• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perburuhan-September 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perburuhan-September 2008"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

VOLUME VI SEPTEMBER 2008

(2)

Berkhas merupakan salah satu media Akatiga yang menyajikan kumpulan berita dari berbagai macam surat kabar, majalah, serta sumber berita lainnya. Jika pada awal penerbitannya kliping yang ditampilkan di Berkhas dilakukan secara konvensional, maka saat ini kliping dilakukan secara elektronik, yaitu dengan men-download berita dari situs-situs suratkabar, majalah, serta situs-situs berita lainnya.

Bertujuan untuk menginformasikan isu aktual yang beredar di Indonesia, Berkhas diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam pencarian data atas isu-isu tertentu. Berkhas yang diterbitkan sebulan sekali ini setiap penerbitannya terdiri dari isu Agraria, Buruh, dan Usaha Kecil.

(3)

D a f t a r I si

Penetapan upah minimum diusulkan lewat bipartit --- 1

Revisi UU Pemilu Jangan Melebar --- 3

Wapres: Pelaksanaan Pilkada Disatukan --- 5

Buruh PT Bridgestone Mogok Kerja --- 6

Dua Bulan Tak Digaji,Buruh Datangi Disnaker--- 7

Pariwisata Bali Banyak Menyerap Tenaga Kerja --- 8

Pengiriman TKI Jatim turun 50%--- 9

Keberadaan BNP2TKI dipertanyakan --- 10

Mengurangi Pengangguran Terdidik --- 12

Ratusan Ribu Buruh Harian Lepas Tak Dapat THR --- 14

Jepang diminta rekrut lebih banyak pekerja Indonesia --- 15

Kiriman uang TKI asal Blitar menurun --- 16

Pemerintah optimistis target pengiriman TKI tercapai --- 17

Pemerintah Hong Kong Didesak Naikkan Gaji TKI --- 19

Serikat Pekerja Diminta Aktif Awasi Pemberian THR --- 20

Kecewa Lelang,Buruh Ancam Nginap di Pengadilan --- 21

Berbalut Masalah Buruh dan Lingkungan --- 22

Gaji Kurang, Buruh Demo--- 25

Pemkot Diminta Tangani Soal PHK di Mal Ramai --- 26

Eks Buruh Naintex Menginap di PN --- 27

Menakar Keampuhan Obat Pengangguran --- 28

Disnaker Makassar Meminta Pengusaha Perhatikan THR Pekerjanya --- 31

Karyawan PT Adetex Boyolali Tuntut THR --- 32

Menakertrans : Gaji dan THR Harus Bayar Tepat Waktu --- 33

30 Juta Warga Indonesia Ditopang TKI --- 34

Apjati targetkan kirim 1 juta TKI --- 35

Buruh Pabrik Tekstil Tuntut Pesangon --- 36

Buruh Tuntut Pembayaran Penuh --- 37

Tuntut THR, Puluhan Pekerja Berunjuk Rasa --- 38

Perusahaan Diimbau Bayar THR --- 39

Puluhan Pekerja Tuntut Gaji dan THR --- 40

(4)

Semua Pekerja Harus Dilindungi Asuransi --- 43

Perusahaan Migas Harus Prioritaskan Tenaga Kerja Lokal --- 44

Semua Pekerja Harus Dilindungi Asuransi --- 45

Birokrasi Hambat Penempatan TKI --- 46

Buruh Djambu Bol Protes THR --- 48

Menaker Siap Umumkan Perusahaan Tak Bayar THR --- 49

Serikat Buruh Kuat Negara Maju--- 50

Penyedia "Outsourcing" Wajib Bayar THR --- 52

Pelanggaran THR Naik 1.000 Persen --- 54

(5)

Bisnis I ndonesia Senin, 01 September 2008

Pe n e t a p a n u p a h m in im u m d iu su lk a n le w a t b ip a r t it

JAKARTA: Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) mengusulkan penetapan upah minimum didasarkan atas negosiasi bipartit antara pengusaha dan pekerja, dengan tetap memerhatikan syarat penentuan upah minimum yang telah disepakati.

Sekjen KSBSI Idin Rosidin menilai langkah perundingan melalui jalan bipartit akan mengurangi konflik antara pekerja dan pengusaha, sebab penetapan upah minimum melalui jalur tersebut lebih didasarkan pada produktivitas pekerja.

Berdasarkan UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, yang ditindaklanjuti dengan peraturan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi No. 17/2005, penetapan upah minimum provinsi didasarkan pada nilai kebutuhan hidup layak (KHL), produktivitas, pertumbuhan ekonomi, dan kelompok usaha marginal.

Namun pada kenyataannya, penetapan upah minimum tidak didasarkan pada empat komponen tersebut, karena cenderung diselesaikan melalui jalan negosiasi.

"Percuma saja ada indikator seperti itu, toh ujung-ujungnya kembali ke jalan negosiasi," ujarnya kepada Bisnis, baru-baru ini.

Hal senada juga disampaikan oleh Bambang Widianto, Deputi Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan.

Menurut Bambang, dengan melihat sejumlah kelemahan pada empat komponen itu, sebaiknya penetapan upah minimum didasarkan pada negosiasi antarbipartit, yaitu pengusaha dan pekerjanya.

"Sayangnya, mekanisme penetapan upah minimum dengan pola bipartit itu belum ada. Padahal, itu lebih bagus untuk menjamin keadilan, baik bagi pengusaha maupun pekerjanya," lanjutnya.

Belum optimal

Hariyadi B. Sukamdani, Ketua DPN Asosiasi Pengusaha Indonesia Bidang Jaminan Sosial dan Pengupahan, menilai ketentuan Permenaker No.17/2005 sebagai dasar pertimbangan penetapan upah minimum belum optimal.

Hal ini berkaitan dengan penetapan angka kebutuhan hidup layak, pertumbuhan ekonomi dan produktivitas, pertimbangan pasar kerja, dan usaha marginal itu sendiri.

Hariyadi menilai hampir semua komponen tersebut tidak dapat menjadi acuan untuk menetapkan upah minimum, seperti usaha marginal.

Kecenderungan sasaran penetapan upah minimum, lanjutnya, tidak memerhatikan kepentingan usaha marginal, tetapi hanya pada kelompok usaha menengah dan besar. "Kelompok usaha kecil dan mikro cenderung tidak diperhatikan."

Oleh karena itu, Apindo tetap menginginkan agar usaha marginal tetap dimasukkan sebagai salah satu faktor penentu upah minimum.

(6)

Bisnis I ndonesia Senin, 01 September 2008

"Kalau kebutuhan hidup layak setiap tahun pasti naik, sementara usaha margin kan bisa saja turun, jadi tidak kongruen," katanya.

(7)

Suara Pembaruan Selasa, 02 September 2008

Re v isi UU Pe m ilu Ja n g a n M e le b a r

[JAKARTA] Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Muhaimin Iskandar menyatakan setuju pada usulan merevisi secara terbatas Undang-Undang 10/2008 tentang Pemilihan Anggota DPR, DPD, dan DPRD (UU Pemilu) untuk mengakomodasi penggunaan suara terbanyak dalam penetapan calon anggota legislatif (caleg).

Namun, dia mengingatkan agar revisi itu tidak melebar ke pasal-pasal lain. "Harus hati-hati. Jangan sampai revisi terbatas mengganggu tahapan pemilu bahkan sistem pemilu yang sudah disepakati oleh UU tersebut," kata Muhaimin di Jakarta, Senin (1/9).

Dikatakan, jika keinginan revisi terbatas dikabulkan, bisa saja banyak pihak yang akan mengusulkan sejumlah pasal lain untuk direvisi. Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB), ujarnya, masih tidak puas dengan beberapa pasal dalam UU itu.

Karena itu, jika ada keinginan untuk merevisi secara terbatas UU Pemilu, hendaknya dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Jangan sampai melebar ke pasal-pasal lain yang selama ini tidak memuaskan banyak kalangan.

"Selain itu, revisi terbatas jangan sampai berdampak pada munculnya gugatan balik ke Mahkamah Konstitusi (MK), seperti yang juga sudah terjadi sebelumnya, pada UU ini," katanya.

Sebelumnya, MK juga sudah membatalkan pasal 316 UU 10/2008 dan membolehkan partai politik peserta pemilu 2004 yang memperoleh sekurang-kurangnya 3 persen jumlah kursi di DPR menjadi peserta Pemilu 2009. MK menilai pasal tersebut bertentangan dengan konstitusi.

"Hal-hal ini yang harus dijaga. Jangan sampai terulang lagi. Jika revisi UU Pemilu melebar atau diperluas, pasti akan membongkar sistem pemilu yang sudah disepakati pada UU ini, yang dibuat dengan memakan waktu dan energi serta lobi-lobi yang sangat panjang," kata Muhaimin.

Secara terpisah, Wakil Ketua Komisi III Azis Syamsuddin dari Fraksi Partai Golkar mengatakan, pihaknya tetap akan memperjuangkan revisi terbatas untuk mewujudkan proses demokrasi yang lebih baik. "Mudah-mudahan dalam rapat badan musyawarah (Bamus) pekan ini, agenda revisi terbatas bisa dibahas dan disahkan pada paripurna," katanya.

Sebelumnya, Ketua DPR Agung Laksono mengatakan rumusan revisi terbatas Pasal 214 UU Pemilu sedang diharmonisasikan di Badan Legislasi (Baleg) DPR. Dia berharap, pada Kamis (4/9), revisi itu bisa dibahas oleh Bamus DPR.

Sikap Pemerintah

Sementara itu, pemerintah akan mendukung penentuan caleg terpilih berdasarkan suara terbanyak. Apalagi, usulan itu sudah diajukan pemerintah saat RUU Pemilu masih dalam bentuk draf. Pemerintah siap mendukung asal DPR mengajukan revisi terbatas itu.

Penegasan sikap pemerintah itu disampaikan Menteri Sekretaris Negara, Hatta Rajasa di Istana Negara Jakarta, kemarin.

(8)

Suara Pembaruan Selasa, 02 September 2008

Dengan ketentuan itu pula, lanjut menteri dari Partai Amanat Nasional itu, kader-kader partai yang tidak mendapat nomor urut jadi dalam partainya tidak perlu mengundurkan diri dari pencalonan sebagai anggota legislatif.

Sejumlah fraksi di DPR, seperti Fraksi Partai Demokrat, Fraksi Partai Golkar, dan Fraksi Partai Amanat Nasional, mengusulkan revisi terbatas UU 10/2008.

(9)

Suara Pembaruan Selasa, 02 September 2008

W a p r e s: Pe la k sa n a a n Pilk a d a D isa t u k a n

[JAKARTA] Pemerintah berencana untuk menyatukan pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) di seluruh Indonesia dalam satu hari saja. Penyatuan pilkada diharapkan bisa menghemat anggaran.

