• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interferensi Fonologi Bahasa Indonesia Ke Dalam Bahasa Arab

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Interferensi Fonologi Bahasa Indonesia Ke Dalam Bahasa Arab"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

INTERFERENSI FONOLOGI BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA ARAB

SKRIPSI SARJANA O

L E H

MUHAMMAD IBNU SINA LUBIS NIM : 080704007

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN SASTRA ARAB

(2)

ABSTRAK

Lubis, Muhammad Ibnu Sina. 2014. Interferensi Fonologi Bahasa Indonesia Ke

Dalam Bahasa Arab. Medan : Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya

USU.

Penggunaan dua bahasa secara bergantian dapat mengakibatkan terjadinya kerancuan dalam pemakaian bahasa, hal seperti ini dikenal dengan istilah interferensi. Interferensi terbagi menjadi 3 bagian yaitu interferensi fonologi, interferensi leksikal, dan interferensi gramatikal. Interferensi fonologi terjadi ketika dwibahasawan mengucapkan sebuah fonem pada sistem bahasa asing dengan fonem pada sistem bahasa ibu dan kemudian menggunakannya berdasarkan aturan bunyi fonem bahasa ibu.

Permasalahan yang diteliti mencakup bunyi-bunyi konsonan apa saja yang mengalami interferensi fonologi bahasa Indonesia dalam bahasa Arab al-Qur’an beserta distribusinya serta faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya interferensi tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran interferensi fonologi bahasa Indonesia dalam bahasa Arab al-Qur’an pada mahasiswa departemen Sastra Arab FIB USU.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rekam, simak, catat, dan metode kuesioner.

Hasil yang diperoleh Dari data yang terdapat dalam (Q.S : 1) dan (Q.S : 99) terlihat bahwa interferensi fonologi BI ke dalam bunyi-bunyi konsonan BAQ mengalami penggantian bunyi-bunyi konsonan BAQ ke dalam bunyi-bunyi konsonan BI yang berdekatan artikulasinya. Seperti pada konsonan ﺙ [θ]  [s], ﺫ [ð]  [z] atau [j], ﺡ [h], ﺥ [x]  [h], ﺵ []  [s], ﺹ []  [s], ﺽ [ɖ]  [d], ﻁ  [t], ﻉ [ҁ]  [ʔ] atau [k], ﻍ [ɤ]  [ʔ] atau [k], ﻕ [q]  [k]. Akibat

penggantian bunyi-bunyi konsonan BAQ ke dalam bunyi-bunyi konsonan BI tersebut, kata-kata dalam BAQ mengalami kehilangan makna seperti pada kata

ُﺙﱢﺪَﺤُﺗ [tuħaddiθu] `menceritakan` (Q.S, 99: 4)  ُﺙﱢﺪَﻬُﺗ [tuhaddiθu]yang tanpa makna, dan juga perubahan makna seperti pada kata َﻝﺎَﻤْﻋَﺃ [`aʕma:la]

(3)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab-Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif - tidak dilambangkan

Ba B Be

Ta T Te

sa ṡ es (dengan titik di atas)

jim J Je

ha ha (dengan titik di bawah)

kha Kh ka dan ha

dal D De

zal ż zet (dengan titik di atas)

ra R Er

zai Z Zet

sin S Es

syin Sy es dan ye

sad ṣ es (dengan titik di bawah)

dad ḍ de (dengan titik dibawah)

ta ṭ te (dengan titik di bawah)

za

(4)

`ain ‘ koma terbalik (di atas)

gain G Ge

fa F Ef

qaf Q Ki

kaf K Ka

lam L El

mim M Em

nun N En

waw W We

ha H Ha

ء hamzah ` Apostrof

ya Y Ye

C. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap (tasydid) ditulis rangkap

Contoh:

ﺔﻣﺩﻘﻣ : muqaddimah

ﺔﻧﻳﺩﻣﻟﺍﺓﺭﻭﻧﻣﻟﺍ : al- madīnah al- munawwarah

(5)

1. Vokal Tunggal

Vokal Tunggal /fathah/ ditulis “a” contoh : ﺱﻠﺟ = jalasa

Vokal Tunggal /kasrah/ ditulis “i” contoh : ﻡﺣﺭ = rahima

Vokal Tunggal / dammah/ ditulis “u” contoh : ﺏﺗﻛ = kutub

2. Vokal Rangkap

Vokal rangkap /fathah dan ya/ ditulis “ai” contoh : ﻑﻳﻛ = kaifa

Vokal rangkap / fathah dan waw/ ditulis “au” contoh : ﻝﻭﺣ = haula

E. Vokal Panjang

Vokal panjang fathah/ ditulis “ a:” contoh : ﻝﺎﻗ = qa:la

Vokal panjang /kasrah/ ditulis “i:” contoh : ﺭﻳﺭﺣ = ̒hari:run

Vokal panjang / dammah/ di tulis “u:” contoh: ﻡﻭﺣﺭﻣ = marhu:mun

F. Hamzah

Huruf hamzah (ء) di awal kata ditulis dengan vocal tanpa didahului oleh tanda apostrof (‘)

(6)

ﺔﻣﻷﺍ ﺩﺎﺣﺗﺍ = ittihād al-‘ummah

G. Lafzul- Jalalah

Lafzul- jalalah (kata ﷲ) yang berbentuk frase nomina ditransliterasikan tanpa hamzah

Contoh : ﻟ ﺩﻣﺣﻟﺍ ditulis : alhamdulillah

ﷲ ﺩﺑﻋ ditulis : Abdullah

H. Kata Sandang “al-“.

1. Kata sandang “al-“ tetap ditulis “al-“, baik pada kata yang dimulai dengan huruf qamariah maupun syamsiah.

Contoh :

ﺔَﺳﱠﺩَﻘُﻣْﻟﺍ

ﻥِﻛﺎَﻣَﻷﺍ

= al-`amâkin al-muqaddasah

ُﺔﱠﻳِﻋ ْﺭَﺷﻟﺍ

ُﺔَﺳﺎَﻳﱢﺳﻟﺍ

= al-siyâsah al-syar’iyyah

2. Huruf “a” pada kata sandang “al-“ tetap ditulis dengan huruf kecil meskipun merupakan nama diri.

Contoh :

ﻱِﺩ ْﺭ َﻭﺎَﻣْﻟﺍ

= al-Mâwardî

ﺭَﻫ ْﺯَﻷﺍ

= al-`Azhar

ﺓَﺭ ْﻭُﺻْﻧَﻣْﻟﺍ

= al-Manshûrah

3. Kata sandang “al-“ di awal kalimat dan pada kata “al-Qur`an” ditulis dengan huruf kapital.

(7)

DAFTAR SINGKATAN

H : Tahun Hijriah

M : Tahun Masehi

BI : Bahasa Indonesia

BA : Bahasa Arab

BAQ : Bahasa Arab Al-Qur’an

Q.S : Al-qura’an Surah

SWT : Subhanahu wa Ta’ala

SAW : Salllahu `alaihin wa Sallam

A.s : `Alaihi al-Salam

Ra : Radiyallahu `anhu

t.p : Tanpa penerbit

(8)

B. Transkripsi Fonetik

/b/ :

stop, bilabial bersuara (waqfiyyah, syafatani, majhur )

/ t/ :

stop, dental, tidak bersuara ( waqfiyyah, syafatani, mahmus )

// :

frikatif, inter dental, tidak bersuara ( ihtikaki, bay asnani, mahmus )

//

:

frikatif, alveo palatal, bersuara ( ihtikaki, lissah gariyyah, majhur )

//

:

frikatif, faringal, tak bersuara (ihtikaki, halqiyah, mahmus)

/

ξ

/

:

frikatif, velar, tidak bersuara (ihtikaki, tabaq, mahmus)

/d/ :

stop, dental, bersuara (waqfiyyah,asnani, majhur )

// :

stop, velarized, bersuara ( waqfiyyah, mufakhkham, majhur )

/r/ :

vibran, alveolar, bersuara ( tikrariyyah, lissah, majhur )

/

Z

/ :

frikatif, alveolar, bersuara (ihtikaki,lissah, majhur )

/s/ :

frikatif, alveolar, tidak bersuara ( ihtikaki,lissah, mahmus )

/

S

/ :

frikatif, alveo palatal, tidak bersuara (ihtikaki, lissah gariyyah, mahmus )

/

/

:

frikatif, velarized, tidak bersuara (ihtikaki, mufakhkham, mahmus)

// :

stop, dental velarized, bersuara ( waqfiyyah, mufakhkham, majhur )

/

ˇ

/ :

stop, dental velarized, tidak bersuara (waqfiyyah, mufakhkham,mahmus )

/

¸

/ :

frikatif, velarized, bersuara ( ihtikaki, mufakhkham, majhur )

// : frikatif, faringal, bersuara (ihtikaki,halqiyah, mahmus)

/F/ : frikatif, velar, bersuara (ihtikaki, tabaq, mahmus)

/f/ : frikatif, labio dental, tidak bersuara (ihtikaki, syafawi asnani,mahmus )

/q/ : stop, uvular, tidak bersuara ( waqfiyyah, halqiyyah, mahmus )

/k/ : stop, velar, tidak bersuara (waqfiyyah,tabaq, mahmus)

/l/ : lateral alveolar, bersuara ( janibiyah, lissah, majhur)

/m/ : nasal, bilabial, bersuara ( ‘anfiyyah, syafatani, majhur )

/n/ : nasal, alveolar, bersuara ( ‘anfiyyah, lissah, majhur )

/w/ : semi vokal, palatal, bersuara (syibhu sa’itah, syafatani, majhur )

ء /// : stop, glottal, tak bersuara ( waqfiyyah, halqiyyah, mahmus )

/j/ : semi vokal, palatal, bersuara ( syibhu sa’itah, gariyyah, majhur )
(9)

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji hanya milik Allah SWT, Dzat yang menguasai setiap jiwa, mencengkeram semua nyawa, hanya dengan izin-Nya terlaksana segala macam kebaikan dan teraih segala macam kesuksesan. Shalawat beriring rahmat serta salam semoga Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, penghulu para nabi dan suri teladan umat.

Alhamdulillah, Atas izin Allah SWT dan juga dukungan, doa, serta

motivasi dari keluarga, kerabat, dan sahabat, pada akhirnya peneliti mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Interferensi Fonologi Bahasa Indonesia Ke

Dalam Bahasa Arab”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya USU. Dalam penyusunannya, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun sedikit-banyaknya skripsi ini mampu memberikan gambaran mengenai gambaran interferensi dan faktor penyebab terjadinya interferensi tersebut.

