• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PESAN DAKWAH PADA RUBRIK KISAH TAHAJUD TABLOID KISAH HIKMAH EDISI 236-237 SEPTEMBER 2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PESAN DAKWAH PADA RUBRIK KISAH TAHAJUD TABLOID KISAH HIKMAH EDISI 236-237 SEPTEMBER 2016."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PESAN DAKWAH PADA RUBRIK KISAH TAHAJUD TABLOID KISAH HIKMAH EDISI 236-237 SEPTEMBER 2016

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

PUTIKHATUL AMANAH B91213075

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Putikhatul Amanah, NIM. B91213075, 2016. ANALISIS PESAN DAKWAH PADA RUBRIK KISAH TAHAJUD TABLOID KISAH HIKMAH EDISI 236-237 SEPTEMBER 2016.

Skripsi Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Pesan Dakwah, Rubrik Kisah Tahajud Tabloid Kisah Hikmah

Fokus masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah apa pesan dakwah pada rubrik kisah tahajud Tabloid Kisah Himahdalam dua edisi yaitu 236-237 yang mengkisahkan tentang kisah shalat tahajud. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pesan dakwah yang ada pada rubrik kisah tahajud.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data yang disajikan kemudian dianalisis menggunakan analisis framing model Gamson dan Modigliani, mendefinisikan frame sebagai organisasi gagasan sentral atau alur cerita yang mengarahkan makna peristiwa-peristiwa yang dihubungkan dengan suatu isu. Frame merupakan inti sebuah unit besar wacana publik yang disebut package. Analisis ini memahami wacana media sebagai satu gugusan perspektif saat mengkontruksi dan memberi makna suatu isu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Data yang disajikan kemudian dianalisis menggunakan analisis framing model William A. Gamson.

Setelah melakukan proses analisis data, dalam penelitian ini terdapat pembingkaian edisi 236 yaitu tahajud bisa memunculkan ketenangan dan pada edisi 237 yang berimplikasi pada kesejahteraan. Dalam penelitian ini pembingkaian akan disusun menurut analisis Gamson dan Modigliani, yakni terbagi menjadi media package, core frame, condensing symbols, framing devices terdiri dari metaphors, examplars, catchphrases, depictions, visual images dan roots, reasoning devices yang terdiri dari roots dan appeal to principle.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa rubric kisah tahajud pada tabloid kisah hikmah merupakan suatu media dakwah bahwa dengan istiqomah tahajud maka hidup akan lebih sejahtera dan tenang, sebagai pesan dakwah dalam kategori syariah masuk kedalam sub muamalah dan ibadah.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

SURAT PERNYATAAN... v

ABSTRAK... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. RumusanMasalah... 8

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

E. Definisi Konseptual ... 10

F. Sistematika Pembahasan... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka………... .13

1. Pesan Dakwah ... 13

2. Jenis Pesan Dakwah ... 29

3. Media Dakwah... 38

4. Kajian Pustaka Tentang Tabloid... 43

(8)

c. Kajian Penelitian Terdahulu... 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 52

B. Unit Analisis... 56

C. Tahapan Penelitian... 57

D. Tehnik Analisis Data... 60

E. Tehnik Pengumpulan Data... 65

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Penyajian Data... 67

A.1 Profil Tabloid Kisah Hikmah... 67

a.1,1 Latar Belakang Berdiri Tabloid Kisah Hikmah... 67

a.1.2. Visi Kisah Hikmah... 69

a.1.3. Misi Kisah Hikmah... 69

a.1.4. Segmentasi Media... 70

a.1.5. Rubrik-rubrik di Tabloid Kisah Hikmah... 75

a.1.6. Struktur Manajemen Penerbitan Tabloid Kisah Hikmah... 78

a.1.7. Manajemen Penertiban Tabloid Kisah Hikmah... 79

a.Staf dan Redaksi Tabloid Kisah Hikmah... 79

A.2. Kisah Tahajud Edisi 236 minggu I-II September 2016... 80

A.3. Kisah Tahajud Edisi 237 minggu III-IV September 2016... 84

B.Analisis Data... 88

C.Interpretasi Teoritik... 98

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Penelitian Terdahulu... 49

2. Tabel 2. Skema analisis framing Model Gamson dan Modigliani... 59

3. Tabel 3. Wilayah Edar Tabloid Kisah Hikmah... 72

4. Tabel 4. Struktur Manajemen Penerbitan Tabloid Kisah Hikmah... 78

5. Tabel 5. Kisah Tahajud Edisi 236 minggu I-II September 2016... 80

6. Tabel 6. Kisah Tahajud Edisi 237 minggu III-IV September 2016... 84

7. Tabel 7. skema/bagan framing model Gamson Edisi 236... 92

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dakwah adalah komunikasi yang didasari oleh keyakinan dan tujuan

untuk mengajak menjalankan ketentuan-ketentuan Allah dan

memperoleh ridhanya. Bagi muslim sebaik-baik aktivitas yang

sungguh-sungguh dalam bentuk mengajak manusia mendekat (taqarrub) kepada

Allah, dengan memberi dan menjadi teladan kebaikan sebagai suatu

kewajiban.

Islam dilihat sebagai agama yang bersifat mission yang menggesa

penganutnya supaya berterusan menyebarkan pesan kepada sesama

muslim ataupun kepada bukan muslim. Setiap individu muslim dianggap

komunikator agama atau dai’i (pendakwah)1

. Dakwah sudah pasti

sebuah komunikasi, tepatnya komunikasi persuasive, karena hakikat

dakwah adalah mengajak, yakni mengajak orang lain

(komunikan,audiens) untuk mempercayai dan mengamalkan ajaran

Islam. Namun,jelas, komunikasi belum tentu mengandung pesan

dakwah. Komunikasi adalah sebagai proses penyampaian pesan dalam

bentuk symbol atau kode dari satu pihak kepada pihak yang lain dengan

efek untuk mengubah sikap, atau tindakan. Proses tersebut dilakukan

1

(12)

2

oleh seorang komunikator sebagai penyampai pesan dan komunikan

sebagai penerima pesan, melalui media tertentu2.

Komunikasi juga mengandung makna bersama-sama (common),

istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu

communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata

sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama-sama3. Aktivitas

komunikasi, pesan yang terkandung didalamnya belum atau tidak sampai

membatasi pada nilai tertentu. Yang demikian adalah fenomena

komunikasi, penyampaian pesan dari satu pihak kepada pihak yang lain

untuk mempengaruhi, tetapi bukanlah aktivitas dakwah.

Dakwah Islam harus mengacu pada ketetapan Al-Quran secara

mutlak. Sementara Alquran telah menetapkan keteladanan tunggalnya.

Yakni mengikuti Rasulullah SAW. Yang mana didalamnya termuat

tuntunan dan aturan-aturan yang harus di lakukan oleh manusia agar

dalam menjalani kehidupannya dapat dicintai oleh Allah. Kedua sumber

itulah yang akan disampaikan kepada seluruh umat manusia. Dalam

surat Ali-Imron ayat 104

ُ

َ ن ح ْفمْلٱ

م َكِئ َل أَ

ِرَك ْلٱ

ِ َع

ِف رْعَ ْلٱ ِبَ ْ َ ْ َيَ

َ ر مْأَيَ

ِرْيَخْلٱ

ىَلِإ

َ ع ْدَي

ةَم أ

ْم ك ِم

كَتْلَ

2

Hamidi, Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah, (Malang: UMM Press, 2010),h. 6 3

(13)

3

Artinya : dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan

mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang

beruntung (Ali Imran: 104).4

Allah menjadikan amar ma’ruf nahi mungkar bagian dari sifat kaum

beriman, seperti disebutkan pula dalam firmannya:

ر كْنمْلان عَن ْ ْن ي ََف رْع مْلابَن رمْ ي َ

َْ ضَْع ب

َ ضْع بََءا يل ْ أ َتا نم ْ مْلا ن نم ْ مْلا

ََََّ م حََْر ي س كئَ ل أََه ل س ر ََ َََّ ن عيطي ََ ةا كَزلاََ ن ت ْ ي ََ ة ََصلاََ ن ميقي

ََ

ميِكَح زيِزَع

ََّ َ ِإ

Artinya :Dan orang-orang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian

mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka

menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf serta mencegah dari yang

mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat

kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah,

sesungguhnya Allah Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (At Taubah,

71).5

Dari ayat-ayat tersebut dapat diketahui secara jelas bahwa berdakwah

merupakan tugas bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan,

4

Depag RI, Al QURAAN DAN TERJEMAHNYA, (Jakarta: Percetakann dan Offset “JAMUNU,

1965),h. 93 5

Depag RI, Al QURAAN DAN TERJEMAHNYA, (Jakarta: Percetakan dan Offset “JAMUNU,

(14)

4

sesuai dengan kemampuan dan ilmu masing-masing. Dengan Dakwah

Islam, dapat diketahui, dihayati dan diamalkan oleh manusia dari

generasi ke generasi berikutnya.

