• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL MASYARAKAT BALI AGA DI DESA PAKRAMAN ASAK, DESA PERTIMA, KECAMATAN KARANGASEM, KABUPATEN KARANGASEM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFIKASI ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL MASYARAKAT BALI AGA DI DESA PAKRAMAN ASAK, DESA PERTIMA, KECAMATAN KARANGASEM, KABUPATEN KARANGASEM."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

Bidang Unggulan : Budaya dan Pariwisata Kode/Nama Bidang Ilmu : 426/Teknik Arsitektur

LAPORAN AKHIR

HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

IDENTIFIKASI ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL

MASYARAKAT BALI AGA

DI DESA PAKRAMAN ASAK, DESA PERTIMA,

KECAMATAN KARANGASEM, KABUPATEN KARANGASEM

Tim Peneliti :

1.I Nyoman Susanta, S.T., M.Erg. 0023096902 2.Ir. I Nengah Lanus, M.T. 0018085703

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

UNIVERSITAS UDAYANA

OKTOBER 2015

Dibiayai oleh

DIPA PNBP Universitas Udayana

(2)

1 HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR

HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI TAHUN 2015

---

Judul Penelitian : Identifikasi Arsitektur Rumah Tinggal Masyarakat Bali Aga

Di Desa Pakraman Asak, Desa Pertima, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem

Peneliti/Pelaksana

Nama Lengkap : I Nyoman Susanta, ST., M.Erg.

NIDN/NIP : 0023096902 / 19690923 199503 100 2

Jabatan Fungsional : Asistem Ahli

Program Studi : Arsitektur

No. HP : 08123978856

Alamat Surel (e-mail) : susanta.nyoman@yahoo.com

Anggota (1)

Nama Lengkap : Ir. I Nengah Lanus, MT

NIDN /NIP : 0018085703 / 195708181986031003

Perguruan Tinggi : Universitas Udayana

Tahun Pelaksanaan : Tahun Ke-1 dari rencana 1 tahun Biaya Tahun Berjalan : Rp. 25.000.000,00

Biaya Keseluruhan : Rp. 25.000.000,00

Denpasar, 30 Oktober 2015

Mengetahui, Ketua Tim Peneliti

Dekan Fakultas Teknik

(Prof. Ir. Ngakan Putu Gede Suardana, MT., Ph.D) NIP. 196409171989031002

(I Nyoman Susanta, ST., M.Erg.)

NIP. 19690923 199503 100 2

Mengetahui

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana

(3)

2 ABSTRACT

Desa Pakraman Asak is one of the Bali Aga village in Karangasem, designated by the government as a cultural village which includes a strategic rural districts in order to support the declaration of cultural tourism. Desa Pakraman Asak has a unique activity of customs and traditions that are implemented in the fabric of space and architecture. The uniques from that village are the arrangement of spaces and buildings, especially in the arrangement of residential and yard area. The yard is a plot of land for residential function with an area of about 200-300 M² in which there are several building units or bale-bale containers occupants activity. Along with time and developments in various sectors of development, especially improving the economy in Desa Pakraman Asak lead to changes in society in the necessities of life, livelihood, lifestyle and various other aspects. The changes further change use patterns, activity and order of customs value at the heart and source of inspiration for local community life. In order to preserve traditional values and the values of architecture will require real efforts, so that the existence of local architecture and uniqueness Desa Pakraman can be maintained. One of the steps taken to concervation such heritage is to identify residential architecture. For it is then necessary layout data collection, spatial and residential shape, pattern-problem utilization and problems related to local indigenous traditions. The data is compiled and analyzed to formulate the model homes of the architecture and utilization. A strategy that can be developed is to do conservation, modification or repetition continues to reflect the identity of traditional architecture.

Keywords: residential architecture, change, conservation, modification and repetition

ABSTRAK

Desa Pakraman Asak merupakan salah satu dari Desa Bali Aga yang ada di Kabupaten Karangasem, ditetapkan oleh pemerintah sebagai desa budaya yang termasuk desa strategis kabupaten dalam rangka mendukung pencanangan pariwisata budaya. Desa Pakraman Asak memiliki keunikan aktivitas adat dan tradisi yang diimplementasikan dalam tatanan ruang dan arsitektur. Salah satu keunikannnya pada penataan ruang-ruang dan bangunan, khususnya pada penataan rumah tinggal dan area pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah untuk fungsi rumah tinggal dengan luas sekitar 200 - 300 M² didalamnya terdapat beberapa unit bangunan ataupun bale-bale wadah aktivitas penghuninya. Sejalan dengan waktu dan perkembangan dalam berbagai sektor pembangunan khususnya peningkatan perekonomian di Desa Pakraman Asak mengakibatkan perubahan-perubahan pada masyarakatnya dalam kebutuhan hidup, mata pencaharian, pola hidup dan berbagai aspek lainnya. Perubahan tersebut selanjutnya mengubah pola pemanfaatan, aktivitas dan tatanan nilai adat yang menjadi inti dan sumber inspirasi kehidupan masyarakat setempat. Dalam rangka pelestarian tata nilai adat dan tata nilai arsitekturnya maka diperlukan upaya-upaya nyata, sehingga keberadaan arsitektur setempat dan keunikan desa pakraman dapat dipertahankan. Salah satu langkah yang dilakukan untuk pelesatarian warisan tersebut adalah dengan mengidentifikasi arsitektur rumah tinggal. Untuk hal tersebut maka dibutuhkan pendataan tata letak, tata ruang dan tata bentuk rumah tinggal, pola pemanfaatannya serta permasalahan-permasahan yang terkait dengan tradisi adat setempat. Data-data dikompilasi dan dianalisis untuk merumuskan model rumah tinggal dari sisi arsitektur dan pemanfaatannya. Setrategi yang dapat dikembangkan adalah dengan melakukan konservasi, modifikasi ataupun repetisi yang tetap mencerminkan jati diri arsitektur tradisional.

(4)

3 PRAKATA

Puji syukur dihaturkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang Widhi atas karunia yang dilimpahkan sehingga penelitian ini dengan judul “Identifikasi Arsitektur Rumah Tinggal Masyarakat Bali Aga Di Desa Pakraman Asak, Desa Pertima, Kecamatan

Karangasem, Kabupaten Karangasem" dapat mencapai tahapan akhir (100 %).

Penelitian ini dibuat dalam rangka pengamalan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, dimana dosen berkewajiban mengadakan penelitian selain pengabdian pada masyarakat dan mengajar. Pada awal tahun anggaran 2015/2016 usulan penenelitian diajukan dan selanjutnya mendapatkan persetujuan melalui proses seleksi. Untuk mendapatkan Hibah Udayana Unggulan Progaram Studi. Laporan akhir penelitian disampaikan untuk dapat sebagai informasi dan pertanggungjawaban dalam rangka evaluasi dari tim monitoring LPPM unud.

Selama penyusunan ini telah banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dihaturkan banyak terima kasih kepada yang terhormat :

1. Pejabat Pelaksana Tugas Perbekel Desa Pertima sebagai lembaga kedinasan yang mewilayahi Desa Pakraman Asak, yang memberikan ijin dan pengantar.

2. Bapak I Nyoman Winata selaku Kliang Desa Pakraman Asak yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk dapat meneliti di wilayah tersebut dan sebagai salah satu sumber informasi desa.

3. Bapak I Nengah Mesir sebagai Prajuru Desa Pakaraman Asak sebagai nara sumber yang telah memberikan informasi tentang fungsi-fungsi bangunan di dalam rumah. 4. Masyarakat Desa Pakrman Asak yang telah menjadi responden, memberikan ijin untuk

mengobservasi ruamahnya dan memberikan informasi-informasi.

5. Pimpinanan Lembaga dan jajarannya di lingkungan Universitas Udayana antara lain ; Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Lembaga LPPPM yang telah memberikan bantuan dana, dukungan dan kesempatan untuk melakukan penelitian ini.

6. Para reviewer yang telah memberikan koreksi, bimbingan dan pengarahan sehingga usulan penelitian dapat diterima dan selanjutnya dapat dilaksanakan sesuai dengan arahan dan target yang diharapkan.

7. Serta semua pihak yang turut setra berkontribusi pada penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Demikian laporan ini dibuat semoga mendaptkan masukan dari berbagai pihak dan dapat bermanfaat sebagai mana mestinya.

