• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan hukum Islam terhadap keabsahan akad yang berlaku pada tabungan Faedah Bank BRI Syariah iB yang mengalami perubahan tarif jasa perbankan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan hukum Islam terhadap keabsahan akad yang berlaku pada tabungan Faedah Bank BRI Syariah iB yang mengalami perubahan tarif jasa perbankan."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KEABSAHAN AKAD

YANG BERLAKU PADA TABUNGAN FAEDAH BANK BRI

SYARIAH IB YANG MENGALAMI PERUBAHAN TARIF JASA

PERBANKAN

Skripsi

Oleh:

Nur An Nisaa (C72213156)

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Syari’ah dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)

Surabaya

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul “Tinjauan Hukum

Islam terhadap Keabsahan Akad yang Berlaku pada Tabungan Faedah Bank BRI Syariah iB yang Mengalami Perubahan Tarif Jasa Perbankan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana praktik akad wadi>’ah pada tabungan Faedah di Bank BRI Syariah iB? (2) Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap keabsahan akad yang telah mengalami perubahan tarif jasa perbankan yang berlaku pada tabungan Faedah Bank BRI Syariah iB?

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik wawancara (interview) dan studi pustaka yang kemudian dianalisis dengan teknik deskriptif dalam menjabarkan data tentang Tinjauan Hukum Islam terhadap Keabsahan Akad yang Berlaku pada Tabungan Faedah BRISyariah iB. Selanjutnya data tersebut dianalisis dari perspektif hukum Islam dengan teknik kualitatif dalam pola pikir deduktif, yaitu dengan meletakkan norma hukum Islam sebagai rujukan dalam menilai fakta-fakta khusus mengenai akad wadi>’ah yadd d{ama>nah pada tabungan Faedah BRISyariah iB.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara keseluruhan produk tabungan Faedah BRISyariah iB, baik dari sudut pandang akad secara umum maupun akad

wadi>’ah yadd d{ama>nah secara khusus telah memenuhi segala unsur keabsahan akad

dalam hukum Islam, Tarif jasa perbankan tabungan Faedah BRISyariah iB bukanlah termasuk didalam akad, melainkan merupakaan wa’ad dimana dalam dalam wa’ad, term and condition-nya belum ditetapkan secara rinci dan spesifik (belum well defined). Hal ini diperbolehkan dalam hukum Islam. Pembebasan tarif jasa perbankan tabungan Faedah BRISyariah iB adalah salah satu bentuk marketing strategy untuk mendapatkan loyalitas dari Nasabah. Hal ini juga diperbolehkan dalam hukum Islam Dengan demikian, produk tabungan Faedah BRISyaiah dapat dibenarkan dalam prespektif hukum Islam.

(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 6

C.Rumusan Masalah ... 7

D.Kajian Pustaka ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 9

G.Definisi Operasional ... 10

H.Metode Penelitian ... 11

(8)

viii BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.Konsep Perikatan dalam Hukum Perikatan Syariah ... 16

1. Pengertian Akad ... 16

2. Asas Perjanjian dalam Hukum Islam ... 21

3. Unsur-Unsur Akad ... 22

4. Rukun dan Syarat Akad ... 24

5. Batalnya dan Berakhirnya Akad ... 25

B. Akad Wadi>’ah dan Praktiknya dalam Pebankan Syariah ... 25

1. Pengertian Akad Wadi>’ah ... 25

2. Landasan Hukum AkadWadi>’ah ... 26

3. Macam-macam Akak Wadi>’ah ... 29

4. Rukun Akad Wadi>’ah dan Syarat-syaratnya ... 30

5. Konsekuensi Hukum Akad Wadi>’ah ... 31

6. Berakhirnya Akad Wadi>’ah ... 32

7. Praktik Akad Wadi>’ah dalam perbankan Syariah ... 33

BAB III PRAKTIK AKAD WADI>’AH PADA TABUNGAN FAEDAH BRISYARIAH IB A.Gambaran Umum Bank BRISyariah ... 35

1. Sejarah Bank BRISyariah ... 35

2. Data perusahaan ... 37

3. Daftar Pemegang Saham... 38

4. Logo ... 38

5. Visi Misi ... 39

6. 7 Nilai Bank BRISyariah ... 39

7. Direksi dan Stuktur Organisasi ... 41

8. Produk Bank BRISyariah ... 41

B.Jasa Bank BRISyariah ... 42

(9)

ix

E. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tarif Jasa Perbankan ... 60

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KEABSAHAN AKAD YANG BERLAKU PADA TABUNGAN FAEDAH BRISYARIAH IB

A.Aplikasi Akad Wadi>’ah pada Tabungan Faedah BRISyariah iB 63 B.Tinjauan Hukum Islam terhadap Akad Wadi>’ah pada Tabungan

Faedah BRISyariah iB ... 65

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan ... 76 B.Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Potensi Indonesia dan jutaan ribu penduduk muslim di dalamnya

(11)

2

berpendapat bahwa mengembangkan usaha ekonomi Islami bukan berarti memusnahkan semua hasil analisis yang baik dan sangat berharga yang telah dicapai oleh ekonomi konvensional selama ini selama serratus tahun trakhir. Mengambil yang baik dan yang bermanfaat yang dihasilkan oleh budaya non muslim sama sekali tidak diharamkan.1 Namun keberhasilan ekonomi Islam

pun juga bergantung kepada kesesuaian kebutuhan manusia pada eranya seperti halnya Allah berfirman dalam QS. al-Ma’idah (5):87

اَݟ܆ي

أٓ َي

َ

َݚيذ

ّٱ

܅

܅ݔَح

َ

أ كاَم ذتٰ َبذ ي َط

ْاݠُ ذ رَ ُُ ََ ْاݠُݜَماَء

ُ ܅ّٱ

܅نذإ ه

ْاكوُدَتتعَت َََو تݗُكَل

َ ܅ّٱ

܆ܜذ ُُ

َ

َ

َݚيذدَتتعُݙ

ت

ٱ

٧

Artinya:

Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa– apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang– orang yang melampaui batas.2

Dalam bentuk prakteknya di Indonesia ekonomi Islam mulai

mendapatkan momentum sejak didirikannya Bank Muamalat pada tahun 1992 dan mendapat dukungan dari berbagai pihak, terutama masyarakat

yang gelisah akan penilaian bahwa bunga Bank konvensional adalah haram. Hal tersebut diperkuat dengan adanya Fatwa DSN MUI tahun 2000 bahwa bunga Bank tidak sesuai dengan syari’ah. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS al-Baqarah (2):275 sebagai berikut

َݚيذ

ّٱ

܅

َنݠُݖُك

ت

أَي

ْاٰݠَبذ ر ٱ

ݠُقَي

َ

َ

ُعݠُقَي اَݙَك

َذإ َنݠُ

܅

يذ

ّٱ

܅

ُݝ ُط܅بَܮَتَي

ُݚٰ َطتي ܅ش ٱ

َݚذم

ه ذ سَݙ

ت

ٱ

اَݙ܅نذإ ْاكݠُاَق تݗُݟ܅نَأذب َݑذَٰذ

ُ݅تيَ

ۡٱ

ت

ُݔتثذم

ْۗاٰݠَبذ ر ٱ

܅ݔَح

َ

أَو

ُ ܅ّٱ

َ݅تيَ

ۡٱ

ت

َع܅رَحَو

هْاٰݠَبذ ر ٱ

َءكاَج ݚَݙَف

ُهۥ

1Ismail Nawawi Uha, Bisnis Syariah - Pendekaan Ekonomi dan Managemen Doktrin, Teori dan

Praktik,(Jakarta: Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), 114.

(12)

3

ذݝذ ب܅ر ݚذ م

ٞܟَظذعتݠَ

ۦ

َف

ٰ َهَتنٱ

ُݝَݖَف

ۥ

ُهُرت

َ

أَو َفَݖَس اَم

كۥ

َ

َذإ

ۖذ܅ّٱ

ُܜٰ َح تص

َ

أ َݑذئٓ

َلْوُأَف َل ََ تݚَمَو

ۖذرا܅نٱ

َنوُ ذِٰ َخ اَݟيذف تݗُه

٥

Artinya:

Orang –orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang – orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.3

Dalam ayat tersebut Allah SWT sangat tegas mengharamkan riba dalam bentuk apapun. Larangan tersebut mempengaruhi masyarakat muslim untuk beralih dan memutuskan beralih kepada Bank yang mempu mengelola hartanya dengan prinsip syariah. Oleh karna itu Bank syariah hadir sebagai alternatif bagi umat Islam sedangkan Bank syariah merupakan Bank yang

operasionalnya menjalankan prinsip syariah Islam.4

Fungsi Bank adalah menghimpun dana dari masyarakat (funding) dan

menyalurkannya kepada masyarakat (financing). Penghimpunan dana di Bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi>’ah dan mud{a>rabah.5 Prinsip akad wadi>’ah yang

diterapkan pada produk tabungan adalah wadi>’ah yadd d{ama>nah. Berbeda

(13)

4

dengan prinsip wadi>’ah yadd ‘ama>nah, Bank bertanggungjawab penuh atas

keutuhan dana tabungan yang dititpkan oleh Nasabah sehingga Bank boleh memanfaatkan harta titipan tersebut.