Dunia yang memasuki era informasi, peran profesi jurnalistik pers

dalam masyarakat sangatlah penting, sama pentingnya dengan peran

yang dimainkan oleh para ilmuwan, cendikiawan dan para ulama.

Kemajuan yang pesat dalam bidang pengetahuan dan tehnologi, terutama

dalam bidang komunikasi. Baik komunikasi media cetak ataupun yang

lainnya. pada dasarnya siapapun bisa menjadi pendakwah dengan

menulis pesan Islam di Majalah, Koran, atau Internet.

Media cetak tergolong jenis media massa yang paling popular.6

Media cetak merupakan media komunikasi yang bersifat tertulis atau

tercetak. Media cetak terdiri dari berbagai jenis seperti surat kabar,

majalah, tabloid, dan sebagainya, pada dasarnya media cetak memiliki

segmen yang berbeda, seperti surat kabar, biasanya bersegmen kepada

pada berita ekonomi, sosial, budaya, politik. Sedangkan pada majalah

biasanya bersegmen khusus pria, wanita, remaja, anak-anak, dan lainnya.

Terbaginya segmen pembaca tersebut menunjukkan bahwa jenis

pembacanya berbeda umur, sosial, kultural, pekerjaan,dan latar belakang

yang berbeda yang dapat mempengaruhi seseorang dalam

mengkonsumsi suatu media.

6

(15)

5

Tabloid adalah media komunikasi yang berisikan informasi aktual

yang disajikan secara lebih mendalam dan dilengkapi ketajaman analisis.

Hanya saja, informasi yang disajikan lebih sebagai penunjang bagi

bidang profesi atau gaya hidup tertentu. Di Indonesia kita mengenal

system pers yang bebas bertanggung jawab. Salah satu media yang

menjadi bukti pers bebas dan bertanggung jawab atau lebih dikenal

dengan pers pancasila adalah tabloid yaitu surat kabar ukuran kecil

(setengah dari ukuran surat kabar biasa) yang banyak memuat berita

secara singkat,padat dan bergambar serta mudah dibaca umum.

Media Massa adalah alat atau sarana yang digunakan dalam

penyampaian pesan dari sumber (komunikator) kepada khalayak

(komunikan/penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi

mekanis, seperti surat kabar, radio televise,film dan internet Fungsi

Media Massa adalah memberikan informasi, Edukasi, Penghibur, dan

mempengaruhi.7 Dalam tabloid, tentunya memuat berbagai macam

Artikel. Contohnya Artikel Berita dan Artikel Opini, Artikel Berita ini

berupa tulisan yang menyajikan tentang berita-berita terkini sedangkan

Artikel Opini yaitu lazim ditemukan pada halaman khusus opini,

bersama opini yang lain yakni tajuk rencana, kolom, pojok, karikatur,

dan surat pembaca. Artikel opini mengupas suatu masalah secara serius

dan tuntas melalui pendekatan analitis akademis. Sifatnya relatif berat,

karenanya artikel opini kerap ditulis oleh mereka yang memiliki latar

7

(16)

6

belakang pendidikan, pengetahuan, keahlian, atau pengalaman memadai

di bidangnya masing-masing.

Selain berita, didalam tabloid juga terdapat banyak macam rubrik.

Rubrik adalah kolom khusus atau karangan tertentu pada Koran atau

majalah. Kisah Tahajud merupakan salah satu rubrik yang ada pada

tabloid Kisah Hikmah, yang berisi tentang kisah inspiratif dan testimoni

dari masyarakat yang telah rutin menjalankan shalat tahajud.. Tabloid

kisah hikmah ini merupakan salah satu tabloid islami yang sarat akan

pesan dakwah, dan jelas sekali didalam tabloid ini banyak sekali memuat

nilai-nilai islam secara lebih luas.

Tidak dipungkiri banyak beberapa tabloid laris yang beredar dan

sudah popular terlebih dahulu, tetapi nilai ajaran dan pesan dakwah

islam didalamnya belum tentu jelas dan patut dipertanyakan kembali.

Maka dari itu, alasan lain peneliti memilih tabloid Kisah Hikmah sebagai

objek dalam penelitian adalah, Tabloid ini merupakan salah satu tabloid

islami yang sarat akan pesan dakwah dan jelas sekali didalam tabloid ini

banyak sekali memuat nilai-nilai ajaran islam secara lebih luas.

Dipilihnya Tabloid Kisah Hikmah dalam penelitian ini, karena

Tabloid Kisah Hikmah merupakan salah satu tabloid yang baru saja

beredar. Tabloid Kisah Hikmah adalah salah satu dari sekian banyak

media massa yang secara resmi didirikan pada tahun 2005. Tabloid

(17)

7

terbit dua edisi) yang mendidik, memotivasi, informasi dan

mengingatkan pembaca tentang makna hidup yang berkembang pada era

globalisasi ini. Diterbitkan setiap hari Kamis, beritanya dikemas

sedemikian praktis dan lengkap dengan informasi-informasi terbaru.

Tabloid Kisah Hikmah yang merupakan media yang berdiri di bawah

naungan Tabloid Nurani, yang masih salah satu group dari Jawa Pos

yang merupakan induk dari group Berlian, yang satu-satunya tabloid

Muslim terbesar di wilayah Jawa. Tabloid Kisah Hikmah di dalamnya

terdapat banyak tentang rubrik-rubrik yang bernuansa Islami,

diantaranya Kisah Pembaca, Kisah Selebriti, Hikmah UtamaKeajaiban

Haji, “Kisah Tahajud ”, Hidayah, Silaturahim dan masih banyak lagi.

Tabloid Kisah Hikmah diterbitkan salah satu tujuannya adalah sebagai

media yang memberikan informasi-informasi terbaru tentang berbagai

Kisah Inspiratif, dari berbagai kalangan.

Kisah Tahajud merupakan salah satu rubrik yang ada pada Tabloid

Kisah Hikmah, yang menceritakan berbagai macam problema

kehidupan. Di dalam rubrik Kisah Tahajud ini menjelaskan tentang kisah

inspiratif dan motivasi dari masyarakat yang telah rutin menjalankan

shalat tahajud.

Rubrik “Kisah Tahajud” ini menarik untuk diteliti, dikarenakan di

dalam isinya itu banyak kisah inspiratif dan motivasi dari para

(18)

8

peneliti berusaha memberikan pemahaman terhadap para pembaca

khususnya agar bisa mencermati dan menghayati makna pesan yang

terkandung di dalamnya dan bisa mengaktualisasikan terhadap

kehidupan sehari-hari. Terpenuhinya kebutuhan pembaca akan informasi

yang dibutuhkan inilah yang menjadi kriteria pemanfaatan media.

Pada penelitian ini, peneliti ingin mencoba menganalisis bagaimana

pesan-pesan dakwah yang disampaikan oleh Rubrik Kisah Tahajud

Tabloid Kisah Hikmah dengan sebuah analisis Framing dan sebuah

pendekatan kualitatif. Dan penulis diharapkan mampu berfikir luas

tentang fenomena sosial yang sekarang terjadi dari sudut pandang yang

berbeda, khususnya di media cetak.

B. Rumusan Masalah

Uraian sebelumnya adalah upaya untuk mendapatkan gambaran yang

jelas tentang masalah yang akan diteliti. Maka perlu kiranya di fokuskan

pada masalah yang akan dibahas dalam penelitian, yaitu:

Bagaimana pesan dakwah dalam “Kisah tahajud” tabloid Kisah

Hikmah edisi 237 Minggu III-IV september 2016?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan materi yang telah terpaparkan di atas maka

penulis melakukan penelitian dengan tujuan sebagai berikut:

Mengetahui pesan dakwah dalam “hikmah tahajud” di tabloid Kisah

(19)

9

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi seluruh akademika mahasiswa UIN Sunan Ampel

Surabaya serta dapat mengeksplorasi peran media dalam

memberikan label sebuah realitas melalui tabloid.

b. Menambah wawasan tentang bagaimana suatu media merangkum suatu berita atau pengetahuan dan

penyampaian pesan dakwah dalam rubrik kisah tahajud

dalam tabloid Kisah Hikmah.