Denpasar, 30 Oktober 2015 Ketua Peneliti

(5)

4

1.2.Tinjauan Khusus Penelitian ... 7

1.3.Urgensi ... 7

BAB II. STUDI PUSTAKA ... 9

2.1.Arsitektur Tradisional Bali ... 9

2.2.Pola Tata Ruang Arsitektur Tradisional Bali ... 10

2.3.Tata Ruang Lingkungan Teritorial Desa ... 11

2.4.Tata Ruang Lingkungan Rumah Tinggal ... 11

2.5.Pengertian Konservasi ... 13

2.6.Dasar Hukum Konservsi ... 13

2.7.Strategi dan Model Konservasi ... 14

2.8.Permasalahan Konservasi ... 16

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 17

3.1.Tujuan Penelitian ... 17

3.2.Manfaat Penelitian ... 17

BAB IV. METODE PENELITIAN ... 18

4.1.Lokasi Penelitian ... 18

4.2.Rancangan Penelitian ... 18

4.3.Prosedur Penelitian ... 18

4.4.Jenis dan Sumber Data ... 19

4.5.Teknik Analisis Data ... 10

BAB V. HASIL DAN PEMBAHSAN ... 20

5.1.Identifikasi Arsitektur (tata letak, tata ruang dan tata bentuk) Rumah Tinggal .... 20

5.2.Identifikasi Pola-pola Pemanfaatan Rumah Tinggal ... 23

5.3.Rumusan Strategi Yang Dapat Dikembangkan ... 24

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

6.1.Kesimpulan ... 28

6.2.Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

LAMPIRAN 1. JUSTIFIKASI ANGGARAN PENELITIAN ... 30

LAMPIRAN 2. DUKUNGAN SARANA DAN PRASARANA PENELITIAN ... 32

LAMPIRAN 3. SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI DAN PEMBAGIAN TUGAS ... 33

LAMPIRAN 4. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA TIM PENELITI SERTA MAHASISWA YANG TERLIBAT ... 34

(6)

5 BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa pakraman adalah satu kesatuan wilayah dengan tatanan kehidupan sosial budaya masyarakat, memiliki otoritas pengelolaan desa yang dilandasi oleh tradisi dan adat setempat. Desa pakraman di Bali berdasarkan tradisinya dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu : Desa Bali Aga atau Bali pegunungan atau Bali mula dan Desa Bali Apanaga atau Bali dataran. (Dinas PU Prop. Dati I Bali, 1989: 6; Parimin Ardi P, 1986: 16; Danker Schaareman, 1986 : 2-5).

Desa Pakraman Asak merupakan salah satu dari Desa Bali Aga yang ada di Kabupaten Karangasem, ditetapkan oleh pemerintah sebagai desa budaya (Desa Pakraman Perasi, Desa Pakraman Bugbug, Desa Pakraman Timbrah, Desa Pakraman Asak, Desa Pakraman Bungaya, dan lain-lain) yang termasuk desa strategis kabupaten dalam rangka mendukung pencanangan pariwisata budaya. Desa Pakraman Asak merupakan desa tradisional, terletak di Desa Pertima, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem yang merupakan wilayah bagian timur pulau Bali. Berbatasan dengan desa pakraman lainnya, antara lain : disebelah timur Desa Pakraman Subagan, sebelah barat Desa Pakraman Bugbug dan Bukit Gumung, sebelah utara Desa Pakraman Bungaya, sebelah selatan Desa Pakraman Timbrah. Penduduk desa seluruhnya beragama Hindu, mata pencaharian utamanya adalah bertani, pekerjaan tambahannya ada yang berternak, nelayan, berdagang, pengrajin, buruh, karyawan dan pegawai pemerintah.

Desa Pakraman Asak memiliki keunikan aktivitas adat dan tradisi yang diimplementasikan dalam tatanan ruang dan arsitektur. Salah satu keunikannnya pada penataan ruang-ruang dan bangunan, khususnya pada penataan rumah tinggal dan area pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah untuk fungsi rumaha tinggal dengan luas sekitar 200–400 M² didalamnya terdapat beberapa unit bangunan ataupun bale-bale wadah aktivitas penghuninya (Gelebet, 1982) dikelilingi penyengker/ pagar pembatas dengan pintu masuk berupa kori. (Susanta, 2012) Tanah pekarangan dimilki oleh desa sebagai tanah ayahan desa, dapat digunakan dan ditempati krama pengayah desa dengan keturunannya selama masih menjadi warga desa. Tanah ini tidak dapat diperjualbelikan, pemindahan hak tanah desa ini ditentukan oleh desa atas dasar aturan dan tradisi adat. Satu bidang pekarangan umumnya dihuni oleh satu kepala keluarga. (observasi, 2015). Perwujudan tata ruang dan bentuk rumah tinggal dan area pekarangan ini sebagai penjabaran tatanilai tradisi adat, sebagai akumulasi pengetahuan tradisi yang unik dan khas serta dilandasi oleh ajaran agama dan tradisi adat setempat.

Sejalan dengan waktu dan perkembangan dalam berbagai sektor pembangunan khususnya peningkatan perekonomian di Desa Pakraman Asak mengakibatkan perubahan-perubahan pada masyarakatnya dalam kebutuhan hidup, mata pencaharian, pola hidup dan berbagai aspek lainnya. Perubahan tersebut terimplementasi dalam arsitektur seperti tata ruang dan tata bangunan. Perubahan-perubahan sedemikianrupa sehingga menggeser, melemahkan bahkan menghilangkan tata nilai, tata ruang dan tata bentuk terdahulu. Perubahan tersebut selanjutnya mengubah pola pemanfaatan, aktivitas dan tatanan nilai adat yang menjadi inti dan sumber inspirasi kehidupan masyarakat setempat. Dalam rangka pelestarian tata nilai adat dan tata nilai arsitekturnya maka diperlukan upaya-upaya nyata, sehingga keberadaan arsitektur setempat dan keunikan desa pakraman dapat dipertahankan. Mengingat peranan desa pakraman yang sangat sentral dan strategis sebagai wadah utama masyarakatnya. dalam menata budaya dan tradisi adat setempat.

(7)

6 tata letak, tata ruang dan tata bentuk rumah tinggal, pola pemanfaatannya serta permasalahan-permasahan yang terkait dengan tradisi adat setempat. Data-data dikompilasi dan dianalisis untuk mendapatkan model rumah tinggal dari yang sesuai prinsip konservasi dari sisi arsitektur dan pemanfaatannya.

Hasil identifikasi model ini, dapat menjadi data awal dalam upaya pelestarian arsitektur lokal. Dapat pula menjadi masukan dalam proses menemukan solusi-solusi permasalahan yang terkait dengan pelestarian tata nilai adat dan permasalahan-permasalahan yang terkait dengan perubahannya.

1.2 Tinjauan Khusus

Sejalan dengan waktu pembangunan di Desa Pakraman Asak telah mengubah arsitektur rumah tinggal dan pola-pola pemanfaatannya. Perubahan yang tidak sejalan dengan budaya dan tradisi adat dapat mengganggu kelestarian arsitektur dan tradsisi adat. Oleh karena itu maka diperlukan upaya-upaya untuk mengidentifikasi hal-hal yang menjadi tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi arsitektur (tata letak, tata ruang dan tata bentuk) rumah tinggal 2. Mengidentifikasi pola-pola pemanfaatan rumah tinggal

3. Merumuskan setrategi yang dapat dikembangkan untuk dapat melestarikan arsitektur (tata letak, tata ruang dan tata bentuk) dan pola pemanfaatan rumah tinggal

1.3. Urgensi

Bahwa budi daya manusia berhasil melahirkan karya-karya berwujud kompleks, idea-idea, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya, ataupun kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat maupun benda–benda hasil kerja manusia; yang secara makro dikatakan sebagai seluruh total dari pikiran, karya dan hasil karya makro yang tidak beraturan kepada nalurinya dan yang karena itu hanya bisa

dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses belajar …. (Koentjaraningrat dalam Dinas PU Prop. Dati I Bali, 1989: 1) Demikian halnya dengan pola pemikiran tradisional Bali , juga ikut mengalami perubahan dan perkembangan yang semula dilandasi oleh factor agama, kepercayaan, dan adat istiadat yang digariskan berupa aturan-aturan tradisional telah berkembang mengikuti nilai-nilai regional dan global. Perubahan bertujuan untuk memenuhi tuntutan tata ruang yang meningkat. Akibatnya pola-pola arsitektur rumah tinggal akan berubah yang selanjutnya diikuti perubahan pola-pola aktivitas yang semata-mata hanya didasari oleh nilai efisiensi. Dalam hal tersebut khususnya di Desa Pakraman Asak diperlukan suatu bentuk pola untuk perencanaan konservasi terhadap arsitektur rumah tinggal dan pola –pola pemanfaatannya.

Inventarisasi desa-desa tradisional yang dilakukukan oleh Dinas PU Prop. Bali tahun 1989 bersifat umum yang menyangkut pola-pola pemukiman dan rumah secara makro. Inventarisasi tersebut tidak melihat hubungan antara aktivitas pemnfaatan rumah tinggak dengan pola arsitekturnya (tata letak, tata ruang dan tata bentuk), sehingga usulan penelitian ini dapat diharapkan menemukan pola-pola pemanfaatan dan merumuskan strategi pelestarian arsitektur dan pola pemanfaatnnya.

(8)
(9)

8 BAB II STUDI PUSTAKA

2.1. Arsitektur Tradisional Bali

Sebagai pemahaman awal dan penyamaan peresepsi maka akan dikemukakan terlebih dahulu tentang pengertian antara arsitektur tradisional Bali dengan arsitektur Bali. Kedua-duanya telah tumbuh dan berkembang mengisi sejarah, ruang dan waktu dari masa ke masa sebagai wujud arsitektur Bali.

Menurut I Nyoman Gelebet 1982, arsitektur tradisional Bali merupakan arsitektur yang ditumbuhkembangkan dari generasi kegenerasi berikutnya dan dibuat dengan aturan-aturan tradisional Bali baik tertulis maupun lisan serta dapat diterima oleh masyarakat Bali secara berkelanjutan karena dianggap baik dan benar.