Di era yang sudah semakin dewasa ini masyarakat sudah mulai sadar atas pentingnya halal dan haramnya harta yang mereka miliki, begitu pula dengan timbulnya kekhawatiran perputaran harta mereka yang mereka titipkan kepada Bank. Keberadaan Bank syariah dan produk – produknya juga semakin diminati, bersamaan dengan hal tersebut pertumbuhan industri Bank syariah semakin pesat dan menimbulkan dinamika kompetisi yang semakin tinggi yang mengakibatkan suatu competitive advantage yang mengharuskan Bank untuk melakukan berbagai upaya inovasi yang tak henti – hentinya untuk me cnjadi pemain utama pada segment-nya agar Nasabah menjadi loyal. Dari sisi funding, strategi management marketing adalah hal

terpenting untuk itu Bank dituntut untuk memiliki sistem pemasaran yang mendapatkan emotional mass untuk menjadi Nasabah. Bank syariah gencar

memperkenalkan produknya dan memberikan tawaran – tawaran menarik untuk menjadi bahan pertimbangan Nasabah dalam memilih dimana dia akan menitipkan uangnya. Hal itu juga yang sangat berkaitan dalam menciptakan produk perbankan, menentukan segment dan menentukan aktivitas promosi. Salah satu Bank yang menerapkan tabungan dengan prinsip akad

wadi>’ah yadd d{ama>nah ini adalah Bank Republik Indonesia Syariah yang

selanjutnya disingkat BRI Syariah. Tabungan ini adalah salah satu produk

(14)

5

Mudah) yang merupakan produk simpanan dari BRISyariah untuk Nasabah perseorangan yang menginginkan kemudahan transaksi keuangan sehari – hari.6 Salah satu kiat yang dilakukan BRISyariah dalam hal pemasaran

adalah menciptakan sistem customer satisfaction dimana kepuasan pelanggan didefisinikan sebagai perspektif pengalaman Nasabah setelah menggunakan suatu produk atau layanan jasa perbankan. Pada tahun 2013 BRISyariah menawarkan produk tabungan Faedah dengan membebaskan segala tarif jasa perbankan. Kepuasan Nasabah BRISyariah dapat diartikan sebagai hasil penilaian atau persepsi Nasabah pada produk atau layanan jasa perbankan yang memudahkan segala transaksi perbankan.

Dengan berbagai pertimbangan, dalam kurun waktu 3 tahun belakangan ini tarif jasa perbankan telah mengalami perubahan. Sedangkan tidak dapat dipungkiri Nasabah BRISyariah telah mengalami proses pengambilan keputusan untuk memanfaatkan jasa perbankan yang tentunya dilandasi oleh alasan yang rasional, yaitu kemudahan transaksi yang bebas biaya. Namun tingkat ekspetasi Nasabah yang berbeda ketika pada saat mendaftar dan ketika Nasabah dihadapkan dengan perubahan tarif jasa perbankan juga menjadi faktor terpenting penghambat BRISyariah dalam memenuhi fasilitas dan pemanfaatan produk atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan Nasabah. Sedangkan setiap Bank berlomba untuk menyediakan penawaran fasilitas, fitur, dan manfaat yang relatif sama sedangkan BRISyariah terus berupaya tetap mempertahankan customer satisfaction

(15)

6

Nasabah dengan menjaga kesesuaian antara apa yang dirasakan oleh Nasabah dari pengalaman yang diperoleh dengan yang diharapkan. Hal ini menjadi kesenjangan antara apa yang dipersepsikan BRISyariah dengan apa yang dipersepsikan oleh Nasabah.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk membahas tentang perubahan tarif jasa perbankan yang berlaku di Bank BRISyariah pada tabungan Faedah menurut hukum Islam. Oleh karena itu peneliti tertarik

untuk membahas lebih dalam melalui penelitian dengan judul “Tinjauan

Hukum Islam terhadap Keabsahan Akad yang Berlaku pada Tabungan Faedah Bank BRI Syariah iB yang Mengalami Perubahan Tarif Jasa Perbankan”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Dari latar belakang permasalahan di atas, maka penulis mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Mekanisme akad wadi>’ah pada tabungan Faedah Bank BRI Syariah. 2. Aplikasi akad wadi>’ah pada tabungan Faedah Bank BRI Syariah 3. Status tarif jasa yang berlaku bagi Nasabah Bank BRI Syariah.

4. Penerapan akad wadi>’ah dengan perubahan tarif jasa perbankan pada tabungan Faedah Bank BRI Syariah

Dari beberapa identifikasi masalah tersebut di atas, perlu diperjelas

batasan-batasan atau ruang lingkup persoalan yang akan dikaji dalam penelitian ini agar skripsi ini dapat terarah pembahasannya, maka penulis

(16)

7

1. Penerapan akad wadi>’ah pada tabungan Faedah Bank BRI Syariah.

2. Tinjauan Hukum Islam terhadap akad wadi>’ah yang telah mengalami perubahan tarif jasa perbankan yang berlaku pada tabungan Faedah Bank BRI Syariah.

C. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas permasalahan yang ingin dibahas atau dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana praktik akad wadi>’ah pada tabungan Faedah di Bank BRI Syariah?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap keabsahan akad yang telah mengalami perubahan tarif jasa perbankan yang berlaku pada tabungan Faedah Bank BRI Syariah?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi tentang kajian atau penelitian yang sudah diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang sedang dilakukan ini bukan merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang sudah ada.7

Berdasarkan penelusuran kajian kepustakaan yang penulis lakukan, berikut ada beberapa penelitian yang terkait dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Skripsi yang ditulis oleh Rika Marinis dengan judul “Prinsip Wadi>’ah dalam Produk Tabunganku iB di PT BNI Syariah Cabang Pekanbaru.” Pada

(17)

8

pembahasan skipsi ini penerapan produk tabunganKu yang terjadi di Bank BNI Syariah cabang Pekanbaru berkenan untuk memberikan bonus wadi>’ah , tetapi tidak dijanjikan diawal akad. Sebagian Nasabah merasa keberatan dengan kebijakan ini karena tidak dijanjikan diawal akad. Dalam hal ini Nasabah beranggapan bahwa dalam kebijakan Bank tidak saling transparan atau tidak saling terbuka terhadap Nasabah.8

2. Skipsi yang ditulis oleh Rizky Amalia dengan judul “Analisis Fee Based

Income pada Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.)”. Pada pembahasan skripsi ini Free Based Income yang

diperoleh Bank Muamalat Indonesia berasal dari tarif yang dikenakan kepada Nasabah atas jasa yang diberikan, besarnya tarif yang dikenakan untuk setiap jasa perbankan telah ditentukan oleh pihak Bank Indonesia berdasarkan layanan tarif dan limit tahun baru.9

3. Skipsi yang ditulis oleh Nikmah Ro’aina dengan judul “Pengaruh

Religuitas terhadap Keputusan menjadi Nasabah Bank Syariah Mandiri

KCP Wonocolo Surabaya”. Pembahasan skripsi ini menguak fakta tentang

seberapa besar pengaruh religuitas Nasabah muslim terhadap pengambilan keputusan menjadi Nasabah Bank Syariah.10

8Rika Marinis, Prinsip Wadi>’ah dalam Produk Tabunganku IB di PT BNI Syariah Cabang Pekanbaru. (Skripsi- UIN Sultan Syarif Kasim, Riau, 2011),4

9 Rizky Amalia, Analisis Fee Based Income pada Bank Syariah (Skripsi- Universitas Mercu Buana, Jakarta, 2006),54

10Nikmah Ro’aniah, Pengaruh Religuitas terhadap Keputusan menjadi Nasabah Bank Syariah

(18)

9

4. Jurnal yang ditulis oleh Imam Yahya dan Retnandi Meita Putri dengan judul “Pengaruh Perubahan Biaya Transakasi Kartu ATM (Anjungan Tunai Mandiri) pada Tabungan Faedah Terhadap Minat Bertransaksi Nasabah di BRI Syariah Semarang. Pada jurnal menguak fakta tentang seberapa besar pengaruh minat bertransaksi Nasabah dengan adannya perubahan biaya transaksi.

