• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL KONSELING ISLAM PADA ANAK-ANAK DI MASYARAKAT MARGINAL : STUDI PENDAMPINGAN RUMAH BELAJAR PANDAWA DALAM MENINGKATKAN KEHIDUPAN BERAGAMA DI LUMUMBA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL KONSELING ISLAM PADA ANAK-ANAK DI MASYARAKAT MARGINAL : STUDI PENDAMPINGAN RUMAH BELAJAR PANDAWA DALAM MENINGKATKAN KEHIDUPAN BERAGAMA DI LUMUMBA SURABAYA."

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Faizatul Aliyah (B03211050), ModeL Konseling Islam Pada Anak-Anak di Masyarakat Marginal (Studi Pendampingan Rumah Belajar Pandawa dalam Meningkatkan Kehidupan Beragama di Lumumba Surabaya) Fokus penelitian ini (1) Bagaimana Model Konseling Islam Pada Anak-Anak di Masyarakat Marginal (Studi Pendampingan Rumah Belajar Pandawa dalam Meningkatkan Kehidupan Beragama di Lumumba Surabaya)? (2) Apa saja Faktor Penghambat dan Pendukung Model Konseling Islam Pada Anak-Anak di Masyarakat Marginal (Studi Pendampingan Rumah Belajar Pandawa dalam Meningkatkan Kehidupan Beragama di Lumumba Surabaya)?

Dalam menjawab permasalahan tersebut. Peneliti menggunakan Metode Kualitatif dengan analisa Kualitatif Deskriptif. Dalam menganalisa Model Konseling Islam Pada Anak-Anak di Masyarakat Marginal (Studi Pendampingan Rumah Belajar Pandawa dalam Meningkatkan Kehidupan Beragama di Lumumba Surabaya), data yang digunakan berupa hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang disajikan dalam bab penyajian data dan analisa data.

Hasil dari penelitian ini adalah (1) model konseling yang digunakan oleh Rumah Belajar Pandawa ialah Teknik Eclective Counseling yaitu memilih diantara teknik konseling (directive counseling dan non directive counseling). Untuk teknik pelaksanaannya melalui beberapa kegiatan diantaranya: model bimbingan indiviidu, model bimbingan kelompok terdiri dari: ANASS (Anak Sholeh Sholehah), ramadhan ceria, lomba-lomba agama, kegiatan outdoor bimbingan diluar jam sekolah, diantaranya: karyawisata/rekreasi education, cangkru’an, membuat grup geng, dan remidial. (2) faktor yang menjadi penghambat dalam meningkatkan kehidupan beragam pada anak di Masyarakat Marginal adalah, kurangnya Sumber Daya Manusia yang memiliki keahlian dibidang konseling, kurangnya tenaga pengajar, kesadaran anak yang ingin berubah (faktor intern), keluarga yang kurang mendukung, lingkungan teman-teman, pengaruh sosial (faktor ekstern). Sedangkan faktor pendukung dalam meningkatkan kehidupan beragama pada anak di Masyarakat Marginal adalah: banyaknya contoh problematika sosial, keinginanan dalam diri anak untuk berubah (pendukung

intern), dukungan dari keluarga, lingkungan menginginkan untuk berubah,

sumbangan dari para donatur yang dermawan (faktor ekstern).

(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI... iii

MOTTO... iv

PERSEMBAHAN... v

ABSTRAK... vi

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Definisi Konsep... 8

F. Metode Penelitian... 11

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 11

2. Lokasi Penelitian... 12

3. Jenis dan Sumber Data... 13

4. Tahap-tahap Penelitian... 15

5. Teknik Pengumpulan Data... 19

6. Teknik Analisis Data... 22

7. Teknik Keabsahan Data... 23

G. Sistematika Pembahasan... 25

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik... 28

1.Konseling Islam... 28

a. Pengertian Konseling Islam... 28

b. Tujuan konseling Islam... 31

c. Fungsi Konseling Islam... 33

d. Teknik-teknik Konseling... 36

(3)

3.Problematika Perkembangan dan Pertumbuhan Anak... 41

a. Pengertian Anak... 41

b. Periodesasi Perkembangan dan Pertumbuhan Anak... 41

c. Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Anak... 48

d. Perkembangan dan Aktualisasi Fitrah Beragama pada setiap fase perkembangan... 49

4.Masyarakat Marginal dan Dampak Tumbuh Kembang AnaK.54 a. Pengertian Masyarakat Marginal... 54

b. Karakteristik Masyarakat Marginal... 57

c. Dampak terhadap Tumbuh Kembang Anak... 58

5.Konseling Islam dan Problematika terhadap Tumbuh Kembang Anak... 60

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan...62

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian..... 63

1. Sejarah Singkat Rumah Belajar Pandwa... 63

2. Profil Rumah Belajar Pandawa... 70

3. Visi dan Misi Rumah Belajar Pandawa... 70

4. Struktur Organisasi Rumah Belajar Pandawa... 71

5. Jumlah Anak Rumah Belajar Pandawa... 71

6. Fasislitas Rumah Belajar Pandawa... 72

B. Deskripsi Hasil Peneltian... 74

1. Deskripsi Umum Klien... 74

2. Deskripsi Umum Konselor ... 78

3. Deskripsi Umum Masalah... 87

C. Deskripsi data tentang Model Konseling Islam Pada Anak-Anak di Masyarakat Marginal (Studi Pendampingan Rumah Belajar Pandawa dalam Meningkatkan Kehidupan Beragama)... 90

D. Deskripsi data tentang Faktor Penghambat dan Pendukung Model Konseling Islam Pada Anak-Anak di Masyarakat Marginal (Studi Pendampingan Rumah Belajar Pandawa dalam Meningkatkan Kehidupan Beragama)... 117

BAB IV : ANALISA DATA 1. Model Konseling Islam Pada Anak-Anak di Masyarakat Marginal (Studi Pendampingan Rumah Belajar Pandawa dalam Meningkatkan Kehidupan Beragama di Lumumba Surabaya)... 123

(4)

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan... 135

B. Saran ... 137

DAFTAR PUSTAKA... 139

LAMPIRAN Lampiran 1 : Form wawancara dengan ketua Rumah Belajar Pandawa, Pengajar, Anak didik, orang tua, tetangga dan tokoh masyarakat... 142

Lampiran 2 : Form wawancara dengan Donatur Rumah Belajar pandawa... 155

Lampiran 3 : Jadwal kegiatan sehari-hari RB Pandawa... 157

Lampiran 4 : Jadwal kegiatan Tadarus Bulan Ramadhan di Lumumba... 158

Lampiran 5 : Foto-foto kegiatan di RB Pandawa... 159

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan amanah dari Allah SWT yang harus di jaga dengan sebaik mungkin. Anak dalam keluarga merupakan pembawa bahagia, karena anak memberikan arti bagi orang tuanya. Arti di sini mengandung maksud memberikan isi, nilai, kepuasaan, kebanggaan, dan rasa penyempurnaan diri yang disebabkan oleh keberhasilan orang tuanya yang memiliki keturunan, yang akan melanjutkan semua cita-cita harapan dan eksistensi hidupnya.

Pengertian anak menurut undang-undang no. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.1 “ seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masuh dalam kandungan.” Menuurut pasal

tersebut, anak adalah siapa saja yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun dan termasuk anak yang masih di dalam kandungan, yang berarti segala kepentingan akan pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah di mulai sejak anak tersebut berada di dalam kandungan hingga berusia 18 (delapan belas) tahun. Di kota Surabaya yang Megapolitan ini telah berdiri banyak mall, bangunan megah, rumah-rumah mewah. Ternyata masih ada anak-anak tak bersekolah. Mereka seharusnya dapat mengenyam pendidikan seperti anak –anak yang lain tapi mereka harus bekerja membantu orang tuanya membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

1

(6)

2

Mengaca dari simbol Negara yang maju maka di situlah terdapat pemuda yang sukses. Tetapi jika ditelaah dari kehidupan kota Surabaya yang keras ini masih terdapat Anak-anak yang tidak memiliki kesempatan mengenyam pendidikan, seperti di Kampung Lumumba Ngagel Wonokromo. Bagaimana Negara ini bisa dikatakan sebagai Negara yang maju. Oleh sebab itu sebagai mahasiswa yang memiliki label agent of

change, tentu diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif

kepada masyarakat dan bisa memberikan perubahan yang signifikan kepada anak di masyarakat marginal kota Surabaya ini.