Akhirul kalam, peneliti memohon maaf atas semua keterbatasan yang

terdapat di dalam skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan sekali untuk penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi.

Medan, Januari 2014

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini sebagai ungkapan rasa syukur serta bahagia, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sampai selesainya skripsi ini. Baik berupa dukungan moril maupun materil, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Teristimewa untuk kedua orang tua saya Ayahanda Ir. Zulfikar Lubis dan Ibunda Asriati Saragih, Spd yang telah mengasuh dan mendidik peneliti dengan penuh cinta dan kasih sayang, sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi. Terimakasih untuk semua do’a dan dukungan yang telah Ayah dan Ibu berikan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat, karunia, perlindungan, serta hidayah, juga ampunan-Nya untuk Ayah dan Ibu di dunia dan akhirat.

2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU, Dr. Syahron Lubis, M.A., serta Pembantu Dekan I, II,dan III yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada peneliti untuk mengikuti pendidikan program sarjana di Fakultas Ilmu Budaya USU.

3. Ketua dan Sekretaris Jurusan Program Studi Sastra Arab, Ibu Dra. Pujiati, M.Soc., Ph.D. dan Ibu Dra. Fauziah, M.A.

4. Dosen Pembimbing Akademik Bapak Drs Mahmud Khudri, M.Hum 5. Dosen pembimbing I dan II, Ibu Dra.Rahlina Muskar Nst, M.Hum dan

Ustadz Hamdan Noor, Lc yang dengan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar Program Studi Sastra Arab FIB USU yang telah mendidik peneliti dan menuangkan ilmunya selama masa perkuliahan. 7. Adikku, Tia Thahira Lubis, yang senantiasa mendo’akan dan memberi

dukungan. Untuk adik ku rajin belajar dan ikutilah jejak orang-orang yang sukses, semoga menjadi anak yang shalihah.

(11)

9. Keluarga ku tercinta di Medan dan di Siantar-Simalungun yang selalu memberi masukan, kritik dan saran.

10.Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Majelis Permusyawaratan Mahasiswa USU dan ILMIBSI yang bersama-sama belajar dan mengajarkan untuk berorganisasi.

11.Teman-teman yang luar biasa di Sastra Arab USU Angkatan 2008 Zuhri, Aman, Sutan, Nurul, Bulan, Riski, Ummi, Hidayati, Taufiq, Rimta, Adi, Arif, Saidah, Nisa, Yusuf yang sama-sama telah melewati masa suka dan duka selama masa perkuliahan dan semoga silaturahmi tetap terjaga selamanya.

12.Untuk adek-adek sastra Arab stambuk 2009-2012 yang bersedia sebagai informan dan meluangkan waktunya demi terlaksananya penelitian ini. 13.Untuk Abangda dan Kakanda senior Bg Haris, Bg Zulfan, Bg Zulfikar, Bg

Izala, Bg Putra, Bg Juara, Bg Mawardi, Bg Vai, Ka Ape, Mba Diah, Ka Putri, Ka Kia yang selalu meluangkan waktunya untuk bertukar pikiran dan juga memberikan dukungan demi selesainya skripsi ini.

14.Teman-teman satu bimbingan Bulan dan Walimah serta Bung Annur, Budi dan Ryan yang bersedia sharing ide demi suksesnya proses skripsi ini. 15.Untuk Jamaah Masjid Darul Ali Mak Sukri, Atok Saimun, Pak uyun, Wak

Usman, Pak Wa, Pak Tapa, Bg Haris dan Bg Nafi yang bersedia meluangkan waktunya untuk bertukar pikiran dan juga memberikan dukungan demi selesainya skripsi ini.

(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

PEDOMAN TRANSLITRASI ii

DAFTAR SINGKATAN vi

TRANSKRIPSI FONETIK vii

KATA PENGANTAR viii

UCAPAN TERIMA KASIH ix

DAFTAR ISI xi

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 7

Metode Penelitian 7

Populasi dan sampel 7

Teknik Pengumpulan Data 7

a. Observasi 7

b. Metode Simak 8

c. Kuesioner 8

d. Populasi dan Sampel 8

e. Analisis Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu 10

2.2 Pengertian Interferensi 11

2.3 Fonologi dan Fonetik 12

2.4 Alat-alat Ucap 13

2.5 Bunyi Vokal dan Konsonan 15

2.5.1 Bunyi Konsonan 15

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil 19

3.2 Pembahasan 21

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 35

4.1 Kesimpulan 35

4.2 Saran 40

DAFTAR PUSTAKA 42

(13)

Tabel I Bunyi Konsonan Bahasa Arab 17

Tabel II Nama-nama Informan 46

DAFTAR GAMBAR

Gambar I Pengisian Kuesioner 50

Gambar II Perekaman 50

LAMPIRAN

Lampiran I Surah Al-Fatihah dan Al-Zalzalah 44

(14)

ABSTRAK

Lubis, Muhammad Ibnu Sina. 2014. Interferensi Fonologi Bahasa Indonesia Ke

Dalam Bahasa Arab. Medan : Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya

USU.

Penggunaan dua bahasa secara bergantian dapat mengakibatkan terjadinya kerancuan dalam pemakaian bahasa, hal seperti ini dikenal dengan istilah interferensi. Interferensi terbagi menjadi 3 bagian yaitu interferensi fonologi, interferensi leksikal, dan interferensi gramatikal. Interferensi fonologi terjadi ketika dwibahasawan mengucapkan sebuah fonem pada sistem bahasa asing dengan fonem pada sistem bahasa ibu dan kemudian menggunakannya berdasarkan aturan bunyi fonem bahasa ibu.

Permasalahan yang diteliti mencakup bunyi-bunyi konsonan apa saja yang mengalami interferensi fonologi bahasa Indonesia dalam bahasa Arab al-Qur’an beserta distribusinya serta faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya interferensi tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran interferensi fonologi bahasa Indonesia dalam bahasa Arab al-Qur’an pada mahasiswa departemen Sastra Arab FIB USU.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rekam, simak, catat, dan metode kuesioner.

Hasil yang diperoleh Dari data yang terdapat dalam (Q.S : 1) dan (Q.S : 99) terlihat bahwa interferensi fonologi BI ke dalam bunyi-bunyi konsonan BAQ mengalami penggantian bunyi-bunyi konsonan BAQ ke dalam bunyi-bunyi konsonan BI yang berdekatan artikulasinya. Seperti pada konsonan ﺙ [θ]  [s], ﺫ [ð]  [z] atau [j], ﺡ [h], ﺥ [x]  [h], ﺵ []  [s], ﺹ []  [s], ﺽ [ɖ]  [d], ﻁ  [t], ﻉ [ҁ]  [ʔ] atau [k], ﻍ [ɤ]  [ʔ] atau [k], ﻕ [q]  [k]. Akibat

penggantian bunyi-bunyi konsonan BAQ ke dalam bunyi-bunyi konsonan BI tersebut, kata-kata dalam BAQ mengalami kehilangan makna seperti pada kata

ُﺙﱢﺪَﺤُﺗ [tuħaddiθu] `menceritakan` (Q.S, 99: 4)  ُﺙﱢﺪَﻬُﺗ [tuhaddiθu]yang tanpa makna, dan juga perubahan makna seperti pada kata َﻝﺎَﻤْﻋَﺃ [`aʕma:la]

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang membedakannya dari makhluk-makhluk yang lain. Ilmu yang mempelajari hakekat dan ciri-ciri bahasa ini disebut linguistik. Linguistiklah yang mengkaji unsur-unsur bahasa serta hubungan-hubungan unsur itu dalam memenuhi fungsinya sebagai alat perhubungan antarmanusia (Nababan, 1984 : 1).

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang bilingual bahkan multilangual, yaitu masyarakat yang menggunakan dua bahasa atau lebih dari dua bahasa dalam berkomunikasi. Dalam tempo

ada 365 bahasa yang berbeda digunakan oleh masyarakat Indonesia. Bilingualisme atau multilangualisme di Indonesia ini disebabkan oleh kedudukan yang istimewa dari bahasa Indonesia, yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.

(16)

Di samping itu, bahasa asing seperti bahasa Inggris, Arab, Cina, Belanda atau Jepang, juga digunakan menurut pola pemakaian bahasa yang sasuai dengan fungsi kemasyarakatannya, situasi, serta konteksnya (Rikrik, 2012:1).

Menurut Harding dan Riley (1986:27), bahwa lebih dari setengah penduduk dunia adalah dwibahasawan. Hal ini berarti bahwa sebagian besar manusia di bumi ini menggunakan dua bahasa sebagai alat komunikasi. Orang yang biasa menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian untuk tujuan yang berbeda pada hakekatnya merupakan agen pengontak dua bahasa. Kontak antara dua bahasa, yang mereka gunakan menimbulkan saling pengaruh, yang manifestasinya terlihat pada penerapan kaidah bahasa pertama (bahasa ibu) di dalam penggunaan bahasa kedua atau dapat pula terjadi sebaliknya. Penggunaan dua bahasa secara bergantian dapat mengakibatkan terjadinya kerancuan dalam pemakaian bahasa, hal seperti ini dikenal dengan istilah interferensi (Guntur dan Djago, 1988:2).

Suwito (1983:55) menjelaskan, bahwa dalam interferensi dapat terjadi dalam semua komponen kebahasaan, yaitu bidang tata bunyi, tata kalimat, tata kata dan tata makna. Di samping itu Weinreich (1953:14-47) juga membagi bentuk-bentuk interferensi atas tiga bagian, yaitu interferensi fonologi, interferensi leksikal, dan interferensi gramatikal (Aslinda dan Syafyahya, 2007:67).

Menurut Weinreich (1953:14) interferensi fonologi terjadi pada tataran bunyi. Interferensi jenis ini terjadi ketika dwibahasawan mengucapkan sebuah fonem pada sistem bahasa asing dengan fonem pada sistem bahasa ibu dan kemudian menggunakannya berdasarkan aturan bunyi fonem bahasa ibu (Ratih, 2010:10).

(17)

/d/, /g/, dan /j/, misalnya pada kata [mBandung], [nDepok], [ngGombong], dan [nyJambi] (Chaer dan Agustina, 2010:122).

Bahasa Arab merupakan salah satu dari sekian ribu bahasa yang ada di dunia ini dan merupakan salah satu bahasa mayor di dunia yang dituturkan oleh lebih dari 200.000.000 umat manusia. Bahasa ini digunakan secara resmi oleh kurang lebih 20 negara. Karena ia merupakan bahasa kitab suci dan tuntunan agama Islam sedunia, maka tentu saja ia merupakan bahasa paling besar signifikansinya bagi ratusan juta muslim sedunia, baik yang berkebangsaan Arab maupun bukan (Arsyad, 2004:1).