2. Secara Praktis

a. Sebagai syarat untuk menyelasaikan pendidikan program

S1 pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi jurusan

Komunikasi dan penyiaran Islam Universitas Islam

Negeri Surabaya.

b. Diharapkan bisa sebagai kontribusi dari penulis dalam

bidang keilmuan dan kepustakaan Univeritas Islam

Negeri Sunan Ampel Surabaya.

E. Definisi Konseptual

Kerlinger (1973:28) melalui bukunya yang berjudul Foundation

(20)

10

yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal yang khusus.

Untuk mendapatkan pemahaman khusus dan menghindari kesalah

pahaman dalam menarik suatu makna dan persepsi setelah membaca

judul yang telah disajikan. Berikut ini akan penulis jelaskan

kerangka berfikir peneliti dalam upaya mendeskripsikan definisi

konsep judul penelitian ini yang meliputi antara lain:

1. Pesan dakwah

Pesan atau pernyataan manusia, apapun bentuknya, pada hakikatnya

merupakan hasil pengolahan manusia tersebut terhadap data, fakta, dan

peristiwa yang terjadi di alam semesta ini, dan atas kehendak manusia itu

sendiri disampaikannya kepada orang lain, dengan tujuan untuk memberi

tahu, menyampaikan informasi, mendidik, dan lain sebagainya, yang ada

prinsipnya agar orang lain berubah sikap, sifat, pendapat, dan

perilakunya sesuai dengan kehendak pengirim pesan atau pernyataan

tersebut8.

Pada prinsipnya, pesan apapun dapat dijadikan sebagai pesan

dakwah selama tidak bertentangan dengan sumber utamanya, yaitu

Al-quran dan hadis. Dengan demikian, semua pesan yang bertentangan

terhadap Al-Quran dan hadis tidak dapat disebut sebagai pesan dakwah.9

Berkaitan dengan pesan-pesan yang bersumber pada Al-Quran dan

Hadits dalam dakwah, pesan-pesan itu masuk dalam unsur materi

8

Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013),h. 80

9

(21)

11

dakwah. Materi dakwah sebagai pesan dakwah merupakan isi ajakan,

anjuran dan ide gerakan dalam rangka mencapai tujuan dakwah. Sebagai

isi ajakan dan ide gerakan dimaksudkan agar manusia mau menerima

dan memahami serta mengikuti ajaran tersebut, sehingga ajaran Islam ini

benar-benar diketahui, difahami, dihayati dan selanjutnya diamalkan

sebagai pedoman hidup dan kehidupannya.10

Pesan Dakwah dimaksudkan dalam penelitian ini adalah:

1. Pesan Aqidah

Yaitu yang meliputi iman kepada Allah SWT, iman kepada

malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman

kepada Rasul-Rasul Allah, dan iman kepada Qadla’ dan

Qodar.

2. Pesan Syariah

Yaitu yang meliputi ibadah dalam arti khas (thaharah, shalat,

as-shaum, zakat, haji) dan muamalah dalam arti luas (al-qanun

al khas/hukum perdata dan al-qanun al-‘am/hokum publik).

3. Pesan Akhlaq

Yaitu yang meliputi akhlak kepada al-khaliq dan makhluk

(manusia dan bukan manusia).11

10

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, 1983),h. 60 11

(22)

12

1. Rubrik Kisah Tahajud

Rubrik dapat diartikan sebagai suatu karangan tertentu yang

biasanya dusuguhkan pada sebuah surat kabar (Tabloid)12. Rubrik

yang ingin dikaji peneliti adalah pada Tabloid Kisah Hikmah. Hal ini

dimaksudkan agar pembahasan penelitian ini lebih menemukan titik

fokus.

Kisah Tahajud adalah salah satu rubrik yang terdapat dalam

Tabloid Kisah Hikmah yang menurut asumsi peneliti berisi tentang

kisah inspiratif dan testimoni dari masyarakat yang telah rutin

menjalankan shalat tahajud.

Pada penelitian ini, peneliti ingin mencoba menganalisis

bagaimana pesan-pesan dakwah yang disampaikan oleh Rubrik

Kisah Tahajud Tabloid Kisah Hikmah dengan sebuah analisis

Framing dan sebuah pendekatan kualitatif. Dan penulis diharapkan

mampu berfikir luas tentang fenomena sosial yang sekarang terjadi

dari sudut pandang yang berbeda, khususnya di media cetak.

2. Sistematika Pembahasan

Agar penelitian ini menjadi lebih lengkap dan sistematis maka

diperlukan adanya sistematika penulisan. Penelitian ini terdiri dari lima

bab yang dipaparkan sebagai berikut;

BAB I PENDAHULUAN

12

(23)

13

Ada enam hal pokok yang perlu dikemukakan dalam bab

ini, yaitu (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c)

tujuan penelitian, (d) kegunaan penelitian, (e) definisi konseptual,

dan (f) sistematika pembahasan. Hal-hal tersebut pada dasarnya

sama dengan isi bagian pendahuluan skripsi hasil penelitian

kuantitatif dan kualitatif.

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

Bab ini terdiri atas subbab kajian teoritis subtansial, kajian

teori analisis tekstual (teori wacana, teori semiotik, atau teori

framing), dan kajian penelitian yang relevan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian yang

dipakai, metode penelitian yang dipakai oleh peneliti. Dan pada

bab III ini akan membahas tentang pendekatan dan jenis

penelitian, unit analisis, tahapan penelitian, dan teknik analisis

data yang akan dipakai dalam penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANLISIS DATA

Pada bab penyajian dan analisis data ini menjelaskan

tentang setting penelitian yaitu analisis wacana pesan dakwah yang

terkandung dalam Novel “Kutemukan Engkau dalam Sujudku”

karya Rizma Nurani. Dan pada bab IV inilah yang nantinya akan

(24)

14

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan rekomendasi, kesimpulan

merupakan jawaban langsung dari permasalahan. Yang perlu

diingat bahwa kesimpulan harus sinkron dengan rumusan masalah,

baik dalam hal urutan atau jumlahnya. sedangkan rekomendasi

mengemukakan beberapa anjuran bagi kemungkinan

dilaksanakannya penelitian lanjutan berdasarkan kesimpulan yang

(25)

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka

1. Pesan Dakwah

Pesan (message) adalah sesuatu yang disampaikan dari seseorang

(komunikator) kepada orang lain (komunikan) yang dapat berupa buah

pikiran keterangan sebuah sikap.1

Pesan atau pernyataan manusia, apapun bentuknya, pada hakikatnya

merupakan hasil pengolahan manusia tersebut terhadap data, fakta, dan

peristiwa yang terjadi di alam semesta ini, dan atas kehendak manusia itu

sendiri disampaikannya kepada orang lain, dengan tujuan untuk

memberitahu, menyampaikan informasi, mendidik, dan lain sebagainya,

yang pada prinsipnya agar orang lain berubah sikap, sifat, pendapat, dan

perilakunya sesuai dengan kehendak pengirim pesan atau pernyataan

tersebut.2

Ditinjau dari segi Bahasa, Dakwah berasal dari bahasa arab

”Da’wah” dakwah mempunyai tiga huruf asal, yaitu dal, „ain, dan

wawu. Dari ketiga huruf asal ini, berbentuk beberapa kata dengan ragam

makna. Makna-makna tersebut adalah memanggil, mengundang, minta

tolong, meminta, memohon, menamakan, menuruh dating, mendorong,

menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisi, dan meratapi.3

1

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997),h. 19 2

Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013),h. 80 3

(26)

16

Pesan dakwah itu sendiri adalah sesuatu yang disampaikan dari da’i

kepada mad’u. dalam ilmu komunikasi, pesan dakwah adalah message,

yaitu symbol-simbol. Dalam literatur Bahasa Arab, pesan dakwah

disebut maudlu’ al-da’wah. Pada prinsipnya, pesan apapun dapat

dijadikan pesan dakwah selama tidak bertentangan dengan sumber

utamanya, yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Dengan demikian, semua pesan

yang bertentangan terhadap Al-Qur’an dan Hadits tidak dapat disebut

pesan dakwah.4

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

SAW yang tertulis dalam mushaf yang diriwayatkan dengan cara

mutawatir dan bernilai ibadah bagi pembacanya.5

b. Hadits

Menurut bahasa artinya yang baru. Sedangkan dalam istilah ahli

hadits, artinya kabaran yang berisi ucapan, perbuatan, kelakuan, sifat

atau kebenaran, yang orang katakana dari Nabi SAW.6

Berkaitan dengan pesan-pesan yang bersumber pada l-Qur’an dan

Hadits dalam Dakwah, pesan-pesan itu masuk dalam unsur materi

dakwah. Materi dakwah sebagai pesan dakwah merupakan isi ajakan,

anjuran dan ide gerakan dalam rangka mencapai tujuan dakwah. Sebagai

isi ajakan dan ide gerakan dimaksudkan agar manusia mau menerima

4

M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah edisi revisi, (Jakarta: Kencana, 2009),h. 319 5