Wawancara dengan ketua Rumah Belajara Pandawa, M. Ali Shodikin menyatakan bahwa lingkungan Lumumba sendiri sangat kompleks. Masyarakat di Lumumba disekelilingi dengan kehidupan prostistusi, letak rumah penduduk berdempetan, terbuat dari triplek. Bilik Cinta mereka berada di Pinggiran Bantaran Sungai kali Jagir. Semua hasrat penyaluran seksual mereka lakukan di gubuk/bilik cinta tersebut. Mereka rata-rata berasal dari golongan masyarakat ekonomi menengah ke bawah (Midle

Class). Tentunya semua orang memiliki hasrat dalam menyalurkan

seksualnya, seperti yang terjadi pada masyarakat Lumumba. Mereka hanya bisa melakukannya di Gubuk Bilik Cinta.2

Berdasarkan wawancara dengan ketua Rumah Belajar Pandawa, M. Ali Shodikin menyatakan bahwa Penduduk Kampung Lumumba sebagian besar berasal dari pulau Madura. Sehari-hari mereka bekerja sebagai pencari

2

(7)

3

rongsokan, karena Lumumba merupakan sentra pengepul barang rombengan atau rongsokan. Sedangkan sebagian penduduk lainnya yang berada di kampung Lumumba mayoritas bekerja sebagai Penjual Makanan, Penjual Sayuran, Membuka warung, Pengamen, Pekerja Seks Komersial,Waria, Berjudi dan menjadi Preman. Mereka tidak memiliki modal lebih untuk membuka usaha yang besar. Penduduk Kampung Lumumba hanya bisa melakukan pekerjaan yang ada untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup dan bisa survival ditengah kota Surabaya. Dengan begitu anak-anak akhirnya ikut memikul beban ekonomi orang tua untuk mencukupi kehidupannya karena biaya hidup yang mahal. Sehingga pendidikan mereka banyak yang putus sekolah. Dan mereka beranggapan waktu adalah untuk bekerja, jika ada waktu luang saja mereka lebih memanfaatkan untuk bekerja ketimbang bersantai. Pendidikan mereka rata-rata hanya lulusan Sekolah Dasar-Sekolah Menengah Pertama. Orang tua mereka kebanyakan buta huruf karena tidak mengenyam pendidikan.3

Dampak dari orang tua yang tidak mengenyam pendidikan serta buta huruf yaitu orang tua mereka tidak bisa memberikan contoh langsung yang baik kepada anaknya, karena orang tuanya sibuk bekerja begitu juga pemahaman dari segi agama yang kurang atau rendah dan kurang peduli tentang masalah agama. Dengan demikian mereka terbawa oleh pengaruh lingkungan Prostitusi, Judi, Preman, dan minum-minuman.

3

(8)

4

Masyarakat di Lumumba adalah urban (perpindahan dari desa kekota), mereka datang ke Surabaya tanpa dibekali dengan keahlian Khusus, oleh karena itu mereka hanya bekerja apa yang ada dalam meningkatkan ekonomi mereka, selain itu karena tidak adanya kesempatan bekerja. Sedangkan untuk tempat tinggal mereka berada di sepanjang 3 meter dari rel kereta api. Mereka membangun rumahnya di tepi pinggiran Kali Jagir.

Mengaca dari kehidupan anak di masyarakat marginal yang sangat kompleks dengan lingkungan Prostitusi. di Lumumba sendiri terdapat banyak anak-anak usia Dini sampai SMP, mereka butuh pengarahan dan pembinaan karena perkembangan mereka pun akan berdampak pada diri anak. Sedangkan pengertian perkembangan dapat diartikan sebagai berikut yaitu perubahan bentuk fisik, struktur saraf, perilaku, dan sifat yang terbentuk secara teratur dan berlangsung terus pada individu.4 Tujuan dari perkembangan ialah untuk memahami perubahan yang terjadi dengan bertambahnya usia yang tampak universal-yakni perubahan yang terjadi pada setiap anak, tidak memandang dari mana tempat mereka tumbuh atau pengalaman yang mereka miliki.

Banyak perilaku anak yang bergantung pada keadaan tempat mereka berada. Jika seorang anak melihat teman bermainnya sering memukul, maka ia akan meniru sikap agresif itu. Begitu juga jika anak bermain dengan anak yang tidak agresif maka akan menunjukkan sikap tidak agresif. Oleh sebab itu pengaruh lingkungan dapat membantu pengalaman apa saja yang

4

(9)

5

mempengaruhi perkembangan anak, sehingga perlu untuk benar-benar memahami perkembangan tersebut yaitu meliputi sikap anak, perbedaan individu dan pengaruh keadaan.

Melihat permasalahan perkembangan yang dihadapi anak di masyarakat marginal tersebut maka diperlukan sebuah lembaga atau rumah singgah untuk menampung, membina dan membangun karakter diri anak dengan memberikan pendidikan agama sejak dini, supaya mereka dapat menjadi anak yang memiliki akhlakul karimah dan benteng agama yang kuat.

Di dalam majalah Pandawa Kalimasada dijelaskan sebagai berikut. Pandawa hadir membawa perubahan baru. Papan Pendidikan Kawula (PANDAWA), Rumah Belajar Pandawa adalah sebuah lembaga yang tercipta dari rasa semangat serta kesadaran sosial generasi muda. Pandawa berdiri sejak tanggal 18 Mei 2011 yang beralamat di Jalan Lumumba Dalam Gang Buntu RT 01 RW 01 Kelurahan Ngagel Kecamatan Wonokromo Surabaya. Dengan diprakarsai 5 ( lima ) pemuda, yaitu M. Ali Shodikin, Mohammad Ridwan, Abdullah Kafabih, Mukhamad Makmur. Mereka ingin mengabdikan diri kepada masyarakat dan bangsanya melalui media pendidikan. Para pengajar di Pandawa mencoba mengakomodir, menampung, menata untuk generasi penerus, membiayai anak jalanan di Lumumba karena orang tua mereka tak mampu untuk membiayainya.5

5

(10)

6

Oleh karena itu pengajar di Rumah Belajar Pandawa melakukan pendampingan pada anak-anak di Lumumba yaitu melalui program ANASS (Anak Sholeh Sholehah), kegiatan ini meliputi mengaji iqro’, al-qur’an, praktek sholat, hafalan surat pendek, tanya jawab tentang agama dilaksanakan setiap hari pukul 15.00-16.30 di Mushola Al-Muslichin letaknya tidak jauh dari Rumah Belajar Pandawa. Melalui kegiatan ini pengajar di Rumah Belajar Pandawa memberikan pembinaan moral dapat kepada anak-anak tentunya dalam membina, mengajarkan tauladan yang baik dengan membiasakan menanamkan nilai-nilai kesopanan misalnya ketika mereka masuk ke rumah harus mengucapkan salam, mereka harus dibiasakan kehidupan bersih karena kebersihan sebagian dari iman maka ketika waktunya belajar tempat harus bersih.

Fenomena diatas menarik untuk diteliti, karena Rumah Belajar Pandawa mengajarkan sifat baik dan sikap yang baik sejak dini, mengajarkan sifat teladan (menjadi figur yang baik pada anak), mengajarkan praktek sholat, dan Tanya jawab tentang agama.

