PENGARUH PERMAINAN BOLA SUMPIT DALAM KEPRAMUKAAN UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA MTS UNGGULAN
AL-JADID WARU SIDOARJO SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Oleh:
Nuryil Ayu Pratama NIM. B03213021
PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Nuryil Ayu Pratama (B03213021), Pengaruh Permainan Bola Sumpit Dalam Kepramukaan Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo.
Penelitian ini dilakukan karena keingintauan peneliti tentang
pengaruh permainan bola sumpit dalam kepramukaan untuk
meningkatkan kedisiplinan siswa mts unggulan al-jadid waru sidoarjo. Keingintauan ini kemudian dikemas dengan rumusan masalah ”bagaimana proses permainan bola sumpit dalam kepramukaan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa mts al-jadid waru sidoarjo?”. Permasalahan ini tentu membutuhkan jawaban agar lebih jelas dan mudah dipahami.
Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena data penelitian menggunakan angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Dengan penelitian kuantitatif peneliti ingin menggali secara mendalam pengaruh permainan bola sumpit dalam dunia kepramukaan yang bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa. Disini peneliti meningkatkan kedisiplinan siswa menggunakan permainan bola sumpit yang dirancang sekreatif mungkin, caranya yaitu siswa harus memindahkan bola pingpong yang sudah didalam mangkok, lalu dipindahkan dengan hati-hati disini memang tujuan permainan ini untuk meningkatkan kedisiplinan siswa. Setelah permainan bola sumpit diberikan oleh peneliti kepada siswa, kemudian siswa mengisi angket yang telah diberikan oleh peneliti, angket adalah butir-butir soal untuk mengukur kedisplinan siswa.
Hasil akhir dari penelitian ini dikategorikan berhasil, karena siswa yang dahulu tidak disiplin sekarang menjadi lebih disiplin ini disebabkan karena melakukan permainan bola sumpit yang telah dirancang untuk siswa mts unggulan al-jadid waru sidoarjo.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
BAGIAN INTI BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penulisan ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Metode Penelitian... 7
1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 7
2. Populasi ... 7
3. Variabel dan Indikator Pendelitian ... 9
4. Definisi Operasional ... 11
5. Teknik Pengumpulan Data ... 16
6. Teknik Analisis Data ... 18
F. Sistematika Pembahasan ... 19
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ... 21
1. Permainan ... 21
a. Pengertian Permainan ... 21
b. Sifat Permainan ... 22
c. Manfaat Permainan... 24
d. Nilai Pendidikan dalam Permainan ... 24
e. Macam-macam Permainan ... 26
2. Bola Sumpit... 27
a. Pengertian Kepramukaan ... 29
b. Sifat Kepramukaan ... 31
d. Sasaran Pendidikan Kepramukaan ... 36
e. Tujuan Gerakan Pramuka ... 36
f. Tugas Pokok Gerakan Pramuka ... 36
g. Prinsip Dasar Kepramukaan ... 37
h. Ciri Khas Kepramukaan ... 37
i. Sistem Nilai ... 38
j. Penggolongan Pramuka Menurut Usia... 38
k. Kode Kehormatan Pramuka ... 38
4. Kedisiplinan ... 40
a. Pengertian... 40
b. Terbentuknya Disiplin... 43
c. Unsur-unsur Disiplin... 45
d. Bentuk-bentuk Disiplin ... 46
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin ... 47
f. Cara-cara Menanamkan Disiplin... 49
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 50
C. Hipotesis Penelitian... 51
BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 53
1. Deskripsi Lokasi ... 53
2. Keadaan Bangunan dan Sarana ... 62
3. Struktur Pengurus ... 63
4. Data Siswa Kelas VII-A, VII-B ... 64
B. Deskripsi Konselor dan Klien ... 69
C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 75
D. Hipotesis Penelitian... 91
BAB IV : ANALISIS DATA A. Analisis Proses Konseling... 92
B. Pengujian Hipotesis... 95
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 99
B. Saran ... 100
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Indikator dan Ciri-Ciri Variabel
Tabel 1.2 Item Favorable
Tabel 2.1 Permainan dapat dilihat dari beberapa Teori Modern
Tabel 3.1 Status Kepegawaian
Tabel 3.2 Kelas (Rombongan Belajar) Siswa
Tabel 3.3 Program Kegiatan Pramuka MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo
Tabel 3.4 Sarana Prasarana MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo
Tabel 3.5 Struktur Pengurus MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo
Tabel 3.6 Data Siswa Kelas VII-A
Tabel 3.7 Data Siswa Kelas VII-B
Tabel 3.8 Data Siswa Kelas VIII
Tabel 3.9 Daftar Nama Responden
Tabel 3.10 Item Uji Variabel X Pengaruh Permainan Bola Sumpit
Tabel 3.11 Item Uji Variabel Y Meningkatkan Kedisiplinan Siswa
Tabel 3.12 Uji Reabilitas X
Tabel 3.13 Uji Reabilitas Y
Tabel 3.14 Daftar Nama Siswa yang Kedisiplinannya Meningkat
Tabel 4.1 Analisis Proses Konseling dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kedisiplinan merupakan pelajaran berharga yang bisa membuat seseorang
dan sangat dihormati, karena sepantasnya kedisiplinan sudah diterapkan sejak
kecil agar bisa membentuk karakter yang baik kedepannya. Namun
belakangan kedisiplinan sudah mulai luntur khususnya di kalangan remaja
terutama mereka yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama
seperti yang terjadi di MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo. Dimana
kurangnya kedisiplinan Siswa Siswi MTS tersebut dilihat dari terlambat
datang ke sekolah, tidk mengerjakan tuga sekolah (PR), tidak membawa buku
pelajaran, ketgihan game online, dan atribut tidak lengkap. Maka dari itu
peneliti sangat tertarik untuk memberikan permainan bola sumpit ini dengan
tujuan untuk meningkatkan kedisiplinan Siswa di MTS Unggulan Al-Jadid
Waru Sidoarjo.
Permainan bola sumpit merupakan gabungan dari tiga kata, yaitu
permainan, bola, dan sumpit.
Permainan menurut Hughes, seorang Ahli Perkembangan Anak dalam
bukunya Children, Play, and Development, mengatakan bahwa bermain
merupakan hal yang berbeda dengan bermain dan belajar. Suatu kegiatan bisa
dikatakan sebagai suatu permainan jika terdapat beberapa unsur diantaranya
adalah mempunyai tujuan, Memilih dengan bebas dan atas kehendak sendiri,
2
menikmati, menghayal untuk mengembangkan daya imajinatif dan kreativitas,
melakukan secara aktif dan sadar.1
Seperti halnya Garvey, kebanyakan pengarang mengatakan bahwa
permainan adalah sukarela, aktivitas spontan yang tidak mempunyai tujuan
yang nyata.2
Adapun pengertian bola secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah benda bulat yang dibuat dari karet dan sebagainya
untuk bermain- main.3
Sedangkan pengertian sumpit adalah alat makan yang berasal dari Asia
Timur, berbentuk dua batang kayu sama panjang yang dipegang di antara
jari-jari salah satu tangan. Sumpit digunakan untuk menjepit dan memindahkan
makanan dari wadah, dari piring ke satu piring yang lain atau memasukkan
makanan ke dalam mulut.4
Sumpit bisa dibuat dari bahan seperti bambu, logam, gading dan plastic
yang permukaannya sudah dihaluskan atau dilapisi dengan bahan pelapis
seperti pernis atau cat supaya tidak melukai mulut dan terlihat bagus.5
Jadi dapat disimpulkan bahwa permainan Bola Sumpit adalah salah satu
permainan dalam kepramukaan yang dirancang untuk melatih ketelitian siswa,
1
Andang Ismail, Education Games “Menjadi Cerdas dan Ceria Dengan Permainan Edukatif”(Yogyakarta: Pilar Media–Anggota IKAPI, 2007), hal. 13-14.
2
Paul Henry Mussen,Perkembangan dan Kepribadian Anak(Jakarta: Penerbit Erlangga, 1984), hal. 135.