Dari penjelasan tersebut dapatlah diambil perbedaan dengan skripsi ini. Dimana dalam skripsi ini yang menjadi objek penelitian adalah BRI Syariah yang menekankan pembahasan tentang bagaimana akad yang berlaku pada tabungan Faedah Bank BRI Syariah setelah mengalami perubahan tarif jasa perbankan.

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam pembahasan skripsi ini yang sesuai dengan rumusan masalah di atas adalah untuk menjelaskan: 1. Praktik akad wadi>’ah pada tabungan Faedah di Bank BRI Syariah

2. Tinjauan hukum Islam terhadap akad yang telah mengalami perubahan tarif jasa perbankan yang berlaku pada tabungan Faedah Bank BRI Syariah F. Kegunaan Hasil Penelitian

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat paling tidak terdapat dua aspek :

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk pengembangan

(19)

10

2. Secara praktis

Dapat menjadi pertimbangan mengenai penyelesaian pembiayaan bagi lembaga keuangan Syariah pada umumnya dan BRI Syariah pada khususnya. G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan pembaca dalam memahami istilah yang

dimaksud dalam judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Keabsahan Akad

yang Berlaku pada Tabungan Faedah Bank BRI Syariah iB”.

Maka perlu dijelaskan makna yang terdapat dalam penelitian ini, sehingga secara operasional tidak ada kendala berupa terjadinya perbedaan pemahaman yang menyangkut hal-hal yang dibahas.

Tinjauan hukum Islam : Suatu proses memilih dan memilah data untuk menemukan sesuatu yang baru dibuat berdasarkan sumber hukum Islam al-Qur’an dan al-Hadits.

Keabsahan akad : Perjanjian yang dibuat dengan telah terpenuhi semua rukun dan syaratnya dan tidak ada unsur yang mengharamkan seperti maysir, ghara<r dan riba>.

Perubahan tarif jasa perbankan : Harga yang telah mengalami perubahan nilai, diungkapkan dengan berbagai istilah, misalnya biaya sewa, operasional, gaji dan lain-lain. Penentuan biaya dan harga pada

(20)

11

Islam, begitu pula sumber penetuan tarif jasa atau pelaksanaan kegiatan berdasarkan prinsip syariah dengan dasar hukumnya adalah al-Qur’an dan al-Hadits.

H. Metode Penelitian

1. Data yang dikumpulkan

Data yang diperlukan dihimpun untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah yakni data primer dan data sekunder.

a. Data primer:

1) Mekanisme tabungan Faedah

2) Data perubahan tarif jasa perbankan b. Data Sekunder:

1) Konsep umum akad wadi>’ah 2) Profil Bank BRI Syariah

3) Produk dan aplikasi akad wadi>’ah Bank BRI Syariah 4) Etika penginformasian perubahan ketentuan yang berlaku 2. Sumber Data

a. Sumber Primer:

Sumber data primer adalah subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau pengambilan data secara langsung atau yang dikenal dengan istilah interview (wawancara).11 Sumber data yang

diperoleh langsung dari hasil penelitian di Bank BRI Syariah dan juga

(21)

12

hasil wawancara dengan customers service, marketing Bank BRI Syariah.

b. Sumber Sekunder:

Data pendukung yang diperoleh dari data kepustakaan, buku, dokumen, dan lain sebagainya yang ada hubungannya dengan penelitian. Meliputi:

1) Wahba az-Zuhaili, Fiqh Islam,

2) Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, 3) M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam,

4) Gemala Dewi, Hukum Periakatan Islam di Indonesia, 5) Syamsuk Anwar, Hukum Perjanjian Syariah,

6) Mardani, Fiqh Ekonomi Islam,

7) Website resmi BRI Syariah, www.brisyariah.co.id,

8) Leaf lead pengumuman perubahan tarif jasa perbankan BRISyariah, 9) Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

yang ada di Bank BRI Syariah,

10) Dan sumber-sumber pendukung lainya. 3. Teknik pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi merupakan data yang diperoleh melalui sebuah pengamatan dan tidak melakukan banyak kegiatan, melainkan hanya mencatat apa yang dilihat atau disaksikan.12 Dalam kegiatan ini

(22)

13

penulis mengobservasi hal – hal apa saja yang melatarbelakangi perubahan tarif jasa perbankan yang ada di Bank BRI Syariah.

b. Wawancara

Suatu bentuk komunikasi semacam percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi.13 Dalam kegiatan ini penulis melakukan

wawancara dengan customers service dan marketing Bank BRI Syariah. Penulis tidak melakukan wawancara dengan Nasabah berkenaan dengan kerahasiaan data Nasabah pada Bank BRISyariah.

c. Dokumentasi

Sejumlah besar fakta dan data yang tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, surat, buku-buku, agenda, transkrip dan sebagainya.14 Dengan melalakukan penggalian berupa data terhadap

masalah-masalah yang diinginkan melalui cara pemahaman serta penelitian terhadap data yang berada pada dokumen - dokumen yang dimiliki oleh Bank BRI Syariah dan beberapa buku yang ada hubungannya dengan permasalahan di atas.

4. Teknik Pengolahan Data

a. Editing, yaitu memeriksa kembali semua data-data yang diperoleh dengan memilih dan menyeleksi data tersebut dari berbagai segi yang

13 S, Nasution, Metode Research, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), 113.

(23)

14

meliputi kesesuaian dan keselarasan satu dengan yang lainnya, keaslian, kejelasan serta relevansinya dengan permasalahan.15

b. Organizing, yaitu mengatur dan menyusun data sumber dokumentasi sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh gambaran yang sesuai dengan rumusan masalah, serta mengelompokkan data yang diperoleh sehingga menghasilkan bahan yang sesuai dengan susunan alur skripsi.16

c. Analyzing, yaitu merupakan tahap akhir, yaitu menganalisa kembali lebih lanjut data-data yang telah tersusun untuk memperoleh kesimpulan atas rumusan masalah.17

5. Teknik Analisis Data

Analisis Deskriptif yang digunakan yaitu dengan cara menuturkan dan menguraikan serta menjelaskan perubahan tarif jasa perbankan pada akad wadi>’ah.18 Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat deskripsi

atau gambaran mengenai objek penelitian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.19 Metode ini digunakan untuk mengetahui perubahan tarif

jasa perbankan pada akad wadi>’ah pada Nasabah di BRI Syariah.

15 Chalid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), 15. 16 Ibid, 154.

17 Ibid, 195.

18 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Cet I, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2006), 240.

(24)

15

Adapun pola pikir yang digunakan dalam menganalisis adalah pola pikir pendekatan deduktif, yaitu pola pikir yang berpijak pada fakta-fakta yang bersifat umum kemudian diteliti dan akhirnya dikemukakan pemecahan persoalan yang bersifat khusus.20

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan dalam penulisan skripsi ini, maka disusunlah sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab satu berisi pendahuluan yang memuat uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab dua penulis membahas tentang landasan teori akad wadi>’ah dan praktiknya dalam perbankan, dan hukum perikatan yang ditetapkan dalam hukum Islam.

Bab tiga merupakan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada Bank BRI Syariah, yang berisi gambaran umum Bank BRI Syariah, Aplikasi akad wadi>’ah tabungan Faedah dan perubahan tarif jasa perbankan yang berlaku pada tabungan Faedah.

Bab empat membahas analisis tinjauan hukum Islam tentang tinjauan hukum Islam terhadap keabsahan akad yang berlaku pada tabungan Faedah Bank BRI Syariah yang telah mengalami perubahan tarif jasa perbankan.

Bab lima merupakan bab penutup yang memuat tentang kesimpulan dan juga berisi saran.

