• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LAPORAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 2007"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

Laporan Perkembangan

Sist em Pembayaran

(3)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ... 7

Ringkasan Eksekut if ... 7

Perkembangan Aktivitas Sist em Pembayaran Dan Pengedaran Uang Indonesia ... 9

BAGIAN I ... 13

BAB I STABILITAS SISTEM PEM BAYARAN ... 14

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Nilai Besar ... 14

Akt ivitas Transaksi BI-RTGS ... 14

Pola Transaksi dalam BI-RTGS ... 15

Pelaku Transaksi BI-RTGS ... 16

Rent ang Transaksi dalam Sistem BI-RTGS ... 18

M anajemen Likuiditas Sist em BI-RTGS ... 18

Kinerja Penyelenggaraan Sist em BI-RTGS ... 20

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Ritel ... 21

Sist em Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) ... 21

Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kart u ... 28

Kart u Prabayar/E-money ... 35

Penyelenggaraan M oney Remit tance ... 36

Penyelenggaran Sist em Pembayaran Lainnya ... 36

BAB II KEBIJAKAN SISTEM PEM BAYARAN UNTUK M ENDUKUNG STABILITAS SISTEM KEUANGAN ... 39

M it igasi Risiko Sist em Pembayaran ... 39

SELF REGULATING ORGANIZATION (SRO) Kart u Kredit ... 39

Implementasi Kebijakan Pengat uran Kegiatan M oney Remit tance ... 39

St andardisasi Teknis Teknologi Chip unt uk Kartu ATM dan Kart u Debet ... 40

Perkembangan Implementasi Teknologi Chip unt uk Kart u Kredit ... 41

Business Cont inuity Plan Penyelenggaraan Sistem Pembayaran ... 42

Kajian Tools M it igasi Risiko Sistem Pembayaran Non BI ... 45

Ef isiensi Sistem Pembayaran... 46

Int egrasi Sistem Kliring ... 46

(4)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

Pengelolaan Rekening Pemerint ah M elalui Aplikasi BIG-eB ... 49

Penerapan Prinsip Interoperabilit y dan Konvergensi Sist em di dalam Indust ri APM K ... 51

Perijinan Sistem Pembayaran ... 52

Kajian Pola Pengat uran BI-RTGS Mengacu pada CP-SIPS... 54

BAB III LAPORAN OVERSIGHT SISTEM PEM BAYARAN ... 57

Oversight Terhadap Sistem BI-RTGS ... 58

Oversight Terhadap Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) ... 59

Oversight Terhadap Alat Pembayaran Dengan M enggunakan Kart u (APM K) ... 60

BAB IV ARAH PENGEM BANGAN DAN KEBIJAKAN SISTEM PEM BAYARAN ... 61

Rencana Pengembangan RTGS Generasi II ... 61

Pengembangan Inf rast rukt ur Payment Versus Payment (PVP) unt uk Penyelesaian Domest ic Int erbank Foreign Exchange Trading ... 62

Enhancement BIG-eB ... 64

Rencana Implement asi Pola Pengat uran BI-RTGS M engacu pada CP-SIPS ... 64

Implementasi SRO Sist em Pembayaran... 65

Kajian Pengembangan Direct debit ... 66

Rencana Int eroperabilit as dan Konvergensi Indust ri APMK ... 68

Implementasi Tools M it igasi Risiko SP Non BI ... 69

M ember cert ificat ion unt uk Seluruh Pesert a SKNBI ... 70

BAGIAN II ... 73

BAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANG ... 74

Peningkat an Uang Rupiah Yang Berkualit as... 75

Pengedaran Uang yang Aman, Handal, dan Ef isien ... 78

Layanan Kas Prima ... 82

BAB II PENILAIAN KINERJA BI DI DALAM PELAKSANAAN TUGAS PENGEDARAN UANG ... 89

Survei Ket ersediaan Uang Rupiah ... 89

Survei Kepuasan Layanan Kas ... 90

Survei t erhadap Kemampuan Masyarakat Dalam M engenali Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah ... 91

Penilaian Penerapan ISO 9001:2000 ... 91

(5)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

Kerjasama BI dengan Lembaga di Dalam Negeri... 93

Kerjasama BI dengan Lembaga di Luar Negeri ... 95

BAB IV KEGIATAN DAN INFORM ASI PENDUKUNG DALAM TUGAS PENGEDARAN UANG ... 97

Kegiat an M useum Art ha Suaka ... 97

Peran BI dalam Penyusunan Rancangan Undang-undang M at a Uang ... 97

Kajian St rategi Pengadaan Bahan Uang Yang Ef ektif dan Ef isien ... 97

Berakhirnya M asa Penukaran Uang Kertas Pecahan Rp5.000 dan Rp10.000 Seri Sudirman ... 98

Kajian Pemanfaatan Uang Logam Tidak Layak Edar (ULTLE) ... 98

BAB V ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEM BANGAN BIDANG PENGEDARAN UANG-2008 ... 99

Rencana dan St rategi Pengadaan Uang ... 99

Rencana dan St rategi Dist ribusi Uang ... 99

Uji Coba Implement asi Cash cent re ... 100

M empersiapkan Unt uk Mengeluarkan dan M engedarkan Uang Kert as Pecahan Rp2.000 ... 100

Perluasan Sosialisasi Iklan Layanan M asyarakat M engenai Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah ... 101

Survei Tingkat Pemenuhan Kebut uhan M asyarakat Terhadap Uang Rupiah . 101 Survei Efektivitas Layanan Kas Luar Kant or melalui Kerjasama dengan Pihak Ekstern ... 101

(6)
(7)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

PENDAHULUAN

Ringkasan Eksekut if

Konsist en dengan perubahan yang t elah

dilakukan pada t ahun 2006, penerbit an

Laporan Perkembangan Sist em Pembayaran

(LTSP) lebih ditujukan untuk memaparkan

berbagai analisa perkembangan dan deskripsi

kebijakan sist em pembayaran yang t elah

dit empuh selama sat u periode. Laporan ini

sedianya hanya merupakan sebuah publikasi

pelengkap dari berbagai governance report

sist em pembayaran yang t elah dit uangkan

dalam beberapa publikasi BI lainnya, yait u

Laporan Tahunan BI, Laporan Perekonomian

Indonesia dan Laporan St abilit as Sist em

Keuangan. Berbeda dengan governance

report, isi laporan perkembangan sist em

pembayaran dif okuskan pada penjelasan

secara rinci mengenai akt ivit as pembayaran

masyarakat dan dan berbagai aspek yang

melat arbelakangi berbagai kebijakan BI di

bidang sist em pembayaran.

Sebagai edisi ke-empat , Laporan

Perkembangan Sist em Pembayaran Tahun

2007 mencat at beberapa f enomena pent ing

dalam dinamika perkembangan sist em

pembayaran di Indonesia. Akt if it as seluruh

t ransaksi pembayaran yang mencapai Rp46

ribu t riliun merupakan nilai t ransaksi t ert inggi

selama sepuluh t ahun t erakhir. M araknya

akt ivit as ekonomi masyarakat sebagai hasil

kondisi perekonomian Indonesia yang

membaik selama t ahun 2007, dit engarai

menjadi penyebab meningkat nya akt ivit as

t ersebut . Selain itu di aw al t ahun 2007,

t erdapat pula f enomena penggunaan

inst rumen pembayaran rit el baru yait u

e-money. E-money menjadi jaw aban at as

kebut uhan masyarakat yang menginginkan

inst rumen pembayaran yang lebih prakt is

t erut ama unt uk t ransaksi yang berulang,

sering dilakukan dan nilainya kecil.

Dari sisi pengedaran uang pat ut pula dicat at

beberapa keberhasilan BI dalam mengat asi

berbagai isu menyangkut kelangkaan dan

rendahnya kualit as uang di daerah perbat asan

dan t erpencil, beredarnya uang palsu dan

uang t erpot ong, kualit as layanan kas dan

upaya mengant isipasi kesinambungan

operasional kas di daerah yang t erlanda

bencana alam.

Selama kurun w akt u 2007, diw arnai dengan

semakin berkembangnya common pract ices di

beberapa bank sent ral yang mulai

mengalihkan tugas pengolahan uang

dilakukan berbagai pihak di luar bank sent ral.

Secara int ernal pelaksanaan kebijakan

pengedaran uang t idak t erlepas dari berbagai

isu ut ama sepert i masih dit emukan adanya

kelangkaan dan rendahnya kualit as uang di

daerah t ert ent u khususnya daerah perbat asan

dan t erpencil, beredarnya uang palsu dan

uang t erpot ong, t unt ut an yang semakin

t inggi dari st akeholders t erhadap kualit as

layanan kas, sert a perlunya menjaga

(8)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

mengant isipasi berbagai bencana alam dan

kondisi kontinjensi lainnya.

M emperhat ikan berbagai dinamika dan

t ant angan sepanjang t ahun 2007, sert a sesuai

dengan misi di bidang pengedaran uang

t ersebut , BI menempuh berbagai kebijakan

yang mengacu pada t iga pilar ut ama yait u

pengedaran uang yang aman, handal, dan

ef isien; layanan kas prima, sert a kualit as uang.

