ANALISIS PESAN DAKWAH PADA RUBRIK KISAH TAHAJUD TABLOID KISAH HIKMAH EDISI 236-237 SEPTEMBER 2016
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
PUTIKHATUL AMANAH B91213075
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Putikhatul Amanah, NIM. B91213075, 2016. ANALISIS PESAN DAKWAH PADA RUBRIK KISAH TAHAJUD TABLOID KISAH HIKMAH EDISI 236-237 SEPTEMBER 2016.
Skripsi Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci : Pesan Dakwah, Rubrik Kisah Tahajud Tabloid Kisah Hikmah
Fokus masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah apa pesan dakwah pada rubrik kisah tahajud Tabloid Kisah Himahdalam dua edisi yaitu 236-237 yang mengkisahkan tentang kisah shalat tahajud. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pesan dakwah yang ada pada rubrik kisah tahajud.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data yang disajikan kemudian dianalisis menggunakan analisis framing model Gamson dan Modigliani, mendefinisikan frame sebagai organisasi gagasan sentral atau alur cerita yang mengarahkan makna peristiwa-peristiwa yang dihubungkan dengan suatu isu. Frame merupakan inti sebuah unit besar wacana publik yang disebut package. Analisis ini memahami wacana media sebagai satu gugusan perspektif saat mengkontruksi dan memberi makna suatu isu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Data yang disajikan kemudian dianalisis menggunakan analisis framing model William A. Gamson.
Setelah melakukan proses analisis data, dalam penelitian ini terdapat pembingkaian edisi 236 yaitu tahajud bisa memunculkan ketenangan dan pada edisi 237 yang berimplikasi pada kesejahteraan. Dalam penelitian ini pembingkaian akan disusun menurut analisis Gamson dan Modigliani, yakni terbagi menjadi media package, core frame, condensing symbols, framing devices terdiri dari metaphors, examplars, catchphrases, depictions, visual images dan roots, reasoning devices yang terdiri dari roots dan appeal to principle.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa rubric kisah tahajud pada tabloid kisah hikmah merupakan suatu media dakwah bahwa dengan istiqomah tahajud maka hidup akan lebih sejahtera dan tenang, sebagai pesan dakwah dalam kategori syariah masuk kedalam sub muamalah dan ibadah.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
SURAT PERNYATAAN... v
ABSTRAK... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. RumusanMasalah... 8
C. Tujuan Penelitian... 9
D. Manfaat Penelitian... 9
E. Definisi Konseptual ... 10
F. Sistematika Pembahasan... 11
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka………... .13
1. Pesan Dakwah ... 13
2. Jenis Pesan Dakwah ... 29
3. Media Dakwah... 38
4. Kajian Pustaka Tentang Tabloid... 43
c. Kajian Penelitian Terdahulu... 45
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 52
B. Unit Analisis... 56
C. Tahapan Penelitian... 57
D. Tehnik Analisis Data... 60
E. Tehnik Pengumpulan Data... 65
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Penyajian Data... 67
A.1 Profil Tabloid Kisah Hikmah... 67
a.1,1 Latar Belakang Berdiri Tabloid Kisah Hikmah... 67
a.1.2. Visi Kisah Hikmah... 69
a.1.3. Misi Kisah Hikmah... 69
a.1.4. Segmentasi Media... 70
a.1.5. Rubrik-rubrik di Tabloid Kisah Hikmah... 75
a.1.6. Struktur Manajemen Penerbitan Tabloid Kisah Hikmah... 78
a.1.7. Manajemen Penertiban Tabloid Kisah Hikmah... 79
a.Staf dan Redaksi Tabloid Kisah Hikmah... 79
A.2. Kisah Tahajud Edisi 236 minggu I-II September 2016... 80
A.3. Kisah Tahajud Edisi 237 minggu III-IV September 2016... 84
B.Analisis Data... 88
C.Interpretasi Teoritik... 98
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Penelitian Terdahulu... 49
2. Tabel 2. Skema analisis framing Model Gamson dan Modigliani... 59
3. Tabel 3. Wilayah Edar Tabloid Kisah Hikmah... 72
4. Tabel 4. Struktur Manajemen Penerbitan Tabloid Kisah Hikmah... 78
5. Tabel 5. Kisah Tahajud Edisi 236 minggu I-II September 2016... 80
6. Tabel 6. Kisah Tahajud Edisi 237 minggu III-IV September 2016... 84
7. Tabel 7. skema/bagan framing model Gamson Edisi 236... 92
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah adalah komunikasi yang didasari oleh keyakinan dan tujuan
untuk mengajak menjalankan ketentuan-ketentuan Allah dan
memperoleh ridhanya. Bagi muslim sebaik-baik aktivitas yang
sungguh-sungguh dalam bentuk mengajak manusia mendekat (taqarrub) kepada
Allah, dengan memberi dan menjadi teladan kebaikan sebagai suatu
kewajiban.
Islam dilihat sebagai agama yang bersifat mission yang menggesa
penganutnya supaya berterusan menyebarkan pesan kepada sesama
muslim ataupun kepada bukan muslim. Setiap individu muslim dianggap
komunikator agama atau dai’i (pendakwah)1
. Dakwah sudah pasti
sebuah komunikasi, tepatnya komunikasi persuasive, karena hakikat
dakwah adalah mengajak, yakni mengajak orang lain
(komunikan,audiens) untuk mempercayai dan mengamalkan ajaran
Islam. Namun,jelas, komunikasi belum tentu mengandung pesan
dakwah. Komunikasi adalah sebagai proses penyampaian pesan dalam
bentuk symbol atau kode dari satu pihak kepada pihak yang lain dengan
efek untuk mengubah sikap, atau tindakan. Proses tersebut dilakukan
1
2
oleh seorang komunikator sebagai penyampai pesan dan komunikan
sebagai penerima pesan, melalui media tertentu2.
Komunikasi juga mengandung makna bersama-sama (common),
istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu
communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata
sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama-sama3. Aktivitas
komunikasi, pesan yang terkandung didalamnya belum atau tidak sampai
membatasi pada nilai tertentu. Yang demikian adalah fenomena
komunikasi, penyampaian pesan dari satu pihak kepada pihak yang lain
untuk mempengaruhi, tetapi bukanlah aktivitas dakwah.
Dakwah Islam harus mengacu pada ketetapan Al-Quran secara
mutlak. Sementara Alquran telah menetapkan keteladanan tunggalnya.
Yakni mengikuti Rasulullah SAW. Yang mana didalamnya termuat
tuntunan dan aturan-aturan yang harus di lakukan oleh manusia agar
dalam menjalani kehidupannya dapat dicintai oleh Allah. Kedua sumber
itulah yang akan disampaikan kepada seluruh umat manusia. Dalam
surat Ali-Imron ayat 104
ُ
َ ن ح ْفمْلٱ
م َكِئ َل أَ
ِرَك ْلٱ
ِ َع
ِف رْعَ ْلٱ ِبَ ْ َ ْ َيَ
َ ر مْأَيَ
ِرْيَخْلٱ
ىَلِإ
َ ع ْدَي
ةَم أ
ْم ك ِم
كَتْلَ
2
Hamidi, Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah, (Malang: UMM Press, 2010),h. 6 3
3
Artinya : dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang
beruntung (Ali Imran: 104).4
Allah menjadikan amar ma’ruf nahi mungkar bagian dari sifat kaum
beriman, seperti disebutkan pula dalam firmannya:
ر كْنمْلان عَن ْ ْن ي ََف رْع مْلابَن رمْ ي َ
َْ ضَْع ب
َ ضْع بََءا يل ْ أ َتا نم ْ مْلا ن نم ْ مْلا
ََََّ م حََْر ي س كئَ ل أََه ل س ر ََ َََّ ن عيطي ََ ةا كَزلاََ ن ت ْ ي ََ ة ََصلاََ ن ميقي
ََ
ميِكَح زيِزَع
ََّ َ ِإ
Artinya :Dan orang-orang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf serta mencegah dari yang
mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat
kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah,
sesungguhnya Allah Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (At Taubah,
71).5
Dari ayat-ayat tersebut dapat diketahui secara jelas bahwa berdakwah
merupakan tugas bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan,
4
Depag RI, Al QURAAN DAN TERJEMAHNYA, (Jakarta: Percetakann dan Offset “JAMUNU,
1965),h. 93 5
Depag RI, Al QURAAN DAN TERJEMAHNYA, (Jakarta: Percetakan dan Offset “JAMUNU,
4
sesuai dengan kemampuan dan ilmu masing-masing. Dengan Dakwah
Islam, dapat diketahui, dihayati dan diamalkan oleh manusia dari
generasi ke generasi berikutnya.