Allah SWT. Secara khusus meletakkan keutamaan bahasa Arab melalui firman-Nya sebagai berikut :















/Innā anzalnāhu qur‘anan ‘arabiyyan la’allakum ta’qilūna/

“Sesungguhnya kami menurunkan Al-Qur’an berbahasa Arab agar kamu memahaminya” (QS. Yusuf/ 12:2).

Al-Qur’an bagi ummat Islam merupakan wahyu Allah (Kalamullah) yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dengan menggunakan bahasa Arab. Wahyu dalam konteks Islam juga berarti pembicaraan Allah dengan menggunakan sarana komunikasi. Meski komunikasi tersebut berbeda dengan komunikasi yang digunakan manusia dengan sesamanya, tidaklah berarti bahwa komunikasi Allah dengan utusan-Nya tidak bisa diteliti dan dikaji sama sekali. Sebaliknya, wahyu Allah merupakan bahan kajian keilmuan keislaman yang dapat dikaji secara terus menerus, bahkan ilmu pengetahuan dapat meneliti dengan baik proses komunikasi Allah dengan manusia tersebut (Wahid, 2010:6).

(18)

Sehingga al-Qur’an di Indonesia sudah mulai diajarkan sejak pendidikan TPA hingga perguruan tinggi yang mengajarkan ilmu-ilmu keislaman.

Sebagai masyarakat dwibahasa, sering kita mendengar penutur bahasa Indonesia dalam membaca al-Qur’an masih menggunakan sistem bunyi bahasa Indonesia, khususnya dalam mengucapkan bunyi-bunyi konsonan. Seperti pada contoh ayat berikut ini :











(Q.S Al-Zalzalah, Ayat 1)

/Iā zulzilati al-aru zilzālahā/

Pada contoh diatas, kata

ﺍﺫ ﺍ

[?iða:] “apabila” diucapkan oleh penutur bahasa

Indonesia menjadi

ﺍﺯ

[?iᴣa:]. Kemudian kata ﺽﺭﻻﺍ [al-arᵭu] “bumi” diucapkan menjadi ﺩﺭﻻﺍ [al-ardu]. Sehingga keadaan ini mengakibatkan kedua kata tersebut menjadi tidak bermakna atau tidak terdapat dalam kosa kata bahasa Arab. Hal ini menunjukkan bahwa penutur bahasa Indonesia yang berbahasa Arab telah menggunakan sistem bunyi bahasa Indonesia sebagai bahasa pertamanya dalam mengucapkan bunyi bahasa Arab sebagai bahasa kedua, sehingga penggunaan sistem bahasa Indonesia ini mengakibatkan hilangnya makna kata dari bahasa Arab al-Qur’an itu sendiri.

Berdasarkan adanya penggunaan bunyi-bunyi konsonan bahasa Indonesia dalam membaca al-Qur’an oleh penutur bahasa Indonesia pada contoh di atas, maka peneliti tertarik untuk menjadikan permasalahan ini sebagai suatu penelitian untuk mencapai gelar kesarjanaan pada jenjang pendidikan strata 1 departemen Sastra Arab FIB USU.

(19)

Adapun beberapa faktor utama peneliti tertarik membahas interferensi pada surah al-Fatihah dan surah al-Zalzalah ini di antaranya:

1. Surah al-Fatihah merupakan inti sari dari maarif al-Qur’an oleh karena itu surah al-Fatihah disebut ummul qur’an

2. Surah al-fatihah merupakan penentu shalat, kekeliruan membaca surat al-Fatihah baik salah menyebutkan satu bunyi konsonan maupun satu bunyi vokal akan membedakan arti. Ini berakibat bisa membatalkan shalat seseorang karena surah ini adalah rukun/wajib dibaca dalam setiap shalat.

3. Surah al-Fatihah dan al-Zalzalah memiliki beberapa bunyi konsonan yang tidak ada dalam konsonan bahasa Indonesia seperti konsonan ﺙ

ﻕ ﻍ ﻉ ﻁ ﺽ ﺹ ﺵ ﺫ ﺥ ﺡ

(20)

1.2 Batasan Masalah

Dalam penyajian suatu karya tulis ilmiah diperlukan adanya pembatasan masalah. Manfaatnya agar penyajian suatu karya tulis menjadi terfokus dan tidak menyimpang dari pokok pembahasan yang dikehendaki. Oleh sebab itu penulis memberi batasan masalah sebagai berikut:

1. Bunyi konsonan apa saja yang mengalami interferensi fonologi bahasa Indonesia dalam membaca Al-Qur’an oleh mahasiswa departemen Sastra Arab FIB USU?

2. Di manakah distribusi (posisi) bunyi-bunyi konsonan bahasa Arab al-Qur’an yang mengalami interferensi oleh mahasiswa departemen Sastra Arab FIB USU?

3. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya interferensi fonologi bahasa Indonesia dalam membaca Al-Qur’an oleh mahasiswa departemen Sastra Arab FIB USU?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui bunyi konsonan apa saja yang mengalami interferensi fonologi bahasa Indonesia dalam membaca al-Qur’an oleh mahasiswa departemen Sastra Arab FIB USU.

2. Mengetahui di mana distribusi (posisi) bunyi-bunyi konsonan bahasa Arab al-Qur’an yang mengalami interferensi oleh mahasiswa departemen Sastra Arab FIB USU.

(21)

1.4 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Mengetahui gambaran interferensi fonologi bahasa Indonesia dalam bahasa Arab al-Qur’an pada mahasiswa departemen Sastra Arab FIB USU. 2. Menjadi bahan masukan bagi akademisi dan peneliti bahasa Arab

khususnya kajian tentang fonologi bahasa Arab.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang mengambil data di lapangan. Objek penelitiannya adalah bahasa lisan yaitu bahasa Arab al-Qur’an yang diucapkan oleh mahasiswa departemen Sastra Arab FIB Universitas Sumatera Utara. Dengan demikian untuk memperoleh data yang valid dalam kasus interferensi fonologi peneliti akan memberikan bahan bacaan ayat-ayat al-Qur’an dalam berbagai surah yang diambil dan dapat mewakili bunyi-bunyi konsonan bahasa Arab yang tidak ada di dalam konsonan bahasa Indonesia.

1.5.1 Populasi dan Sampel

Populasi didefenisikan sebagai keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan sampel bermakna sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel (Arikunto, 2010:173-174).

Mahasiswa Departemen Sastra Arab FIB USU berjumlah 156 orang. Dari jumlah ini peneliti memilih mahasiswa yang bahasa pertamanya adalah bahasa Indonesia yang menjadi subjeknya yang berjumlah 53 orang diambil dari stambuk 2009 sampai stambuk 2012.

(22)

Oleh sebab itu, karena subjek berjumlah 53 orang dan dipilih dari stambuk tertentu, serta kurang dari 100 orang maka subjek diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian sampel. Sedangkan populasinya adalah mahasiswa penutur bahasa Indonesia sebagai Bahasa Ibu.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam usaha pengumpulan data, metode dan teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Metode Lapangan

Metode yang dimaksud dalam hal ini ialah data diperoleh melalui interaksi langsung dilapangan dengan menggunakan tehnik-tehnik sebagai berikut :

a. Teknik rekam

Dalam teknik ini peneliti memberikan bahan bacaan berupa surah al-Fatihah dan surah al-Zalzalah kepada informan. Kemudian peneliti meminta kepada informan untuk membaca surah tersebut sebanyak satu kali, ketika informan membaca surah tersebut maka peneliti melakukan perekaman menggunakan tape recorder. Dalam praktiknya, peneliti tidak terlibat di dalam kegiatan perekaman.

b. Teknik simak

Disebut metode simak karena dilakukan dengan menyimak pengguna bahasa. Setelah diperoleh data rekaman, peneliti menyimak hasil rekaman bacaan ayat al-Qur’an informan secara berulang-ulang.

c. Teknik quesioner (angket)

(23)

2. Metode Kepustakan

Metode yang dimaksudkan dalam hal ini ialah membaca sejumlah buku atau literature yang berkaitan dengan masalah yang diteliti sebagai bahan acuan dalam melaksanakan penelitian. Data tersebut merupakan data sekunder.

1.5.3 Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis data ialah metode analisis deskriftif.

Secara umum, langkah-langkah analisis data meliputi tahap pengolahan data, tahap pengorganisasian, dan tahap penemuan hasil, (Ibnu : 2003) dalam Ainin (2007:122-123). Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mendengarkan rekaman bacaan al-Qur’an secara berulang-ulang. b. Mengidentifikasi bunyi-bunyi konsonan yang mengalami interferensi

dalam membaca al-Qur’an.

c. Mengklasifikasi bunyi konsonan yang mengalami interferensi dalam membaca al-Qur’an.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang interferensi fonologi sebelumnya belum pernah diteliti di departemen Sastra Arab FIB USU. Namun penelitian tentang interferensi fonologi ini sudah pernah dilakukan oleh Nurtaqwa Amin mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Muslim Indonesia. Penelitian beliau berjudul “Interferensi Fonologis Bahasa Bugis-Makassar Dalam Pelafalan Al-Qur’an Bagi Mahasiswa Fakultas Agama UMI”. Lokasi penelitiannya adalah di Makassar, yaitu UMI, Fakultas Agama. Adapun sampel dipilih secara non

random sampling (purpossive), berdasarkan kriteria, yaitu sebagian yang memiliki

pengetahuan ilmu tajwid dan sebagian yang kurang memiliki pegetahuan tersebut. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik simak, teknik rekam, teknik cakap dan quesioner, dan analisis data digunakan metode deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa bentuk interferensi yang terjadi ada dua macam, yaitu interferensi parsial dan interferensi total (Amin, 2010:10).

(25)

terjaring 11 kata yang tergolong interferensi dari bahasa sumber ke dalam bahasa

sasaran (06 Januari 2013,

Penelitian tentang interferensi fonologi sebelumnya juga sudah pernah dilakukan oleh Dita Haryati mahasiswa STKIP PGRI JOMBANG dengan judul “Interferensi Fonologi dan Interferensi Leksikal Bahasa Sunda terhadap Bahasa Indonesia pada Rubrik Aneka Berita Harian Sumedang Express edisi Juli – September 2012”. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa interferensi fonologi yang terjadi pada rubrik Aneka Berita harian Sumedang Express banyak terinterferensi oleh bahasa Sunda. Interferensi fonologi diakibatkan oleh perubahan dan penghilangan fonem konsonan, serta perubahan fonem vokal dan penghilangan fonem vokal. Begitu juga dengan interferensi leksikal berupa penggunaan unsur-unsur bahasa berupa leksem ke dalam bahasa yang sedang digunakan meliputi bahasa Sunda yang artinya berpadanan dengan bahasa Indonesia.

