil survei, 2007
d. Lama Usaha
Menurut data primer yang diperoleh dari para pengusaha ayam
potong di Kota Jakarta Selatan, lama usaha dari para pengusaha
ayam potong paling banyak antara 2 - 5 tahun yaitu sebesar 27
pengusaha atau 27% dari total responden, paling sedikit antara
26-29 tahun yaitu ada 3 pengusaha atau sebesar 3% , dengan rata-rata
lama usaha adalah 11,34 tahun. Secara rinci lama usaha dalam
menjalankan usaha ayam potong ditunjukkan pada tabel 6.4.
Tabel 6.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Berusaha
Lama Berusaha (tahun) Jumlah responden Persentase
2 – 5 27 27%
Menurut data primer yang diperoleh dari para pengusaha ayam
potong di Kota Jakarta Selatan, 85 pengusaha ayam potong
mempekerjakan 0 – 5 karyawan, dengan rata-rata jumlah
karyawan adalah 3 orang. Secara rinci karakteristik pengusaha
ayam berdasarkan jumlah karyawan dalam menjalankan usaha
ayam potong ditunjukkan pada tabel 6.5. sebagai berikut :
Tabel 6.5
Karakteristik Sample Berdasarkan Jumlah Karyawan
Jumlah Karyawan Jumlah responden Persentase
0 - 4 85 85%
Kebanyakan pengusaha ayam potong mengeluhkan tentang
lambatnya penanganan kasus flu burung sehingga banyak dari
masyarakat untuk mengkonsumsi. Hal tersebut diperparah dengan
tingginya harga ayam potong pada saat masyarakat banyak yang
takut mengkonsumsi ayam potong akibat flu burung, sehingga para
pengusaha sulit menentukan harga jual.
Namun ada juga yang merasa bahwa usaha ayam potong ini masih
menguntungkan karena mereka merasa kasus flu burung tidak
mempengaruhi pendapatan mereka.
6.2 Analisis Hasil Regresi dan Pengujian Hipotesis 6.2.1. Pemilihan Model Regresi
Spesifikasi model untuk menentukan bentuk suatu fungsi suatu
model empirik dinyatakan dalam bentuk linier ataukah nonlinier dalam
suatu penelitian, maka dalam penelitian ini juga akan dilakukan uji
tersebut. Dalam penelitian kali ini, peneliti akan menggunakan uji
MacKinnon, White, Davidson (MWD test). Hasil estimasi dari uji MWD
dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 6.6 Hasil Uji MWD
Variabel Nilai Statistik t
Nilai Tabel t α
(=5%) Probabilitas
Z1 13,46416 1,658 0,0000
Z2 -1,359798 1,658 0,1771
Sumber: Data diolah dengan Eviews (lampiran)
Berdasarkan dari hasil regresi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa dengan menggunakan uji MWD ditemukan adanya perbedaan
Dengan derajat kepercayaan 95% (α = 5%) bentuk fungsi model empiris
linier tidak bisa digunakan untuk analisis karena Z1 signifikan sedangkan
untuk log linear bisa digunakan untuk analisis karena Z2 tidak signifikan
secara statistik.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOG(X1) -0.033245 0.014276 -2.328768 0.0220
LOG(X2) -0.001583 0.015466 -0.102368 0.9187
LOG(X3) 0.956544 0.018464 51.80643 0.0000
Sum squared resid 0.319827 Schwarz criterion -2.677009
Log likelihood 145.3634 F-statistic 2562.521
Durbin-Watson stat 1.902686 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah dengan Eviews (lampiran)
Dari hasil regresi tersebut di atas dapat dihasilkan persamaan regresi sebagai
berikut : Adjusted R-squared = 0,990430 F-statistic = 2562,521 Di mana :
Y adalah rata – rata pendapatan kotor pengusaha ayam potong (Rupish/bulan)
X2 adalah biaya transportasi perbulan (Rupiah/bulan)
X3 adalah jumlah ayam terjual (Kilogram/bulan)
Dm adalah dummy variabel pengaruh flu burung terhadap usaha menurut persepsi
sample
6.2.3 Analisisi Statistik
Untuk menentukan parameter dalam model, metode yang digunakan
adalah Ordinary Least Square (OLS). Dengan metode ini diharapkan
dapat diperoleh penaksiran tidak bias linier terbaik (Best Linear Unbiased
Estimator / BLUE), pada dasarnya isi dari metode tersebut adalah
penentuan normal melalui peminimuman jumlah error kuadrat.