Dunia yang memasuki era informasi, peran profesi jurnalistik pers
dalam masyarakat sangatlah penting, sama pentingnya dengan peran
yang dimainkan oleh para ilmuwan, cendikiawan dan para ulama.
Kemajuan yang pesat dalam bidang pengetahuan dan tehnologi, terutama
dalam bidang komunikasi. Baik komunikasi media cetak ataupun yang
lainnya. pada dasarnya siapapun bisa menjadi pendakwah dengan
menulis pesan Islam di Majalah, Koran, atau Internet.
Media cetak tergolong jenis media massa yang paling popular.6
Media cetak merupakan media komunikasi yang bersifat tertulis atau
tercetak. Media cetak terdiri dari berbagai jenis seperti surat kabar,
majalah, tabloid, dan sebagainya, pada dasarnya media cetak memiliki
segmen yang berbeda, seperti surat kabar, biasanya bersegmen kepada
pada berita ekonomi, sosial, budaya, politik. Sedangkan pada majalah
biasanya bersegmen khusus pria, wanita, remaja, anak-anak, dan lainnya.
Terbaginya segmen pembaca tersebut menunjukkan bahwa jenis
pembacanya berbeda umur, sosial, kultural, pekerjaan,dan latar belakang
yang berbeda yang dapat mempengaruhi seseorang dalam
mengkonsumsi suatu media.
6
5
Tabloid adalah media komunikasi yang berisikan informasi aktual
yang disajikan secara lebih mendalam dan dilengkapi ketajaman analisis.
Hanya saja, informasi yang disajikan lebih sebagai penunjang bagi
bidang profesi atau gaya hidup tertentu. Di Indonesia kita mengenal
system pers yang bebas bertanggung jawab. Salah satu media yang
menjadi bukti pers bebas dan bertanggung jawab atau lebih dikenal
dengan pers pancasila adalah tabloid yaitu surat kabar ukuran kecil
(setengah dari ukuran surat kabar biasa) yang banyak memuat berita
secara singkat,padat dan bergambar serta mudah dibaca umum.
Media Massa adalah alat atau sarana yang digunakan dalam
penyampaian pesan dari sumber (komunikator) kepada khalayak
(komunikan/penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi
mekanis, seperti surat kabar, radio televise,film dan internet Fungsi
Media Massa adalah memberikan informasi, Edukasi, Penghibur, dan
mempengaruhi.7 Dalam tabloid, tentunya memuat berbagai macam
Artikel. Contohnya Artikel Berita dan Artikel Opini, Artikel Berita ini
berupa tulisan yang menyajikan tentang berita-berita terkini sedangkan
Artikel Opini yaitu lazim ditemukan pada halaman khusus opini,
bersama opini yang lain yakni tajuk rencana, kolom, pojok, karikatur,
dan surat pembaca. Artikel opini mengupas suatu masalah secara serius
dan tuntas melalui pendekatan analitis akademis. Sifatnya relatif berat,
karenanya artikel opini kerap ditulis oleh mereka yang memiliki latar
7
6
belakang pendidikan, pengetahuan, keahlian, atau pengalaman memadai
di bidangnya masing-masing.
Selain berita, didalam tabloid juga terdapat banyak macam rubrik.
Rubrik adalah kolom khusus atau karangan tertentu pada Koran atau
majalah. Kisah Tahajud merupakan salah satu rubrik yang ada pada
tabloid Kisah Hikmah, yang berisi tentang kisah inspiratif dan testimoni
dari masyarakat yang telah rutin menjalankan shalat tahajud.. Tabloid
kisah hikmah ini merupakan salah satu tabloid islami yang sarat akan
pesan dakwah, dan jelas sekali didalam tabloid ini banyak sekali memuat
nilai-nilai islam secara lebih luas.
Tidak dipungkiri banyak beberapa tabloid laris yang beredar dan
sudah popular terlebih dahulu, tetapi nilai ajaran dan pesan dakwah
islam didalamnya belum tentu jelas dan patut dipertanyakan kembali.
Maka dari itu, alasan lain peneliti memilih tabloid Kisah Hikmah sebagai
objek dalam penelitian adalah, Tabloid ini merupakan salah satu tabloid
islami yang sarat akan pesan dakwah dan jelas sekali didalam tabloid ini
banyak sekali memuat nilai-nilai ajaran islam secara lebih luas.
Dipilihnya Tabloid Kisah Hikmah dalam penelitian ini, karena
Tabloid Kisah Hikmah merupakan salah satu tabloid yang baru saja
beredar. Tabloid Kisah Hikmah adalah salah satu dari sekian banyak
media massa yang secara resmi didirikan pada tahun 2005. Tabloid
7
terbit dua edisi) yang mendidik, memotivasi, informasi dan
mengingatkan pembaca tentang makna hidup yang berkembang pada era
globalisasi ini. Diterbitkan setiap hari Kamis, beritanya dikemas
sedemikian praktis dan lengkap dengan informasi-informasi terbaru.
Tabloid Kisah Hikmah yang merupakan media yang berdiri di bawah
naungan Tabloid Nurani, yang masih salah satu group dari Jawa Pos
yang merupakan induk dari group Berlian, yang satu-satunya tabloid
Muslim terbesar di wilayah Jawa. Tabloid Kisah Hikmah di dalamnya
terdapat banyak tentang rubrik-rubrik yang bernuansa Islami,
diantaranya Kisah Pembaca, Kisah Selebriti, Hikmah UtamaKeajaiban
Haji, “Kisah Tahajud ”, Hidayah, Silaturahim dan masih banyak lagi.
Tabloid Kisah Hikmah diterbitkan salah satu tujuannya adalah sebagai
media yang memberikan informasi-informasi terbaru tentang berbagai
Kisah Inspiratif, dari berbagai kalangan.
Kisah Tahajud merupakan salah satu rubrik yang ada pada Tabloid
Kisah Hikmah, yang menceritakan berbagai macam problema
kehidupan. Di dalam rubrik Kisah Tahajud ini menjelaskan tentang kisah
inspiratif dan motivasi dari masyarakat yang telah rutin menjalankan
shalat tahajud.
Rubrik “Kisah Tahajud” ini menarik untuk diteliti, dikarenakan di
dalam isinya itu banyak kisah inspiratif dan motivasi dari para
8
peneliti berusaha memberikan pemahaman terhadap para pembaca
khususnya agar bisa mencermati dan menghayati makna pesan yang
terkandung di dalamnya dan bisa mengaktualisasikan terhadap
kehidupan sehari-hari. Terpenuhinya kebutuhan pembaca akan informasi
yang dibutuhkan inilah yang menjadi kriteria pemanfaatan media.
Pada penelitian ini, peneliti ingin mencoba menganalisis bagaimana
pesan-pesan dakwah yang disampaikan oleh Rubrik Kisah Tahajud
Tabloid Kisah Hikmah dengan sebuah analisis Framing dan sebuah
pendekatan kualitatif. Dan penulis diharapkan mampu berfikir luas
tentang fenomena sosial yang sekarang terjadi dari sudut pandang yang
berbeda, khususnya di media cetak.
B. Rumusan Masalah
Uraian sebelumnya adalah upaya untuk mendapatkan gambaran yang
jelas tentang masalah yang akan diteliti. Maka perlu kiranya di fokuskan
pada masalah yang akan dibahas dalam penelitian, yaitu:
Bagaimana pesan dakwah dalam “Kisah tahajud” tabloid Kisah
Hikmah edisi 237 Minggu III-IV september 2016?
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan materi yang telah terpaparkan di atas maka
penulis melakukan penelitian dengan tujuan sebagai berikut:
Mengetahui pesan dakwah dalam “hikmah tahajud” di tabloid Kisah
9
D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis
a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi seluruh akademika mahasiswa UIN Sunan Ampel
Surabaya serta dapat mengeksplorasi peran media dalam
memberikan label sebuah realitas melalui tabloid.
b. Menambah wawasan tentang bagaimana suatu media merangkum suatu berita atau pengetahuan dan
penyampaian pesan dakwah dalam rubrik kisah tahajud
dalam tabloid Kisah Hikmah.