3
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 4
Juandana, Aizza, Tentang Sumpit (Chopsticks), (http//spagiari.blogspot.com/ 2006/01/tentang.sumpit.chopstick.html , diakses 23 februari 2017). Pukul 00.03
5
3
meningkatkan kedisiplinan siswa, dan kehati-hatian siswa dalam melakukan
suatu perbuatan yang bisa diartikan siswa harus berfikir dulu sebelum
bertindak sesuatu tindakannya baik atau buruk untuk dilakukan, permainan
bola sumpit ini dilakukan diluar ruangan.
Kepramukaan adalah salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang di
dalamnya berisi kegiatan yang mengandung pendidikan, menyenangkan, dan
dilakukan di alam terbuka di luar jam sekolah dalam kepramukaan juga
berperan untuk membentuk karakter siswa karena di dalam pramuka telah
mengajarkan kepada kita untuk selalu disiplin, jujur, bertanggung jawab, ulet,
tangguh, dan bekerja keras. Semua itu merupakan modal yang harus
ditanamkan kepada setiap generasi muda, agar sumber daya manusia
Indonesia mempunyai daya kompetisi dengan bangsa lain. Generasi muda
sekarang sebagian besar termasuk generasi yang “lemah” baik secara fisik
maupun mental. Pendidikan pramuka bukan hanya menngajarkan ketrampilan,
dan pengetahuan, tetapi juga mengajarkan moralitas dan karakter, bagaimana
menjadi kesatria yang rela berkorban untuk orang lain, suka bekerja keras,
tabah dan ulet, serta mempunyai sifat jujur, bertanggung jawab dan dapat
dipercaya.
Pendidikan pramuka juga bukan hanya dengan teori, namun dengan
praktek langsung dalam kehidupan nyata dan disertai keteladanan dari para
Pembina. Model pendidikan semacam ini tepat untuk membangun moralitas
dan karakter, apalagi jika dimulai sejak dini. Pembangunan karakter melalui
4
dan SMP/ MTS. Pada masa tersebut, pemikiran anak masih belum diliputi
oleh banyak kepentingan (masih murni). Jika kita kaitkan dengan teori John
Look (tabula rasa), maka pembangunan moral dan karakter lebih tepat pada
usia dini. Selain itu, pendidikan pramuka yang lebih menekankan pada
kegiatan yang menarik (permainan) secara psikologi lebih tepat untuk
anak-anak. Sebagaihomo ludens(makhluk yang suka bermain), anak-anak lebih
suka dengan permainan. Pramuka telah menjadikan permainan sebagai media
pendidikan, karena pramuka sendiri menjadikan permainan sebagai pelepas
kebosanan.
Salah satu ciri kegiatan dalam kepramukaan adalah dengan game
(permainan) dimana fungsi permainan dalam kepramukaan yaitu merupakan
kegiatan yang selalu dicari anak karena kegiatan tersebut memberikan
kesenangan bagi anak.6 Kegiatan dalam kepramukaan sebisa mungkin
dirancang dengan menarik, suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan
yang menyenangkan bagi anak dan pemuda di bawah tanggung jawab orang
dewasa artinya proses pendidikan dalam kepramukaan dikemas semenarik
mungkin berbeda dengan proses pendidikan yang kita kenal didalam kelas.
Didalam kelas ada guru dan siswa yang dapat diartikan sebagai orang tua dan
anak.
Ada aturan-aturan yang membatasi siswa dalam berperilaku kepada
gurunya. Apa yang dipelajari didalam kelas cenderung formal. Sedangkan
pendidikan kepramukaan tidak ada status orang tua dan anak.Yang hanya ada
6
5
kakak dan adik, sehingga cenderung santai dan fleksibel. Kegiatannya tidak
berfokus kepada materi-materi akademik. Melainkan materi-materi khusus
kepramukaan yang diselingi atau dipadukan dengan game, sehingga dapat
mengurangi rasa jenuh.7
Disiplin adalah kepatuhan atau menghormati dan melaksanakan suatu
sistem yang mengharuskan orang tunduk pada keputusan, perintah, atau
peraturan yang diberlakukan bagi dirinya sendiri.8 Misalnya senam pagi
adalah salah satu disiplin pribadi.Kepatuhan seseorang terhadap keputusan,
perintah, atau peraturan diberlakukan bagi suatu sistem dimana orang itu
terlibat disebut disiplin perorangan. Disiplin perorangan menuntut orang yang
bersangkutan bertanggung jawab atas pelaksanaan kepatuhan. Tanggung
jawab atas perbuatannya dan pelaksanaan atas keputusan, perintah, dan
peraturan dengan segala akibatnya terletak di tangan orang yang memberi
perintah atau yang membuat keputusan dan perintah. Disiplin perorangan
bersifat individual yaitu berkaitan dengan sifat yang langsung melekat pada
diri seseorang. Jadi, kedisiplinan ialah suatu sistem yang mempunyai tujuan
untuk melatih siswa agar mempunyai sikap bertanggung jawab.
Ada banyak ragam permainan yang dimainkan dalam kegiatan-kegiatan
kepramukaan, permainan-permainan tersebut tentunya memiliki makna, tujuan
dan manfaat bagi setiap individu yang melakukan permainan itu, salah satu
manfaat tersebut yaitu dapat meningkatkan kedisiplinan setiap individu. Hal
ini sesuai dengan permainan Bola Sumpit.
7
Amin Abas dkk, Pedoman Lengkap Gerakan Pramuka(Jakarta: Beringin Jaya, 1994), hal.4.
8
6
Fenomena siswa MTS Unggulan Al-Jadid mengenai tingkat kedisiplinan
di sekolah, menurut peneliti tingkat kedisiplinan siswa MTS Unggulan
Al-Jadid masih kurang seperti tidak mengerjakan tugas tepat waktu, sering
terlambat datang disekolah. Maka dari itu peneliti ingin meningkatkan
kedisiplinan siswa MTS Unggulan Al-Jadid dengan menggunakan permainan
bola sumpit namun, di dunia kepramukaan.
Dengan melihat pembahasan tersebut di atas peneliti ingin mengkaji
tentang kedisiplinan siswa. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Permainan Bola Sumpit Dalam Kepramukaan Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses permainan bola sumpit dalam kepramukaan untuk
meningkatkan kedisiplinan siswa MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo?
2. Bagaimana pengaruh permainan bola sumpit dalam kepramukaan untuk
meningkatkan kedisiplinan siswa MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses permainan bola sumpit dalam kepramukaan
untuk meningkatan kedisiplinan siswa MTS Unggulan Al- Jadid Waru
7
2. Untuk mengetahui pengaruh permainan bola sumpit dalam kepramukaan
untuk meningkatkan kedisiplinan siswa MTS Unggulan Al-Jadid Waru
Sidoarjo
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Untuk membuktikan teori-teori tentang permainan bola sumpit dalam
kepramukaan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa MTS Unggulan
Al-Jadid Waru Sidoarjo.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat mempunyai sikap
disiplin yang akan bermanfaat untuk kehidupannya ke depan.
b. Bagi konselor
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
konselor dalam usaha membantu siswa menjadi disiplin tanpa
menggunakan hukuman.
c. Bagi sekolah
Memberikan bahan acuan bagi pihak sekolah untuk membentuk
pribadi siswa yang disiplin.
E. Metode Penelitian
1.Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian dengan jenis
8
Karena penelitian di sini merupakan penelitian lapangan yang memerlukan
analisis statistic (menggunakan angka-angka untuk memperoleh kebenaran
hipotesis).9 Selain itu penelitian yang dilaksanakan juga merupakan
penelitian yang deskriptif, korelasional, karena penelitian ini adalah
penelitian yang menggambarkan tentang pengaruh permainan bola sumpit
dalam kepramukaan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa MTS
Al-Jadid Waru Sidoarjo.
2. Populasi, sampel dan teknik sampling
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau
subyek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik
kesimpulannya. Di sini peneliti mengambil 80 siswa di MTS Unggulan
Al-Jadid Waru Sidoarjo.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi terbesar dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Misalnya karena
keterbatasan dana tenaga dan waktu, maka peneliti tidak menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang di pelajari dari
sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi
9
9
harus betul-betul respresentatif (mewakili). Sampel di ambil dari kelas
VII dan VIII MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo.
c. Tehnik Sampling
Tehnik sampel yang digunakan adalah Simple Random sampling.