Hal itu ditegaskan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla di hadapan peserta Kursus Reguler Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) angkatan ke-41 di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (1/9). "Saya sarankan untuk menyatukan seluruh pilkada agar stabilitas politik tetap terjaga," ujar Wapres. Menurutnya, konflik di daerah-daerah terjadi karena sistem yang begitu ramai dan tidak sederhana.

Dia mengambil contoh, saat ini Indonesia merupakan satu-satunya negara yang menggelar pemilu paling banyak di dunia. "Dalam satu kabupaten saja, orang bisa ikut pemilu lima hingga delapan kali selama lima tahun. Berapa biaya yang dikeluarkan. Kita adalah negara yang paling besar mengeluarkan dana untuk pemilu," katanya.

Wapres mengemukakan jika sistem politik Indonesia tidak sederhana, partisipasi masyarakat akan menjadi kecil dan biaya akan semakin besar. Namun, ujarnya, dalam rangka ketahanan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), semua masyarakat Indonesia harus memiliki tujuan yang sama, yakni menjaga kedaulatan negara.

"Meski kita berbeda warna atau partai, tetapi tujuannya harus satu. Walaupun caranya berbeda-beda. Karena, dalam menjaga NKRI, tidak ada suatu langkah yang bisa berjalan sendiri," ujarnya.

(10)

Seputar I ndonesia Rabu, 03 September 2008

Bu r u h PT Br id g e st on e M og ok Ke r j a

Wednesday, 03 September 2008

KARAWANG (SINDO) – Ribuan karyawan pabrik ban terkenal PT Bridgestone Tire Indonesia (BTI) di kawasan industri Surya Cipta,Teluk Jambe Timur, Kabupaten Karawang, kemarin mogok kerja.

Ketua Komisariat Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) PT BTI Syarifudin menuturkan, aksi ini merupakan reaksi atas sikap perusahaan yang selama ini melanggar perjanjian kerja bersama (PKB). ”Perusahaan banyak melanggar kesepakatan yang pernah dibuat bersama,”tandasnya.

Menurut dia, perusahaan menolak pengajuan dari karyawan mengenai kenaikan bonus tahunan.Karyawan meminta bonus tahunan kali ini ada kenaikan.”Kami menuntut kenaikan bonus tahunan dari 215% gaji pokok atau setara dengan Rp6 juta menjadi 450% atau setara dengan Rp12 juta,”ujar Syarifudin. Selain itu,akibat ekspansi perusahaan, tanggung jawab karyawan semakin berat.

”Awalnya satu mesin produksi dipegang 3–5 orang,saat ini mesin dipegang oleh satu orang,”katanya. Menurut dia, perusahaan juga mengeluarkan kebijakan lain tanpa dikomunikasikan terlebih dulu kepada karyawan. Misalnya pengurangan tunjangan makan dengan sistem subsidi, tunjangan transportasi, dan pembiayaan kesehatan.

(11)

Seputar I ndonesia Rabu, 03 September 2008

D u a Bu la n Ta k D ig a j i,Bu r u h D a t a n g i D isn a k e r

Wednesday, 03 September 2008

BANDUNG BARAT(SINDO) – Sedikitnya 150 buruh PT Nanco Mate Muda Jaya di Jalan GA Manulang, Padalarang, kemarin pagi mendatangi Kantor Dinas Kependudukan, Catatan Sipil,Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Mereka mengadukan pihak manajemen perusahaan yang telah memangkas sejumlah hak pekerja, termasuk pembayaran dua bulan gaji,Juli-Agustus. “Kedatangan kami ke sini agar dinas tenaga kerja melaluibidangpengawasannya bisa menindak pihak perusahaan yang sudah semena-mena terhadappekerja,” katakoordinator pekerja Dadang Suhendar di Kantor Dinas Kependudukan, CatatanSipil,TenagaKerja, dan Transmigrasi,Jalan Raya Gadobangkong No 112.

Selain dua bulan gaji yang takdibayarkan,perusahaanjuga hanya menggaji buruh Rp820.000, di bawah standar upah minimum regional (UMR) KBBsenilaiRp895.980. Lainnya uang Jamsostek yang tidak pernah dibayar meski gaji karyawan sudah dipotong 2%.Kondisi ini sudah berlangsunglimatahuntapibelumada solusi dari pemerintah.

(12)

Seputar I ndonesia Rabu, 03 September 2008

Pa r iw isa t a Ba li Ba n y a k M e n y e r a p Te n a g a Ke r j a

Wednesday, 03 September 2008

DENPASAR(SINDO) – Daya serap tenaga kerja oleh industri pariwisata Bali pada 2008 menunjukkan peningkatan.

Survei Bank Indonesia 2008 ini mencatat penyerapan tenaga kerja di perhotelan mencapai lebih dari 5%. Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,yang kurang dari 2%.

Menurut Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia Provinsi Bali Sukadana, kenaikan tersebut merupakan salah satu dampak dari naiknya wisatawan asing ke Bali bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.Pada periode Januari– Juli 2008, jumlah turis mancanegara yang berkunjung ke Bali mencapai 1,1 juta orang.

Sukadana mengaku telah merasakan dampak dari mulai pulihnya pariwisata di Bali. Pihaknya bahkan mengaku kekurangan tenaga pramuwisata untuk negara Prancis dan Belanda.”Kami sekarang kewalahan untuk memenuhi pesanan pramuwisata,”katanya.

(13)

Bisnis I ndonesia Kamis, 04 September 2008

Pe n g ir im a n TKI Ja t im t u r u n 5 0 %

SURABAYA: Pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Jawa Timur pada bulan Ramadan kali ini turun hingga 50%, dibandingkan dengan bulan biasa, sedangkan arus mudik pekerja diperkirakan meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu.

Benny P Kedang, Sekretaris Asosiasi Pengusaha Jasa Tenaga Kerja Indonesia (APJATI) Jawa Timur, mengatakan sebagian calon TKI yang sudah mendaftar, memilih menunda keberangkatan hingga satu bulan setelah Lebaran.

"Jadi pada Agustus hingga September 2008, pengiriman TKI asal Jatim akan turun hingga separuh lebih dibandingkan dengan rata-rata per bulan yang mencapai 5.000 orang," kata Benny, kemarin.

Sebaliknya, menjelang Lebaran, TKI yang bekerja di Malaysia, kawasan Timur Tengah, Hong Kong, dan Taiwan akan mudik ke kampung halaman.

(14)

Bisnis I ndonesia Kamis, 04 September 2008

Kamis, 04/09/2008

Ke be r a da a n BN P2 TKI dipe r t a ny a k a n

Perlindungan TKI minim, UU akan diamendemen

JAKARTA: Komisi IX DPR dan Departemen Tenaga Kerja & Transmigrasi (Depnakertans) sepakat agar Undang-Undang No. 39/2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja di Luar Negeri diamendemen, menyusul minimnya perlindungan terhadap TKI di luar negeri.

Data Migrant Care, organisasi yang fokus pada perlindungan tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri, menunjukkan tenaga kerja Indonesia yang meninggal di luar negeri dalam periode Januari hingga Agustus 2008 mencapai 107 orang.

"Amendemen perlu dilakukan, terutama mengenai fungsi dan peran BNP2TKI [Badan Nasional Penempatan & Perlindungan TKI]. Dengan adanya badan ini, nasib TKI di luar negeri tidak lebih baik, khususnya di daerah penempatan. Sebaiknya bubar saja [BNP2TKI], toh tugasnya belum terbukti sama sekali," ujar Ketua Komisi IX DPR Ripka Tjiptaning, seusai rapat kerja dengan Depnakertrans, kemarin.

Dia menilai minimnya perlindungan terhadap TKI di luar negeri juga akibat tidak adanya koordinasi antara Depnakertrans dan BNP2TKI.

"Masing-masing pihak tidak menjalankan tugas dan wewenangnya. Depnakertrans tidak mengawasi badan tersebut, di sisi lain BNP2TKI merasa tidak harus bertanggung jawab kepada Depnakertrans," jelasnya.

Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi Erman Suparno menyerahkan sepenuhnya rencana amendemen undang-undang tersebut kepada DPR. Namun, dia juga mengingatkan BNP2TKI merupakan badan teknis yang harus bertanggung jawab kepada departemen teknis yaitu Depanakertrans.

"BNP2TKI itu bukan badan strategis yang harus bertanggung jawab ke Presiden, Tidak pas kalau Presiden harus ikut campur terhadap urusan teknis. Oleh karena itu, badan harus di bawah menteri dan bertanggung jawab ke menteri," jelasnya.

Moh. Jumhur Hidayat, Kepala BNP2TKI, juga setuju UU penempatan & perlindungan TKI di luar negeri diamendemen, sepanjang demi untuk kepentingan perbaikan perlindungan tenaga kerja di luar negeri.

Namun, dia membantah apabila amendemen UU itu dilakukan karena kinerja lembaga yang dipimpinnya dinilai lemah oleh berbagai kalangan.

"Sejauh ini kami sudah melakukan langkah-langkah penting untuk meningkatkan perlindungan terhadap tenaga kerja di luar negeri, sayangnya apa yang kami lakukan tidak didukung, bahkan justru dihambat oleh pihak lain, sehingga upayanya tidak tercapai," jelasnya.

Minim proteksi

(15)

Bisnis I ndonesia Kamis, 04 September 2008

Pemerintah, menurutnya, hanya sibuk mengurus perluasan daerah penempatan dan perolehan remitansi sebesar-besarnya, tanpa memikirkan nasib tenaga kerja, baik sebelum berangkat maupun setelah pulang dari luar negeri.

Anis sepakat UU No. 39/2004 diamendemen, karena tidak menjamin pemenuhan hak buruh migran.

"Upaya perlindungan masih sama seperti dulu-dulu, sama sekali tidak mengalami perubahan. Terus terang, ini sangat mencolok, sehingga kinerja BNP2TKI perlu dipertanyakan kembali," ujarnya.

Menanggapi tingginya angka kematian TKI di luar negeri, Jumhur menilai hal itu disebabkan oleh sistem yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Sistem pengawasan baru yang diterapkan BNP2TKI, menurut Jumhur, tidak berjalan karena dihambat dengan penerapan sistem lama di bawah Depnakertrans.

"Jadi wajar saja angka TKI yang meninggal naik terus, karena meskipun kami sudah melakukan sejumlah upaya, tetap saja kami dihalangi oleh sistem lama," katanya. (maria.benyamin@bisnis.co.id)

(16)

Kompas Sabtu, 06 September 2008

Opini Jakarta | Sabtu, 06 Sep 2008

M e n g u r a n g i Pe n g a n g g u r a n Te r d id ik

by : Fransiskus Saverius Herdiman

Antonius Wiwan Koban

Masalah ketenagakerjaan di Indonesia kembali memunculkan satu problem yang signifikan, yaitu besarnya angka pengangguran terdidik. Yang dimaksud dengan pengangguran terdidik adalah mereka yang mempunyai kualifikasi lulusan pendidikan yang cukup namun masih belum memiliki pekerjaan.