(25)

16 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Akad dalam Hukum Perikatan Syariah 1. Pengertian Akad

Di dalam istilah al–Qur’an kita diperkenalkan dengan kata al-‘aqdu

(

)

yang jika diartikan dalam bahasa adalah akad, al \–‘ahdu

(

)

yang

berarti janji dan al–rabt}u

(

)

yang berarti ikatan. Sebagai mana Allah

SWT berfirman dalam QS. al–Maidah (5):1 sebagai berikut:

ُكۡيقݖقع ٰ قَۡتُي ܛقم

َِإ ِݗٰ قعۡن

ذ

ق ۡ

ۡٱ ُܟقݙيِݟقب ݗُكقل ۡܠذݖِحُأ ِۚلݠُقُعۡلٱِب ْاݠُفۡوقأ ْآݠُݜقماقء قݚيِ ذَٱ ܛقݟُيقأٓ قي

ۡݗ

ُديِرُي ܛقم ُݗُكۡ

قَ ق ذَٱ ذنِإ ۗ مُرُح ۡݗُتنقأقو ِدۡي ذصٱ َِِِ ُُ ق ۡۡقغ

١

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad - akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya1

Di dalam ayat ini Allah memerintahkan manusia untuk memenuhi akadnya. Dalam terjemahan al-Qur’an cetakan Karya Toha Putra

menterjemahkan ‘aqad (perjanjian) mencakup janji prasetia hamba kepada

Allah yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya.2 Perintah

memenuhi akad ini ditekankan langsung pada ayat pertama surat al–Maidah dan diikuti dengan ayat–ayat selanjutnya yang berkaitan dengan

1Al-Qur’an Al Karim dan Terjemahnya Departemen Agama RI (Semarang: Karya Toha Putra, 1998),199

(26)

17

penyempurnaan agama Islam. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pemenuhan dalam suatu akad. Menurut Fathurrahman Djamil dalam buku yang berjudul Hukum Perjanjian Syariah, istilah verbintenis dalam KUH Perdata dapat disamakan dengan istilah al–‘aqdu.3

Adapun istilah perjanjian atau overseen-komst juga dapat disamakan dengan istilah al–‘ahdu4 seperti yang terdapat dalam firman Allah pada QS.

Ali Imran (3):76 sebagai berikut:

قنِقذتُݙ

ۡ

ٱ ُܜِ َُ ق ذَٱ ذنِܗقف ٰ قَذتٱقو ۦِهِدۡݟقعِب ٰ

قَۡوقأ ۡݚقم ٰۚقَقب

٦

Artinya:

(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.5

Dalam ayat ini Allah memperintahkan untuk menepati janji yang telah dibuat dan Allah menggolongkannya sebagaimana orang–orang yang bertaqwa. Hal ini berkaitan dengan suatu pernyataan dari seorang untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dan menyangkut dengan patutnya perjanjian tersebut dilaksanakan. Janji kedua belah pihak yang dilaksanakan bersama inilah yang disebut dengan istilah al–‘aqdu atau dalam

bahasa adalah akad.

I>ja>b. dan qabu>l adalah dua kata yang mempunyai keterkaitan dengan

perjanjian. Menurut Prof. Dr. Syamsul Anwar, M.A dalam bukunya yang berjudul Hukum Perjanjian Syariah, Akad didefinisikan pertemuan i>ja>b. dan

3 Fathurrahman Djamil, Hukum Perjanjian Syariah (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), 247 - 248

4ibid

(27)

18

qabu>l sebagai pernyataan kehendak dua belah pihak atau lebih untuk

melahirkan suatu akibat hukum pada objeknya.6 Dalam akad terjadi ketika

penawaran diajukan oleh salah satu pihak, hal inilah yang disebut i>ja>b. Sedangkan ketika terjawab dengan persetujuan yang diberikan mitra akad sebagai suatu bentuk tanggapan dari penwaran tersebut itulah yang disebut qabu>l . Akad merupakan bentuk tindakan hukum dua pihak yang melakuan i>ja>b. dan qabu>l untuk memperesentasikan kehendak masing–masing pihak

seperti dalam akad wasiat, pernikahan, wakaf dan lain–lain. Akad tidak dapat dikatakan akad apabila terjadi merupakan tindakan dari dua pihak yang memberikan tawaran dan menerima tawaran.

Apabila ditelisik lebih tegas lagi, ketika akad melahirkan suatu akibat hukum, tujuan yang dicapai adalah untuk mencapai hasil dari maksud bersama melalui pembuatan akad. Akibat hukum dari akad tersebut melahirkan perjanjian yang bersifat mengikat. Seperti yang terdapat pada Pasal 1233 dan 1234 KUH Perdata sebagai berikut:7

1233. Tiap–tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang–undang.

1234. Tiap–tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak melakukan sesuatu.

Dari kedua penjelasan diatas, pada hakekatnya antara perikatan dan perjanjian pada dasarnya sama, yaitu merupakan hubungan hukum antara

6 Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah: Studi tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat, (Jakarta: Rajawali Press, 2007), 68

(28)

19

pihak-pihak yang diikat di dalamnya, namun perikatan lebih luas dari perjanjian, sebab hubungan hukum yang ada dalam perikatan munculnya tidak hanya dari perjanjian tetapi juga dari aturan perundang-undangan. Yang membedakan diantara keduanya adalah perjanjian pada hakekatnya merupakan hasil kesepakatan para pihak jadi sumbernya merupakan yang benar-benar kebebasan pihak-pihak yang ada untuk diikat dengan perjanjian yang dipaparkan lebih jelas pada Pasal 1338 KUHPerdata. Kemudian jika dibandingkan dengan perikatan, selain mengikat karna adanya kesepakatan juga mengikat karena adanya kesepakatan juga mengikat karena diwajibkan oleh Undang-undang.

Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Bab I Pasal 20 ayat (1), akad adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk melakukan dan/ atau tidak melakukan perbuatan hukum tertentu.8

Menurut Gemala Dewi dalam buku Hukum Perikatan Islam di Indonesia, perbedaan yang terjadi dalam proses perikatan Hukum Islam dan

KUH Perdata adalah pada tahap perjanjiannya. Pada Hukum Perikatan Islam, janji dengan pihak pertama terpisah dengan janji pihak kedua (merupakan dua tahap), baru kemudian lahir perikatan. Sedangkan pada KUH Perdata, perjanjian para pihak pertama dan pihak kedua adalah satu tahap yang kemudan menimbulkan perikatan diantara mereka.9

Wa’ad secara etimologis mempunyai arti janji (perjanjian) sedangkan

akad yaitu menyimpulkan (mengikatkan), mengadakan perjanjian dan

8Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), 15

(29)

20

kontrak.10 Menurut pendapat Adiwarman Karim, dalam bukunya yang

berjudul Bank Islam, wa’ad adalah janji (promise) antara satu pihak kepada

pihak lainnya yakni pihak yang memberi janji kewajiban untuk melaksanakan kewajibannya, sedangkan pihak yang diberi janji tidak memikul kewajiban apa–apa terhadap pihak lainnya. Dalam wa’ad, term and condition-nya belum ditetapkan secara rinci dan spesifik (belum well defined). Bila pihak yang berjanji tidak dapat memenuhi janjinya, maka

sanksi yang diterimanya lebih merupakan sanksi moral.

Di lain pihak, akad mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat, yakni masing–masing pihak terkait untuk melaksanakan kewajiban mereka masing - masing yang telah disepakati dahulu. Dalam akad, term and condition-nya ditetapkan secara rinci dan spesifik (sudah well defined). Bila

pihak yang berjanji tidak dapat memenuhi janjinya, maka sanksi yang diterimanya lebih merupakan sanksi yang telah disepakati dalam akad. 11

Dalam perspektif hukum positif (legal level), akad sama dengan

perjanjian. Hal ini tentu berbeda dengan perspektif syariah.12 Pada hukum

syariah, akad tidak selalu berupa perjanjian. Suatu akad dapat dikatakan sebagai perjanjian apabila ada kesepakatan antara pihak Bank syariah dengan Nasabah terjadi ketika kualitas, kuantias, harga objek transaksi serta waktu penyerahan tela diketahui.

10 Mardani, Hukum Perikatan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), 1 dan 2 11 Adiwarzman A.Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Depok: Rajawali Pers,2013), 65

(30)

21

2. Asas Perjanjian dalam Hukum Islam

Di dalam melakukan transaksi syariah, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) BAB II Pasal 21 poin (a) sampai (m) dinyatakan bahwa akad dilakukan atas beberapa asas13:

1. Ikhtiya>ri<(suka rela); setiap akad dilakukan atas kehendak para pihak, dan tidak ada unsur keterpaksaan karena tekanan salah satu pihak atau pihak lain.

2. ‘Ama>nah(menepati janji); setiap akad wajib dilaksanakan oleh para

pihak sesuai dengan kesepakatan yang ditetapkan oleh yang bersangkutan dan pada saat yang sama terhindar dari cidera-janji.

3. Ih}tiya>t}i<(kehati–hatian); setiap akad dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan dilaksanakan secara tepat dan cermat.

4. Luzu>m(tidak berubah); setiap akad dilakukan dengan tujuan yang jelas dan perhitungan yang cermat, sehingga terhindar dari praktik spekulasi atau maisi<r.

5. Saling menguntungkan; setiap akad dilakukan untuk memenuhi kepentingan para pihak sehingga tercegah dari praktik menipulasi dan merugikan slalah satu pihak.

6. Taswi<yah(kesetaraan); para pihak dalam setiap akad memiliki kedudukan yang setara, dan mempuntai hak dan kewajiban yang seimbang.