Yaitu sampel diambil secara acak, tanpa memerhatikan tingkatan yang
ada dalam populasi, tiap elemen populasi memiliki peluang yang sama
dan diketahui untuk terpilih sebagai subjek.10Variabel dan Indikator
penelitian.
Jumlah Siswa-Siswi kelas VII, VIII di MTS Unggulan Al-jadid
waru Sidoarjo adalah 80 siswa. Penentuan jumlah sampel
menggunakan rumus Slovin.
n=1+ 2
= 80
1+ 100 0.052
= 64
Jadi Ada 64 siswa dan siswa MTS Unggulan Al-jadid waru
Sidoarjo yang mempunyai sifat kedisiplinan yang dihasilkan dari
pengaruh permainan Bola Sumpit dalam kepramukaan untuk
meningkatkan kedisiplinan siswa MTS Unggulan Al-jadid waru
Sidoarjo.
10
10
3. Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.11Sesuai dengan
judul penelitian ’’Pengaruh permainan bola sumpit dalam kepramukaan
untuk meningkatkan kedisiplinan siswa MTS Unggulan Al-Jadid Waru
Sidoarjo’’.maka ditentukan variabel sebagai berikut:
a. Variabel bebas dan Variabel Terikat
Variabel bebas (X) di sebut pula variabel eksperimental, variabel
pengaruh, variabel perlakuan dan variabel kuasa.Variabel ini
merupakan variabel yang di manipulasi untuk di pelajari efeknya pada
variabel-variabel lain.12
Variabel terikat (Y) di sebut pula variabel terpengaruh, variabel tak
bebas, variabel efek tergantung.Variabel ini merupakan variabel yang
berubah jika berhubungan dengan variabel bebas.13
Dalam penelitian ini dua variabel akan di rinci sebagai berikut:
1) Variabel (X) : Pengaruh Permainan Bola Sumpit
2) Variabel (Y) : Meningkatkan Kedisiplinan Siswa
Hubungan asimetris antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan:
dalam skema berikut ini :
11
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2013), hal 61 12
Latipun, Psikologi Eksperimen edisi kedua (Malang:PT UMM Press, 2006), hal 60 13
Latipun, Psikologi Eksperimen edisi kedua (Malang: PT UMM Press, 2006) , hal 64
Pengaruh permainan Bola Sumpit
11
b. Indikator
Indikator adalah variabel yang membantu kita dalam mengukur
perubahan-perubahan yang terjadi baik secara langsung maupun tidak
langsung. Adapun indikator variabel adalah alat ukur variabel yang
berfungsi mendeteksi secara penuh variabel yang di ukur.
Tabel 1.1Indikator atau ciri-ciri Variabel
Variabel X Variabel Y
1. Memindahkan bola ke dalam
mangkok menggunakan
sumpit dengan cepat.
2. Menyelesaikan permainan
lebih cepat dari yang lain.
3. Menghargai waktu yang
disediakan.
4. Menyelesaikan permainan
sebelum waktu habis.
5. Berhati-hati dalam
memindahkan bola ke dalam mangkok agar tidak jatuh.
1. Memanfaatkan waktu dengan baik
4. Definisi Operasional
Dalam pembahasan ini definisi operasional adalah definisi yang
menjadikan variabel-variabel yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional
dalam kaitannya dengan proses pengukuran variabel tersebut.14
Oleh karena itu, kiranya peneliti membatasi dari sejumlah operasional
yang diajukan dalam penelitian yang berjudul ’’Pengaruh permainan bola
14
12
sumpit dalam kepramukaan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di MTS
Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo.
1. Permainan
Permainan adalah satu perbuatan yang mengandung keasyikan dan
dilakukan atas kehendak diri sendiri, bebas tanpa paksaan dengan
bertujuan untuk memperoleh kesenangan pada waktu mengadakan
kegiatan tersebut. Permainan cukup penting bagi perkembangan jiwa anak.
Oleh karena itu perlu bagi anak-anak untuk diberi kesempatan dan sarana
di dalam kegiatan permainannya. Secara fungsional kegiatan bermain dan
bekerja mengandung perbedaan cukup mendasar, sebab bekerja itu lebih
diarahkan kepada hasil yang akan dicapai, di samping adanya keterikatan
yang lebih ketat daripada sebuah permainan. Dua hal kegiatan anak yakni
bermain dan bekerja dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Bermain, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Sifatnya bebas (tidak terlalu terikat oleh syarat).
b) Tidak berorientasi hasil, tujuannya hanya kesenangan dalam
bermain.
c) Hasilnya (kesenangan) ada dalam kegiatan itu.
d) Hakikatnya untuk anak.
2) Bekerja
a) Sifatnya terikat oleh syarat-syarat tertentu.
b) Berorientasi pada hasil (terutama kepuasan materi) gagal atau
13
c) Hasilnya ada di luar kegiatan, yakni setelah kegiatan tersebut
selesai.
d) Hakikatnya bagi orang dewasa.
Dalam perkembangan nanti, pada gilirannya permainan bagi seorang
anak suatu saat dapat berubah menjadi kegiatan bekerja (bagi orang
dewasa), jika kegiatan permainan tersebut sudah berubah orientasinya,
yakni berorientasi kepada pencapaian hasil.15
Secara lebih umum dalam terma psikologi, Joan Freeman dan Utami
Munandar mendefinisikan bermain sebagai suatu aktivitas yang membantu
anak mencapai perkembangan yang utuh, baik secara fisik, intelektual,
sosial, moral, dan emosional.16
Jadi, Permainan ialah suatu aktifitas yang menyenangkan untuk
dunia anak-anak yang bertujuan untuk melatih motorik anak, dan
perkembangan anak menjadi lebih baik.
2. Bola Sumpit
Bola secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah benda bula yang dibuat dari karet dan sebagainya untuk
bermain- main.17
Sumpit adalah alat makan yang berasal dari Asia Timur, berbentuk
dua batang kayu sama panjang yang dipegang di antara jari-jari salah satu
tangan. Sumpit digunakan untuk menjepit dan memindahkan makanan dari
15
Abu Ahmadi & Munawar Sholeh,Psikologi Perkembangan. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), hal 69-70.
16
Andang Ismail,Education Games, hal 16. 17
14
wadah, dari piring ke satu piring yang lain atau memasukkan makanan ke
dalam mulut. Sumpit bisa dibuat dari bahan seperti bambu, logam, gading
dan plastik yang permukaannya sudah dihaluskan atau dilapisi dengan
bahan pelapis seperti pernis atau cat supaya tidak melukai mulut dan
terlihat bagus.18
Jadi , bola sumpit ialah salah satu permainan dalam kepramukaan
yang dirancang untuk melatih ketelitian siswa, meningkatkan kedisiplinan
siswa, dan kehati-hatian siswa dalam melakukan suatu berbuatan yang bisa
diartikan siswa harus berfikir dulu sebelum bertindak sesuatu tindakannya
baik atau buruk untuk dilakukan , permainan bola sumpit ini dilakukan
diluar ruangan.
3. Kepramukaan
Amin Abas menyatakan bahwa : Gerakan pramuka adalah badan non
pemerintah yang berusaha membantu pemerintah dan masyarakat dalam
membangun bangsanya khususnya di bidang pendidikan melalui kegiatan
kepramukaan dengan menggunakan Prinsip Dasar dan Metode Pendidikan
Kepramukaan (PDMPK).19
Kepramukaan bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari secara
tekun bukan pula merupakan suatu kumpulan dari ajaran-ajaran dan
naskah-naskah buku. Bukan ! Kepramukaan adalah suatu permainan yang
menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi
18
Juandana, Aizza, Tentang Sumpit (Chopsticks), (http//spagiari.blogspot.com/ 2006/01/tentang.sumpit.chopstick.html , diakses 23 februari 2017). Pukul 00.03
19
15
bersama-sama mengadakan pengembaraan seperti kakak beradik,
membina kesehatan, ketrampilan, dan kesediaan memberi pertolongan.20
Jadi, kepramukaan ialah suatu kegiatan yang yang bertujuan untuk
mendidik siswa agar menjadi tunas muda yang lebih disiplin, tangguh.