Adapun judul Model Konseling Islam Pada Anak-Anak di Masyarakat Marginal (Studi Pendampingan Rumah Belajar Pandawa

dalam Meningkatkan kehidupan beragama di Lumumba Surabaya)

B. Rumusan Masalah

(11)

7

2. Apa saja faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Model Konseling Islam Pada Anak-Anak di Masyarakat Marginal (Studi Pendampingan Rumah Belajar Pandawa dalam Meningkatkan Kehidupan Beragama di Lumumba Surabaya )

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Model Konseling Islam Pada Anak-Anak di Masyarakat Marginal (Studi Pendampingan Rumah Belajar Pandawa dalam Meningkatkan Kehidupan Beragama di Lumumba Surabaya) 2. Untuk mengetahui Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Model

Konseling Islam Pada Anak-Anak di Masyarakat Marginal (Studi Pendampingan Rumah Belajar Pandawa dalam Meningkatkan Kehidupan Beragama di Lumumba Surabaya)

D. Manfaat Penelitian

Dengan adannya penelitian ini, peneliti berharap akan munculnya pemanfaatan dari hasil penelitian ini secara teoritis dan praktis bagi para pembacanya. Diantara manfaat penelitian ini baik secara teoritis dan praktis dapat peneliti uraikan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

(12)

8

b. Sebagai sumber informasi dan referensi tentang Konseling Islam pada anak di Masyarakat Marginal. Dengan menggunakan pendekatan konseling.

c. Dapat berguna bagi masyarakat dalam meningkatkan kehidupan beragama pada anak.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu atau menemukan model konseling islam pada anak di Rumah Belajar Pandawa.

b. Bagi konselor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu cara yaitu untuk mengetahui Model Konseling islam pada anak-anak di masyarakat marginal.

E. Definisi Konsep

Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap judul, serta memudahkan pembaca memahaminya, maka penulis perlu menjelaskan penegasan dalam judul tersebut. Adapun judul skripsi ini adalah Model Konseling Islam Pada Anak-Anak di Masyarakat Marginal (Studi Pendampingan Rumah Belajar Pandawa dalam Meningkatkan Kehidupan Beragama di Lumumba Surabaya). Adapun rinciannya sebagai berikut.

1. Model Konseling Islam

Model (bentuk) merupakan pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.6 Dalam layanan bimbingan bermacam-macam model layanan dari yang Paling sederhana sampai

6

(13)

9

layanan yang paling baik, dari layanan yang dapat dilakukan oleh tenaga biasa tanpa pelatihan khusus sampai layanan yang hendaknya dilakukan oleh tenaga ahli. 7

Menurut Az-Zahrani yang dikutip oleh fenti hikmawati mengemukakan, bahwa konseling islami adalah memberikan arahan bagi orang yang tersesat baik arahan berupa pemikiran, orientasi kejiwaan, etika sesuai penerapannya yaitu dengan pedoman Al-Qur’an dan Sunnah.8

Jadi model konseling islam ialah suatu cara dalam memberikan arahan kepada seseorang dengan pedoman Al-Qur’an dan Sunnah. Di Rumah Belajar Pandawa sendiri melakukan pendampingan terhadap anak-anak dengan beberapa model konseling islam diantaranya Anass, Ramadhan Ceria, Lomba-Lomba Agama. Dan didukung juga dengan kegiatan out door, karyawisata, remidial, cangkru’an, dan membuat grup geng.

2. Anak

Anak merupakan individu yang berada satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (1-0 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). rentang

7

Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1995), hal. 16

8

(14)

10

ini berada antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda.9

3. Masyarakat Marginal

Menurut Paulo Freire, Kaum marjinal dibedakan dua kelompok yang jarang mendapat perhatian dalam hal pendidikan. Pertama, penyandang cacat, yaitu yang kurang beruntung mendapatkan pendidikan yang memadai dan pendidikannya dibedakan dengan kaum

“normal” yang menjadikan kaum cacat menjadi terasing dari

lingkungan sosial, tereklusi dari sistem sosial orang-orang normal. Kedua, anak-anak jalanan, kaum miskin yang sudah terbiasa dengan kekerasan.10 Secara faktual yang dinamakan masyaraat marginal hampir sama dengan masyarakat miskin. Golongan masyarakat yang mengalami marginalisasi ialah seperti pedagang kaki lima, Anak Jalanan, penghuni pemukiman kumuh, dan pedagang asongan yang umumnya tidak terpelajar dan tidak trampil. Golongan masyarakat marginal ini meliputi pula para pengusaha tanpa modal dan tanpa fasilitas dari pemerintah.

Di rumah belajar pandawa terdapat beberapa karakter anak jalanan diantaranya adalah anak jalanan yang hidup/tinggal dijalanan dan tidak mempunyai keluarga, anak jalanan yang bekerja dijalanan

9

Abdul Aziz Ahyadi. Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila. (Bandung: Anggota IKAPI, 2005), hal.57

10

(15)

11

(ngamen, jualan koran, asongan dan lain-lain) tapi masih mempunyai keluarga dan anak jalanan yang masih tinggal teratur dengan keluarganya tapi cenderung tinggal dijalanan dikarenakan tuntutan ekonomi keluarga dan terpengaruh oleh teman-temannya. Ini pun bisa menjadi tolak ukur untuk kehidupan beragama mereka bisa dikatakan masih belum memiliki kesadaran beragama, karena mereka hidupnya sebagian besar dihabiskan dijalanan. Kadang mereka dalam satu hari cuma melaksanakan sholat sekali, ngajinya mereka pun tidak full jika tidak ada yang mengajar mereka lebih memilih mengamen dapat uang.

Lingkungan mereka pun sangat mendukung anak-anak untuk menjadi seorang pengamen, penjual koran, dan asongan. Seperti halnya lingkungan masyarakat sekitar Pandawa mayoritas bekerja sebagai pengepul barang rongsokan, pengamen, waria, penjual makanan, penjual sayuran, membuka warung, pekerja seks komersial, berjudi dan menjadi Preman.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan deskriptif Kualitatif. Steven J, Taylor dan Robert Bogdan mengklaim bahwa “frasa metodologi kualitatif menunjuk pada pengertian luas yaitu riset

(16)

12

diucapkan orang dan perilaku teramati.11maksud mereka, pendekatan ini disuguhkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh).

Dari definisi diatas dapatlah dipahami bahwa penelitian kualitatif adalah bertujuan untuk memahami memperoleh pengetahuan berdasarkan fakta-fakta di lapangan atau fenomena yang ada baik itu dalam bentuk kata-kata, perilaku subjek.

Sedangkan penelitian ini peneliti menggunakan jenis Penelitian kualitatif deskriptif yaitu yang bertujuan untuk menggambarkan, mendeskripsika berbagai fenomena yang muncul pada objek yang diteliti, model konseling Islam pada anak-anak di masyarakat marginal (studi Pendampingan rumah belajar pandawa dalam Meningkatkan kehidupan beragama di lumuba surabaya)

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini terdapat tiga subyek yang menjadi sasaran oleh peneliti, antara lain:

a. Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian adalah pihak yang berperan dalam penelitian yaitu anak-anak yang belajar di Lumumba antara usia Sekolah Dasar Sampai Sekolah Menengah Pertama, sedangkan konselornya adalah pembimbing atau pengajar di Rumah Belajar Pandawa.

11

Andi Mappiare AT. Dasar –Dasar Metodologi Riset Kualitatif untuk Ilmu Sosial

(17)

13

b. Untuk Lokasi Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di Jl Lumumba Dalam Gang Buntu RT 01 RW 01 Kelurahan Ngagel Kecamatan Wonokromo Surabaya. Peneliti dapat mengetahui bagaimana kondisi lingkungan di sekitar Rumah Belajar Pandawa termasuk didalamnya adalah kehidupan sosial kepada sesama teman, interaksi dengan pengajar di Pandawa, model konseling islam pada anak-anak di Masyarakat Marginal dan dilingkungan tempat tinggal keluarga maupun sekitarnya.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

1) Jenis Data Primer

Adalah data yang diambil dari sumber pertama dilapangan.12 Yang mana dalam hal ini diperoleh dari deskripsi tentang latar belakang Rumah Belajar Pandawa, proses model konseling islam pada anak di masyarakat marginal, visi-misi, profil, perilaku keseharian klien, faktor penghambat dan pendukung model konseling islam pada anak marginal, data nama anak, identitas konselor atau pengajar di Rumah Belajar Pandawa.