2. Secara Praktis
a. Sebagai syarat untuk menyelasaikan pendidikan program
S1 pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi jurusan
Komunikasi dan penyiaran Islam Universitas Islam
Negeri Surabaya.
b. Diharapkan bisa sebagai kontribusi dari penulis dalam
bidang keilmuan dan kepustakaan Univeritas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya.
E. Definisi Konseptual
Kerlinger (1973:28) melalui bukunya yang berjudul Foundation
10
yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal yang khusus.
Untuk mendapatkan pemahaman khusus dan menghindari kesalah
pahaman dalam menarik suatu makna dan persepsi setelah membaca
judul yang telah disajikan. Berikut ini akan penulis jelaskan
kerangka berfikir peneliti dalam upaya mendeskripsikan definisi
konsep judul penelitian ini yang meliputi antara lain:
1. Pesan dakwah
Pesan atau pernyataan manusia, apapun bentuknya, pada hakikatnya
merupakan hasil pengolahan manusia tersebut terhadap data, fakta, dan
peristiwa yang terjadi di alam semesta ini, dan atas kehendak manusia itu
sendiri disampaikannya kepada orang lain, dengan tujuan untuk memberi
tahu, menyampaikan informasi, mendidik, dan lain sebagainya, yang ada
prinsipnya agar orang lain berubah sikap, sifat, pendapat, dan
perilakunya sesuai dengan kehendak pengirim pesan atau pernyataan
tersebut8.
Pada prinsipnya, pesan apapun dapat dijadikan sebagai pesan
dakwah selama tidak bertentangan dengan sumber utamanya, yaitu
Al-quran dan hadis. Dengan demikian, semua pesan yang bertentangan
terhadap Al-Quran dan hadis tidak dapat disebut sebagai pesan dakwah.9
Berkaitan dengan pesan-pesan yang bersumber pada Al-Quran dan
Hadits dalam dakwah, pesan-pesan itu masuk dalam unsur materi
8
Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013),h. 80
9
11
dakwah. Materi dakwah sebagai pesan dakwah merupakan isi ajakan,
anjuran dan ide gerakan dalam rangka mencapai tujuan dakwah. Sebagai
isi ajakan dan ide gerakan dimaksudkan agar manusia mau menerima
dan memahami serta mengikuti ajaran tersebut, sehingga ajaran Islam ini
benar-benar diketahui, difahami, dihayati dan selanjutnya diamalkan
sebagai pedoman hidup dan kehidupannya.10
Pesan Dakwah dimaksudkan dalam penelitian ini adalah:
1. Pesan Aqidah
Yaitu yang meliputi iman kepada Allah SWT, iman kepada
malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman
kepada Rasul-Rasul Allah, dan iman kepada Qadla’ dan
Qodar.
2. Pesan Syariah
Yaitu yang meliputi ibadah dalam arti khas (thaharah, shalat,
as-shaum, zakat, haji) dan muamalah dalam arti luas (al-qanun
al khas/hukum perdata dan al-qanun al-‘am/hokum publik).
3. Pesan Akhlaq
Yaitu yang meliputi akhlak kepada al-khaliq dan makhluk
(manusia dan bukan manusia).11
10
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, 1983),h. 60 11
12
1. Rubrik Kisah Tahajud
Rubrik dapat diartikan sebagai suatu karangan tertentu yang
biasanya dusuguhkan pada sebuah surat kabar (Tabloid)12. Rubrik
yang ingin dikaji peneliti adalah pada Tabloid Kisah Hikmah. Hal ini
dimaksudkan agar pembahasan penelitian ini lebih menemukan titik
fokus.
Kisah Tahajud adalah salah satu rubrik yang terdapat dalam
Tabloid Kisah Hikmah yang menurut asumsi peneliti berisi tentang
kisah inspiratif dan testimoni dari masyarakat yang telah rutin
menjalankan shalat tahajud.
Pada penelitian ini, peneliti ingin mencoba menganalisis
bagaimana pesan-pesan dakwah yang disampaikan oleh Rubrik
Kisah Tahajud Tabloid Kisah Hikmah dengan sebuah analisis
Framing dan sebuah pendekatan kualitatif. Dan penulis diharapkan
mampu berfikir luas tentang fenomena sosial yang sekarang terjadi
dari sudut pandang yang berbeda, khususnya di media cetak.
2. Sistematika Pembahasan
Agar penelitian ini menjadi lebih lengkap dan sistematis maka
diperlukan adanya sistematika penulisan. Penelitian ini terdiri dari lima
bab yang dipaparkan sebagai berikut;
BAB I PENDAHULUAN
12
13
Ada enam hal pokok yang perlu dikemukakan dalam bab
ini, yaitu (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c)
tujuan penelitian, (d) kegunaan penelitian, (e) definisi konseptual,
dan (f) sistematika pembahasan. Hal-hal tersebut pada dasarnya
sama dengan isi bagian pendahuluan skripsi hasil penelitian
kuantitatif dan kualitatif.
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN
Bab ini terdiri atas subbab kajian teoritis subtansial, kajian
teori analisis tekstual (teori wacana, teori semiotik, atau teori
framing), dan kajian penelitian yang relevan.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab III berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian yang
dipakai, metode penelitian yang dipakai oleh peneliti. Dan pada
bab III ini akan membahas tentang pendekatan dan jenis
penelitian, unit analisis, tahapan penelitian, dan teknik analisis
data yang akan dipakai dalam penelitian.
BAB IV PENYAJIAN DAN ANLISIS DATA
Pada bab penyajian dan analisis data ini menjelaskan
tentang setting penelitian yaitu analisis wacana pesan dakwah yang
terkandung dalam Novel “Kutemukan Engkau dalam Sujudku”
karya Rizma Nurani. Dan pada bab IV inilah yang nantinya akan
14
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan rekomendasi, kesimpulan
merupakan jawaban langsung dari permasalahan. Yang perlu
diingat bahwa kesimpulan harus sinkron dengan rumusan masalah,
baik dalam hal urutan atau jumlahnya. sedangkan rekomendasi
mengemukakan beberapa anjuran bagi kemungkinan
dilaksanakannya penelitian lanjutan berdasarkan kesimpulan yang
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka
1. Pesan Dakwah
Pesan (message) adalah sesuatu yang disampaikan dari seseorang
(komunikator) kepada orang lain (komunikan) yang dapat berupa buah
pikiran keterangan sebuah sikap.1
Pesan atau pernyataan manusia, apapun bentuknya, pada hakikatnya
merupakan hasil pengolahan manusia tersebut terhadap data, fakta, dan
peristiwa yang terjadi di alam semesta ini, dan atas kehendak manusia itu
sendiri disampaikannya kepada orang lain, dengan tujuan untuk
memberitahu, menyampaikan informasi, mendidik, dan lain sebagainya,
yang pada prinsipnya agar orang lain berubah sikap, sifat, pendapat, dan
perilakunya sesuai dengan kehendak pengirim pesan atau pernyataan
tersebut.2
Ditinjau dari segi Bahasa, Dakwah berasal dari bahasa arab
”Da’wah” dakwah mempunyai tiga huruf asal, yaitu dal, „ain, dan
wawu. Dari ketiga huruf asal ini, berbentuk beberapa kata dengan ragam
makna. Makna-makna tersebut adalah memanggil, mengundang, minta
tolong, meminta, memohon, menamakan, menuruh dating, mendorong,
menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisi, dan meratapi.3
1
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997),h. 19 2
Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013),h. 80 3
16
Pesan dakwah itu sendiri adalah sesuatu yang disampaikan dari da’i
kepada mad’u. dalam ilmu komunikasi, pesan dakwah adalah message,
yaitu symbol-simbol. Dalam literatur Bahasa Arab, pesan dakwah
disebut maudlu’ al-da’wah. Pada prinsipnya, pesan apapun dapat
dijadikan pesan dakwah selama tidak bertentangan dengan sumber
utamanya, yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Dengan demikian, semua pesan
yang bertentangan terhadap Al-Qur’an dan Hadits tidak dapat disebut
pesan dakwah.4
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang tertulis dalam mushaf yang diriwayatkan dengan cara
mutawatir dan bernilai ibadah bagi pembacanya.5
b. Hadits
Menurut bahasa artinya yang baru. Sedangkan dalam istilah ahli
hadits, artinya kabaran yang berisi ucapan, perbuatan, kelakuan, sifat
atau kebenaran, yang orang katakana dari Nabi SAW.6
Berkaitan dengan pesan-pesan yang bersumber pada l-Qur’an dan
Hadits dalam Dakwah, pesan-pesan itu masuk dalam unsur materi
dakwah. Materi dakwah sebagai pesan dakwah merupakan isi ajakan,
anjuran dan ide gerakan dalam rangka mencapai tujuan dakwah. Sebagai
isi ajakan dan ide gerakan dimaksudkan agar manusia mau menerima
4
M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah edisi revisi, (Jakarta: Kencana, 2009),h. 319 5
Zaki Mubarok Latif, dkk., Akidah Islam, (Jogjakarta: UII Press, 2001),h. 68 6
17
dan memahami serta mengikuti ajaran tersebut, sehingga ajaran Islam ini
benar-benar diketahui, difahami, dihayati dan selanjutnya diamalkan
sebagai pedoman hidup dan kehidupannya.7
Pada dasarnya materi dakwah dapat diklarifikasikan menjadi tiga hal
pokok, yaitu:8
a. Masalah keimanan (Aqidah)
b. Masalah keislaman (Syari’ah)
c. Masalah budi pekerti (Akhlak)
a. Akidah
Akidah berasal dari bahasa Arab ‘aqidah yang bentuk jamaknya
adalah a’qa’id dan berarti faith belief (keyakinan, kepercayaan); sedang
menurut Louis Ma’luf ialah ma „uqidah „alayh al-qalb wa al-dlamir
yang artinya sesuatu yang mengikat hati dan perasaan.9
Berdasarkan etimologi di atas bisa diketahui bahwa yang dimaksud
dengan akidah ialah keyakinan atau keimanan; dan hal itu diistilahkan
sebagai akidah karena ia mengikatkan hati seseorang kepada suatu yang
diyakini atau diimaninya dan ikatan tersebut tidak boleh dilepaskan
selama hidupnya.