Didalam kegiatan kepramukaan memang belajar sambil
bersenang-senang.
4. Kedisiplinan
Disiplin adalah kepatuhan atau menghormati dan melaksanakan
suatu sistem yang mengharuskan orang tunduk pada keputusan, perintah,
atau peraturan yang diberlakukan bagi dirinya sendiri.21 Misalnya senam
pagi adalah salah satu disiplin pribadi.Kepatuhan seseorang terhadap
keputusan, perintah, atau peraturan diberlakukan bagi suatu sistem dimana
orang itu terlibat disebut disiplin perorangan.Disiplin perorangan menuntut
orang yang bersangkutan bertanggung jawab atas pelaksanaan kepatuhan.
Tanggung jawab atas perbuatannya dan pelaksanaan atas keputusan,
perintah, dan peraturan dengan segala akibatnya terletak di tangan orang
yang memberi perintah atau yang membuat keputusan dan
perintah.Disiplin perorangan bersifat individual yaitu berkaitan dengan
sifat yang langsung melekat pada diri seseorang.
Menurut Mar’at disiplin adalah sikap perseorangan atau atau
kelompok yang menjamin adanya kepatuhan terhadap perintah-perintah
yang berinisiatif untuk melakukan suatu tindakan yang perlu seandainya
20
Amin Abas dkk,Pedoman Lengkap Gerakan Pramuka(Jakarta: Beringin Jaya, 1994), hal 5
21
16
tidak ada perintah. Hal ini merupakan hasil latihan-latihan yang efektif dan
kepemimpinan yang baik.22
Jadi, kedisiplinan ialah suatu sistem yang mempunyai tujuan untuk
melatih siswa agar mempunyai sikap bertanggung jawab.
5. Teknik pengumpulan data
Adapun cara atau metode pengumpulan data yang akan digunakan
berupa interview, angket, observasi dan dokumentasi. Untuk
mengumpulkan data, antara lain:
a. Wawancara
Wawancara di gunakan sebagai teknik sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dan respondennya sedikit atau
kecil.23Metode ini di terapkan dalam rangka mencari informasi tentang
kedisiplinan siswa MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo.
b. Kuesioner (Angket)
Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis mengenai sesuatu masalah kepada responden untuk
dijawabnya.24Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang
pengaruh permainan Bola Sumpit dalam kepramukaan untuk
22
Lemhannas,Disiplin Nasional(Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hal 11 23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013), hal 137
24
17
meningkatkan kedisiplinan siswa MTS Unggulan AL-Jadid Waru
Sidoarjo.
Cara memberikan nilai dalam penelitian tersebut adalah dengan
menggunakan angket yang hanya memberikan tanda (x) pada lembar
soal yang telah di sediakan oleh peneliti.Quesioner berisi alternative
jawaban dari selalu, sering, pernah, tidak pernah sesuai dengan nilai
4-1 selain itu dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Dengan skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat
berupa pernyataan atau pertanyaan.25
Tabel 1.2 ItemFavorable
Angket Favorable 4 : Selalu
3 : Sering 2 : Pernah 1 : Tidak Pernah
c. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan pengumpulan data
dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan
objek penelitian yang mendukung kegiatan penelitian, sehingga di
dapat gambaran secara jelas tentang kondisi objek penelitian
25
18
tersebut.26Observasi berguna untuk menjelaskan, memeriksa dan
merinci gejala yang terjadi. Teknik observasi dilakukan dengan
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang telah
ditentukan, guna memperoleh data yang langsung dapat diambil oleh
peneliti. Pada penelitian ini observasi yang dilakukan adalah
mengamati kedisiplinan siswa-siswi MTS Unggulan Al-Jadid Waru
Sidoarjo.
d. Dokumentasi
Merupakan metode pengumpulan data melalui peninggalan tertulis,
seperti arsip-arsip termasuk buku tentang pendapat teori-teori,
hukum-hukum lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Metode ini
digunakan untuk mencari data tentang struktur organisasi di MTS
Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo, jumlah guru, jumlah siswa serta
sarana dan prasarana dan data- data lain yang di perlukan. Dalam metode
ini peneliti menggunakan instrument pengumpulan data berupa check
list.
6. Teknik analisis data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah di pahami dan temuannya dapat di
informasikan pada orang lain.
26
19
Seluruh sampel mengisi lembar jawaban yang telah disediakan dengan
cara memberikan tanda silang (x) pada lembar jawaban yang telah
disediakan. Tekhnik sampel yang digunakan adalah Simple Random
Sampling. Yaitu Sampel yang diambil secara acak, tanpa memerhatikan
tingkatan yang ada dalam populasi, tiap elemen populasi memiliki peluang
yang sama dan diketahui untuk terpilih sebagai subjek.27
G. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini agar menjadi bahan kajian yang mudah maka peneliti
menyusun sistematika pembahasannya sebagai berikut.
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari : Latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian yang terdiri dari : pendekatan
dan jenis penelitian, populasi, variabel dan indikator penelitian, definisi
operasional, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan sistematika
pembahasan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Membahas tentang kajian teoritik yang membahas tentang permainan, game
bola sumpit, kepramukaan, dan kedisiplinan, agar nanti peneliti mengetahui
cara meningkatkan kedisiplinan siswa dalam kepramukaan melalui permainan
bola sumpit. Hasil penelitian yang terdahulu yang relevan dan hipotesis
penelian.
BAB III : PENYAJIAN DATA
27
20
Membahas tentang penyajian data, disini penulis memasukkan tentang sejarah
berdirinya, letak geografis, keadaan siswa, keadaan sarana dan prasarana yang
ada di MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo.Setelah itu adapun deskripsi
hasil penelitian dan penguji hipotesis adakah pengaruh permainan bola sumpit
dalam kepramukaan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di MTS
Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo.
BAB IV : ANALISIS DATA
Bab ini berisi pemaparan tentang argumentasi teoritis terhadap hasil pengujian
hipotesis. Misalnya, hipotesis penelitian ditolak atau tidak terbukti, maka
berikan alasan-alasan mengapa tidak terbukti.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan Merupakan jawaban
langsung dari penelitian. Hal ini perlu diingat bahwa simpulan harus sesuai
dengan fokus. Saran merupakan anjuran bagi kemungkinan dilaksanakan
tindakan atas dasar kesimpulan yang dihasilkan dan dikaitkan dengan manfaat
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik 1. Permainan
a. Pengertian Permainan
Permainan adalah satu perbuatan yang mengandung
keasyikan dan dilakukan atas kehendak diri sendiri, bebas tanpa
paksaan dengan bertujuan untuk memperoleh kesenangan pada
waktu mengadakan kegiatan tersebut. Permainan cukup penting bagi
perkembangan jiwa anak.Oleh kerena itu perlu bagi anak-anak untuk
diberi kesempatan dan sarana di dalam kegiatan permainannya.
Secara fungsional kegiatan bermain dan bekerja mengandung
perbedaan cukup mendasar, sebab bekerja itu lebih diarahkan kepada
hasil yang akan dicapai, di samping adanya keterikatan yang lebih
ketat daripada sebuah permainan.
Dua hal kegiatan anak yakni bermain dan bekerja dapat
dibedakan sebagai berikut:
1) Bermain, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Sifatnya bebas (tidak terlalu terikat oleh syarat).
b) Tidak berorientasi hasil, tujuannya hanya kesenangan
dalam bermain.
c) Hasilnya (kesenangan) ada dalam kegiatan itu.
22
d) Hakikatnya untuk anak.
2) Bekerja
a) Sifatnya terikat oleh syarat-syarat tertentu.
b) Berorientasi pada hasil (terutama kepuasan materi) gagal
atau berhasilnya menjadi masalah yang penting.
c) Hasilnya ada di luar kegiatan, yakni setelah kegiatan
tersebut selesai.
d) Hakikatnya bagi orang dewasa.