Pada tahun 2008 ini, sebanyak 4,5 juta dari 9,4 juta orang pengangguran berasal dari lulusan SMA, SMK, program Diploma, dan Universitas. Artinya, separuh dari total angka pengangguran adalah pengangguran terdidik. Mereka ini sebetulnya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, namun tidak terserap oleh pasar kerja.

Yang memprihatinkan pula, jumlah pengangguran terdidik meningkat dari tahun ke tahun. Proporsi penganggur terdidik dari total angka pengangguran pada tahun 1994 sebesar 17 persen, pada tahun 2004 menjadi 26 persen, dan kini tahun 2008 menjadi 50,3 persen.

Pendikan dan Lapangan Kerja

Penyebab utama terjadinya pengangguran terdidik adalah kurang selarasnya perencanaan pembangunan pendidikan dan perkembangan lapangan kerja, sehingga lulusan institusi pendidikan tidak terserap ke lapangan kerja.

Ada faktor-faktor lain pula yang menyebabkan besarnya angka pengangguran terdidik, antara lain preferensi atau pemilihan jenis pekerjaan yang diminati, dan kurang sesuainya kualifikasi angkatan kerja terdidik dengan kebutuhan penyedia lapangan pekerjaan.

Semakin besarnya angka pengangguran terdidik secara potensial dapat menyebabkan dampak yaitu: (1) timbulnya masalah sosial akibat pengangguran, (2) pemborosan sumber daya pendidikan, (3) menurunnya penghargaan dan kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan.

Pengangguran terdidik harus dikurangi dari dua sisi,yaitu pendidikan dan ketenagakerjaan. Dari sisi pendidikan, sudah jelas bahwa dunia pendidikan harus dapat menghasilkan output lulusan yang siap diserap oleh pasar kerja. Artinya, pendidikan yang berkualitas yang berorientasi pada pasar kerja menjadi mutlak.

Yang dapat kita perbaiki adalah mewujudkan pendidikan yang berbasis pada pasar kerja (labour market based). Prosesnya selama ini adalah product oriented, yaitu dunia pendidikan lebih fokus pada upaya menghasilkan lulusan yang berkualitas. Namun kualitas dan karakteristik seperti apa yang dibutuhkan oleh pasar kerja? Oleh karena itu, labour market oriented, saat ini lebih tepat untuk menjawab kebutuhan pasar kerja akan tenaga kerja berkualitas, dan pada akhirnya mengurangi pengangguran terdidik.

(17)

Kompas Sabtu, 06 September 2008

Kewirausahaan

Mengurangi pengangguran pada umumnya, dan pengangguran terdidik pada khususnya, mengingatkan kita pada harapan akan tumbuhnya enterpreneurship atau kewirausahaan. Namun, seperti tercatat dalam Sensus Ketenagakerjaan Nasional 2007, hanya 5 persen dari jumlah angkatan kerja kita yang berminat pada kewirausahaan.

Selebihnya, mayoritas berlomba-lomba menjadi karyawan (bekerja pada pihak lain untuk mendapatkan upah atau gaji). Padahal ada harapan kewirausahaan sebagai langkah untuk pemberdayaan angkatan kerja menciptakan lapangan kerja bagi diri sendiri dan orang lain.

Kewirausahaan juga diragukan dapat menjadi solusi apabila tidak ada dukungan dari sistem ekonomi pasar yang lebih besar. Usaha-usaha mandiri apalagi yang kecil, bisa mati apabila tidak ada industri besar dan investor besar yang menopang. Sebetulnya, di sini peran dan tantangan Pemerintah signifikan, yaitu menciptakan iklim yang kondusif untuk menarik investor sehingga kewirausahaan dalam negeri dapat hidup.

Pendidikan Profesional

Sejalan dengan perubahan kebijakan pendidikan berdasarkan pasar kerja (labour market based) seperti dijelaskan di atas, pendidikan profesional dapat menjadi langkah yang tepat. Bidang-bidang usaha membutuhkan tenaga-tenaga profesional. Perbankan membutuhkan tenaga profesional perbankan yang handal, telekomunikasi membutuhkan tenaga profesional yang handal, begitu pula bidang lainnya.

Pelaku usaha tahu lebih tepat bagaimana karakter dan kualifikasi yang dibutuhkan. Pelaku usaha ini, apalagi korporat besar, dapat menyelenggarakan lembaga pendidikan profesional sesuai bidang dan kebutuhan masing-masing. Menyebut beberapa contoh, seperti Institut Bank Indonesia, Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, adalah beberapa contohnya.

Bila korporat-korporat besar di berbagai bidang-bidang kerja dapat menyelenggarakan lebih banyak program pendidikan seperti itu, tentunya akan ada penyerapan angkatan belajar ke lembaga pendidikan dengan output berdasarkan kebutuhan pasar kerja. Pemerintah dapat mendukung dengan memberikan insentif-insentif yang relevan. Perusahaan dengan program Corporate Social Responsibility (CSR) dan para filantrofi lainnya dapat merespons pula dengan program bantuan dan beasiswa, yang pastinya juga dibutuhkan.

Dengan demikian, diharapkan pengangguran terdidik dapat dikurangi, dan yang ada adalah angkatan belajar yang terserap ke lembaga pendidikan profesional yang tahu persis kebutuhan dan ketersediaan lapangan kerja. Kepastian SDM profesional dapat menarik kepercayaan investor untuk menanamkan modal, yang artinya adalah membuka lapangan pekerjaan pula, sebagai salah satu mata rantai solusi pengurangan pengangguran.

(18)

Kompas Senin, 08 September 2008

ketenagakerjaan

Ra t u sa n Rib u Bu r u h H a r ia n Le p a s Ta k D a p a t TH R

Senin, 8 September 2008 | 00:06 WIB

Medan, Kompas - Sedikitnya 800.000 buruh harian lepas perkebunan di berbagai daerah Sumatera Utara dipastikan tak mendapat tunjangan hari raya. Persoalan ini terjadi setiap tahun, tetapi pemerintah dan perusahaan perkebunan tutup mata terhadap masalah ini.

Data riset Kelompok Pelita Sejahtera (KPS), lembaga swadaya masyarakat yang melakukan pendampingan terhadap buruh harian lepas di berbagai perkebunan, menyebutkan, jumlah 800.000 buruh merupakan angka temuan. Jumlah buruh harian lepas yang tak bisa mendapat THR sebenarnya bisa mencapai angka 1 juta orang.

”Kondisi ini terjadi di hampir semua perkebunan besar yang ada di Sumut. Temuan kami, jumlah buruh harian lepas di Sumut 800.000 orang. Namun, jumlah ini bisa mencapai 1 juta orang,” ujar Ketua KPS Gindo Nadapdap di Medan, Minggu (7/9).

Mereka berhak

Menurut Gindo, berdasarkan lamanya buruh harian lepas ini bekerja, mereka berhak atas THR sebagaimana layaknya buruh tetap.

”Berdasarkan lama kerja, mereka berhak atas THR minimal satu bulan gaji, tetapi tidak pernah diberi. Selain THR, mereka tidak pernah memperoleh Jamsostek, upah juga di bawah UMR,” katanya.

Daniel Sibarani dari Divisi Pengorganisasian dan Riset KPS mengatakan, riset terhadap buruh harian lepas perkebunan di lakukan di empat daerah, Langkat, Serdang Bedagai, Asahan, dan Labuhan Batu. ”Makanya kasus ini rata ditemukan di hampir semua perusahaan perkebunan. Hampir setiap tahun mereka tak mendapatkan hak sebagaimana layaknya buruh tetap di sebuah perusahaan,” katanya.

Menurut Daniel, kondisi buruh harian lepas perkebunan yang tak mendapat hak sebagaimana buruh tetap juga sulit diintervensi pemerintah.

”Ada aturan mengenai buruh harian lepas yang menjadi wewenang Badan Kerja Sama Perusahaan Perkebunan. Lembaga ini yang mengatur sehingga pemerintah sulit memperbaiki nasib mereka,” katanya.

(19)

Binsis I ndonesia Selasa, 09 September 2008

Je p a n g d im in t a r e k r u t le b ih b a n y a k p e k e r j a

I ndone sia

TOKYO: Mennakertrans Erman Suparno meminta agar perusahaan Jepang mau memperbesar kapasitas pasar kerjanya bagi Indonesia, termasuk dalam jumlah penerimaan tenaga kerja trainee dan sektor-sektor yang bisa dimasuki.

Hal itu disampaikan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Mennakertrans) secara terbuka dalam sambutannya pada acara penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) antara Depnakertrans dan IMM, asosiasi perusahaan penyalur tenaga kerja beranggota 2.000 perusahaan Jepang di Tokyo, akhir pekan lalu.

MoU dilakukan oleh Dirjen Pelatihan dan Peningkatan Produktivitas Masri Hasyar dan Presiden IMM Kyoei Yanagisawa, disaksikan oleh Menakertrans dan Wakil Dubes RI untuk Jepang Ronny P. Yuliantoro.

"Kepada IMM, selama saya menjadi menteri, saya minta jumlah tenaga kerja yang bisa bekerja di Jepang ditambah lagi. Demikian juga sektor-sektor lapangan kerjanya," kata Erman.

Menteri mengemukakan hal itu merespons sambutan dari Presiden Kyoei Yanagisawa yang menyebutkan total jumlah tenaga kerja magang, atau biasa disebut kenshushei asal Indonesia hingga kini telah mencapai 28.000 orang.

"Jumlah 28.000 orang itu kurang banyak. Kalau bisa ditambah berarti prestasinya IMM baru bagus," kata Erman yang langsung saja disambut tepuk tangan riuh oleh undangan yang hadir.

MoU yang ditandatangani antara pemerintah Indonesia dan IMM pada intinya menyangkut soal perbaikan mekanisme teknis pengiriman dan upaya peningkatan kesejahteraan tenaga kerja magang dari Indonesia.

Untuk mencegah terjadinya persoalan antara perusahaan dan tenaga kerja Indonesia, menteri meminta kedua belah pihak untuk membentuk forum komunikasi yang bisa menjadi solusi bagi persoalan tersebut.

Investasi

Pada kesempatan itu, Erman juga menjelaskan soal kebijakan pemerintah terkait dengan pembangunan ekonomi Indonesia yang menyangkut tenaga kerja dan investasi.