Zaki Mubarok Latif, dkk., Akidah Islam, (Jogjakarta: UII Press, 2001),h. 68 6

(27)

17

dan memahami serta mengikuti ajaran tersebut, sehingga ajaran Islam ini

benar-benar diketahui, difahami, dihayati dan selanjutnya diamalkan

sebagai pedoman hidup dan kehidupannya.7

Pada dasarnya materi dakwah dapat diklarifikasikan menjadi tiga hal

pokok, yaitu:8

a. Masalah keimanan (Aqidah)

b. Masalah keislaman (Syari’ah)

c. Masalah budi pekerti (Akhlak)

a. Akidah

Akidah berasal dari bahasa Arab ‘aqidah yang bentuk jamaknya

adalah a’qa’id dan berarti faith belief (keyakinan, kepercayaan); sedang

menurut Louis Ma’luf ialah ma „uqidah „alayh al-qalb wa al-dlamir

yang artinya sesuatu yang mengikat hati dan perasaan.9

Berdasarkan etimologi di atas bisa diketahui bahwa yang dimaksud

dengan akidah ialah keyakinan atau keimanan; dan hal itu diistilahkan

sebagai akidah karena ia mengikatkan hati seseorang kepada suatu yang

diyakini atau diimaninya dan ikatan tersebut tidak boleh dilepaskan

selama hidupnya.

Menurut Mahmud Syaltut, akidah ialah sisi teoritis yang harus

pertama kali diimani atau diyakini dengan keyakinan yang mantap tanpa

keraguan sedikitpun. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya

7

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),h. 60 8

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),h. 60 9

(28)

18

nash Al-Quran meupun hadits mutawatir yang secara eksplisit

menjelaskan persoalan itu. M. Ali Aziz dalam bukunya Ilmu Dakwah,

berpendapat bahwa, Akidah atau keimanan.10

Hal ini juga bisa ditemukan dalam beberapa ayat al-Quran, salah

satunya pada QS Al-Baqarah 2:285).11

ِهِبُتُكَو ِهِتَكِئ َََمَو ِهَللاِب َنَمآ ٌلُك

ۚ

َنوُنِمْؤُمْلاَو ِه بَر ْنِم ِهْيَلِإ َلِزْنُأ اَمِب ُلوُسَرلا َنَمآ

َكْيَلِإَو اَنَ بَر َكَناَرْفُغ

ۚ

اَنْعَطَأَو اَنْعِمَس اوُلاَقَو

ۚ

ِهِلُسُر ْنِم ٍدَحَأ َنْيَ ب ُق رَفُ ن ََ ِهِلُسُرَو

ُريِصَمْلا

Artinya: Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali".

Yang merupakan masalah pokok materi dakwah adalah akidah

Islamiyah, dan itu merupakan aspek akidah yang akan membentuk moral

(akhlak) manusia. Maka dari itu, yang pertama kali dijadikan materi

dalam dakwah Islam adalah masalah akidah atau keimanan.

10

M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah edisi revisi, (Jakarta: Kencana, 2009),h. 332

11

Depag RI, Al QURAAN DAN TERJEMAHNYA, (Jakarta: Percetakan dan Offset “JAMUNU,

(29)

19

b. Syariah

Secara bahasa kata syari’ah berarti “jalan tempat keluarnya air

minum” kemudian bangsa Arab menggunakan kata ini untuk konotasi

jalan lurus. Dan pada saat dipakai dalam pembahasan hokum menjadi

bermakna “segala sesuatu yang disyari’atkan Allah kepada hamba

-hamba Nya” sebagai jalan lurus untuk memperoleh kebahagiaan di dunia

dan akhirat.12

Dalam hal ini tim penyusun Studi Islam IAIN Sunan Ampel

Surabaya dalam bukunya Pengantar Studi Islam mengutip pendapat

Muhammad Shaltout, menyatakan syari’ah adalah ketentuan-ketentuan

yang ditetapkan Allah, atau hasil pemahaman atas dasar

ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Allah, atau hasil pemahaman atas dasar

ketentuan tersebut, untuk dijadikan pegangan oleh umat manusia baik

dalam hubungannya dengan tuhan, dengan alam, maupun dalam menata

kehidupan.

Materi dakwah yang bersifat syari’ah ini sangat luas dan mengikat

seluruh umat Islam. Ia merupakan jantung yang tidak terpisahkan dari

kehidupan umat Islam diberbagai penjuru dunia dan sekaligus

merupakan hal yang patut dibanggakan.

Materi dakwah yang menyajikan unsur syariat harus dapat

menggambarkan atau memberikan informasi yang jelas di bidang hokum

dalam bentuk status hokum yang bersifat wajib, mubbah (dibolehkan),

12

(30)

20

dianjurkan (mandub), makruh (dianjurkan supaya tidak dilakukan), dan

haram (dilarang).

c. Akhlak

Secara etimologis, kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, jamak dari

khuluqum” yang berarti budi pekerti, perangai dan tingkah laku atau

tabiat. Kalimat-kalimat tersebut memilki segi segi persamaan dengan

perkataan “khalqun” yang berarti kejadian, serta erat hubungannya

dengan khaliq yang berarti pencipta, dan “makhluq” yang berarti yang

diciptakannya.13

Sedangkan secara terminology, pembahasan akhlaq berkaitan dengan

masalah tabiat atau kondisi temperature batin yang memengaruhi

perilaku manusia. Ilmu akhlak bagi Al-Farabi, tidak lain dari bahasan

tentang keutamaan-keutamaan yang dapat menyampaikan manusia

kepada tujuan hidupnya yang tertinggi, yaitu kebahagiaan, dan tentang

barbagai kejahatan atau kekurangan yang dapat merintangi usaha

pencapaian tujuan tersebut.

Berdasarkan pengertian ini, maka ajaran akhlak dalam Islam pada

dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi

dari kondisi kejiwaannya. Manusia yang paling sempurna

kemanusiaannya adalah manusia yang paling benar aktivitas berpikirnya

dan paling mulia ikhtiarnya (akhlaknya).

13

(31)

21

Dengan demikian orang bertakwa adalah orang yang mampu

menggunakan akalnya dan mengaktualisasikan pembinaan akhlak mulia

yang menjadi ajaran paling dasar dalam Islam. Karena tujuan ibadah

dalam Islam, bukan semata-mata diorientasikan untuk menjauhkan diri

dari neraka dan masuk surga, tetapi tujuan yang di dalamnya terdapat

dorongan bagi kepentingan dan pembinaan akhlak yang menyangkut

kepentingan masyarakat. Masyarakat yang baik dan bahagia adalah

masyarakat yang anggotanya memilki akhlak mulia dan budi pekerti

luhur.14

 Bahasa dalam pesan dakwah

Lambang yang banyak digunakan dalam komunikasi dakwah

ialah bahasa karena hanya bahasalah yang dapat mengungkapkan

pikiran dan perasaan, fakta dan opini, hal yang kongkrit dan abstrak,

pengalaman yang sudah lalu dan kegiatan yang akan datang, dan

sebagainya. Oleh karena itu, dalam komunikasi dakwah dapat

memegang peranan penting. Tanpa penggunaan bahasa, hasil

pemikiran yang bagaimanapun baiknya tak akan dapat

dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat. Banyak kesalahan

informasi dan kesalahan interpretasi disebabkan oleh bahasa. Bahasa

terdiri dari kata dan kalimat yang mengandung pengertian denotatif

dan konotatif. Pengertian denotatif yaitu pesan yang diterima secara

umum oleh kebanyakan seorang dengan bahasa dan kebudayaan

14

(32)

22

yang sama. Sedangkan pengertian konotatif ialah maknanya

dipengaruhi oleh emosi dan evaluasi disebabkan oleh latar belakang

dan pengalaman seseorang.

Dalam melancarkan komunikasi dakwah, seorang da’i harus

berupaya menghindar pengucapan kata-kata yang konotatif. Jika

terpaksa harus kita katakan karena tidak ada perkataan lain yang tepat,

maka kata yang diduga mengandung pengertian konotatif itu perlu diberi

penjelasan makna yang dimaksudkan. Karena jika dibiarkan akan

mengandung makna interpretatif yang salah.