Menurut Mahmud Syaltut, akidah ialah sisi teoritis yang harus
pertama kali diimani atau diyakini dengan keyakinan yang mantap tanpa
keraguan sedikitpun. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya
7
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),h. 60 8
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),h. 60 9
18
nash Al-Quran meupun hadits mutawatir yang secara eksplisit
menjelaskan persoalan itu. M. Ali Aziz dalam bukunya Ilmu Dakwah,
berpendapat bahwa, Akidah atau keimanan.10
Hal ini juga bisa ditemukan dalam beberapa ayat al-Quran, salah
satunya pada QS Al-Baqarah 2:285).11
ِهِبُتُكَو ِهِتَكِئ َََمَو ِهَللاِب َنَمآ ٌلُك
ۚ
َنوُنِمْؤُمْلاَو ِه بَر ْنِم ِهْيَلِإ َلِزْنُأ اَمِب ُلوُسَرلا َنَمآ
َكْيَلِإَو اَنَ بَر َكَناَرْفُغ
ۚ
اَنْعَطَأَو اَنْعِمَس اوُلاَقَو
ۚ
ِهِلُسُر ْنِم ٍدَحَأ َنْيَ ب ُق رَفُ ن ََ ِهِلُسُرَو
ُريِصَمْلا
Artinya: Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali".
Yang merupakan masalah pokok materi dakwah adalah akidah
Islamiyah, dan itu merupakan aspek akidah yang akan membentuk moral
(akhlak) manusia. Maka dari itu, yang pertama kali dijadikan materi
dalam dakwah Islam adalah masalah akidah atau keimanan.
10
M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah edisi revisi, (Jakarta: Kencana, 2009),h. 332
11
Depag RI, Al QURAAN DAN TERJEMAHNYA, (Jakarta: Percetakan dan Offset “JAMUNU,
19
b. Syariah
Secara bahasa kata syari’ah berarti “jalan tempat keluarnya air
minum” kemudian bangsa Arab menggunakan kata ini untuk konotasi
jalan lurus. Dan pada saat dipakai dalam pembahasan hokum menjadi
bermakna “segala sesuatu yang disyari’atkan Allah kepada hamba
-hamba Nya” sebagai jalan lurus untuk memperoleh kebahagiaan di dunia
dan akhirat.12
Dalam hal ini tim penyusun Studi Islam IAIN Sunan Ampel
Surabaya dalam bukunya Pengantar Studi Islam mengutip pendapat
Muhammad Shaltout, menyatakan syari’ah adalah ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan Allah, atau hasil pemahaman atas dasar
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Allah, atau hasil pemahaman atas dasar
ketentuan tersebut, untuk dijadikan pegangan oleh umat manusia baik
dalam hubungannya dengan tuhan, dengan alam, maupun dalam menata
kehidupan.
Materi dakwah yang bersifat syari’ah ini sangat luas dan mengikat
seluruh umat Islam. Ia merupakan jantung yang tidak terpisahkan dari
kehidupan umat Islam diberbagai penjuru dunia dan sekaligus
merupakan hal yang patut dibanggakan.
Materi dakwah yang menyajikan unsur syariat harus dapat
menggambarkan atau memberikan informasi yang jelas di bidang hokum
dalam bentuk status hokum yang bersifat wajib, mubbah (dibolehkan),
12
20
dianjurkan (mandub), makruh (dianjurkan supaya tidak dilakukan), dan
haram (dilarang).
c. Akhlak
Secara etimologis, kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, jamak dari
“khuluqum” yang berarti budi pekerti, perangai dan tingkah laku atau
tabiat. Kalimat-kalimat tersebut memilki segi segi persamaan dengan
perkataan “khalqun” yang berarti kejadian, serta erat hubungannya
dengan khaliq yang berarti pencipta, dan “makhluq” yang berarti yang
diciptakannya.13
Sedangkan secara terminology, pembahasan akhlaq berkaitan dengan
masalah tabiat atau kondisi temperature batin yang memengaruhi
perilaku manusia. Ilmu akhlak bagi Al-Farabi, tidak lain dari bahasan
tentang keutamaan-keutamaan yang dapat menyampaikan manusia
kepada tujuan hidupnya yang tertinggi, yaitu kebahagiaan, dan tentang
barbagai kejahatan atau kekurangan yang dapat merintangi usaha
pencapaian tujuan tersebut.
Berdasarkan pengertian ini, maka ajaran akhlak dalam Islam pada
dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi
dari kondisi kejiwaannya. Manusia yang paling sempurna
kemanusiaannya adalah manusia yang paling benar aktivitas berpikirnya
dan paling mulia ikhtiarnya (akhlaknya).
13
21
Dengan demikian orang bertakwa adalah orang yang mampu
menggunakan akalnya dan mengaktualisasikan pembinaan akhlak mulia
yang menjadi ajaran paling dasar dalam Islam. Karena tujuan ibadah
dalam Islam, bukan semata-mata diorientasikan untuk menjauhkan diri
dari neraka dan masuk surga, tetapi tujuan yang di dalamnya terdapat
dorongan bagi kepentingan dan pembinaan akhlak yang menyangkut
kepentingan masyarakat. Masyarakat yang baik dan bahagia adalah
masyarakat yang anggotanya memilki akhlak mulia dan budi pekerti
luhur.14
Bahasa dalam pesan dakwah
Lambang yang banyak digunakan dalam komunikasi dakwah
ialah bahasa karena hanya bahasalah yang dapat mengungkapkan
pikiran dan perasaan, fakta dan opini, hal yang kongkrit dan abstrak,
pengalaman yang sudah lalu dan kegiatan yang akan datang, dan
sebagainya. Oleh karena itu, dalam komunikasi dakwah dapat
memegang peranan penting. Tanpa penggunaan bahasa, hasil
pemikiran yang bagaimanapun baiknya tak akan dapat
dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat. Banyak kesalahan
informasi dan kesalahan interpretasi disebabkan oleh bahasa. Bahasa
terdiri dari kata dan kalimat yang mengandung pengertian denotatif
dan konotatif. Pengertian denotatif yaitu pesan yang diterima secara
umum oleh kebanyakan seorang dengan bahasa dan kebudayaan
14
22
yang sama. Sedangkan pengertian konotatif ialah maknanya
dipengaruhi oleh emosi dan evaluasi disebabkan oleh latar belakang
dan pengalaman seseorang.