(30januari

1.5 Pengertian Interferensi

Interferensi menurut Weinreich (1953:1) adalah “Those instance of

deviation from the norm of etheir language wich occur in the speeks bilingual as a

result of their familiarity with more than one language, i.e. as a result of language

contact “ atau penyimpangan-penyimpangan dari norma-norma salah satu bahasa

yang terjadi dalam tuturan para dwibahasawan sebagai akibat dari pengenalan mereka lebih dari satu bahasa, yaitu sebagian hasil dari kontak bahasa (30 Januari

(26)

Rumusan yang hampir sama dinyatakan oleh Lado dan Sunyono (1979:13) pengaruh antar bahasa itu dapat juga berupa pengaruh kebiasaan dari bahasa pertama (ibu) yang sudah dikuasai penutur ke dalam bahasa kedua.

Interferensi dapat saja terjadi pada semua tuturan bahasa dan dapat dibedakan dalam beberapa jenis. Weinreich (1953:39) mengidentifikasikan empat jenis interferensi sebagai berikut.

1. Pemindahan Unsur dari suatu bahasa ke bahasa lain.

2. Perubahan fungsi dan kategori unsur karena proses pemindahan.

3. Penerapan unsur-unsur yang tidak berlaku pada bahasa kedua ke dalam bahasa pertama.

4. Pengabaian struktur bahasa kedua karena tidak terdapat padanannya dalam bahasa pertama (30 Januari

Suwito (1983:55) menjelaskan, bahwa dalam interferensi dapat terjadi dalam semua komponen kebahasaan, yaitu bidang tata bunyi, tata kalimat, tata kata dan tata makna. Di samping itu Weinreich (1953:14-47) juga membagi bentuk-bentuk interferensi atas tiga bagian, yaitu interferensi fonologi, interferensi leksikal, dan interferensi gramatikal (Aslinda dan Syafyahya, 2007:67).

Menurut Weinreich (1953:14) interferensi fonologi terjadi pada tataran bunyi. Interferensi jenis ini terjadi ketika dwibahasawan mengucapkan sebuah fonem pada sistem bahasa asing dengan fonem pada sistem bahasa ibu dan kemudian menggunakannya berdasarkan aturan bunyi fonem bahasa ibu (Ratih, 2010:10).

1.6 Fonologi dan Fonetik

Badri dalam Muskar (2008:7) mengatakan fonologi bahasa Arab disebut dengan

ﺕﺍﻮﺻﻻﺍ

ﻢﻠﻋ

/`ilmu l-aṣwat/ ‘ilmu tentang bunyi-bunyi bahasa Arab, atau
(27)

Menurut Chaer (2007: 102-103) bidang yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa disebut fonologi. Bloomfield dalam Muskar (2008: 6) mengatakan “phonology is the study of significant speech

sound and the phoneme is the minimum unit of distinctive sound feature”.

“Fonologi adalah suatu studi tentang lambang bunyi ucapan dan fonem adalah satuan terkecil dari ciri bunyi yang membedakan suatu arti”. Secara umum cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak biasa disebut fonetik.

Badri (1988: 5-6) menyebut istilah fonetik menjadi 3, sebagai berikut : 1.

ﻲﻘﻄﻨﻟﺍ ﺕﺍﻮﺻﻷﺍ ﻢﻠﻋ

/ `ilmu al-`aṣwāti n-nuṭqiyyi/ `fonetik artikulatoris`.

2.

ﻲﻜﻴﺘﺳﻮﻛﻷﺍ ﻭﺃ ﻲﺘﺳﻮﻛﻷﺍ ﺕﺍﻮﺻﻷﺍ ﻢﻠﻋ

/`ilmu al-`aṣwāti al-`akustiyyi `awi

al-`akustīkiyyi / `fonetik akustik`.

3.

ﻲﻌﻤﺴﻟﺍ ﺕﺍﻮﺻﻷﺍ ﻢﻠﻋ

/ `ilmu al-`aṣwāti s-sam`iyyi/ `fonetik auditoris`.

Dari ketiga jenis fonetik di atas, yang menjadi bahan kajian dalam bahasa Arab yaitu fonetik artikulatoris, yakni mengkaji, menjabarkan cara dan tempat ujaran serta pengelompokan bunyi suara. Sehingga dengan demikian mendukung observasi visual mengenai bunyi suara.

Muskar (2008:15) mengatakan untuk memahami semua bunyi ujaran dengan baik maka perlu diketahui pula semua alat ucap dan bagaimana kerja sama dari semua alat ucap itu untuk menghasilkan suatu bunyi.

Menurut Badri (1988) dalam Muskar (2008: 15-16) Alat-alat ucap di dalam fonetik artikulatoris (articulatory phonetics) atau

ﻖﻄﻨﻟﺍ ﺕﺍﻮﺻﺍ ﻢﻠﻋ

‘ilmu aṣwātun an-nuṭqiyi seperti berikut :

1. Paru-paru/lung (

ﻥﺎﺘﺋﺮﻟﺍ

) /`ar-ri’atāni/

2. Batang tenggorokan/trachea (

ﺔﻴﺋﺍﻮﻬﻟﺍ ﺔﺒﺼﻘﻟﺍ

) / `al-qaṣbatu al-haw.ā`iyyati/

3. Pangkal tenggorokan/larynx (

ﺓﺮﺠﻨﺤﻟﺍ

) /`al-ḥanjaratu/
(28)

5. Rongga tenggorokan/pharynx (

ﻖﻠﺤﻟﺍ

) / `al-ḥalqu/

6. Akar lidah/root of tongue (

ﻥﺎﺴﻠﻟﺍ ﻖﻟﺫ

) / ẓuluqu al-lisāni/

7. Pangkal lidah/dorsum (

ﻥﺎﺴﻠﻟﺍ ﻡﺪﻘﻣ

) /muqaddamu al-lisāni/

8. Tengah lidah/middle of the tongue (

ﻥﺎﺴﻠﻟﺍ ﻂﺳﻭ

)/wasatu al-lisāni/

9. Daun lidah/blade of tongue (

ﻥﺎﺴﻠﻟﺍ ﻑﺮﻁ

) /ṭarfu al-lisāni/

10. Ujung lidah/tip of tongue (

ﻥﺎﺴﻠﻟﺍ ﻖﻟﺫ

) / ẓuluqu al-lisāni/

11. Anak tekak/uvular (

ﺎﻣﺰﻤﻟﺍ ﻥﺎﺴﻟ

) /lisanu al-mazmā/

12. Langit-langit lunak/soft palate (

ﻦﻴﻠﻟﺍ ﻚﻨﺤﻟﺍ

) /`al-ḥanaku al-layyinu/

13. Langit-langit keras/hard palate (

ﺐﻠﺼﻟﺍ ﻖﺒﻄﻟﺍ

) /aṭ-ṭabaqu aṣ-ṣulbu/

14. Lengkung kaki gigi/alveolae (

ﻥﺎﻨﺳﻻﺍ ﻝﻮﺻﺃ

) /`uṣūlu al-‘asnānu/

15. Gigi bawah/lower teeth (

ﻰﻠﻔﺴﻟﺍ

ﻥﺎﻨﺳﻻﺍ

)

/`al-asnānu as-suflā/

16. Gigi atas/upper teeth (

ﺎﻴﻠﻌﻟﺍ ﻥﺎﻨﺳﻻﺍ

) /`al-asnānu al-ulyā/

17. Bibir bawah/lower lip (

ﻰﻠﻔﺴﻟﺍ

ﺔﻔﺸﻟﺍ

) /`asy-syafatu as-suflā/

18. Bibir atas/upper lip (

ﺎﻴﻠﻌﻟ

ﺔﻔﺸﻟﺍ

) /`asy-syafatu al-ulyā/

19. Mulut/mouth (

ﺔﻳﻮﻤﻓ

) /famūwiyah/

20. Rongga mulut/mouth cavity (

ﺔﻳﻮﻤﻔﻟﺍ ﻒﻳﻮﺠﺘﻟﺍ

) /at-tajwifu al-famuwiyyatu/

21. Hidung/nose (

ﺔﻴﻔﻧﺍ

) / `anfiyyah/

22. Rongga hidung/nose cavity (

ﺔﻴﻔﻧﻷ ﻒﻳﻮﺠﺘﻟﺍ

) /`attajwifu al-‘anfiyyatu/
(29)

Dalam bahasa Arab bunyi konsonan disebut ﺖﻣﺎﺼﻟﺍ / aṣ-ṣamiti/ (al-khuli, 1982 :359). Huruf-huruf alphabet dalam bahasa Arab disebut huruf hijaiyah. Huruf hijaiyah ini di dalam ilmu fonetik disebut juga dengan bunyi konsonan. Bunyi konsonan bahasa Arab ini sama seperti halnya bunyi konsonan pada bahasa-bahasa lain yang ada di dunia, yakni dapat diklasifikasikan menurut artikulator dan titik artikulasi, hambatan udara serta bergetar tidaknya pita-pita suara ketika dalam pelaksanaan suatu bunyi.

Menurut Badri (1988) dalam Muskar (2002:24) klasifikasi bunyi konsonan bahasa Arab seperti berikut :

Berdasarkan titik artikulasi atau daerah artikulasi atau

ﻖﻄﻨﻟﺍ

ﺔﻴﻔﻴﻛ

/kayfiyyatu

n-nuṭqi/ untuk menghasilkan sebuah konsonan, maka bunyi konsonan dapat

dibedakan atas :

1. Bunyi konsonan bilabial (

ﻲﻧﺎﺘﻔﺷ

) /syafatāniy/, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh kedua bibir yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi. Bunyi konsonan yang dihasilkan adalah :

,

,

[ b, m, w ].

2. Bunyi konsonan dental (

ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ

) /asnāniy /, yaitu bunyi yang dihasilkan

oleh ujung lidah dan pangkal gigi atas. Bunyi yang dihasilkan adalah

,

[ d, t , ].

3. Bunyi konsonan labio–dental (

ﻲﻧﺎﻨﺳﺃ ﻱﻮﻔﺷ

) /syafawī asnāniy/ yaitu bunyi yang bdihasilkan oleh bibir bawah dan gigi atas. Bunyi yang dihasilkan :

[f].