Gagalnya berkomunikasi sering disebabkan pesan yang disampaikan

sudah diduga tidak akan berhasil disebabkan oleh bebrapa faktor. Dai

sebagai komunikator sudah tau bakal sasaran mad’u. sebaiknya juga

mengetahui efek yang diharapkan serta media yang tersedia untuk

dipergunakan. Namun, seorang komunikator tidak menyadari bahwa

pesan yang disampaikan itu tidak berkaitan dengan komunikan, dan

komunikan tidak merasa berkepentingan, maka komunikasi tidak

berjalan responsif. Oleh karena itu, dalam merencanakan sebuah pesan

harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa

sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud.

 Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju pada

pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan,

(33)

23

 Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak

komunikan, dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh

kebutuhan itu.

 Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh

kebutuhan tersebut yang layak bagi situasi kelompok tempat

komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan

tanggapan yang dikehendaki.

Meskipun dalam komunikasi sering mengenal istilah know your

audience dan kita memahami frame of reference disertai field of

experince, jika pesan yang disampaikan tidak menyangkut kepentingan

komunikan dalam hal ini mad’u, maka da’i akan menghadapi kesukaran,

lebih –lebih jika efek yang diharapkan dari komunikan atau mad’u itu

perubahan tingkah laku. Disinilah sebenarnya posisi komunikasi

dakwah, bagaimana seorang da’i mampu menyampaikan suatu pesan

kepada seorang mad’u yang diketahui bahwa pesan yang akan

disampaikan kepadanya tidak berkepentingan dengannya. Pesan dakwah

tidak cukup dengan memperhatikan timming dan placing, tetapi harus

mampu mengedifikasikan isi pesan dakwah yang akan menentukan jenis

pesan apa yang akan disampaikan. Dalam hal ini, dapat berupa

informational message, atau instructional message, atau motivational

message. Untuk itu bagi seorang komunikator dakwah, pemahaman

(34)

24

dapat menentukan jenis media apa yang akan dipergunakan, dan teknik

komunikasi mana yang akan digunakan.15

 Pengorganisasian pesan dakwah

Sebuah pesan yang yang tersusun rapid an tertib akan menciptakan

suatu suasana yang favorabel, membangkitkan minat, memperlihatkan

pembagian pesan yang jelas, sehingga memudahkan pengertian,

mempertegas gagasan pokok, dan menunjukkan pokok-pokok pikiran

secara logis. Dalam hal ini, pembagian pesan dapat dilihat menurut

pesan itu sendiri atau dengan mengikuti proses berpikir manusia. Dalam

hal ini, organisasi pesan dapat meliputi urutan:

 Urutan Deduktif, ialah urutan yang dimulai dengan penyajian

gagasan utama, kemudian memperjelas dengan keterangan

penunjang, menyimpulkan, dan disertai bukti.

 Urutan Kronologis, suatu pesan disusun berdasarkan urutan

waktuterjadinya peristiwa.

 Urutan Logis, adalah suatu pesan yang disusun berdasarkan

sebab-akibat atau akibat-sebab.

 Urutan Speseial, ialah suatu pesan yang disusun berdasarkan

topic pembicaraan klarifikasinya dari yang penting ke yang kurag

penting, dari yang mudah ke yang sukar, dari yang kenal kepada

yang asing.

15

(35)

25

Jika pesan telah terorganisasi dengan baik maka hal selanjutnya

adalah menyesuaikan organisasi pesan itu sesuai dengan cara berpikir

khalayak. Dan urutan pesan yang sejalan dengan proses berpikir manusia

disebut dengan urutan bermotif. Untuk itu, ada beberapa cara untuk

menyiapkan sebuah pesan agar jelas yaitu;

 Tentukan tujuan yang jelas

 Luangkan waktu untuk mengorganisasikan ide kita

 Penuhi tuntutan kebutuhan format bahasa yang kita pakai

 Buat pesan anda jelas, tepat, dan meyakinkan

 Pesan yang disampaikan harus flexible

Adapun susunan dalam jenis pengaturan pesan:

 Perhatian dan kesadaran akan adanya kesulitan

 Pengenalan masalah atau kebutuhan

 Pemisahan keberatan atau sanggahan dalam mencarai pecahan

terbaik

 Penjajagan dan visualisasi pemecahan yang ditawarkan

 Penilaian rencana yang diterima atau ditolaknya sebuah

permasalahan

Dalam kaitan tersebut, system penyusunannya adalah:

Perhatian, timbulkan perhatian sehingga mad’u memiliki

(36)

26

Kebutuhan, bangkitkan minat dan menerangkan perlunya

masalah tersebut diatas dengan menghubungkannya pada

kebutuhan pribadi dan daya tarik motif.

Rencana, jelaskan pemecahan masalah tersebut dengan melihat

pengalaman masa lalu, pengetahuan, dan kepribadian mad’u

Keberatan, kemukakan keberatan-keberatan, kontra argumentasi

atau pemecahan lainnya.

Penegasan kembali, jika arah tindakan yang diusulkan telah

terbukti paling baik, tegaskan kembali perasaan tersebut dengan

ikhtisar, tinjauan singkat, dan kata-kata pengingat, serta

visualisasi.

Tindakan, tunjukan secara jelas tindakan yang harus mereka

lakukan. Fungsinya adalah merumuskan tahap visualisasi dalam

bentuk sikap dan keyakinan tertentu, atau tindakan yang

kongkret.16

 Materi atau isi pesan dakwah

Yang menjadi materi dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri, sebab

semua ajaran Islam dapat dijadikan pesan dakwah. Dakwah dalam buku

Ilmu Dakwah secara umummateri dakwah dapat diklarifikasikan

menjadi masalah pokok yaitu:

 Pesan Akidah

 Iman kepada Allah SWT

16

(37)

27

 Iman kepada Malaikatnya

 Iman kepada Kitab-kitabnya

 Iman kepada Rasul-rasulnya

 Iman kepada Hari akhir

 Iman kepada Qadha-Qadhar

 Pesan Syari’ah

 Ibadah : thaharah, shalat, zakat, puasa, dan haji

 Muamalah :

-Hukum Perdata meliputi: Hukum Niaga, Hukum Nikah, dan

Hukum Waris

-Hukum Publik meliputi: Hukum Pidana, Hukum Negara,

Hukum Perang dan Damai

 Pesan Akhlak

 Akhlak terhadap Allah SWT

 Akhlak terhadap makhluk yang meliputi:

-Akhlak terhadap manusia: diri sendiri, tetangga, masyarakat

lainnya

-Akhlak terhadap bukan manusia: flora, fauna, dan sebagainya.17

Sedangkan Ali Yafie menyebutkan bahwa pesan materi dakwah

itu terbagi menjadi lima pokok yang meliputi:

17

(38)

28

1.) Masalah Kehidupan

Dakwah memperkenalkan dua jenis kehidupan yaitu kehidupan bumi

atau duniawi dan kehidupan akhirat yang memiliki sifat kekal abadi.

2.) Masalah Manusia

Pesan dakwah yang mengenai masalah manusia ini adalah

menempatkan manusia pada posisi yang “mulia” yang harus

dilindungi secara penuh. Dalam hal ini, manusia ditempatkan pada

dua status yaitu sebagai:

Ma’sum, yaitu memiliki hak hidup, hak memilki, hak

berketurunan, hak berfikir sehat, dan hak untuk menganut sebuah

keyakinan imani.

Mukhallaf, yaitu diberi kehormatan untuk menegaskan Allah

SWT yang mencakup:

 Pengenalan yang benar dan pengabdian yang tulus kepada

Allah.

 Pemeliharaan dan pengembangan dirinya dalam berperilaku

dan perangai yang luhur.

 Memlihara hubungan yang baik, yang damai, dan rukun

(39)

29

3.) Masalah Harta Benda

Pesan dakwah dalam bentuk ini, lebih pada penggunaan harta benda

untuk kehidupan manusia dan kemaslahatan ummah. Ada hak tertentu

yang harus diberikan kepada orang yang berhak untuk menerimanya.

4.) Masalah Ilmu Pengetahuan

Dakwah Islam sangat mengutamakan pentingnya pengembangan

ilmu pengetahuan. Pesan yang berupa ilmu pengetahuan disampaikan

melalui tiga jalur ilmu yaitu:

 Mengenal tulisan dan membacanya.

 Penalaran, dalam penelitian dan rahasia-rahasia alam.

 Penggambaran dibumi seperti study tour atau ekspedisi ilmiah.