Dalam melancarkan komunikasi dakwah, seorang da’i harus
berupaya menghindar pengucapan kata-kata yang konotatif. Jika
terpaksa harus kita katakan karena tidak ada perkataan lain yang tepat,
maka kata yang diduga mengandung pengertian konotatif itu perlu diberi
penjelasan makna yang dimaksudkan. Karena jika dibiarkan akan
mengandung makna interpretatif yang salah.
Gagalnya berkomunikasi sering disebabkan pesan yang disampaikan
sudah diduga tidak akan berhasil disebabkan oleh bebrapa faktor. Dai
sebagai komunikator sudah tau bakal sasaran mad’u. sebaiknya juga
mengetahui efek yang diharapkan serta media yang tersedia untuk
dipergunakan. Namun, seorang komunikator tidak menyadari bahwa
pesan yang disampaikan itu tidak berkaitan dengan komunikan, dan
komunikan tidak merasa berkepentingan, maka komunikasi tidak
berjalan responsif. Oleh karena itu, dalam merencanakan sebuah pesan
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa
sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud.
Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju pada
pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan,
23
Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak
komunikan, dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh
kebutuhan itu.
Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh
kebutuhan tersebut yang layak bagi situasi kelompok tempat
komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan
tanggapan yang dikehendaki.
Meskipun dalam komunikasi sering mengenal istilah know your
audience dan kita memahami frame of reference disertai field of
experince, jika pesan yang disampaikan tidak menyangkut kepentingan
komunikan dalam hal ini mad’u, maka da’i akan menghadapi kesukaran,
lebih –lebih jika efek yang diharapkan dari komunikan atau mad’u itu
perubahan tingkah laku. Disinilah sebenarnya posisi komunikasi
dakwah, bagaimana seorang da’i mampu menyampaikan suatu pesan
kepada seorang mad’u yang diketahui bahwa pesan yang akan
disampaikan kepadanya tidak berkepentingan dengannya. Pesan dakwah
tidak cukup dengan memperhatikan timming dan placing, tetapi harus
mampu mengedifikasikan isi pesan dakwah yang akan menentukan jenis
pesan apa yang akan disampaikan. Dalam hal ini, dapat berupa
informational message, atau instructional message, atau motivational
message. Untuk itu bagi seorang komunikator dakwah, pemahaman
24
dapat menentukan jenis media apa yang akan dipergunakan, dan teknik
komunikasi mana yang akan digunakan.15
Pengorganisasian pesan dakwah
Sebuah pesan yang yang tersusun rapid an tertib akan menciptakan
suatu suasana yang favorabel, membangkitkan minat, memperlihatkan
pembagian pesan yang jelas, sehingga memudahkan pengertian,
mempertegas gagasan pokok, dan menunjukkan pokok-pokok pikiran
secara logis. Dalam hal ini, pembagian pesan dapat dilihat menurut
pesan itu sendiri atau dengan mengikuti proses berpikir manusia. Dalam
hal ini, organisasi pesan dapat meliputi urutan:
Urutan Deduktif, ialah urutan yang dimulai dengan penyajian
gagasan utama, kemudian memperjelas dengan keterangan
penunjang, menyimpulkan, dan disertai bukti.
Urutan Kronologis, suatu pesan disusun berdasarkan urutan
waktuterjadinya peristiwa.
Urutan Logis, adalah suatu pesan yang disusun berdasarkan
sebab-akibat atau akibat-sebab.
Urutan Speseial, ialah suatu pesan yang disusun berdasarkan
topic pembicaraan klarifikasinya dari yang penting ke yang kurag
penting, dari yang mudah ke yang sukar, dari yang kenal kepada
yang asing.
15
25
Jika pesan telah terorganisasi dengan baik maka hal selanjutnya
adalah menyesuaikan organisasi pesan itu sesuai dengan cara berpikir
khalayak. Dan urutan pesan yang sejalan dengan proses berpikir manusia
disebut dengan urutan bermotif. Untuk itu, ada beberapa cara untuk
menyiapkan sebuah pesan agar jelas yaitu;
Tentukan tujuan yang jelas
Luangkan waktu untuk mengorganisasikan ide kita
Penuhi tuntutan kebutuhan format bahasa yang kita pakai
Buat pesan anda jelas, tepat, dan meyakinkan
Pesan yang disampaikan harus flexible
Adapun susunan dalam jenis pengaturan pesan:
Perhatian dan kesadaran akan adanya kesulitan
Pengenalan masalah atau kebutuhan
Pemisahan keberatan atau sanggahan dalam mencarai pecahan
terbaik
Penjajagan dan visualisasi pemecahan yang ditawarkan
Penilaian rencana yang diterima atau ditolaknya sebuah
permasalahan
Dalam kaitan tersebut, system penyusunannya adalah:
Perhatian, timbulkan perhatian sehingga mad’u memiliki
26
Kebutuhan, bangkitkan minat dan menerangkan perlunya
masalah tersebut diatas dengan menghubungkannya pada
kebutuhan pribadi dan daya tarik motif.
Rencana, jelaskan pemecahan masalah tersebut dengan melihat
pengalaman masa lalu, pengetahuan, dan kepribadian mad’u
Keberatan, kemukakan keberatan-keberatan, kontra argumentasi
atau pemecahan lainnya.
Penegasan kembali, jika arah tindakan yang diusulkan telah
terbukti paling baik, tegaskan kembali perasaan tersebut dengan
ikhtisar, tinjauan singkat, dan kata-kata pengingat, serta
visualisasi.
Tindakan, tunjukan secara jelas tindakan yang harus mereka
lakukan. Fungsinya adalah merumuskan tahap visualisasi dalam
bentuk sikap dan keyakinan tertentu, atau tindakan yang
kongkret.16
Materi atau isi pesan dakwah
Yang menjadi materi dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri, sebab
semua ajaran Islam dapat dijadikan pesan dakwah. Dakwah dalam buku
Ilmu Dakwah secara umummateri dakwah dapat diklarifikasikan
menjadi masalah pokok yaitu:
Pesan Akidah
Iman kepada Allah SWT
16
27
Iman kepada Malaikatnya
Iman kepada Kitab-kitabnya
Iman kepada Rasul-rasulnya
Iman kepada Hari akhir
Iman kepada Qadha-Qadhar
Pesan Syari’ah
Ibadah : thaharah, shalat, zakat, puasa, dan haji
Muamalah :
-Hukum Perdata meliputi: Hukum Niaga, Hukum Nikah, dan
Hukum Waris
-Hukum Publik meliputi: Hukum Pidana, Hukum Negara,
Hukum Perang dan Damai
Pesan Akhlak
Akhlak terhadap Allah SWT
Akhlak terhadap makhluk yang meliputi:
-Akhlak terhadap manusia: diri sendiri, tetangga, masyarakat
lainnya
-Akhlak terhadap bukan manusia: flora, fauna, dan sebagainya.17
Sedangkan Ali Yafie menyebutkan bahwa pesan materi dakwah
itu terbagi menjadi lima pokok yang meliputi:
17
28
1.) Masalah Kehidupan
Dakwah memperkenalkan dua jenis kehidupan yaitu kehidupan bumi
atau duniawi dan kehidupan akhirat yang memiliki sifat kekal abadi.
2.) Masalah Manusia
Pesan dakwah yang mengenai masalah manusia ini adalah
menempatkan manusia pada posisi yang “mulia” yang harus
dilindungi secara penuh. Dalam hal ini, manusia ditempatkan pada
dua status yaitu sebagai:
Ma’sum, yaitu memiliki hak hidup, hak memilki, hak
berketurunan, hak berfikir sehat, dan hak untuk menganut sebuah
keyakinan imani.
Mukhallaf, yaitu diberi kehormatan untuk menegaskan Allah
SWT yang mencakup:
Pengenalan yang benar dan pengabdian yang tulus kepada
Allah.
Pemeliharaan dan pengembangan dirinya dalam berperilaku
dan perangai yang luhur.