Guna mendukung t iga pilar kebijakan di

bidang pengedaran uang, BI menempuh

st rat egi unt uk mengopt imalkan pengadaan

dan dist ribusi uang ke seluruh w ilayah,

t ermasuk penerapan kas besar t it ipan di 13

KBI. Dari sisi layanan kas prima, st rat egi

kebijakan dilakukan melalui upaya

mempersiapkan penerapan st rat egi

pengolahan uang oleh pihak ket iga (cash

cent re) dengan mengeluarkan ket ent uan

mengenai set oran bayaran dan melakukan

kajian dan penelit ian mengenai cash cent re.

Langkah kebijakan layanan kas prima

dijabarkan melalui perluasan wilayah layanan

kas di w ilayah t erpencil dan perbat asan

melalui kerjasama dengan PT. Posindo di 7

w ilayah. Upaya untuk menanggulangi

penyebaran uang palsu senant iasa dilakukan

melalui peningkat an sosialisasi dan edukasi

ciri-ciri keaslian uang rupiah sert a kerjasama

dengan berbagai pihak t erkait sert a

melanjut kan pembent ukan Bank Indonesia

Count erf eit Analysis Cent er (BI-CAC) melalui

kerjasama dengan bank sent ral Negara lain

dan pengembangan inf rast rukt ur berupa

sist em inf ormasi dan laborat orium analisis

uang palsu.

Berbagai cat at an maupun f enomena pent ing

yang t erjadi pada akt ivit as sist em pembayaran

dan pengedaran uang dituangkan secara

gamblang dalam dua bagian laporan, pert ama

adalah perkembangan sist em pembayaran

dan kedua adalah perkembangan pengedaran

uang. Bagian pert ama t erdiri dari lima bab.

Bab pert ama st abilit as sist em pembayaran

memaparkan penyelenggaraan sist em

pembayaran secara keseluruhan t ermasuk

didalamnya adalah analisa mengenai t rend

perkembangan dan pola t ransaksi sist em

pembayaran. Bab kedua kebijakan sist em

pembayaran unt uk mendukung st abilit as

sist em keuangan, memaparkan berbagai

kebijakan BI t erkait dengan mit igasi risiko dan

ef isiensi sist em pembayaran. Bab ket iga

merupakan laporan oversight

penyelenggaraan sist em pembayaran dan bab

t erakhir arah kebijakan sist em pembayaran

berisikan berbagai kebijakan yang akan

dit empuh di t ahun-t ahun mendat ang

t ermasuk kajian, survey dan rencana

pengembangan sist em pembayaran.

Bagian kedua perkembangan pengedaran

uang, t erdiri dari lima bab. Bab pert ama

pelaksanaan kebijakan pengedaran uang

menjelaskan berbagai kebijakan

meningkat kan uang rupiah yang berkualit as,

pengedaran uang yang handal, nyaman dan

ef isien sert a layanan kas prima. Sedangkan

bab kedua memaparkan berbagai hasil

penilaian t erkait peningkat an kinerja di dalam

pelaksanaan t ugas di bidang pengedaran

uang ant ara lain survey-survey dan penilaian

penerapan ISO 9001:2000. Bab ket iga

memaparkan bent uk dan pola hubungan

(9)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

t erkait baik dalam negeri maupun luar negeri.

Bab keempat menjelaskan langkah-langkah

kegiat an dan penyediaan inf ormasi

pendukung dalam pelaksanaan t ugas

pengedaran uang. Bab t erakhir berisikan arah

kebijakan dan rencana pengembangan bidang

pengedaran uang di t ahun mendat ang, ant ara

lain rencana dan st rat egi pengadaan uang,

ujicoba implement asi cash cent re, sert a

perluasan sosialisasi.

Perkembangan Akt ivit as Sist em Pembayaran Dan Pengedaran Uang Indonesia

Prakt ek sist em set t lement int erbank di

Indonesia, sebagaimana yang berlaku di

negara maju, t erdiri dari 2 (dua) jenis sist em

set t lement yait u sist em yang berbasis gross

yang pada umumnya bersif at real t ime (RTGS)

dan sist em net t ing melalui sist em kliring.

M ekanisme t ransf er melalui RTGS sebagian

besar digunakan unt uk t ransaksi pembayaran

yang bernilai besar at au high value payment

syst em (HVPS) sepert i: t ransaksi pasar uang

ant ar bank, t ransaksi pasar modal, t ransaksi

valas, t ransaksi pembayaran lembaga

pemerint ah dan pembayaran pajak. M eskipun

pelaku t ransaksi HVPS hanya t erbat as

kalangan perbankan, pasar modal dan

pemerint ah, namun nilai t ransaksinya sangat

dominan. Wajar jika semua negara

mengkat egorikan t ransaksi HVPS sebagai

syst emically import ant payment syst em (SIPS).

M engingat HVPS t ermasuk sist em yang

pent ing dan critical dalam t ransaksi

pembayaran, bank sent ral at au otorit as

monet er ot omat is menjadi operat or sist em

dimaksud karena rekening perbankan

umumnya t erpusat di bank sent ral. Tidak

sepert i sist em net t ing yang masih memiliki

pot ensi gagal bayar karena of f -set t ing kliring

t erpusat di akhir hari, sist em RTGS dianggap

mampu mengurangi resiko kegagalan

set t lement t ersebut . Selain w akt u set t lement

t ersebar sepanjang w akt u operasional dan

dilakukan secara real t ime, sist em ini juga

dilengkapi beragam f it ur dengan t ingkat

securit y t inggi unt uk set t lement dan

monitoring likuidit as pasar.

Sedangkan unt uk t ransaksi

pembayaran rit el, penggunaan inst rumen

pembayaran berbasis elekt ronik dan kart u

sepert i kart u ATM at au kart u kredit

menunjukkan t ren peningkat an yang

signif ikan. Selain prakt is, kedua inst rumen ini

dipandang lebih nyaman dibandingkan pirant i

non t unai berbasis kert as sepert i cek dan

bilyet giro. Sedangkan media set t lement yang

masih dominan digunakan untuk penyelesaian

t ransf er dana rit el adalah melalui Sist em

Kliring Nasional (SKN) yang saat ini sudah

t ersedia di hampir seluruh kot a di Indonesia.

Fokus pengembangan sist em

pembayaran rit el lebih menekankan aspek

ef isiensi, yang berart i biaya t ransaksi yang

relat if murah, t ersedia diberbagai w ilayah dan

w akt u set t lement yang t idak t erlalu lama.

t ransaksinya kecil. Cont ohnya adalah

pembelian bensin, pembayaran t ol, karcis,

rest aurant dan pembelanjaan di gerai rit el

(10)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

Pengguna segmen t ransaksi ini sangat

banyak. Pengguna jasa t ol saja menurut PT.

Jasa M arga set iap hari mencapai 3,1 jut a

kendaraan. Pengguna TransJakart a dan keret a

api di Jakart a bisa mencapai sejut a orang

set iap harinya. Ini berart i bahw a kehadiran

inst rumen rit el semacam kart u yang berbasis

digit al at au elekt ronik sangat mendesak.

Idealnya, ada kart u elekt ronik yang bisa

dipergunakan unt uk berbagai kebut uhan

rut in t ersebut . Tidak mengherankan jika

beberapa t ahun kedepan akan semakin

banyak penerbit uang elekt ronik yang akan

mengembangkan bisnisnya ke sekt or t ransaksi

rit el t ersebut .

Pergeseran (shif t ing) met ode

pembayaran rit el dari yang bersif at tunai

dengan inst rumen berbasis kert as menuju ke

pembayaran elekt ronik yang berbasis kart u

merupakan t ahapan yang w ajar. Yang

menarik, banyak pengamat yakin bahw a

shif t ing penggunaan piranti pembayaran dari

kert as ke elekt ronik bisa meningkat kan

ef isiensi secara nasional. David Humprey

misalkan, menyimpulkan bahw a shif t ing bisa

menghemat ant ara 1-3 % GNP suat u negara.

St udi empirik t ersebut didasarkan pada aspek

biaya t ransaksi, ef isiensi sist em set t lement dan

aspek peningkat an velocit y of money.

Terlepas sudah mulai adanya shif t ing

int rumen pembayaran t ersebut , yang jelas,

penggunaan uang kart al (kert as dan logam)

sebagai alat pembayaran masih sangat

dominan. M engubah kebiasaan cara bayar

dari t unai ke non t unai memang t idak mudah

dan butuh w akt u yang cukup lama. Oleh

karenanya, kebijakan pengedaran uang

selama t ahun laporan masih concern kepada

upaya untuk menjamin ket ersediaan uang dan

pecahan yang cukup dengan kualit as yang

baik. Art inya, manajemen persediaan,

dist ribusi dan pengedaran uang senant iasa

dit ujukan untuk mew ujudkan kebijakan clean

money.