Pemerintah telah bertekad untuk meningkatkan kesejahteraan dan memberikan berbagai kemudahan dalam berinvestasi di Indonesia.

"Saya juga mengundang agar perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja Indonesia juga ikut berinvestasi ke Indonesia," ujar Erman yang mengaku pernah menjadi direktur di salah satu perusahaan kontraktor besar Jepang, Taishe Corp.

Di hadapan sekitar 100 orang, termasuk 50 pimpinan dari perusahaan mitra IMM, Yanagisawa juga mengimbau perusahaan anggota asosiasi itu untuk turut me-nanamkan modalnya di In-donesia, mengingat jalinan kerja sama yang sudah lama dibangun.

"Saya sudah berpuluh kali ke Indonesia dan terlihat semakin ada perbaikan dalam iklim investasi," katanya.

Kerja sama Depnaker dan IMM telah berlangsung sejak 1993 dan setiap tahun IMM menerima sedikitnya 1.000 hingga 2.000 tenaga kerja magang dari Indonesia.

(20)

Bisnis I ndonesia Rabu, 10 September 2008

Layanan

Kir im a n u a n g TKI a sa l Blit a r m e n u r u n

KEDIRI: Pengiriman uang masuk (incoming remittance) dari tenaga kerja Indonesia asal Blitar dan Tulungagung, Jawa Timur mengalami penurunan.

Data Kantor Bank Indonesia (BI) Kediri menyebutkan selama triwulan II 2008, incoming remittance dari TKI/TKW (tenaga kerja wanita) asal Blitar tercatat hanya Rp62,30 miliar atau menurun sekitar 2,25% dibandingkan dengan triwulan I 2008 yang mencapai Rp63,73 miliar.

Demikian halnya yang terjadi di Kabupaten Tulungagung. Pada triwulan II jumlah uang yang dikirimkan para TKI/TKW asal daerah penghasil marmer melalui jasa lembaga pengiriman uang, baik perbankan maupun nonperbankan tercatat hanya Rp80,41 miliar.

Jumlah ini menurun sekitar 0,24% dibandingkan dengan triwulan I 2008 yang mencapai Rp80,61 miliar.

(21)

Bisnis I ndonesia Rabu, 10 September 2008

Pe m e r in t a h op t im ist is t a r g e t p e n g ir im a n TKI

t e r ca pa i

JAKARTA: Badan Nasional Penempatan & Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) selama enam bulan pertama tahun ini mengirimkan 310.113 tenaga kerja ke luar negeri.

Dari jumlah tersebut, 195.317 orang di antaranya berangkat ke negara-negara di Asia Pasifik dan Amerika, sedangkan sisanya ke Timur Tengah, Afrika, dan Eropa.

Dari data badan itu itu, tercatat 10 negara yang selama ini menjadi penerima TKI terbesar yakni Malaysia (122.450), Arab Saudi (75.770), Taiwan (34.141), Hong Kong (18.287), Uni Emirat Arab (14.191), Singapura (13.441), Kuwait (12.205), Korea Selatan (4.035), Yordania (4.034), dan Oman (3.691).

Dengan jumlah pengiriman sebanyak itu, Ketua BNP2TKI Moh. Jumhur Hidayat optimistis upaya menggenjot pengiriman TKI ke luar negeri 600.000-700.000 orang sampai akhir tahun ini bisa tercapai.

Hal itu ditopang oleh sejumlah langkah oleh badan itu yang tengah menyasar negara - negara baru sebagai sasaran penempatan TKI, di antaranya di Timur Tengah, Afrika, dan Eropa.

Di sisi lain, badan tersebut tengah fokus pada peningkatan jumlah tenaga kerja Indonesia di negara-negara Asia Pasifik dan Amerika yang saat ini mencatat angka kebutuhan terhadap TKI yang cukup besar, seperti Malaysia, Taiwan, Korea Selatan, dan Singapura.

"Dengan sejumlah upaya itu, kami yakin sampai akhir tahun angka pengiriman TKI ke luar negeri bisa mencapai 600.000-700.000 orang," katanya.

Dia mengemukakan hal tersebut di Jakarta di sela-sela acara persiapan Safari Ramadhan Menyapa TKI, Senin malam.

BNP2TKI juga mencatat terdapat kurang lebih 191.146 TKI yang pulang sepanjang Januari hingga Juli 2008. Dari jumlah itu, 25.900 orang adalah TKI yang bermasalah di luar negeri.

Sangat beragam

Persoalan yang dihadapi TKI sangat beragam, mulai dari pekerjaan tidak sesuai, tidak mampu bekerja, gaji tidak dibayar, dokumen tidak lengkap, penganiayaan, pelecehan seksual, majikan bermasalah, hingga masalah komunikasi yang tidak lancar.

Adapun persoalan lain yang turut menjadi penyebab kepulangan TKI bermasalah adalah kecelakaan kerja, sakit akibat kerja, sakit bawaan, majikan meninggal, hamil, membawa anak, dan pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak.

"Penyebab lainnya karena meninggal," tambah umur.

Meski tak menyebutkan angka TKI yang meninggal secara pasti, Jumhur mengakui jumlah TKI yang meninggal di luar negeri cukup tinggi.

(22)

Bisnis I ndonesia Rabu, 10 September 2008

Menurut dia, banyak pihak perusahaan jasa pengiriman TKI yang cenderung mengirimkan TKI tanpa mengikuti prosedur pemeriksaan kesehatan yang disyaratkan.

(23)

Jurnal Nasional Rabu, 10 September 2008

Politik - Hukum - Keamanan Jakarta | Rabu, 10 Sep 2008

Pe m e r in t a h H on g Kon g D id e sa k N a ik k a n Ga j i TKI

by : M. Yamin Panca Setia

TENAGA Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Hong Kong mendesak Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Hong Kong untuk bertindak tegas kepada para agen yang telah semena-mena memangkas gaji para TKI.

Gaji TKI yang seharusnya diterima sebesar 3.400 dolar Hong Kong (HK$) dipangkas melebihi 10 persen sehingga merugikan TKI. Umumnya, TKI di Hong Kong hanya mendapatkan HK$2.000 setiap bulannya. Praktik penyunatan gaji para TKI itu diduga diketahui oknum di KJRI Hong Kong, namun tidak ada tindakan tegas dari KJRI Hong Kong.

Demikian pernyataan Endang Yulianingsih, Wakil Ketua Solidaritas Migran Scalabrini (SMS), kemarin. Menurut dia, pemangkasan gaji TKI itu melanggar peraturan dan kontrak kerja yang sudah ditandatangani.

"Selama tujuh bulan kami hanya menerima HK$2.000 di Hong Kong, sepengetahuan agen di Indonesia. Itu sudah melanggar. Pemerintah harus mengambil tindakan. Tapi, KJRI Hong Kong tidak mengambil tindakan. Padahal 100 persen KJRI itu tahu praktik agen nakal itu," kata Endang.

Menurut Hong Kong Employment Ordinance, biaya agen tidak boleh lebih dari 10 persen upah sebulan buruh migran, yang rata-rata HK$3.580 (setara Rp4,2 juta). Namun dalam praktiknya, agen sering memotong upah TKI sampai HK$21.000 (setara Rp24,6 juta).

TKI di Hong Kong juga mendesak pemerintah Indonesia untuk melobi pemerintah Hong Kong agar dapat menaikkan gaji TKI yang sebelumnya KH$3.400, kini turun menjadi HK$2.000 atau setara Rp2,3 juta.

Endang yang sering mendampingi TKI di Hong Kong mengungkapkan, banyak buruh migran di Hong Kong yang diupah di bawah standar (underpayment). Sementara mereka dipaksa untuk bekerja ganda, tidak hanya untuk satu majikan, namun bisa dua hingga empat majikan.

"Paspor kita kan dipegang oleh majikan. Lalu dipekerjakan ganda, untuk dua hingga empat rumah. Sementara kita underpayment. Sangat mengenaskan. "2.000 dolar Hong Kong itu cukup bertentangan dengan peraturan di Hong Kong," katanya.

(24)

Jurnal Nasional Kamis, 11 September 2008

Nusantara | Semarang | Kamis, 11 Sep 2008 06:45:00 WIB

Se r ik a t Pe k e r j a D im in t a Ak t if Aw a si Pe m b e r ia n TH R

KALANGAN serikat pekerja di Jawa Tengah diminta proaktif mengawasi proses pemberian tunjangan hari raya (THR) Idulfitri 2008.

Anggota Komisi E DPRD Jawa Tengah, Aisyah Dahlan, di Semarang, Rabu (10/09), mengatakan pengawasan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya perusahaan yang tidak memenuhi kewajiban memberi THR.

Ia menegaskan, perusahaan yang tidak memenuhi kewajiban memberi THR harus dijatuhi sanksi.

"Perusahaan harus taat terhadap aturan dan karyawan dapat memberikan upaya perlawanan jika haknya tidak terpenuhi," katanya.

Menurutnya, serikat pekerja suatu perusahaan memiliki peran penting dalam mendukung tenaga kerja.

Ia mengungkapkan, buruh sering berada dalam posisi lemah dan tidak memiliki keberanian untuk melawan kebijakan perusahaan yang merugikan.

(25)

Seputar I ndonesia Kamis, 11 September 2008

Ke ce w a Le la n g ,Bu r u h An ca m N g in a p d i Pe n g a d ila n

Thursday, 11 September 2008

BANDUNG(SINDO) – Puluhan buruh eks PT Nain Tex Bandung mengancam bakal menginap di kantor Pengadilan Negeri (PN) Bandung lantaran kecewa dengan berlarut-larutnya proses lelang aset perusahaan.

Sejak tiga hari berturutturut puluhan buruh perempuan bahkan anak-anak balita mendatangi kantor PN Bandung di Jalan LE Martadinata, Kota Bandung,kemarin. Kedatangan mereka guna bertemu dengan Ketua PN Krensa Menon mempertanyakan proses lelang yang difasilitasi PN Bandung yang tak kunjungmembuahkanhasil. Mereka kecewa sebab sudah tiga tahun menunggu proses penjualan aset perusahaan.

Kedatangan buruh eks PT Nain Tex sekitar pukul 11.00 WIB tertahan polisi di lobi kantor PN. “Kalau proses lelang seperti ini terus tidak ada kejelasan, kami minta PN agar mengizinkan kami menjual sendiri, sebab aset pabrik itu hak kami,” kata Rina, seorang buruh PT Nain Tex.Meski di bawah terik matahari mereka tetap bersemangat berorasi menyampaikan keluhan dan penderitaan nasib buruh setelah pemutusan hubungan kerja (PHK) massal beberapa waktu lalu.