(31)

22

7. Transparasi; setiap akad dilakukan dengan pertanggungjawaban para pihak secara terbuka.

8. Kemampuan; setiap akad dilakukan sesuai dengan kemempuan para pihak, sehingga tidak menjadi beban yang berlebihan bagi yang bersangkutan.

9. Taisi<r(kemudahan); setiap akad dilakukan dengan cara saling memberi kemudahan kepada masing–masing pihak untuk dapat melaksanakannya sesuai dengan kesepakatan.

10. Iktikad baik; akad dilakukan dalam rangka menegakkan kemaslahatan, tidak mengandung unsur jebakan dan perbuatan buruk lainnya.

11. Sebab yang halal; tidak bertentangan dengan hukum, tidak dilarang oleh hukum dan tidak haram.

12. Al-h}urriyah (kebebasan berkontrak). 13. Al-kita>bah (tertulis).

3. Unsur–Unsur Akad

Ketika ditarik dari definisinya, akad adalah pertalian antara i<ja>b.

dan qabu>l yang dibenarkan oleh syara’ yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya. Dari definisi tersebut diperoleh tiga unsur yang terkandung dalam akad yaitu;14

1) Pertalian i>ja>b. dan qabu>l ; pernyataan kehendak dan pernyataan menerima kehendak ini harus ada dalam melaksanakan suatu perikatan.

(32)

23

2) Dibenarkan oleh syara’; akad, tujuan akad dan pelaksanaan akad yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan syariah. Jika bertentangan, akan mengakibatkan akad itu tidak sah. 3) Mempunyai akibat hukum terhadap objeknya; akad merupakan

salah satu dari tindakan hukum atau yang disebut tas}arruf. Adanya akibat hukum terhadap objek hukum yang diperjanjikan oleh para pihak dan juga memberikan konsekuensi hak dan kewajiban yang mengikat para pihak. Tas}arruf memiliki dua bentuk, yaitu: tas}arruf fi’li (perbuatan)

dan tas}arruf qauli< (perkataan).15 Tas}arruf fi’li adalah usaha

yang dilakukan manusia dari tenaga dan badannya, seperti kegiatan mengelola atau mengatur. Sedangkan tas}arruf qauli< < adalah usaha yang keluar berupa lisan. Namun, tidak semua perkataan manusia digolongkan sebagai akad, tetapi merupakan suatu perbuatan hukum. tas}arruf qauli< dibagi menjadi dua bentuk, yaitu: tas}arruf qauli< aqdi dan tas}arruf qauli< ghairu aqdi. tas}arruf qauli< aqdi adalah sesuatu yang

dibentuk dari dua ucapan dua pihak yang saling bertalian, yaitu dengan i>ja>b. dan qabu>l yang melahirkan suatu perikatan diantara mereka. Sedangkan tas}arruf qauli< ghairu aqdi adalah

perkataan yang tidak bersifat akad atau tidak ada unsur i>ja>b.

(33)

24

dan qabu>l . Perkataan ini dapat berupa pernyataan atau berupa

perwujudan.

4. Rukun dan Syarat akad

Pendapat mengenai rukun perikatan atau yang sering disebut juga dengan rukun akad dalam hukum Islam beraneka ragam dikalangan ahli fiqh. Mahdzab Hanafi berpendapat bahwa rukun akad hanya s}i<ghat al-‘aqd adapun syarat akad adalah al-‘a>qidain (subjek akad) dan

mahallul ‘aqd (objek akad). begitu pula dengan Mahdzab Syafi’i,

Maliki, dan Imam Ghazali termasuk juga Shihab al-Kaeakhi, bahwa al-‘a>qidain dan mahallul ‘aqd adalah termasuk rukun akad karna

keduanya merupakan salah satu pilar dalam tegaknya akad.16

Syarat dalam pelaksanaan akad ini yaitu (1) adanya kepemilikan terhadap barang atau adanya otoritas untuk mengadakan akad, baik

16Ibid, 57

Unsur Akad

pertalian i<ja>bdan

qabu>l dibenarkan oleh syara' mempunyai akibat hukum terhadap objeknya (tas}arruf )

perbuatan (tas}arruf fi’li) perkataan (tas}arruf qauli<)

tas}arruf qauli< aqdi

(34)

25

secara langsung ataupun perwakilan. (2) pada barang atau jasa tersebut tidak terdapat hal orang lain.17

5. Batalnya dan berakhirnya akad

Suatu akad dikatakan berakhir apabila telah tercapai tujuannya. Selain hal itu apabila terjadi fasakh (pembatalan) atau telah berakhir di

a. Di-fasakh (dibatalkan), karena adanya hal-hal yang dibenarkan oleh

syara’.

b. Dengan sebab adanya khiya>r, baik khiya>r rukyat, cacatm syarat atau majelis.

c. Dengan sebab ‘iqa>lah, yaitu salah satu pihak dengan persetujuan

pihak lain membatalkan karena merasa menyesal atas akad yang baru saja dilakukan.

d. Karena adanya kewajiban yang tidak dipenuhi oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

e. Karena telah habis jangka waktunya.

f. Karena tidak mendapat izin pihak yang berwenang. g. Karena sebab kematian pihak yang bersangkutan. B. Akad Wadi>’Ah dan Praktiknya dalam Perbankan Syariah

1. Pengertian Akad Wadi>’ah

Wadi>’ah berasal dari kata al-wad’ yang memiliki arti

meninggalkan, sedangkan menurut bahasa al-wadi>’ah ialah sesuatu yang diletakkan ditempat orang untuk dijaga. Adapun

(35)

26

dalam definisi syara’, kata wadi>’ah disebutkan untuk penitipan

dan untuk benda yang dititipkan. Dan yang lebih rajih, wadi>’ah adalah akad, hanya saja kata yang lebih benar untuk akad penitipan ini adalah al-i>da>’ (penitipan) bukan wadi>’ah (barang

titipan).18 Pengertian wadi>’ah dalam Kompilasi Hukum

Ekonomi Syariah Bab I Pasal 20 ayat 17, wadi>’ah. Adalah penitipan dana antara pihak pemilik dana dengan pihak penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut.19

Para ulama sepanjang masa juga berijma atas kebolehan akad penitipan ini. Hal ini karena orang–orang melakukannya, bahkan itu merupakan kebutuhan darurat.20 Kegiatan titip

-menitipkan barang ini bukanlah hal yang asing, bahkan kegiatan ini adalah bagian dari kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial.

2. Landasan Hukum Akad Wadi>’ah 1) Al-Quran

Surah al-Baqharah: 283:

قݚِم

ق

أ ۡنِܗقف ۖٞܟ قضݠُܞۡقذم ٞݚٰ قهِرقف ܛمܞِت قَ ْاوُدِ قَ ۡݗق قو لرقݍقس ٰق قل ۡݗُتݜُك نِ

ق

َقو ۗۥُݝذبقر ق ذَٱ ِݎذتق

ۡقو ۥُݝقتقݜٰ قم

ۡ

ق

أ قݚِݙُتۡؤٱ يِ

َٱ ِِلقܖُيۡݖقف ܛ مضۡعقب ݗُك ُضۡعقب

ذ

ۡݖقق ٞݗِثاقء ٓۥُݝذنِܗقف ܛقݟۡݙُتۡكقي ݚقمقو ۚقةقدٰ قه ذش ٱ

ْاݠُݙُتۡكقت

قنݠُݖقݙۡعقت ܛقݙِب ُ ذَٱقو ۗۥُݝُܞ

ٞݗيِݖقع

(36)

27

Artinya:

Jika kamu dalam perjalanan (ber-mu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang) akan tetapi jika yang sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya, janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa menyembunyukannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Surah an-Nisa: 58:

ِسܛذنٱ ق ۡنقب ݗُتۡݙقكقح اقمِ ܛقݟِݖۡه

ق

أ ٓ

َِإ ِܠٰ قنٰ قم

ق

ق ۡ

ۡٱ ْاوُلقܖُت ن

ق

أ ۡݗُكُرُ

ۡ

ܕقي ق ذَٱ ذنِإ

ۡلٱِب

ْاݠُݙُكۡ قَ نقأ

اۢقعيِݙقس قن قَ ق ذَٱ ذنِإ ۗٓۦِݝِب ݗُك ُظِعقي ܛذݙِعِن ق ذَٱ ذنِإ ِۚلۡدقع

امۡ ِصقب

Artinya:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu

menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) bila menetapkan hukum diantara menusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

2) As-Sunnah

(37)

28

3) Fatwa DSN tentang Tabungan wadi>’ah

Ketentuan wadi>’ah terdapat dalam fatwa DSN tentang Tabungan sebagai berikut: yaitu Fatwa DSN Nomor 2/DSN-MUI/IV/2000 poin ketiga tentang ketentuan umum tabungan berdasarkanwadi>’ah sebagai berikut:21

a) Bersifat simpanan.

b) Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan.

c) Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya) yang bersifat sukarela dari pihak Bank.

4) Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah BAB XV tentang Wadi>’ah

a) Bagian pertama, Pasal 409 sampai 412 tentang

rukun dan syarat wadi>’ah;

b) Bagian kedua, Pasal 413 sampai 414 tentang macam

akad wadi>’ah;

c) Bagian ketiga, Pasal 415 sampai 422 tentang

penyimpanan dan pemeliharaan objek wadi>’ah; dan d) Bagian keempat, Pasal 424 sampai 429 tentang

pengembalian objek wadi>’ah.

(38)

29

5) Dasar dari Ijma’ 22

Ulama sepakat diperbolehkkannya akad wadi>’ah karena ia adalah termasuk ibadah Sunnah. Dalam kitab Mubdi disebutkan: ijma’ dalam setiap masa

memperbolehkan wadi>’ah. Dalam kitab Ishfah disebutkan: ulama sepakat bahwa wadi>’ah termasuk ibadah Sunnah dan menjaga barang titipan itu mendapat pahala.

3. Macam-Macam Akad Wadi>’ah

Secara umum wadi>’ah terdapat menjadi dua jenis, yaitu:23

1. wadi>’ah yadd al-‘ama>nah atau yang biasa disebut Trustee

Defostery. Dimana barang yang dititipkan tidak boleh

dimanfaatkan atau digunakan oleh penerima titipan. Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang bertugas dan berkewajiban untuk mejaga barang yang dititipkan tanpa boleh mengambil manfaat dengan barang tersebut. Namun penerima titipan diperbolehkan untuk membeBankan biaya kepada yang menitipkan sebagai kompensasi, dalam perbankan aplikasi akad wadi>’ah yadd al-’amana>h ini adalah produk jasa penitipan atau safe deposit box.

2. wadi>’ah yadd adh-d{ha>manah atau yang biasa disebut Guarante

Depository. Dimana harta atau barang yang dititipkan boleh

(39)

30

dimanfaatkan oleh yang penerima titipan, sehingga barang dan harta tersebut tentu menghasilkan manfaat. Sekalipun demikian, tidak ada keharusan bagi penerima titipan untuk memberikan hasil manfaat kepada yang menitipkan barang tesebut (pemilik). Dunia perbankan mengaplikasikan dengan produk pendanaan Giro (Current Account) wadi>’ah dan

Tabungan (Saving Account) wadi>’ah.

Kedua jenis akad wadi>’ah tersebut diperkuat dengan adanya dasar hukum yang terdapat di Pasal 413 ayat (1), (2) dan (3) KHES. 4. Rukun Akad Wadi>’ah dan Syarat-Syaratnya

Menurut Pasal 409 KHES ayat (1) rukun wadi>’ah terdiri atas Muwaddi/ penitip, Mustauda’/ penerima, Objek wadi>’ah/ harta titipan; dan akad.24 akad tersebut dalam ayat (2)

disebutkan dapat dinyatakan dalam lisan, tulisan atau isyarat. Sedangkan menurut mazhab Hanafi adalah i>ja>b. dan qabu>l , yaitu, “Saya menitipkan barang ini kepadamu”, atau “Jagalah

barang ini untukku”, atau “Ambilah barang ini sebagai titipan

padamu”, dan sejenisnya, lalu orang kedua menerimanya.25 Hal

itu dapat ditunjukan dengan qabu>l , bisa dengan lafal, misalnya “Saya menerimanya.” Bisa juga dengan suatu tindakan yang

menunjukkan hal itu, seperti ada orag yang meletakkan harta

(40)

31

itu di tempat orang lain, lalu orang lain itu diam saja, maka diamnya orang kedua tersebut menepati posisi qabu>l .26

Kemudian syarat–syarat akad wadi>’ah diperjelas dalam pasal 410 yang berbunyi, para pihak yang melakukan akad

wadi>’ah harus memiliki kecakapan hukum, dalam pasal 411

yang berbunyi, objek wadi>’ah harus dapat dikuasai dan diserah– terimakan. dan pasal 412 yang berbunyi muwaddi dan

mustaudi’ dapat membatalkan akad wadi>’ah sesuai

kesepakatan. Menurut jumhur ulama, dalam akad wadi>’ah disyaratkan pula seperti balig, berakal dan bisa mengatur dan membelajakan harta.27

5. Konsekuaensi Hukum Akad Wadi>’ah

Seperti halnya hukum sebab akibat yang terjadi secara natural, begitu juga lahirlah konsekuensi hukum akad wadi>’ah yaitu timbul kewajiban orang yang dititipi untuk menjaganya demi pemiliknya. Komitmen untuk menjaga titipan ini sebagai amanah. Hal ini berdasarkan sabda Nabi saw.,

Artinya:

Dan orang–orang muslim harus melaksanakan syarat– syarat yang mereka sepakati, kecuali syarat yang menghalalkan sesuatu yang haram atau yang mengharamkan yang halal. HR al-Hakim

(41)

32

Dari hadits diatas dapat ditarik poin penting yaitu harus melaksanakan syarat–syarat yang mereka sepakati. Sehingga penerima titipan berkewajiban pula atas pemeliharaan barang dan harta yang dititipkan tersebut secara layak atau yang biasa menurut kebiasaan dan apabila dalam pemeliharaannya memerlukan biaya, seperti pada Pasal 421 ayat (1) KHES, penitip/pemilik titipan tersebutlah yang harus bertanggung jawab atas biaya tersebut. Maka dalam hal ini dapat dipahami bahwa apabila terjadi kerusakan pada benda tersebut, padahal sudah dijaga sebagaimana layaknya, maka penerima titipan tidak wajib untuk menggantinya. Apabila kerusakan tersebut disebabkan oleh kelalaiannya, maka penerima titipan wajib menggantinya. Hal ini diperkuat dengan adanya dasar hukum KHES pada Pasal 420 ayat (2).

6. Berakhirnya Akad Wadi>’ah

Akad wadi>’ah berakhir dengan beberapa hal berikut ini:28

1. Barang atau harta titipan diambil atau dikembalikan kepada pemiliknya,

2. Kematian yang menitipkan barang atau orang yang dititipi, 3. Hilangnya kesadaran atau gilanya salah satu pihak dalam akad,

(42)

33

4. Orang yang menitipkan dilarang membelanjakan harta (mahjur) karena kedunguan, atau orang yang dititipan dilarang membelanjakan karna bangrut. Hal ini adalah dalam rangka menjaga kemaslahatan keduanya.

5. Berpindahnya kepemilikan benda yang dititipkan kepada orang lain misalnya dengan kegiatan jual beli, hibah, maupun yang lainnya.

7. Praktik Akad Wadi>’ah dalam Perbankan Syariah

Pertumbuhhan dan perkembangan dunia perbankan sangatlah dipengaruhi oleh kemampuannya dalam menghimpun dana atau yang biasa disebut funding. Bank syariah sebagai

Bank yang memiliki prinsip khusus yang diharapkan dapat menjadi lembaga yang dapat menjadi jembatan atara para pemilik modal atau pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Salah satu penerapan penghimpunan dana masyarakat di Bank syariah adalah dengan menggunakan prinsip akad wadi>’ah yadd adh-d{a>manah pada produk tabungan wadi>’ah dan rekening giro. Seperti yang telah dipapakan pada pembahasan diatas tentang macam akad

wadi>’ah, dalam wadi>’ah yadd adh-d{a>manah pihak yang dititipi

(43)

34

harta berupa tersebut dan boleh memanfaatkan atau menggelolanya. Ketentuan umum dari produk ini adalah:29

1. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung Bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan menanggung kerugian. Bank dimungkinkan membrikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif untuk menarik dana masyarakat namun tidak diperbolehkan untuk diperjanjikan didepan. 2. Bank harus membuat akad pembukuan rekening yang

isinya mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Khusus bagi pemilik rekening giro, Bank dapat memeberikan buku cek, bilyet girom dan debit card.

3. Terhadap pembukuan rekening ini Bank dapat mengenakan pengganti biaya adminitrasi untuk sekedar menutupi biaya yang benar–benar terjadi.

4. Ketentuan–ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

(44)

35 BAB III

PRAKTIK AKAD WADI>’AH PADA TABUNGAN FAEDAH DI BANK BRI SYARIAH IB

A. Gambaran Umum Bank BRI Syariah 1. Sejarah Bank BRI Syariah

Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRISyariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam.

Dua tahun lebih PT. Bank BRISyariah hadir mempersembahkan sebuah Bank ritel modern terkemuka dengan layanan fi¬nansial sesuai kebutuhan Nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna. Melayani Nasabah dengan pelayanan prima (service excellence) dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan Nasabah dengan prinsip syariah.