12

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Format-Format Kuantitatif dan

(18)

14

2) Jenis Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder. Diperoleh dari gambaran lokasi penelitian, keadaan lingkungan klien, tetangga, orang tua, atau teman. b. Sumber Data

Sumber data adalah salah satu yang paling urgen dalam penelitian. Kesalahan dalam menggunakan atau memahami sumber data, maka data yang diperoleh juga akan melesat dari yang diharapkan. Oleh karena itu peneliti harus mampu memahami sumber data mana yang akan digunakan dalam penelitian.13Data yang menjadi sumber datanya adalah:

1. Sumber Data Primer

Adalah sumber data pertama dimana sebuah data tersebut diperoleh dari pembimbing atau volunter di Rumah Belajar Pandawa, anak didik. Mereka yang akan menjadi subyek penelitian.

2. Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sumber data primer. Sumber ini adalah tetangga sekitar Rumah Belajar Pandawa, orang tua, dan tokoh masyarakat yang mengetahui tentang Rumah Belajar Pandawa.

13

(19)

15

4. Tahap-tahap Penelitian

Dengan menggunakan acuan bogdan yang dikutip dalam penelitian Lexy J. Moleong bahwa dalam penelitian kualitatif ada 3 tahapan, yaitu: 14

a. Tahap Pra-Lapangan

Tahap Pra –lapangan adalah tahap awal dari proses dalam penelitian. Yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini yaitu: 1) Menyusun Rancangan Penelitian

Untuk menyusun rancangan penelitian, terlebih dahulu peneliti membaca fenomena yang ada di masyarakat yaitu Model Konseling Islam pada Anak-Anak di Masyarakat Marginal. Kemudian peneliti membuat rancangan penelitian atau proposal dibuat sebagai persyaratan sebelum peneliti melakukan penelitian di lapangan. Membuat surat perizinan ke pihak akademik dulu sebelum melakukan penelitian di lapangan.

2) Memilih Lapangan Penelitian

Setelah membaca fenomena yang ada di masyarakat. Kemudian peneliti memilih lapangan Penelitian di Jl Lumumba Dalam Gang Buntu RT 01 RW 01 Kelurahan Ngagel Kecamatan Wonokromo Surabaya.

14

(20)

16

3) Mengurus Perizinan

Pertama kali yang harus dilakukan peneliti setelah memilih tempat penelitian adalah mencari tahu siapa saja yang berkuasa dan berwenang memberi izin bagi pelaksanaan penelitian, kemudian peneliti melakukan langkah-langkah persyaratan untuk mendapatkan perizinan tersebut.

4) Menjajaki dan Menilai Keadaan Lingkungan

Maksud dan tujuan penjajakan lapangan adalah agar peneliti berusaha mengenali segala unsur lingkungan sosial, fisik, keadaan alam serta menyiapkan perlengkapan yang diperlukan di lapangan, kemudian peneliti mulai mengumpulkan data yang ada di lapangan.

5) Memilih dan memanfaatkan Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi serta latar belakang permasalahan model konseling islam pada anak di masyarakat marginal yang berada dilingkup prostitusi. dalam hal ini peneliti memilih sendiri, orang tua, teman-teman, guru pengajar dan pengurus di Rumah Belajar Pandawa.

(21)

17

guna membantu mengetahui kebiasaan pada anak-anak di Masyarakt Marginal.

6) Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Dalam perlengkapan penelitian, peneliti menyiapkan pedoman wawancara, alat tulis, map, buku, tape record, perlengkapan fisik, izin penelitian dan semua yang berhubungan dengan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh deskripsi data secara global mengenai objek penelitian yang akhirnya menghasilkan rencana penelitian. 7) Persoalan Etika Penelitian

Etika penelitian pada dasarnya menyangkut hubungan antara peneliti dan subjek penelitian, baik secara perorangan maupun kelompok peneliti harus mampu memahami budaya, adat-istiadat, maupun bahasa yang digunakan. Kemudian untuk sementara, peneliti menerima seluruh nilai dan norma sosial yang ada di dalam masyarakat latar penelitiannya.

b. Tahap Pekerjaan lapangan

Pada tahap ini peneliti melanjutkan observasi 1 yang pernah dilakukan dalam tahap pra-lapangan.kegiatannya sebagai berikut: 1) Memahami latar penelitian

(22)

18

mempersiapkan dirinya secara fisik maupun mental. kemudian menentukan jenis-jenis data apa yang harus dikumpulkan. 2 ) Memasuki Lapangan

Pada saat terjun langsung di lapangan, peneliti perlu menjalin keakraban hubungan dengan subjek- subjek penelitian. Dengan demikian mempermudah peneliti untuk mendapatkan data atau informasi. Hal yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah harus mampu mempelajari bahasa yang digunakan oleh subyek- subyek penelitian serta kebiasaannya supaya dapat mempermudah dalam menjalin suatu keakraban.

Peneliti harus mematuhi norma- norma yang berlaku di lingkungan konseli, mempelajari apa kebiasaan yang ada pada masyarakat tersebut, serta menggunakan bahasa sehari-hari yang dipakai masyarakat yang ada di wilayah konseli berada.

Peneliti akan membaur dengan subyek-subyek penelitian, bersikap ramah tamah, serta harus dapat mengendalikan emosi jika ada suatu pertentangan yang berbeda dengan pendapat subyek lain.

3) Berperan-serta sambil mengumpulkan Data

(23)

19

yang didapat dari lapangan dianalisis. Disini sebagai peneliti sebagai observer atau pengamat terjun langsung di Rumah Belajar Panadawa dan tatap muka pada anak-anak di Lumumba untuk diwawancarai, observasi. Dengan mengumpulkan data- data dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, kemudian peneliti menindak lanjuti dan memperdalam berbagai permasalahan yang diteliti.

c. Tahap Analisa Data

Tahap ini sama saja tahap review terhadap tahap-tahap sebelumnya. Setelah peneliti mendapatkan data dari lapangan baik berupa wawancara, observasi kemudian peneliti menyajikan data yang telah didapatkan, yang bertujuan untuk mendeskripsikan Model Konseling Islam Pada Anak-Anak di Masyarakat Marginal (Studi Pendampingan Rumah Belajar Pandawa dalam Meningkatkan kehidupan Beragama di Lumumba Surabaya).

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Observasi

(24)

20

menggunakan alat indera (terutama mata) terhadap kejadian-kejadian langsung ditangkap pada waktu kejadian-kejadian itu terjadi. 15

Oleh karena itu peneliti akan melakukan observasi terhadap anak-anak tentang kebiasaan saat berada di rumah, saat bergaul dengan teman sebaya. Observasi yang dilakukan meliputi bagaimana Model konseling Islam pada anak-anak di Masyarakat Marginal, bagaimana mereka menjalankan nilai-nilai ketuhanan (nilai kasih sayang), ibadah sholat, mengaji, dan tingkah laku terhadap temannya.

b. Wawancara

Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai.16 Dalam wawancara ini dilakukan secara efektif, yakni dalam kurun waktu yang sesingkat-singkatnya informasi yang sebanyak-banyaknya, selain itu menggunakan bahasa yang jelas, terarah sesuai yang diharapkan dan dalam suasana yang santai agar data yang diperoleh obyektif serta dapat dipercaya pada penelitian yang akan dibahas, peneliti melakukan wawancara kepada:

15

Bimo walgito, Bimbingan dan penyuluhan di Sekolah. (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 186).,hal.49

16

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Format-Format Kuantitatif dan

(25)

21

1) Pengajar atau konselor di Rumah Belajar Pandawa terkait Model Konseling Islam dan faktor Penghambat-pendukung pada Anak-Anak di Masyarakat Marginal (Studi Pendampingan Rumah Belajar dalam Meningkatkan Kehidupan Beragama di Lumumba Surabaya), identitas konselor.