5.) Masalah Akidah

Akidah dalah masalah utama pesan dakwah, memilki ciri-ciri yang

membedakan dengan kepercayaan lain, yaitu:

a. Keterbukaan melalui kesaksian (syahadat). Dengan demikian

seorang muslim selalu jelas identitas keagamaan orang lain.

b. Cakrawala yang luas dengan memperkenalkan bahwa Allah SWT

adalah tuhan alam, bukan tuhan kelompok, atau bangsa tertentu

c. Kejelasan dan kesederhanaan. Seluruh ajaran akidah, baik soal

keTuhanan, kerasulan, ataupun alam gaib sangat mudah untuk

(40)

30

d. Ketuhanan antara Iman dan Islam atau antara Iman dan Amal

perbuatan.

Dari penjelasan diatas semuanya itu yang terpenting adalah konteks

penyampaian ayat-ayat Allah SWT berangkat dari persoalan yang

dihadapi masyarakat. Rasul juga selalu mampu merasakan persoalan

yang dihadapi umatnya. Perasaan empati ini akan membuat dakwah

menjadi lebih mengena. Rasa empati juga akan membuat juru dakwah

bisa memahami situasi yang sedang dihadapi objek dakwahnya.

Pemahaman seperti ini sangatlah penting, supaya materi dakwah yang

disampaikan bisa benar-benar menjawab persoalan yang tengah dihadapi

publik. Kesalahan dalam memahami situasi dan perasaan mad’u bisa

membuat dakwah seseorang mengandung resistensi.

2. Jenis Pesan Dakwah

Semua orang dapat berbicara tentang moral, bahkan dengan

mengutip ayat Al-Quran sekalipun. Akan tetapi , jika hal itu

dimaksudkan untuk pembenaran atau dasar bagi kepentingan nafsunya

semata, maka demikian itu bukan termasuk pesan dakwah. Pesan

dakwah pada garis besarnya terbagi menjadi dua, yaitu pesan utama

(Al-Quran dan Hadis) dan pesan tambahan atau penunjang (selain Al-(Al-Quran

dan Hadis).18

18

(41)

31

A. Ayat-Ayat Al-Quran

Al-Quran adalah wahyu penyempurna. Seluruh wahyu yang

diturunkan Allah SWT. Kepada nabi-nabi terdahulu termaktub dan

teringkas dalam Al-Quran. Dengan mempelajari Al-Quran, seseorang

dapat mengetahui kandungan Kitab Taurat, Kitab Zabur, Kitab Injil,

Shahifah (lembaran wahyu)Nabi Nuh a.s, Shahifah Nabi Ibrahim a.s,

Shahifah Nabi Musa a.s, dan Shahifah yang lain. Selain itu, Al-Quran

juga memuat keterangan di luar wahyu-wahyu yang terdahulu. Untuk

melihat kandungan Al-Quran, kita bisa menelaah antara lain kandungan

surat al-Fatihah yang oleh para ulama dikatakan sebagai ringkasan

Al-Quran. Dalam surat al-Fatihah, terdapat tiga bahasan pokok yang

sebenarnya menjadi pesan sental dakwah, yaitu akidah (ayat 1-4), ibadah

(ayat 5-6), muamalah (ayat 7), ketiga hal itulah yang menjadi

pokok-pokok ajaran Islam.

Dalam mengutip ayat Al-Quran sebagai pesan dakwah, ada beberapa

etika yang harus diperhatikan:

a. Penulisan atau pengucapan ayat Al-Quran harus benar.

Kekurangan satu huruf saja atau kesalahan tanda baca dapat

mengubah makna ayat Al-Quran. Begitu pula, pengucapan yang

tidak sesuai dengan pedoman pengucapannya akan dapat

merusak maknanya.

b. Penulisan atau pengucapan ayat Al-Quran sebaiknya disertai

terjemahanya. Hal ini dimaksudkan agar mitra dakwah dapat

(42)

32

bahasa Arab apalagi bahasa Al-Quran. Bagi pendakwah yang

mampu menerjemahkannya sendiri dengan baik, ia lebih baik

menggunakan terjemahannya.

c. Sebaiknya ayat Al-Quran ditulis pada lembaran yang tidak

mudah diletakkna pada tempat yang kotor atau mudah terinjak.

d. Penulisan atau pengucapan ayat Al-Quran sebaiknya tidak

dipenggal dari keseluruhan ayat, agar terhindar dari distorsi

pemahaman.

e. Sebaiknya ayat Al-Quran dibaca dengan tartil dan jelas.

Penulisannya juga dengan huruf yang mudah dibaca.

f. Ketika mengutip ayat Al-Quran, sebelumnya perlu didahului

ungkapan atau tulisan:Allah SWT, berfirman…”(al

-Nawawi,1985: 123). Penulisan atau ucapan Allah sebaiknya

diiringi dengan sifatnya, seperti ta’ala, azza wa jalla, dan

semacamnya.

g. Antara ayat yang dikemukakan dengan topic dakwah harus sesuai

dan relevan.

h. Sebelum membaca ayat Al-Quran, pendakwah hendaknya

membaca ta’awudh dan basmalah (al-Nawawi, 1985: 64-65).

B. Hadis Nabi SAW

Segala hal yang berkenaan dengan Nabi SAW. Yang meliputi

ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat, bahkan ciri fisiknya dinamakan

(43)

33

mengutip hasil penelitian ulama hadis. Tidak harus meneliti sendiri.

Pendakwah hanya perlu cara mendapatkan hadis yang sahih serta

memahami kandungannya.

Dalam mengutip hadis Nabi SAW., ada beberapa etika yang harus

diperhatikan oleh para pendakwah:

a. Penulisan atau pengucapan hadis harus benar. Kesalahannya

dapat menimbulkan perubahan makna. Namun, kesalahan ini

tidak lebih berat disbanding dengan kesalahan penulisan atau

pengucapan ayat Al-Quran.

b. Penulisan atau pengucapan hadis sebaiknya disertai

terjemahannya, agar pengertiannya dapat dipahami oleh mitra

dakwah.

c. Nama Nabi SAW, atau Rasulullah SAW, serta nama perawi

sahabat dan perawi penulis kitab hadis harus disebutkan. Nama

sahabat disebutkan untuk menunjukkan orang yang diajak bicara

oleh Nabi SAW. Atau orang yang pertama kali menerima hadis.

d. Pendakwah harus memprioritaskan hadis yang lebih tinggi

kualitasnya. Pendakwah dapat menulusurinya dari kitab-kitab

hadis yang telah diakui kualitas kesahihannya oleh para ulama.

e. Pengungkapan hadis harus sesuai dengan topic yang di

bicarakan.

(44)

34

C. Pendapat Para Sahabat Nabi SAW

Orang yang hidup semasa Nabi SAW., Pernah bertemu dan beriman

kepadanya adalah sahabat Nabi SAW.. pendapat sahabat Nabi SAW.

Memiliki nilai tinggi, karena kedekatan mereka dengan Nabi SAW. Dan

proses belajarnya yang langsung dari beliau. Diantara para sahabat Nabi

SAW., Ada yang termasuk sahabat senior (kibar al-shahabah) dan

sahabat yang yunior (shighar al-shahabah). Sama dengan

kutipan-kutipan sebelumnya, dalam mengutip pendapat sahabat juga harus

mengikuti etika sebagai berikut:

a. Tidak bertentangan dengan Al-Quran dan hadis.

b. Menyebutkan nama sahabat yang dikutip.

c. Menyebut sumber rurjukan.

d. Membaca doa dengan kata radliyallahu ‘anhu ‘anha atau

menulis dengan singkatan r.a di belakang nama sahabat.

D. Pendapat Para Ulama

Meski ulama berarti semua orang yang memiliki ilmu pengetahuan

secara mendalam, namun maksud ulama disini dikhususkan untuk orang

yang beriman, menguasai ilmu keislaman secara mendalam dan

menjalankannya, dengan pengertian ini, kita menghindari pendapat

ulama yang buruk, yakni ulama yang tidak berpegang pada Al-Quran

dan hadis sepenuhnya dan tidak ada kesesuaian antara ucapan dan

(45)

35

Adapun etika mengutip pendapat ulama adalah sebagai berikut:

a. Tidak bertentangan dengan Al-Quran dan hadis

b. Menyebut nama ulama yang dikutip

c. Mengetahui argumentasinya, agar terhindar dari kepengikutan

yang tidak cerdas (taqlid)

d. Memilih pendapat para ulama yang tertulis daripada pendapat

yang didapatkan dari komunikasi lisan

e. Memilih pendapat ulama yang paling kuat dasarnya dan paling

besar manfaatnya untuk masyarakat

f. Menghargai setiap pendapat ulama, meski kita harus memilih

salah satunya.

g. Sebaiknya kita mengenal jati diri ulama, walaupun tidak

sempurna, sebelum mengutip pendapatnya.