Memlihara hubungan yang baik, yang damai, dan rukun
29
3.) Masalah Harta Benda
Pesan dakwah dalam bentuk ini, lebih pada penggunaan harta benda
untuk kehidupan manusia dan kemaslahatan ummah. Ada hak tertentu
yang harus diberikan kepada orang yang berhak untuk menerimanya.
4.) Masalah Ilmu Pengetahuan
Dakwah Islam sangat mengutamakan pentingnya pengembangan
ilmu pengetahuan. Pesan yang berupa ilmu pengetahuan disampaikan
melalui tiga jalur ilmu yaitu:
Mengenal tulisan dan membacanya.
Penalaran, dalam penelitian dan rahasia-rahasia alam.
Penggambaran dibumi seperti study tour atau ekspedisi ilmiah.
5.) Masalah Akidah
Akidah dalah masalah utama pesan dakwah, memilki ciri-ciri yang
membedakan dengan kepercayaan lain, yaitu:
a. Keterbukaan melalui kesaksian (syahadat). Dengan demikian
seorang muslim selalu jelas identitas keagamaan orang lain.
b. Cakrawala yang luas dengan memperkenalkan bahwa Allah SWT
adalah tuhan alam, bukan tuhan kelompok, atau bangsa tertentu
c. Kejelasan dan kesederhanaan. Seluruh ajaran akidah, baik soal
keTuhanan, kerasulan, ataupun alam gaib sangat mudah untuk
30
d. Ketuhanan antara Iman dan Islam atau antara Iman dan Amal
perbuatan.
Dari penjelasan diatas semuanya itu yang terpenting adalah konteks
penyampaian ayat-ayat Allah SWT berangkat dari persoalan yang
dihadapi masyarakat. Rasul juga selalu mampu merasakan persoalan
yang dihadapi umatnya. Perasaan empati ini akan membuat dakwah
menjadi lebih mengena. Rasa empati juga akan membuat juru dakwah
bisa memahami situasi yang sedang dihadapi objek dakwahnya.
Pemahaman seperti ini sangatlah penting, supaya materi dakwah yang
disampaikan bisa benar-benar menjawab persoalan yang tengah dihadapi
publik. Kesalahan dalam memahami situasi dan perasaan mad’u bisa
membuat dakwah seseorang mengandung resistensi.
2. Jenis Pesan Dakwah
Semua orang dapat berbicara tentang moral, bahkan dengan
mengutip ayat Al-Quran sekalipun. Akan tetapi , jika hal itu
dimaksudkan untuk pembenaran atau dasar bagi kepentingan nafsunya
semata, maka demikian itu bukan termasuk pesan dakwah. Pesan
dakwah pada garis besarnya terbagi menjadi dua, yaitu pesan utama
(Al-Quran dan Hadis) dan pesan tambahan atau penunjang (selain Al-(Al-Quran
dan Hadis).18
18
31
A. Ayat-Ayat Al-Quran
Al-Quran adalah wahyu penyempurna. Seluruh wahyu yang
diturunkan Allah SWT. Kepada nabi-nabi terdahulu termaktub dan
teringkas dalam Al-Quran. Dengan mempelajari Al-Quran, seseorang
dapat mengetahui kandungan Kitab Taurat, Kitab Zabur, Kitab Injil,
Shahifah (lembaran wahyu)Nabi Nuh a.s, Shahifah Nabi Ibrahim a.s,
Shahifah Nabi Musa a.s, dan Shahifah yang lain. Selain itu, Al-Quran
juga memuat keterangan di luar wahyu-wahyu yang terdahulu. Untuk
melihat kandungan Al-Quran, kita bisa menelaah antara lain kandungan
surat al-Fatihah yang oleh para ulama dikatakan sebagai ringkasan
Al-Quran. Dalam surat al-Fatihah, terdapat tiga bahasan pokok yang
sebenarnya menjadi pesan sental dakwah, yaitu akidah (ayat 1-4), ibadah
(ayat 5-6), muamalah (ayat 7), ketiga hal itulah yang menjadi
pokok-pokok ajaran Islam.
Dalam mengutip ayat Al-Quran sebagai pesan dakwah, ada beberapa
etika yang harus diperhatikan:
a. Penulisan atau pengucapan ayat Al-Quran harus benar.
Kekurangan satu huruf saja atau kesalahan tanda baca dapat
mengubah makna ayat Al-Quran. Begitu pula, pengucapan yang
tidak sesuai dengan pedoman pengucapannya akan dapat
merusak maknanya.
b. Penulisan atau pengucapan ayat Al-Quran sebaiknya disertai
terjemahanya. Hal ini dimaksudkan agar mitra dakwah dapat
32
bahasa Arab apalagi bahasa Al-Quran. Bagi pendakwah yang
mampu menerjemahkannya sendiri dengan baik, ia lebih baik
menggunakan terjemahannya.
c. Sebaiknya ayat Al-Quran ditulis pada lembaran yang tidak
mudah diletakkna pada tempat yang kotor atau mudah terinjak.
d. Penulisan atau pengucapan ayat Al-Quran sebaiknya tidak
dipenggal dari keseluruhan ayat, agar terhindar dari distorsi
pemahaman.
e. Sebaiknya ayat Al-Quran dibaca dengan tartil dan jelas.
Penulisannya juga dengan huruf yang mudah dibaca.
f. Ketika mengutip ayat Al-Quran, sebelumnya perlu didahului
ungkapan atau tulisan:Allah SWT, berfirman…”(al
-Nawawi,1985: 123). Penulisan atau ucapan Allah sebaiknya
diiringi dengan sifatnya, seperti ta’ala, azza wa jalla, dan
semacamnya.
g. Antara ayat yang dikemukakan dengan topic dakwah harus sesuai
dan relevan.
h. Sebelum membaca ayat Al-Quran, pendakwah hendaknya
membaca ta’awudh dan basmalah (al-Nawawi, 1985: 64-65).
B. Hadis Nabi SAW
Segala hal yang berkenaan dengan Nabi SAW. Yang meliputi
ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat, bahkan ciri fisiknya dinamakan
33
mengutip hasil penelitian ulama hadis. Tidak harus meneliti sendiri.
Pendakwah hanya perlu cara mendapatkan hadis yang sahih serta
memahami kandungannya.
Dalam mengutip hadis Nabi SAW., ada beberapa etika yang harus
diperhatikan oleh para pendakwah:
a. Penulisan atau pengucapan hadis harus benar. Kesalahannya
dapat menimbulkan perubahan makna. Namun, kesalahan ini
tidak lebih berat disbanding dengan kesalahan penulisan atau
pengucapan ayat Al-Quran.
b. Penulisan atau pengucapan hadis sebaiknya disertai
terjemahannya, agar pengertiannya dapat dipahami oleh mitra
dakwah.
c. Nama Nabi SAW, atau Rasulullah SAW, serta nama perawi
sahabat dan perawi penulis kitab hadis harus disebutkan. Nama
sahabat disebutkan untuk menunjukkan orang yang diajak bicara
oleh Nabi SAW. Atau orang yang pertama kali menerima hadis.
d. Pendakwah harus memprioritaskan hadis yang lebih tinggi
kualitasnya. Pendakwah dapat menulusurinya dari kitab-kitab
hadis yang telah diakui kualitas kesahihannya oleh para ulama.
e. Pengungkapan hadis harus sesuai dengan topic yang di
bicarakan.
34
C. Pendapat Para Sahabat Nabi SAW
Orang yang hidup semasa Nabi SAW., Pernah bertemu dan beriman
kepadanya adalah sahabat Nabi SAW.. pendapat sahabat Nabi SAW.
Memiliki nilai tinggi, karena kedekatan mereka dengan Nabi SAW. Dan
proses belajarnya yang langsung dari beliau. Diantara para sahabat Nabi
SAW., Ada yang termasuk sahabat senior (kibar al-shahabah) dan
sahabat yang yunior (shighar al-shahabah). Sama dengan
kutipan-kutipan sebelumnya, dalam mengutip pendapat sahabat juga harus
mengikuti etika sebagai berikut:
a. Tidak bertentangan dengan Al-Quran dan hadis.
b. Menyebutkan nama sahabat yang dikutip.
c. Menyebut sumber rurjukan.
d. Membaca doa dengan kata radliyallahu ‘anhu ‘anha atau
menulis dengan singkatan r.a di belakang nama sahabat.