Arsitektur Bali adalah arsitektur yang tumbuh, berkembang dan dipertahankan di Bali, dapat terdiri dari :

1. Arsitektur warisan (kuno), 2. Arsitektur Tradisional Bali

3. Arsitektur non tradisional yang bergaya arsitektur tradisional Bali

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa arsitektur tradisional Bali merupakan salah satu dari arsitektur Bali, serta merupakan cikal bakal serta induk yang menginspirasi arsitektur lainnya yang ada di Bali. Arsitektur tradisonal Bali dijiwai dan dilandasi oleh ajaran Agama Hindu. Penjiwaan ini tercermin :

1. Dalam proses pembangunan tradisional,

 Upacara keagamaan (sarana, mantera, rajah)

 Penentuan dimensi dan jarak (dewa-dewa Hindu)

 Penentuan hari baik/dewasa ayu (Jyotisa) 2. Dalam tata ruang dan tata letak bangunan serta

 Pola tri mandala dan sanga mandala (konsep Tri Loka dan dewata nawa sanga)

 Pola Natah (perpaduan akasa dan pretiwi)

 Orientasi hulu - teben 3. Dalam wujud bangunan

 Nama-nama ukuran yang dipilih (bhatara asih, prabu anyakra negara, sanga padu laksmi);

 Simbol dan corak ragam hias (Acintya, Kala, Boma, garuda-wisnu, angsa, dll) Arsitektur tradisional Bali sebagai perwujudan ruang secara turun temurun dapat meneruskan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam masyarakat sesuai dengan pandangan dan idealismenya. Karya arsitektur tradisonal Bali mencerminkan aktivitas pemiliknya, dengan demikian maka modul ruang dan bentuk yang diambil dari ukuran tubuh manusia dan aktivitas pemiliknya. Di dalam arsitektur tradisonal Bali terkandung unsur-unsur : Peraturan tradisonal baik yang tertulis maupun lisan, ahli bangunan tradisional seperti undagi, sangging, tukang, pelukis serta sulinggih/pendeta. Ini mencerminkan kompleksitas rancangan arsitektur, kedalaman dan totalitas integrative.

Terdapat tiga klasifikasi fungsi bangunan dalam arsitektur tradisional Bali yaitu :

1. Fungsi peribadatan pada dasarnya berfungsi sebagai tempat pemujaan dan berbakti kepada Tuhan dan leluhur dalam rangka menguatkan dan memberdayakan hidup ini agar manusia dalam hidup ini menjadi lebih baik dan lebih berguana. Tempat pemujaan ini terdiri dari :

 Pura Kawitan dan Sanggah sebagai media mengembangkan kerukunan dalam keluarga

(10)

9

 Pura Swagina sebagai media untuk mengembangkan kerukunan profesi

 Pura Kahyangan Jagat sebagai media untuk mengembangnkan kerukunan regional dan universal.

2. Fungsi perumahan sebagai bangunan yang berfungsi untuk tempat hunian dengan segala aktivitas dan interaksinya agar manusia dapat mengembangkan potensi dan profesinya secara profesional dan optimal secara serasi, selaras dan seimbang. Hunian ini terdiri dari :

 Griya sebagai wadah hunian untuk profesi rohaniawan/sulinggih/pendeta

 Puri sebagai wadah hunian untuk pemimpin/penguasa pemerintahan

 Jero sebagai wadah hunian untuk pembantu/pejabat pemerintahan

 Umah sebagai wadah hunian untuk masyarakat umum seperti penggerak pertanian dan perdagangan.

3. Fungsi sosial sebagai bangunan yang berfungsi untuk melakukan aktivitas secara berkelompok/bersama dalam suatu territorial tertentu baik di tingkat lingkungan maupun desa. Bangunan ini akan lebih berfungsi sebagai fasilitas umum dan fasilitas sosial budaya bagi anggota masyarakat, jenisnya antara lain sebagai berikut :

 Bale desa berfungsi sebagai wadah aktivitas dan interaksi sosial budaya dan kemasyarakatan dalam rangka mengembangkan kerukunan di tingkat teritorial desa.

 Bale banjar berfungsi sebagai wadah aktivitas dan interaksi sosial budaya dan kemasyarakatan dalam rangka mengembangkan kerukunan di tingkat lingkungan banjar.

 Bale teruna-teruni sebagai wadah aktivitas, kreativitas dan interaksi sosial budaya dan kemasyarakatan dalam rangka mengembangkan kerukunan dan pembinaan generasi muda.

 Bale subak sebagai wadah aktivitas dan interaksi sosial budaya dan kemasyarakatan dalam rangka mengembangkan kerukunan dan kesejahtraan dibidang pertanian.

 Pasar sebagai wadah aktivitas dan interaksi sosial budaya dan ekonomi kemasyarakatan dalam rangka mengembangkan kesejahtraan desa.

 Beji sebagai wadah aktivitas dan interaksi sosial budaya dan kemasyarakatan dalam rangka mengembangkan kerukunan dan sanitasi desa.

 Bale bendega difungsikan oleh nelayan

 Bale sekee/perkumpulan profesi non formal

 Dan lain-lain

2.2Pola Tata Ruang Tradisional Bali

Tata ruang tradisional Bali menyangkut berbagai wujud ruang luar yang diungkapkan dalam suatu wilayah (palemahan) baik antar wilayah dengan wilayah serta antara bangunan dengan wilayah/ruang terbuka. Fokusnya menguraikan ruang-ruang dengan radius-radius tertentu dalam hubungannya dengan keberadaan pura/tempat pemujaaan, ruang terbuka, maupun pola pemanfaatan dalam hubungannya dengan pengembangan desa dan wilayah untuk tujuan-tujuan tertentu seperti kepariwisataan, perekonomian, pemerintahan, pertanian, penyangga, kawasan konservasi dan lain sebagainya.

(11)

10 Sanga Mandala. Pola perletakannya mempertimbangkan daerah ruang terbuka/palemahan, sehingga diperlukan jarak-jarak bangunan terhadap lingkungan sekitar. Jarak ini menggunakan modul dari ukuran antropometri manusia dari ajengkal, amusti, atapak, adepa, apenimpugan apeneleng alit sampai apeneleng agung. Implementasi tata ruang akan memperhitungkan secara cermat ruang-ruang luar sebagai ruang antara bangunan satu dengan bangunan lainnya, terutama bangunan suci yang sakral seperti : Pura Kahyangan Jagat, Pura Kahyangan Tiga, Pura Swagina dan sebagainya. Berdasarkan atas cakupan fungsinyanya maka tata ruang tradisional Bali yang akan dikemukakan disini dibatasi sebanyak dua jenis yaitu :

1. Tata Ruang Lingkungan Teritorial Desa

2. Tata Ruang Lingkungan Rumah Tinggal (Pekarangan)

2.3 Tata Ruang LingkunganTeritorial Desa

Tata ruang lingkungan teritorial desa berpedoman pada konsep Tri Hita Karana yang didasarkan atas tiga arah tujuan hidup beragama menurut tradisi di Bali (Tri Para Artha : bhakti, punia dan asih). Tiga hal tersebut membutuhkan tata ruang yang disebut dengan Parhyangan, Pawongan dan Palemahan. Konsep ini sebagai landasan operasional dalam menata tata ruang wilayah desa yang dalam penataannya disesuaikan dengan Desa, Kala, Patra (tempat, waktu dan keadaan). Pola-pola yang umum dikembangkan untuk daerah dataran adalah pola Pempatan Agung/Catuspatha, disamping pola-pola lain seperti : pola desa Tenganan, pola desa Bugbug, pola desa Timbrah, pola desa Asak, serta pola linier terutama di daerah-daerah pegunungan.

UTAMA

Gambar 2.1. Model pola-pola tata ruang lingkungan territorial desa

TAK

Gambar 2. 2. Model pola-pola tata ruang lingkungan territorial desa

2.4 Tata Ruang Lingkungan Rumah Tinggal (Pekarangan)

Pola tata ruang pekaranganberpedoman pada konsep Sanga Mandala, “ ruang dalam alam

dan alam di tengah ruang” dengan Natah sebagai ruang utama/pengikat. Membangun

(12)

11

Gambar 2.3. Model pola tata ruang lingkungan rumah tinggal dan territorial desa

Konsepsi keharmonisan dengan lingkungan dapat dijabarkan atas dasar sebagai berikut : pengutamaan pemanfaatan potensi sumberdaya alam setempat, pengutamaan pemanfaatan potensi sumber daya manusia setempat dan pengutamaan penerapan potensi pola-pola fisik arsitektur setempat. Terdapat tata nilai yang mempengaruhi tata letak rumah tinggal dalam kaitannya dengan lingkungan dan fasilitas umum pada arsitektur tradisional Bali, seperti : rumah tidak langsung berada di hulu Bale Banjar/Pura/Puri serta rumah harus dibatasi dengan jalan atau tanah kosong (karang tuang). Tata letak rumah ditentukan juga oleh stratifikasi sosial tradisonal sehingga penataan menghasilkan konfigurasi sedemikian rupa sehingga rumah sulinggih/ brahmana/ pendeta /rohaniawan terletak di hulu/bagian yang dianggap utama, rumah penguasa (raja) di tengah atau ring satu di sudut catuspatha, rumah pejabat di ring kedua dan rumah rakyat di ring ketiga.

Konsistensi tata nilai ruang dan bangunan dapat diwujudkan dengan perletakan bangunan yang beragam, nilai fungsinya diserasikan dengan struktur hirarkhi nilai ruangnya, ketinggian lantai disesuaikan nilai fungsi bangunan sehingga ada keserasian antara nIlai ruang dan nIlai bangunan.

Gambar 2.4. Model pola tata ruang lingkungan rumah tinggal dengan pola sanga mandala

010 AB I, M10

(13)

12

Gambar 2.6. Model pola-pola tata letak bangunan tradisional Bali atas dasar aturan tradisional

2.5 Pengertian Konservasi

Konsep konservasi atau pelestarian terdiri atas berbagai sub konsep, yaitu :

1. Proteksi adalah memberikan perlindungan-perlindungan agar suatu tempat atupun objek terhindar dari gangguan, kerusakan-kerusakan dan penghancuran,

2. Preservasi adalah sebagai pelestarian suatu tempat persis seperti keadaan aslinya tanpa perubahan, termasuk didalamnya mencegah pengahancuran.