4. Bunyi konsonan interdental (

ﻲﻧﺎﻨﺳﺃ ﻦﻴﺑ

) /bayna asnāniy/ yaitu bunyi

yang dihasilkan oleh ujung lidah, gigi atas dan bawah, seperti

:

,

[ð, θ].

5. Bunyi konsonan alveolar (

ﺔﺜﻟ

) /liṣṣah/ yakni bunyi yang dihasilkan oleh
(30)

6. Bunyi konsonan velarized (

ﻢﺨﻔﻣ

) / mufakhkham / yakni bunyi yang diperoleh dari pangkal gigi dan langit-langit lunak, disertai dengan depan lidah dan daun lidah. bunyi yang dihasilkan seperti :

,

,

,

ɖ

7. Bunyi konsonan velar (

ﻖﺒﻁ

) /ṭabaq/ yaitu bunyi yang dihasilkan oleh

langit-langit lunak dan belakang lidah. Bunyi yang dihasilkan adalah :

,

,

[ k, γ, x ].

8. Bunyi konsonan alveo palatal (

ﺔﻳﺭﺎﻏ ﺔﺜﻟ

) /liṣṣah ghāriyyah/ bunyi yang dihasilkan oleh pangkal gigi dan langit-langit keras dan daun lidah belakang, seperti

,

[ ʃ, ʝ]

9. Bunyi konsonan palatal (

ﺔﻳﺭﺎﻏ

) /ghāriyyah/ yaitu bunyi yang diperoleh

dari langit-langit keras dan lidah bagian tengah. Bunyi yang dihasilkan adalah

[].

10. Bunyi konsonan uvular (

ﺔﻴﻘﻠﺣ

) /ḥalqiyyah/, adalah bunyi yang diperoleh

dari langit-langit keras dan lidah bagian tengah. Bunyi yang dihasilkan adalah

[ q ].

11. Bunyi konsonan faringal (

ﺔﻴﻘﻠﺣ

) /ḥalqiyyah/, yaitu bunyi yang dihasilkan

oleh dinding belakang tenggorokan dan akar lidah, seperti :

,

[ҁ, ћ ].

12. Bunyi konsonan glotal (

ﺔﻳﺮﺠﻨﺣ

) /ḥanjariyyah/ yaitu bunyi yang diperoleh

dari pita-pita suara. seperti :

ء

,

[ʔ, h ].
(31)
[image:31.595.77.585.133.591.2]

Tabel 2 Bunyi Konsonan Bahasa Arab Daerah artikulasi

ﻮﻬ

ﺠﻣ

B er sua ra

ﻮﻤ

ﺤﻣ

T ida k be rs ua ra

ﺎﺗﺎ

ﻔﺷ

B ila bi al ﻥﺎ ﻨﺳ ﺃ D ent al

ﻥﺎ

ﻨﺳ

ﺃ ﻯ

ﻮﻔ

L abi o de nt al

ﺎﻨﺳ

ﺃ ﻦ

ﻴﺑ

Int er de nt al

ﻳﺭ

ﺎﻏ

ﺔﺜ

A lve ol ar

ﻢﺨ

ﻔﻣ

V el ar iz ed

ﻖﺒ

ve lar ﺔﺜ ﻟ A lve o pa lat al

ﺔﻳ

ﺭﺎ

pa lat

al

ﺔﻴ

ﻘﻠﺣ

uvul ar ﺔﻴ ﻘﻠﺣ far inga

l

ﺔﻳﺮ

ﺠﻨ

gl ot al Cara Artikulasi ﺔﻴﻔ ﻗﻭ Stop

b ﺏ ﺩ d ɖ

ﺕ t ʈ ﻙ k ﻕ q ء ʔ

ﻙﺎ

ﻜﺘﺣ

F

rika

tif ð ʒ ʑ ɤ ﺝ ʝ ʕ

ﻑ f θ ʂ ﺥ x ʃ ħ h

ﺔﻴ

ﻔﻧﺃ

N

as

al ﻡ m ﻥ n

ﺔﻳﺭ ﺎﺟ L at er

al ﻝ l

ﺔﻳﺭ ﺍﺮ ﻜﺗ V ibr

an r

ﻪﺘٮ ﺎﺻ ﻪﺒ ﺷ S em i voka

l ﻭ w ﻱ y

(32)

Menurut Masnur (2008: 46-48) bunyi vokoid (vokal) bahasa Indonesia yaitu bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi. Sedangkan bunyi kontoid (konsonan) yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi.

Menurut Masnur (2008: 51-52) klasifikasi bunyi konsonan bahasa Indonesia berdasarkan artikulator sebagai berikut :

1. Bunyi bilabial, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir bawah dan bibir atas. Bunyi konsonan yang dihasilkan yaitu : [p], [b], [m], dan [w].

2. Bunyi labio dental, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir bawah dan gigi atas. Bunyi yang dihasilkan yaitu : [f] dan [v].

3. Bunyi apiko dental, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung lidah dan gigi atas. Bunyi konsonan yang dihasilkan yaitu : [t], [d], dan [n].

4. Bunyi apiko alveolar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung lidah dan gusi atas. Bunyi konsonan yang dihasilkan yaitu : [ṭ], [ḍ], dan [ṇ].

5. Bunyi lamino palatal, bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tengah lidah dan langit-langit keras. Bunyi konsonan yang dihasilkan yaitu : [c], [j], [n], dan [š].

6. Bunyi darso velar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tengah lidah dan langit-langit keras. Bunyi yang dihasilkan yaitu : [k], [g], [x], [ƞ].

7. Bunyi (dorso-) uvular, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah dan anak tekak. Bunyi konsonan yang dihasilkan yaitu : [q], dan [r].

8. Bunyi laringal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tenggorok. Bunyi yang dihasilkan yaitu : [h].

(33)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pembacaan surah al-Fatihah (Q.S: 1) dan al-Zalzalah (Q.S: 99) yang dibaca oleh mahasiswa Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, peneliti menemukan bunyi-bunyi konsonan yang mengalami interferensi fonologi BI ke dalam Bahasa Arab al-Qur’an (BAQ) ada 11 konsonan. Adapun bunyi-bunyi konsonan yang mengalami interferensi tersebut adalah :

1. Bunyi konsonan hambat atau stop ( ﻪﻴﻔﻗﻭ ) / waqfiyah/ : ﺽ, ﻁ, ﻕ [ɖq]. 2. Bunyi konsonan frikatif atau geseran ( ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ) / ihtikākiy/ : ﺙ, ﺫ, ﺡ, ﺥ, ﺵ,

ﺹ, ﻉ, ﻍ [ θ, ð, ћ, x, ʃ,ҁ, ɤ ].

Masing-masing konsonan ini akan dilihat dalam surah Fatihah (Q.S: 1) dan

al-Zalzalah (Q.S: 99).

Untuk memudahkan pembahasan, peneliti mengklasifikasikan distribusi bunyi-bunyi konsonan yang mengalami interferensi fonologi BI ke dalam BAQ tersebut sebagai berikut :

1. Interferensi fonologi BI dalam bunyi konsonan ﻪﻴﻔﻗﻭ / waqfiyah/ : ﺽ, ﻁ, ﻕ [ɖq] dapat diklasifikasi berdasarkan artikulasi sebagai berikut:

a. Interferensi fonologi BI dalam bunyi konsonan ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻔﻗﻭ / waqfiy

mufakhkham / (stop, velarized) : ﺽ, ﻁ [ɖ ] dalam surah al-Fatihah (Q.S: 1) dan al-Zalzalah (Q.S: 99) yang berdistribusi di tengah kata dan di akhir kata.

b. Interferensi fonologi BI dalam bunyi konsonan ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻔﻗﻭ / waqfiy ḥalqiy/ (stop, uvular) :

[ q ] dalam surah Fatihah (Q.S: 1) dan
(34)

2.Interferensi fonologi BI dalam bunyi konsonan ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ / ihtikākiy / : ﺙ, ﺫ, ﺡ, ﺥ, ﺵ, ﺹ, ﻉ, ﻍ [ θ, ð, ћ, x, ʃ, ҁ, ɤ ] dapat diklasifikasi berdasarkan artikulasi sebagai berikut:

a. Interferensi fonologi BI dalam bunyi konsonan

ﻥﺎﻨﺳﺃ ﻦﻴﺑ

ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ / ihtikākiy bayna asnāniy / (frikatif, interdental) :

,

ﺙ [ ð, θ] dalam

surah al-Fatihah (Q.S: 1) dan al-Zalzalah (Q.S: 99) yang berdistribusi

di awal kata, tengah kata dan di akhir kata.

b. Interferensi fonologi BI dalam bunyi konsonan

ﻖﺒﻁ

ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ / ihtikākiy ṭabaq/ (frikatif, velar) :

,

, x ] dalam surah al-Fatihah (Q.S: 1) dan al-Zalzalah (Q.S: 99) yang berdistribusi di awal kata dan di tengah kata.

c. Interferensi fonologi BI dalam bunyi konsonan

ﻲﻘﻠﺣ

ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ / ihtikākiy ḥalqiy / (frikatif, faringal) :

,

[ҁ, ћ ] dalam surah

al-Fatihah (Q.S: 1) dan al-Zalzalah (Q.S: 99) yang berdistribusi di awal

kata dan di tengah kata.

d. Interferensi fonologi BI dalam bunyi konsonan

ﺔﻳﺭﺎﻏ ﺔﺜﻟ

ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ / ihtikākiy liṣṣah ghāriyyah / (frikatif, alveo palatal) :

[ ʃ] dalam

surah al-Fatihah (Q.S: 1) dan al-Zalzalah (Q.S: 99) yang berdistribusi

di awal kata dan di tengah kata.

(35)

3.2 Pembahasan

Dalam pembahasan ini peneliti akan menjelaskan bunyi-bunyi konsonan dalam BAQ yang mengalami interferensi fonologi BI serta memperlihatkan di mana saja distribusi bunyi-bunyi konsonan dalam BAQ yang mengalami interferensi fonologi BI sebagaimana berikut ini :

4.2.1 Interferensi fonologi BI dalam pengucapan bunyi konsonan ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻔﻗﻭ /

waqfiy mufakhkham / (stop, velarized) : ﻁ , ﺽ [ɖ ] pada (Q.S: 1) dan (Q.S: 99).