Secara bergantian para buruh terus berorasi mengetuk hati para pejabat PN agar serius menyelesaikan proses lelangyangsudahberlangsungtiga tahun.Puncaknya,mereka mengancam akan tetap bertahan dan tidur di kantor PN Bandung hingga semua persoalan tuntas.Mereka tidak mau kembali ke kampung halaman dengan tangan kosong. Akhirnya perwakilan buruh diterima Ketua PN Kresna Menon dan dilakukan mediasi.

(26)

Kompas Jumat, 12 September 2008

GRESIK

Be r b a lu t M a sa la h Bu r u h d a n Lin g k u n g a n

Jumat, 12 September 2008 | 03:00 WIB

Selain menobatkan diri sebagai ”kota santri”, kotanya para wali, Kabupaten Gresik terkenal sebagai salah satu kota industri. Menurut data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Gresik, perkembangan industri di Gresik dari 2002 hingga 2006 mencapai 761 unit dengan nilai investasi Rp 1,23 triliun dengan 30.429 tenaga kerja terserap. Volume ekspor pada 2003-2007 mencapai 891,429 ton dengan nilai Rp 1,423 triliun.

Penobatan Gresik sebagai kota industri dimulai dengan berdirinya PT Semen Gresik, yang diresmikan pada 7 Agustus 1957 oleh Presiden Soekarno. Kini, perusahaan besar pertama yang bercokol di Gresik itu telah memindahkan pabriknya ke Tuban.

Bagi Gresik, sektor perindustrian jelas penyumbang dominan untuk pendapatan asli daerah. Meski demikian, berbagai ekses negatif akibat banyaknya industri menggelayuti Gresik. Bukan hanya lingkungan yang makin tercemar, tetapi juga masalah sosial, terutama terkait dengan perburuhan.

Gejolak masalah perburuhan di Gresik cukup tinggi. Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gresik Agus Muljono, akhir Agustus lalu, pemicu persoalan buruh di Gresik antara lain persoalan pengalihan status, tuntutan jaminan sosial tenaga kerja, serta upah dan tunjangan hari raya. Masalah lain adalah kasus pemutusan hubungan kerja hingga tuntutan kepastian status.

Agus menyebutkan, pertumbuhan perusahaan outsourcing di Gresik cukup tinggi. Pada tahun 1995 baru ada 22 perusahaan, tetapi kini menjadi 88 perusahaan. Rata-rata satu perusahaan outsourcing memiliki 200 hingga 2.000 karyawan yang disebar ke sejumlah perusahaan. ”Saat ini tercatat 136.000 tenaga kerja di Gresik, 30 persennya outsourcing,” kata Agus.

Industri baru

Data yang tercatat di Disnakertrans Gresik terdapat 758 perusahaan. Untuk menjaga agar investor tidak kabur karena merasa tidak nyaman di Gresik terkait gejolak buruh, sejak Juni lalu perusahaan outsourcing diawasi secara intensif sebab selama ini memang kurang pengawasan. ”Intinya, kami menegakkan aturan untuk mengurangi PHK dan pabrik-pabrik semakin diawasi dengan ketat,” kata Agus.

Sejumlah perusahaan memilih ”hengkang” dan menanamkan investasi di daerah lain dengan sejumlah alasan. Dua perusahaan besar di Gresik, pabrik PT Semen Gresik dan pabrik pengolahan kayu PT Nusantara Plywood, sudah tidak beroperasi. PT Nusantara Plywood tutup dan menyebabkan ribuan orang kehilangan pekerjaan. Pabrik tas dan koper kualitas ekspor PT Krene di Kawasan Industri Gresik akhirnya juga memberhentikan 325 karyawan, sedangkan PT Indomapan di Driyorejo memberhentikan 347 karyawan.

Sementara itu, PT Semen Gresik memindahkan aktivitas produksi dan ekspansi ke Tuban serta Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Proyek ini masih dalam tahap persiapan. Kondisi ini menyebabkan areal pabrik seluas 125 hektar sepi, sejumlah peralatan dan mesin industri di area pabrik lama di Gresik mangkrak.

(27)

Kompas Jumat, 12 September 2008

Walaupun operasional dua perusahaan besar tersebut di Gresik terhenti, muncul industri-industri baru. Bahkan, saat ini dikenal kawasan industri-industri Gresik (KIG), kawasan industri-industri Maspion di Manyar, kawasan industri Petrokimia, pusat industri di Kebomas, dan pusat industri di Driyorejo dan Wringinanom.

Selain industri pabrikasi, di Gresik berkembang pergudangan dan industri perminyakan. Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java mengembangkan eksplorasi minyak di sumur Resik 1 di Desa Sukomulyo, sumur Lengowangi1 di Desa Suci, Kecamatan Manyar, sumur South Bungoh, serta sumur Bogomiring di Cerme.

Sementara itu, Hess Indonesia Pangkah Limited mengeksploitasi gas di Ujungpangkah dan dilakukan penyulingan di Kawasan Industri Maspion Gresik. Gas dialirkan dengan pipa sepanjang 43 kilometer dari lokasi eksploitasi di Ujungpangkah hingga tempat penyulingan di Manyar Gresik.

Alih fungsi lahan

Sektor industri yang terus berkembang membutuhkan lokasi lahan yang lebih luas. Kini, beberapa lahan produktif di jalur Gresik-Lamongan, mulai dari Bunder hingga Duduksampeyan, mulai digunakan sebagai kawasan industri, khususnya pergudangan. Hal yang sama terlihat di wilayah pantai utara.

Sejumlah pabrik dan pergudangan dibangun di areal lahan yang produktif, seperti tambak ikan dan tambak garam. Bahkan, dari pengamatan pada akhir Agustus lalu, masih terlihat pengurukan tambak di wilayah Kecamatan Bungah. Hal yang sama terlihat di wilayah Kecamatan Duduksampeyan.

Sesuai rencana tata ruang wilayah Gresik 2004-2014, konversi lahan untuk industri di Gresik utara, lahan produktif berupa 2.144,7 hektar tegalan diubah menjadi kawasan industri. Selain itu, 582,18 hektar tegalan diubah menjadi kawasan permukiman. Total konversi lahan di kawasan Gresik utara 2.726,91 hektar.

Di Gresik selatan, 9.099,27 hektar sawah tadah hujan jadi permukiman; 321,71 hektar menjadi kawasan industri; dan 785,19 hektar dikonversi menjadi kawasan campuran antara industri dan permukiman. Total konversi lahan di Gresik selatan 10.206,68 hektar.

Sementara itu, di kawasan Gresik kota 146,24 hektar empang menjadi permukiman, 616,59 hektar rumput dan tanah kosong menjadi kawasan industri, dan 681,01 hektar menjadi kawasan campuran. Total konversi lahan 14.377,43 hektar.

Ketika Kompas berkeliling Gresik akhir Agustus lalu, terlihat banyak kawasan lahan di sudut-sudut kota yang sudah diuruk, tetapi tak segera digunakan untuk kegiatan industri. Selain mengurangi areal lahan produktif, pembangunan pergudangan dan pabrik menyebabkan daerah resapan air berkurang. Dalam beberapa tahun ke depan, krisis air bersih menghantui Gresik dan sekitarnya. Apalagi, bukan hanya lahan yang berkurang, tetapi tanaman bakau juga ikut menjadi korban. Sabuk hijau bakau yang berguna menangkal abrasi, akresi, hingga kemungkinan bencana tsunami kini nyaris gundul.

(28)

Kompas Jumat, 12 September 2008

”Kami yakin Gresik tetap menjadi pilihan investasi sebab memiliki banyak akses. Gresik punya pelabuhan dan jalan tol serta beberapa kawasan industri. Kami juga mempermudah pengurusan perizinan,” kata Najikh.

(29)

Kompas Jumat, 12 September 2008

Ga j i Ku r a n g , Bu r u h D e m o

Bu r u h M e b e l d i Ba n t e n Tu n t u t

Jumat, 12 September 2008 | 03:00 WIB

.

Jakarta, Kompas - Sekitar 300 buruh usia remaja PT Pisindo Artha Printing, Kawasan Berikat Nusantara Marunda, berunjuk rasa di Kantor Suku Dinas Nakertrans Jakarta Utara, Kamis (11/9). Mereka menyoal upah seminggu terakhir, yang hanya dibayar tiga hari untuk lima hari kerja, dan menuntut kenaikan upah.

Dalam aksi damai itu para buruh pabrik karton yang mayoritas perempuan muda berusia 16-18 tahun mengharapkan Suku Dinas (Sudin) Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) Jakarta Utara berperan maksimal menyelesaikan permasalahan tersebut. ”Tolong kami hanya tenaga upahan yang miskin ini,” kata Yelli (16), seorang buruh.

Menurut beberapa buruh PT Pisindo Artha Printing, perusahaan baru di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Marunda, Cilincing, Jakut, upah mereka tidak dibayarkan penuh. Hal itulah yang memaksa para buruh pabrik karton ini demo di Kantor Sudin Nakertrans Jakut. Meski telah bekerja lima hari dengan upah Rp 18.000 per hari, perusahaan hanya membayar tiga hari.

”Kami sudah bekerja dari jam 08.00 sampai 20.00. Kami berharap petugas di Sudin Nakertrans dapat membantu menyelesaikannya,” kata Hera (19), seorang buruh. Menurut Hera, para buruh tidak mendapat uang makan, transportasi, dan biaya kesehatan.

Tuntut pesangon

Puluhan eks pekerja sebuah perusahaan mebel di Desa Nameng, Rangkasbitung, Lebak, Banten, Kamis kemarin, berunjuk rasa. Mereka menuntut perusahaan membayar tunggakan tiga bulan gaji serta uang pesangon sekitar Rp 1,2 miliar.

Mereka berunjuk rasa di depan pabrik mebel PT Mitra Indokarya Lestari di Desa Nameng, Kecamatan Rangkasbitung, sekitar pukul 09.00.

Para buruh kesal lantaran pihak perusahaan tidak kunjung membayar gaji selama tiga bulan serta uang pesangon. Padahal mereka sudah menunggu lebih kurang dua tahun, setelah mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) tahun 2006.

Mereka menilai perusahaan tidak memiliki itikad baik untuk membayar tunggakan gaji dan pesangon. Karena itulah, para buruh mengajukan gugatan melalui Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Banten di Kota Serang.

Menurut Koordinator Eks Buruh Hadi Haryanto, pada sidang 2 September 2008 PHI memutuskan perusahaan bersalah. Perusahaan diwajibkan membayar pesangon, sesuai Pasal 156 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

(30)

Kompas Jumat, 12 September 2008

Pe r se lisiha n Ke r j a

Pe m k ot D im in t a Ta n g a n i Soa l PH K d i M a l Ra m a i

Jumat, 12 September 2008 | 09:58 WIB

Yogyakarta, KOMPAS - Pemerintah Kota Yogyakarta diminta untuk segera menangani kasus pemutusan hubungan kerja atau PHK massal yang menimpa 116 karyawan Mal Ramai. Selain pembahasan dari sisi hukum, Pemkot harus berupaya mendesak manajemen Mal Ramai agar memberikan sisa gaji dan tunjangan hari raya atau THR karyawan.