Dalam perkembangan nanti, pada gilirannya permainan bagi
seorang anak suatu saat dapat berubah menjadi kegiatan bekerja
(bagi orang dewasa), jika kegiatan permainan tersebut sudah berubah
orientasinya, yakni berorientasi kepada pencapaian hasil.28
Secara lebih umum dalam istilah psikologi, Joan Freeman
dan Utami Munandar mendefinisikan bermain sebagai suatu aktivitas
yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik
secara fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional.29
b. Sifat permainan
1) Permainan gerak atau disebut juga permainan fungsi yakni,
permainan yang dilaksanakan anak dengan gerakan-gerakan,
dengan tujuan untuk melatih fungsi organ tubuh melatih panca
indera. Contoh: Anak melempar-lemparkan benda
menggerak-gerakan kaki meremas-remas benda lain.
28
Abu Ahmadi & Munawar Sholeh,Psikologi Perkembangan. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), hal 69-70.
29
23
2) Permainan fantasi atau peran, yakni seorang anak melakukan
permainan karena di pengaruhi oleh fantasinya. Ia memerankan
sesuatu kegiatan, seolah-olah sungguhan. Contoh: Bermain
mobil-mobilan dengan membalikkan kursi berperan sebagai
ABRI, sebagai ayah, mantan dan lain-lain.
3) Permainan Receptif (menerima), yakni anak mengadakan
permainan berdasarkan atas ransangan yang di terima dari luar
baik melalui cerita, atau gambar serta kegiatan lain yang sangat
dilihat anak. Contoh: Asyik melihat gambar/TV, tidak mau
mandi seperti cerita yang ia terima, dan lain-lain.
4) Permainan bentuk yakni; anak mencoba membentuk (konstruksi)
suatu karya atau juga merusak (destruktif) suatu karya yang ada ,
karena ingin tahu atau ingin merubahnya.
Permainan ini ada tingkatnya:
a) Membuat sesuatu, tetapi belum dapat memberi nama.
b) Membuat sesuatu, dan dapat memberi nama.
c) Menentukan dan membuat nama dulu, sebelum membuat
sesuatu.
d) Membuat sesuatu, sudah lengkap agak mirip dengan
kondisi bentuk sebenarnya yang di kehendaki.30
30
24
c. Manfaat permainan
1) Untuk perkembangan aspek fisik ialah melatih otot tubuh , agar
tumbuh dan kuat.
2) Untuk perkembangan aspek motoric kasar dan halus ialah, agar
segala gerakan motorik akan mudah berkembang.
3) Untuk perkembangan aspek sosial ialah, agar menimbulkan rasa
kebersamaan, memecahkan masalah bersama, dan lain lain.
4) Untuk perkembangan aspek emosi atau kepribadian ialah, agar
dapat melepaskan ketegangan, memenuhi dorongan dalam diri.
5) Untuk perkembangan aspek kognisi ialah, agar dapat melatih
kreatifitas dapat berkembang melalui permainan.
6) Untuk perkembangan aspek penginderaan ialah, agar dapat
melatih panca indera akan semakin tajam.
7) Untuk perkembangan aspek keterampilan olahraga ialah,
kekuatan, keuletan, koordinasi akan berkembang.
8) Untuk media terapi ialah, agar permainan dapat dijadikan media
psikoterapi.31
d. Nilai pendidikan dalam permainan
1) Kesehatan dan kekuatan jasmani, untuk perkembangan dan
pertumbuhan jasmani (panca indera lebih tajam)
2) Kesegaran jasmani, untuk meningkatkan fungsi organ dan
meningkatkan kesegaran jasmani
31Drijakara, “
25
3) Penguasaan bahasa, untuk keperluan berkomunikasi agar anak
menguasai bahasa
4) Rasa seni dan keindahan, untuk seni gerak, penguasaan irama ,
seni suara dan seni bahasa.
5) Budi pekerti baik, untuk menumbuhkan rasa kebersamaan,
meningkatkan kedisiplinan, keberanian, menghormati dan
lain-lain.
6) Perkembangan sosial anak, untuk memperkenalkan lingkungan,
dirinya, lawan dan lain-lain.32
2.1 Permainan dilihat dari beberapa teori modern
Teori Peran permainan dalam
perkembangan anak
Psikoanalitik Mengatasi pengalaman traumatic, coping
terhadap frustasi
Kognitif- piaget Mempraktekkan dan melakukan
konsolidasi konsep serta ketrampilan
yang telah dipelajari
Kognitif-Vygotsky Bisa mengatur diri
Kognitif-Bruner/Sulton
Smith
Memunculkan fleksibilitas perilaku dan
berfikir, imajinasi dan narasi
32Drijakara, “
26
Siger Mengatur anak terjaga pada tingkat
optimal dengan menambah stimulasi
Arousal Modulation Membuat anak terjaga pada tingkat
optimal dengan menambah stimulasi
Bateson Memajukkan kemampuan untuk
memahami berbagi tingkatan makna
Usia anak Remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP) 10-12 tahun:
a) Anak lebih kritis
b) Tidak mau disamakan dengan tahun sebelumnya
c) Pertumbuhan putra lebih kuat
d) Dibedakkan latihan putra dan putri
e) Permainan beregu yang lebih sulit dan komplek33
e. Macam- macam permainan
1) Permainan Kecil
Yaitu suatu bentuk permainan yang tidak mempunyai
peraturan tertent, baik mengenai peraturan permainannya, alatnya,
ukuran lapangan, mengenai waktu pelaksanaan.
Macam-macam permainan kecil:
a) Permainan kecil tanpa alat (lari bolak-balik, menjala ikan,
kucing dan tikus, gobak sodor, dan lain-lain.
33Drijakara, “
27
b) Permainan kecil dengan alat (lari bolak-balik sambil
memindahkan benda, main tali, kasti, rounders, dan
lain-lain).34
2) Permainan Besar
Yaitu macam-macam permainan yang sudah mempunyai
wadah atau organisasi baik nasional maupun internasional.
Macam-macam perminan besar:
a) Permainan besar dengan bola kecil
b) Tenis meja, bulu tangkis, golf, base ball, soft ball, dan
lain-lain.
c) Bola voli, bola basket, sepak bola, polo air, bola tangan.35
2. Bola Sumpit
Bola secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah benda bula yang dibuat dari karet dan sebagainya untuk
bermain- main.36
Sumpit adalah alat makan yang berasal dari Asia Timur, berbentuk
dua batang kayu sama panjang yang dipegang di antara jari-jari salah
satu tangan. Sumpit digunakan untuk menjepit dan memindahkan
makanan dari wadah, dari piring ke satu piring yang lain atau
34Drijakara, “
Permainan dan metodik II” (online),(http// Staff.uny.ac.id/Permainan , diakses 23 februari 2017). Pukul 00.03
35
Drijakara, “Permainan dan metodik II” (online),(http// Staff.uny.ac.id/Permainan , diakses 23 februari 2017). Pukul 00.03
36
28
memasukkan makanan ke dalam mulut. Sumpit bisa dibuat dari bahan
seperti bambu, logam, gading dan plastic yang permukaannya sudah
dihaluskan atau dilapisi dengan bahan pelapis seperti pernis atau cat
supaya tidak melukai mulut dan terlihat bagus.37
Bola sumpit merupakan salah satu permainan dalam kepramukaan
yang dirancang untuk melatih ketelitian siswa, meningkatkan
kedisiplinan siswa, dan kehati-hatian siswa dalam melakukan suatu
perbuatan yang bisa diartikan siswa harus berfikir dulu sebelum
bertindak sesuatu tindakannya baik atau buruk untuk dilakukan ,
permainan bola sumpit ini dilakukan diluar ruangan.
a. Alat dan bahan
1) Bola pingpong plastik 33 biji
2) 11 pasang sumpit
3) 22 mangkok plastik
b. Petunjuk permainan
1) Peneliti menginstruksikan siswa untuk membentuk
masing-masing 6 ronde yang berisi 10 sampai 11 orang.
2) Kemudian peneliti menyiapkan 11 pasang sumpit dan 33 bola
yang di letakkan didalam mangkok, masing-masing mangkok
berisi 3 bola pingpong.
37
29
3) Masing-masing siswa memindahkan bola ke dalam mangkok
yang kosong dalam kurun waktu 3 menit dengan secepat
mungkin dan segera lari ke garis finish.
