• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interferensi Fonologi Bahasa Indonesia Ke Dalam Bahasa Arab

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Interferensi Fonologi Bahasa Indonesia Ke Dalam Bahasa Arab"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang interferensi fonologi sebelumnya belum pernah diteliti

di departemen Sastra Arab FIB USU. Namun penelitian tentang interferensi

fonologi ini sudah pernah dilakukan oleh Nurtaqwa Amin mahasiswa Jurusan

Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Muslim Indonesia. Penelitian

beliau berjudul “Interferensi Fonologis Bahasa Bugis-Makassar Dalam Pelafalan

Al-Qur’an Bagi Mahasiswa Fakultas Agama UMI”. Lokasi penelitiannya adalah

di Makassar, yaitu UMI, Fakultas Agama. Adapun sampel dipilih secara non

random sampling (purpossive), berdasarkan kriteria, yaitu sebagian yang memiliki pengetahuan ilmu tajwid dan sebagian yang kurang memiliki pegetahuan tersebut.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik simak, teknik

rekam, teknik cakap dan quesioner, dan analisis data digunakan metode deskriptif

kualitatif dan analisis kuantitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa bentuk

interferensi yang terjadi ada dua macam, yaitu interferensi parsial dan interferensi

total (Amin, 2010:10).

Selain itu penelitian tentang interferensi fonologi sebelumnya juga sudah

pernah dilakukan oleh Munfarida mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Arab

Universitas Negeri Malang dengan judul “Interferensi Morfologis Dan Fonologis

Bahasa Arab Pada Terjemahan Buku Al Akhlaq Lil Banaat Jilid I”. Hasil

penelitian diperoleh sebagai berikut: interferensi pada morfem yaitu interferensi

morfem yang ada padanan katanya dalam bahasa Indonesia. Pada interferensi

morfem ini data yang terjaring mencapai 2 morfem dasar. Sedangkan pada

interferensi fonem meliputi, (1) fonem / ﻉ / ditulis atau dilambangkan dengan

apostrof, (2) fonem / / ditulis atau dilambangkan dengan dh, (3) fonem / ﺹ / ditulis atau dilambangkan dengan sh, (4) fonem / ﺯ / ditulis dan dilambangkan

(2)

terjaring 11 kata yang tergolong interferensi dari bahasa sumber ke dalam bahasa

sasaran (06 Januari 2013,

Penelitian tentang interferensi fonologi sebelumnya juga sudah pernah

dilakukan oleh Dita Haryati mahasiswa STKIP PGRI JOMBANG dengan judul

“Interferensi Fonologi dan Interferensi Leksikal Bahasa Sunda terhadap Bahasa

Indonesia pada Rubrik Aneka Berita Harian Sumedang Express edisi Juli –

September 2012”. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa interferensi fonologi

yang terjadi pada rubrik Aneka Berita harian Sumedang Express banyak

terinterferensi oleh bahasa Sunda. Interferensi fonologi diakibatkan oleh

perubahan dan penghilangan fonem konsonan, serta perubahan fonem vokal dan

penghilangan fonem vokal. Begitu juga dengan interferensi leksikal berupa

penggunaan unsur-unsur bahasa berupa leksem ke dalam bahasa yang sedang

digunakan meliputi bahasa Sunda yang artinya berpadanan dengan bahasa

Indonesia.

(30januari

1.5 Pengertian Interferensi

Interferensi menurut Weinreich (1953:1) adalah “Those instance of

deviation from the norm of etheir language wich occur in the speeks bilingual as a result of their familiarity with more than one language, i.e. as a result of language contact “ atau penyimpangan-penyimpangan dari norma-norma salah satu bahasa yang terjadi dalam tuturan para dwibahasawan sebagai akibat dari pengenalan

mereka lebih dari satu bahasa, yaitu sebagian hasil dari kontak bahasa (30 Januari

Alwasilah (1985:132) mengatakan interferensi berarti adanya saling

pengaruh antarbahasa. Pengaruh itu dalam bentuk yang paling sederhana berupa

pengambilan satu unsur dari satu bahasa dan digunakan dalam hubungannya

(3)

Rumusan yang hampir sama dinyatakan oleh Lado dan Sunyono (1979:13)

pengaruh antar bahasa itu dapat juga berupa pengaruh kebiasaan dari bahasa

pertama (ibu) yang sudah dikuasai penutur ke dalam bahasa kedua.