Hal itu disampaikan Ketua Komisi III DPRD Kota Yogyakarta Suhartono saat ditanya mengenai sikap DPRD terhadap kasus PHK yang menimpa 116 karyawan Mal Ramai. Kalau hanya melihat sisi hukum, masalah ini tidak akan selesai. Eksekutif harus berupaya membantu karyawan. Apalagi ini menjelang Lebaran, kasihan mereka, katanya, Kamis (11/9).

Perwakilan karyawan yang di PHK sekaligus sekretaris Serikat Buruh Ramai Independen (SBRI), Dwi Anton W, menuturkan, karyawan yang di- PHK merasa berhak menerima THR karena surat PHK yang berlaku mulai tanggal 12 Agustus dianggap belum memiliki kekuatan hukum. Setiap hari, karyawan yang di-PHK juga tetap datang ke tempat kerja. Sekarang sistem presensinya diblokir. Tapi, kami membuat daftar presensi sendiri untuk menunjukkan bahwa kami tetap masuk kerja, katanya.

Selain THR, mereka juga menuntut pembayaran sisa uang gaji selama setengah bulan, yakni mulai 12-24 Agustus, yang dianggap masih menjadi hak karyawan. Setelah keluar surat PHK, pembayaran gaji cuma sampai tanggal 11 Agustus. Itu berarti gaji kami hanya dibayar separuhnya, ungkapnya.

Anton menuturkan, dalam pertemuan bipartit, perwakilan karyawan sudah mengutarakan tuntutan mengenai pembayaran sisa gaji dan THR tersebut kepada pihak manajeman Mal Ramai. Namun, pertemuan bipartit itu berakhir buntu.

Menurut Kepala Bidang Perlindungan Tenaga Kerja Disnakertrans Kota Yogyakarta Bambang Sutopo, berdasarkan fakta surat PHK, menurut peraturan, ke-116 karyawan Mal Ramai tidak berhak mendapat THR. Alasannya, pada saat hari raya, masa PHK mereka sudah lebih dari 30 hari. THR masih berlaku jika masa PHK karyawan kurang dari 30 hari, katanya. Meski begitu, keputusan mengenai ada tidaknya THR akan ditentukan oleh proses pembicaraan lebih lanjut.

(31)

Pikiran Rakyat Jumat, 12 September 2008

Ek s Bu r u h N a in t e x M e n g in a p d i PN

Jum'at, 12 September 2008 , 14:37:00

BANDUNG, (PRLM).- Puluhan eks buruh PT Naintex masih bertahan di Gedung Pengadilan Negeri (PN) Bandung setelah semalam melakukan aksi menginap di lorong gedung PN Bandung. Mereka mengancam akan terus menduduki PN hingga tuntutannya dikabulkan.

Berdasarkan pemantauan “PRLM”, mereka yang menginap tidak hanya buruh laki tapi juga perempuan dan anak anaknya. "Karena tuntutan kami belum juga dikabulkan maka kami akan menginap kembali,"kata Dadang Hikmat, Jumat (12/9).

Eks buruh menuntut agar pihak PN Bandung segera mengizinkan untuk melakukan penjualan aset yang bergerak salah satunya berupa mesin PT Naintex oleh karyawan. "Tuntutan kami ini bukannya tidak berdasar, tapi kami menuntut penjualan aset itu berdasar putusan Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Bandung yang memenangkan karyawan pada tahun 2006.

Salah seorang pengunjuk rasa Aisyah mengaku, sudah bekerja di PT Naintex selama enam tahun. Dia menjelaskan eks buruh PT Naintex yang berjumlah 933 orang hanya menuntut sisa pembayaran pesangon sebesar 80%. "Kami tidak menuntut lebih, hanya segitu dan tuntutan kami itu sudah didukung dengan putusan PHI, kok kenapa pihak pengadilan menghalang halangi niat kami ini," katanya.

Sementara, Panitera seketaris PN Bandung, H. Adi Wahyono saat dikonfirmasi mengatakan akan dilakukan pembicaraan dengan para eks buruh Naintex. Namun ada satu peminat yang dijanjikan lelangnya pada hari Selasa pekan depan.

(32)

Kompas Sabtu, 13 September 2008

Tenaga kerja

M e n a k a r Ke a m p u h a n Ob a t Pe n g a n g g u r a n

Sabtu, 13 September 2008 | 00:57 WIB

Hamzirwan

Tak mudah memang menekan tingkat pengangguran. Harus ada kemauan politik yang kuat dan penegakan hukum untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif. Sepanjang kedua hal ini belum ada, kita hanya bisa bermimpi tercipta lapangan kerja baru bagi 2,5 juta angkatan kerja setiap tahun. Tapi, sampai kapan bangsa yang kaya sumber daya alam ini harus terus bermimpi?

Dari 102,05 juta orang yang bekerja, menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Februari 2008, hanya 28,52 juta orang yang bekerja di sektor formal.

Sebanyak 73,53 juta pekerja lainnya berada di sektor informal, misalnya pedagang mi dan bakso, pengepul hasil pertanian, sampai buruh tani.

Satu tahun terakhir, pemerintah berhasil mengurangi jumlah penganggur. Tingkat pengangguran terbuka turun dari 10.547.917 orang pada Februari 2007 menjadi 9.427.590 orang pada Februari 2008.

Namun, pengurangan pengangguran ini ternyata belum terlalu menggembirakan. Selama setahun terakhir, Indonesia mengalami gejala informalisasi pasar kerja.

Artinya, semakin banyak orang yang kini bekerja di sektor informal ketimbang sektor formal. Kondisi ini terjadi di saat masih lemahnya perlindungan terhadap pekerja sektor informal yang sebagian besar adalah wirausaha dan buruh tani.

Tentu suatu hal yang membuat hati kita gundah. Pemerintah pun tampaknya sangat menyadari hal ini. Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla telah mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dengan alokasi anggaran yang luar biasa besar.

Sebanyak Rp 8 triliun terserap untuk PNPM Mandiri tahun 2007, Rp 15 triliun disiapkan untuk tahun 2008, dan Rp 58 triliun lagi dicadangkan untuk tahun 2009.

Dibagi ke daerah

Tidak tanggung-tanggung, pemerintah menargetkan sebanyak 5.720 kecamatan di seluruh Indonesia menikmati dana PNPM Mandiri. Dana yang tidak sedikit ini diharapkan bisa menjadi kail bagi jutaan rakyat yang membutuhkan modal untuk memulai atau mengembangkan usaha.

”Lewat program ini, jumlah penduduk yang bekerja akan bertambah banyak. Ini merupakan program jangka pendek yang menyentuh hilir. Untuk hulunya, kami menginginkan ada perubahan sistem pendidikan nasional dengan lebih banyak porsi peningkatan kompetensi calon angkatan kerja sesuai kebutuhan pasar kerja,” kata Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno beberapa waktu lalu.

(33)

Kompas Sabtu, 13 September 2008

Depnakertrans mengalokasikan anggaran Rp 123,72 miliar untuk membiayai GPP tahun 2008. Dana tersebut dibagikan ke 357 kabupaten/kota di sepuluh provinsi, di antaranya Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Bali. Selain untuk pelatihan dan pengembangan perluasan kesempatan kerja, GPP juga ditujukan untuk pembinaan hubungan industrial dan pembinaan pengawasan ketenagakerjaan di daerah.

Mennakertrans Erman Suparno meluncurkan program ini didampingi Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di Lapangan Gelora Saparua, Bandung, pertengahan Juli lalu. Program serupa dilakukan di Sumatera Utara, awal Agustus 2008.

Minim pengawasan

Provinsi Jawa Barat mendapat alokasi dana sebesar Rp 41.495.072.100 yang terdiri dari dana perbantuan sebesar Rp 22.985.676.000, dana dekonsentrasi bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian sebesar Rp 14.948.527.000, dan bantuan langsung dari Mennakertrans sebesar Rp 3.560.869.100.

Untuk Provinsi Sumut mendapat dana sebesar Rp 34.117.816.900 guna penyerapan tenaga kerja sedikitnya 155.867 orang. Alokasi dana untuk Program Aksi GPP terdiri dari dana tugas perbantuan sebesar Rp 21.436.513.000, dana dekonsentrasi bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian sebesar Rp 5.474.404.000, serta bantuan langsung dari Mennakertrans sebesar Rp 7.206.899.900.

Adapun Provinsi Bali mendapatkan dana sebanyak Rp 17.323.761.900 dengan target penyerapan tenaga kerja sebanyak 11.460 orang.

Alokasi anggaran itu terdiri atas dana perbantuan sebesar Rp 6.399.534.000, dana dekonsentrasi Rp 6.356.938.000, dan bantuan langsung Mennakertrans Rp 4.567.289.900.

Dana-dana yang dikucurkan Depnakertrans ke daerah itu ditujukan untuk mendukung berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Kegiatan itu adalah program padat karya pembangunan infrastruktur, kewirausahaan, pendayagunaan tenaga kerja pemuda mandiri profesional, pameran lowongan kerja, dan subsidi program pelatihan keterampilan.

Sayangnya, program ini seperti dibiarkan berjalan sendiri tanpa sistem pengawasan yang terintegrasi. Direktur Pengembangan Kesempatan Kerja Ditjen Bina Penta Depnakertrans Muller Silalahi mengakui hal ini.

”Begitu dana GPP diserahkan ke pemda (pemerintah daerah), kami tak bisa lagi mengawasinya karena otonomi daerah. Tolok ukur keberhasilan GPP ini adalah seberapa besar penyerapan tenaga kerja baru di daerah. Jadi, kami hanya menunggu laporan pemda,” ujar Muller.

Tanpa standar kualitatif dan kuantitatif yang baku, tentu sulit mengukur keberhasilan program GPP. Keterbatasan rentang kendali pusat dan daerah akibat otonomi tak selayaknya jadi dalih bagi para birokrat untuk saling melempar tanggung jawab.

Harus ada target

(34)

Kompas Sabtu, 13 September 2008

Pemda pun harus memanfaatkan dana GPP untuk meningkatkan kompetensi angkatan kerja dan memperluas kesempatan kerja. Untuk ini, kepala daerah dituntut memiliki jiwa kewirausahaan agar mampu mengoptimalkan dana yang tersedia untuk menciptakan lapangan kerja baru.