3. Rekonstruksi adalah mengembalikan suatu tempat kepada keadaan yang semirip mungkin dengan keadaan semula, baik dengan menggunakan dengan bahan yang lama, maupun dengan menghadirkan bahan-bahan yang baru.

4. Restorasi bermakna sebagai usaha mrngembalikan sesuatu kepada keadaan semula tanpa melakukan tambahan-tambahan dan memasang komponen-komponen semula tanpa memasang bahan-bahan yang baru. Restorasi sering diidentikkan dengan rehabilitasi.

5. Reparasi sebagai upaya-upaya untuk melakukan perbaikan dengan upaya yang semirip mungkin dengan aslinya,

6. Adaptasi adalah mengubah tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang lebih sesuai, dengan menghindarkan perubahan yang drastis dan menimbulkan dampak yang seminimal mungkin. Dalam beberapa kasus dan kondisi, kegiatan adaptasi ini disetarakan dengan revitalisasi.

Masing-masing sub konsep memiliki focus dan makna tersendiri, namun secara prinsipiil ada makna dasar yang merupakan koridor setiap usaha konservasi, yakni : adanya prinsip keutuhan dan kelestarian, adanya prinsip stabilitas dalam dinamika, adanya prinsip keterbukaan terhadap wawasan, teknologi dan nilai-nilai universal dari perspektif kesejarahan, ilmu pengetahuan dan seni. Kalau dikaitkan dengan tradisi Hindu di Bali maka proses konservasi itu meliputi proses utpati (penciptaan), stithi (dipertahankan) dan pralina (ditinggalkan), arsitektur sebagai suatu ciptaan tidak dapat terlepas dari hukum itu yang disebut Tri Kona.

Cakupan pelestarian yang sudah berjalan di Indonesia hingga saat ini meliputi empat bidang besar, yaitu : Alam, Kesenian, Arkeologi dan Lingkungan Binaan. Untuk arsitektur akan tercakup dalam 2 - 3 bidang cakupan pelestarian, karena dapat mencakup seninya, arkeologi maupun arsitekturnya sebagai bagiandari lingkungan binaan.

2.6 Dasar Hukum Konservasi

(14)

13 ada secara turun temurun dan unsur agama yang dianut oleh masyarakat, baik tertulis maupun tidak.

Beberapa bentuk peraturan perundang-undangan yang secara langsung maupun tidak lansung mengatur pelestarian arsitektur Bali adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya, Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 5 Th. 1992 menentukan keharusan melestarikan, memanfaatkan dan memajukan kebudayaan nasional Indonesia, serta benda alam/buatan manusia, baik yang bisa dipindahkan maupun tidak. Benda cagar budaya dikuasai oleh Negara dan dalam pengelolaannya bisa dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, kelompok, dan perorangan demi kepentingan agama, sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Dengan adanya undang-undang ini maka secara langsung seluruh lapisan masyarakat berkewajiban untuk melestarikan benda-benda cagar budaya sebagai warisan budaya bangsa.

2. Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 3 tahun 2001 tentang Desa Pakraman, pada konsiderennya menentukan bahwa desa pakraman sebagai kesatuan masyarakat hukum adat yang dijiwai oleh ajaran Agama Hindu dan nilai-nilai budaya yang hidup di Bali sangat besar perannya dalam bidang agama dan sosial budaya sehingga perlu diayomi, dilestarikan, dan diberdayakan. Dalam upaya pelestarian warisan budaya Bali desa pakraman berupaya untuk menjaga dan memelihara nilai-nilai adat budaya masyarakat Bali terutama etika, moral, dan peradaban yang merupakan inti adat istiadat dan tradisi masyarakat Bali agar keberadannya tetap terjaga dan berlanjut. Ini berarti juga bahwa arsitektur yang teraplikasi dalam tata ruang dan bangunan sebagai wujud budaya perlu dijaga dan dilestarikan oleh desa pakraman.

2.7 Strategi dan Model Konservasi

Beberapa model dari metode pelestarian dapat dilakukan dengan melakukan konservasi, modifikasi ataupun repetisi. Konservasi dapat dilakukan dengan beberapa sub konsep/variasinya yang akan dipilh/ditetapkan modelnya setelah melakukan evaluasi dan status dari objeknya. Modifikasi dapat dilakukan dengan mengubah dan atau mengganti sebagaian kecil bangunan agar karakter bangunannya masih nampak. Repetisi dapat dilakukan dengan membuat kembali bangunan yang sama sehingga dapat dianggap

“reinkarnasi”. Repetisi dilakukan untuk : sebagai “Reinkarnasi” arsitektur tradisional Bali,

sebagai kebutuhan sarana untuk kegiatan sosial budaya/ keagamaan dan sebagai kebanggaan identitas/jati diri serta koleksi. Pembangunan tradisional yang baru tujuannya adalah : peningkatan kualitas fungsi, peningkatan kualitas teknis dan peningkatan kualitas estetika.

(15)

14

Gambar 2.8.Model pelestarian pola lingkungan dan pengembangan

Dalam rangka menata dan merancang lingkungan baru yang dapat menampilkan karakter pola lingkungan arsitektur tradisional Bali, sebagai bagian dari pelestarian maka dapat dilakukan langkah-lankah sebagai berikut:

1. Adopsi dan modefikasi pola-pola lingkungan tradisional yang mapan; 2. Sesuaikan dengan kawasan pembangunan: perdesaan – perkotaan;

3. Akomodasikan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang dibutuhkan saat ini.

P

P

P

P

Dalam rangka penataan pola tata ruang lingkungan rumah tinggal (pekarangan) dapat dilakukan dengan prinsip yang dapat membangun identitas prinsip-prinsip arsitektur tradisional Bali, antara lain sebagai berikut :

1. Prinsip tata ruang dan tata letak 2. Prinsip tata bangunan

3. Prinsip struktur

4. Prinsip utilitas dan ergonomi

5. Prinsip ornamen dan bahan bangunan

12/13/2010 AB III, M6

Gambar 2.11. Model modifikasi tata ruang lingkungan rumah tinggal (pekarangan)

(16)

15

12/11/2010 AB III, M6

Modefikasi rancangan tapak, model 2

Orang

MObil

asli Modefikasi

Gambar 2.12. Model modifikasi tata ruang lingkungan rumah tinggal pekarangan)

2.8 Permasalahan Konservasi

Terdapat beberapa permasalahan terkait dengan pelestarian arsitektur tradisional Bali antara lain :

1. Permasalahan umum terdapat pada pemahaman tentang konservasi, dilakukan pada apa saia, oleh siapa dan kapan jangka waktunya. Kejelasan tentang hak-hak dan tanggung jawab dari berbagai pihak yang terlibat dan terpengaruh didalamnya.

(17)

16 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1.Tinjauan Khusus

Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hal-hal berikut :

1. Mengidentifikasi arsitektur (tata letak, tata ruang dan tata bentuk) rumah tinggal 2. Mengidentifikasi pola-pola pemanfaatan rumah tinggal

3. Merumuskan setrategi yang dapat dikembangkan untuk dapat melestarikan arsitektur (tata letak, tata ruang dan tata bentuk) dan pola pemanfaatan rumah tinggal

3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini berkontribusi pada Desa Pakraman Asak untuk mengidentifikasi permasalahan dan strategi dalam pelestarian rumah tinggal dan tradisi desa dengan independensi dan otorinas pengelolaannya. Untuk pemerintahan khusunya Desa Pertima, kecamatan dan Kabupaten Karangasem sebagai input dan evaluasi kebijakan karena desa telah ditetapkan sebagai desa tradisional dan desa budaya sebagai desa strategis penyangga pariwisata budaya di Karangasem.

Hasil penelitian ini juga akan menjadi input bagi penyusunan database desa-desa Bali Aga milik Jurusan Arsitektur, FT-UNUD. Pihak internal UNUD dapat mengakses data ini dengan relatif lebih mudah.

Luaran penelitian akan berpeluang menjadi makalah dalam jurnal nasional terakreditasi mengingat kontribusinya yang bersifat cukup fundamental bagi perkembangan pariwisata budaya di Bali.

(18)

17 BAB IV METODA PENELITIAN

4.1.Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Pakraman Asak Desa Pertima Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem.

4.2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunaakan rancangan sebagai berikut :

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif komparatif, dimana data-data fisik dan non fisik yang terkumpul baik itu data kepustakaan maupun lapangan. Jenis data berupa data kuantitatif maupun kwalitatif dikompilasi, selanjutnya akan dianalisa dan dikomparasikan dengan data-data acuan yang didapatkan melalui studi kepustakaan. Dari hasil analisa dan komparasi dikaji dan disimpulkan untuk mendapatkan suatu rekomendasi. 4.3. Prosedur Penelitian

Secara umum, penelitian ini akan dilaksanakan dalam lima tahapan kerja, yaitu:

1. Kajian pustaka, yang terdiri atas review literatur, baik literatur mengenai kehidupan sosial budaya masyarakat, desa Bali Aga, maupun dari penelitian-penelitian serupa yang terdahulu mengenai rumah tinggal di Desa Pakraman Asak.

2. Studi awal yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum data fisik (tata letak, tata ruang dan tata bentuk) maupun data non fisik (pemanfaatan) dari unit-unit bangunan pada rumah tinggal di Desa Pakraman Asak.

