• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Media Pop-up dan Wayang-wayangan untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Kisah Tsa’labah MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Media Pop-up dan Wayang-wayangan untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Kisah Tsa’labah MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik."

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

SITI MUFAROKAH

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA APRIL 2017

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Kisah Tsa’labah MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).

Kata Kunci: Peningkatan Motivasi Belajar, Kisah Tsa’labah, Media Pop-Up dan Wayang-Wayangan.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi belajar siswa kelas IV

pada materi kisah Tsa’labah mata pelajaran Aqidah Akhlak, karena kurangnya

pemanfaatan media pembelajaran yang digunakan oleh guru. Oleh karena itu, perlu penerapan media pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: 1)Bagaimana penerapan media

pop-up dan wayang-wayangan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV

mata pelajaran Aqidah Akhlak materi kisah Tsa’labah MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik?, 2)Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa kelas IV terhadap mata

pelajaran Aqidah akhlak materi kisah Tsa’labah MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik sesudah diterapkannya media pop-up dan wayang-wayangan?

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus yang terdiri dari tahap perencanaaan, tindakan, observasi, dan refleksi tiap siklusnya. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV berjumlah 33 siswa.Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi,wawancara,angket,dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa:1) Penerapan media pop-up dan wayang-wayangan berjalan dengan baik, yaitu melalui tahapan kegiatan guru menjelaskan sedikit materi tentang kisah tsa’labah dan memberikan pertanyaan dengan menggunakan media, membentuk kelompok kecil, diskusi dan presentasi kelompok. Pada hasil observasi aktivitas guru diperoleh hasil siklus I dengan skor 78 berkategori cukup dan meningkat pada siklus II menjadi 92 berkategori sangat baik, hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dengan skor 76 berkategori cukup meningkat pada siklus II menjadi 90 berategori sangat baik. 2) Peningkatan

(7)

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN SAMPUL... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... v

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... vi

ABSTRAK... vii

C. Tindakan yang Dipilih ... 5

D. Tujuan Penelitian... 6

(8)

xii

1. Pengertian Media Pop-Up dan Wayang-Wayangan... 23

2. Alat untuk Membuat Media Pop-Up dan Wayang-Wayangan... 24

3. Langkah-Langkah Pembuatan media Pop-Up dan Wayang- Wayangan... 27

4. Kelebihan dan Kekurangan Media Pop-Up dan Wayang-Wayangan. 28 C.Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah 1. Pengertian Aqidah Akhlak... 29

2. Tujuan Aqidah Akhlak... 31

3. Ruang Lingkup Aqidah Akhlak... 32

D.Materi Kisah Tsa’labah 1. Pengertian Materi... 34

2. Kisah Tsa’labah... 35

BAB III. PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A.Metode Penelitian... 42

B.Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian... 44

C.Variabel yang diselidiki... 45

D.Rencana Tindakan... 46

E. Data dan Cara Pengumpulannya... 49

F. Teknik Analisis Data... 52

G.Indikator Kinerja... 56

H.Tim Peneliti dan Tugasnya... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian... 58

B.Pembahasan... 86

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan... 101

(9)
(10)

xiv

hal

Tabel 3.1 Sistem Penilaian Butir Angket... 53 Tabel 3.2 Kriteria Motivasi Belajar... 54 Tabel 3.2 Kriteria Ketetapan Hasil Observasi Guru dan Siswa ... 55 Tabel 4.1 Rekaptulasi Data Hasil Observasi Guru dan Siswa Siklus I dan Siklus II... 98 Tabel 4.2 Rekaptulasi Data Hasil Motivasi Belajar Siswa Pada Tahap Pra

Siklus, Siklus I, dan Siklus II... 94 Tabel 4.3 Rekaptulasi Data Hasil Belajar Siswa Pada Tahap Pra Siklus, Siklus I,

(11)

hal

Gambar 2.1Tingkatan Kebutuhan Abraham Maslow... 18

Gambar 3.1Siklus PTK Menurut Kurt Lewin... 43

Gambar 4.1 Siswa Berdiskusi... 64

Gambar 4.2 Perwakilan Kelompok Membacakan Hasil Diskusi... 65

Gambar 4.3 Siswa Membaca Kisah Tsa’labah... 77

Gambar 4.4 Siswa Mendiskusikan Tugas Kelompok... 78

(12)

xvi

hal

(13)
(14)

xviii

Lampiran 1. Hasil Wawancara Guru dan Siswa Pra Siklus Lampiran 2. Data Hasil Belajar Siswa Pra Siklus

Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrument Butir Angket dan Instrument Butir Angket Motivasi Belajar Siswa

Lampiran 4. Data Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Lampiran 6. Lembar Validasi Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Lampiran 7. Lembar Validasi RPP

Lampiran 8. Lembar Validasi Angket Motivasi Belajar Siswa Lampiran 9. Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I Lampiran 10. Data Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus I Lampiran 11. Data Hasil Belajar Siswa Siklus I

Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Lampiran 13. Hasil Wawancara Guru dan Siswa Siklus II

Lampiran 14. Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus II Lampiran 15. Data Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus II Lampiran 16. Data Hasil Belajar Siswa Siklus II

Lampiran 17. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Pada Siklus I dan Siklus II Lampiran 18. Foto Kegiatan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Lampiran 19. Profil MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik

Lampiran 20. Surat Izin Penelitian

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara komplek. Pembelajaran pada dasarnya bukan hanya menyampaikan pesan kepada siswa, melainkan adanya interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan guru serta siswa dengan siswa. Pada kegiatan pembelajaran materi yang disampaikan berorientasi pada pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa, yang mencakup komponen seperti kurikulum, media, dan fasilitas yang digunakan. Pada proses pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah guru tidak hanya dituntut mampu menyampaikan materi dengan baik, tetapi mampu memahami karakteristik siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau siswa yang sederajat dengan tingkat Sekolah Dasar (SD), sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu program pembelajaran di MI yaitu Aqidah Akhlak.1

Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma' al-husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan

(16)

adab Islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata pelajaran Aqidah Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan al-akhlakul karimah dan adab Islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta Qada dan Qadar.2

Dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas guru lebih sering memberikan tugas, dan melaksanakan pembelajaran apa adanya sesuai dengan yang ada di buku, tanpa menggunakan variasi pembelajaran baik itu metode, strategi, maupun penggunan media pembelajaran. Sehingga siswa menjadi tidak semangat ketika proses pembelajaran berlangsung. Seperti halnya yang terjadi di MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik. Motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran Aqidah Akhlak sangat kurang. Mata pelajaran Aqidah Akhlak di MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik siswa kelas IV kurang bersemangat saat mengikuti pelajaran Aqidah Akhlak pada materi kisah Tsa’labah.3 Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas IV MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik dalam menyampaikan materi pembelajaran masih menggunakan metode ceramah saja. Guru dalam melakukan pembelajaran kurang menarik

2 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 165 Tahun 2014, Tentang Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, 40.