1. Uji Tanda
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa variabel independen yaitu jumlah pesaing, biaya transport dan
dummy variabel flu burung mempunyai koefisien regresi negatif. Hal
ini menunjukkan suatu hubungan negatif antara variabel independen
dan variabel dependen (pendapatan pengusaha ayam potong) artinya
jika terjadi peningkatan dalam jumlah pesaing, biaya transport dan
pengaruh flu burung maka pendapatan pengusaha ayam potong akan
menurun.
Sedangkan variabel independen jumlah ayam terjual memiliki
koefisien regresi positif. Hal ini menunjukkan suatu hubungan positif
antara variabel independen dan variabel dependen (pendapatan
jumlah ayam yang terjual maka pendapatan pengusaha ayam potong
juga akan meningkat.
2. Pengujian Hipotesisi Secara Parsial
Pengujian secara parsial dilakukan dengan menggunakan uji t statistik
satu sisi terhadap masing-masing variabel independen, dari hasil
pengujuan regresi didapat nilai t hitung dari masing-masing variabel
independen untuk selanjutnya dibandingkan dengan nilai t tabel. Cara
yang dilakukan untuk menentukan t tabel adalah :
T tabel = α df (n-k)
Di mana :
α adalah tingkat signifikansi
df adalah derajat bebas
n adalah jumlah data
k adalah jumlah variabel independen yang digunakan termasuk
konstanta kemudian dicari pada tabel t
Dengan demikian dapat ditentukan nilai t tabel yang dipakai dalam
penelitian ini, dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05
dan derajat bebas (100-5) sebesar 95 maka nilai t tabel didapat 1,658.
Apabila nilai t hitung > t tabel; maka variabel independen berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen, dan sebaliknya jika t
hitung < t tabel; berarti variabel independen tidak signifikan
Dari hasil pengujian regresi didapat t hitung seperti tercantum dalam
tabel berikut:
Tabel 6.8
Nilai t Hitung Tiap Variabel Bebas
Variabel t-hitung t-tabel Keterangan
X1 |-2,328768| |-1,658| Signifikan
X2 |-0,102368| |-1,658| Tidak signifikan
X3 51,806434 1,658 Signifikan
Dm |-2,582334| |-1,658| Signifikan
Sumber : Data priner diolah
2.1Uji t-Statistik terhadap variabel jumlah pesaing (β1)
Hipotesanya
Bila Ho : β1≤ 0 Variabel jumlah pesaing tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel pendapatan pengusaha
ayam potong.
Bila Ha : β1 > 0 Variabel jumlah pesaing berpengaruh secara negatif
dan signifikan terhadap variabel pendapatan pengusaha
ayam potong.
Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, berarti variabel
independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, berarti variabel independen
secara individual berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap
Derajat kebebasan α = 0,05 dan df = 95 (100 - 5)
Nilai t tabel = 1,658 ; t hitung = -2,328768
Karena nilai t hitung > t tabel atau │-2,328768 │> │-1,658│ maka
Ho ditolak, sehingga jumlah pesaing berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.
Gambar 6.1
Kurva Uji t-Statistik Variabel Jumlah Pesaing
Daerah
2.2Uji t-Statistik terhadap variabel biaya transportasi (β2)
Hipotesanya
Bila Ho : β2≤ 0 Variabel biaya transportasi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel pendapatan pengusaha
ayam potong.
Bila Ha : β2 > 0 Variabel biaya transportasi berpengaruh secara
negatif dan signifikan terhadap variabel pendapatan
pengusaha ayam potong.
Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, berarti variabel
independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, berarti variabel independen
secara individual berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap
variabel dependen.