4) Jika ronde pertama sudah selesai akan di ambil 1 pemenang.
5) Dilanjutkan ronde selanjutnya,sampai ronde keenam dan
masing-masing ronde diambil 1 pemenang juga.
6) Dari 6 siswa yang menang itu adu kembali dan akan di ambil 3
terbaik sebagai pemenang permainan
c. Pelanggaran terhadap permainan Bola Sumpit
Bola jatuh ke tanah saat akan dikenakan diskualifikasi
3. Kepramukaan
a. Pengertian Kepramukaan
Amin Abas menyatakan bahwa : Gerakan pramuka adalah
badan non pemerintah yang berusaha membantu pemerintah dan
masyarakat dalam membangun bangsanya khususnya di bidang
pendidikan melalui kegiatan kepramukaan dengan menggunakan
Prinsip Dasar dan Metode Pendidikan Kepramukaan (PDMPK).38
Kepramukaan bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari
secara tekun bukan pula merupakan suatu kumpulan dari
ajaran-ajaran dan naskah-naskah buku.Bukan ! Kepramukaan adalah suatu
permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang
38
30
dewasa dan anak-anak pergi bersama- sama mengadakan
pengembaraan seperti kakak beradik, membina kesehatan,
ketrampilan, dan kesediaan memberi pertolongan.39
Dari pengertian kepramukaan di atas maka hakikat
kepramukaan adalah :
1) Suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan yang
menyenangkan bagi anak dan pemuda di bawah tanggung jawab
orang dewasa artinya proses pendidikan dalam kepramukaan
dikemas semenarik mungkin berbeda dengan proses pendidikan
yang kita kenal didalam kelas. Didalam kelas ada guru dan siswa
yang dapat diartikan sebagai orang tua dan anak. Ada
aturan-aturan yang membatasi siswa dalam berperilaku kepada gurunya.
Apa yang dipelajari didalam kelas cenderung formal. Sedangkan
pendidikan kepramukaan tidak ada status orang tua dan anak.
Yang hanya ada kakak dan adik , sehingga cenderung santai dan
fleksibel. Kegiatannya tidak berfokus kepada materi-materi
akademik. Melainkan materi-materi khusus kepramukaan yang
diselingi atau dipadukan dengan (game) sehingga dapat
mengurangi rasa jenuh.
2) Pramuka dilaksanakan diluar lingkungan pendidikan sekolah
dan diluar pendidikan keluarga yang menggunakan prinsip dasar
dan metode pendidikan kepramukaan. Artinya, pramuka
39
31
dilakukan di luar jam sekolah. Kegiatan ini dilaksanakan dalam
bentuk estrakulikuler yang dapat dipilih oleh siswa sebagai
kegiatan tambahan selain belajar didalam kelas bersama guru.
Kegiatannya harus berprinsip pada metode dan dasar pendidikan
kepramukaan.
b. Sifat Kepramukaan
Resolusi konferensi kepramukaan sedunia tahun 1924, di
Kopenhagen Denmark menyatakan bahwa kepramukaan mempunyai
tiga sifat antara lain:
1) Nasional, artinya organisasi yang menyelenggarakan
kepramukaan di suatunegara haruslah menyesuaikan pendidikan
itu dengan keadaan, kebutuhan dankepentingan masyarakat,
bangsa dan negara itu.
2) Internasional, artinya organisasi kepramukaan di suatu negara
manapun didunia ini harus membina dan mengembangkan rasa
persaudaraan danpersahabatan antara sesama pramuka dan
sesama manusia, tanpa membedakan kepercayaan, agama,
golongan, tingkat, suku dan bangsa.
3) Universal, artinya kepramukaan dapat digunakan di mana saja
32
pendidikannya selalumenggunakan Prinsip Dasar dan Metode
Pendidikan Kepramukaan (PDMPK)40
c. Fungsi Kepramukaan
Kepramukaan mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Kegiatan menarik bagi anak dan pemuda(game)
Kegiatan menarik ini maksudnya adalah kegiatan yang
menyenangkan tetapi mengandung pendidikan. Sedapat mungkin
kegiatan pramuka dirancang dengan menarik. Karena pesertanya
adalah usia anak-anak yang masih dalam taraf bermain maka
akan lebih cocok jika kegiatannya diisi dengan permainan yang
mendidik. Kegiatan permainan ini cocok untuk diterapkan pada
pramuka usia siaga (7-10 tahun) dan pramuka usia penggalang
(11-15 tahun). Kegiatan yang dilakukan antara lain : senam
tongkat, senam semaphore, belajar mengirim berita melalui
kata-kata sandi, belajar mengenal alam dengan mengajaknya
jalan-jalan santai dan belajar menyanyi.
2) Pengabdian(job)bagi orang dewasa
Bagi orang dewasa pramuka bukan lagi bermain, melainkan
suatu tugas yang memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan
pengabdian. Kewajibannya adalah dengan sukarela membaktikan
dirinya demi suksesnya pencapaian tujuan organisasi. Biasanya
40
33
kegiatan ini dilakukan oleh pramuka usia penegak (16-20 tahun)
dan pramuka usia pandega (21-25 tahun) akan lebih cocok jika
kegiatannya langsung diabdikan kepada masyarakat seperti:
pengumpulan dan untuk membantu korban bencana, menjadi
sukarelawan di daerah bencana dan lain-lain.
3) Alat(means)bagi masyarakat dan organisasi
Kepramukaan merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat setempat. Dan juga alat bagi organisasi untuk
mencapai tujuan organisasinya.
Masyarakat pada dasarnya menginginkan kehidupan yang
aman, damai dan sejahtera. Untuk menciptakan kehidupan yang
demikian diperlukan insan-insan yang tangguh secara lahir dan
batin. Namun untuk menciptakan insan yang diharapkan tidak
hanya cukup dengan pendidikan formal saja. Masyarakat masih
membutuhkan peran lain di luar pendidikan formal. Salah
satunya adalah dengan kegiatan kepramukaan. Karena dalam
Anggaran Dasar Gerakan Pramuka pasal 4 dijelaskan tujuan
gerakan pramuka yang salah satunya adalah membina dan
mendidik kaum muda Indonesia agar dapat membangun dirinya
secara mandiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa dan negara. Jadi kegiatan kepramukaan
yang diberikan sebagai latihan berkala dalan satuan pramuka itu
34
d. Sasaran Pendidikan Kepramukaan
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka memberikan penjelasan
bahwa usaha gerakan pramuka dalam mencapai tujuan harus
mengarah pada pengembangan dan pembinaan watak, mental,
jasmani, rohani, bakat, pengetahuan, dan kecakapan kepramukaan
melalui kegiatan yang dilakukan secara praktik yang mengenalkan
sistem among dan prinsip dasar dan metode pendidikan
kepramukaan agar peserta didik memiliki:
1) keyakinan beragama yang kuat.
2) mental dan moral yang tinggi serta berjiwa pancasila.
3) sehat, segar jasmani dan rohani yang kuat.
4) cerdas, tangkas, terampil.
5) berjiwa kepemimpinan dan patriotic.
6) kesadaran dan peka terhadap perubahan lingkungan.
7) banyak pengalaman.
Dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka pasal 11
menyebutkan bahwa metode kepramukaan merupakan cara belajar
progresif melalui hal-hal berikut ini:
1) Pengalaman terhadap Kode Kehormatan Pramuka
Kode kehormatan adalah suatu norma atau ukuran
kesadaran mengenai akhlak (budi dan perbuatan baik) yang
tersimpan di dalam hati seseorang sebagai akibat karena orang
35
adalah norma dalam kehidupan dan penghidupan para anggota
gerakan pramuka yang merupakan ukuran, norma atau standar
tingkah laku kepramukaan seorang pramuka Indonesia.Kode
kehormatan terdiri atas :
a) Janji atau Satya.
b) Ketentuan-ketentuan Moral (Dharma).
2) Belajar Sambil Melakukan
Belajar sambil melakukan berarti belajar dengan langsung
praktek.Contohnya adalah kegiatan P3K. Pramuka tidak hanya
mempelajari bagaimana membalut luka, tapi juga langsung
mempraktekan pada manusia secara langsung dengan prosedur
yang tepat.