(17)

perhatian siswa dan kurangnya pemanfaatan media pembelajaran yang menunjang saat pembelajaran berlangsung.4 Dengan pembelajaran tersebut menimbulkan kebosanan bagi siswa, sehingga motivasi siswa dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak berkurang. Hal ini ditandai dengan penyebaran angket motivasi kepada siswa, yang mana hasil prosentase motivasi siswa pra siklus sebesar 36 dengan jumlah 12 dari 33 siswa yang mempunyai motivasi belajar kategori baik.5

Motivasi mempunyai peranan penting dalam aktivitas belajar siswa. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Motivasi sangat diperlukan, sebab siswa yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar dengan efektif.6 Agar peranan motivasi lebih optimal, maka motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterapkan dalam aktivitas belajar mengajar.7 Motivasi dan media pembelajaran mempunyai keterkaitan yang sangat erat karena dengan adanya media dalam proses pembelajaran maka akan menimbulkan motivasi siswa untuk belajar.

Agar pembelajaran Aqidah Akhlak berhasil dengan baik, media yang digunakan harus menarik perhatian siswa, menyenangkan dan tidak

4 Hasil Observasi Awal di Kelas IV MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik, pada tanggal 18 Oktober

2016.

5 Hasil Penyebaran Angket Motivasi Penelitian Pra Siklus Siswa Kelas IV MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik, pada tanggal 18 Oktober 2016.

(18)

membosankan. Dalam hal ini, untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti menggunakan media pop-up dan wayang-wayangan. Alasan menggunakan media tersebut karena pada kenyataannya siswa kelas IV MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik dalam pembelajaran aqidah akhlak siswa masih merasa

bingung dalam memahami kisah Tsa’labah oleh karena itu siswa kelas IV MI

Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik lebih menyukai pembelajaran secara konkret. Media pop-up dan wayang-wayangan ini menunjukkan obyek/gambaran nyata yang dapat memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa sehingga dapat memperjelas materi dan dapat menumbuhkan konsep berfikir siswa. Mayoritas materi pembelajaran yang berhubungan dengan sejarah atau kisah-kisah, guru hanya menggunakan metode ceramah saja tanpa menggunakan media yang mendukung sehingga sangat memungkinkan siswa malas untuk belajar, untuk itu dengan diterapkannya media pop-up dan wayang-wayangan ini dapat membantu guru dalam penyampaian materi kisah Tsa’labah dan dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar Aqidah Akhlak sehingga siswa akan lebih mudah dalam menyerap dan menalar materi.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan mengangkat judul “Penerapan Media Pop-Up dan Wayang-Wayangan untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Kelas IV Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Kisah Tsa’labah MI

(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan media pop-up dan wayang-wayangan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak materi kisah Tsa’labah MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik?

2. Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa kelas IV terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak materi kisah Tsa’labah MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik sesudah diterapkannya media pop-up dan wayang-wayangan?

C. Tindakan yang Dipilih

(20)

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan di atas, maka tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Mengetahui penerapan media pop-up dan wayang-wayangan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak materi kisah Tsa’labah MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik. 2. Mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas IV terhadap mata

pelajaran Aqidah Akhlak materi kisah Tsa’labah MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik sesudah diterapkannya media pop-up dan wayang-wayangan.

E. Lingkup Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, peneliti hanya membahas tentang peningkatan motivasi belajar dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak materi kisah Tsa’labah dengan menggunakan media pop-up dan wayang-wayangan pada siswa kelas IV MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik. Adapun kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator akan dibahas sebagai berikut:

1. Kompetensi Inti :

1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan

(21)

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkn perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

2. Kompetensi Dasar :

1.6 Menyadari manfaat dan hikmah menghindari kufur nikmat sebagai implementasi menghindari kisah Tsa’labah.

2.6 Memiliki sikap menghindari kufur nikmat sebagai implementasi menghindari kisah Tsa’labah.

3.6 Mendeskripsikan kisah Tsa’labah sebagai implementasi dalam menghindari sifat tercela kufur nikmat.

4.6 Menceritakan kisah Tsa’labah sebagai bentuk menghindari aklak tercela kufur nikmat

3. Indikator :

1.1.6 Mengamalkan adanya manfaat dari menghindari sifat kufur nikmat. 2.6.1 Membiasakan untuk menghindari sifat kufur nikmat.

3.6.1 Menjelaskan akhlak tercela yang terkandung dalam kisah Tsa’labah

(22)

4.6 1 Menceritakan kisah Tsa’labah dalam menghindari aklak tercela kufur nikmat.

Pada penelitian ini peneliti hanya memfokuskan pada kompetensi dasar: 3.6 mendeskripsikan kisah Tsa’labah sebagai implementasi dalam menghindari sifat tercela kufur nikmat. Indikator: 3.6.1 siswa dapat menjelaskan akhlak tercela yang terkandung dalam kisah Tsa’labah 3.6.2

siswa dapat menjelaskan hikmah yang dapat diambil dari kisah tsa’labah.

F. Signifikansi Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa

a. Siswa dapat lebih terhibur dan menyenangi pelajaran Aqidah Akhlak sehingga dapat menghilangkan kejenuhan dalam belajar .

b. Siswa lebih termotivasi dan lebih merespon dalam mengikuti pelajaran Aqidah Akhlak.

2. Guru

a. Untuk membantu guru dalam mengatasi kurangnya motivasi siswa dalam belajar Aqidah Akhlak.

(23)

c. Menanamkan kreatifitas dalam usaha pembenahan pembelajaran Aqidah Akhlak.

d. Menambah wawasan dan pengalaman dalam menerapkan media pop-up dan wayang-wayangan.

3. Sekolah

a. Sebagai penemu kebijakan dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.

b. Sebagai acuan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan menggunakan media pop-up dan wayang-wayangan.

4. Peneliti

a. Memperbaiki pembelajaran yang kurang efektif pada saat pembelajaran. b. Pengalaman baru pada saat penelitian ada kejadian yang terjadi dalam

(24)

A. Motivasi Belajar

1. Definisi Motivasi Belajar

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu.8 Motivasi merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk menimbulkan atau meningkatkan perilaku individu dalam mencapai tujuan.9 Motivasi menurut Mc. Donald adalah suatu perubahaan energi didalam pribadi seseorang ang ditadai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.10 Jadi motivasi merupakan kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu, termasuk didalamnya adalah kegiatan belajar.

8

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012),73. 9 Mohamad Surya, Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2014), 58.

(25)

Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan timbul perubahan perilakunya (change in behavior of performance). Ini berarti setelah belajar, individu mengalami perubahan perilaku, baik yang bersifat nyata (over

behavior) maupun yang tidak nyata (inert behavior). Perubahan perilaku

tersebut bisa dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik.11 Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.12

Slameteo, mengemukakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.13 Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan didalam pemahaman siswa yang dihasilkan dari pengetahuan terdahulu, maka akan menimbulkan perubahan baru didalam pemahaman siswa. Menurut Mustofa Fahmi. Belajar merupakan suatu perubahan didalam tingkah laku siswa yang dihasilkan dari rangsangan.14 W.H Buston memandang belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu dan individu dengan lingkungannya. J. Neweg menganggap bahwa belajar adalah suatu proses

11 Seto Mulyadi dan Heru Basuki, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 36.

12 Hamzah dan Nurdin Mohamad, Belajar Dengan Pendekatan PAIKEM, (Jakarta:PT Bumi Aksara,

2011), 196.