E. Hasil Penelitian Ilmiah

Sifat dari penelitian ilmiah adalah relative dan rekleatif. Relatif,

karena nilai kebenarannya dapat berubah. Reflektif, karena ia

mencerminkan realitasnya. Hasil penelitian bisa berubah oleh penelitian

dalam medan yang berbeda. Oleh sebab itu, pengutipan hasil penelitian

ilmiah untuk pesan dakwah harus berpegang pada etika sebagai berikut:

a. Menyebut nama penelitinya, atau lembaga bila melibatkan suatu

lembaga

(46)

36

c. Disajikan dengan kalimat yang singkat dan jelas. Tidak

bertele-tele sebab sifatnya bukan melaporkan keseluruhan hasil

penelitian melainkan hanya untuk menopang argumentasi pesan

dakwah

d. Disampaikan kepada mitra dakwah yang memahami fungsi

penelitian. Kepada masyarakat pedalaman, pendakwah tidak

perlu membahas hasil penelitian.

e. Disampaikan untuk menguatkan pesan utama dakwah; bukan

sebaliknya, pesan utama dakwah dipakai untuk memperkuat hasil

penelitian.

F. Kisah dan Pengalaman Teladan

Ketika membicarakan pengalaman apalagi yang menyangkut

keteladanan, pendakwah harus berhati-hati. Ia boleh saja berharap mitra

dakwah meniru keteladanan dirinya. Hanya saja, keteladanan pribadi

bisa menimbulkan prasangka buruk pada pendakwah sebagai orang yang

membanggakan diri (‘ujub), menonjokan diri (riya’), atau membuat diri

terkenal (sum’ah). Jika demikian ini yang ditakutkan, maka pendakwah

bisa menceritakan pengalaman orang lain.

Jika cerita tentang perilaku seseorang memang diperlakukan, maka

sebaiknya yang diceritakan adalah mereka yang telah wafat. Hanya

perbuatan baiknya yang patut diceritakan. Kebaikan seseorang yang

(47)

37

di alam kubur. Dalam riwayat Abu Dzar (Muslim, 1988: II:547: nomor

166).

G. Berita dan Peristiwa

pesan dakwah bisa berupa berita tentang suatu kejadian.

Peristiwanya lebih ditonjolkan daripada pelakunya. Berita dikatakan

benar jika sesuai dengan fakta. Jika tidak sesuai, disebut berita bohong.

Hanya berita yang diyakini kebenarannya yang patut dijadikan pesan

dakwah. Dalam Al-Quran, berita sering diistilahkan dengan kata

al-naba’, yakni berita yang penting, terjadinya sudah pasti, dan membawa

manfaat yang besar.

Dalam menjadikan berita sebagai penunjang pesan dakwah, terdapat

beberapa etika yang harus diperhatikan:

a. Melakukan pengecekan berkali-kali sampai diyakini kebenaran

berita tersebut

b. Dampak dari suatu berita juga harus dikaji. Jika ada

kemungkinan membahayakan bagi mitra dakwah, berita itu tidak

boleh di ceritakan, meskipun benar-benar terjadi

c. Sifat berita adalah datar, hanya memberitahukan, karenanya,

sebagai pesan dakwah, berita harus diberi komentar.

d. Berita yang disajikan harus mengandung hikmah. Ini yang

(48)

38

H. Karya Sastra

Pesan dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan karya sastra yang

bermutu sehingga lebih indah dan menarik. Karya sastra ini dapat

berupa: syair, puisi, pantun, nasyid, atau lagu, dan sebagainya. Tidak

sedikit para pendakwah yang menyisipkan karya sastra dalam pesan

dakwahnya.

Karya sastra yang dijadikan pesan dakwah harus berlandaskan etika

sebagai berikut:

a. Isinya mengandung hikmah yang mengajak kepada Islam atau

mendorong berbuat kebaikan

b. Dibentuk dengan kalimat yang indah

c. Ketika pendakwah mengungkapkan sebuah sastra secara lisan,

kedalaman perasaan harus menyertainya, agar sisi keindahannya

dapat dirasakan. Selain itu, sastra juga diucapkan dengan irama

yang sesuai

d. Jika diiringi musik, maka penyampaian karya sastra tidak dengan

alat musik yang berlebihan.

I. Karya Seni

Karya seni juga memuat nilai keindahan yang tinggi. Jika karya

sastra menggunakan komunikasi verbal (diucapkan), karya seni banyak

mengutarakan komunikasi nonverbal (diperlihatkan). Pesan dakwah

jenis ini mengacu pada lambing yang terbuka untuk ditafsirkan oleh

(49)

39

memberikan apresiasi karya seni. Bagi pecinta karya seni, pesan dakwah

jenis ini lebih banyak membuatnya berpikir tentang Allah SWT.

Untuk menjadikan karya seni sebagai pesan dakwah, ada beberapa

etika yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Diupayakan sedemikian rupa agar karya seni tidak ditafsirkan

secara salah oleh mitra dakwah

b. Menurut ulama yang berpahaman tekstualis (memahami ayat

atau hadis sesuai dengan teksnya), tidak dibenarkan karya seni

dengan objek makhluk hidup. Untuk menghindari kontroversi,

maka berpedoman dengan kaidah Ushul Fikih “menghindari

kontroversi adalah jalan terbaik”, maka lebih baik tidak

melanggar larangan tersebut, sekalipun pendapat ini ditentang

oleh kaum kontekstualis.

c. Karya seni tidak bernuansa pornografi, menghina symbol-simbol

agama, melecehkan orang lain, atau menimbulkan

dampak-dampak negative lainnya baik langsung maupun tidak langsung.

3. Media Dakwah

a. Pengertian Media Dakwah

Arti istilah media bila dilihat dari asal katanya (etimologi), berasal

dari bahasa latin yaitu “median”, yang berarti alat perantara. Sedangkan

kata median merupakan jamak daripada kata median tersebut.pengertian

semantiknya media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai

(50)

40

Dengan demikian media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat

dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah

ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa barang (material), orang,

tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.19

b. Jenis-jenis Media Dakwah

Dalam ilmu komunikasi, media dapat diklarifikasikan menjadi tiga

macam yaitu:20

1) Media Terucap (The Spoken Words), alat yang bisa

mengeluarkan bunyi seperti radio, telepon dan sejenisnya.

2) Media Tertulis (The Printed Writing), media berupa tulisan atau

cetakan seperti majalah, surat kabar, buku, pamflet, lukisan,

gambar, dan sejenisnya.

3) Media Dengar Pnadang (The Audio Visual), media yang berisi

gambar hidup yang bisa dilihat dan di dengar yaitu film, video,

televise dan sejenisnya.

c. Media Cetak Dakwah

Sesungguhnya sejak masa kebangkitan dan perkembangan Islam,

berdakwah melalui tulisan sudah dipandang Rasulullah sawsabagai salah

satu bentuk atau langkah dakwah yang efektif. Seperti surat Rasulullah

saw yang dikirimkan kepada Raja Bahrain Al Mundzir bin Sawa, yang

19

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),h. 163 20

(51)

41

merupakan langkah berdakwah melalui tulisan itu, telah mendapat

sambutan sangat menggembirakan.

Media cetak dakwah merupakan kegiatan menyampaikan pesan

berupa dakwah kepada khalayak ramai melalui saluran media.

Tekanannya tentu pada media pers (cetak) baik surat kabar, majalah

maupun tabloid. Karena melalui media pers (cetak), pesan dakwah itu

tentu saja disampaikan melalui karya tulisan. Karya tulisan itu dimuat

dimedia cetak baik dalam bentuk berita, feature, artikel, laporan, tajuk

dan karya jurnalistik lainnya.

Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka karya-karya

jurnalistik itu sudah tentu berisi ajakan atau seruan mengenai pentingnya

meraih keberhasilan, mencapai kemajuan, mengerjakan kebaikan dan

meninggalkan kenistaan. Ajakan dan seruan yang semuanya bersumber

dari aqidah Islam, tauhid dan keimanan.21

1. Fungsi dan Tujuan Media Cetak Dakwah

Hartono A. Jaiz menjelaskan fungsi media cetak dakwah dalam tiga

hal, antara lain:

 Melayani kebutuhan masyarakat akan informasi Islam. Informasi

yang dimaksut disini adalah informasi yang bersumber dari

Al-Qur’an dan hadis.