Derajat kebebasan α = 0,05 dan df = 95 (100-5)
Nilai t tabel = 1,658 ; t hitung = -0,102368
Karena nilai t hitung < t tabel atau │-0,102368│ < │ -1,658 │ maka
Ho ditolak, sehingga biaya transportasi berpengaruh secara negatif
namun tidak signifikan terhadap pendapatan pengusaha ayam
potong.
Gambar 6.2
Kurva Uji t-Statistik Variabel biaya transportasi
Daerah Ho diterima Daerah
Ho ditolak
│-0,102368│
│- 1,658│
2.3Uji t-Statistik terhadap variabel jumlah ayam terjual (β3)
Hipotesanya
Bila Ho : β3 ≤ 0 Variabel jumlah ayam terjual tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel pendapatan pengusaha
Bila Ha : β3 > 0 Variabel jumlah ayam terjual berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap variabel pendapatan
pengusaha ayam potong.
Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, berarti variabel
independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, berarti variabel independen
secara individual berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
variabel dependen.
Derajat kebebasan α = 0,05 dan df = 95 (100-5)
Nilai t tabel = 1,658 ; t hitung = 51,80643
Karena nilai t hitung > t tabel atau 51,80643 > 1,658 maka Ho
ditolak, sehingga jumlah ayam terjual berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.
Gambar 6.3
Kurva Uji t-Statistik Variabel Jumlah Ayam Terjual
1,658 51,8064 Daerah Ho ditolak Daerah
2.4Uji t-Statistik terhadap variabel dummy variabel pengaruh flu burung
(β4)
Hipotesanya
Bila Ho : β4 ≤ 0 Variabel pengaruh flu burung tidak berpengaruh
terhadap variabel pendapatan pengusaha ayam potong.
Bila Ha : β4 > 0 Variabel pengaruh flu burung berpengaruh secara
negatif dan signifikan terhadap variabel pendapatan
pengusaha ayam potong.
Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, berarti variabel
independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, berarti variabel independen
secara individual berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap
variabel dependen.
Derajat kebebasan α = 0,05 dan df = 95 (100-5)
Nilai t tabel = 1,658 ; t hitung = -2,582334
Karena nilai t hitung > t tabel atau │-2,582334│ >│-1,658│ maka
Ho ditolak, sehingga jumlah pesaing berpengaruh negatif dan
Gambar 6.4
Kurva Uji t-Statistik Variabel Dummy
Daerah
Uji F-statistik digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel independent secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Pengujian F-statistik ini dilakukan dengan cara
membandingkan antara F-hitung dengan F-tabel. (Gujarati, 2003)
F-hitung =
Jika F-tabel < F-hitung berarti Ho ditolak atau variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
variabel independen, tetapi jika F-tabel ≥ F-hitung berarti Ho
diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak
Hipotesis yang digunakan adalah :
Ho : β1 = β2 = β3 = 0, berarti variabel independen secara
keseluruhan tidak berpengaruh terhadap variabel independen.
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0, berarti variabel independen secara
keseluruhan berpengaruh terhadap variabel independen.
Hasil perhitungan yang didapat adalah F-hitung = 2562,521
sedangkan F-tabel = 2,53 ( α = 0,05 ; 4, 95),sehingga hitung >
F-tabel (2562,521 > 2,53 ).
Perbandingan antara F-hitung dengan F-tabel yang
menunjukkan bahwa F-hitung > F-tabel, menandakan bahwa
variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen, sehingga bahwa variabel jumlah
pesaing (X1), biaya transportasi (X2) dan jumlah ayam terjual (X3)
serta dummy variabel flu burung secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap pendpatan pengusaha ayam potong.
6.2.5. Penaksiran Koefisien Determinasi (R²)
Untuk mengukur koefisien garis regresi dengan sebaran
data/dengan kata lain R² digunakan untuk mengukur
proporsi/prosentase dari variasi total variabel dependen yang mampu
dijelaskan oleh model regresi yang diperoleh. Dari hasil R² 0,990817
artinya variabel independen (jumlah pesaing, biaya transportasi dan
jumlah ayam terjual serta dummy ) variabel adanya flu burung
pengusaha ayam potong) sebesar 99,08 % sedangkan sisanya
dijelaskan oleh variabel lain.