13 Slameteo, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), 2. 14 Siti Aisyah, Perkembangan Peserta Didik dan Bimbingan Belajar, (Yogyakarta: Deepublish,

(26)

dimana perilaku seseorang mengalami perubahan sebagai akibat pengalaman unsur. Skiner berpendapat bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada seseorang yang belajar maka responnya akan menjadi lebih baik. Sebaliknya jika tidak belajar, responnya menjadi menurun.15 Menurut Sabri belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan.16 Hilgar dan bower mengemukakan belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang. Morgan berpendapat belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.17 Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibat dari pengalaman atau latihan.

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai tujuan.18 Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam

15 Moh. Suardi, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), 9-10.

16 Musfiqon, Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012),3.

17 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-ruzz media,

2013), 19-20.

(27)

keberhasilan seseorang dalam belajar.19 Jadi motivasi belajar merupakan motivasi (dorongan) internal dan eksternal siswa untuk belajar guna memperoleh prestasi yang baik.

2. Teori Motivasi

Beberapa teori motivasi yang akan dibicarakan dalam pasal ini adalah:20

a. Teori Hedonisme

Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan,

atau kenikmatan. Hedoisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memadang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi. Menurut pandangan hedoisme, manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Oleh karena itu, setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung memilih alternatif pemecahaan yang dapat mendatangkan kesenangan daripada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, penderitaan, dan sebagainya.

Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang akan cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, atau

19 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 23.

(28)

yang mengandung resiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan baginya. Siswa di suatu kelas merasa gembira dan bertepuk tangan mendengar pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru matematika mereka tidak dapat mengajar karena saki. Seorang pegawai segan bekerja dengan baik dan malas bekerja, tetapi selalu menuntut gaji atau upah yang tinggi. Dan banyak lagi contoh yang lain, yang menunjukkan motivasi itu sangat diperlukan. Menurut teeori hedoisme, para siswa dan pegawai tersebut pada contoh diatas harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas dan mau bekerja dengan baik, dengan memenuhi kesenangannya.

b. Teori Naluri

Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang dalam hal ini disebut juga naluri, yaitu:

a. Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri b. Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri, dan

(29)

Misalkan, seorang pelajar terdorong untuk berkelahi karena sering merasa dihina dan diejek teman-temannya karena itu ia dianggap bodoh di kelasnya. (Naluri mempertahankan diri). Agar pelajar tersebut tidak berkembang menjadi anak nakal yang suka berkelahi, perlu diberi motivasi, misalnya dengan menyediakan situasi yang dapat mendorong anak itu menjadi rajin belajar sehingga dapat menyamai teman-teman sekelasnya (Naluri mengembangkan diri). Seringkali kita temukan seseorang bertindak melakukan sesuatu karena didorong oleh lebih dari satu naluri pokok sekaligus sehingga sukar bagi kita untuk menentukan naluri pokok mana yang lebih dominan mendorong orang tersebut melakukan tindakan yang demikian itu.

c. Teori Reaksi yang Dipelajari

Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan sehari-hari, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup danm dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini disebut juga teori lingkungan

kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin ataupun

(30)

Dengan mengetahui latar belakang kebudayaan seseorang kita dapat mengetahui pola tingkah lakunya dan dapat memahami pula mengapa ia bereaksi atau bersikap yang mungkin berbeda dengan orang lain dalam menanggapi suatu masalah. Kita mengetahui bahwa bangsa kita terdiri dari berbagai macam suku yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, banyak kemungkinan seorang pemimpin di suatu kantor atau seorang guru di suatu sekolah akan menghadapi beberapa macam anak buah dan anak didik yang berasal dari lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda sehingga perlu adanya pelayanan dan pendekatan yang berbeda pula, termasuk pelayanan dalam pemberian motivasi terhadap mereka.

d. Teori Daya Pendorong

Teori ini merupakan perpaduan antara “teori naluri” dengan “teori

(31)

pendorong, yaitu naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. Memotivasi anak didik yang sejak kecil dibesarkan di daerah Gunung Kidul misalnya, kemungkinan besar akan berbeda dengan cara memberikan motivasi kepada anak yang dibesarkan di kota Medan meskipun masalah yang dihadapinya sama.

e. Teori Kebutuhan

Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan kebutuhan psikis. Oleh karena itu, menurut teori ini, apabila seorang pemimpin atau pendidik bermaksud untuk memberikan motivasi kepada seseorang, ia harus berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang akan dimotivasinya.

Banyak ahli psikologi yang telah berjasa merumuskan kebutuhan-kebutuhan manusia ditinjau dari sudut psikologi. Sejalan dengan itu pula maka terdapat adanya beberapa teori kebutuhan yang sangat erat berkaitan dengan kegiatan motivasi. Berikut ini dibicarakan salah satu dari teori kebutuhan yang dimaksud.

Teori Abraham Maslow

(32)

pokok inilah yang kemudian dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia. Adanya kelima tingkatan kebutuhan pokok yang dimaksud agar dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Tingkatan Kebutuhan Abraham Maslow

3. Fungsi Motivasi

Fungsi motivasi dalam belajar, sebagai berikut:21 a. Motivasi sebagai pendorong perbuatan

Pada mulanya anak didik tiada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari itu dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin tahunya dari sesuatu yang akan dipelajari. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Anak didik pun mengambil sikap seiring dengan minat terhadap

21

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi..., 157.

Aktu alisasi diri

Penghargaan Sosial

Rasa Aman dan Perlindungan

(33)

suatu objek. Disini, anak didik mempunyai keyakinan dan pendirian tentang apa yang seharusnya dilakukan untuk mencari tahu tentang sesuatu.sikap itulah yang mendasari dan mendorong kearah sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.

b. Motivasi sebagai penggerak perbuatan

Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik ini merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian mejelma dalam bentuk gerakan psikofisik. Disini anak didik sudah melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga.

c. Motivasi sebagai pengarah perbuatan

(34)

ingin diketahui/dimengerti itu cepat tercapai. Segala sesuatu yang mengganggu pikirannya dan dapat memecahkan konsentrasinya diusahakan disingkirkan jauh-jauh. Itulah peranan motivasi yang dapat mengarahkan perbuatan anak didik dalam belajar.

4. Cara Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa

Ada beberapa strategi yang bisa digunakan guru untuk membangkitkan motivasi belajar siswa:22

a. Menjelaskan tujuan belajar kepada siswa

Pembelajaran hendaknya dimulai dari penjelasan guru mengenai tujuan yang akan dicapainya dalam proses pembelajaran. Makin jelas tujuan yang hendak dicapai, maka makin bisa mendorong munculnya motivasi dalam belajar.

b. Memberikan hadiah

Setiap anak ingin dihargai, maka berilah hadiah untuk siswa yang berprestasi, baik prestasi besar maupun prestasi kecil, seperti dapat menjawab pertanyaan guru. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Disamping itu, siswa yang belum berprestasi akan memiliki motivasi untuk bisa mengejar siswa yang

22

(35)

berprestasi. Penghargaan tidak selamanya berupa materi, tetapi bisa berupa pujian kepada siswa yang berprestasi.

c. Membuat saingan/kompetensi

Guru berusaha membuat persaingan yang sehat diantara siswanya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan prestasi belajar atau berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

d. Memberi pujian

Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi diberikan penghargaan atau pujian. Pujian yang diberikan bersifat membangun, rasional, dan tidak berlebihan.

e. Memberi hukuman

Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar-mengajar berlangsung. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut berkeinginan untuk mengubah dirinya dan berusaha memacu motivasi belajarnya.

f. Membangkitkan dorongan

Sebagai motivator, guru sudah selayaknya memberikan dorongan kepada siswanya untuk terus belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal kepada para siswa yang sedang berupaya meraih semangat belajar.