(45)

36

masyarakat terhadap sebuah Bank modern sekelas PT. Bank BRISyariah yang mampu melayani masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang digunakan merupakan turunan dari warna biru dan putih sebagai benang merah dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,

Aktivitas PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRISyariah (proses spin off ) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari

2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRISyariah.

Saat ini PT. Bank BRISyariah menjadi Bank syariah ketiga terbesar berdasarkan aset. PT. Bank BRISyariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRISyariah menargetkan menjadi Bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan.

(46)

37

berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan konsumer berdasarkan prinsip Syariah.1

2. Data Perusahaan2

a. Nama perusahaan : PT Bank BRISyariah

b. Bidang usaha : Bank umum berdasarkan prinsip syariah c. Dasar hukum pendirian : berita negara RI No A3-28 Mei 1971 –

tambahan No 242, berita negara RI No 85-23 Oktober 2009 – tambahan No 26142, berita negara RI No 96-1 Desember 2009 – tambahan No 27908.

d. Pendirian perusahaan : surat keputusan Gubenur Bank Indonesia No.10/67KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 16 Oktober 2008, surat keputusan Gubenur Bank Indonesia No.10/67KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 16 Oktober 2008.

(47)

38

3. Daftar Pemegang Saham3

No Nama & Alamat Jumlah Saham (Lembar) Jumlah yang Disetor (Rupiah)

01

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,

Jl. Jend. Sudirman Kav. 44-45 Kel. Bendungan Hilir, Kec. Tanah Abang

Jakarta Pusat 10210

1.957.999.000 978.999.500.000

02

Yayasan Kesejahteraan Pekerja (YKP) BRI

Jl. Sultan Iskandar Muda No. F. 25

(Arteri Pondok Indah) Jakarta

1.000 500.000

Sumber : Annual report BRISyariah 2013 4. Logo

Logo BRISyariah merupakan gabungan logo BRI dengan pendar cahaya putih diatasnya. Logo ini menggambarkan kemampuan Bank BRISyariah memahami kebutuhan masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi warna biru putih digunakan merupakan turunan wara biru putih dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., sebagai induk perusahaan. Kata “syariah” diletakan pada bagian bawah logo BRI

menegaskan keseriusan komitmen BRISyariah pada penetapan tata kelelola perbankan yang baik.

Pendar cahaya putih yang merupakan identitas korporat memberikan penanda semua kegiatan komuniksi perusahaan kepada pemangku kepentingan (stakeholder) penandar oranye digunakan untuk

(48)

39

kegiatan komunikasi produk BRISyariah, sedangkan pendar hijau cerah merupakan unsur elemen pada berbagai desain arsitektural.

5. Visi Misi Visi

Menjadi Bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial

sesuai kebutuhan Nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan

lebih bermakna.

Misi

a. Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan

finansial Nasabah.

b. Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai

dengan prinsip-prinsip syariah.

c. Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun dan

dimana pun.

d. Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup dan

menghadirkan ketenteraman pikiran.

6. Tujuh nilai Bank BRI Syariah a. Tawakal

Definisi: Optimisme diawali dengan doa yang sungguh-sungguh dan

(49)

40

b. Intregritas

Definisi: kesesuaian antara kata dan perbuatan dalam menerapkan etika kerja, nilai-nilai, kebijakan dan pengaturan organisasi secara konsisten sehingga dapat dipercaya dan senantiasa memegang teguh etika profesi dan bisnis, meskipun dalam keadaan yang sulit untuk melakukannya. c. Antusias

Definisi: semangat atau dorongan untuk berperan aktif dan mendalam pada setiap aktivitas kerja.

d. Professional

Definisi: kesungguhan dalam melakukan tugas sesuai dengan standar teknis dan etika yang telah ditentukan.

e. Kepuasan pelanggan

Definisi: memiliki kesadaran setiap serta tindakan yang bertujuan memuaskan pelanggan eksternal dan internal dilingkungan perusahaan. f. Berorientasi bisnis

Definisi: tanggap terhadap perubahan peluang, selalu berfikir dan berbuat untuk menghasilkan nilai tambah dalam pekerjaannya.

g. Penghargaan terhadap SDM

Definisi: menempatkan dan menghargai karyawan sebagai modal utama perusahaan dengan menjalankan upaya-upaya yang optimal mulai dari perencanaan, perekrutan, pengembangan dan pemberdayaan SDM yang berkualitas serta memperlakukannya baik sebagai indifidu maupun

(50)

41

7. Direksi dan Struktur Organisasi

Sumber: Annual report BRISyariah 2016 8. Produk Bank BRI Syariah

a. Produk ritel unggulan (prime retail product) 1) Tabungan BRISyariah IB,

2) Tabungan Haji BRISyariah IB, 3) Tabunganku Syariah IB, 4) Giri BRISyariah IB, serta 5) Deposito BRISyariah IB.

b. Produk Pembayaran dan consumer lainnya (other consumer financing product)

(51)

42

3) KKB BRISyariah IB,

4) KMG BRISyariah IB dan KMJ BRISyariah IB, 5) Cash Management BRISyariah IB,

6) Talangan Haji BRISyariah IB, 7) Pembiayaan Mikro

c. Produk komersial dan kemitraan (commercial and linkage product) 1) Produk komersial (commercial product)

a) Pembiayaan komersial b) Pendanaan komersial

2) Ritel dan kemitraan (retail and linkage) a) UKM/Ritel, dan

b) Kemitraan B. Jasa Bank BRI Syariah

a. Kartu ATM BRISyariah dan kartu Debit BRISyariah b. Kartu co-branding

c. CMS (Cash Management System) d. University/school payment (SPP)

e. Jaringan ATM BRISyariah, ATM BRI, ATM bersama, ATM Prima f. Electronic Data Capture (EDC)

g. SMS Banking h. Mobile BRIS i. CallBRIS 500-789

(52)

43

C. Penerapan Akad Wadi>’ah pada Tabungan Faedah BSISyariah iB

Prosedur pendaftaran menjadi Nasabah tabungan Faedah BRISyariah cukup mudah. Pertama, calon Nasabah diminta untuk melengkapi persyaratan adminitratif seperti melampirkan fotokopi KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Syarat ini berlaku untuk calon Nasabah yang berdomisili sesuai dengan kota setempat. Apabila calon Nasabah adalah pendatang, calon Nasabah diberikan syarat tambahan yaitu mengisi surat keterangan domisili yang telah disediakan oleh Bank BRISyaraiah. Setelah persyaratan adminitratif terpenuhi, calon Nasabah diminta untuk mengisi dan menandatangani formulir aplikasi pembukaan buku tabungan Faedah BRISyariah iB dan syarat dan ketentuan tabungan Faedah Bank BRISyariah yang meliputi informasi tentang akad

wadi>’ah dalam pengaplikasiannya pada tabungan Faedah form inilah yang

bisa disebut akad tertulis.

Setelah customer service menerima kelengkapan data dari calon Nasabah, customer service meng-input kedalam CIF (Customer Information File) dan membuatkan buku tabungan, ATM, M-Banking dan fasilitas

(53)

44

Formulir aplikasi pembukaan tabungan Faedah BRISyariah iB itu sendiri terdiri dari 3 lembar atau 4 halaman yang meliputi isi sebagai berikut:4

a. Data Nasabah yang meliputi; nama, segmen Tabungan yang terdapat opsi reguler, siswa, payroll, bisnis individu dan bisnis non individu, jenis kartu

ATM, nama dikartu ATM, tempat tanggal lahir, no KTP atau paspor, alamat surat menyurat, opsi pemotongan zakat atas bonus, tujuan pembukaan rekening dan kesediaan Nasabah mendaftarkan layanan e-chanel,

b. Informasi akad wadi>’ah yadd d{ama>nah tabungan Faedah BRISyariah iB yang menyatakan dan menerangkan:

“Dengan menandatangani aplikasi ini, saya menyetujuannya syarat-syarat

dan ketentuan-ketentuan pada akad Tabungan Faedah BRISyariah iB (selajutnya akad disebut akad) sebagai berikut:

1) NASABAH dengan ini bermaksud untuk menitipkan dana pada BANK dan mematuhi semua peraturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh BANK.

2) NASABAH memberikan persetujuan/izin kepada BANK untuk mengelola dana yang dititipkan pada BANK dan digunakan serta diambil manfaatnya oleh BANK sesuai dengan prinsip wadi>’ah yadd d{ama>nah.

(54)

45

3) NASABAH setuju bahwa keuntungan dan manfaat yang diterima dari penitipan dana tersebut menjadi pihak BANK.