PENDATAAN KOMPILASI

DATA

ANALISA DAN SINTESA

KESIMPULAN REKOMENDASI

DESA PAKRAMAN ASAK

(19)

18 3. Pengumpulan data primer yang berhubungan langsung dengan objek penelitian, mencakup aspek fisik dan non fisik, serta kaitannya dengan pemanfaatan dari unit-unit bangunan rumah tinggal di Desa Pakraman Asak.

4. Pengolahan dan analisis data yang bertujuan untuk menemukan identitas rumah tinggal dan hubungannya dengan pemanfaatannya pada unit rumah tinggal dan unit lingkungan desa.

5. Penarikan kesimpulan penelitian. 4.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yang didukung pula oleh data kuantitatif. Jenis data yang akan dikumpulkan adalah : data primer melalui teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi di lapangan (dilakukan pendataan, baik berupa tabel, pemetaan, perekaman video, dan pemotretan) ; data sekunder didapatkan dengan setudi pustaka melalui review terhadap materi-materi yang relevan deangan data dan bahasan; Analisa komparatif secara deskriptif dan sintesa untuk perumusan setrategi yang dapat dikembangkan untuk dapat melestarikan arsitektur (tata letak, tata ruang dan tata bentuk) dan pola pemanfaatan rumah tinggal

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data-data awal terkait teori-teori dan reperensi yang berhubungan dengan arsitektur tradisional Bali, serta rangkaian tradisi-tradisi adat yang berhubungan dengan pemanfatan unit-unit bangunan pada rumah tinggal.

2. Observasi dengan melakukan pengamatan untuk didokumentasikan baik dengan pencatatan maupun pemotretan dengan kamera sebagai data primer.

3. Wawancara dengan undagi, tukang banten, pemangku dan tokoh adat secara terstruktur dengan mempersiapkan sejumlah daptar pertanyaan.

4.5. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan cara sebagai berikut: 1. Identifikasi dan kompilasi data secara sistematik

2. Membuat tabulasi

(20)

19 BAB V HASIL DAN PEMABAHASAN

5.1 Hasil

Gambar 5.2. Lay Out Rumah Tinggal I Wayan Kamas dan I Nengah Suarta Gambar 5.1. Lay Out Rumah Tinggal I Wayan Rambi (alm) dan I Nengah Rapi

(21)

20 5.2 Pembahasan

Pembahasan ini terdiri dari tiga bahasan yaitu : 1) identifikasi arsitektur (tata letak, tata ruang dan tata bentuk) rumah tinggal; 2) identifikasi pola-pola pemanfaatan rumah tinggal; 3) perumusan setrategi yang dapat dikembangkan untuk dapat melestarikan arsitektur (tata letak, tata ruang dan tata bentuk) dan pola pemanfaatan rumah tinggal.

5.2.1 Identifikasi Arsitektur (tata letak, tata ruang dan tata bentuk) Rumah Tinggal Arsitektur rumah tinggal di Desa Pakraman Asak dapat dikenali dari beberapa aspek yaitu tata letak, tata ruang, tata bentuk, sistem struktur dan materialnya. Aspek-aspek tersebut merupakan tampilan fisik yang dapat dilihat secara langsung dan dirasakan suasananya, sehingga mampu memberikan ciri dan identitas yang spesifik. Rumah tinggal merupakan satu kesatuan bangunan yang terbentuk dari petak tapak, dibatasi oleh penyengker dengan luasan berkisar 200 - 300 M². Petak tapak dimana rumah dibangun merupakan tanah ayahan desa, sehingga kepemilikannya dikelola oleh desa dan hak guna pakainya diberikan kepada kerama pengayah desa. Artinya hanya boleh ditempati sepanjang orang tersebut ikut maayahan di desa.

Petak pekarangan rumah berderet dari barat ke timur dengan dihubungkan oleh rurung-rurung yang menerus di sisi utara dan selatannya. Rurung terhubung dengan plasa-plasa di ujung-ujungya. Plasa sebagai ruang terbuka dan tempat fasilitas sosial dan fasilitas umum desa. Petak pekarangan, rurung dan plasa membentuk pola linier, memiliki sumbu utama utara selatan sebagai plasa utama. Disini dibangun faslitas utama desa seperti pura-pura pada bagian utaranya, bale banjar, permandian, pasar, bale masyarakat pada bagian tengahnya dan seme dengan Pura Dalem pada bagian selatannya.

Pada petak pekarangan rumah tinggal terdapat sanggah dengan bangunan-bangunannya yang terletak pada bagian timur laut, natah dengan unit-unit bangunannya pada bagian tengah, dikelilingi penyengker sebagai pembatas dengan kori sebagai pintu masuknya dan lebuh sebagai ruang penghubung antar pekarangan dengan rurung. Antara sanggah, natah, dan penyengker dengan kori serta lebuhnya membentuk suatu hirarki ruang yang masing-masing dianggap bernilai utama, madya dan nista sebagai pengejawantahan dari filosofi tri loka menjadi tri mandala. Pada sanggah terdapat bangunan berupa pelinggih-pelinggih. Berdasarkan jenis pelinggih yang ada terdapat dua tipelogi sanggah. Tipe sanggah pertama jenis pelinggih yang ada antara lain ; Kemulan, dan Kompyang yang berjejer di timur dari utara ke selatan menghadap ke barat serta Lepitan di utara pada bagian tengah menghadap ke selatan.

(22)

21 Tipe sanggah yang kedua jenis pelinggih yang ada ; Kemulan dan Kompyang yang berjejer di timur dari utara ke selatan menghadap ke barat, Padma di utara menghadap ke selatan atau ke barat, dan taksu di utara menghadap ke selatan di sebelah barat Padma.

Kedua tipe sanggah dikelilingi oleh penyengker sanggah dan satu pintu masuk dengan variasi bentuk berupa candi bentar ataupun lalengen. Berdasarkan bahannya terdapat dua tipe pelinggih yaitu pelinggih berbahan bebatuan dari tepas, batur dan sari dengan struktur masip. Tipe pelinngih yang kedua dengan tepas dan bebaturan pada bagaian bawah yang terbuat dari batu, jenis strukturnya masip dan sarinya dari kayu, berstruktur rangka. Jenis kayu yang digunakan nangka, cempaka, intaran dan majegau. Jenis bahan atapnya dari ijuk, genteng, alang-alang dan seng. Pada bagian-bagian tertentu terdapat hiasan profil / kekupakan dan hiasan ornamen sudut, hiasan ornamen bidang, hiasan atap dan patung. Ornamen hiasan karangan dari flora, fauna dan dewata dengan komposisi penempatan didasarkan atas makna, simbol, serta filosofi hindu. Setiap pekarangan seperti apapun kondisi dan luasnya selalu memiliki sanggah dengan salah satu dari tipe tersebut.

Pada bagian tengah pekarangan terdapat natah, sebagai ruang terbuka yang menjadi pusat orientasi dan Penunggun Karang sebagai punghulunya. Pada natah terdapat beberapa bangunan dengan orientasi ketengah-tengahnya, bangunan tersebut antara lain seperti ; Bale Dangin, Bale Daja, Bale Dauh, Paon, Jineng, Bada dan Jempeng/Kamar Mandi dan WC. Tidak semua rumah tinggal memiliki bangunan tersebut secara lengkap tetapi berbeda-beda antara rumah satu dengan rumah lainnya. Perbedaan jenis bangunan yang dibuat didasarkan atas kondisi luasnya pekarangan. Pekarangan yang sempit hanya membuat salah satu dari bale yang dapat berfungsi sebagai wadah aktivitas adat. Jenis dan varian bale yang ada antara lain Bale Dangin dengan saka 12 atau saka 6, sedangkan Bale Daja dengan saka 12 atau saka 8 meamben. Dari tata letak, kedua bale tersebut menempati

(23)

22 posisi masing-masing. Bale Daja di utara pada bagian tengah menghadap ke selatan, sedangkan Bale Dangin posisinya di timur pada bagian tengah menghadap ke barat.

Bale berbentuk segi empat terdiri dari bebaturan pada bagian bawah dan badan yang berupa sesaka dengan balenya pada bagian diatasnya. Bale merupakan bangunan yang terbuka pada satu atau dua sisinya. Filosofi bentuk-bentuk dari bale didasarkan atas filosofi tri angga yang terdiri dari bagian kepala berupa atap, bagian badan berupa sesaka, bale dan bagian kaki berupa bataran. Masing-masing bagian juga didasarkan atas bentuk filosofi tri angga.

Bebaturan dengan palih tepas, batur dan sari, masing-masing terbuat dari batu padas dan bata merah dengan struktur massa masip. Struktur pondasi bebaturan merupakan pondasi setempat berbahan batu kali dan batu padas. Hiasan bebaturan berupa pepalihan dan ornamen ragam hias karangan dari flora dan fauna. Bebaturan merupakan bagian yang terpisah dengan struktur bunga. Badan Bale ada memiliki sesaka dua belas, delapan ataupun enam buah, terbuat dari jenis kayu nangka, intarann, jati, kwanitan, dengan bahan penutup atap dari genteng. Struktur badan merupakan rangka dari batang-batang yang membentuk rangka ruang, terdiri dari sesaka, lambang dan sineb, dengan pengaku sunduk,

Gambar 5.8. Model Bale Daja, Natah dengan Penunggun Karang, Detail Pintu Bale Dangin - Rumah I Nengah Mesir

(24)

23 waton, parba / dinding parba dan bale. Pada bagian-bagian tertentu dari badan seperti pada sendi, sesaka, lambang, sinab, pemade, pemucu dan seterusnya terdapat hiasan. Hiasan berupa profil / kekupakan dan hiasan ornamen sudut, hiasan ornamen bidang dan hiasan atap. Hiasan ornamen ini berbahan kayu dengan finishing kombinasi antara natural, cat minyak dan perada. Bahan lantai antara lain ; keramik, bata dan batu.