3) Sistem Berkelompok
Sistem berkelompok dilaksanakan supaya peserta didik
memperoleh kesempatan untuk belajar memimpin dan dipimpin,
belajar mengurus dan mengorganisir anggota kelompok, belajar
memikul tanggung jawab, belajar mengatur diri, menyesuaikan
diri dan bekerja sama dengan sesamanya.
4) Kegiatan yang Menantang dan Mendidik
Kegiatan menarik merupakan unsur yang diperlukan dalam
perkembangan kegiatan kepramukaan, karena menurut para ahli
dalam kegiatan kepramukaan aktivitas yang dilakukan sengaja
36
mendidik dan bermanfaat. Masing-masing kegiatan dibagi dan
dikelompokkan menurut usia sehingga tepat sasaran sesuai
perkembangan jasmani dan rohani.
e. Tujuan Gerakan Pramuka
Anggaran Dasar Gerakan Pramuka (ADGP) pasal 4
mengemukakan bahwa tujuan gerakan pramuka adalah mendidik dan
membina kaum muda Indonesia agar menjadi manusia
berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur yang:
1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, kuat
mental dan tinggi moral.
2) tinggi kecerrdasan dan mutu ketrampilannya.
3) kuat dan sehat jasmaninya.
Warga negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila,
setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, dapat
membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki
kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan, baik lokal,
nasional, maupun internasional.
f. Tugas Pokok Gerakan Pramuka
Anggaran Dasar Gerakan Pramuka (ADGP) pasal 5
menguraikan bahwa tugas pokok gerakan pramuka adalah
37
menumbuhkan tunas-tunas bangsa agar menjadi generasi yang lebih
baik, tangguh, tanggung jawab, dan mampu membina serta mengisi
kemerdekaan. Tugas Pokok Gerakan Pramuka juga bertugas
menyelenggarakan pendidikan kepramukaan bagi anak dan pemuda
Indonesia menuju ke tujuan Gerakan pramuka sehingga dapat
membentuk tenaga kader pembangunan yang berjiwa Pancasila dan
sanggup serta mampu menyelenggarakan pembangunan masyarakat,
bangsa dan negara.
g. Prinsip Dasar Kepramukaan
Anggaran Dasar Gerakan Pramuka (ADGP) pasal 10 ayat 1
menyebutkan Prinsip Dasar Kepramukaan antara lain:
1) Iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup, alam dan
seisinya.
3) Peduli terhadap diri pribadinya.
4) Taat kepada kode kehormatan pramuka.
h. Ciri Khas Kepramukaan
Kegiatan kepramukaan merupakan sebuah bentuk kegiatan
yang lain dari pada kegiatan yang lain. Kegiatan kepramukaan
memiliki ciri khas antara lain:
1) Bersifat sukarela.
2) Terbuka
38
4) Bermetode
5) Memiliki suatu sistem nilai.
i. Sistem Nilai
Sistem nilai gerakan pramuka dituangkan ke dalam kode etik
atau kode kehormatan gerakan pramuka yang disesuaikan dengan
golongan usia dan tingkat perkembangan jasmani dan rohani peserta
didik.
j. Penggolongan Pramuka Menurut Usia
Anggota pramuka digolongkan berdasarkan usia peserta didik
sebagai berikut:
1) Anak-anak dengan usia 7 s/d 10 tahun masuk golongan siaga.
2) Pemuda dengan usia 11 s/d 15 tahun masuk golongan
penggalang.
3) Pemuda dengan usia 16 s/d 20 tahun masuk golongan penegak.
4) Pemuda dewasa usia 21 s/d 25 tahun masuk golongan pandega
k. Kode Kehormatan Pramuka
Kode kehormatan pramuka adalah suatu norma dalam
kehidupan dan penghidupan para anggota gerakan pramuka yang
merupakan ukuran, norma, atau standar tingkah laku kepramukaan
seorang pramuka Indonesia. Kode kehormatan pramuka terdiri dari
39
1) Janji (Satya)
Janji yang dipegang itu adalah Tri satya (pramuka penggalang).
Rumusan
Tri satya untuk pramuka penggalang adalah sebagai berikut:
“Tri satya“
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh:
a) Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan menjalankan Pancasila
b) Menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri
membangun masyarakat.
c) Menepati Dharma Ketentuan-ketentuan Moral (Dharma)
Ketentuan-ketentuan moral berisi 10 prinsip. Sehingga
disebut Dasa Dharma yang meliputi:
a) Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b) Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.
c) Patriot yang sopan dan kesatria.
d) Patuh dan suka bermusyawarah.
e) Rela menolong dan tabah.
f) Rajin, terampil dan gembira.
g) Hemat, cermat dan bersahaja
h) Disiplin, berani, dan setia
i) Bertanggungjawab dan dapat dipercaya.
40
Kode kehormatan untuk masing-masing golongan usia
berbeda-beda disesuaikan dengan perkembangan jasmani dan
rohani masing-masing golongan anggota pramuka, yaitu:
1) Siaga
a) Janji : Dwi Satya
b) Dharma : Dwi Dharma
2) Penggalang
a) Janji : Tri Satya
b) Dharma : Dasa Dharma
3) Penegak
a) Janji : Tri Satya
b) Dharma : Dasa Dharma
4) Pandega
a) Janji : Tri Satya
b) Dharma : Dasa Dharma
4. Kedisiplinan a. Pengertian
Dalam buku disiplin nasional yang disusun oleh Lembaga
Ketahanan Nasional .41
Istilah disiplin dalam Bahasa Indonesia
berasal dari bahasa Belanda yang kemudian dipengaruhi juga oleh
Bahasa Inggris. Istilah disiplin menurut pengertian dua bahasa
41
41
tersebut dari bahasa latin “diciplina’’. Muncul beberapa makna kata dalam disiplin sebagai berikut:
1) Latihan yang memperkuat. Disiplin dikatikan dengan latihan
yang memperkuat terutama ditekankan pada pikiran dan watak
untuk menghasilkan kendali diri, kebiasaan untuk patuh dan
sebagainya. Latihan-latihan dalam rangka menghasilkan
kebiasaan patuh dapat dilihat pada penanaman disiplin di
kalangan Angkatan Bersenjata, ibadah puasa dapat digolongan
sebagai suatu latihan dalam arti penanaman disiplin yang
bertujuan mempertinggi kendali diri.
2) Koreksi dan sanksi. Arti disiplin dalam kaitannya koreksi atau
sanksi terutama diperlukan dalam suatu lembaga yang telah
mempunyai tata tertib yang baik. Bagi yang melanggar tata
tertib dapat dilakukan dua macam tindakan yaitu berupa
koreksi untuk memperbaiki kesalahan dan berupa sanksi.
Keduanya harus dilaksanakan secara kosisten untuk mencegah
terjadinya penyimbangan dalam pelanggaran terhadap norma
dan kaidah yang telah disepakati bersama.
3) Kendali atau terciptanya ketertiban dan keteraturan. Orang
yang berdisplin adalah orang-orang yang mampu
mengendalikan dirinya. Hal ini dapat berpengaruh terhadap
42
ketertiban dan keteraturan menghasilkan suatu sistem dan
aturan tata laku.
4) Sistem aturan tata laku. Setiap kelompok, manusia, masyarakat,
dan bangsa selalu terikat pada berbagai peraturan yang
mengatur hubungan sesama anggotanya maupun hubungan
dengan masyarakat, bagsa, dan negara.
Jadi disiplin adalah kepatuhan atau menghormati dan
melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang tunduk pada
keputusan, perintah, atau peraturan yang diberlakukan bagi dirinya
sendiri.42Misalnya senam pagi adalah salah satu disiplin pribadi.