(36)

Kebiasaan belajar yang baik bagi siswa hanya bisa dilakukan jika guru mau menjadi teladan bagi siswanya. Guru terlebih dahulu memberikan contoh bagaimana kebiasaan belajar yang baik. Selanjutnya, guru bisa mendorong agar siswa lebih banyak menggunakan waktu luangnya untuk kegiatan belajar, misalnya membaca dan menulis dalam bidang studi tertentu.

h. Membantu kesulitan siswa

Dalam proses pembelajaran, terkadang siswa mengalami kesulitan belajar, baik secara individual maupun kelompok. Posisi guru dalam konteks ini adalah menjadi pembantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Saat ini, sifat terbuka guru sangat penting dan perlu bagi siswa. i. Menggunakan metode yang bervariasi

Penggunaan metode pembelajaran yang variatif sangat penting untuk membuat proses pembelajaran tidak membosankan sehingga siswa termotivasi untuk belajar dengan baik. Siswa yang diajarkan dengan berbagai macam metode dipastikan lebih merasa senang menerima pelajaran.

j. Menggunakan media

(37)

untuk lebih memudahkan siswa memahami dan menyelesaikan persoalan pembelajaran yang dihadapinya.

5. Indikator Motivasi

Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:23 1.)Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2.)Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3.)Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4.)Adanya penghargaan dalam belajar

5.)Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6.)Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

B. Media Pop-Up dan Wayang-Wayangan

1. Pengertian media Pop-Up dan Wayang-Wayangan

Pop-Up adalah kartu yang di dalamnya terdapat banyak lipatan,

biasanya tidak rata saat ditutup dan akan membuncah saat di buka. Keunikan kartu pop-up adalah ketika kartu dibuka akan muncul objek 3 dimensi di bagian tengah.24

23

Hamzah B. Uno, Teori,... 23.

(38)

Wayang-wayangan adalah boneka yang digunakan untuk memainkan cerita.25 Wayang-wayangan merupakan jenis boneka sederhana yang memiliki kemungkinan berperan secara terbatas. Wayang-wayangan terdiri atas suatu bentuk potongan karton yang diikatkan kepada sebuah batang atau tongkat. Gerakan-gerakannya terbatas pada gerakan dari satu tempat ke tempat lain sambil bercerita. Kesederhanaan dari pembuatan dan permainannya menyebabkan wayang mudah diadaptasikan dalam penggunaannya di tingkat pertama pada sekolah dasar.26

2. Alat untuk membuat media Pop-Up dan Wayang-Wayangan

Berikut ini alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat Pop-Up:27 1. Kertas Karton

Digunakan sebagai bahan dasar kartu. Pilihlah karton dengan ketebalan sedang. Tidak terlalu tipis dan tidak terlalu tebal. Karton tipis akan membuat pop-up menjadi lemah dan jatuh. Karton terlalu tebal akan menyulitkan saat dilipat dan akan membuat kartu tidak dapat menutup dengan baik.

2. Alas Potong

Digunakan sebagai alas untuk memotong bahan dengan cutter.

3. Double tape (selatip dua sisi)

25 Daryanto, Media Pembelajaran, (Yogyakarta: Gava Media, 2016), 33.

26 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pembelajaran, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011),

190.

(39)

Digunakan untuk merekatkan dua sisi karton tebal yang kadang sulit direkatkan dengan lem. Gunakan dengan hati-hati karena jika terjadi kesalahan, kertas yang sudah merekat sulit dibuka kembali dan mudah robek.

4. Lem

Digunakan untuk merekatkan kertas 5. Penggaris

Digunakan untuk mengukur kertas dan membantu memotong garis lurus dengan cutter.

6. Pena/Spidol Warna

Digunakan untuk menebali gambar. 7. Pensil

Digunakan untuk menggambar, membuat pola, dan menandai ukuran. 8. Penghapus

Digunakan untuk menghapus goresan pensil yang tidak diperlukan.

9. Cutter

Digunakan untuk mengukur kertas. 10.Gunting

Digunakan untuk menggunting karton dan double tape (selotip dua sisi). Gunakan gunting berbeda untuk menggunting kertas dan double

tape. Double tape biasanya meninggalkan sisa-sisa perekat di gunting

(40)

11.Klip Kertas

Digunakan untuk membuat garis lipat sehingga kertas mudah di lipat. Berikut ini alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat wayang-wayangan:28

1. Kertas Karton 2. Penghapus 3. Pensil 4. Lem 5. Gunting 6. Tusuk sate 7. Gambar Tsalabah

8. Gambar petugas penarik zakat 9. Crayon dan Spidol Warna

3. Langkah-Langkah Pembuatan media Pop-Up dan Wayang-Wayangan Langkah-langkah pembuatan Pop-Up:29

1. Siapkan 2 kertas dengan ukuran yang sama. Lipat salah satunya menjadi 2 bagian sehingga sisi pendeknya bersatu.

28 Ida Ayu Wayan Sri Agustini, Wayang Kegunaan Cara Pembuatan dan Cara Penggunaannya dalam Kelas BIPA”, Buletin Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing, Edisi 4, 1 April 2011, 18.

(41)

2. Tentukan ukuran penyangga pop-up dengan menggunakan penggaris dan pensil. Pastikan garis memiliki ukuran yang cukup untuk dipakai sebagai pop-up. Jika sudah ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah menggunting bagian yang sudah di tandai. Lalu lipatlah guntingan kecil tersebut ke belakang sehingga tidak terlihat dari luar. 3. Rangkaian pop-up sudah siap

4. Menghias dinding kertas dengan diberi gambar memakai pensil dan lain sebagainya

5. Membuat gambar untuk ditaruh di pop-up 6. Memasang dan mengelem gambar

Langkah-langkah pembuatan Wayang-wayangan:30

1. Membuat gambar wayang-wayangan di kertas karton menggunakaan pensil

2. Mewarnai gambar wayang-wayangan 3. Potong bagian dari gambar wayang 4. Beri lem dan tempelkan di bambu kecil.

4. Kelebihan dan Kekurangan Media Pop-Up dan Wayang-Wayangan Kelebihan menggunakan media pop-up:31

1. Memberikan pengalaman secara langsung

2. Penyajian secara kongkrit dan menghindari verbalisme

(42)

3. Dapat menunjukkan obyek secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya

4. Dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas 5. Dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas.

Kelemahan menggunakan media pop-up:32

1. Tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar 2. Penyimpanan memerlukan ruang yang besar

3. Perawatannya rumit.

Kelebihan dalam menggunakan media pembelajaran wayang-wayangan adalah sebagai berikut:33

1. Efisien terhadap waktu, tempat, biaya, dan persiapan 2. Tidak memerlukan keterampilan yang rumit

3. Dapat mengembangkan imajinasi dan aktivitas anak dalam suasana gembira.

Kelemahan menggunakan media wayang-wayangan:34

1. Tidak memungkinkan untuk membuat interaksi antara 3 tokoh wayang atau lebih.

32Ibid, 29.