Bale Dauh, Paon dan Jempeng merupakan bangunan yang sebagaian besar (85%) sudah mengalami perubahan pada bentuk, sistem strukturnya dan bahannya. Bale Dauh posisinya di bagian barat memanjang dari utara ke selatan menghadap ke timur. Bangunan tertutup pada keempat sisi, terbuat dari bahan pabrikan seperti batako, kaca, keramik, semen. Berstruktur rangka. Paon dan Jempeng posisinya pada arah selatan, barat daya dan barat, bangunan ini ada yang terbuka dan ada yang tertutup. Bahan kombinasi alami dan pabrikan.

Jineng posisinya di barat laut, merupakan bangunan yang paling langka. Bentuknya terdiri bagian kepala, badan dan kaki. Bagian kaki merupakan bataran terbuat dari bebatuan, sedangkan badan dan kepala terbuat dari kayu dengan sisten struktur rangka. Jenis material penutupnya dari genteng dan seng.

Bada sebagai kandang tempat memelihara binatang peliharaan seperti babi, ayam, sapi kambing dan lain-lainnya. Hanya sebagian kecil (15 %) rumah yang masih memiliki kandang, letakanya di tenggara, barat daya ataupun barat laut.

Kori merupakan pintu keluar masuk dari rumah dan sebagai penghubung dengan rurung untuk mencapi lingkungan luar. Didepannya terdapat ruang terbuka yang disebut Lebuh yang merupakan ruang transisi dari luar kedalam. Bentuk kori dilandasi dengan konsep tri angga yang terdiri dari bagian kepala berupa atap, bagian badan berupa pengawak kori dan bagian kaki berupa baturnya. Atap kori ada yang terbuat dari bahan batuan yang diplester dan ada pula yang terbuat dari genteng dan alang alang dengan struktur rangka bidang berbentuk limasan. Pengawak Kori keseluruhan bentuknya merupakan bebaturan dengan berbahan bebatuan baik itu diplester dengan kapur, semen, tanah polpolan, bata merah, ekspose dan sebagainya. Strukturnya merupakan struktur massa masip, pada bagian dalam merupakan material isian non struktural. Pada bagian luarnya merupakan struktur dinding pemikul yang menyerupai kulit pembungkus dari kori tersebut. Pondasinya merupakan struktur setempat massa masip dari bahan pasangan batu kali dan batu padas dengan perekat tanah.

(25)

24 Propil / pepalihan bebaturan dilengkapi hiasan dengan ornamen berupa karangan. Perletakan dan pemakaian ornamen ukiran ragam hiasan sudut dan hiasan bidang yang lebar dan kecil diatur sesuai komposisinya masing-masing sehingga tampak indah. Bagian pintu kori terbuat dari kayu dengan bagian-bagiannya antara lain ; Ulap-ulap/ dedanga merupakan ambang atas kusen, Jajeneng sebagai tiang kusen, Telundagan sebagai ambang bawah kusen dan don kori sebagai daun pintunya. Kayu-kayu dihiasi dengan pepelihan propilan, pepelok dan telaga ngembeng. Kori dilengkapi dengan undag-undag/tangga baik kearah luar maupun dalam.

Penyengker merupakan dinding pagar pembatas sekaligus penghubung antara rumah dengan lingkungan luar disekitarnya. Penyengker dapat berupa dinding pagar pembatas. Dimana pada tempat-tempat tertentu pagar ini diberikan pintu yang dapat berupa Kori/Angkul-angkul maupun Paletasan. Penyengker berbentuk dinding tembok mengelilingi batas dari petak pekarangan, dengan bentuk terdiri dari tiga bagian berdasarkan filosofi tri angga. Bagian kaki terletak pada bagian bawah merupakan batur, bagian badan merupakan pengawak yang terletak diatas batur dan bagian kepala merupakan raab / atap yang terletak paling atas. Keseluruhan bentuknya merupakan bebaturan dengan berbahan dapat dari batu, tatal dan batu bata merah. Strukturnya merupakan struktur massa masip, pada bagian dalam merupakan material isian non struktural. Sedangkan bagian luarnya merupakan struktur dinding pemikul yang menyerupai kulit pembungkus dari tembok tersebut. Pondasinya merupakan struktur menerus massa masip dari bahan pasangan batu kali dan batu padas dengan perekat tanah. Pada bagian-bagian tertentu tembok/penyengker ini diperkuat dengan memberikan penebalan dan pembesaran dimensi yang berbentuk pilar-pilar dengan tinggi melebihi pagar. Pilar pada pertemuan dua arah tembok yang terletak dibagian pojok disebut dengan Paduraksa. Propil / pepalihan bebaturan dilengkapi hiasan dengan ornamen berupa pepalihan, pepelok dan penyu kambang.

Telajakan adalah ruang terbuka dibagian luar penyengker depan yang berbatasan dengan marga ataupun rurung. Tidak semua rumah memiliki telajakan, hanya rumah-rumah yang terletak pada marga dan plasa utama yang memilkinya.

(26)

25 5.2.2 Identifikasi Pola-pola Pemanfaatan Rumah Tinggal

Berdasarkan pola pemanfaatannya arsitektur rumah tinggal di Desa Pakraman Asak dapat dikelompokkan atas tiga bagian fungsi yaitu fungsi parhyangan (persembahyangan), fungsi pawongan (aktivitas kerja, sosial dan istirahat) dan fungsi palemahan (keamanan dan bina lingkungan). Bangunan parhyangan sebagai fungsi sakral dan privat, bangunan pawongan berfungsi profan dan semi privat, bangunan palemahan berfungsi profan dan publik,

Fungsi parhyangan berkaitan dengan pemujaan dan persembahyangan terhadap leluhur dan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa ( Tuhan Yang Maha Esa ). Fungsi Parhyangan terdapat di sanggah. Aktivitas pemanfaatan terdiri dari aktivitas rutin seperti persembahyangan rutin harian, rerainan purnama, tilem, kajeng kliwon, perayaan hari raya, piodalan dan usaba terkait tradisi adat. Aktivitas pemanfaatan yang insidentil seperti ; upacara manusa yadnya seperti upacara nganten, nelubulanin, meoton, metatah, ngelinggihang, dan lain sebagainya.

Fungsi Pawongan berkaitan dengan bangunan yang difungsikan untuk hunian dan aktivitas sosial budaya yang mengikutinya. Bangunan dengan fungsi Pawongan ini meliputi bangunan-bangunan yang terdapat pada natah dengan banguan-banguannnya seperti Bale Dangin, Bale Daja, Bale Dauh, Paon, Jineng, Bada dan Jempeng/Kamar Mandi dan WC. Terdapat beberapa model pemanfaatan bangunan-bangunan tersebut antara lain.

Natah :

Berfungsi sebgai pusat orientasi bangunan, dapat memiliki fungsi yang berubah-ubah antara fungsi sakral dan fungsi profan. Sehari-hari akan berfungsi profan dan saat ada upacara keagamaan akan berfungsi sakral. Secara adat natah ini memiliki fungsi yang vital dan pleksibel dalam kapasitas dan fungsi. Seluruh aktivitas sosial budaya dan keagamaan memerlukannya.

Bale Daja dan Bale Dangin

Bangunan ini berfungsi untuk tempat tidur dan aktivitas keagamaan, dimana kedua fungsi tersebut berubah-ubah sesuai dengan kepentingan. Kedua bale dapat berfungsi sakral maupun profan. Fungsi sakral yang diwadahi antara lain untuk aktivitas upacara manusa yadnya dan fitra yadnya. Sedangkan untuk fungsi profan seperti ; tidur bagi orang-orang yang sudah tua, menerima tamu, bercengkrama, maupun mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Bale Dauh, bangunan ini berfungsi profan seperti ; digunakan untuk tempat tidur, belajar, dan aktivitas lainnya yang terkait. Paon berfungsi sebagai tempat aktivitas memasak, makan dan gudang. Jineng difungsikan untuk menyimpan pada pada bagian loteng, sedangkan bagian bawah untuk duduk dan aktivitas kerja ringan. Jempeng/KM untuk wadah aktivitas MCK. Bada sebagai kandang untuk memelihara ternak dan menyimpan makannnya.

(27)

26 Penyengker berfungsi sebagai pembatas, memberikan perlindungan dan rasa aman bagi penghuni rumah. Pagar sebagai batas teritorial yang boleh dikuasai oleh masing-masing penghuni rumah tinggal.

Telajakan secara profan akan berfungsi sebagai sempadan depan yang dapat difungsikan untuk menjemur kayu, hasil bumi, menanam pohon, meletakkan binatang peliharaan seperti ayam. Secara sakral berfungsi sebagai pembatas agar pekarangan yang dibuat tidak berbatasan dengan marga gede, sehingga ruang inilah yang menjadi ruang peralihan antara jalan dan pekarangan. Karena ada pantangan untuk membuat pekarangan rumah yang berbatasan dengan fasilitas umum.