Akt ivit as Pem bayaran

Secara umum, akt if it as pembayaran

via BI-RTGS pada t ahun 2007 mencat at

pert umbuhan yang sangat t inggi

dibandingkan t ahun-t ahun sebelumnya. Nilai

t ransaksi mencapai Rp42,4 ribu t riliun at au

naik sebesar 45,6% dari t ahun sebelumnya

sebesar Rp29,1 ribu t riliun. Sedangkan volume

t ransaksi mencapai 8,5 jut a at au naik sebesar

22,5% dari t ahun sebelumnya sebesar 6,9 jut a

t ransaksi. Secara rat a-rat a harian, nilai

Transaksi melalui Sist em Kliring Nasional (SKN)

yang mencerminkan akt ivit as pembayaran

rit el di masyarakat juga mengalami

peningkat an. Nilai t ransaksi SKN mencapai

Rp1,389 t riliun at au naik sebesar 13,1% ,

dibandingkan t ahun sebelumnya. Sement ara

volumenya mencapai 79,5 jut a t ransaksi at au

naik sebesar 7,12% . Dengan demikian, pada

periode laporan, rerat a harian t ransaksi yang

diproses melalui mekanisme kliring mencapai

Rp5,6 t riliun dan volume sebesar 319 ribu

t ransaksi.

Yang menarik, t ransaksi rit el yang

(11)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

secara signif ikan. Jumlah kart u yang beredar

mencapai 44,6 jut a meningkat sebesar 19% .

Jenis kart u yang paling populer adalah kart u

ATM , yang saat ini umumnya memiliki f ungsi

ganda sebagai kart u ATM dan kart u debet .

Nilai t ransaksi kart u seluruhnya mencapai

Rp1,7 ribu t riliun at au naik sebesar 41% dan

mencapai 1,2 miliar t ransaksi at au naik

sebesar 16% .

Di aw al t ahun 2007 masyarakat juga

mulai menggunakan inst rumen rit el baru

yait u e-money. M eskipun t ransaksinya masih

sangat kecil, set ahun hanya 500 ribu t ransaksi

dengan nilai Rp5 miliar, perkembangannya di

masa dat ang memiliki prospek yang cukup

cerah, karena e-money dapat mengisi gap

kebut uhan masyarakat akan inst rument

pembayaran yang prakt is unt uk bert ransaksi

rit el.

Akt ivit as Pengedaran Uang

Kebijakan pengedaran uang t et ap

diarahkan pada misi memenuhi kebut uhan

masyarakat akan uang kart al yang berkualit as

dalam art i layak edar, jumlah nominal yang

cukup, jenis pecahan yang sesuai dan t epat

w akt u. Sesuai misi t ersebut , BI menempuh

berbagai kebijakan yang mengacu pada t iga

pilar ut ama, meliput i : pengedaran uang yang

aman handal dan ef isien, peningkat an

layanan kas yang prima sert a peningkat an

kualit as uang.

Akt ivit as pengedaran uang selama

t ahun 2007 menunjukkan pert umbuhan yang

sangat signif ikan. Nilai rat a-rat a uang kart al

yang diedarkan (UYD) mencapai Rp174,8

t riliun at au meningkat sebesar 21 % dari

t ahun sebelumnya sebesar Rp144,5 t riliun.

Selain it u rasio kecukupan posisi kas t erhadap

rat a-rat a out f low lebih baik dari t ahun

sebelumnya menjadi sekit ar 3-4 bulan rat

a-rat a out f low. Peningkat an kualit as rasio

t ersebut t erut ama disebabkan penurunan

rat a-rat a out f low sehingga memungkinkan BI

dapat memelihara jumlah rat a-rat a posisi kas

yang lebih rendah. Rasio t emuan uang palsu

juga mengalami penurunan hanya 8 lembar

per sat u jut a lembar uang kert as dari

sebelumnya 17 lembar per sat u jut a lembar

uang kert as. Hal ini merupakan hasil dari

upaya BI pelakukan penanggulangan

meluasnya peredaran uang palsu sekaligus

juga menunjukkan semakin meningkat nya

pemahaman masyarakat t erhadap ciri-ciri

(12)
(13)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

(14)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

BAB I STABILITAS SISTEM PEM BAYARAN

Sist em pembayaran yang berf ungsi

dengan baik sangat dibut uhkan bagi

akt if ivit as perekonomian modern. Keyakinan

para pelaku pasar akan keamanan dan

kehandalan penyelenggaraan set t lement

pembayaran akan menjamin kelancaran

set iap akt ivit as t ransaksi keuangan dan

komersial. Demikian pula kelancaran sist em

pembayaran sebagai inf rast rukt ur sist em

keuangan modern juga menjadi sebuah

mekanisme pent ing dalam menjaga

keyakinan pelaku pasar t erhadap nilai uang.

Unt uk itu Bank Indonesia t erus berupaya

menjaga st abilit as penyelenggaraan sist em

pembayaran dan memitigasi berbagai pot ensi

risiko agar masyarakat senant iasa dapat

memanf aat kan sist em pembayaran secara

luas t anpa mengalami gangguan.

Penyelenggaraan Sist em Pembayaran Nilai Besar

Bank Indonesia Real t ime Gross

Set t lement (BI-RTGS) merupakan

penyelenggara mekanisme set t lement

t erbesar di Indonesia. Sebanyak 95%

set t lement t ransaksi keuangan dilakukan

melalui BI-RTGS. Tidak hanya t ransaksi yang

dilakukan oleh masyarakat umum, sist em ini

juga menyelesaikan akt ivit as t ransaksi

pengelolaan monet er, pasar modal, pasar

uang ant ar bank dan bahkan t ransaksi yang

dilakukan oleh pemerint ah. Oleh karena it u

sist em BI-RTGS dikat egorikan sebagai

Syst emat ically Import ant Payment Syst em

(SIPS), sehingga st abilit as

penyelenggaraannya senant iasa dijaga secara

berkesinambungan.

Akt ivit as Transaksi BI-RTGS

Akt ivit as t ransaksi yang diproses

melalui sist em BI-RTGS mengalami

peningkat an yang sangat signif ikan selama

t ahun 2007. Secara t ot al nilai t ransaksi yang

set t lementnya diproses melalui sist em BI-RTGS

mencapai Rp42,4 ribu t riliun, meningkat

45,6% dari t ahun sebelumnya sebesar Rp29

ribu t riliun. Sement ara it u volume t ransaksi

mencapai 8,5 jut a t ransaksi at au meningkat

sebesar 22.5% dari t ahun sebelumnya sebesar

6,9 jut a t ransaksi. Peningkat an akt ivit as

t ransaksi ini t ercat at sebagai peningkat an

t ert inggi selama empat t ahun t erakhir.

Fakt or ut ama yang mendorong

peningkat an akt if it as t ransaksi RTGS adalah

pert umbuhan ekonomi yang meningkat

cukup signifikan dan kondisi perekonomian

yang semakin kondusif. Transaksi yang

mengalami peningkat an signif ikan t erut ama

yang t erkait dengan akt if it as ekonomi

masyarakat yait u set t lement pasar modal,

set t lement valas dan t ransf er unt uk nasabah.

Peningkat an t ert inggi dialami oleh

set t lement pasar modal. Sejalan dengan

maraknya akt ivit as perdagangan saham,

(15)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

dit andai menguat nya Indeks Harga Saham

Gabungan (ISHG) sepanjang t ahun 2007,

perput aran t ransaksi pasar modal mengalami

peningkat an nilai sebesar 94% dan volume

sebesar 89,5% (sebagaimana dikutip dari

laporan t ransaksi KPEI). Peningkat an ini

secara langsung berdampak pada

peningkat an nilai dan volume set t lement

t ransaksi pasar modal di BI-RTGS

masing-masing sebesar 108% menjadi Rp2,5 ribu

t riliun dan sebesar 75% menjadi 65 ribu

t ransaksi.

Transaksi ekonomi masyarakat lainnya

yang mencat at peningkat an adalah

sejalan dengan peningkat an permint aan valas

korporasi selama t ahun 2007, yang umumnya

dilakukan untuk memenuhi kebut uhan impor

barang dan jasa.

Namun demikian penyumbang ut ama

peningkat an nilai t ransaksi BI-RTGS t idak lain

adalah set t lement pengelolaan monet er oleh

Bank Indonesia, yang t erdiri dari int ervensi

rupiah, pembelian SBI, SWBI, SUN dan

akt ivit as lainnya. Akt ivit as t ransaksi ini

merupakan bagian dari pelaksanaan t ugas

Bank Indonesia dalam menjaga st abilit as

monet er dan st abilit as sist em keuangan.

Dengan komposisi sebesar 45% dari t ot al nilai

t ransaksi BI-RTGS, maka peningkat an sebesar

48,9% menjadi Rp15,8 ribu t riliun berdampak

signif ikan t erhadap peningkat an nilai

t ransaksi BI-RTGS. Sement ara it u dari sisi

volume, kont ributor t erbesar adalah t ransaksi

t ransf er unt uk nasabah yang memiliki

komposisi sebesar 80% dari tot al t ransaksi

BI-RTGS. Peningkat an volume t ransaksi ini

t ercat at sebesar 26,37% menjadi 6,7 jut a

t ransaksi.