Interferensi dapat saja terjadi pada semua tuturan bahasa dan dapat

dibedakan dalam beberapa jenis. Weinreich (1953:39) mengidentifikasikan empat

jenis interferensi sebagai berikut.

1. Pemindahan Unsur dari suatu bahasa ke bahasa lain.

2. Perubahan fungsi dan kategori unsur karena proses pemindahan.

3. Penerapan unsur-unsur yang tidak berlaku pada bahasa kedua ke dalam

bahasa pertama.

4. Pengabaian struktur bahasa kedua karena tidak terdapat padanannya

dalam bahasa pertama (30 Januari

Suwito (1983:55) menjelaskan, bahwa dalam interferensi dapat terjadi

dalam semua komponen kebahasaan, yaitu bidang tata bunyi, tata kalimat, tata

kata dan tata makna. Di samping itu Weinreich (1953:14-47) juga membagi

bentuk-bentuk interferensi atas tiga bagian, yaitu interferensi fonologi, interferensi

leksikal, dan interferensi gramatikal (Aslinda dan Syafyahya, 2007:67).

Menurut Weinreich (1953:14) interferensi fonologi terjadi pada tataran

bunyi. Interferensi jenis ini terjadi ketika dwibahasawan mengucapkan sebuah

fonem pada sistem bahasa asing dengan fonem pada sistem bahasa ibu dan

kemudian menggunakannya berdasarkan aturan bunyi fonem bahasa ibu (Ratih,

2010:10).

1.6 Fonologi dan Fonetik

Badri dalam Muskar (2008:7) mengatakan fonologi bahasa Arab disebut

dengan

ﺕﺍﻮﺻﻻﺍ

ﻢﻠﻋ

/`ilmu l-aṣwat/ ‘ilmu tentang bunyi-bunyi bahasa Arab, atau
(4)

Menurut Chaer (2007: 102-103) bidang yang mempelajari, menganalisis

dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa disebut fonologi. Bloomfield

dalam Muskar (2008: 6) mengatakan “phonology is the study of significant speech

sound and the phoneme is the minimum unit of distinctive sound feature”. “Fonologi adalah suatu studi tentang lambang bunyi ucapan dan fonem adalah

satuan terkecil dari ciri bunyi yang membedakan suatu arti”. Secara umum cabang

studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah

bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak biasa

disebut fonetik.

Badri (1988: 5-6) menyebut istilah fonetik menjadi 3, sebagai berikut :

1.

ﻲﻘﻄﻨﻟﺍ ﺕﺍﻮﺻﻷﺍ ﻢﻠﻋ

/ `ilmu al-`aṣwāti n-nuṭqiyyi/ `fonetik artikulatoris`.

2.

ﻲﻜﻴﺘﺳﻮﻛﻷﺍ ﻭﺃ ﻲﺘﺳﻮﻛﻷﺍ ﺕﺍﻮﺻﻷﺍ ﻢﻠﻋ

/`ilmu al-`aṣwāti al-`akustiyyi `awi

al-`akustīkiyyi / `fonetik akustik`.

3.

ﻲﻌﻤﺴﻟﺍ ﺕﺍﻮﺻﻷﺍ ﻢﻠﻋ

/ `ilmu al-`aṣwātis-sam`iyyi

/

`fonetik auditoris`.

Dari ketiga jenis fonetik di atas, yang menjadi bahan kajian dalam bahasa

Arab yaitu fonetik artikulatoris, yakni mengkaji, menjabarkan cara dan tempat

ujaran serta pengelompokan bunyi suara. Sehingga dengan demikian mendukung

observasi visual mengenai bunyi suara.

Muskar (2008:15) mengatakan untuk memahami semua bunyi ujaran

dengan baik maka perlu diketahui pula semua alat ucap dan bagaimana kerja sama

dari semua alat ucap itu untuk menghasilkan suatu bunyi.