Sudah bukan saatnya aparat pemerintah pusat dan daerah saling melempar bola panas pengangguran. Para birokrat di daerah harus paham, otonomi diberikan untuk memudahkan mereka menyusun kebijakan yang sesuai kondisi lokal.

Aparat pemerintah pusat pun semestinya tetap rendah hati menjalin koordinasi dengan daerah untuk menyukseskan GPP sesuai amanat rakyat.

(35)

Jurnal Nasional Senin, 15 September 2008

Nusantara | Makassar | Senin, 15 Sep 2008 11:51:46 WIB

D isn a k e r M a k a ssa r M e m in t a Pe n g u sa h a Pe r h a t ik a n

TH R Pe k e r j a ny a

DINAS Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Makassar meminta pengusaha untuk melaksanakan kewajibannya untuk membayarkan Tunjangan Hari Raya (THR) keagamaan pekerja.

"Kami telah mengeluarkan surat edaran THR karyawan yang harus dibayarkan sebelum H - 7 hari raya lebaran," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar, Baso Bachtiar di Makassar, Senin (Ant).

"Surat edaran itu diterbitkan rutin setiap tahun untuk mengingatkan pengusaha untuk memenuhi hak tenaga kerja," ucapnya.

Dia menegaskan, penerbitan surat edaran pembayaran tunjangan hari raya ini wajib untuk dilaksanakan para pengusaha di Makassar, walaupun Disnaker belum menjamin pengusaha yang tidak melaksanakan kewajibannya akan memperoleh sanksi.

Penerbitan surat edaran itu mengacu pada Peraturan Menteri Nomor 4 Tahun 1994 tentang Kewajiban Pembayaran Tunjangan Hari Raya Keagamaan Pekerja dan Perusahaan.

Aturan itu juga mewajibkan pengusaha untuk membayar tunjangan hari raya pekerja sebesar gaji pokok yang ditambah dengan tunjangan tetap.

"Yang memiliki masa kerja selama satu tahun minimal satu bulan gaji, sementara yang di bawah satu tahun ada aturan tersendiri," ungkapnya.

Dia menambahkan, sejauh ini pihaknya hanya memberikan sanksi teguran saja bagi pengusaha yang tidak menjalankan kewajibannya.

(36)

Jurnal Nasional Senin, 15 September 2008

Nusantara | Boyolali | Senin, 15 Sep 2008 18:57:14 WIB

Ka r y a w a n PT Ad e t e x Boy ola li Tu n t u t TH R

RATUSAN karyawan PT Adetex di Desa Randusari, Teras, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Senin, menggelar aksi unjuk rasa menuntut pembayaran tunjangan hari raya (THR).

RATUSAN pengunjuk rasa berorasi di depan pabrik PT Adetex menuntut pembayaran THR sesuai ketentuan minimal satu kali gaji yang diterima setiap bulan.

Ketua Serikat Pekerja Nasional (SPN) Boyolali, Wahono, mengatakan, perusahaan ini menerapkan kebijakan sepihak karena hanya memberi THR separuh dari gaji pokok karyawan.

"Kebijakan sepihak PT Adetex tersebut dinilai melanggar Permenaker Nomor 04/1994," kata Wahono.

Perwakilan pengunjuk rasa yang semula berada di luar pabrik, Senin siang itu nekat masuk pabrik, namun mereka gagal bertemu manajemen.

Menurut Wahono, konflik masalah THR muncul setelah perusahaan merumahkan (PHK) sebanyak 332 dari 813 karyawan yang bekerja di pabrik sejak April 2008.

Mereka yang dirumahkan mendapatkan gaji sebesar 50 persen dari gaji pokok dan pemberian THR hanya separuh dari gaji pokok per bulan. Meskipun dirumahkan, mereka masih resmi bersatus karyawan PT Adetex.

(37)

Jurnal Nasional Senin, 15 September 2008

Ekonomi | Jakarta | Senin, 15 Sep 2008 18:17:49 WIB

M e n a k e r t r a n s : Ga j i d a n TH R H a r u s Ba y a r Te p a t

W a k t u

MENTERI Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno, kembali mengingatkan para pengusaha di daerah untuk segera memberikan tunjangan hari raya (THR) kepada karyawannya, selambat-lambatnya tujuh hari sebelum perayaan Idul Fitri pada awal Oktober mendatang.

Erman mengatakan departemennya telah mengirimkan surat edaran kepada para Gubernur, Bupati dan Walikota di seluruh daerah yang berisikan peringatan agar tidak terjadi perlambatan proses pembayaran dana THR para pekerja atau karyawan di daerah.

Berdasarkan Undang-Undang ketenagakerjaan, maka pembagian dana THR bagi para pekerja atau karyawan yang bekerja kurang dari tiga bulan, tergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan apakah akan memberi atau tidak. Sementara itu jika lebih dari tiga bulan maka perhitungannya proporsional.

"Jika sudah mencapai satu tahun dibayarkan satu kali gaji,"ujarnya kepada media, di Jakarta, Senin (15/9).

Sementara itu, untuk memonitor pembagian dana THR tersebut, Departemen Tenaga Kerja telah membentuk Posko Lebaran yang bekerja sama dengan dinas setempat, seluruh Serikat Pekerja di daerah dan APINDO. Intinya, posko tersebut memantau proses pembagian THR dan menerima pengaduan jika ada yang terlambat. Sui

(38)

Kompas Senin, 15 September 2008

Pe ny ia pa n TKI Kur a ng

3 0 Ju t a W a r g a I n d on e sia D it op a n g TKI

Senin, 15 September 2008 | 00:38 WIB

Semarang, Kompas - Pengiriman tenaga kerja Indonesia atau TKI menyimpan banyak permasalahan. Salah satunya adalah tidak optimalnya penyiapan pemeriksaan kesehatan dan proses pelatihan mereka untuk meningkatkan kompetensi.

Demikian disampaikan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat ketika berkunjung ke Redaksi Kompas Biro Jawa Tengah, Minggu (14/9) di Kota Semarang. Jumhur bersama rombongan, sebanyak dua bus, melakukan safari Ramadhan ”Menyapa TKI” dari Banten hingga Jawa Timur.

”Setiap bulan, dari 25.000 TKI, sebanyak 500 TKI ditolak karena tidak memenuhi syarat kesehatan. Ini menjadi bukti bahwa pemeriksaan TKI di Indonesia masih kurang optimal,” kata Jumhur.

Akibatnya, mereka yang ditolak itu menjadi TKI ilegal karena tidak langsung pulang ke Indonesia karena malu dengan keluarga di Tanah Air. Ada pula TKI yang akhirnya meninggal setelah 7-9 bulan karena kondisi kesehatannya tidak sesuai dengan persyaratan yang sudah ditentukan.

Selain masalah kesehatan, Jumhur mengatakan, pelatihan kompetensi bagi para TKI sangat penting. Oleh karena itu, ia memprogramkan pusat pelatihan berbasis komunitas yang ter- sebar di daerah. ”Selama ini proses, rekrutmen, pendidikan, dan pengiriman TKI dicampur dalam satu wadah. Akibatnya, proses pendidikan tersisihkan dan TKI kurang memiliki kompetensi, kesadaran, dan pengetahuan untuk melindungi diri,” ujarnya.

Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Kependudukan Jateng Siswo Laksono mengatakan, pada tahun ini, setidaknya 45.000 TKI asal Jateng sudah dan akan ke luar negeri. Jika perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) tidak mengikuti prosedur dan ketentuan yang ada, mereka akan dikenai sanksi dari teguran sampai pencabutan izin operasi.

Ditopang TKI

Sebelumnya di Brebes, Jumhur mengemukakan, sekitar 30 juta warga Indonesia hidupnya ditopang oleh TKI. Oleh karena itu, pemerintah akan meningkatkan pelayanan dan perlindungan bagi TKI.

Jumhur mengemukakan hal tersebut di Kantor Dinas Kependudukan Catatan Sipil Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Brebes, Sabtu (13/9). Saat ini, katanya, ada enam juta penduduk Indonesia yang menjadi TKI. Mereka tersebar di 41 negara. Rata-rata satu TKI menopang hidup lima anggota keluarganya.

(39)

Bisnis I ndonesia Selasa, 16 September 2008

Ap j a t i t a r g e t k a n k ir im 1 j u t a TKI

JAKARTA: Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (Apjati) menargetkan penyaluran TKI ke luar negeri sebanyak 700.000 hingga 1 juta orang pada 2009.

Nurfaizi, Ketua Umum Apjati, mengatakan jumlah TKI di luar negeri saat ini mencapai 5 juta orang. Berdasarkan data Bank Indonesia, devisa dari sektor ini pada 2003 hingga 2008 mencapai Rp167 triliun.

"Jadi ini [pengiriman TKI] pemasukan nomor dua setelah migas. Ini belum yang termasuk yang dibawa sendiri oleh TKI pulang ke sini. Jadi jumlahnya bisa berlipat," ujarnya, seusai pertemuan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, kemarin.

Presiden, ujar Nurfaizi, meminta Apjati untuk meningkatkan koordinasi dengan pemerintah guna menciptakan peluang pekerjaan yang lebih banyak lagi. Peningkatan kualitas TKI juga menjadi poin yang diusulkan oleh Kepala Negara dalam pertemuan itu.

(40)

Kompas Selasa, 16 Septemebr 2008

Bu r u h Pa b r ik Te k st il Tu n t u t Pe sa n g on

Selasa, 16 September 2008 | 01:17 WIB

Serang, Kompas - Menjelang Lebaran, ratusan buruh pabrik tekstil di Cikande, Serang, Banten, terkena pemutusan hubungan kerja. Hari Senin (15/9) kemarin, mereka berunjuk rasa menuntut perusahaan membayar tunjangan hari raya dan uang pesangon total Rp 9 miliar.

Ratusan buruh PT Panca Plasaindo mulai berunjuk rasa di halaman pabrik sekitar pukul 09.00. Mereka membawa kertas karton dan spanduk bertuliskan kecaman terhadap perusahaan, yang terkesan enggan membayarkan uang pesangon.

Secara bergantian, beberapa perwakilan buruh berorasi menuntut hak mereka sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Mereka juga mengecam pihak manajemen perusahaan yang tak mau memenuhi tuntutan buruh.

Unjuk rasa mulai memanas saat seorang buruh membakar baju seragam yang dikenakan. Aksi bakar seragam itu pun diikuti para buruh pria lainnya. Mereka juga membakar ban bekas serta sejumlah barang milik perusahaan.

Dengan bertelanjang dada, beberapa buruh berupaya menemui pihak manajemen untuk bernegosiasi. Namun, upaya itu gagal karena pihak manajemen tak mau menemui buruh.