33Ibid, 33.

34 Eny Widyarti dan Martadi, Pengembangan Media Pembelajaran Berupa Wayang Kartun di Kelas

(43)

C.Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah 1. Pengertian Aqidah Akhlak

Menurut bahasa, aqidah berasal dari bahasa Arab: ‘aqada-ya’qidu

-uqdatan-wa ‘aqidatan. Artinya ikatan atau perjanjian, maksudnya sesuatu

yang menjadi tempat bagi hati dan hati nurani terikat kepadanya. Istilah aqidah di dalam istilah umum dipakai untuk menyebut keputusan pikiran yang mantap, benar maupun salah. Jika keputusan yang mantap itu benar, itulah yang disebut dengan aqidah yang benar, seperti keyakinan umat Islam

tentang keesaan Allah. ‘Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan

pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian ‘aqidah dalam agama maksudnya berkaitan dengan keyakinan, bukan perbuatan, seperti

‘aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya para Rasul. Jadi kesimpulannya,

apa yang menjadi ketetapan hati seseorang secara pasti adalah ‘aqidah; baik

itu benar ataupun salah.35

Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab “khuluq”, jamaknya “khuludun”, menurut lughat diartikan sebagai budi pekerti, perangkai, tingkah laku, atau tabiat. Kata akhlak ini lebih luas artinya daripada moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab “akhlak” meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahirian dan batiniah

35 Abdullah bin ‘Abdul Hamid al-Atsari, Intisari Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, (Jakarta:

(44)

seseorang.36 Akhlak secara etimologis berarti budi pekerti, tingkah laku atau tabiat. Secara terminologis, akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Muhammad al-Ghazali menyatakan bahwa akhlak adalah suatu sifat dan watak yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.37 Jadi akhlak merupakan ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji atau tercela menyangkut perilaku manusia yang meliputi perkataan, pikiran dan perbuatan manusia lahir batin.

Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan

pengenalan dan penghayatan terhadap alAsma’ al-Husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab Islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata pelajaran Aqidah Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan al-Akhlak al-Karimah dan adab Islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitabNya, rasul-rasul-Nya, hari

36 Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 205.

37 Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel

(45)

akhir, serta Qada dan Qadar. Al-Akhlak al-Karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan sejak dini oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.38

2. Tujuan Aqidah Akhlak

Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: 39

a) Menumbuh kembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, peng-hayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang aqidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah swt.

b) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.

38 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 165 Tahun 2014,..., 40.

(46)

3. Ruang Lingkup Aqidah Akhlak

Mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula, untuk dapat dijadikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya.

Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah meliputi: 40

1) Aspek Akidah (Keimanan) meliputi:

a) Kalimat tayyibah sebagai materi pembiasaan, meliputi: La ilaha illallah, basmalah, alhamdulillah, subhanallah, Allahu Akbar,

ta’awwuz, masya Allah, assalamu‘alaikum, salawat, tarji’, la haula

wala quwwata illa billah, dan istigfar.

b) Al-Asma’ al-Husna sebagai materi pembiasaan, meliputi: alAhad,

al-Khaliq, ar-Rahman, ar-Rahim, as-Sami‘, ar-Razzaq, Mugni,

al-Hamid, asy-Syakur, al-Quddus, as-Samad, alMuhaimin, al-‘Azim, al

-Karim, al-Kabir, al-Malik, al-Batin, al-Wali, al-Mujib, al-Wahhab,

al-‘Alim, az-Zahir, ar-Rasyid, alHadi, as-Salam, al-Mu’min, al-Latif,

(47)

al-Baqi, al-Basir, al-Muhyi, al-Mumit, al-Qawi, al-Hakim, al-Jabbar,

al-Musawwir, alQadir, al-Gafur, al-‘Afuww, as-Sabir, dan al-Halim.

c) Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui kalimat

Tayyibah, al-Asma’ al-Husna dan pengenalan terhadap salat lima

waktu sebagai manifestasi iman kepada Allah.

d) Meyakini rukun iman (iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul dan Hari akhir serta Qada dan Qadar Allah).

2) Aspek Akhlak meliputi:

a) Pembiasaan akhlak karimah (mahmudah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: disiplin, hidup bersih, ramah, sopan-santun, syukur nikmat, hidup sederhana, rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat, rukun, tolong-menolong, hormat dan patuh, sidik, amanah, tablig, fatanah, tanggung jawab,

adil, bijaksana, teguh pendirian, dermawan, optimis, qana’ah, dan

tawakal.

b) Mengindari akhlak tercela (mazmumah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik, dan murtad.

(48)

a) Adab terhadap diri sendiri, yaitu: adab mandi, tidur, buang air besar/kecil, berbicara, meludah, berpakaian, makan, minum, bersin, belajar, dan bermain.

b) Adab terhadap Allah, yaitu: adab di masjid, mengaji, dan beribadah. c) Adab kepada sesama, yaitu: kepada orang tua, saudara, guru, dan

teman.

4) Aspek kisah teladan, meliputi: Kisah Nabi Ibrahim a.s. mencari Tuhan, Nabi Sulaiman a.s. dengan tentara semut, masa kecil Nabi Muhammad saw., masa remaja Nabi Muhammad saw., Nabi Ismail a.s., Kan’an,

Tsa’labah, Masyitah, Abu Lahab, dan Qarun. Materi kisah-kisah teladan ini disajikan sebagai penguat terhadap isi materi, yaitu akidah dan akhlak sehingga tidak ditampilkan dalam Standar Kompetensi, tetapi ditampilkan dalam Kompetensi Dasar dan indikator.

D.Materi Kisah Tsa’labah 1. Pengertian Materi

(49)

pengajaran yang berpusat pada materi pembelajaran, materi pelajaran merupakan inti dari kegiatan pembelajaran.41

2. Kisah Tsa’labah

Tsa’labah bin Hathib adalah salah seorang sahabat Rasulullah yang

tergolong miskin. Namun didalam kemiskinan yang dialaminya, Tsa’labah

tidak mau ketinggalan dalam beribadah mengikuti jejak Rasulullah.

Tsa’labah sangat tekun berjamaah dengan Rasul bahkan seakan tidak mau berpisah dengan Masjid Rasul, baik siang maupun malam. Karena banyak sujud keningnya menghitam, seperti lulut Unta. Ia tidak mampu membeli pakaian yang baru maupun bekas. Sementara yang dipakai oleh Istrinya sudah tidak layak lagi.

Pada suatu hari Tsa’labah bersama para sahabat melaksanakan

sholat fardhu, makmum dibelakang Rasulullah SAW. Begitu selesai

“SALAM” Tsa’labah meninggalkan jamaah dengan tergesa-gesa, tanpa

membaca wirid setelah sholat apalagi berdo’a. Tsa’labah berlari pulang kerumahnya dan segera melepas pakaian dan memberikan pakaian tersebut kepada Istrinya.42

41 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2008), 141.