2) Klien menanyakan mengenai nama klien, usia klien anak ke berapa, pendidikan klien, ibadah sholat dan ngajinya bagaimana. 3) Keluarga terkait dengan pekerjaan orang tua, kondisi perekonomian, jumlah anak, nama orang tua, alasan anak mengaji, sholat dan bagaimana perasaannya.

4) Tetangga dan Tokoh masyarakat mengenai kehidupan beragama anak –anak di Masyarakat Maginal.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang- barang tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda- benda tertulis seperti : buku- buku, majalah, dokumen, peraturan- peraturan, notulen, catatan harian, profil, dll.

(26)

22

Tabel 1:1

jenis data, sumber data dan teknik Pengumpulan Data No Jenis Data

Sumber Data TPD

A Data Primer 1 Deskripsi tentang

latar belakang klien dan

permasalahannya.

Klien dan informan W dan O

2 Bentuk perilaku keagamaan

Klien W dan O

3 Model Konseling Agama

Klien dan konselor W 4 Faktor Penghambat

dan Pendukung model konseling agama pada anak di masyarakat marginal

Konselor atau pengajar di Rumah Belajar Pandawa

W

B Data Sekunder

1 Gambaran lokasi penelitian

Dokumen dan

informan

O dan D 2 Program Rumah

Belajar Pandawa

Pengajar/ konselor di Rumah Belajar Pandawa

W

3. Sejarah Rumah Belajar Pandawa

Pengajar di Rumah Belajar Pandawa

W dan D

d. Keterangan:

TPD : Teknik Pengumpulan Data W : Wawancara

O : Observasi D : Dokumentasi

6. Teknik Analisis Data

(27)

23

dengan proses klarifikasi data agar tercapai konsistensi, dilanjutkan dengan langkah abstraksi-abstraksi teoritis terhadap informasi lapangan, dengan mempertimbangkan menghasilkan pernyataan-pernyataan yang sangat memungkinkan dianggap mendasar dan universal. Gambaran dan informasi tentang peristiwa atas obyek yang dikaji tetap mempertimbangkan derajat koherensi internal, masuk akal, dan berhubungan dengan peristiwa faktual dan realistik. Dengan cara melakukan komparasi hasil temuan hasil dan pendalaman makna, maka diperoleh suatu analisis data yang terus menerus secara simultan sepanjang proses penelitian.17 Adapun data yang akan dianalisis adalah: , bagaimana Model Konseling Islam pada Anak-Anak di Masyarakat Marginal (Studi Pendampingan Rumah Belajar Pandawa dalam Meningkatkan Kehidupan Beragama di Lumumba Surabaya). Faktor penghambat dan pendukung Model Konseling Islam pada Anak-Anak di Masyarakat Marginal (Studi Pendampingan Rumah Belajar Pandawa dalam Meningkatkan Kehidupan Beragama di Lumumba Surabaya)

7. Teknik Keabsahan Data

Pada penelitian kualitatif belum tentu menjamin hasil yang optimal, untuk mengantisipasi dan meminimalkan masalah dalam pelaksanaan peneliti terutama dalam menganalisa data maka perlu adanya keabsahan data antara lain dengan cara:

17

(28)

24

a. Perpanjangan keikutsertaan.

Sebagaimana sudah dikemukakan, bahwa instrumen utama dalam kualitatif adalah instrument itu sendiri. keikutsertaan dalam mengumpulakan data, hal ini sangat menentukan keikutsertaan tidak hanya dilakukan dalam waktu yang telah relatif singkat.18 Untuk kepentingan ini peneliti melibatkan diri dalam penelitian yaitu ikut terlibat langsung untuk mengamati pendampingan yang dilakukan oleh konselor dalam model konseling islam pada anak-anak di masyarakat marginal, serta mewawancacarai pengajar atau konselor di Rumah Belajar Pandawa terkait faktor penghambat dan pendukung dalam model konseling islam pada anak di masyarakat marginal. Sampai memperoleh titik kejenuhan pengumpulan data. b. Ketekunan Pengamatan

Keajegan Pengamatan berarti mencari konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatife.19 Peneliti melakukan pengamatan terhadap model konseling islam pada anak-anak di masyarakat marginal, dan faktor penghambat dan pendukung model konseling islam pada anak-anak di masyarakat marginal.

18

Lexy J.Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal.327

19

(29)

25

c. Triangulasi

Suatu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.20

Jadi triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi yang dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dengan berbagai pandangan. Dengan kata lain peneliti dapat merichek temuannya dengan jalan membandingakan dengan berbagai sumber. Oleh sebab itu, peneliti melakukan triangulasi dengan cara membandingkan sumber data satu dengan yang lain, dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.

G. Sistematika Pembahasan

Agar penulisan Skripsi ini mudah di pahami dan terarah, maka peneliti akan mencantumkan sistematika pembahasan 5 BAB dengan susunan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian. Di dalam metode penelitian ada beberapa isi, antara lain: pendekatan dan jenis penelitian, sasaran dan lokasi penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data,

20

(30)

26

teknik analisis data, teknik pemeriksaan keabsahan data dan terakhir yang termasuk dalam pendahuluan adalah sistematika pembahasan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini membahas tentang kajian teorotik yang dijelaskan dari beberapa referensi untuk menelaah objek kajian yang dikaji, pembahasan meliputi: pengertian Konseling, Konseling Islam, pengertian anak, problematika perkembangan dan pertumbuhan anak, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak, pengertian masyarakat marginal, karakteristik masyarakat marginal, dampak tumbuh kembang anak, problematikan konseling islam terhadap tumbuh kembang anak, dan terakhir dalam Bab dua berisi penelitian terdahulu yang relevan.

BAB III : Penyajian Data

(31)

27

Pendampingan Rumah Belajar Pandawa dalam Meningkatkan Kehidupan Beragama di Lumumba surabaya).

BAB IV : Analisis Data

Dalam bab ini menjelaskan tentang: Bagaimana Model Konseling Islam pada Anak-Anak di Masyarakat Marginal dan faktor penghambat dan pendukung Model Konseling (Studi Pendampingan Rumah Belajar Pandawa dalam Meningkatkan di Lumumba Surabaya).

BAB V : Penutup

(32)

BAB II

Konseling Islam, Perkembangan Anak, Masyarakat Marginal

A. Kajian Teoritik

1. Konseling Islam

a. Pengertian Konseling Islam

Secara etimologis, kata konseling berasal dari bahasa latin

yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang

dirangkai dengan “menerima”atau “memahami”. Sedangkan dalam

bahasa Anglo-Saxon. Istilah konseling berasal dari “sellan” yang

berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan”.1

Konseling diartikan sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.2

Menurut Andi Mappiare, konseling (counseling) kadang di sebut konseling karena keduanya merupakan bentuk bantuan. Ia merupakan suatu proses pelayanan yang melibatkan kemampuan profesional pada pemberi layanan. Ia sekurang-kurangnya melibatkan pula orang kedua, penerima layanan, yaitu orang yang sebelumnya merasa ataupun nyata tidak dapat berbuat banyak dan

1

Prayitno dan Eman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005 ), hal. 99

2

(33)

29

setelah mendapat layanan menjadi dapat melakukan sesuatu.3 Konseling memiliki arti memberikan nasihat, atau memberi anjuran kepada orang lain secara tatap muka.4

Menurut Wrenn yang di kutip dalam bukunya Abu Ahmadi,

Ahmad Rohani” bimbingan dan konseling di sekolah” menyatakan:

konseling adalah relasi antar pribadi yang dinamis antara dua orang yang berusaha untuk memecahkan sebuah masalah dengan mempertimbangkan secara bersama-sama, sehingga pada akhirnya orang yang lebih muda atau orang yang mempunyai kesulitan yang lebih banyak di antara keduanya di bantu oleh yang lain untuk memecahkan masalahnya berdasarkan ketentuan dirinya sendiri.5

Menurut Rogers yang di kutip oleh Hallen A. menyatakan: konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.6

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan Konseling yaitu pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang konselor kepada seorang klien yang sedang mendapat masalah agar ia mampu memecahkan masalahnya terhadap tingkah laku dirinya sendiri.