Nilai (dalam Trilliun)

Jenis Transaksi 2006 2007 % Naik/Turun

PUAB 4.206 5.996 +43%

Jenis Transaksi 2006 2007 % Naik/Turun

PUAB 133.797 148.992 +11%

Selama t ahun 2007, rat a-rat a t ransaksi

perhari mencapai 34,5 ribu t ransaksi dengan

nilai sebesar Rp172 t riliun. Sepert i t ahun

sebelumnya, akt if it as t ransaksi t ert inggi

t erjadi t riwulan t erakhir yang merupakan

periode high season karena banyaknya

t ransaksi pembayaran masyarakat unt uk

kebut uhan perayaan beberapa hari besar

keagamaan dan kebut uhan korporasi dan

(16)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

Para pelaku t ransaksi BI-RTGS

cenderung lebih akt if bert ransaksi pada siang

dan sore hari. Pada umumnya t ransaksi pada

t ransaksi yang dilakukan oleh lembaga

pemerint ah. Namun demikian, secara

kumulat if nilai t ransaksi pada pagi hari yang

t erdiri dari t ransaksi f ut ure dat e (t ransaksi

t it ipan at au hari sebelum pada bank) lebih

t inggi dibandingkan siang dan sore hari.

Pelaku Transaksi BI-RTGS

Pelaku t ransaksi BI-RTGS sebagian

besar merupakan perbankan dan sisanya

t erdiri dari berbagai jenis inst it usi. Secara

umum pelaku t erbagi menjadi beberapa

kelompok, meliput i Perbankan, Bank

Indonesia, Lembaga Pemerint ah dan lembaga

lainnya.

Perbankan

Perbankan merupakan pelaku

t ransaksi t erbesar, dengan komposisi volume

sebesar 93% dan nilai 55%. Transaksi

perbankan selama 2007 meningkat mencapai

8 jut a t ransaksi dengan t ot al nilai mencapai

Rp23,6 ribu t riliun. Transaksi perbankan

(17)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

sebagian besar adalah akt ivit as t ransf er dana

unt uk nasabah, yang mencapai 50% t ot al

t ransaksi perbankan. Sedangkan sisanya

ant ara lain t ransaksi pasar uang ant ar bank,

t ransaksi pasar modal, t ransaksi perdagangan

valas cross border, set t lement kliring, dsb.

Besarnya akt ivit as t ransaksi t ransf er nasabah

ini mengindikasikan bahw a sebagai besar

nasabah bank t elah mulai t erbiasa

memanf aat kan mekanisme t ransf er dan

penyelesaian t ransaksi melalui sist em BI-RTGS.

Diant ara kelompok bank, kelompok

Bank Umum Sw ast a Nasional (BUSN)

merupakan pelaku yang mendominasi

akt ivit as t ransaksi perbankan. Hal ini selain

disebabkan karena jumlah banknya lebih

banyak, juga karena adanya keunggulan

kompet it if berupa keragaman jenis f asilit as

pembayaran yang dit aw arkan berikut

kemudahannya.

Bank Indonesia

Transaksi Bank Indonesia melalui

BI-RTGS cukup beragam, selain unt uk

pembiayaan akt ivit as int ernal juga unt uk

pelaksanaan kebijakan baik di bidang

monet er, perbankan maupun sist em

pembayaran. Berdasarkan jenisnya, t ransaksi

BI sebagian besar merupakan t ransaksi

pengelolaan monet er dengan komposisi

volume mencapai 98% . Transaksi lainnya

adalah set t lement kliring, valas, kas t erkait

pengedaran uang dan lainnya. Secara t ot al

t ransaksi BI selama t ahun 2007 mencapai

nominal Rp16 ribu t riliun at au mencapai 37%

t ot al t ransaksi BI-RTGS, sement ara volume

sebesar 390 ribu t ransaksi. Apabila

dibandingkan dengan t ahun 2006, nilai

t ransaksi yang dilakukan pada t ahun 2007

mengalami peningkat an sebesar 49% ,

sebaliknya dari sisi volume mengalami

penurunan sebesar 30% .

Lem baga Pem erint ah

Transaksi lembaga pemerint ah selama

t ahun 2007 mencapai 245 ribu t ransaksi

dengan nilai Rp1.191 t riliun. M eskipun

pangsa t ransaksi pemerint ah relat if kecil,

(18)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

priorit as untuk diselesaikan t erlebih dahulu.

Karena t ransaksi yang dilakukan oleh

pemerint ah umumnya memiliki tingkat

urgensi yang t inggi sepert i pelimpahan

pembayaran pajak ke rekening Kant or

Pelayanan Pembendaharaan Negara (KPPN2),

pelimpahan Bendahara Umum Negara (BUN ),

pembiayaan proyek-proyek pembangunan

maupun t ransaksi lain yang t erkait dengan

rekening pemerint ah.

Lem baga Lainnya

Beberapa lembaga lain yang menjadi

pesert a BI-RTGS adalah inst it usi

penyelenggara kliring/set t lement yait u PT.

Art ajasa, KSEI dan PT. Pos Indonesia.

Keikut sert aan lembaga t ersebut lebih

dit ujukan unt uk menjaga kelancaran

penyelengaraan sist em pembayaran, karena

BI-RTGS menjadi muara akhir seluruh akt ivit as

set t lement yang diselenggarakan oleh

berbagai inst it usi t ersebut. Volume t ransaksi

kelompok ini relat if kecil yaitu sebesar 17

ribu dan nilai mencapai Rp87 t riliun.

Rent ang Transaksi dalam Sist em BI-RTGS

Pada umumnya t ransaksi yang

diproses melalui BI-RTGS adalah t ransaksi

bernilai besar yait u Rp100 jut a keat as. Hal ini

sejalan dengan t ujuan dikembangkannya

BI-RTGS dan dilakukannya pembat asan nilai

t ransaksi pada sist em kliring. Namun

demikian pada prakt eknya profil t ransaksi

BI-RTGS sangat bervariasi meliput i juga t ransaksi

di baw ah Rp100 jut a. Hal ini karena ada

sebagian masyarakat yang membut uhkan

penyelesaian t ransaksi dengan cepat dan hal

ini dapat dipenuhi oleh BI-RTGS yang

memang dicipt akan unt uk menyelesaikan

t ransaksi secara real t ime. M ekanisme real

t ime membuat pemrosesan RTGS lebih cepat

dibandingkan mekanisme set t lement lainnya.

Komposisi volume t ransaksi RTGS

t et ap didominasi oleh t ransaksi bernilai besar

ant ara Rp100 Jut a s/d < Rp1 M iliar sebesar

49,65% , diikut i dengan t ransaksi Rp1 M iliar -

< Rp500 sebesar 17,12% , sement ara sisanya

sangat bervariasi. Hal yang pat ut dicermat i

t erkait dengan komposisi volume berdasarkan

rent ang nilai t ransaksi ini adalah adanya

kecenderungan peningkat an akt ivit as pada

t ransaksi bernilai kecil di baw ah Rp100 jut a.

M anajemen Likuidit as Sist em BI-RTGS

(19)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

bagi perekonomian, BI-RTGS dikembangkan

menggunakan mekanisme gross set t lement

dengan tujuan mengurangi risiko sist emik.

M ekanisme ini hanya dapat menyelesaikan

set iap t ransaksi BI-RTGS apabila t ersedia

dananya, at au lebih dikenal dengan ist ilah

no money no game

set t lement dengan mekanisme gross

cenderung mensyarat kan kebut uhan likudit as

yang lebih t inggi dibandingkan mekanisme

set t lement lainnya, misalnya net t ing pada

sist em kliring.

Unt uk itu dipersyarat kan seluruh

pesert a BI-RTGS harus dapat menjaga

likuidit as hariannya dengan baik, agar

akt ivit asnya t idak t erganggu. Sebagai contoh

dapat saja t erjadi kesenjangan likuidit as pada

periode t ert ent u (int raday gap) apabila pada

pagi hari posisi saldo rekening lebih kecil

daripada jumlah t ransaksi keluar (outgoing).

Pada kondisi ini t ransaksi akan di-pending

dan masuk dalam ant rian (queing). Transaksi

ini baru akan diselesaikan set elah saldo

rekening mencukupi ant ara lain karena ada

t ransaksi masuk (incoming). Kejadian ini

menunjukkan bahw a pesert a belum t ent u

mengalami kesulit an likuidit as, yang t erjadi

hanya kesenjangan likuidit as sesaat at au lebih

dikenal dengan ist ilah int raday gap.

Int raday Gap t et ap perlu diat asi,

karena f enomena ini bisa memicu t erjadinya

kesenjangan likuidit as sist emik pada BI-RTGS.