Bunyi-bunyi konsonan ﻁ, ﺽ [ɖ , ] dalam BAQ yang mengalami interferensi fonologi BI ditemukan dalam (Q.S: 1) dan (Q.S: 99) yang berdistribusi di tengah kata dan di akhir kata dapat dijelaskan seperti berikut :

1. Interferensi fonologi BI dalam pengucapan konsonan ﺽ [ɖ] ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻔﻗﻭ ﺭﻮﻬﺠﻣ (stop velarized bersuara) yang berdistribusi di tengah kata dalam (Q.S: 1) adalah sebagai berikut :

i. Kata ﺏﻮﻀﻐﻤﻟﺍ

[al-ma

ɤɖu:bi] `orang-orang yang dimurkai` (Q.S, 1: 7) ﺏﻭﺪﻐﻤﻟﺍ [al-maɤdu:bi].

ii. Kata ﻦﻴﻟﺎﻀﻟﺍ

[a

ɖ-ɖa:lli:na] `mengeluarkan` (Q.S, 1: 7) ﻦﻴﻟﺍﺪﻟﺍ [aɖ-da:lli:na].

2. Interferensi fonologi BI dalam pengucapan konsonan ﺽ [ɖ] ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻔﻗﻭ (stop velarized bersuara) yang berdistribusi di akhir kata dalam (Q.S: 99) adalah sebagai berikut :

i. Kata ﺽﺭﻻﺍ[al-arɖu] `bumi` (Q.S 99: 1-2) ﺩﺭﻻﺍ [al-ardu] .

3. Interferensi fonologi BI dalam pengucapan konsonan ﻁ ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻔﻗﻭ (stop velarized tak bersuara) yang berdistribusi di akhir kata dalam (Q.S: 1) adalah sebagai berikut :

i. Kata

ﻁﺮﺻ

[ʂira:ʈa] `jalan` (Q.S, 1: 6-7) ﺕﺮﺻ [ʂira:ta].
(36)

Dalam BAQ bunyi konsonan ﺽ [ɖ] ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻔﻗﻭ (stop velarized bersuara) adalah bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah yang bersentuhan dengan lengkung kaki gigi depan atas, dan belakang lidah juga dinaikkan hampir menyentuh langit-langit lunak. Sedangkan bunyi konsonan

[

d

]

apiko dental dalam BI yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung lidah dan gigi atas.

Pada contoh (2.i) terlihat adanya interferensi fonologi BI dalam pengucapan bunyi konsonan ﻁ [t] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻔﻗﻭ (stop velarized tak bersuara) yang berdistribusi di akhir kata diucapkan menjadi bunyi konsonan [t] apiko dental dalam BI.

Dalam BAQ bunyi konsonan ﻁ [t] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻔﻗﻭ (stop velarized tak bersuara) adalah bunyi yang dihasilkan dengan cara menghambat udara pada ujung lidah yang bersentuhan dengan lengkung kaki gigi depan atas secara bersamaan lidah bagian belakang dinaikkan hampir mencapai langit-langit lunak. Bunyi konsonan [t] apiko dental dalam BI yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung lidah dan gigi atas.

Dengan adanya interferensi fonologi BI pada bunyi konsonan ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻔﻗﻭ /

waqfiy mufakhkham / (stop, velarized) ﺽ [ɖ] dan ﻁ [t] dalam BAQ yang berdistribusi di tengah dan di akhir kata mengakibatkan terjadinya kehilangan makna pada kata ﻦﻴﻟﺎﻀﻟﺍ ,ﺽﺭﻻﺍ , dan ﻁﺭﺻ .

Berdasarkan dari hasil kuesioner yang diberikan kepada informan, faktor yang mengakibatkan terjadinya interferensi fonologi BI dalam pengucapan bunyi konsonan ﺽ [ɖ] ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻔﻗﻭ (stop velarized bersuara) dan dan ﻁ [t] ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻔﻗﻭ

ﺱﻮﻤﻬﻣ (stop velarized tak bersuara) yang berdistribusi di tengah dan di akhir kata pada (Q.S: 1) dan (Q.S: 99) adalah:

a. Bunyi konsonan ﺽ [ɖ] ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻔﻗﻭ (stop velarized bersuara) dan ﻁ [t]

ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻔﻗﻭ (stop velarized tak bersuara) merupakan bunyi konsonan yang tidak ada dalam struktur bunyi BI sehingga informan mengganti dengan bunyi konsonan

[

d

]

dan

[t]

apiko dental dalam bahasa Indonesia sebagai bunyi yang memiliki artikulasi yang berdekatan dengan bunyi konsonan ﺽ [ɖ] ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻔﻗﻭ (stop velarized bersuara) dan ﻁ [t] ﻲﻔﻗﻭ

ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻢﺨﻔﻣ (stop velarized tak bersuara).

b. Kurangnya latihan dalam mengucapkan bunyi konsonan ﺽ [ɖ] ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻔﻗﻭ

(37)

c. Kurangnya pengetahuan tentang titik artikulasi pengucapan bunyi konsonan ﺽ [ɖ] ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻔﻗﻭ (stop velarized bersuara) dan ﻁ [t] ﻲﻔﻗﻭ

ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻢﺨﻔﻣ (stop velarized tak bersuara).

4.2.2 Interferensi fonologi BI dalam pengucapan bunyi konsonan ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻔﻗﻭ /

waqfiy ḥalqiy/ (stop, uvular) :

[ q ] pada (Q.S: 1) dan (Q.S: 99).

Bunyi konsonan

[q] dalam BAQ yang mengalami interferensi fonologi BI ditemukan dalam (Q.S: 1) dan (Q.S: 99) yang berdistribusi di awal dan di tengah kata dapat dijelaskan seperti berikut :

1. Interferensi fonologi BI dalam pengucapan konsonan

[q] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻔﻗﻭ (stop uvular tak bersuara) yang berdistribusi di awal kata dalam (Q.S: 99) adalah sebagai berikut :

i. Kata ﻝﺎﻗ [qa:la] `telah berkata` (Q.S, 99: 3) ﻝﺎﻛ [ka:la].

2 Interferensi fonologi BI dalam pengucapan konsonan

[q] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻔﻗﻭ (stop uvular tak bersuara) yang berdistribusi di tengah kata dalam (Q.S: 1) dan (Q.S: 99) adalah sebagai berikut :

i. Kata ﻢﻴﻘﺘﺴﻤﻟﺍ [al-mustaqi:m] `jalan yang lurus` (Q.S, 1: 6)  ﻡﻳﻛﺗﺳﻣﻟﺍ [al-mustaki:m].

ii. Kata ﻝﺎﻘﺛﺍ [ʔaθqa:la] `beban-beban berat` (Q.S, 99: 2) ﻝﺎﻛﺛﺍ [ʔaθqa:la]. iii. Kata ﻝﺎﻘﺜﻣ [miθqa:la] ‘seumpama/sebesar’ (Q.S, 99: 7-8) ﻝﺎﻛﺛﻣ [miθka:la].

Pada contoh (1.i) terlihat adanya interferensi fonologi BI dalam pengucapan bunyi konsonan

[q] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻔﻗﻭ (stop uvular tak bersuara) yang berdistribusi di awal kata diucapkan menjadi bunyi konsonan

[

k

]

dorso velar dalam BI. Demikian juga pada (2.i-iii) bunyi konsonan

[q] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻔﻗﻭ (stop uvular tak bersuara) yang berdistribusi di tengah kata juga mengalami interferensi fonologi BI sebagaimana pada contoh (1.i).
(38)

Dengan adanya interferensi fonologi BI pada bunyi konsonan ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻔﻗﻭ /

waqfiyḥalqiy/ (stop, uvular) :

[ q ] dalam BAQ yang berdistribusi di awal kata dan di tengah kata mengakibatkan terjadinya kehilangan makna pada kata ﻝﺎﻗ, ﻝ ﺎﻘﺛﻣ

,ﻝ ﺎﻘﺛﺍdanﻡﻳﻘﺗﺳﻣﻟﺍ .

Berdasarkan dari hasil kuesioner yang diberikan kepada informan, faktor yang mengakibatkan terjadinya interferensi fonologi BI dalam pengucapan bunyi konsonan

[ q ] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻔﻗﻭ (stop uvular tak bersuara) yang berdistribusi di awal dan di tengah kata pada (Q.S: 1) dan (Q.S: 99) adalah:

a. Bunyi konsonan

[q] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻔﻗﻭ (stop uvular tak bersuara) merupakan bunyi konsonan yang tidak ada dalam struktur bunyi BI sehingga informan mengganti dengan bunyi konsonan [k] dorso velar dalam bahasa Indonesia sebagai bunyi yang memiliki artikulasi yang berdekatan dengan bunyi konsonan

[q] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻔﻗﻭ (stop uvular tak bersuara).

b. Kurangnya latihan dalam mengucapkan bunyi konsonan

[q] ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻔﻗﻭ

ﺱﻮﻤﻬﻣ (stop uvular tak bersuara) seperti membaca surah Fatihah dan

al-Zalzalah.

c. Kurangnya pengetahuan tentang titik artikulasi pengucapan bunyi konsonan

[q] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻔﻗﻭ (stop uvular tak bersuara).

4.2.3 Interferensi fonologi BI dalam pengucapan bunyi konsonan

ﻥﺎﻨﺳﺃ ﻦﻴﺑ

ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ / ihtikākiy bayna asnāniy / (frikatif, interdental) :

,

[ ð, θ] pada (Q.S: 1) dan (Q.S: 99).

Bunyi-bunyi konsonan

, ﺙ

[ ð, θ] dalam BAQ yang mengalami interferensi fonologi BI ditemukan dalam (Q.S: 1) dan (Q.S: 99) yang berdistribusi di awal, di tengah dan di akhir kata dapat dijelaskan seperti berikut :

1. Interferensi fonologi BI dalam pengucapan konsonan ﺙ [θ] ﻦﻴﺑ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻥﺎﻨﺳﺍ (frikatif interdental tidak bersuara) yang berdistribusi di tengah kata dalam (Q.S: 99) adalah sebagai berikut :

(39)

2. Interferensi fonologi BI dalam pengucapan konsonan ﺙ [θ] ﻦﻴﺑ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻥﺎﻨﺳﺍ (frikatif interdental tidak bersuara) yang berdistribusi di akhir kata dalam (Q.S: 99) adalah sebagai berikut :

i. Kata

ﺙﺪﺤﺗ

[tuħaddiθu] `menceritakan` (Q.S 99: 4) ﺱ ﺩﺪﺤﺗ [tuhaddisu].