6.3. Pengujian Asumsi Klasik
Adanya penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut di atas
akan menyebabkan uji statistik (uji t-statistik dan f-statistik) yang
dilakukan menjadi tidak valid dan secara statistik akan mengacaukan
kesimpulan yang diperoleh.
6.3.1. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan
tidak memiliki varian yang sama. Pengujian terhadap gejala
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test,
yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat ( Ui2 ) dengan variabel
bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas.
Dapatkan nilai R2 untuk menghitung χ2, di mana χ2 = Obs*R square
(Gujarati, 2003).
Uji Hipotesis untuk menetukan ada tidaknya heterokedastisitas.
Ho : ρ1 = ρ2 = ....= ρq= 0 , Tidak ada heterokedastisitas
Ha : ρ1 ≠ρ2≠....≠ρq≠ 0 , Ada heterokedastisitas
Hasil perhitungan yang didapat adalah Obs*R square ( χ2
-hitung ) = 18,37865 sedangkan χ2 -tabel = 23,6848 ( df =14 ,α = 0,05 ),
sehingga χ2 -hitung < χ2 –tabel (18,37865 < 23,6848). Perbandingan
χ2 –tabel, berarti Ho tidak dapat ditolak. Dari hasil uji White Test
tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada heterokedastisitas
Tabel 6.9 Hasil Uji White Test
White Heteroskedasticity Test:
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.398615 0.436123 0.913996 0.3633
LOG(X1) -0.050545 0.045411 -1.113071 0.2688
(LOG(X1))^2 0.004166 0.002221 1.875308 0.0641
(LOG(X1))*(LOG(X2)) -0.002518 0.002752 -0.915025 0.3627
(LOG(X1))*(LOG(X3)) 0.005909 0.003993 1.480069 0.1425
(LOG(X1))*DM 0.003192 0.003541 0.901244 0.3700
LOG(X2) -0.040104 0.054496 -0.735906 0.4638
(LOG(X2))^2 0.002844 0.002578 1.103365 0.2729
(LOG(X2))*(LOG(X3)) -3.04E-06 0.004319 -0.000704 0.9994
(LOG(X2))*DM -0.000104 0.004381 -0.023758 0.9811
LOG(X3) -0.039991 0.068406 -0.584615 0.5603
(LOG(X3))^2 0.001476 0.003753 0.393254 0.6951
Sum squared resid 0.001531 Schwarz criterion -7.604414
Log likelihood 412.4569 F-statistic 1.489584
Durbin-Watson stat 2.046813 Prob(F-statistic) 0.137812
6.3.2. Uji Autokorelasi
Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara
anggota observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu.
Dalam kaitannya dengan asumsi OLS, autokorelasi merupakan
korelasi antara satu residual dengan residual yang lain. Pengujian
terhadap gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji
Durbin-Watson atau dengan uji LM Test yang dikembangkan oleh
Bruesch-godfrey,dimana uji LM Test bisa dikatakan sebagai uji autokorelasi
yang paling akurat ( Kuncoro, 2001 : 107), apalagi jika sampel yang
digunakan dalam jumlah yang besar (misalnya diatas 100). Uji ini
dilakukan dengan memasukkan lagnya, dari hasil uji autokorelasi
Serial Correlation LM Test Lag.
Uji Lagrange Multiplier ( LM Test ).
Uji Hipotesis untuk menetukan ada tidaknya autokorelasi.
Ho : ρ1 = ρ2 = ....= ρq= 0 , Tidak ada autokorelasi
Ha : ρ1 ≠ρ2≠....≠ρq≠ 0 , Ada autokorelasi
Hasil perhitungan yang didapat adalah Obs*R square ( χ2
-hitung ) = 6,586913 sedangkan χ2 -tabel = 7,81473 ( df = 3 ,α = 0,05 ),
sehingga χ2 -hitung < χ2 –tabel (6,586913< 7,81473 ). Perbandingan
antara χ2 -hitung dengan χ2 –tabel, yang menunjukkan bahwa χ2 -hitung <
χ2 –tabel, berarti Ho tidak dapat ditolak. Dari hasil uji LM tersebut