Jika sebagian besar at au semua pesert a

mengalami kondisi yang sama, dapat saja

berakibat t erjadi kemacet an penyelesaian

t ransaksi (gridlock). Gridlock pada BI-RTGS

pada akhirnya akan menganggu kelancaran

penyelesaian seluruh t ransaksi. Unt uk

memit igasi risiko ini, Bank Indonesia

menyediakan Fasilit as Likuidit as Int rahari (FLI)

sehingga t rade of f ant ara manf aat

prudent ial dengan ef isiensi likuidit as pasar

dapat t erpenuhi. FLI memungkinan pesert a

melakukan out going meskipun jumlah

saldonya t idak mencukupi, dengan

menjaminkan t erlebih dahulu SBI maupun

SUN yang dit at ausahakan di Bank Indonesia.

Pelunasan FLI dilakukan secara ot omat is

set elah pesert a t ersebut mendapat incoming

sehingga saldonya bert ambah. Selain

menyediakan FLI, kebut uhan likuidit as harian

juga senant iasa dipant au oleh Bank Indonesia

dan biasanya pada pagi hari dilakukan pula

upaya melikuidkan pasar hari dengan

mekanisme SBI repo yaitu mengkredit

rekening giro bank at as Sert if ikat Bank

Indonesia yang t elah jat uh t empo. Berbagai

upaya ini diharapkan dapat memberikan

dana yang cukup bagi bank unt uk

menyelesaikan outgoingnya.

Selain it u unt uk mengant isipasi

kemungkinan t erjadinya penumpukan

t ransaksi di sat u w akt u, Bank Indonesia juga

memberlakukan perbedaan biaya t ransaksi

unt uk dua penggalan w akt u yang berbeda.

Unt uk t ransaksi yang dikirimkan sebelum

pukul 15.00 WIB dikenakan biaya sebesar

Rp7.000,- per t ransaksi, sedangkan unt uk

t ransaksi yang dilakukan set elah pukul 15.00

WIB dikenakan biaya sebesar RP14.000,-

Pembedaan ini dimaksudkan unt uk

mendorong pesert a melakukan pengiriman

t ransaksi dalam periode w akt u t ert ent u

sehingga pemerat aan t ransaksi di sepanjang

(20)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

Dist ribusi t ransaksi yang merat a

sepanjang jam operasional sist em juga

menunjukkan kadar likuidit as pasar yang

cukup untuk mendukung kelancaran sist em

BI-RTGS. Pada t ahun 2007, jumlah t ransaksi

yang dikirimkan sebelum pukul 15.00 WIB

mencapai 7 jut a t ransaksi at au 82 % dari

t ot al t ransaksi. Hal ini mengindikasikan

bahw a diversif ikasi t arif untuk sist em BI-RTGS

masih ef ekt if untuk mendorong pesert a

melakukan pengiriman t ransaksi dalam

periode w akt u t ert ent u.

Selain berbagai upaya oleh

penyelenggara, seluruh pesert a BI-RTGS t elah

menyepakat i unt uk menyelesaikan t ransf er

dananya berdasarkan pada Throughput

Guidelines yang t erdapat dalam skema Bye

Law s. Seluruh pesert a t elah sepakat unt uk

menyelesaikan 30 % dari t ot al t ransaksi

hariannya sebelum pukul 10.30 WIB, 30 %

berikut nya ant ara pukul 10.30-14.30 WIB dan

sisanya diselesaikan ant ara pukul 14.30

sampai 16.30 WIB. Act ual Throughput dapat

dilihat pada graf ik di at as.

Berdasarkan graf ik Throughput

t ergambar set t lement t ransaksi yang

dilakukan t elah t erdist ribusi dengan baik.

Dist ribusi set t lement t ransaksi t elah

melampaui Throughput Guidelines Bye Law s

dilihat dari jumlah set t lement t ransaksi yang

dilakukan pada range w akt u t erakhir hanya

mencapai 20 % dari t ot al t ransaksi yang

dilakukan selama t ahun 2007.

Kinerja Penyelenggaraan Sist em BI-RTGS

Kelancaran penyelenggaraan BI-RTGS

merupakan priorit as Bank Indonesia. Unt uk

it u berbagai upaya t erus dilakukan unt uk

menjaga keamanan dan ket ersediaan sist em.

Berbagai pengamanan BI-RTGS mulai dari

pengamanan penggunaan password bagi

operat or, pengat uran kew enangan, enkripsi

at au penyandian t ransaksi, pengelolaan

penggunaan hardw are dan sof t w are,

penjagaan jaringan sesuai st andar dan service

yang t elah dit et apkan bersama dengan

penyedia jaringan.

Penjagaan kinerja sist em juga

dilakukan melalui pelaksanaan uji coba

(21)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

t elah dilaksanakan 4 kali uji coba yang

melibat kan seluruh pesert a BI RTGS. Kegiat an

ini dimaksudkan unt uk menguji kesiapan

sist em back up apabila sist em ut ama

mengalami gangguan. Lebih lanjut , uji coba

ini dimaksudkan unt uk meningkat kan

kesiapan dan kepat uhan operasional baik dari

sisi penyelenggara maupun pesert a t erhadap

prosedur pengangan keadaan darurat yang

t elah dit et apkan.

umumnya gangguan t ersebut disebabkan

oleh gangguan jaringan komunikasi dat a.

Lebih dari itu, t erhadap BI-RTGS juga

dilakukan enhancement kapasit as sist em yang

bert ujuan untuk mengakomodasi

peningkat an jumlah t ransaksi BI-RTGS dalam

beberapa t ahun kedepan. Sehingga meskipun

t erjadi peningkat an drast is volume t ransaksi

pada akhir t ahun, BI- RTGS t et ap beroperasi

t anpa perlu dilakukan pembat asan t ransaksi.

Penyelenggaraan Sist em Pembayaran Rit el Sist em Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

Akt ivit as Transaksi Kliring

Akt ivit as perput aran t ransaksi kliring

pada t ahun 2007 secara umum mengalami

kenaikan dibandingkan t ahun sebelumnya.

Nilai t ransaksi kliring mencapai Rp1.400

t riliun at au naik 1,13% dan volume mencapai

79,22 jut a t ransaksi at au naik sebesar 1,05 % .

Sement ara it u rerat a harian untuk nilai

sebesar Rp5,62 t riliun dan volume sebesar 318

ribu t ransaksi. Sebagaimana t ransaksi RTGS,

pert umbuhan ekonomi yang meningkat

selama t ahun 2007 menjadi salah sat u f akt or

ut ama yang mendorong peningkat an akt if it as

t ransaksi kliring. Sarana kliring memang

disegment asikan sebagai f asilit as unt uk

t ransaksi yang bersif at rit el. Peningkat an

menunjukkan t et ap diminat inya f asilit as

kliring sebagai sarana t ransf er dana meskipun

saat ini t elah t ersedia berbagai alt ernat if

sist em pembayaran lainnya.

(22)

-BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

-100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Volume

Periode

Perkembangan Perputaran RRH volume kliring Periode Tahun 2006 s.d 2007

Tahun 2006 Tahun 2007

Terlebih dengan t elah diimplement asikannya

SKNBI secara luas, masyarakat dapat

melakukan t ransf er dana ke berbagai pelosok

w ilayah bahkan hingga ke daerah-daerah

t erpencil.

Akt ivit as kliring t et ap t erkonsent rasi

di w ilayah penyelenggaraan Jakart a. Salah

sat u penyebabnya adalah akt ivit as ekonomi

banyak dilaksanakan di Jakart a selain jumlah

bank pesert a kliring yang lebih banyak

berkant or pusat di Jakart a. Dengan SKNBI

yang t elah diimplement asi secara luas,

memungkinkan bank melakukan ef isiensi

pemrosesan t ransaksi kliring khususnya

t ransf er dana melalui sat u kant or pusat

operasional kliring yang biasanya berlokasi di

Jakart a. Secara nasional prosent ase akt ivit as

kliring di Jakart a mencapai 61,46% dari sisi

nilai dan mencapai 52,87% dari sisi volume.

Selain Jakart a, empat wilayah kliring yang

mempunyai akt ivit as kliring t erbesar lainnya

adalah Surabaya, M edan, Bandung, dan

Semarang.

Berdasarkan pesert anya, akt ivit as

kliring didominasi oleh BUSN dengan

prosent ase volume sebesar 69,05% dan nilai

70,61% dari perput aran kliring nasional. Bank

pemerint ah merupakan pesert a t erakt if

kedua dengan prosent ase volume 15,96% dan

nilai 15,80% . Sisanya merupakan kelompok

bank lainnya, secara berurut an prosent ase

volume dan nilai sebagai berikut : bank asing

volume 9,69% dan nilai 7,32% , bank

campuran volume 2,46% dan nilai 3,72% dan

kelompok bank lainnya volume 2,84% dan

(23)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

Dilihat dari jenis usaha bank pesert a

kliring, pemanf aat an f asilit as kliring lebih

banyak dilakukan oleh bank konvensional

dengan prosent ase volume sebesar 98,75%

dan nilai 99,21%. Sedangkan bank syariah

dan unit usaha syariah prosent asenya hanya

sebesar 1,43% unt uk volume dan 0,78%

unt uk nilai.