3. Interferensi fonologi BI dalam pengucapan konsonan

[ð] ﻥﺎﻨﺳﺍ ﻦﻴﺑ ﻙﺎﻜﺘﺣﺍ ﺭﻮﻬﺠﻣ (frikatif interdental bersuara) yang berdistribusi di awal kata dalam (Q.S: 99) adalah sebagai berikut:

i. Kata

ٍﺓﱠﺭَﺫ

[ðarratin] `biji zarrah` (Q.S, 99: 7-8) 

ٍﺓﱠﺭَﺯ

[ʒarratin] dan

ٍﺓﱠﺭَﺫ

[ðarratin] ﻩﺮﺟ [ʝarratin].

4. Interferensi fonologi BI dalam pengucapan konsonan

[ð] ﻥﺎﻨﺳﺍ ﻦﻴﺑ ﻙﺎﻜﺘﺣﺍ ﺭﻮﻬﺠﻣ (frikatif interdental bersuara) yang berdistribusi di akhir kata dalam (Q.S: 99) adalah sebagai berikut:

i. Kata

ﺍَﺫِﺍ

[iða:] `apabila` (Q.S, 99: 1) 

ﺍَﺯِﺍ

[iʒa:].

ii. Kata

ﻯِﺬﱠﻟَﺍ

[al-laði:] `yang` (Q.S 1: 7) 

ﻯِﺰﱠﻟَﺍ

[al-laʒi:].

iii.Kata

ٍﺬِﺌَﻣْﻮَﻳ

[yawmaʔiðin] `pada hari itu` (Q.S, 99: 4) 

ٍﺰِﺌَﻣْﻮَﻳ

[yawmaʔiʒin].

Pada contoh (1.i-ii) terlihat adanya interferensi fonologi BI dalam pengucapan bunyi konsonan ﺙ[θ] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻥﺎﻨﺳﺍ ﻦﻴﺑ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ (frikatif interdental tidak bersuara) yang berdistribusi di tengah kata diucapkan menjadi bunyi konsonan

[s]

lamino palatal dalam BI. Demikian juga pada (2.i) bunyi konsonan ﺙ [θ] ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ

ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻥﺎﻨﺳﺍ ﻦﻴﺑ (frikatif interdental tidak bersuara) yang berdistribusi di akhir kata juga mengalami interferensi fonologi BI sebagaimana pada contoh (1.i).

Dalam BAQ bunyi konsonan ﺙ [θ] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻥﺎﻨﺳﺍ ﻦﻴﺑ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ (frikatif interdental tidak bersuara) yaitu bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah yang bersentuhan di antara gigi depan atas dan bawah. Bunyi konsonan [s] lamino palatal dalam BI adalah bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tengah lidah dan langit-langit keras.

Pada contoh (3.i) terlihat adanya interferensi fonologi BI dalam pengucapan bunyi konsonan

[ð] ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻥﺎﻨﺳﺍ ﻦﻴﺑ ﻙﺎﻜﺘﺣﺍ (frikatif interdental bersuara) yang berdistribusi di awal kata diucapkan menjadi bunyi konsonan

[

z

]

(40)

palatal dalam BI. Sedangkan pada (4.i-iii ) bunyi konsonan

[ð] ﻥﺎﻨﺳﺍ ﻦﻴﺑ ﻙﺎﻜﺘﺣﺍ

ﺭﻮﻬﺠﻣ (frikatif interdental bersuara) yang berdistribusi di akhir kata juga mengalami interferensi fonologi BI dan diucapkan menjadi bunyi konsonan

[

z

]

lamino palatal dalam BI.

Dalam BAQ bunyi konsonan

[ð] ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻥﺎﻨﺳﺍ ﻦﻴﺑ ﻙﺎﻜﺘﺣﺍ (frikatif interdental bersuara) yaitu bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah berada di antara gigi depan atas dan bawah. Sedangkan bunyi konsonan

[

z

]

lamino palatal dan [j] lamino palatal dalam BI yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tengah lidah dan langit-langit keras.

Dengan adanya interferensi fonologi BI pada bunyi konsonan

ﻥﺎﻨﺳﺃ ﻦﻴﺑ

ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ / ihtikākiybayna asnāniy / (frikatif, interdental) :

, ﺙ

[ ð, θ] dalam BAQ yang berdistribusi di awal kata, di tengah kata dan di akhir kata mengakibatkan terjadinya kehilangan makna pada kata ﻝﺎﻘﺛﺍ, ﻝﺎﻘﺜﻣ, ﺙ ﺪﺤﺗ, ﻩﺭﺫ, ﺫﺍ, ﻱﺬﻟﺍ dan ﺬﺌﻣﻮﻳ.

Berdasarkan dari hasil kuesioner yang diberikan kepada informan, faktor yang mengakibatkan terjadinya interferensi fonologi BI dalam pengucapan bunyi konsonan

, ﺙ

[ ð, θ] yang berdistribusi di awal, tengah dan di akhir kata pada (Q.S: 1) dan (Q.S: 99) adalah:

a. Bunyi konsonan

,

ﺙ [ ð, θ] merupakan bunyi konsonan yang tidak ada dalam struktur bunyi BI sehingga informan menggantinya dengan bunyi konsonan

[

s

]

dan

[z]

lamino palatal dalam bahasa Indonesia sebagai

bunyi yang memiliki artikulasi yang berdekatan dengan bunyi konsonan

, ﺙ

[ ð, θ].

b. Kurangnya latihan dalam mengucapkan bunyi konsonan

,

ﺙ [ ð, θ] seperti membaca surah al-Fatihah dan al-Zalzalah.
(41)

4.2.4 Interferensi fonologi BI dalam pengucapan bunyi konsonan

ﻖﺒﻁ

ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ / ihtikākiy ṭabaq/ (frikatif, velar) :

,

[x, ɤ] pada (Q.S: 1) dan (Q.S: 99).

Bunyi-bunyi konsonan

,

[x, ɤ] dalam BAQ yang mengalami interferensi fonologi BI ditemukan dalam (Q.S: 1) dan (Q.S: 99) yang berdistribusi di awal kata dan di tengah kata dapat dijelaskan seperti berikut :

1. Interferensi fonologi BI dalam pengucapan konsonan ﺥ [x] ﻖﺒﻁ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﺱﻮﻤﻬﻣ (frikatif velar tak bersuara) yang berdistribusi di awal kata dalam (Q.S: 99) adalah sebagai berikut :

i. Kata ﺍﺮﻴﺧ [xayra:n] `kebaikan` (Q.S, 99: 7) ﺍﺮﻴﻫ[hayra:n].

2. Interferensi fonologi BI dalam pengucapan konsonan ﺥ [x] ﻖﺒﻁ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﺱﻮﻤﻬﻣ (frikatif velar tak bersuara) yang berdistribusi di tengah kata dalam (Q.S: 99) adalah sebagai berikut :

i. Kata ﺖﺟﺮﺧﺍ [axraʝati] ‘telah mengeluarkan’ (Q.S, 99:2) ﺖﺟﺮﻫﺍ [ahraʝati] ii. Kata ﺭﺎﺒﺧﺍ [axba:ra] ‘berita-berita’ (Q.S, 99:4) ﺭﺎﺒﻫﺍ [ahba:ra]

3. Interferensi fonologi BI dalam pengucapan konsonan ﻍ [ɤ] ﻖﺒﻁ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﺭﻮﻬﺠﻣ (frikatif velar bersuara) yang berdistribusi di tengah kata dalam (Q.S: 1) adalah sebagai berikut :

i. Kata ﺏﻮﻀﻐﻤﻟﺍ [al-maɤɖu:bi] `yang dimurkai` (Q.S, 1: 7)  ﺏﻭﺿﺋﻣﻟﺍ [al-maʔɖu:bi] dan ﺏﻮﻀﻐﻤﻟﺍ [al-maɤɖu:bi] ﺏﻮﻀﻜﻤﻟﺍ [al-makɖu:bi].

Pada contoh (1.i) terlihat adanya interferensi fonologi BI dalam pengucapan bunyi konsonan ﺥ [x] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻖﺒﻁ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ (frikatif velar tak bersuara) yang berdistribusi di awal kata diucapkan menjadi bunyi konsonan

[

h

]

laringal dalam BI. Demikian juga pada (2.i-ii) bunyi konsonan ﺥ [x] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻖﺒﻁ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ (frikatif velar tak bersuara) yang berdistribusi di tengah kata juga mengalami interferensi fonologi BI sebagaimana pada contoh (1.i).

Dalam BAQ bunyi konsonan ﺥ [x] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻖﺒﻁ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ (frikatif velar tak bersuara) adalah bunyi yang dihasilkan dengan menaikkan belakang lidah ke arah langit-langit lunak. Sedangkan bunyi konsonan

[

h

]

laringal dalam BI yaitu bunyi yang dihasilkan oleh tenggorok (laring).
(42)

berdistribusi di tengah kata diucapkan menjadi bunyi konsonan

[

ʔ] glottal atau [k] dorso velar dalam BI.

Dalam BAQ bunyi konsonan ﻍ [ɤ] ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻖﺒﻁ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ (frikatif velar bersuara) adalah bunyi yang dihasilkan oleh adanya keterlibatan sentuhan belakang lidah dengan langit-langit lunak. sedanglan bunyi konsonan [ʔ] glottal dalam BI yaitu bunyi yang dihasilkan dengan oleh keterlibatan lubang atau celah pada pita suara dan bunyi [k] dorso velar dalam BI adalah bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tengah lidah dan langit-langit keras.

Dengan adanya interferensi fonologi BI pada bunyi konsonan

ﻖﺒﻁ

ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ / ihtikākiy ṭabaq/ (frikatif, velar) :

,

[x, ɤ] dalam BAQ yang berdistribusi di awal kata dan di tengah kata mengakibatkan terjadinya kehilangan makna kata

ﺮﻴﺧ, ﺖﺟﺮﺧﺍ, ﺭﺎﺒﺧﺍ dan ﺏﻮﻀﻐﻤﻟﺍ.

Berdasarkan dari hasil kuesioner yang diberikan kepada informan, faktor yang mengakibatkan terjadinya interferensi fonologi BI dalam pengucapan bunyi konsonan

,

[x, ɤ] yang berdistribusi di awal dan di tengah kata pada (Q.S: 1) dan (Q.S: 99) adalah:

a. Bunyi konsonan

,

[x, ɤ] merupakan bunyi konsonan yang tidak ada dalam struktur bunyi BI sehingga informan mengganti dengan bunyi konsonan

[

h

]

laringal dan

[ʔ]

glotal atau [k] dorso velar dalam bahasa Indonesia sebagai bunyi yang memiliki artikulasi yang berdekatan dengan bunyi konsonan

,

[x, ɤ].

b. Kurangnya latihan dalam mengucapkan bunyi konsonan

,

[x, ɤ] seperti membaca surah al-Fatihah dan al-Zalzalah.

c. Kurangnya pengetahuan tentang titik artikulasi pengucapan bunyi konsonan

,

[x, ɤ].