5.2.3 Rumusan Setrategi Yang Dapat Dikembangkan Untuk Dapat Melestarikan Arsitektur (tata letak, tata ruang dan tata bentuk) dan Pola Pemanfaatan Rumah Tinggal

Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi pada arsitektur rumah tinggal di Desa Pakraman Asak yang disebabkan perkembangan dan perubahan ekonomi sosial dan budaya. Perubahan mengakibatkan perbedaan kebutuhan wadah aktivitas dan fasilitas dari rumah tinggalnya. Diperlukan kecermatan untuk memahami paradigma tersebut dan mengidentifikasi kebutuhan tersebut, sehingga dapat menghasilkan suatu konsep rancangan rumah tinggal yang ideal. Terpenuhinya suatu kebutuhan secara seimbang antara kondisi tuntutan masyarakat kekinian dengan tradisi dan pola aktivitas adat disisi lainnya, dengan pendekatan yang holistik. Artinya pendekatannya didasarkan pertimbangan berbagai macam aspek antara lain ; Teknis, ekonomi, sosial budaya, ergonomis, penghematan sumber daya dan pelestarian linkungan. Oleh karenanya dapat dirumuskan beberapa setrategi antara lain ; dengan melakukan konservasi, modifikasi ataupun repetisi. Konservasi dapat dilakukan dengan beberapa sub konsep/variasinya yang akan dipilh/ditetapkan modelnya setelah melakukan evaluasi dan status dari objeknya. Modifikasi dapat dilakukan dengan mengubah dan atau mengganti sebagian kecil bangunan agar karakter bangunannya masih nampak. Repetisi dapat dilakukan dengan

membuat kembali bangunan yang sama sehingga dapat dianggap “reinkarnasi” . Repetisi

dilakukan untuk : sebagai “Reinkarnasi” arsitektur tradisional Bali, sebagai kebutuhan

sarana untuk kegiatan sosial budaya/ keagamaan dan sebagai kebanggaan identitas/jati diri serta koleksi. Pembangunan tradisional yang baru tujuannya adalah : peningkatan kualitas fungsi, peningkatan kualitas teknis dan peningkatan kualitas estetika. Berikut merupakan salah satu contoh bagaimana model-model pengembangan dalam unit pekarangan rumah tinggal.

(28)

27 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Terdapat beberapa hal yang dapat disampaikan sebagai kesimpulan dari penelitian ini anatara lain sebagai berikut :

1. Arsitektur (tata letak, tata ruang dan tata bentuk) rumah tinggal memiliki identitas yang spesifik didasarkan filosofi tri loka dan tri angga, dengan mengalami modifikasi dan pernyesuaian.

2. Pola-pola pemanfaatan rumah tinggal dapat diklasifikasikan menjadi tiga fungsi yaitu fungsi parhyangan, fungsi pawongan dan fungsi palemahan.

3. Setrategi yang dapat dikembangkan untuk dapat melestarikan arsitektur (tata letak, tata ruang dan tata bentuk) dan pola pemanfaatan rumah tinggal dengan melakukan konservasi, modifikasi ataupun repetisi yang tetap mencerminkan jati diri arsitektur tradisional.

6.2Saran

Terdapat beberapa hal yang dapat disampaikan sebagai saran dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Arsitektur (tata letak, tata ruang dan tata bentuk) rumah tinggal sebagai suatu warisan harus dilindungi dan dilestarikan

2. Arsitektur tradisional yang pemanfaatannya atas pola dan tradisi adat harus dilindungi keberadaannya dan dirangsang pembangunannya

(29)

28 Daftar Pustaka

Anandakusuma, Sri Rsi. 1979. Wariga Dewasa. Denpasar: Morodadi.

Budiharjo, Eko. 1995. Architectural Conservation in Bali. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Dinas PU Prop. Dati I Bali; 1989; Perencanaan Konservasi Lingkungan Desa Tradisional Desa Asak. Dati II Karangasem; Bali.

Dinas Pekerjaan Umum Daerah Tingkat I Bali. 1984. Rumusan Arsitektur Bali. Denpasar : Pemda Tk. I Bali.

Gelebet, I N. dkk.. 1982. Arsitektur Tradisional Daerah Bali. Denpasar: Proyek Inventarisasi Kebudayaan Daerah Kanwil Depdikbud Propinsi Bali.

Jiwa, I B N.. 1992. Kamus Bali Indonesia: Bidang Istilah Arsitektur Arsitektur Tradisional Bali.

Denpasar: Upada Sastra

Kaler, I G. K. 1982. Butir-butir Tercecer Tentang Adat Bali, Jilid II. Denpasar: Bali Agung.

Kumpulan Materi, 2004. Program Inovatif TOT (Training of Trainer) Konservasi Warisan Budaya Bali, Dinas Kebudayaan Pemerintah Propinsi Bali,. Denpasar.

Parimin, Ardi P. 1986. Envvironmental Hierarchy of Sacred Profane Concept in Bali. Pesta Kesenian Bali XIX, 1997. Arsitektur Masyarakat Bali dalam Berbhuana. FT Unud,

PITB Bali, IAI Bali, Inkindo Bali.

Putra, I G.M. 2009. Kumpulan Materi Arsitektur Bali. Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana.

Schaareman, Danker. 1986, Tatulingga : Tradition and Contuniutty, An Investigation in Ritual and Social Organization in Bali. Basel.

Susanta, I Nyoman. 2013. Kori Sebagai Kearifan Lokal di Karangasem (Studi Kasus di Desa Adat Perasi). Seminar Nasional Reinterpretasi Identitas Arsitektur Nusantara. Prosseding. Udayana Press. Denpasar.

Susanta, I Nyoman., Darmayadnya, A.A. G. 2010. Pelestarian Tata Ruang Tradisional Bali. Seminar Nasional Pola Ruang Tradisional. Departemen Pekejaan Umum. Denpasar.

Susila Patra, I M. 1985. Hubungan Seni Bangunan Dengan Hiasan Dalam Rumah Tiggal Adat Balai. Jakarta: PN Balai Pustaka

Tim Peneliti Pola-pola Arsitektur Tradisional Bali. 1979. Arsitektur Tradisional Bali. Denpasar: Bappeda Tingkat I Bali.

Terjemahan Lontar Bidang Arsitektur

L.01.T., Darmaning Hasta Kosala (Gedong Kertya No. 361), asal Marga, Tabanan. Terjemahan I Ketut Gunarsa, Koleksi BIC Bali.

L.02.T., Hasta Bumi (Gedong Kertya No. 243), asal Abian Semal, Badung. Terjemahan I Ketut Gunarsa, koleksi BIC Bali.

L.03.T., Hasta Kosali (Gedong Kertya No. 231), asal Uma Abian, Marga Tabanan. Terjemahan I Ketut Gunarsa, koleksi BIC Bali

Lontar, Bhama Kertih, 2000. Denpasar : Kantor Dokumentasi Budaya Bali Propinsi Bali. Asal Matring Petak Gianyar. Terjemahan A.A. Ngr. K. Suweda.

(30)

29 Lampiran 1. Justifikasi Anggaran

LAPORAN/REKAPITULASI PENGGUNAAN DANA PENELITIAN 70 %

Judul Penelitian : Identifikasi Arsitektur Rumah Tinggal Masyarakat Bali Aga Di Desa Pakraman Asak, Desa Pertima, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem

Skema Hibah : Hibah Unggulan Program Studi (HUPS)

Peneliti/Pelaksana

Nama Lengkap : I Nyoman Susanta, ST., M.Erg.

NIDN : 0023096902 / 19690923 199503 100 2

Perguruan Tinggi : Universitas Udayana Anggota (1)

Nama Lengkap : Ir. I Nengah Lanus, MT

NIDN : 0018085703 / 195708181986031003

Perguruan Tinggi : Universitas Udayana

Tahun Pelaksanaan : Tahun Ke-1 dari rencana 1 tahun

Biaya Tahun Berjalan : Rp. 25.000.000,00

Biaya Keseluruhan : Rp. 25.000.000,00

(31)

30 1. Perjalanan dari Denpasar ke

Karangasem lokasi penelitian (Kegiatan di lapangan; dilakukan sebanyak 5 kali @ 1 kendaraan; anggaran meliputi biaya kendaraan dan premium)

paket 5 4 500,000 2,000,000

Sub Total C : 2,000,000

D. BELANJA NON OPERASIONAL LAINNYA

No. Nama Kegiatan Justifikasi Volume

(32)

31 LAMPIRAN 2. DUKUNGAN SARANA DAN PRASARANA PENELITIAN

Ruang Jurusan Arsitektur, FT-UNUD Kampus Bukit dan Kampus Jl. Sudirman Denpasar memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk pelaksanaan kegiatan penelitian pada tahap persiapan, pengumpulan data off site, pengolahan data, modeling 3D, serta tahap penyusunan laporan.

(33)

32 LAMPIRAN 3. SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI DAN PEMBAGIAN TUGAS

No Nama/NIDN InstansiAsal BidangIl mu

Arsitektur 10 Perancang Desain Penelitian,

Arsitektur 10 Perancang Desain Penelitian,

Arsitektur 10 Pengumpul Data Hasil Survei

(34)

33 LAMPIRAN 4. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA TIM PENELITI

A. Identitas Diri Ketua

1 Nama Lengkap (dengan gelar) I NyomanSusanta, ST., M.Erg

2 Jenis Kelamin L

3 Jabatan Fungsional AsistanAhli

4 NIP/NIK/Identitas lainnya 196909231995031002

5 NIDN 0023096902

6 Tempat dan Tanggal Lahir PerasiKarangasem 23 September 1969

7 E-mail susanta.nyoman @yahoo.com

8 Nomor Telepon/Faks/HP 0361.2774958/ - /08123978858

9 Alamat Kantor Jurusan Arsitektur, FT-UNUD, Kampus Bukit Jimbaran 10 Nomor Telepon/Faks 0361-703384

11 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1= orang, S-2= orang; S-3= orang 12 Mata Kuliah yang Diampu 1. Arsitektur Bali 1

2. Arsitektu Bali 2 3. Perundagian 4. Real Estate 5. Ekologi Arstektur

6. Studio Perancangan Arsitektur 4 7. Studio Perancangan Arsitektur 5

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan

Tinggi Universitas Udayana Universitas Udayana

Bidang Ilmu Arsitektur Ergonomi

Tahun Masuk-Lulus 1988- 1994 1998 - 2002

Judul

Prof. Drs. Ida Bagus Adnyana Manuaba

Drs. Supriyadi, MS

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan skripsi, tesis, maupun disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber* Jml.(Juta Rp.)