Kliring Kredit

Sepanjang t ahun 2007, volume dan

nilai t ransf er dana mencapai 37,63 jut a

t ransaksi dan sebesar Rp365,94 t riliun. Sesuai

dengan akt ivit as pemrosesan oleh bank

maupun penyelenggara SKNBI, akt ivit as

t ransf er dana sebagian besar berasal dari

w ilayah kliring Jakart a dengan prosent ase

volume dan nilai berurut an mencapai 84,82%

dan 81,26%.

Sement ara it u unt uk prosent ase

akt ivit as t ransf er dana ant ara Rp10 jut a

sampai dengan Rp100 jut a cenderung

mengalami peningkat an. Khusus unt uk

akt ivit as t ransf er dana dengan range Rp10

jut a sampai dengan Rp100 jut a ini memiliki

t rend perkembangan yang sama dengan

t rend t ransaksi t ransf er dana pada sist em

BI-RTGS, yait u sama-sama meningkat .

Namun demikian lain halnya dengan

t ransaksi t ransf er dana dibaw ah Rp10 jut a

yang mencapai 75,86% dari t ot al volume

t ransaksi t ransf er dana melalui kliring.

Komposisi dan t rennya cenderung mengalami

penurunan. Hal ini menunjukkan mulai

adanya pergeseran pref erensi masyarakat

dalam menggunakan f asilit as t ransf er dana

(24)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

Tabel Sebaran Volume Transaksi Tranfer dana

sarana lainnya yait u melalui f asilit as ATM

at au e-banking menggunakan mobile

banking dan int ernet banking.

Hal ini sekali lagi menunjukkan

bahw a f aslit as kliring memang memiliki

segmen pengguna t ert ent u yang t et ap

memilih f asilit as ini meskipun t ersedia

alt ernat if lain yang relat if kompet it if

memproses t ransaksi dalam w akt u yang lebih

cepat .

Pemrosesan t ransf er dana melalui

kliring dilakukan dalam dua siklus. Akt ivit as

pada kedua siklus t ersebut cenderung

berimbang, pada siklus pert ama, volume rat

a-rat a harian mencapai 76,17 ribu t ransaksi dan

nilai sebesar Rp726,93 miliar. Sedangkan pada

siklus kedua, volume mencapai 74,99 ribu

t ransaksi dan nilainya mencapai Rp742,71

miliar.

Kliring Debet

Fasilit as kliring debet merupakan

sarana unt uk memproses t ransaksi dengan

mendominasi dengan nilai dan volume

sebesar Rp870,73 t riliun (87,60% ) dan 36,12

jut a lembar (90,02% ). Selanjut nya diikut i

dengan t ransaksi cek yang mencat at nilai

sebesar Rp122,89 t riliun dan volume 3,32 jut a

lembar. Sedangkan unt uk akt ivit as t ransaksi

ket iga inst rumen lainnya mencapai Rp380

milliar dan volume sekit ar 680 ribu lembar.

Range Transfer Dana 2005 2006 2007

Volume Prosentase Volume Prosentase Tren Volume Prosentase Tren

< Rp10 Juta 19,845,018 78.53% 26,551,030 78.38% 33.79% 28,553,072 75.86% 7.54%

Grafik perputaran kliring kredit per siklus

(25)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

M ekanisme kliring debet t erdiri dari

kliring penyerahan dan kliring pengembalian

at au ret ur. Kliring pengembalian diperlukan

unt uk mengembalikan berbagai w arkat yang

dit olak at au karena w arkat t idak memenuhi

persyarat an f ormal, dananya t idak t ersedia

at au rekeningnya t elah ditut up. Kegiat an

kliring pengembalian pada umumnya

dilakukan set elah perhitungan hasil kliring

dan pendist ribusian w arkat kepada bank

selesai dilakukan. Bank selanjut nya dapat

mengirimkan kembali w arkat yang dit olak

kepada penyelenggara untuk diperhit ungkan,

umumnya dilakukan pada hari yang sama

(H+0). Khusus untuk w ilayah kliring Jakart a

dan Surabaya, yang volume w arkat debet nya

t inggi, pengembalian w arkat dilakukan pada

hari berikut nya (H+1). Selama t ahun 2007,

akt ivit as kliring pengembalian memproses

w arkat ret ur sebanyak 717.57 lembar dengan

nilai Rp16,08 t riliun.

Khusus untuk cek at au BG yang dit olak

karena alasan saldonya tidak cukup at au

rekening ditut up (cek/BG kosong) selanjut nya

akan digunakan sebagai dasar penentuan

bagi bank unt uk mencant umkan nama

individu ke dalam Daf t ar Hit am Nasional.

Nilai penarikan cek kosong mencapai Rp2,71

t riliun dan volumenya sebesar 84,9 ribu

lembar. Sement ara it u nilai BG kosong

mencapai Rp5,65 t riliun dan volume sebesar

300,92 ribu lembar. Selain cek/BG kosong

t erdapat pula w arkat yang ditolak dengan

berbagai alasan lainnya, nilainya mencapai

Rp7,73 t riliun dengan volume sebesar 331,74

(26)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

M anajem en Likuidit as Sist em SKNBI

Selama t ahun 2007, kondisi likuidit as

perbankan unt uk menyelesaikan seluruh

kew ajiban set t lement hasil kliringnya dapat

t erjaga dengan baik. Hal ini t ercermin dari

kebut uhan nilai set t lement kliring yang dapat

dipenuhi dengan nilai pref und yang

disediakan oleh bank pesert a kliring, bahkan

nilainya cenderung lebih besar dari

kebut uhan t ersebut .

Penyediaan pref und di aw al hari

dengan nilai t ert ent u merupakan persyarat an

yang diw ajibkan oleh penyelenggara SKNBI

t erhadap bank pesert a dalam keikut sert aan

kliring. Hal ini merupakan bagian dari

M ekanisme Failure t o Set t le, yang dit erapkan

unt uk meminimalisasi munculnya risiko

sist emik sebagai akibat adanya kegagalan

pesert a kliring dalam memenuhi kew ajiban

set t lement-nya (Failure t o Set t le). Dana

pref und disediakan oleh bank untuk menutup

akt ivit as t ransaksi hariannya dan sekaligus

juga sebagai dana cadangan menutup

kemungkinan t erjadi mismat ch dalam

t ransaksi kliring. Pref und dapat berupa dana

t unai (cash pref und) dan/at au surat berharga

(colat eral pref und). Jumlah pref und yang

disediakan dapat dit ambah sepanjang jam

operasional kliring.

Kinerja Sistem Kliring

Bank Indonesia t erus mengupayakan

sist em kliring dapat berf ungsi secara ef isien,

cepat , handal dan aman agar dapat menjadi

pendorong pert umbuhan ekonomi, media

yang ef ekt if bagi kebijakan monet er dan

st abilit as sist em keuangan sert a dimanf aat kan

secara luas oleh masyarakat .

Sist em kliring merupakan salah sat u

inf rast rukt ur sist em pembayaran yang t erus

menerus dikembangkan seiring

perkembangan t eknologi dan kebut uhan

masyarakat . Semula sist em kliring masih

belum t erint egrasi secara nasional bahkan

masih ada yang manual sehingga

penyelesaian t ransf er melalui kliring bisa

sampai dua hari, namun saat ini dengan

(27)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

yang baru, t elah dapat t erint egrasi secara

nasioanal sampai ke daerah-daerah pelosok,

sehingga t ransf er dana bisa diselesaikan

hanya dalam sat u hari saja t erut ama bagi

bank-bank yang sist em int ernalnya sudah on

line.

Pengint egrasian sist em kliring dengan

SKNBI t ersebut memberikan empat manf aat

peralat an penunjang lain. Dengan demikian,

biaya pelayanan bank kepada masyarakat

diharapkan bisa lebih murah.

M anf aat ket iga adalah peningkat an

ef isiensi pengelolaan likuidit as bank. M elalui

SKNBI monit oring posisi kliring tiap pesert a

menjadi lebih mudah karena selain dapat

diperoleh secara online, juga inf ormasinya

t elah t erint egrasi secara nasional sehingga

set iap bank hanya memiliki sat u posisi kliring.

M anf aat keempat adalah dukungan

t erhadap percepat an pert umbuhan ekonomi

negara. Perput aran arus dana secara real t ime

yang makin cepat diharapkan dapat

meningkat kan akt ivit as ekonomi masyarakat ,

memberikan ef isiensi t erhadap perbankan

dan pelaku bisnis yang pada gilirannya

mendorong pert umbuhan ekonomi Indonesia.

Sampai dengan t ahun 2007,

implement asi SKNBI t elah dilakukan di

seluruh Indonesia sebanyak Penyelenggara

Kliring Lokal (PKL) yang t erdiri dari 37 Kant or

Bank Indonesia ( KBI ) dan 71 kant or bank

yang memperoleh perset ujuan Bank

Indonesia unt uk mengelola dan

menyelenggarakan SKNBI. Jaringan

Komunikasi Dat a (JKD) yang t erkoneksi ke

Sist em Sent ral Kliring (SSK) t erdiri dari 128

Terminal Pesert a Kliring (TPK) dan 108

Komput er Penyelenggara Kliring (KPK).