Menurut Badri (1988) dalam Muskar (2008: 15-16) Alat-alat ucap di dalam

fonetik artikulatoris (articulatory phonetics) atau

ﻖﻄﻨﻟﺍ ﺕﺍﻮﺻﺍ ﻢﻠﻋ

‘ilmu aṣwātun an-nuṭqiyi seperti berikut :

1. Paru-paru/lung (

ﻥﺎﺘﺋﺮﻟﺍ

) /`ar-ri’atāni/

2. Batang tenggorokan/trachea (

ﺔﻴﺋﺍﻮﻬﻟﺍ ﺔﺒﺼﻘﻟﺍ

) / `al-qaṣbatu al-haw.ā`iyyati/ 3. Pangkal tenggorokan/larynx (

ﺓﺮﺠﻨﺤﻟﺍ

) /`al-ḥanjaratu/
(5)

5. Rongga tenggorokan/pharynx (

ﻖﻠﺤﻟﺍ

) / `al-ḥalqu/ 6. Akar lidah/root of tongue (

ﻥﺎﺴﻠﻟﺍ ﻖﻟﺫ

) / ẓuluqu al-lisāni/ 7. Pangkal lidah/dorsum (

ﻥﺎﺴﻠﻟﺍ ﻡﺪﻘﻣ

) /muqaddamu al-lisāni/

8. Tengah lidah/middle of the tongue (

ﻥﺎﺴﻠﻟﺍ ﻂﺳﻭ

)/wasatu al-lisāni/ 9. Daun lidah/blade of tongue (

ﻥﺎﺴﻠﻟﺍ ﻑﺮﻁ

) /ṭarfu al-lisāni/

10. Ujung lidah/tip of tongue (

ﻥﺎﺴﻠﻟﺍ ﻖﻟﺫ

) / ẓuluqu al-lisāni/ 11. Anak tekak/uvular (

ﺎﻣﺰﻤﻟﺍ ﻥﺎﺴﻟ

) /lisanu al-mazmā/

12. Langit-langit lunak/soft palate (

ﻦﻴﻠﻟﺍ ﻚﻨﺤﻟﺍ

) /`al-ḥanaku al-layyinu/ 13. Langit-langit keras/hard palate (

ﺐﻠﺼﻟﺍ ﻖﺒﻄﻟﺍ

) /aṭ-ṭabaqu aṣ-ṣulbu/ 14. Lengkung kaki gigi/alveolae (

ﻥﺎﻨﺳﻻﺍ ﻝﻮﺻﺃ

) /`uṣūlu al-‘asnānu/ 15. Gigi bawah/lower teeth (

ﻰﻠﻔﺴﻟﺍ

ﻥﺎﻨﺳﻻﺍ

)

/`al-asnānu as-suflā/ 16. Gigi atas/upper teeth (

ﺎﻴﻠﻌﻟﺍ ﻥﺎﻨﺳﻻﺍ

) /`al-asnānu al-ulyā/ 17. Bibir bawah/lower lip (

ﻰﻠﻔﺴﻟﺍ

ﺔﻔﺸﻟﺍ

) /`asy-syafatu as-suflā/ 18. Bibir atas/upper lip (

ﺎﻴﻠﻌﻟ

ﺔﻔﺸﻟﺍ

) /`asy-syafatu al-ulyā/ 19. Mulut/mouth (

ﺔﻳﻮﻤﻓ

) /famūwiyah/

20. Rongga mulut/mouth cavity (

ﺔﻳﻮﻤﻔﻟﺍ ﻒﻳﻮﺠﺘﻟﺍ

) /at-tajwifu al-famuwiyyatu/

21. Hidung/nose (

ﺔﻴﻔﻧﺍ

) / `anfiyyah/

22. Rongga hidung/nose cavity (

ﺔﻴﻔﻧﻷ ﻒﻳﻮﺠﺘﻟﺍ

) /`attajwifu al-‘anfiyyatu/

Menurut Badri (1988 : 4) pada dasarnya bunyi bahasa digolongkan kepada

bunyi vokal dan bunyi konsonan. Bunyi vokal adalah bunyi bahasa yang

dihasilkan dengan melibatkan pita-pita suara tanpa penyempitan atau penutupan

apapun pada tempat pengartikulasian manapun, sedangkan bunyi konsonan adalah

bunyi ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru mendapat

halangan, baik seluruhnya ataupun sebagian dengan mempergunakan artikulasi

(6)

Dalam bahasa Arab bunyi konsonan disebut ﺖﻣﺎﺼﻟﺍ / aṣ-ṣamiti/ (al-khuli, 1982 :359). Huruf-huruf alphabet dalam bahasa Arab disebut huruf hijaiyah.

Huruf hijaiyah ini di dalam ilmu fonetik disebut juga dengan bunyi konsonan.

Bunyi konsonan bahasa Arab ini sama seperti halnya bunyi konsonan pada

bahasa-bahasa lain yang ada di dunia, yakni dapat diklasifikasikan menurut

artikulator dan titik artikulasi, hambatan udara serta bergetar tidaknya pita-pita

suara ketika dalam pelaksanaan suatu bunyi.