(50)

Tsa’labah kembali ke Masjid, Rasulullah kemudian menegurnya

“Wahai Tsa’labah! Mengapa engkau tergesa-gesa keluar dari masjid seperti perbuatan orang munafik saja?”. Tsa’labah menghentikan langkahnya. Ia

sangat malu ditegur Rasulullah SAW. Tsa’labah terpaka berterus terang

kepada Rasulullah. “Ya Rasulullah, saya terpaksa melakukan itu lantaran

saya dan Istri saya hanya mempunyai satu baju, yaitu yang saya pakai ini. Sehingga kalau sekarang saya shalat memakai baju ini, sekarang istri saya tidak berpakaian lengkap, ia menunggu saya pulang untuk melaksanakan

Shalat. Tsa’labah diam sejenak, kemudian ia berkata “Wahai Rasulullah,

mohonkanlah kepada Allah agar memberiku rezeki dengan harta kekayaan

yang melimpah ruah”, lalu Rasulullah SAW bersabda: Kasihan engkau

Tsa’labah. Apakah engkau tak senang seperti aku ini? Kalau aku ingin agar

Allah menyuruh gunung itu berjalan bersamaku pasti gunung itu akan berjalan. Andai kata aku menginginkan semua bukit menjadi emas dan perak sebagai milikku, niscaya aku dapatkan! Terdorong keinginannya

menjadi kaya, maka Tsa’labah tidak mau memahami apa yang disampaikan

oleh Rasulullah. Tsa’labah berkata lagi: Demi Dzat yang mengutusmu dengan benar, seandainya engkau memohonkan kepada Allah agar aku dikaruniai harta (yang banyak) sungguh aku akan memberikan haknya (zakat/sedekah), kepada yang berhak menerimanya. Lalu Rasulullah SAW

berkata: kasihan engkau Tsa’labah, sedikit tapi disyukuri adalah lebih baik

(51)

Rasulullah aku mohon agar engkau mendo’akan aku. Akhirnya dengan

sangat terpaksa Rasulullah SAW berdo’a

Artiya: “ Ya Allah, berilah Tsa’labah harta benda”.43

Kemudian, Rasulullah SAW memberikan kambing betina yang

sedang bunting kepada Tsa’labah. “Peliharalah kambing ini baik-baik! Pesan Rasulullah SAW. Hatinya berbunga-bunga. Dengan modal kambing serta doa Rasulullah SAW Tsa’labah yakin akan menjadi orang yang kaya

raya. Berkat do’a Rasulullah, kambing milik Tsa’labah semakin hari

semakin berkembang bagai berkembangnya ulat, dari puluhan menjadi ratusan ekor, sehingga kota madinah tidak lagi menampung untuk menggembalannya. Tsa’labah terpaksa membuat kandang yang lebih besar untuk bisa memuat seluruh kambingnya. Ia pun tinggal didekat ternaknya.44

Mula-mula ia masih aktif sholat jamaah di masjid bersama Rasulullah. Namun lama-kelamaan ia mulai melalaikan shalat jamaah. Ia harus mengeluarkan kambing-kambingnya pada pagi hari sehingga tidak bisa shalat shubuh bersama Rasulullah. Sebelum dhuhur ia ke Madinah dan bisa melakukan sholat dhuhur dan ashar bersama Rasulullah. Sore hari ia sibuk membawa kambingnya ke kandangnya sehingga tidak bisa

43 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Quran, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), 307.

44 Rihwan Abqary, Kisah Menakjubkan dalam Al-Quran, (Bandung: DAR! Mizan, 2009), 112.

(52)

mendirikan shalat maghrib dan isya berjamaah.45 Sehingga ia hanya sempat melakukan shalat dhuhur dan ashar berjamaah. Lainnya tidak. Kambing yang digembalanya pun semakin berkembang, sehingga tidak sempat lagi

melakukan shalat kecuali Jum’at. Karena kambingnya terus berkembang, ia

tidak sempat lagi melaksanakan shalat Jum’at.46

Pada suatu waktu, Rasulullah SAW bertemu dengan serombongan

kaum muslimin yang hendak mendatangi shalat Jum’at. Beliau

menanyakan: “Apa yang dilakukan Tsa’labah?”. Jawab mereka: “Wahai

Rasulullah, ia sibuk dengan kambingnya yang telah memenuhi kota

Madinah”. Rombongan itu mengungkapkan kehidupan Tsa’labah setelah

menjadi orang kaya raya di Madinah kepada Rasulullah SAW. Maka beliau bersabda: Celaka Tsa’labah,Celaka Tsa’labah,Celaka Tsa’labah!.

Sehubungan dengan itu, Allah SWT menurunkan Surat At-Taubah Ayat 103 ;

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan

Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. At-Taubah : 103)

45 Habiburrahman El Shirazy, Diatas Sajadah Cinta, (Jakarta: Republika, 2006), 58-59. 46 Ahmmad Sangid, Dahsyatnya.... 136.

ولص َ إ ْم ْيلع لص ا ب ْم ْي كزت ْمه طت ةقدص ْم لاوْمأ ْنم ْ خ

(53)

Ayat tersebut menjelaskan kewajiban membayar zakat bagi kaum muslim yang kaya. Maka Rasulullah SAW segera mengirim dua orang petugas untuk menarik zakat. Seorang Bani Juhainah dan seorang dari dari Bani Salim. Dalam tugasnya, mereka dibekali surat tugas ayat ke-130

tersebut. Tak ketinggalan dua orang petugas itu mendatangi Tsa’labah yang

kaya raya. Kepadanya disampaikan tujuan kedatangannya, sekaligus

membacakan ayat tersebut. Dan jawab Tsa’labah: Pergilah kepada orang -orang kaya yang lain dulu, baru kemudian datanglah kemari! Kedua petugas itu pun segera pergi. Dari kalangan kaum muslimin yang berkewajiban membayar zakat, tidak ada yang menolak surat perintah dari Rasulullah SAW tersebut. Mereka tidak merasa keberatan unta-unta atau kambing-kambingnya diambil sebagai pembayaran zakat. Dan setelah selesai, maka

kembali kepada Tsa’labah. Kedatangan petugas disambutnya dengan nada

sinis. Ia mengatakan: “Bukankah ini semacam jizyah (pajak), kalau tidak

boleh dikatakan upeti”. Mengatakan demikian setelah ia membaca surat tugas dari Rasulullah SAW yang dibawa petugas. Mendengar jawaban sinis

dari Tsa’labah, petugas segera pergi meninggakan rumah. Kejadian ini

dilaporkan kepada Rasulullah SAW. Dan laporan itu ditanggapi oleh

(54)

SAW mendoakan kedua petugas itu agar mendapat keberkatan dari sisi Allah SWT. 47

Di sinilah Tsa’labah lupa dengan janjinya kepada Rasulullah SAW.