Kehandalan sist em SKNBI mampu

Penyelenggara Kliring Nasional (PKN) juga

t elah menyiapkan Disast er Recovery Plan

(DRP), Disast er Recovery Cent re (DRC), dan

Business Continuit y Plan (BCP) unt uk

meyakinkan sist em SKNBI t elah didukung

oleh inf rast rukt ur yang handal dalam

menekan/menghilangkan downt ime.

Bank pesert a kliring juga diw ajibkan

unt uk memiliki backup syst em yang memadai

dan secara berkala melakukan ujicoba backup

syst em dimaksud untuk memast ikan segala

sesuat unya berjalan dengan baik. Selama

(28)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

coba kesiapan sist em yang krit ikal dan

kesiapan sumber daya manusia dalam

menghadapi keadaan darurat (gangguan

at au bencana) yang melibat kan

penyelenggara dan seluruh pesert a kliring.

Unt uk memast ikan keamanan sist em

SKNBI dari kemungkinan adanya celah yang

dapat dimanf aat kan oleh hacker, secara

berkala t elah dilakukan securit y audit

t erhadap aplikasi maupun net w ork.

Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan M enggunakan Kart u

Perkembangan Alat Pembayaran dengan M enggunakan Kart u (APM K)

Pref erensi masyarakat dalam

bert ransaksi yang cenderung ke arah

penggunaan pirant i non t unai khususnya

berbasis kart u (card based), semakin

mendongkrak nilai dan volume t ransaksi

pembayaran dengan inst rumen yang t erdiri

dari kart u kredit, kart u account based (ATM

dan ATM +Debit )1. Hal ini dibukt ikan dengan

adanya hasil survei yang dilakukan pada

t ahun 2006 dan 20072, t erindikasi bahw a

t elah t erjadi pergeseran pref erensi dari

penggunaan inst rumen pembayaran yang

berbasis kert as (paper based) sepert i uang (APM K)khusus yang bersif at account based sejak t ahun 2006 t idak lagi didasarkan at as jenis kart u (ATM , Debet dan ATM +Debet ), t api lebih dikat egorisasikan berdasarkan f ungsi t ransaksi. Hal ini mengingat f ungsi produk APM K khususnya yang account based saat ini sangat bervariasi dan sangat cepat berubah.

2

S Cash

Persepsi, Pref erensi dan Perilaku M asyarakat dan Lembaga Penyedia Jasa t erhadap Sist em Pembayaran Non Tunai (2006) dan Survey Komposisi Tabungan yang Digunakan unt uk Akt if it as Pembayaran (2007)

memenuhi kebut uhan masyarakat dan pelaku

bisnis yang semakin menghargai w akt u dan

sadar akan pent ingnya keamanan dalam

bert ransaksi. Hasil survei yang sama juga

menunjukkan sebagian masyarakat di

perkot aan sudah mulai mengenal inst rumen

kart u digit al dalam bent uk elect ronic money

(E-money) yang biasa disebut kart u prabayar.

Selain pergeseran pref erensi,

t eknologi yang berkembang pesat dan

maraknya inovasi, t elah pula meningkat kan

penggunaan inst rumen non t unai. Di pasar

rit el, sudah banyak lembaga keuangan yang

memanf aat kan t eknologi e-banking yang

meliput i int ernet banking, mobile banking

dan phone banking sebagai sarana t ransf er

mengakomodir kebut uhan masyarakat

khususnya perkot aan yang kian menunt ut

dit ransaksikan mencapai Rp1,7 ribu t riliun

(29)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

Dibandingkan t ahun 2006 t erjadi

pert umbuhan volume dan nilai t ransaksi

sebesar 13,2% dan 37,1%.

Akt if it as t ransaksi APM K pada t ahun

2007 kian marak oleh adanya penambahan

f asilit as, f ungsi dan f it ur- f it ur yang beragam

dari kart u kredit, ATM dan kart u ATM +Debit .

Hal ini merupakan salah sat u upaya para

penerbit APM K dalam bersaing merebut hat i

para konsumennya. Bahkan tidak hanya itu,

berbagai f asilit as diskon dan iming-iming

pemberian rew ard-pun seringkali

dit ambahkan untuk menarik masyarakat

menggunakan APM K. Hal ini t ercermin dari

semakin banyaknya pusat -pusat perbelanjaan

dan merchant yang ikut bergabung dalam

program penerbit kart u unt uk lebih

mengedepankan penerimaan pembayaran

dengan menggunakan kart u debet , kart u

kredit maupun kart u prabayar. Jumlah

merchant APM K t ercat at t elah mencapai

127,2 ribu, yang sebagian besar t ersebar di

perkot aan.

Selain itu perkembangan t eknologi

juga memainkan peranan penting.

M asyarakat kian dimanjakan oleh adanya

berbagai kecepat an dan kemudahan dalam

bert ransaksi menggunakan kart u.

Ket ersediaan inf rast rukt ur dan dukungan

jaringan APM K juga t erus mengalami

peningkat an baik dari sisi jumlah maupun

kualit as pelayanan. Pada t ahun 2007, jumlah

mesin ATM dan EDC mencapai 18,9 ribu dan

201,5 ribu unit . Berbagai f akt or t ersebut t elah

berkont ribusi posit if meningkat kan akt if it as

pembelanjaan masyarakat menggunakan

APM K sebesar 30,4%.

Unt uk lebih meningkat kan ef isiensi

penyelenggaraan APM K, Bank Indonesia

t elah memf asilit asi penyusunan st andarisasi

inst rumen non t unai unt uk mencapai cit a-cit a

cit a-cit a int eroperabilit y ant ar penyelenggara

jasa pembayaran. Khusus unt uk kart u ATM

dan Debet , upaya f asilit asi sudah mulai

t erlihat hasilnya dengan dibuat nya not a

kesepahaman yang diyakini merupakan

komit men aw al dalam melet akkan dasar bagi

perumusan st andarisasi t eknis t eknologi chip

unt uk kart u ATM dan kart u debit. Sement ara

unt uk int eroperabilit y pada e-money t erus

dilakukan melalui pert emuan secara akt if

dengan penerbit maupun calon penerbit

(30)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

yang dapat saling int eroperabel sehingga

dapat t ercipt a ef isiensi secara nasional.

Sebagai inst rumen yang

menggunakan t eknologi tinggi, APM K juga

menghadapi berbagai ancaman risiko f raud

yang kerap muncul sebagai ekses dari

perkembangan t eknologi it u sendiri. Cat at an

kejadian f raud selama 2007 t erdapat 532 ribu

kasus yang t erdiri dari pencurian ident it as,

penggunaan kart u yang dilaporkan hilang

at au pemalsuan kart u. M enghadapi hal ini,

Bank Indonesia selaku regulat or dan

pengaw as indust ri APM K memiliki concern

unt uk menurunkan kasus f raud, salah sat unya

adalah dengan mengupayakan penggunaan

t eknologi chip pada seluruh indust ri APM K.

Hal ini berart i melakukan migrasi secara

bert ahap seluruh elemen inst rumen kart u dari

penggunaan t eknologi pit a magnet ic ke

t eknologi chip.

Perkembangan Transaksi APM K

Pert umbuhan indust ri APM K t erut ama

didorong oleh pert umbuhan kart u account

based (ATM dan ATM +Debit ). Jenis int rumen

ini secara indust ri mendominasi baik dari

jumlah kart u sebesar 77,4% , nilai t ransaksi

sebesar 96% maupun volume sebesar 95,8%

t ransaksi. Sement ara sisanya t erbagi diant ara

kart u kredit dan kart u prabayar yang

merupakan salah sat u jenis e-money.

Kart u ATM dan ATM + Debet (Account Based Card)

Akt ivit as t ransaksi kart u ATM dan

ATM + Debet pada t ahun 2007 cenderung

meningkat dibandingkan t ahun 2006. Jumlah

kart u meningkat 19% dari sebelumnya

sebanyak 29,6 jut a kart u menjadi 35,2 jut a

kart u. Sedangkan volume t ransaksi

mengalami peningkat an sebesar 14 %

sebanyak 943 jut a t ransaksi pada t ahun 2006

menjadi 1,1 jut a t ransaksi pada t ahun 2007.

Demikian pula unt uk nominal t ransaksi

t erjadi peningkat an sebesar 42 % dari Rp

1.183 t riliun pada t ahun 2006 menjadi

Rp1.679 t riliun pada t ahun 2007. Peningkat an

volume dan nilai t ransaksi mencerminkan

adanya peningkat an akt ivit as ekonomi

masyarakat selama t ahun 2006, berbagai

akt if it as yang dilakukan masyarakat dengan

menggunakan kart u ATM dan ATM +Debet

adalah penarikan t unai, belanja, sert a

(31)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

Berdasarkan jenis t ransaksi, akt if it as

t ransf er int erbank mendominasi dengan nilai

t ransaksi sebesar Rp1.075 t riliun (64 % ),

diikut i penarikan t unai sebesar Rp.559 t riliun

(33 % ), akt if it as belanja sebesar Rp29.383

miliar (2% ) dan sisanya t ransf er ant arbank

sebesar Rp15.500 miliar (1% ). Tingginya

volume akt if it as penarikan t unai dan t ransf er

lebih disebabkan karena t ujuan penyediaan

f asilit as ATM oleh bank adalah unt uk

mengurangi jumlah akt ivit as t arik t unai dan

t ransf er melalui count er bank.