D. Pendapat Para Ulama
Meski ulama berarti semua orang yang memiliki ilmu pengetahuan
secara mendalam, namun maksud ulama disini dikhususkan untuk orang
yang beriman, menguasai ilmu keislaman secara mendalam dan
menjalankannya, dengan pengertian ini, kita menghindari pendapat
ulama yang buruk, yakni ulama yang tidak berpegang pada Al-Quran
dan hadis sepenuhnya dan tidak ada kesesuaian antara ucapan dan
35
Adapun etika mengutip pendapat ulama adalah sebagai berikut:
a. Tidak bertentangan dengan Al-Quran dan hadis
b. Menyebut nama ulama yang dikutip
c. Mengetahui argumentasinya, agar terhindar dari kepengikutan
yang tidak cerdas (taqlid)
d. Memilih pendapat para ulama yang tertulis daripada pendapat
yang didapatkan dari komunikasi lisan
e. Memilih pendapat ulama yang paling kuat dasarnya dan paling
besar manfaatnya untuk masyarakat
f. Menghargai setiap pendapat ulama, meski kita harus memilih
salah satunya.
g. Sebaiknya kita mengenal jati diri ulama, walaupun tidak
sempurna, sebelum mengutip pendapatnya.
E. Hasil Penelitian Ilmiah
Sifat dari penelitian ilmiah adalah relative dan rekleatif. Relatif,
karena nilai kebenarannya dapat berubah. Reflektif, karena ia
mencerminkan realitasnya. Hasil penelitian bisa berubah oleh penelitian
dalam medan yang berbeda. Oleh sebab itu, pengutipan hasil penelitian
ilmiah untuk pesan dakwah harus berpegang pada etika sebagai berikut:
a. Menyebut nama penelitinya, atau lembaga bila melibatkan suatu
lembaga
36
c. Disajikan dengan kalimat yang singkat dan jelas. Tidak
bertele-tele sebab sifatnya bukan melaporkan keseluruhan hasil
penelitian melainkan hanya untuk menopang argumentasi pesan
dakwah
d. Disampaikan kepada mitra dakwah yang memahami fungsi
penelitian. Kepada masyarakat pedalaman, pendakwah tidak
perlu membahas hasil penelitian.
e. Disampaikan untuk menguatkan pesan utama dakwah; bukan
sebaliknya, pesan utama dakwah dipakai untuk memperkuat hasil
penelitian.
F. Kisah dan Pengalaman Teladan
Ketika membicarakan pengalaman apalagi yang menyangkut
keteladanan, pendakwah harus berhati-hati. Ia boleh saja berharap mitra
dakwah meniru keteladanan dirinya. Hanya saja, keteladanan pribadi
bisa menimbulkan prasangka buruk pada pendakwah sebagai orang yang
membanggakan diri (‘ujub), menonjokan diri (riya’), atau membuat diri
terkenal (sum’ah). Jika demikian ini yang ditakutkan, maka pendakwah
bisa menceritakan pengalaman orang lain.
Jika cerita tentang perilaku seseorang memang diperlakukan, maka
sebaiknya yang diceritakan adalah mereka yang telah wafat. Hanya
perbuatan baiknya yang patut diceritakan. Kebaikan seseorang yang
37
di alam kubur. Dalam riwayat Abu Dzar (Muslim, 1988: II:547: nomor
166).
G. Berita dan Peristiwa
pesan dakwah bisa berupa berita tentang suatu kejadian.
Peristiwanya lebih ditonjolkan daripada pelakunya. Berita dikatakan
benar jika sesuai dengan fakta. Jika tidak sesuai, disebut berita bohong.
Hanya berita yang diyakini kebenarannya yang patut dijadikan pesan
dakwah. Dalam Al-Quran, berita sering diistilahkan dengan kata
al-naba’, yakni berita yang penting, terjadinya sudah pasti, dan membawa
manfaat yang besar.
Dalam menjadikan berita sebagai penunjang pesan dakwah, terdapat
beberapa etika yang harus diperhatikan:
a. Melakukan pengecekan berkali-kali sampai diyakini kebenaran
berita tersebut
b. Dampak dari suatu berita juga harus dikaji. Jika ada
kemungkinan membahayakan bagi mitra dakwah, berita itu tidak
boleh di ceritakan, meskipun benar-benar terjadi
c. Sifat berita adalah datar, hanya memberitahukan, karenanya,
sebagai pesan dakwah, berita harus diberi komentar.
d. Berita yang disajikan harus mengandung hikmah. Ini yang
38
H. Karya Sastra
Pesan dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan karya sastra yang
bermutu sehingga lebih indah dan menarik. Karya sastra ini dapat
berupa: syair, puisi, pantun, nasyid, atau lagu, dan sebagainya. Tidak
sedikit para pendakwah yang menyisipkan karya sastra dalam pesan
dakwahnya.
Karya sastra yang dijadikan pesan dakwah harus berlandaskan etika
sebagai berikut:
a. Isinya mengandung hikmah yang mengajak kepada Islam atau
mendorong berbuat kebaikan
b. Dibentuk dengan kalimat yang indah
c. Ketika pendakwah mengungkapkan sebuah sastra secara lisan,
kedalaman perasaan harus menyertainya, agar sisi keindahannya
dapat dirasakan. Selain itu, sastra juga diucapkan dengan irama
yang sesuai
d. Jika diiringi musik, maka penyampaian karya sastra tidak dengan
alat musik yang berlebihan.
I. Karya Seni
Karya seni juga memuat nilai keindahan yang tinggi. Jika karya
sastra menggunakan komunikasi verbal (diucapkan), karya seni banyak
mengutarakan komunikasi nonverbal (diperlihatkan). Pesan dakwah
jenis ini mengacu pada lambing yang terbuka untuk ditafsirkan oleh
39
memberikan apresiasi karya seni. Bagi pecinta karya seni, pesan dakwah
jenis ini lebih banyak membuatnya berpikir tentang Allah SWT.
Untuk menjadikan karya seni sebagai pesan dakwah, ada beberapa
etika yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Diupayakan sedemikian rupa agar karya seni tidak ditafsirkan
secara salah oleh mitra dakwah
b. Menurut ulama yang berpahaman tekstualis (memahami ayat
atau hadis sesuai dengan teksnya), tidak dibenarkan karya seni
dengan objek makhluk hidup. Untuk menghindari kontroversi,
maka berpedoman dengan kaidah Ushul Fikih “menghindari
kontroversi adalah jalan terbaik”, maka lebih baik tidak
melanggar larangan tersebut, sekalipun pendapat ini ditentang
oleh kaum kontekstualis.
c. Karya seni tidak bernuansa pornografi, menghina symbol-simbol
agama, melecehkan orang lain, atau menimbulkan
dampak-dampak negative lainnya baik langsung maupun tidak langsung.
3. Media Dakwah
a. Pengertian Media Dakwah
Arti istilah media bila dilihat dari asal katanya (etimologi), berasal
dari bahasa latin yaitu “median”, yang berarti alat perantara. Sedangkan
kata median merupakan jamak daripada kata median tersebut.pengertian
semantiknya media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai
40
Dengan demikian media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah
ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa barang (material), orang,
tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.19
b. Jenis-jenis Media Dakwah
Dalam ilmu komunikasi, media dapat diklarifikasikan menjadi tiga
macam yaitu:20
1) Media Terucap (The Spoken Words), alat yang bisa
mengeluarkan bunyi seperti radio, telepon dan sejenisnya.
2) Media Tertulis (The Printed Writing), media berupa tulisan atau
cetakan seperti majalah, surat kabar, buku, pamflet, lukisan,
gambar, dan sejenisnya.
3) Media Dengar Pnadang (The Audio Visual), media yang berisi
gambar hidup yang bisa dilihat dan di dengar yaitu film, video,
televise dan sejenisnya.
c. Media Cetak Dakwah
Sesungguhnya sejak masa kebangkitan dan perkembangan Islam,
berdakwah melalui tulisan sudah dipandang Rasulullah sawsabagai salah
satu bentuk atau langkah dakwah yang efektif. Seperti surat Rasulullah
saw yang dikirimkan kepada Raja Bahrain Al Mundzir bin Sawa, yang
19
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),h. 163 20
41
merupakan langkah berdakwah melalui tulisan itu, telah mendapat
sambutan sangat menggembirakan.