Menurut Badri (1988) dalam Muskar (2002:24) klasifikasi bunyi konsonan

bahasa Arab seperti berikut :

Berdasarkan titik artikulasi atau daerah artikulasi atau

ﻖﻄﻨﻟﺍ

ﺔﻴﻔﻴﻛ

/kayfiyyatu

n-nuṭqi/ untuk menghasilkan sebuah konsonan, maka bunyi konsonan dapat dibedakan atas :

1. Bunyi konsonan bilabial (

ﻲﻧﺎﺘﻔﺷ

) /syafatāniy/, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh kedua bibir yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik

artikulasi. Bunyi konsonan yang dihasilkan adalah :

,

,

[ b, m, w ].

2. Bunyi konsonan dental (

ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ

) /asnāniy /, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah dan pangkal gigi atas. Bunyi yang dihasilkan adalah

,

[ d, t , ].

3. Bunyi konsonan labio–dental (

ﻲﻧﺎﻨﺳﺃ ﻱﻮﻔﺷ

) /syafawī asnāniy/ yaitu bunyi yang bdihasilkan oleh bibir bawah dan gigi atas. Bunyi yang dihasilkan :

[f].

4. Bunyi konsonan interdental (

ﻲﻧﺎﻨﺳﺃ ﻦﻴﺑ

) /bayna asnāniy/ yaitu bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah, gigi atas dan bawah, seperti

:

,

[ð,

θ].

5. Bunyi konsonan alveolar (

ﺔﺜﻟ

) /liṣṣah/ yakni bunyi yang dihasilkan oleh pangkal gigi atas, daun lidah dan ujung lidah, seperti

,

,

,

,

[ n,
(7)

6. Bunyi konsonan velarized (

ﻢﺨﻔﻣ

) / mufakhkham / yakni bunyi yang

diperoleh dari pangkal gigi dan langit-langit lunak, disertai dengan depan

lidah dan daun lidah. bunyi yang dihasilkan seperti :

,

,

,

ɖ

7. Bunyi konsonan velar (

ﻖﺒﻁ

) /ṭabaq/ yaitu bunyi yang dihasilkan oleh langit-langit lunak dan belakang lidah. Bunyi yang dihasilkan adalah :

,

,

[ k, γ, x ].

8. Bunyi konsonan alveo palatal (

ﺔﻳﺭﺎﻏ ﺔﺜﻟ

) /liṣṣah ghāriyyah/ bunyi yang dihasilkan oleh pangkal gigi dan langit-langit keras dan daun lidah

belakang, seperti

,

[ ʃ, ʝ]

9. Bunyi konsonan palatal (

ﺔﻳﺭﺎﻏ

) /ghāriyyah/ yaitu bunyi yang diperoleh dari langit-langit keras dan lidah bagian tengah. Bunyi yang dihasilkan

adalah

[].

10. Bunyi konsonan uvular (

ﺔﻴﻘﻠﺣ

) /ḥalqiyyah/, adalah bunyi yang diperoleh dari langit-langit keras dan lidah bagian tengah. Bunyi yang dihasilkan

adalah

[ q ].

11. Bunyi konsonan faringal (

ﺔﻴﻘﻠﺣ

) /ḥalqiyyah/, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh dinding belakang tenggorokan dan akar lidah, seperti :

,

[ҁ, ћ ].

12. Bunyi konsonan glotal (

ﺔﻳﺮﺠﻨﺣ

) /ḥanjariyyah/ yaitu bunyi yang diperoleh dari pita-pita suara. seperti :

ء

,

[ʔ, h ].

Untuk lebih jelasnya, klasifikasi bunyi-bunyi konsonan BA di atas dapat

(8)