Di sisi lain akt if it as belanja, t ransf er

int erbank dan t ransf er ant arbank yang

meningkat menunjukkan adanya animo

masyarakat unt uk menggunakan kart u

sebagai inst rumen non t unai. Pot ensi ini

masih dapat t erus dit ingkat kan dengan lebih

memperhat ikan berbagai aspek yang dinilai

pent ing oleh masyarakat berupa keamanan,

aksesibilit as, dan kecepat an pelayanan.

Akt if it as belanja menggunakan kart u debet

bisa dikat akan hampir menyamai besarnya

akt if it as dengan menggunakan kart u kredit .

Trend pada graf ik menunjukkan peningkat an

penggunaan kart u debet sejalan dengan

peningkat an pada penggunaan kart u kredit

sebagai inst rumen pembayaran. Hal ini cukup

menggembirakan karena berart i masyarakat

cenderung lebih bert anggungjaw ab dalam

melakukan pembelanjaan dengan

menggunakan kart u. Secara perekonomian,

kondisi yang demikian juga lebih baik karena

akt ivit as pembelanjaan dengan kart u debet

dilakukan dengan menggunakan kekuat an

f inansial masyarakat sement ara pada kart u

kredit menggunakan pirant i hut ang dari

penerbit , sehingga berpot ensi meningkat kan

jumlah kredit konsumsi.

Tren peningkat an berbelanja dengan

menggunakan kart u debet juga disebabkan

karena f akt or ef isiensi dalam bert ransaksi.

Berbelanja dengan kart u debet dikenakan

biaya yang relat if murah dibandingkan

dengan kart u kredit karena hanya perlu

membayar biaya administ rasi rekening

bulanan, sement ara pada kart u kredit selain

biaya administ rasi juga dikenakan biaya

keanggot aan, bahkan denda ket erlambat an

apabila lalai membayar t agihan.

Pangsa pengguna kart u debet sangat

besar karena persyarat an yang diperlukan

agar seseorang dapat memiliki kart u debet

sangat mudah dan ringan, t idak diperlukan

persyarat an yang rumit sepert i kart u kredit .

Cukup dengan membuka rekening di bank,

orang dapat langsung memiliki kart u debet .

(32)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

dat ang lebih berprospek sebagai inst rumen

non t unai ut ama yang digunakan unt uk

berbelanja oleh masyarakat .

Akt if it as t ransf er ant arbank juga

mengalami peningkat an. Hal ini

dimungkinkan karena adanya f asilit as yang

disediakan oleh penyelenggara jaringan ATM ,

dimana seluruh bank yang menjadi

anggot anya dapat melakukan t ransf er

Tabel Jumlah Pesert a Jaringan Sw ict hing ATM dan Debit

ant arbank pada jaringan ATM t ersebut .

Alt ernat if ini menambah pilihan bagi

masyarakat unt uk melakukan t ransf er dana

ant ar bank.

Saat ini di Indonesia beroperasi t ujuh

jaringan penyelenggaraan ATM yang t erdiri

dari lima jaringan lokal dan dua jaringan

int ernasional. Sement ara untuk jaringan

penyelenggaraan kart u debit t erdiri dari 3

jaringan yang t erdiri dari 2 jaringan lokal dan

2 jaringan int ernasional. Jumlah bank

anggot a jaringan t ersebut t erlihat

sebagaimana t abel jumlah pesert a jaringan

sw it ching ATM dan Debit .

Transaksi Kart u Kredit

Secara umum, selama t ahun 2007

indust ri kart u kredit mengalami pert umbuhan

yang cukup pesat dibanding t ahun

t ak lepas dari adanya peningkat an kebut uhan

konsumsi masyarakat dan gencarnya kegiat an

promosi dari para penerbit kart u kredit .

Berbagai cont oh bent uk promosi yang

dit aw arkan adalah f asilit as pot ongan harga

unt uk t ransaksi belanja di merchant t ert ent u,

pemberian rew ard berupa barang,

pembebasan iuran t ahunan, at au tingkat

suku bunga kredit yang kompet itif . Bahkan

dalam menjaring calon pemegang kart u,

Graf ik p rosent ase t ransaksi kart u debet

Jaringan ATM Bank Peserta

Lokal ATM Bersama 70

Link 4

Prima 30

Alto 15

Cakra 3

Internasional Cirrus 9

Plus 10

Jaringan Debit

Lokal Debit BCA 22

Debit ATM Bersama 70

Kartuku 2

Internasional Visa Electron 10

(33)

BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007

sejumlah penerbit secara akt if memasarkan

produknya diant aranya dengan

mempermudah proses aplikasi permohonan

kart u kredit .

Selain berbagai f akt or t ersebut ,

beberapa hal lain yang mendorong

peningkat an penggunaan kart u kredit oleh

masyarakat diant aranya manf aat ef isiensi

dalam bert ransaksi, dengan menggunakan

kart u kredit masyarakat t idak perlu

membaw a uang tunai dalam jumlah besar

unt uk membeli suat u barang, misal

elekt ronik. Penggunaan t eknologi chip yang

dilakukan secara bert ahap mulai akhir t ahun

2006 juga semakin meningkat kan kualit as

pengamanan kart u kredit , sehingga

meningkat kan keyakinan masyarakat akan

kart u kredit .

Jumlah penerbit kart u kredit pada

t ahun 2007 sebanyak 21 lembaga, yang t erdiri

dari perbankan dan lembaga keuangan

bukan bank. Semua penerbit kart u kredit

t ergabung dalam beberapa jaringan prinsipal

asing yait u Visa, M ast ercard, JCB, dan sat u

jaringan prinsipal lokal yaitu BCA Card.

Komposisi penerbit dalam jaringan kart u

kredit sebagaimana t able di baw ah ini.

Prinsipal Jumlah Penerbit

VISA 17

M ASTERCARD INTERNATIONAL

15

JCB INTERNASIONAL 2

BCA 1

Tabel Penerbit Kart u Kredit

Transaksi kart u kredit pada t ahun

2007 masih didominasi oleh akt ivit as

pemegang kart u yang yang dit erbit kan oleh

kelompok bank asing yang jumlahnya

mencapai 2,78 jut a kart u (34,07% ) dengan

nilai t ransaksi sebesar Rp32.4 t riliun dan

volume t ransaksi sebanyak 59,3 jut a t ransaksi.

M engikuti dominasi penerbit bank asing,

akt ivit as pemegang kart u kredit yang

dit erbit kan oleh kelompok Bank Umum

Sw ast a Nasional (BUSN) merupakan kedua

t erbesar dengan nilai t ransaksi sebesar Rp21,9

t rilliun dan volume t ransaksi sebesar 37,8% ,

yang berasal dari 2,75 jut a kart u (33,73% ).

M eskipun demikian t ransaksi kart u kredit dari

kelompok ini mengalami pert umbuhan paling

pesat sebesar 25,96% pert ahun. Besarnya

proporsi volume dan nilai dalam indust ri

Gambar

Tabel Sebaran Volume Transaksi Tranfer dana
Grafik prosentase transaksi kartu debet
Tabel Penerbit Kartu Kredit
Tabel Jumlah Outstanding Kartu Kredit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bab ini merupakan penjabaran kerangka teoritik dari penelitian yang dilakukan terdiri dari pengertian Bank Konvensional dan Bank Syariah, Laporan Keuangan Perbankan, Penilaian

Selain sistem BI-RTGS, program pengembangan sistem pembayaran nasional lain yang telah dikembangkan, antara lain, Sistem Kliring Elektronik Jakarta (SKEJ) dimana

Hal ini sejalan dengan kebijakan sistem pembayaran tunai selama triwulan II-2005 yang diarahkan pada upaya untuk memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat dalam jumlah nominal yang

1 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2012 ANALISIS TRIWULANAN: PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN, TRIWULAN

Dokumen ini membahas tentang pengertian sistem pembayaran dan peranannya dalam perekonomian, serta sejarah perkembangan sistem pembayaran, peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran, dan jenis-jenis alat

1 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan II - 2008 Di tengah berkembangnya berbagai gejolak eksternal maupun domestik, perekonomian Di

Untuk mengantisipasi perkembangan tersebut, Bank Indonesia perlu mencermati secaraBank Indonesia perlu mencermati secaraBank Indonesia perlu mencermati secaraBank Indonesia perlu

1 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2006 Secara umum, kinerja perekonomian Indonesia pada triwulan IV-2006 terus menunjukkan