Ia tidak mau membayar zakat serta sedekah.48 Sifat kikir telah merasuk ke relung hatinya. Ia mengira dengan berzakat dan berinfak akan mengurangi hartanya yang didapat dengan susah payah.49 Ada salah seorang keluarga

Tsa’labah yang berada disisi beliau. Mendengar ayat-ayat tersebut, maka

segera pergi menemui Tsa’labah. Ia mengatakan: “Celaka kamu, wahai

Tsa’labah. Allah SWT telah menurunkan ayat ancaman yang ditujukan

kepadamu!” Maka Tsa’labah segera menghadap Rasulullah SAW,

memohon agar beliau berkenan menerima pembayaran zakatnya. Jawab

Rasulullah: “Allah telah melarangku untuk menerima zakatmu” Tsa’labah

sangat menyesal sekali. Rasulllah kembali bersabda kepadanya: “Ini adalah

amalmu. Aku telah memerintahkan sesuatu kepadamu, tetapi kamu tidak

menaatinya”.50 Tsa’labah kembali kerumah. Dan ketika Rasululah SAW

telah wafat, ia mencoba datang kepada Abu Bakar agar berkenan menerima

sedekah (zakat)nya. Dan ia berkata: “Wahai Abu Bakar, tentunya kamu maklum tentang kedudukanku disisi Rasulullah dan dikalangan sahabat

Anshar. Karena itu, terimalah zakatku”. Jawab Abu Bakar: “Rasululah tidak

47Sayyid Quthb, Tafsir,... 308.

48 Abdullah Zaedan, Cerita 99 Asmaul Husna Untuk Anak, (Jakarta: Qultum Media, 2008), 51. 49Syafil Al-Bantanie, Dahsyatnya Syukur, (Jakarta: Qultum Media, 2009), 72-23.

(55)

mau merima zakatmu maka aku pun tidak berani menerimanya”. Setelah

Abu Bakar wafat, dan khalifah digantikan Umar bin Khathab, Tsa’labah

kembali menghadap Umar dengan mengatakan: “Wahai Amirul-Mukminin,

terimalah zakatku”. Jawab Umar bin Kathab: “Rasulullah dan Abu Bakar

tidak mau menerimanya. Maka aku pun juga tidak berani menerimanya”.

Sepeninggal Umar bin Kathab, ia datang pula kepada Utsman bin Affan selaku khalifah. Ia berkata: “Wahai Amirul-Mukminin, terimalah zakatku”.

Jawab Utsman: “Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar tidak berani

menerimanya. Maka aku tidak berani pula”. Dan Tsa’labah hancur lebur

dengan meninggalkan kekayaannya ketika masa pemerintahan Utsman bin Affan. 51

(56)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.52

Penggunaan jenis penelitian tindakan kelas dimaksudkan agar masalah yang telah ditemukan di dalam kelas yaitu rendahnya motivasi

siswa terhadap materi kisah Tsa’labah mata pelajaran Aqidah Akhlak pada

siswa kelas IV dapat dipecahkan dengan menggunakan media pop-up dan wayang-wayangan.

Penelitian ini menggunakan model siklus dan setiap siklus terdiri atas beberapa tahap, yaitu: tahap membuat rencana tindakan, melaksanakan tindakan, mengadakan pemantauan atau observasi, mengadakan refleksi.

52

(57)

Peneliti memilih model siklus karena apabila pada awal pelaksanaan ada kekurangan, maka peneliti bisa mengulang kembali dan memperbaiki pada siklus-siklus selanjutnya sampai apa yang diinginkan peneliti tercapai. Jika sampai pada siklus pertama dan siklus kedua belum berhasil maka peneliti melanjutkan ke siklus selanjutnya.

Pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, peneliti menggunakan model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah pokok, yaitu: perencanaan (planing), aksi atau tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).53

Gambar 3.1

Siklus PTK Menurut Kurt Lewin

(58)

Secara keseluruhan empat tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas tersebut membentuk suatu siklus penelitian tindakan kelas yang digambarkan dalam bentuk spiral. Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Siklus-siklus tersebut saling terkait dan berkelanjutan. Siklus kedua, dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus pertama. Siklus ketiga, dilaksanakan karena siklus kedua belum mengatasi masalah, begitu juga siklus-siklus berikutnya. Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas ini, peneliti melakukan observasi awal untuk: menemukan masalah, melakukan melakukan identifikasi masalah, menentukan batasan masalah, menganalisis masalah dengan menentukan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab utama terjadinya masalah, merumuskan gagasan-gagasan pemecahan masalah dengan merumuskan hipotesis-hipotesis tindakan sebagai pemecahan, menentukan pilihan hipotesis tindakan pemecahan masalah, merumuskan judul pembelajaran berbasis PTK.54

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian 1. Setting Penelitian

a. Tempat Penelitian

(59)

Nama sekolah yang dilakukan penelitian yaitu MI Nurul Huda 1, yang bertempat di desa Kepatihan Kabupaten Gresik.

b. Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan untuk dilaksanakan tiga bulan yaitu pada Bulan Oktober sampai Bulan Desember 2016.

2. Karakteristik Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik tahun pelajaran 2016/2017, dengan jumlah 33 siswa yang memiliki kemampuan akademik sedang karena motivasi belajar Aqidah Akhlak rendah. Hal tersebut dapat diperkuat oleh hasil angket siswa dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak yang kurang hanya 12 dari 30 siswa yang mempunya motivasi belajar kategori baik. Selain itu pembelajaran dengan menggunakan media pop-up dan wayang-wayangan belum pernah diterapkan di MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik.

C. Variabel yang diselidiki

Variabel yang menjadi sasaran PTK ini adalah meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menerapkan media pop-up dan wayang-wayangan

pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi kisah Tsa’labah pada siswa kelas

(60)

1. Variabel input: Siswa kelas IV MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik 2. Variabel proses: Penerapan media pop-up dan wayang-wayangan 3. Variabel output: Peningkatan motivasi belajar materi kisah Tsa’labah

mata pelajaran Aqidah Akhlak.

D. Rencana Tindakan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan model Kurt Lewin

1. Pra Siklus

Pada tahapan ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah mengidentifikasi masalah dengan melakukan pengamatan, yakni: a. Pengamatan proses kegiatan pembelajaran

b. Wawancara terhadap guru Akidah Akhlak

c. Penyebaran angket kepada siswa kelas IV MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik

2. Siklus 1

a. Menyusun Perencanaan (planning)

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan adalah sebagai berikut:

(61)

siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak. Dalam rencana perbaikan pembelajaran ini peneliti menerapkan media pop-up dan wayang-wayangan.

2.) Menyiapkan media dan sumber belajar 3.) Menyiapkan angket

4.) Menyiapkan instrumen pengumpulan data yaitu: a. Lembar pengamatan aktivitas siswa

b. Lembar pengamatan aktivitas guru b. Aksi atau Tindakan (acting)

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual. Meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dapat dilihat pada lampiran 5.

c. Observasi (observing)

Pada tahap observasi ini, beberapa hal yang harus dilakukan oleh peneliti adalah:

1.) Mengamati sikap dan perilaku siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

(62)

3.) Mengamati pemahaman tiap-tiap anak terhadap penguasaan materi pembelajaran, yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK.

d. Refleksi (reflecting)

Pada tahap ini yang harus dilakukan peneliti adalah: 1.) Mencatan hasil observasi

2.) Mengevaluasi hasil pembelajaran

3.) Mencatat kekurangan-kekurangan untuk djadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya, sampai tujuan PTK dapat dicapai.