4) Dana yang terdapat pada Rekening NASABAH dapat diambil/ditarik oleh NASABAH setiap saat baik sebagian atau seluruhnya dan BANK menjamin pengembalian dana NASABAH tersebut sesuai ketentuan yang berlaku.

5) NASABAH setuju untuk memberikan data pribadinya untuk tujuan komersial lainnya, serta data dismpan di Tabungan BRISyariah kepada perusahaan pihak ketiga yang ditunjuuk oleh BANK maupun perusahaan yang perusahaan yang berkerjasama dengan BANK. 6) NASABAH dengan ini tunduk dan terikat pada syarat dan ketentuan

umum tabungan Faedah BRISyariah iB, Syarat dan Ketentuan khusus tabungan Faedah BRISyariah iB dan peraturan lain yang berlaku pada BANK, Bank Indonesia dan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tak terpisahkan dari Akad.

(55)

46

c. Syarat dan ketentuan umum tabungan Faedah BRISyariah iB 1) Ketentuan rekening tabungan Faedah BRISyariah iB

a) Tabungan dikelola dangan menggunakan prinsip wadi>’ah yadd d{ama>nah.

b) Rekening tabungan dibuka dalam mata uang Rupiah (IDR).

c) PT. Bank BRISyariah (selanjutnya disebut BANK) akan memberikan buku tabungan atas nama peniitip dana (NASABAH). d) Apabila buku tabungan hilang, NASABAH harus segera melaporkannya kepada unit kerja penerbit/asal dengan disertai surat keterangan hilang dari pihak kepolisian.

e) Segala penyalahgunaan dalam bentuk apapun tersebut akibat hilangnya buku tabungan, menjadi tanggung jawab NASABAH. f) BANK berhak mengenakan biaya adminitrasi/transaksi tabungan

dan fasilitas yang terkait dengan tabungan.

g) Selain tunduk kepada syarat dan ketentuan umum tabungan Faedah BRISyariah iB, NASABAH menyatakan tunduk pada segala syarat dan ketentuan khusus BRISyariah iB yang berlaku saat ini maupun perubahan-perubahannya yang akan diinformasikan kepada NASABAH dalam bentuk dan cara yang ditetapkan oleh BANK.

h) Buku tabungan tidak boleh dititipkan kepada pihak Bank dan apabila terjadi kerusakan dan kehilangan bukan tanggung jawab

(56)

47

i) Dana NASABAH dijamin sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh lembaga penjamin simpanan (LPS).

2) Fasilitas kartu ATM BRISyariah iB

a) Setiap kartu ATM BRISyariah yang diterbitkan akan diberikan sandi pengenal pribadi atau PIN (Personal Indentification Number)

dalam sampul tertutup.

b) Untuk pengambilan kartu ATM dan PIN, NASABAH harus datang sendiri ke BANK dan tidak dapat diwakilkan.

c) NASABAH harus merahasiakan PIN yang dikeluarkan BANK untuk NASABAH dan tidak memberitahukan kepada siapapun. d) Segala penyalahgunaan PIN dan kartu ATM menjadi resiko dan

tanggung jawab NASABAH. 3) Fitur e-Banking

a) NASABAH dapat memperoleh angka fitur serta dapat memanfaatkan layanan e-Banking yang ada di BANK sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(57)

48

4) Pencatatan

a) NASABAH akan menerima buku tabungan dengan desain, ukuran dan spesifikasi yang telah ditentukan oleh BANK, sebaga bukti kepemilikan dana dan pelaporan mutasi serta saldo rekening atas dana.

b) Pemberian buku tabungan dan berbagai hal lain yang terkait dengan media pelaporan ini diatur sesuai dengan ketentuan operasional yang ditetapkan oleh BANK.

c) Ketentuan yang akan digunakan untuk mengatur dan membatasi operasional produk ini dan hubungan antara BANK dan NASABAH adalah kumpulan pengaturan, ketentuan, batasan, panduan, dan penjelasan yang menyangkut produk tabungan Faedah BRISyariah iB yang dikeluarkan dan diberlakukan oleh Bank pada saat tabungan BRISyariah iB dibuka.

d) Apabila terjadi perbedaan pencatatan antara sistem BANK dengan pencatatan dalam salinan transaksi, maka dinyatakan berlaku adalah yang tertera di sistem BANK kecuali dapat dibuktikan sebaliknya dengan bukti-bukti yang sah dan otentik menurut hukum yang berlaku.

(58)

49

media pencucian uang (money laundry) dan/atau terkait tindak pidana lainnya.

5) Penyetoran dan penarikan dana tabungan Faedah BRISyariah iB a) Setoran dengan mempergunakan wakat atau melalui transfer, baru

dianggap efektif apabila dananya telah diterima dengan baik oleh BANK dan sesuai ketentuan operasional dan ketentuan layanan kas yang diberlakukan oleh BANK.

b) NASABAH hanya dapat melakukan penarikan dananya sesuai dengan syarat dan ketentuan khusus tabungan Faedah BRISyariah iB serta ketentuan operasional lainnya.

6) Penutupan rekening tabungan Faedah BRISyariah iB

a) Penutupan rekening tabungan Faedah BRISyariah iB hanya dapat dilakukan apabila:

(1) Pihak sepakat mengakhiri akad. (2) NASABAH meninggal dunia.

(3) NASABAH melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan/atau menyalahgunakan rekening tabungan untuk sesuatu yang tidak sesuai syariah.

(59)

50

c) Dalam hal NASABAH meninggal dunia sebagaimana maksud poin (2) a, maka penutupannya hanya dapat dilakukan oleh ahli waris yang sah.

d) Penutupan sabagaimana dimaksud butir (2) dilakukan oleh ahli waris yang sah antara lain dengan melampirkan fatwa waris/keterangan waris/ penetapan ahli waris dan pembagian waris yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang.

e) Penutupan rekening sebagaimana dimaksud poin (1) c, dilakukan oleh BANK dengan memberitahukan kepada NASABAH dan sesuai dengan tata cara yang berlaku pada BANK.

7) Bonus tabungan BRISyariah iB

a) Dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku mengenai akad

wadi>’ah yadd d{ama>nah, maka BANK dapat memberika bonus

secara sukarela dan tidak diperjanjikan.

b) Pajak atas bonus yang diterima NASABAH ditanggung oleh NASABAH dan dipotong langsung dari pendapatan bous yang diterimanya.

8) Rekening tidak aktif

(60)

51

NASABAH (selain pembayaran bonus, pajak atas bonus, biaya administrasi tabungan, biaya saldo dibawah minimum).

b) Terhadap rekening pasif dan rekening dormant, dapat menimbulkan konsekuensi adanya pembubaran biaya tertentu setiap bulannya sampai adanya pengaktifan kembali rekening menjadi aktif atau normal yang dilakukan oleh NASABAH pemilik rekening sesuai dengan ketentuan yang berlaku di BANK. c) Peutupan rekening secara otomatis atau auto closed oleh sistem,

akan dilakukan pada rekening dormant dengan saldo dibawah nominal tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku di BANK. 9) Hukum yang berlaku dan penyelesaian sengketa

a) NASABAH tunduk pada ketentuan perundang–undangan yang berlaku, namun tida terbatas pada PBI No.14/27/PBI/2012 tentang penerapan program anti pencucian uang dan pencegahan

Gambar

tabel perubahan tarif yang perinciannya terdapat pada halaman 55 bab tiga.

Referensi

Dokumen terkait

( Sertifikat/Laporan ) Prosedur Pelayanan Informasi Digabung dengan permohonan pengambilan data Prosedur Pengajuan Pembuatan Benda Pamer Pengadaan Barang dan Jasa.. Prosedur

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 23 ayat (3) dan ayat (4) Undang Undang Nomor 9 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2021,

2 Banjarharjo, Jetis, Pulosari, Macana , Waru, Inceptisol 0‐3 (datar) Sedang Kaling, Karangmojo, Pandeyan, Buran, Ngringo,.. Kemiri, Kragan, Karangturi,

Agar program-demi program zakat produktif dapat berjalan efektif dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara tepat, dibutuhkan upaya dan usaha dari

Hasil wawancara dengan Ibu Hidayatur Rohmah (ahli waris H.. didapat sebelumnya telah diwakafkan untuk kepentingan mushola. Dalam pembagian tanah tersebut karena dirasa

Berkaitan dengan sumber daya manusia dalam Kebijakan Sertifikasi Guru, adapun jumlah guru SMK/SMA di Kota Medan berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui mekanisme perhitungan Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan dan perolehan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak di Koperasi Pegawai

Memori pada intinya berfungsi untuk ‘mengingat’ atau menyimpan suatu informasi. Memori penting bagi sistem MCS-51 karena semua program dan data tersimpan dalam