 Berupaya mewujudkan /menjelaskan seruan Al-Qur’an secara

cermat melalui berbagai media cetak untuk mengembalikannya

21

(52)

42

kepada fikrah dan keuniversalannya serta menyajikan

produk-produk Islam yang selaras dengan pemikiran.

 Menghidupkan dialog-dialog bernuansa pemikiran, politik,

budaya, sosial, dan lain-lain.

Adapun tujuannya sebagai berikut

 Memberantas masyarakat dari buta huruf lewat pendidikan

membaca dan menulis. Kesadaran membaca dan menulis, baik

dari arti sempit maupun luas, sudah menjadi kewajiban umat

Islam (Al’Alaq [96/01]:1-5)

 Menyampaikan ajaran Islam

 Meluruskan informasi melalui media cetak

 Mengajak umat manusia untuk menyembah kepada Allah dengan

tidak mempersekutukannya.

 Mengajak umat Islam untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban

yang ada pada aspek ibadah, khususnya shalat, zakat, dan

ibadah-ibadah lainyang sudah ditentukan caranya.

 Mengajak umat Islam agar mempunyai akhlak terpuji.

 Mengajak umat Islam agar tetap hati-hati terhadap berita-berita

yang dating.

M. Musthafa Atha menambahkan:

 Mencapai keseimbangan anatara materil dan spiritual.

 Menanamkan kegemaran membaca.

(53)

43

2. Keunggulan Dakwah Media Cetak

Pertama, lebih dalam pengaruhnya dari gelombang suara lisan ahli

pidato. Pidato lisan dari seorang orator dapat memikat jutaan massa

rakyat dalam sesaat. Tetapi bisa kembali tiada membekas dan menyerap

dalam hati. Itulah sebabnya orator mengulang kembali terus menerus

keyakinan dan pandangan yang dipropagandakan kepada masyarakat

ramai.

Kedua, tulisan atau sari pena seorang pengarang cukup berbicara satu

kali dan akan melekat terus menerus dalam hati serta bisa menjadi buah

tutur setiap hari.

Ketiga, bahasa tulisan lewat media cetak lebih rapid an lebih teratur

daripada bahasa lisan karena menulis adalah berpikir dengan teratur.

Keempat, pembaca bisa membaca berulang-ulang hingga meresapi.

Kelima, lebih menguatkan jalinan/persaksian.

Onong uchjana menambahkan dua hal:

Keenam, terekam. Nasihat-nasihat yang disiarkan media massa cetak

tersusun dalam alinea, kalimat dan kata-kata yang terdiri atas

huruf-huruf yang dicetak pada kertas. Dengan demikian, setiap pesan-pesan

yang diberitakan “terekam” sedemikian rupa sehingga dapat dibaca

setiap saat dan dapat diulang kaji, bisa dijadikan dokumentasi dan dapat

(54)

44

Ketujuh, dapat diproduksi. Diproduksi dalam arti digunakan kembali

sehingga akan memudahkan mereka yang tidak berlangganan untuk

memperolehnya.22

4. Kajian Pustaka Tentang Tabloid a. Tabloid

Tabloid adalah surat kabar ukuran kecil (setengah dari ukuran surat

kabar biasa) yang banyak memuat berita secara singkat, padat, dan

bergambar, mudah dibaca umum. Tabloid sebenarnya adalah istilah

suatu format surat kabar yang lebih kecil (597 mm x 375 mm)dari

ukuran standar Koran harian. Istilah ini biasanya dikaitkan dengan

penerbitan surat kabar regular non harian (bisa mingguan, dwimingguan,

dan sebagainya), yang terfokus pada hal-hal yang lebih “tidak serius”,

terutama masalah pesohor, olahraga,kriminalitas, dan lain-lain.

b. Tabloid Sebagai Media Dakwah

Tabloid adalah media komunikasi yang berisikan informasi actual

yang disajikan secara lebih mendalam dan dilengkapi ketajaman analisis.

Hanya saja, informasi yang disajikan lebih sabagai penunjang bagi

bidang profesi atau gaya hidup tertentu.23

22

Suf Kasman, Jurnalisme Universal; Menelusuri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Qalam dalam

Al-Qur’an, (Jakarta: Teraju, 2004),cet 1, h. 123-129

23

(55)

45

Onong Uchayana dalam bukunya Kamus Komunikasi, tabloid adalah

surat kabar yang berukuran separoh dari ukuran standart yang biasanya

memuat berita yang sensasional.24

Pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tabloid adalah

media komunikasi yang berupa surat kabar berukuran separuh dari

ukuran standart, maka dengan demikian berarti tablid adalah salh satu

bagian dari media massa. Tabloid dapat dijadikan sebagai media dalam

berdakwah, para da’i dapat menyampaikan pesan dakwah ataupun ide

-idenya melalui tabloid.

Dengan memanfaatkan berbagai kolom atau rubrik yang ada dalam

tabloid tersebut. Hal ini karena dakwah melalui media massa jaug lebih

efektif dan efesien, terutama bagi khalayak (mad’u) yang sibuk seperti

sekarang ini. Karena mad’u yang sibuk dengan segala aktifitasnya tidak

mungkin untuk mengikuti atau mendengarkan secara langsung

pesan-pesan da’I dalam sebuah mimbar. Maka dari itu tabloid sangat

diperlukan. Sehingga semua pesan dakwah dapat tersampaikan keseluruh

pelosok bumi.

c. Kajian Penelitian Terdahulu

Dalam kajian kepustakaan peneliti ini, peneliti akan menjelaskan

tentang hasil-hasil penelitian terdahulu yang mengambil obyek

penelitian di lembaga penerbitan media. Hal ini peneliti laukan untuk

24

(56)

46

menekankan bahwa penelitian yang dilakukan tidak sama dengan

penelitian-penelitian terdahulu. Dengan kata lain saat ini terdapat

perbedaan yang sangat mendasar dengan penelitian yang dilakukan oleh

penelitian terdahulu, diantaranya adalah.

1. Penelitian dengan judul “Pesan Dakwah Tabloid Modis (Semiotik

Rubrik Women Community Edisi 155 Minggu I-II Juni 2014)” yang

diteliti oleh Suaibatul Islamiyah NIM (B01211031) Mahasiswi

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Program studi

Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan jenis penelitian analisis semiotic dengan tujuan

menganalisis dan mengetahui makna pesan dakwah yang terkandung

dalam tabloid tersebut.

Adapun letak persamaannya yaitu sama-sama meneliti tabloid.

Sedangkan letak perbedaannya yakni terletak pada analisisnya,

suaibatul menggunakan semiotic dan peneliti menggunakan framing.

2. Penelitian dengan judul “Pesan Dakwah Majalah Digital Al-Falah

Rubrik Kajian Bedah Hadits Edisi 317 – 319 ( Analisis Wacana Van

Dijk )” yang diteliti oleh Asmawi NIM (B01209012) Mahasiswa

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel program studi Komunikasi.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian wacana

model Van Dick dengan tujuan menganalisis dan mengetahui makna

pesan dakwah yang terdapat pada Majalah Digital Al-Falah Rubrik

Gambar

gambar, dan sejenisnya.
Tabel 1.
Gambar, grafik, citranyang mendukung
Tabel. 3
+6

Referensi

Dokumen terkait

Lokasi yang sesuai untuk budidaya rumput laut kelas kesesuaian S2 ini terdapat di semua pulau yang ada di Kepulauan Karimunjawa terutama berada di perairan pantai yang berjarak

abad ke-21 dengan pemanasan global dan naiknya permukaan laut seluruh dunia [7]. Contoh Bukti-bukti penurunan tanah di daerah eksploitasi minyak dan gas bumi terlihat di

Perijinan yang diperlukan dalam pendirian Perseroan Terbatas (PT) adalah Perijinan yang diperlukan dalam pendirian Perseroan Terbatas (PT) adalah Surat Ijin Usaha Perdagangan

Kahit na hindi kinakailangan na magkaroon ng personal na pagkakalapit sa mga miyembro ng pamilya, sinasabi sa pag-aaral na pagkakaroon ng suporta mula sa

Problematika pendidikan agama dalam keluarga Muslim di Desa Pulutan dapat teratasi dengan baik apabila orang tua bisa menerapkan peran orang tua dengan sebaik- baiknya dan anak

Ayat diatas menegaskan bagaimana kewajiban orang tua terhadap anaknya, oleh karena itu hendaknya orang tua mendidik anaknya dengan baik, Akan lebih mudah lagi apa bila

Penelitian ini sesuai dengan penelitian dari RISKESDAS tahun 2007 6 tentang stroke dan YASTROKI tahun 2012 tentang stroke 9 , dimana keduanya menyatakan bahwa prevalensi stroke