Kepatuhan seseorang terhadap keputusan, perintah, atau
peraturan diberlakukan bagi suatu sistem dimana orang itu terlibat
disebut disiplin perorangan.Disiplin perorangan menuntut orang
yang bersangkutan bertanggung jawab atas pelaksanaan
kepatuhan.Tanggung jawab atas perbuatannya dan pelaksanaan atas
keputusan, perintah, dan peraturan dengan segala akibatnya terletak
di tangan orang yang memberi perintah atau yang membuat
keputusan dan perintah.Disiplin perorangan bersifat individual yaitu
berkaitan dengan sifat yang langsung melekat pada diri seseorang.43
Menurut Mar’at disiplin adalah sikap perseorangan atau atau
kelompok yang menjamin adanya kepatuhan terhadap
perintah-perintah yang berinisiatif untuk melakukan suatu tindakan yang
42
Lemhannas,Disiplin Nasional(Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hal 11 43
43
perlu seandainya tidak ada perintah.Hal ini merupakan hasil
latihan-latihan yang efektif dan kepemimpinan yang baik.44
Elizabeth B. Hurlock menyatakan bahwa disiplin berasal dari
kata yang sama“disiple’’ yakni seseorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin. Orang tua dan guru
merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari
cara mereka hidup yang menuju kehidupan yang berguna dan
bahagia. Jadi disiplin merupakan masyarakat mengajari anak
perilaku moral yang disetujui kelompok.45
Dalam Gerakan Disiplin Nasional Menyongsong Era
Keterbukaan tahun 2020 mngemukakan bahwa disiplin adalah
ketaan terhadap peraturan dan norma kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara yang berlaku dan dilaksanakan secara
sadar, ikhlas lahir batin sehingga timbul rasa malu terhadap sanksi
dan rasa malu terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Terbentuknya Disiplin
Dalam buku Disiplin Nasional yang disusun oleh Lembaga
Ketahanan Nasional disebutkan bahwa disiplin tidak terjadi dengan
sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan, dan
diterapkan dalam semua aspek menerapkan sanksi serta dengan
bentuk ganjaran dan hukuman sesuai dengan amal perbuatan para
pelaku. Disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil
44
Lemhannas,Disiplin Nasional(Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hal 12
45
44
interaksi dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Oleh
karena itu pembentukan disiplin tunduk pada kaidah-kaidah proses
belajar. Dalam membentuk disiplin harus ada pihak yang memiliki
kekuasaan yang lebih tinggi sehingga mampu mempengaruhi tingkah
laku pihak lain ke arah tingkah laku yang diinginkan. Secara garis
besar terbentuknya disiplin adalah sebagai berikut:
1) Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus
ditumbuhkan, dikembangkan, dan diterapkan dalam semua
aspek, menerapkan sanksi dan ganjaran serta hukuman sesuai
perbuatan para pelaku.
2) Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui
proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban. Hal
ini tercipta melalui proses binaan keluarga, pendidikan, dan
pengalaman atau pengenalan dari keteladanan lingkungannya.
3) Disiplin itu lahir, tumbuh dan berkembang dari sikap seseorang
di dalam sistem nilai budaya yang telah ada didalam masyarakat.
Disiplin akan tumbuh bila melalui latihan pendidikan atau
penanaman kebiasaan dengan keteladanan-keteladanan tertentu
yang harus dimulai sejak ada dalam lingkungan keluarga, pada
masa kanak-kanak dan terus tumbuh berkembang menjadikannya
45
4) Disiplin yang mantap pada hakekatnya akan tumbuh dan
terpancar dari hasil kesadaran manusia. Disiplin yang tidak
bersumber pada hati nurani manusia akan menghasilkan disiplin
yang lemah dan tidak bertahan lama atau akan lekas pudar.
c. Unsur-unsur Disiplin
Sebelum seseorang memiliki sikap disiplin maka akan
didahului oleh serangkaian sikap yang akan mendorong terbentuknya
sikap disiplin. Sikap-sikap inilah yang kemudian disebut sebagai
unsur-unsur disiplin. Unsur-unsur disiplin meliputi tiga hal, antara
lain:
1) Pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan,
perilaku,norma, kriteria dan standar sehingga menumbuhkan
pengertian yang mendalam.
2) Sikap mental (mental attitude). Sikap mental merupakan sikap
taat dan tertib sebagai hasil dan pengembangan dari latihan,
pengendalian pikiran, dan pengendalian watak.
3) Sikap kelakuan yang wajar yang menunjukkan kesungguhan hati
untuk mentaati segala hal secara hormat dan tertib.(Kwarnas
Gerakan Pramuka, Jadi, disiplin dapat dibedakan menjadi
disiplin dalam hal sikap mental, disiplin berkata-kata, disiplin
belajar, disiplin bertindak. Unsur tersebut membentuk suatu pola
keperibadiaan yang menunjukkan perilaku disiplin atau tidak
46
Selain pendapat di atas, Elizabeth B. Hurlock mengemukakan
unsur-unsur disiplin yang diharapkan mampu mendidik anak untuk
berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial
mereka. Ia harus mempunyai empat unsur pokok, yaitu:
1) Peraturan
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku.
Pola tersebut bisa ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman
bermain. Tujuannya adalah membekali anak dengan pedoman
perilaku yang disetujui dalam situasi-situasi tertentu. Dalam hal
peraturan sekolah misalnya; peraturan ini mengatakan pada anak
apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan sewaktu
berada didalam kelas, lapangan sekolah, kantin. Peraturan
berfungsi mendidik, sebab peraturan memperkenalkan pada
anak perilaku yang disetujui anggota kelompok tersebut.
Peraturan juga membantu mengekang perilaku yang tidak
diinginkan.
d. Bentuk-bentuk Disiplin
Bentuk-bentuk disiplin antara lain:
1) Datang dan pulang tepat waktu dari jadwal yang telah
ditentukan.
2) Berpakaian sesuai ketentuan yang berlaku di sekolah.
47
4) Mengikuti upacara bendera yang dilaksanakan oleh sekolah
dengan tertib dan khidmat.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin
Menurut Hasan Basri ada dua faktor yang dapat membantu tegaknya
disiplin dalam kehidupan seseorang.
1) Faktor Internal
Keadaan yang dapat dianggap sebagai isi dari faktor
internal adalah:
a) Taraf kesadaran diri. Taraf kesadaran diri adalah kesadaran
yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang
tanpa paksaan dari pihak manapun. Ini merupakan hal yang
cukup ampuh untuk mewujudkan disiplin.
b) Motivasi intrinsik. Merupakan suatu bentuk dorongan untuk
menjalankan suatu bentuk kepatuhan terhadap tata tertib
tanpa adanya pengaruh dari luar.
c) Perasaan bertanggung jawab. Jika seseorang sudah memiliki
perasaan bertanggung jawab terhadap dirinya maka akan
melakukan tugasnya dengan rasa disiplin tinggi. Karena
merasa ada sebuah beban yang harus dipikul sebagai suatu
tanggung jawab untuk mencapai suatu tujuan dalam hidup.
d) Perasaan malu. Jika seseorang telah memiliki perasaan malu
maka tidak akan melakukan pelanggaran. Secara otomatis
48
akan merasa malu jika melakukan pelanggaran terhadap tata
tertib.
e) Nilai tertentu yang ingin dimasyaraktkan seseorang dan
sebagainya. Nilai ini bisa berupa nilai disiplin dalam
mematuhi sebuah tata tertib sekolah. Tata tertib yang dibuat
oleh sekolah akan disosialisaskan untuk di ketahui yang
pada akhirnya membawa kepatuhan.
2) Faktor Eksternal
Hal-hal yang dapat mendukung sebagai faktor eksternal
adalah sebagai berikut:
a) Presentasi yang ketat. Ketatnya presentasi dapat menekan
seseorang untuk dapat mematuhi tata tertib dengan tanpa
terkecuali. Sehingga disiplin yang terwujud adalah karena
pihak luar berupa tekanan.
b) Hukum yang adil. Hukuman yang adil ternyata merupakan
senjata yang ampuh untuk dapat membuat tegaknya disiplin
c) Motivasi luar. Dorongan dari pihak luar sebagai motivasi
dapat berupa pemberian ganjaran atau hadiah.
d) Upah atau penggajian yang cukup. Jika seseorang telah
bekerja maka upah atau gaji yang cukup dapat memicu
tumbuhnya disipin yang lebih baik.
e) Lingkungan tempat kerja yang menyenangkan. Tumbuhnya