Media cetak dakwah merupakan kegiatan menyampaikan pesan
berupa dakwah kepada khalayak ramai melalui saluran media.
Tekanannya tentu pada media pers (cetak) baik surat kabar, majalah
maupun tabloid. Karena melalui media pers (cetak), pesan dakwah itu
tentu saja disampaikan melalui karya tulisan. Karya tulisan itu dimuat
dimedia cetak baik dalam bentuk berita, feature, artikel, laporan, tajuk
dan karya jurnalistik lainnya.
Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka karya-karya
jurnalistik itu sudah tentu berisi ajakan atau seruan mengenai pentingnya
meraih keberhasilan, mencapai kemajuan, mengerjakan kebaikan dan
meninggalkan kenistaan. Ajakan dan seruan yang semuanya bersumber
dari aqidah Islam, tauhid dan keimanan.21
1. Fungsi dan Tujuan Media Cetak Dakwah
Hartono A. Jaiz menjelaskan fungsi media cetak dakwah dalam tiga
hal, antara lain:
Melayani kebutuhan masyarakat akan informasi Islam. Informasi
yang dimaksut disini adalah informasi yang bersumber dari
Al-Qur’an dan hadis.
Berupaya mewujudkan /menjelaskan seruan Al-Qur’an secara
cermat melalui berbagai media cetak untuk mengembalikannya
21
42
kepada fikrah dan keuniversalannya serta menyajikan
produk-produk Islam yang selaras dengan pemikiran.
Menghidupkan dialog-dialog bernuansa pemikiran, politik,
budaya, sosial, dan lain-lain.
Adapun tujuannya sebagai berikut
Memberantas masyarakat dari buta huruf lewat pendidikan
membaca dan menulis. Kesadaran membaca dan menulis, baik
dari arti sempit maupun luas, sudah menjadi kewajiban umat
Islam (Al’Alaq [96/01]:1-5)
Menyampaikan ajaran Islam
Meluruskan informasi melalui media cetak
Mengajak umat manusia untuk menyembah kepada Allah dengan
tidak mempersekutukannya.
Mengajak umat Islam untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban
yang ada pada aspek ibadah, khususnya shalat, zakat, dan
ibadah-ibadah lainyang sudah ditentukan caranya.
Mengajak umat Islam agar mempunyai akhlak terpuji.
Mengajak umat Islam agar tetap hati-hati terhadap berita-berita
yang dating.
M. Musthafa Atha menambahkan:
Mencapai keseimbangan anatara materil dan spiritual.
Menanamkan kegemaran membaca.
43
2. Keunggulan Dakwah Media Cetak
Pertama, lebih dalam pengaruhnya dari gelombang suara lisan ahli
pidato. Pidato lisan dari seorang orator dapat memikat jutaan massa
rakyat dalam sesaat. Tetapi bisa kembali tiada membekas dan menyerap
dalam hati. Itulah sebabnya orator mengulang kembali terus menerus
keyakinan dan pandangan yang dipropagandakan kepada masyarakat
ramai.
Kedua, tulisan atau sari pena seorang pengarang cukup berbicara satu
kali dan akan melekat terus menerus dalam hati serta bisa menjadi buah
tutur setiap hari.
Ketiga, bahasa tulisan lewat media cetak lebih rapid an lebih teratur
daripada bahasa lisan karena menulis adalah berpikir dengan teratur.
Keempat, pembaca bisa membaca berulang-ulang hingga meresapi.
Kelima, lebih menguatkan jalinan/persaksian.
Onong uchjana menambahkan dua hal:
Keenam, terekam. Nasihat-nasihat yang disiarkan media massa cetak
tersusun dalam alinea, kalimat dan kata-kata yang terdiri atas
huruf-huruf yang dicetak pada kertas. Dengan demikian, setiap pesan-pesan
yang diberitakan “terekam” sedemikian rupa sehingga dapat dibaca
setiap saat dan dapat diulang kaji, bisa dijadikan dokumentasi dan dapat
44
Ketujuh, dapat diproduksi. Diproduksi dalam arti digunakan kembali
sehingga akan memudahkan mereka yang tidak berlangganan untuk
memperolehnya.22
4. Kajian Pustaka Tentang Tabloid a. Tabloid
Tabloid adalah surat kabar ukuran kecil (setengah dari ukuran surat
kabar biasa) yang banyak memuat berita secara singkat, padat, dan
bergambar, mudah dibaca umum. Tabloid sebenarnya adalah istilah
suatu format surat kabar yang lebih kecil (597 mm x 375 mm)dari
ukuran standar Koran harian. Istilah ini biasanya dikaitkan dengan
penerbitan surat kabar regular non harian (bisa mingguan, dwimingguan,
dan sebagainya), yang terfokus pada hal-hal yang lebih “tidak serius”,
terutama masalah pesohor, olahraga,kriminalitas, dan lain-lain.
b. Tabloid Sebagai Media Dakwah
Tabloid adalah media komunikasi yang berisikan informasi actual
yang disajikan secara lebih mendalam dan dilengkapi ketajaman analisis.
Hanya saja, informasi yang disajikan lebih sabagai penunjang bagi
bidang profesi atau gaya hidup tertentu.23
22
Suf Kasman, Jurnalisme Universal; Menelusuri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Qalam dalam
Al-Qur’an, (Jakarta: Teraju, 2004),cet 1, h. 123-129
23
45
Onong Uchayana dalam bukunya Kamus Komunikasi, tabloid adalah
surat kabar yang berukuran separoh dari ukuran standart yang biasanya
memuat berita yang sensasional.24
Pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tabloid adalah
media komunikasi yang berupa surat kabar berukuran separuh dari
ukuran standart, maka dengan demikian berarti tablid adalah salh satu
bagian dari media massa. Tabloid dapat dijadikan sebagai media dalam
berdakwah, para da’i dapat menyampaikan pesan dakwah ataupun ide
-idenya melalui tabloid.
Dengan memanfaatkan berbagai kolom atau rubrik yang ada dalam
tabloid tersebut. Hal ini karena dakwah melalui media massa jaug lebih
efektif dan efesien, terutama bagi khalayak (mad’u) yang sibuk seperti
sekarang ini. Karena mad’u yang sibuk dengan segala aktifitasnya tidak
mungkin untuk mengikuti atau mendengarkan secara langsung
pesan-pesan da’I dalam sebuah mimbar. Maka dari itu tabloid sangat
diperlukan. Sehingga semua pesan dakwah dapat tersampaikan keseluruh
pelosok bumi.
c. Kajian Penelitian Terdahulu
Dalam kajian kepustakaan peneliti ini, peneliti akan menjelaskan
tentang hasil-hasil penelitian terdahulu yang mengambil obyek
penelitian di lembaga penerbitan media. Hal ini peneliti laukan untuk
24
46
menekankan bahwa penelitian yang dilakukan tidak sama dengan
penelitian-penelitian terdahulu. Dengan kata lain saat ini terdapat
perbedaan yang sangat mendasar dengan penelitian yang dilakukan oleh
penelitian terdahulu, diantaranya adalah.
1. Penelitian dengan judul “Pesan Dakwah Tabloid Modis (Semiotik
Rubrik Women Community Edisi 155 Minggu I-II Juni 2014)” yang
diteliti oleh Suaibatul Islamiyah NIM (B01211031) Mahasiswi
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Program studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan jenis penelitian analisis semiotic dengan tujuan
menganalisis dan mengetahui makna pesan dakwah yang terkandung
dalam tabloid tersebut.
Adapun letak persamaannya yaitu sama-sama meneliti tabloid.
Sedangkan letak perbedaannya yakni terletak pada analisisnya,
suaibatul menggunakan semiotic dan peneliti menggunakan framing.
2. Penelitian dengan judul “Pesan Dakwah Majalah Digital Al-Falah
Rubrik Kajian Bedah Hadits Edisi 317 – 319 ( Analisis Wacana Van
Dijk )” yang diteliti oleh Asmawi NIM (B01209012) Mahasiswa
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel program studi Komunikasi.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian wacana
model Van Dick dengan tujuan menganalisis dan mengetahui makna
pesan dakwah yang terdapat pada Majalah Digital Al-Falah Rubrik