Hingga kemarin, belum ada kejelasan mengenai pemenuhan hak-hak 386 buruh yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) itu. Awalnya, buruh meminta perusahaan membayar uang pesangon dua kali ketentuan Pasal 156 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, atau dua bulan gaji untuk buruh yang bekerja kurang dari satu tahun, hingga 18 bulan gaji untuk mereka yang bekerja lebih dari delapan tahun.

Akan tetapi, perusahaan hanya mau memenuhi seperempat kali ketentuan Pasal 156, atau seperempat gaji untuk buruh dengan masa kerja kurang dari satu tahun hingga 2,25 kali gaji untuk buruh yang bekerja lebih dari delapan tahun.

”Perusahaan tetap bersikukuh memberikan seperempat kali ketentuan saja,” ujar Ronald Shandra, Pemimpin Serikat Pekerja-SPN PT Panca Plasaindo.

(41)

Kompas Selasa, 16 September 2008

Bu r u h Tu n t u t Pe m b a y a r a n Pe n u h

Selasa, 16 September 2008 | 00:50 WIB

Boyolali, Kompas - Sebanyak 339 buruh PT Adatex yang sudah dirumahkan dua bulan hingga lima bulan mendatangi pabrik mereka di Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Senin (15/9). Mereka menuntut perusahaan membayar tunjangan hari raya secara penuh, yaitu satu bulan gaji, sesuai dengan aturan yang berlaku.

Tuntutan diajukan buruh karena mereka mengetahui perusahaan memberi tunjangan hari raya (THR) secara proporsional. Dengan sistem ini, semakin lama mereka dirumahkan, kian sedikit THR yang diperoleh. Mereka merasa nasibnya pun digantung karena semula perusahaan hanya merumahkan buruh 2-3 bulan.

”Saya sudah dirumahkan sejak April. Saat itu pihak perusahaan mengatakan sedang tidak ada pekerjaan. Kami minta THR dibayar penuh,” kata Sujiyem (46), buruh pemintalan benang.

Ketua Serikat Pekerja Nasional Unit PT Adatex Boyolali Tri Yanto mengatakan, sebanyak 339 buruh yang saat ini masih dirumahkan meminta perusahaan tetap mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 1994. Pengusaha wajib memberikan THR kepada pekerja sekali dalam setahun minimal sebesar satu bulan upah.

Perwakilan massa akhirnya ditemui manajemen perusahaan. Namun, pihak manajemen belum dapat memutuskan karena harus mengajukan kepada direksi di Bandung. Seusai pertemuan, Kepala Bagian Personalia PT Adatex Boyolali Edy Ratman mengatakan, pihaknya baru bisa memberikan jawaban 17 September.

”Kami mengajukan pemberian THR secara proporsional karena perusahaan kesulitan keuangan. Beberapa produk ekspor kami dikembalikan,” kata Edy.

Tri Yanto menyebutkan, buruh tidak bisa menerima alasan ini karena kondisi perusahaan mulai membaik. Jika tuntutan buruh tidak dikabulkan, buruh akan berunjuk rasa. Total buruh pabrik itu 872 orang.

(42)

Jurnal Nasional Rabu, 17 September 2008

Nusantara | Semarang | Rabu, 17 Sep 2008 16:57:52 WIB

Tu n t u t TH R, Pu lu h a n Pe k e r j a Be r u n j u k Ra sa

PULUHAN pekerja CV Dian Indra Wijaya (DIW) Semarang, Jawa Tengah, yang bergerak di bidang perkayuan, Rabu, menggelar aksi unjuk rasa di halaman perusahaan menuntut upah minimum kota (UMK) dan tunjangan hari raya (THR).

Unjuk rasa yang dipimpin Jhon Arie menuding perusahaan memanipulasi data upah yang dibayar perusahaan. Dalam laporan yang dikirim ke Disnakertrans Kota Semarang disebutkan gaji yang dibayarkan perusahaan sudah sesuai dengan UMK Kota Semarang.

"Namun, kenyataannya sampai sekarang kami belum menerima bayaran sesuai dengan UMK, kami ingin perusahaan transparan. Sedikitnya ada 50 buruh yang data upahnya dipalsukan perusahaan," katanya.

Para pekerja, katanya, menuntut agar perusahaan segera membayar upah sesuai UMK. "Kalau tidak sesuai UMK kami akan terus melakukan aksi dengan massa yang lebih besar lagi," katanya.

Selain menuntut gaji sesuai UMK, para pekerja juga meminta agar perusahaan membayar THR sebesar satu kali gaji yang diterima setiap bulan.

(43)

Jurnal Nasional Kamis, 18 September 2008

Jakarta dan Sekitarnya Dinamika | Depok | Kamis, 18 Sep 2008

Pe r u sa h a a n D iim b a u Ba y a r TH R

DINAS Tenaga Kerja dan Sosial (Disnakersos) Kota Depok mengimbau para pengusaha di Depok untuk segera membayar tunjangan hari raya (THR) kepada karyawannya selambat-lambatnnya pada H-7.

"Laporkan kepada kami jika ada perusahaan tidak membayar THR," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Sosial (Disnakersos) Kota Depok, M Ridwan, di Depok, Rabu (17/9).

Ridwan mengatakan, pembayaran THR sudah merupakan hak setiap pekerja setiap menjelang hari raya besar bagi umat Islam tersebut. Dan jika ada perusahaan yang tidak membayarkan THR maka perusahaan telah melanggar aturan tenaga kerja. "Jika ada laporan dari pekerja yang tidak mendapatkan THR, maka pihaknya akan melakukan mediasi dengan perusahaan tersebut," katanya.

Setidaknya terdapat hampir 100 perusahaan di Depok dengan jumlah tenaga kerja sekitar 40 ribu. Mengenai besarnya jumlah THR memang sudah ada aturannya, tapi hal itu bisa disesuaikan dengan kondisi keuangan perusahaan sendiri, katanya.

Dikatakannya selama ini di Kota Depok mengenai pembagian THR untuk karyawan dari perusahaannya tidak ada masalah yang berarti. Hal ini, katanya, diindikasikan dengan tidak adanya unjuk rasa karyawan suatu perusahaan yang menuntut dibagikan THR.

(44)

Kompas Kamis, 18 September 2008

Pe r k e buna n Te h

Pu lu h a n Pe k e r j a Tu n t u t Ga j i d a n TH R

Kamis, 18 September 2008 | 12:08 WIB

Bandung, Kompas - Puluhan pekerja dari unit perkebunan teh Pamegatan, Garut, berunjuk rasa di Gedung Sate, Bandung, Rabu (17/9). Mereka menuntut perusahaan segera membayar gaji yang tertunggak sejak Juni 2008. Pekerja juga mendesak tunjangan hari raya atau THR Lebaran segera dibayarkan.

Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Unit Perkebunan Pamegatan Undang Rustandi mengatakan, sekitar 244 pekerja terbelit utang dan tidak bisa menyekolahkan anaknya gara-gara gaji selama empat bulan belum dibayar. Total gaji dan THR yang dituntut pekerja mencapai Rp 400 juta.

"Ini bukan kali pertama gaji pekerja dibayar terlambat. Hampir setiap bulan saya harus mendatangi kantor pusat Perusahaan Daerah Agribisnis dan Pertambangan (PDAP) di Bandung meminta gaji dicairkan," ujar Undang yang telah bekerja di perkebunan lebih dari 30 tahun.

Unit perkebunan teh Pamegatan dikelola PDAP yang merupakan milik Pemerintah Provinsi Jabar. Perusahaan itu didirikan sejak zaman penjajahan Belanda dan menjadi milik Pemprov Jabar pada 1965.

Total luas lahan perkebunan teh 348,92 hektar. Volume produksi biasanya 5 ton per hari, tetapi sejak 2001 merosot menjadi 1,5 ton per hari dengan pendapatan bersih berkisar Rp 35 juta-Rp 37,5 juta per bulan. Cenderung memburuk

Undang mengutarakan, kondisi keuangan perkebunan memburuk sejak 2001. Saat itu sejumlah unit usaha milik daerah, yakni perkebunan teh Pamegatan, perkebunan kentang Pengalengan, pabrik tenun Garut, dan pertambangan mangan di Tasikmalaya, dihimpun ke dalam PDAP.

Setelah integrasi itu, tanpa sebab yang jelas, pengolahan kebun teh Pamegatan terbengkalai. "Tidak ada proses pemupukan tanaman dan lahan yang intensif seperti dulu. Kebun dibiarkan begitu saja oleh perusahaan," ujar Undang.

Akibatnya, dari tahun ke tahun produksi teh menurun drastis. Hasil produksi pun tidak seimbang dengan biaya operasional kebun, termasuk gaji pekerja.

Kenaikan berbagai harga barang dan kebutuhan menjelang Lebaran membuat pekerja tidak tahan lagi dan mengadukan nasib ke DPRD. Diterima Komisi C

Setelah hampir satu jam berorasi, perwakilan pekerja diterima Ketua Komisi C DPRD Jabar Bidang Ekonomi Rusna Kosasih. Pertemuan itu dihadiri pula Komisaris PDAP Eddy Sundhayana, Direktur Utama Tutang Wirachman, Direktur Operasional Asep Sunarya, dan Direktur Umum M Mahdil.

Dalam pertemuan itu, direksi sepakat membayarkan gaji dan THR pekerja. Gaji bulan Juni, Juli, Agustus, dan THR dibayarkan dalam dua termin, yakni pada 24 September dan 29 September 2008, gaji bulan September dibayarkan pada 7 Oktober 2008. Sebelumnya, pekerja menolak usulan direksi yang akan membayarkan THR pada 7 Oktober.

(45

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelaksanaan KKM pada mata pelajaran Produktif Tata Busana di SMKN 1 Lembah Gumanti dari tingkat kompleksitas, terdapat beberapa kesulitan yang dialami

Pada penelitian ini proses pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari untuk mengetahui dan memantau peningkatan kuat tekan beton apakan nantinya

Keripik jagung manis ini juga merupakan makanan yang berbahan dasar jagung manis dan terigu yang dibuat dengan bentuk beraturan ini memiliki sifat rasa yang khas dari

Obyek sengketa ( harta warisan ) yang bukti kepemilikannya masih atas nama satu orang atau belum dipecah tidak bisa disita untuk kepentingan satu orang

Suatu perusahaan membutuhkan dana operasional untuk selalu mendanai kebutuhan aktivitas operasional perusahaan seperti membayar gaji karyawan, gaji buruh, membayar listrik

(Rapina dkk, 2013) Dengan Kualitas audit merupakan segala kemungkinan dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menentukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem

(5) Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidana atau perdata, atas permintaan hakim sesuai dengan hukum acara pidana dan hukum acara

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2020 tentang Pemberian Gaji, Pensiun, Tunjangan, atau Penghasilan