3

Andi Mapiare AT, Pengantar Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 1.

4

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islami, (Jakarta: AMZAH, 2010), hal. 10

5

Abu Ahmadi, Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah,( Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), hal. 25

6

(34)

30

Konseling Islami adalah suatu usaha membantu individu dalam menanggulangi penyimpangan perkembangan fitrah beragama yang dimilikinya, sehingga ia kembali menyadari peranannya sebagai khalifah di muka bumi dan berfungsi untuk menyembah mengabdi kepada Allah Swt sehingga akhirnya tercipta kembali hubungan yang baik dengan Allah, dengan manusia dan alam semesta.7

Di samping itu terdapat pula sabda Rasulullah SAW yang

berisi dasar-dasar Bimbingan dan Konseling SWT sebagai berikut.8

ل َل ْوس سل ل َ ا َل ل

لِه : ل اق ؟ ه ا ل ْوس ر اي ْنمل: ا نْلق

ۃ

حْيصَنلا نْي ِدل

ٲ

ِ

مئ

ۃ

ا ع ل نْيملْسمل ا

مسم ها و ر ( مْه هَِم

)

Agama adalah nasihat.”kami bertanya: “ untuk siapakah ya rasolullah?” beliau bersabda : “untuk Allah, kitabnya, rasulnya, pemimpin-pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin pada

umumnya.” (haditis riwayat imam muslim).9

Pengertian yang esensial ialah bahwa dengan melalui kegiatan konseling atau penasihatan, agama dapat berkembang dalam diri manusia.

7

Hallen A, Bimbingan dan Konseling,hal.21

8

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islami, hal.18

9

(35)

31

b. Tujuan Konseling Islam

Berikut ini beberapa tujuan konseling yaitu: 1) Pemahaman

Adanya pemahaman terhadap akar perkembangan kesulitan emosional. Agar individu bisa mengatasi masalah yang sedang dihadapinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.10 2) Berhubungan dengan orang lain

Mampu berhubungan baik dengan orang lain, baik di tempat kerja, sesama teman maupun yang lainnya.

3) Kesadaran diri

Menjadi lebih peka terhadap dirinya sendiri tentang pemikiran dan perasaan yang ditahan atau ditolak, bagaiman menerima orang lain terhadap dirinya.

4) Penerimaan diri

Pengembangan sikap positif terhadap dirinya sendiri. 5) Aktualisasi diri

Pemenuhan potensi atau penerimaan integrasi bagian diri yang tidak sesuai.

6) Pencerahan

Membantu klien mencapai kondisi kesadaran spiritual yang lebih tinggi

7) Pemecahan masalah

10

(36)

32

Menemukan pemecahan akan masalah yang terjadi pada dirinya, yang orang lain tak mampu menyelesaikannya. Agar individu bisa memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik tetap menjadi baik, sehingga tidak terjadi adanya sumber masalah bagi dirinya dan masyarakat.11

8) Pendidikan Psikologi

Membantu klien mampu menangkap ide dan teknik untuk memahami dan mengontrol tingkah laku.

9) Memiliki Ketrampilan Sosial

Mempelajari dan menguasai ketrampilan social dan interpersonal seperti mempertahan kontak mata.

10) Perubahan Kognitif

Mengganti kepercayaan yang tidak rasional 11) Perubahan Tingkah Laku

Mengganti pola tingkah laku yang maladaptife

12) Perubahan Sistem

Memperkenalkan perubahan dengan cara mengoperasikan system sosial seperti di dalam keluarga.

13) Penguatan

Berkaitan dengan ketrampilan, kesadaran, dan pengetahuan yang akan membuat klien mengontrol hidupnya

14) Restitusi

11

(37)

33

Membantu klien untuk perubahan kecil terhadap prilaku yang merusak.

15) Reproduksi dan Aksi Sosial

Menginspirasi dalam diri seseorang hasrat dan kapasitas untuk peduli terhadap orang lain, membagi pengetahuan maupun yang lainnya.12

c. Fungsi Konseling Islam

Adapun fungsi konseling diantaranya sebagai berikut: 1) Fungsi Pemahaman

Pemahaman tentang lingkungan masyarakat maupun lingkungan keluarga dan sekolah. mengatasi suatu perbuatan yang sudah terlanjur terjerumus dalam kemaksiatan, dan usaha dalam memperbaiki, inipun juga harus dihubungkan dengan Al-Qur’an atau dengan jalan diadakan penyuluhan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, surat Yusuf : 87,







Artinya: “Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus

12

(38)

34

asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".13(QS.

Yusuf : 87).

Dalam penelitian ini peran konselor (rohaniawan) sangat penting bagi klien (pasien) yaitu untuk memberikan motivasi-motivasi agama sehingga tingkat religiusitas pasien dapat meningkat sesuai dengan norma-norma dan ajaran agama. 2) Fungsi Pencegahan

Mencegah seseorang dari suatu masalah yang timbul pada diri individu sehingga menganggu, menghambat atau kesulitan dalam perkembangannnya. pencegahan, ini adalah menghindari diri dari perbuatan yang tidak baik atau menjauhkan diri dari larangan Allah hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, surat Al-Ankabut ayat: 45







Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan

13

Al-Hikmah Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Bandung: CV Diponegoro,

(39)

35

Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.14(QS. Al-Ankabuut

: 45)

Ayat diatas dapat dijelaskan bahwa sesuatu yang dilarang oleh Allah itu merupakan pencegahan agar kita tidak melakukannya. Jika kita ingin selamat kita harus mencegah dari segala perbuatan yang dilarang Allah.

3) Fungsi Pengentasan

Pengobatan atau penyembuhan, yaitu membantu menyelesaikan masalah –masalah yang di hadapi klien. untuk mengarahkan mereka, kepada perbuatan yang baik atau menyesuaikan dengan bakat yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah surat Al-Isra’ ayat : 83.





Artinya: “Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila Dia ditimpa kesusahan

niscaya Dia berputus asa.15(QS. Al-Isra’ : 83)

4) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan

Menghasilkan terpeliharanya dan berkembangnya beberapa potensi dan kondisi positif klien16. membantu individu untuk memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang

14

Al-Hikmah, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, hal.401 15

Al-Hikmah, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, hal.290

16

(40)

36

telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat At-Taubah :105,















Artinya: “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu

kerjakan17.(QS. At-Taubah :105)

d. Teknik-teknik Konseling

Adapun teknik-teknik konseling di antaranya yaitu sebagai berikut:

1)Directive Counseling: secara umum menunjuk pada sifat arahan atau mengarahkan suatu aktivitas terapi; suatu ancangan atau model yang banyak mengarahkan18. Pendekatan konseling dengana peranan konselor yang lebih aktif, lebih banyak memberikan pengarahan, saran-saran dan pemecahan

17

Al-Hikmah, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, hal.203 18

(41)

37

masalah.19 Dalam hal ini konselor lebih banyak mengambil inisiatif dalam proses konseling, sehingga klien tinggal menerima apa yang di kemukakan oleh konselor.20 Klien diberi kebebasan untuk menceritakan keluh kesahnya sehingga akhirnya mampu untuk menyadari kesulitan dirinya, konselor hanya merefleksikan kembali perasaan klien. 21