3. Siklus II

Dalam siklus II mengadakan perencanaan ulang pelaksanaan pembelajaran berdasarkan pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah, serta mengembangkan tindakan, pengamatan dan refleksi dari siklus I.

a. Tindakan (acting)

Melaksanakan pembelajaran Aqidah Akhlak materi kisah Tsa’labah

dengan menggunakan media pop-up dan wayang-wayangan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus I.

b. Pengamatan (Observing)

(63)

2.) Memantau kegiatan diskusi siswa-siswi dalam menerangkan materi antar sesama teman

3.) Mengamati tingkat kesukaran pemahaman masing-masing anak terhadap penguasaan materi pembelajaran yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK pada siklus II.

c. Refleksi (reflecting)

Melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus II serta diskusi dengan guru yang lain untuk mengevaluasi dan membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak materi

kisah Tsa’labah dengan menggunakan media pop-up dan wayang-wayangan dalam meningkatkan motivasi belajar Aqidah Akhlak setelah dilaksanakannya rangkaian kegiatan mulai dari siklus I sampai siklus II.

E. Data dan Cara Pengumpulannya 1. Sumber Data

a. Siswa

(64)

b. Guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan penerapan media pop-up dan wayang-wayangan dan motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung

2. Instrumen Pengumpulan Data a. Wawancara

Wawancara adalah teknik mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui media tertentu. 55 Wawancara atau interview dilakukan oleh peneliti yang bertujuan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang muncul di dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dikelas. Peneliti mengadakan kegiatan wawancara dengan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas IV MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik yaitu Ibu Sulis Stiawati, S.Pd.I. Teknik wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang motivasi siswa, metode, strategi, media yang digunakan guru dan pendapat guru mengenai penerapan media pop-up dan wayang-wayangan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak. Dan melakukan wawancara dengan beberapa siswa untuk mengumpulkan data tentang motivasi siswa melalui penerapan media

pop-up dan wayang-wayangan.

(65)

b. Observasi

Observasi dilaksanakan untuk mengetahui seberapa pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana yang disusun, seberapa proses yang terjadi dapat diharapkan menuju sasaran yang diharapkan.56 Observasi digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian dan implementasi media pop-up dan wayang-wayangan dalam pelaksanaan belajar mengajar. Dalam penelitian ini menggunakan dua lembar pengamatan, yaitu lembar pengamatan aktifitas siswa yang digunakan untuk mengamati aktifitas siswa dalam pembelajaran dan lembar pengamatan aktifitas guru dalam mengelola pembelajaran aktif dengan media pop-up dan wayang-wayangan.

c. Angket

Angket adalah suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan kepada subyek, baik secara individual atau kelompok, untuk mendapatkan informasi tertentu.57 Angket dalam penelitian ini digunakan untuk pengumpulan data mengenai motivasi belajar siswa sebelum dan susudah adanya tindakan perbaikan yang menggunakan media pop-up dan wayang-wayangan.

56 Basrowi dan Suwandi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), 127.

(66)

Peneliti membuat angket yang ditujukan kepada siswa kelas IV MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik yang terdiri dari 33 siswa. Jumlah instrumen penelitian ini tergantung pada variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk penelitian. Kemudian dari variabel tersebut dikembangkan menjadi indikator. Dari indikator yang telah ditentukan maka dapat disusun menjadi pernyataan yang terangkum dalam angket. Jumlah variabel dan indikator dalam penelitian ini dapat diketahui pada kisi-kisi instrumen butir angket tentang motivasi siswa.

d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses yang dilakukan secara sistematis mulai dari pengumpulan data yang menghasilkan kumpulan dokumen. Dokumentasi bertujuan untuk mengumpulkan data tentang keadaan sekolah, struktur organisasi, data tentang keadaan guru, sarana dan prasarana dan lainnya.

F. Teknik Analisis Data

(67)

pembelajaran, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat dianalisis secara kualitatif. Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil angket siswa, kemudian dianalisis secara statistik deskriptif menggunakan prosentase. Ketentuan nilai angket dibuat dengan ketentuan mendapatkan respon positif dan negatif dari angket yang telah diberikan kepada siswa.

a. Data Hasil Angket Siswa

Angket yang telah terkumpul dari tiap siswa dihitung perolehan skornya dan dianalisis menggunakan statistik kuantitatif. Terdapat dua jenis pernyataan dalam angket ini yaitu favourable dan unfavourable. Pernyataan favourable adalah pernyataan yang berisi hal-hal positif mengenai objek atau pernyataan yang bersifat mendukung terhadap obyek yang hendak diungkap. Sebaliknya unfovourable adalah pernyataan yang berisi hal-hal negative mengenai sikap yang tidak mendukung atau kontra kepada obyek yang hendak diungkap. Pemberian skor pada masing-masing pertanyaan pada angket adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Sistem Penilaian Butir Angket

Jawaban Skor favourable Skor unfavourable

Ya 3 1

(68)

Tidak 1 3

Hasil angket siswa dianalisis secara statistik deskriptif. Angket dari setiap siswa dihitung perolehan skornya, kemudian diubah menjadi nilai dengan menggunkan rumus sebagai berikut:58

Nilai motivasi belajar= Jumlah skor yang diperoleh x100..(Rumus 3.1) Jumlah Skor Maksimal

Dari data pengukuran nilai motivasi belajar siswa dinyatakan tuntas jika memenuhi kategori minimal baik dan sangat baik, untuk menghitung prosentase motivasi belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut:59

Prosentase motivasi belajar = Siswa yang tuntas x 100...(Rumus 3.2) Jumlah Siswa

Hasil penelitian keseluruhan akan diklasifikasikan kedalam bentuk penyekoran nilai dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: 60

Tabel 3.2

Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Teknik dan Cara Mudah Membuat Penelitian Tindakan Kelas,

(Kata Pena, 2014), 43. 59

Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), 136.

Gambar

Tabel 4.2 Rekaptulasi  Data  Hasil  Motivasi  Belajar  Siswa  Pada  Tahap   Pra      Siklus, Siklus I, dan Siklus II...............................................................
Gambar 2.1Tingkatan Kebutuhan Abraham Maslow..........................................
Gambar 2.1 Tingkatan Kebutuhan Abraham Maslow
  Gambar 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

45 Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk (i) mengetahui proses dalam merancang dan mengembangkan modul remedial biologi materi keanekaragaman hayati, (ii)

Pendidikan dasar (primary school) dengan lama pendidikan umumnya 4 tahun (usia 6- 9 tahun) kecuali ibu kota Negara (Berlin) melaksanakan system 6 tahun, sementara

Kontroler tidak dapat mengendalikan motor secara langsung, karena tidak cukup menyediakan arus untuk diberikan. Selain itu harus ada rangkaian antarmuka sehingga

Puskesmas Sering sudah melakukan pemusnahan terhadap berkas rekam medis dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2015 dengan cara dibakar tanpa mengikuti prosedur yang

Penulisan skripsi ini digunakan untuk menganalisa Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap kinerja bank yang diukur dengan return on asset

Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah Pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,

Visi Poros Maritim Dunia yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 2014 membutuhkan dukungan pemangku kepentingan terkait, termasuk Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Sarana

Namun ternyata hal itu menyebabkan kurang produktifnya karyawan dalam bekerja, sehingga pekerjaan tersebut akan lebih lama selesai, akibatnya karyawan merasa tidak nyaman dan