1. 2014 Pola Komposisi Fasilitas

Perumahan di Denpasar dan

2. 2014 Pemanfaatan Cangkem Kodok Pada

Permukiman Desa Adat (Studi Kasus

Hibah Penelitian

(35)

34

di Desa Perasi Karangasem)./

Anggota

Jurusan Tahun 2014

3. 2010 DokumentasiArsitekturTradisional

Bali Tahun 2010; PHKI

4. 2009 HibahPengajaran, Studio

Perancangan Arsitektur 5Proses

5. 2009 DokumentasiArsitekturTradisional

Bali Tahun 2009; PHKI

*tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber dana lainnya.

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat

Pendanaan *Sumber Jml.(Juta

Rp.)

1. 2014 Pengabdian Masyarakat : Penataan Pura

PenataranAgunglanKawitanAryaTelabahKenceng,

BanjarTemacun – Kuta, JalanBlambangan,

KecamatanKuta, KabupatenBadung / Ketua

2. 2014 Pengabdian Masyarakat :Penataan Pura

Pesimpenan Lempuyang Luhur, Kabupaten Karangasem / Anggota

3. 2014 Pengabdian Masyarakat :PenataanPura

BarataDusunPasembon, DesaSambirejo,

4. 2014 Pengabdian Masyarakat :PerencanaanTeknis

Pembangunan PuraNitiPraja di Lingkungan Kantor BupatiJembrana, Kabupaten Jembrana / Ketua

5. 2013 Pengabdian/Kegitan Sosial : Bakti Keakraban

Mahasiswa (BKM) Tahun 2013 di

Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar

6. 2013 Pengabdian Masyarakat : Penataan Pura Telaga

Mas di Kompleks Pura Lempuyang, Kabupaten Karangasem/Ketua

Hibah pengabdian Jurusan

7,500,000

7. 2013 Pengabdian Masyarakat : Perencanaan dan

Pengawasan Renovasi Gedung Perpustakaan dan Komputer SD 6 Bunutan di Dusun Gulinten, Desa

Hibah pengabdian Jurusan

(36)

35

Bunutan Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem/Ketua

8. 2012 Pengabdian Masyarakat dalam rangka Student

Jamboree : Pembersihn Pantai dan Penenaman Mangrove / Anggota

*tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber dana lainnya.

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/

Tahun Nama Jurnal

1 Kori Sebagai Kearifan Lokal di

Karanagsem, Studi Kasus di Desa Adat

Perasi – Proseding Seminar Nasional

Penerbit Udayana University Press 2 Sistem Penghawaan Pada Bangunan

Tinggi, Penerbit Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Udayana 2011

2011 Jurnal Cakram, Teknik

Mesin

3 In Search for Sustainable local

arcchitectural significance in the Sway of Consumption culture

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir

No. Nama Pertemuan

Ilmiah/Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan

Tempat

1 International Confrence on Sustainable Tecnology Development, Udayana University, Denpasar 2010

In Search for Sustainable local arcchitectural significance in the Sway of Consumption culture

2010 - Denpasar

2 Seminar Nasional : Metodologi Riset dalam Arsitektur, Menuju Pendidikan Arsitektur Indonesia Berbasis Riset, Universitas Udayana, Denpasar

Kori Sebagai Kearifan Lokal di Karanagsem, Studi Kasus di Desa Adat Perasi

2012 - Denpasar

G. KaryaBuku dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul Buku Tahun Jumlah

Halaman

Penerbit

(37)

36 2

dst

H. Perolehan HKI dalam 5-10 Tahun Terakhir

No Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID

1 2 dst

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya yang Telah Diterapkan

Tahun Tempat Penerapan

Respon Masyarakat 1.

2. dst.

J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi, atau institusi lainnya)

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi

Penghargaan

Tahun

1. 2. dst.

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam laporan penelitian : Hibah Unggulan Program Studi Tahun 2015

Bukit Jimbaran, 30 Oktober 2015 Peneliti,

(38)

37 A. Identitas Diri Anggota

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Ir. I Nengah Lanus, MT

2 Jenis Kelamin L

3 Jabatan Fungsional Lektor

4 NIP/NIK/Identitas lainnya / 195708181986031003

5 NIDN 0018085703

6 Tempat dan Tanggal Lahir Klungkung 18 Agustus 1957

7 E-mail polanusa@plasa.com

8 Nomor Telepon/Faks/HP (+62) 8123956956

9 Alamat Kantor Jurusan Arsitektur, FT-UNUD, Kampus Bukit Jimbaran 10 Nomor Telepon/Faks

11 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1= orang, S-2= orang; S-3= orang 12 Mata Kuliah yang Diampu 1. Struktur Konstruksi 2

2. Dasar-dasar Statika 3. Struktur Konstruksi 3 4. Estetika Bentuk

5. Studio Perancangan Arsitektur 4 6. Studio Perancangan Arsitektur 5

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan

Tinggi Universitas Udayana ITS

Bidang Ilmu Arsitektur Arsitektur

Tahun Masuk-Lulus 1976- 1985 2000-2003

Judul

Skripsi/Thesis/Disertasi

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II di Mataram, Lombok

Pos Modern Pada Bangunan Bale Banjar di Denpasar

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan skripsi, tesis, maupun disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber* Jml.(Juta Rp.)

1. 2014 Pemanfaatan Cangkem Kodok Pada

Permukiman Desa Adat (Studi Kasus

di Desa Perasi Karangasem)./ Ketua

Hibah Penelitian Jurusan Tahun 2014

20,000,000

2. 2010 DokumentasiArsitekturTradisional

(39)

38

3. 2009 DokumentasiArsitekturTradisional

Bali Tahun 2009; PHKI

*tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber dana lainnya.

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat

Pendanaan *Sumber Jml.(Juta

Rp.)

1. 2014 Pengabdian Masyarakat : Penataan Pura

PenataranAgunglanKawitanAryaTelabahKenceng,

BanjarTemacun – Kuta, JalanBlambangan,

KecamatanKuta, KabupatenBadung / Anggota

2. 2014 Pengabdian Masyarakat :Penataan Pura

Pesimpenan Lempuyang Luhur, Kabupaten Karangasem / Anggota

3. 2014 Pengabdian Masyarakat :PenataanPura

BarataDusunPasembon, DesaSambirejo,

4. 2013 Pengabdian Masyarakat : Penataan Pura Telaga

Mas di Kompleks Pura Lempuyang, Kabupaten Karangasem/Ketua

Hibah pengabdian Jurusan

7,500,000

*tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber dana lainnya.

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/

Tahun Nama Jurnal

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir

No. Nama Pertemuan

Ilmiah/Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan

Tempat

1. 2. dst

G. KaryaBuku dalam 5 Tahun Terakhir

(40)

39 H. Perolehan HKI dalam 5-10 Tahun Terakhir

No Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID

1. 2. dst

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya yang Telah Diterapkan

Tahun Tempat Penerapan

Respon Masyarakat 1.

2. dst.

J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi, atau institusi lainnya)

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi

Penghargaan

Tahun

1. 2. dst.

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam laporan penelitian : Hibah Unggulan Program Studi Tahun 2015

Bukit Jimbaran, 30 Oktober 2015 Peneliti,

Gambar

Gambar 2.1. Model pola-pola tata ruang lingkungan territorial desa
Gambar 2.5. Model pola tata letak bangunan tradisional Bali atas dasar perhitungan tradisional
Gambar 2.6. Model pola-pola tata letak bangunan tradisional Bali atas dasar aturan tradisional
Gambar 2.7. Skema model dari metode pelestarian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri infusa daun mangga bacang (Mangifera foetida L.) terhadap Streptococcus pneumoniae. Metodologi: Daun

Hasil penelitian pengaruh pencelupan larutan kulit manggis terhadap warna putih telur ayam ras pada penyimpanan suhu ruang antara telur yang diberi perlakuan dan

Pihak IAB telah mereka bentuk kursus Pengurusan Pembelajaran Maya (PPM) kepada pemimpin telah mereka bentuk kursus Pengurusan Pembelajaran Maya (PPM) kepada

puntukup dhateng pun Mabru, mbekta bala Kartasura.. Dene pun Mabru Dipati, putrane Rangga Lelana, taksih sumiweng ing mangke, dhateng Nata Kartasura, nguni pun Tirtanata,

Dalam kehidupan ini seseorang mempunyai kebebasan untuk melakukan kegiatan dan alangkah baiknya jika kebebasan itu tidak kita biasakan dengan hal-hal yang tidak

Orang tua sebagai individu akan memiliki tindakan sosial yang berbeda dalam upaya untuk menyembuhkan anaknya, tindakan sosial orang tua ini dapat dilihat berdasarkan

Jadi setelah kita melaksanakan peraktek tentang pengenalan alat dan bahan di laboratorium kimia kita kita dapat mengetahui nama-nama alat dan bahan serta fungsinya.dan kita