2)Non Directive Counseling: menunjuk pada salah satu bentuk atau teknik psikoterapi di mana seseorang didorong mencapai pemecahan sendiri atas masalah-masalahnya22. Konseling

nondirective dikembangkan berdasarkan teori client centered

(konseling yang berpusat pada klien atau siswa).23 Menurut Fenti Hikmawati konseling non Directive ialah peranan konselor tidak dominan, klien berperan lebih aktif. Dan konselor hanya menciptakan situasi, hubungan baik, mendorong klien menyatakan masalahnya, mendiagnosis, menganslisis, melakukan sintesis, kemudian mencarai jalan alternatife untuk memecahkan masalahnya.24Proses konseling aktifitas sebagian besar di letakkan di pundak klien itu sendiri, dalam pemecahan masalah oleh sebab klien di dorong oleh

19

Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 190

20

Abu Ahmadi, Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah,( Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), hal.41

21

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islami, (Jakarta: AMZAH, 2010), hal.72

22

Andi Mappiare, Kamus Istilah Konseling & Psikoterapi, hal.223

23

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah: berbasis

(42)

38

konselor untuk mencari, menemukan teknik dalam pemecahan masalahnya.25

3) Eclectic Counseling: suatu pendirian tersendiri untuk profesi konseling, tidak patuh menganut filosofi dan prosedur murni teori main-stream; berasosiasi dengan Frederick thorne; dan pendirian itu sekarang dapat dikategorikan menjadi empat: pertama, technical-eclecticism yaitu berpegang pada salah satu atau gabungan dua teori sementara tekniknya ditambahkan dari teori lain; kedua, problem-oriented-eclecticism yaitu menganut beberapa teori konseling dan diaplikasikan berdasarkan tipe masalah klien dan dapat digunakan teori berbeda untuk klien berbeda; ketiga, in-producere-eclecticism yaitu penguasaan beberapa teori dan diaplikasikan secara berangkai pada seorang klien menurut perkembangan masalah klien atau wacana kajian dalam prosedur konseling, misalnya dari ancangan insight afektif Kognitif behavior; keempat,

systematic-eclecticism yaitu integrasi atau sintesis pandangan

banyak teori dan penyusunan prosedur sistematis, dengan peta-mental atau peta alur yang jelas serta pemilihan teknik dari berbagai teori.26 memilih di antara teknik-teknik konseling yang paling tepat untuk klien atau konselor.27 Eclective

26

Andi Mappiare, Kamus Istilah Konseling & Psikoterapi, (Jakarta: PT Raja Garfindo Persada, 2006), hal.100

27

(43)

39

Counseling yaitu campuran dari kedua teknik directive counseling dan non directive counseling. 28sedangkan menurut fenti hikmawati metode elektif adalah metode yang memadukan metode direktif dan metode non direktif. Istilah elektif memilih yang terbaik dari metode yang ada, sehingga merupakan sesuatu keterpaduan.29

Dari beberapa definisi di atas dapat di tarik kesimpulan bahwasanya directive counseling yaitu konselor memegang insiatif peranan dalam proses konseling untuk mengarahkan, memberi saran dan merefleksikan kembali perasaan klien. Non

directive counseling yaitu pada hubungan ini konselor

menempatkan klien pada kedudukan sentral, klien berperan lebih aktif dalam memecahkan masalahnya sendiri, sedangkan konselor hanya mendorong dan mencari teknik untuk pemecahan masalahnya sendiri. eclective counseling yaitu memilih di antara teknik konseling yang paling tepat untuk klien atau konselor.

2. Model Konseling Islam

Model islami dalam konseling jiwa bersandarkan atas apa yang ada di dalam Al-Qur’an, sunnah, Ijma (kesepakatan) kaum muslimin dan juga ijtihad para ulama, yang menghasilkan point-point penting sebagai berikut:

28

Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV Ilmu, 1975), hal.110

29

(44)

40

a. Islam memandang bahwa tabiat dasar manusia adalah baik. Namun demikian, tabiat tersebut pun dapat berubah.

b. Sesungguhnya mahkluk terbaik yang telah Allah ciptakan.

c. Manusia adalah makhluk yang penuh dengan kesadaran dan tanggung jawab, serta mampu membedakan antara yang baik dan buruk.

d. Sesungguhnya manusia memiliki titik kelemahan dalam dirinya. Hal inilah yang membuat manusia harus tetap berusaha melawan hawa nafsu dan keinginannya untuk berbuat maksiat.

e. Motivasi manusia yang kuat dan juga potensinya yang besar mampu mengendalikan perilaku dan memerintahkannya untuk dapat melakukan apa pun yang diinginkannya.

f. Islam telah membagi jiwa manusia ke dalam tiga keadaan. 1) An-Nafsu Mithmainnah (jiwa yang tenang)

2) An-Nafsu Ammaratu Bissu’ (jiwa yang condong kepada keburukan).

3) An-Nafsu Lawwahmah yaitu jiwa yang selalu menyesali dirinya sendiri dengan celaan yang tajam dan juga mengancam dirinya sendiri dengan hukuman Allah.

(45)

41

mengikuti perintah Allah atau mengikuti bisikan setan. Sesungguhnya semua bisikan setan hanyalah sesuatu yang buruk.

3. Problematika Perkembangan dan Pertumbuhan Anak

a. Pengertian Anak

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.30 Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Anak adalah filosuf bilian.Mari kita berguru kepada mereka, dan bukannya mereka kita paksa

belajar kepada kita.”31

Dari definisi di atas dapat di tarik kesimpulan bahwasannya anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 18 (delapan belas) tahun. dan di dalam Undang-Undang di jelaskan akan menjamin perlindungan anak, atas hak-haknya untuk tumbuh berkembang dalam hidupnya.

b. Periodesasi Perkembangan dan Pertumbuhan anak

Pengertian perkembangan dapat diartikan perubahan yang progresif secara kontinyu dalam diri individu mulai lahir sampai

30

Undang-Undang Perlindungan Anak (UU RI No. 23 Th. 2002) Pasal 1 Ayat 1, hal. 34

31

(46)

42

mati. Pengertian Secara Etimologis Perkembangan berasal dari kata kembang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kembang berarti maju, menjadi lebih baik. sedangkan Secara Termitologis Perkembangan adalah proses kualitatif yang mengacu pada penyempurnaan fungsi sosial dan psikologis dalam diri seseorang dan berlangsung sepanjang hidup.32 Sedangkan menurut A. Choiran Marzuki menyatakan: pertumbuhan yaitu yang berkaitan dengan psikis. Yakni sesuatu yang lebih berhubungan

dengan’dunia dalam’ individu; seperti kepribadian, kemampuan

menyesuaikan diri, intelegensi dan lain-lain.33

Perkembangan menuurut Kartini Kartono ialah perubahan-perubahan psiko –fisik sebagai hasil dari , proses pematagan fungsi-fungsi psikis-fisik pada anak, di tunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam passage waktu tertentu, menuju dewasa.34

Jadi dapat di tarik kesimpulan perkembangan ialah perkembangan yang secara kontinyu pada diri individu atau anak dari mulai lahir sampai mati, dengan di tandai perkembangan pada fungsi fisik maupun psikis. Seperti tinggi dan berat badan.