Tabel 2 Bunyi Konsonan Bahasa Arab Daerah artikulasi

ﻮﻬ

ﺠﻣ

B er sua ra

ﻮﻤ

ﺤﻣ

T ida k be rs ua ra

ﺎﺗﺎ

ﻔﺷ

B ila bi al ﻥﺎ ﻨﺳ ﺃ D ent al

ﻥﺎ

ﻨﺳ

ﺃ ﻯ

ﻮﻔ

L abi o de nt al

ﺎﻨﺳ

ﺃ ﻦ

ﻴﺑ

Int er de nt al

ﻳﺭ

ﺎﻏ

ﺔﺜ

A lve ol ar

ﻢﺨ

ﻔﻣ

V el ar iz ed

ﻖﺒ

ve lar ﺔﺜ ﻟ A lve o pa lat al

ﺔﻳ

ﺭﺎ

pa lat

al

ﺔﻴ

ﻘﻠﺣ

uvul ar ﺔﻴ ﻘﻠﺣ far inga

l

ﺔﻳﺮ

ﺠﻨ

gl ot al Cara Artikulasi ﺔﻴﻔ ﻗﻭ Stop

b ﺏ ﺩ d ɖ

ﺕ t ʈ ﻙ k ﻕ q ءʔ

ﻙﺎ

ﻜﺘﺣ

F

rika

tif ð ʒ ʑ ɤ ʝ ʕ

ﻑ f θ ʂ ﺥ x ʃ ħ h

ﺔﻴ

ﻔﻧﺃ

N

as

al ﻡ m ﻥ n

ﺔﻳﺭ ﺎﺟ L at er

al ﻝ l

ﺔﻳﺭ ﺍﺮ ﻜﺗ V ibr

an r

ﻪﺘٮ ﺎﺻ ﻪﺒ ﺷ S em i voka

l ﻭ w ﻱ y

(9)

Menurut Masnur (2008: 46-48) bunyi vokoid (vokal) bahasa Indonesia yaitu

bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah

artikulasi. Sedangkan bunyi kontoid (konsonan) yaitu bunyi yang dihasilkan

dengan melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi.

Menurut Masnur (2008: 51-52) klasifikasi bunyi konsonan bahasa Indonesia

berdasarkan artikulator sebagai berikut :

1. Bunyi bilabial, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir bawah

dan bibir atas. Bunyi konsonan yang dihasilkan yaitu : [p], [b], [m], dan

[w].

2. Bunyi labio dental, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir

bawah dan gigi atas. Bunyi yang dihasilkan yaitu : [f] dan [v].

3. Bunyi apiko dental, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung

lidah dan gigi atas. Bunyi konsonan yang dihasilkan yaitu : [t], [d], dan

[n].

4. Bunyi apiko alveolar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung

lidah dan gusi atas. Bunyi konsonan yang dihasilkan yaitu : [ṭ], [ḍ], dan

[ṇ].

5. Bunyi lamino palatal, bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tengah lidah

dan langit-langit keras. Bunyi konsonan yang dihasilkan yaitu : [c], [j], [n],

dan [š].

6. Bunyi darso velar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tengah

lidah dan langit-langit keras. Bunyi yang dihasilkan yaitu : [k], [g], [x],

[ƞ].

7. Bunyi (dorso-) uvular, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan

pangkal lidah dan anak tekak. Bunyi konsonan yang dihasilkan yaitu : [q],

dan [r].

8. Bunyi laringal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tenggorok.

Bunyi yang dihasilkan yaitu : [h].

9. Bunyi glotal yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lubang atau

Gambar

Tabel 2 Bunyi Konsonan Bahasa Arab

Referensi

Dokumen terkait

Karena adanya dua bunyi konsonan frikatif velarized tidak bersuara [ ß ] yang berurutan, dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi

bahasa Indonesia dalam membaca Al-Qur’an oleh mahasiswa departemen. Sastra Arab

Preposisi Lokatif Bahasa Jerman : Sebuah Studi Kasus Pada Mahasiswa. Departemen Jerman Semester Tiga Tahun Ajaran

Proses perubahan ciri bunyi yang terjadi adalah berdasarkan cara ucap uvular yaitu bunyi yang diperoleh dari langit-langit lunak dan anak tekak, serta akar lidah pada titik

Mengingat konsonan / ʕ / merupakan bunyi frikatif faringal bersuara yang hanya terdapat pada bahasa Arab dan Ibrani, maka untuk penutur asli bahasa Indonesia,

Perubahan bunyi vokal selanjtunya adalah perubahan bunyi vokal pada nama umum perempuan yang harus dibedakan dengan perubahan vokal pada nama laki-laki karena

Kaidah di atas menyatakan bahwa bunyi konsonan /n/ dan bunyi vokal /u/ mengala- mi pelesapan jika bunyi konsonan /n/ be- rada di tengah kata yang sebelum bunyi ter- sebut

Data nomor 23 menunjukkan bahwa ketika pemelajar melafalkan dua kata yang bunyi akhir kata pertama adalah huruf vokal /a/ dan bunyi kata keduanya adalah konsonan, pemelajar India