4.2.5 Interferensi fonologi BI dalam pengucapan bunyi konsonan

ﻲﻘﻠﺣ

ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ / ihtikākiy ḥalqiy / (frikatif, faringal) :

,

[ћ, ҁ] pada (Q.S: 1) dan (Q.S: 99).
(43)

1. Interferensi fonologi BI dalam pengucapan konsonan ﺡ [ћ] ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﺱﻮﻤﻬﻣ (frikatif faringal tidak bersuara) yang berdistribusi di tengah kata dalam (Q.S: 1) dan (Q.S: 99) adalah sebagai berikut :

i. Kata ﻦﻤﺣﺮﻟﺍ [ar-raħma:n] `yang maha pengasih` (Q.S, 1: 1,3)  ﻦﻤﻫﺮﻟﺍ [ar-rahma:n].

ii. Kata ﻢﻴﺣﺮﻟﺍ [ar-raħi:m] `yang maha pemurah` (Q.S, 1: 1,3) 

ﻢﻴﻫﺮﻟﺍ

[ar-rahi:m]. iii. Kata

ﺪﻤﺤﻟﺍ

[al-ħamdu] `segala puji` (Q.S, 1: 2) 

ﺪﻤﻬﻟﺍ

[al-hamdu].

iv. Kata

ُﺙﱢﺪَﺤُﺗ

[tuħaddiθu] `menceritakan` (Q.S, 99: 4) 

ُﺙﱢﺪَﻬُﺗ

[tuhaddiθu].

2. Interferensi fonologi BI dalam pengucapan konsonan ﺡ [ћ] ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﺱﻮﻤﻬﻣ (frikatif faringal tidak bersuara) yang berdistribusi di akhir kata dalam (Q.S: 99) adalah sebagai berikut :

i. Kata

ٰﻰَﺣْﻭَﺃ

[ʔawħa:] `merintahkan` (Q.S, 99: 5) 

ٰﻰَﻫْﻭًﺃ

[ʔawha:] `melemahkan`.

3. Interferensi fonologi BI dalam pengucapan konsonan ﻉ [ҁ] ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﺭﻮﻬﺠﻣ (frikatif faringal bersuara) yang berdistribusi di awal kata dalam (Q.S: 1) adalah sebagai berikut :

i. Kata ﻲﻠﻋ dalam susunan kata

ﻢﻬﻴﻠﻋ

[ҁalaihim] `atas mereka` (Q.S, 1: 7) ﻡﻬﻳﻟﺍ [ʔalaihim].

4. Interferensi fonologi BI dalam pengucapan konsonan ﻉ [ҁ] ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﺭﻮﻬﺠﻣ (frikatif faringal bersuara) yang berdistribusi di tengah kata dalam (Q.S: 1) dan (Q.S: 99) adalah sebagai berikut :

i. Kataﻦﻴﻤﻟﺎﻌﻟﺍ[al- `aʕālami:n] `sekalian alam` (Q.S, 1: 2) ﻦﻴﻤﻟﺎﺌﻟﺍ [al-`ʔālami:n] ii. Kata ﺪﻨﻌﻧ [naʕbudu] `kami menyembah` (Q.S, 1: 5) ﺩﺑﺋﻧ[naʔbudu].

iii. Kata ﻦﻴﻌﺘﺴﻧ [nastaʕi:n] `kami memohon pertolongan` (Q.S, 1: 5) 

ﻥﻳﺋﺗﺳﻧ

[ʔnastaʔi:n].

iv. Kata ﺖﻤﻌﻧﺍ [anʕamta] `telah engkau beri nikmat` (Q.S, 1:7 ) ﺖﻤﺌﻧﺍ [anʔamta]. v. Kata

َﻝﺎَﻤْﻋَﺃ

[`aʕma:la] `perbuatan` (Q.S, 99: 6) 

َﻝﺎَﻤْﺋَﺃ

[`aʔ-ma:la]

`mengharapkan `, dan kata

َﻝﺎَﻤْﻋَﺃ

[`aʕma:la] `perbuatan`  kata

َﻝﺎَﻤْﻛَﺃ

[akma:la] `menyempurnakan`.

vi. Kata

ُﻞَﻤْﻌَﻳ

[yaʕmalu] `mengerjakan` (Q.S, 99: 7-8) 

ُﻞَﻤْﺌَﻳ

[yaʔmalu], dan kata
(44)

Pada contoh (1.i-iv) terlihat adanya interferensi fonologi BI dalam pengucapan bunyi konsonan ﺡ [ћ] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ (frikatif faringal tidak bersuara) yang berdistribusi di tengah kata diucapkan menjadi bunyi konsonan

[

h

]

laringal dalam BI.

Dalam BAQ bunyi konsonan ﺡ [ћ] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ (frikatif faringal tidak bersuara) adalah bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan dinding belakang kerongkongan dan akar lidah. Sedangkan bunyi konsonan

[

h

]

laringal dalam BI yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tenggorok. Demikian juga pada (2.i) bunyi konsonan ﺡ [ћ] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ (frikatif faringal tidak bersuara) yang berdistribusi di akhir kata juga mengalami interferensi fonologi BI sebagaimana pada contoh (1.i).

Pada contoh (3.i) terlihat adanya interferensi fonologi BI dalam pengucapan bunyi konsonan ﻉ [ҁ] ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ (frikatif faringal bersuara) yang berdistribusi di awal kata diucapkan menjadi bunyi konsonan [ʔ] glottal dalam BI. Demikian juga pada (4.i-vi) bunyi konsonan ﻉ [ҁ] frikatif faringal bersuara yang berdistribusi di tengah kata juga mengalami interferensi fonologi BI menjadi bunyi konsonan

[

ʔ] glottal dan konsonan [k] dorso velar dalam BI.

Dalam BAQ bunyi konsonan ﻉ [ҁ] ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ (frikatif faringal bersuara) adalah bunyi yang dihasilkan adanya sentuhan akar lidah dengan dinding tenggorokan. Bunyi konsonan [ʔ] glottal dalam BI yaitu bunyi yang dihasilkan dengan keterlibatan lubang atau celah pada pita suara. Dan bunyi konsonan [k] dorso velar dalam BI yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tengah lidah dan langit-langit keras.

Dengan adanya interferensi fonologi BI pada bunyi konsonan

ﻲﻘﻠﺣ

ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ / ihtikākiy ḥalqiy / (frikatif, faringal) :

,

[ћ, ҁ] dalam BAQ yang berdistribusi di awal kata dan di tengah kata mengakibatkan terjadinya kehilangan makna pada kata ﻦﻤﺣﺮﻟﺍ, ﻢﻴﺣﺮﻟﺍ, ﻲﺣﻭﺍ serta pada kata dalam contoh (1.iii-iv, 3.i, dan 4.i-iv) dan perubahan makna pada kata

َﻝﺎَﻤْﻋَﺃ

[`aʕma:la] `perbuatan` (Q.S, 99: 6) 

َﻝﺎَﻤْﺋَﺃ

[`aʔ-ma:la] `mengharapkan `, kata

َﻝﺎَﻤْﻋَﺃ

[`aʕma:la] `perbuatan`  kata

َﻝﺎَﻤْﻛَﺃ

[akma:la] `menyempurnakan`, kata

ُﻞَﻤْﻌَﻳ

[yaʕmalu] `mengerjakan` (Q.S, 99: 7-8)

ُﻞَﻤْﺌَﻳ

[yaʔmalu], dan kata

ُﻞَﻤْﻌَﻳ

[yaʕmalu] `mengerjakan`

ﻝﺎَﻤْﻛ

َﻱ

[

yakma:l] ` menyempurnakan`.
(45)

konsonan

,

[ћ, ҁ] yang berdistribusi di awal dan di tengah kata pada (Q.S: 1) dan (Q.S: 99) adalah:

a. Bunyi konsonan

,

[ћ, ҁ] merupakan bunyi konsonan yang tidak ada dalam struktur bunyi BI sehingga informan mengganti dengan bunyi konsonan

[

h

]

laringal dan

[ʔ]

glottal dalam bahasa Indonesia sebagai

bunyi yang memiliki artikulasi yang berdekatan dengan bunyi konsonan

,

[ћ, ҁ].

b. Kurangnya latihan dalam mengucapkan bunyi konsonan

,

[ћ, ҁ] seperti membaca surah al-Fatihah dan al-Zalzalah.

c. Kurangnya pengetahuan tentang titik artikulasi pengucapan bunyi konsonan

,

[ћ, ҁ].

4.2.6 Interferensi fonologi BI dalam pengucapan bunyi konsonan

ﺔﻳﺭﺎﻏ ﺔﺜﻟ

ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ / ihtikākiy liṣṣah ghāriyyah / (frikatif, alveo palatal) :

[ ʃ ] pada (Q.S: 99).

Bunyi konsonan

[ ʃ ] dalam BAQ yang mengalami interferensi fonologi BI ditemukan dalam (Q.S: 99) yang berdistribusi di awal kata

Gambar

Tabel 2 Bunyi Konsonan Bahasa Arab
TABEL V  NAMA-NAMA INFORMAN
GAMBAR

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud interferensi fonologi bahasa Melayu Pattani dalam berbahasa Indonesia mahasiswa Thailand di Universitas Muhammadiyah

bahasa Indonesia dalam membaca Al-Qur’an oleh mahasiswa departemen. Sastra Arab

Preposisi Lokatif Bahasa Jerman : Sebuah Studi Kasus Pada Mahasiswa. Departemen Jerman Semester Tiga Tahun Ajaran

(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat... Dan bumi telah

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat bentuk bentuk interferensi fonologi bahasa Bima ke dalam bahasa Indonesia pada komunitas Mahasiswa Bima-Dompu

seperti Interferensi fonologi yang terjadi pada masyarakat Minangkabau perantau di Medan karena pengaruhnya penggunaan bahasa daerah pada mereka maka terjadilah

Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa konsonan yang mengalami interferensi bahasa Jawa yaitu bunyi konsonan hambat atau stop, ﺽ [ ɖ ] yang berdistribusi di awal kata,

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat bentuk bentuk interferensi fonologi bahasa Bima ke dalam bahasa Indonesia pada komunitas Mahasiswa Bima-Dompu