32

ISSN: 2104-1994, Jurnal Pertumbuhan dan Perkembangan, Volume: 7, Nomor 1, Mei 2013: 1-6, Accredited : 97/DIkti/Kep/2013 (diakses tgl 11/4/2015, pukul 21.23)

33

A.Choiran Marzuki, Anak Saleh dalam Asuhan Ibu Muslimah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 1998), hal.2

34

(47)

43

Pengertian pertumbuhan secara etimologis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pertumbuhan berasal dari kata tumbuh yang berarti tambah besar atau sempurna. Pengertian Secara Termitologis Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam perjalanan waktu tertentu.35

Menurut A. Choiron Marzuki menyatakan bahwa pertumbuhan akan berkaitan dengan aspek fisik. Yakni aspek-aspek yang bisa di ukur, di hitung, di lihat atau di amati dengan jelas.36

Menurut Kartini Kartono menyatakan bahwa pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis sebagai perubahan dari proses pematangan fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak.37

Adapun Periodesasi perkembangan dan Pertumbuhan anak sebagai berikut:

1) Masa Bayi 0 - 2 Tahun (Periode Vital) Adapun Ciri-cirinya sebagai berikut:

35

ISSN: 2104-1994, Jurnal Pertumbuhan dan Perkembangan, Volume: 7,

Nomor 1, Mei 2013: 1-6, Accredited : 97/DIkti/Kep/2013 (diakses tgl 11/4/2015, pukul 21.23)

36

A. Choiran Marzuki, Anak Saleh dalam Asuhan Ibu Muslimah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 1998), hal.1

37

(48)

44

(a) Menurut Aristoteles usia 0-7 Tahun, disebut sebagai masa anak kecil, masa bermain. Menurut Charlotte Buhler Masa menghayati objek-objek di luar melatih fungsi motorik: yaitu fungsi yang berkaitan dengan gerakan badan dari anggota.38 Perkembangan fisik dan fungsi kognitif pada masa bayi. Pertumbuhan fisik secara cepat. Kemampuan berbicara pada usia 1 dan 3 tahun yang bergaul dengan manusia.39

2) Masa Kanak-Kanak 1-5 Tahun (Periode Estatis) Adapun Ciri-cirinya sebagai berikut:

(a) Sifat Egosentris naïf, yaitu paham yang mementingkan dirinya sendiri artinya dengan tidak sadar anak menuntut agar semua orang dapat melayani dan mengikuti setiap kehendaknya.

(b) Relasi Sosial yang primitife, artinya kehidupan individual dan kehidupan sosial belum terpisahkan oleh anak, sehingga anak hanya bisa meminati benda-benda atau peristiwa sesuai dengan dunia-fantasi dan dunia keinginannya. Perkembangan Sosial dan Emosi pada Masa kanak-kanak,40

38

Kartini Kartono, Psikologi Anak: Psikologi Perkembangan, hal.28

39 Paul Henry, Perkembangan dan Kepribadian Anak, (Jakarta: Erlangga, 1984), hal. 75

40

(49)

45

(c) Kesatuan jasmaniah-Rokhaniah yang hampir tak terpisahkan, artinya kehidupan lahiriah maupun batiniah masih belum terpisahkan, anak belum dapat memahami perbedaannya. Penghayatan anak dikeluarkan secara bebas, spontan baik itu dari tingkah laku, bahasa, mimik gerak tidak ada kebohongan atau tingkah laku yang berpura-pura dan karena itu pribadi anak tampak polos pada tingkah laku lahiriahnya.

(d) Anak Bersikap Fisiognomis terhadap dunia sekitar. Artinya anak secara langsung memberikan sifat lahiriah atau materiil (sifat konkrit,nyata) pada setiap penglihatannya. Anak mengajak berbicara kucing yang disamakan dengan dirinya.

3) Masa Anak-Anak Sekolah Dasar 6 – 12 Tahun (Periode Intelektual)

Adapun Ciri-ciri sebagai berikut:

(a) Perasaan –intelektual anak pada periode ini sangat besar

(b) Pada masa sekolah anak cepat merasa puas

(50)

46

(d) Ingatan anak pada usia 8-12 tahun mencapai intensitas paling besar dan kuat

(e) Pada usia 8-9 tahun anak menyukai sekali cerita-cerita dongeng

(f) Mengenai perasaan religius anak dapat dinyatakan bahwa gambaran fantasi anak mengenai surge dan neraka sudah mulai menipis, bersamaan menghilangnya dengan dongeng abu nawas. Sebab minat anak sudah disibukkan dengan lingkungan sekitarnya, sehingga anak tidak sempat memikirkan tentang alam barzah.

4) Masa Remaja, 12 - 14 Tahun Periode Pueral (Pra-Pubertas, Awal Pubertas)

Adapun Ciri-cirinya sebagai berikut:

(a) Anak puer disebut sebagai anak besar, ia tidak mau dinggap sebagai anak kecil, sikap anak puer realistis

dan sadar “nuchter”. Ia belum bisa memperdalam

kejiwaan sendiri dan lebih memandang kedunia luar. (b) Rasa harga diri yang semakin kuat

(c) Biasanya ditampilkan dengan sikap yang ketus,

cerewet dan tertawa “ngikik” tanpa sebab penting

(51)

47

(e) Mempunyai keinginan mengebu-ngebu. Masa pra-sekolah ditandai dengan proses-proses berfikir yang banyak didominasi oleh khayalan-khayalan, sampai proses-proses berfikir positif dan ril.41

(f) Melebihkan kemampuan diri sendiri42 5) Masa Pubertas Awal 14-17 (Periode Pubertas)

Adapun Ciri-cirinya sebagai berikut:

(a) Masa peralihan dari anak ke masa dewasa. pada masa ini remaja mengalami kematangan dari kelenjar-kelenjar kelamin, yaitu menarche (haid yang pertama) pada wanita dan keluarnya air mani pertama kali pada laki-laki.43kematangan fungsi jasmaniah yang biologis secara primer: kematangan kelenjar kelamin; yaitu tesis (buah zakar, kelepir) untuk anak laki. Sedangakan untuk perempuan ditandai dengan ovarium atau inung telur. Kematangan biologis secara sekunder yaitu gangguan peredaran darah, sering berdebar-debar, menggigil, pertumbuhan rambut pada kelamin, ketiak, kumis, cambang, dan perubahan suara.44

41

Singgih D. Gunarsah, Dasar dan Teori Perkembangan Anak,

(Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2003), hal. 60

42

Kartini Kartono, Psikologi Anak: psikologi perkembangan, hal.153 43

Singgih D. Gunarsah, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, hal. 60

44

(52)

48

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan dan Pertumbuhan Anak sebagai berikut:

1) Faktor hereditas (warisan sejak lahir/ bawaan). Faktor Genetik (keturunan — masa konsepsi) Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan Karakteristik: jenis kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan lain-lain.

2) Faktor Lingkungan terbagi dua diantaranya, yang pertama faktor eksternal terdiri dari, kebudayaan, status sosial ekonomi keluarga, nutrisi, penyimpangan dari keadaan normal, olahraga, dan urutan anak dalam keluarganya Sedangkan yang kedua ialah faktor internal terdiri dari hormon dan emosi. 3) Kematangan fungsi-fungsi organis dan psikis.

4) Aktifitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kemampuan seleksi, bisa menolak atau menyetujui,

Gambar

Gambaran lokasi
  Tabel 3:1 Skema Struktur Rumah Belajar Pandawa
Tabel 3:3

Referensi

Dokumen terkait

itu kehadiran peneliti di lapangan untuk penelitian kualitatif sangat diperlukan. Dalam proses pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi dan.. wawancara peneliti

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) karena data yang dianggap utama adalah data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dilapangan,

Tahap analisis: langkah-langkah dalam tahap analisis data hasil observasi lapangan secara langsung meliputi enam kegiatan, yaitu: (1) mendokumentasikan hasil wawancara

1. Triangulasi metode, yaitu berupa wawancara, observasi dan FGD dengan membandingkan hasil temuan di lapangan. Apabila kesimpulan dari metode sama, maka data dan

Yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan, yaitu melalui observasi dan interview yang berupa informasi melalui wawancara antara peneliti dengan pihak KJKS

Tahap ini peneliti menentukan sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian, yakni buku-buku, jurnal atau referensi terkait penelitian. Kemudian, data dari observasi, wawancara,

Hal ini bisa peneliti bandingkan dengan cara mengobservasi dan melakukan wawancara kemudian hasil didapatkan oleh peniliti adalah responden yang tidak mendapatkan

Sumber data dalam penelitian ini diambil dari data primer atau data pokok yang diambil dan diperoleh dari penelitian lapangan melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan populasi