• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Kreditor Separatis dalam Kepailitan (Studi Putusan No.08/PAILIT/2011/PN.NIAGA.SMG) T1 312007034 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Kreditor Separatis dalam Kepailitan (Studi Putusan No.08/PAILIT/2011/PN.NIAGA.SMG) T1 312007034 BAB IV"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

72 BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan penulis pada Bab III, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kedudukan kreditor separatis dalam kepailitan

Pada dasarnya kreditor separatis sesuai dengan pasal 55 ayat (1) UUK dan PKPU dapat mengeksekusi sendiri haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan dan sesuai pasal 59 ayat (1), kreditor separatis harus melaksanakan haknya tersebut dalam jangka waktu paling lambat 2 bulan setelah dimulainya keadaan insolvensi.

Kedudukan kreditor separatis tetap dijamin pembayarannya oleh Undang-Undang Kepailitan baik pada masa pra pailit maupun setelah debitor dinyatakan pailit, bahkan jika tagihannya dibantah, tagihan tersebut harus diakui secara bersyarat oleh Kurator dalam rapat verifikasi dan dimasukkan dalam daftar piutang yang diakui sementara. Demikian juga jika jaminan yang ada padanya tidak mencukupi untuk memenuhi pembayaran tagihannya, dengan mengacu pada ketentuan pasal 60 ayat 3 jo Pasal 189 ayat (5) Undang-Undang No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU. Namun pada kenyataannya kreditor separatis (bank permata) tidak menggunakan hak separatisnya, akan tetapi dia menyerahkan semua pemberesan harta pailit debitor pailit (Ir.Jakub Budiman) kepada kurator.

2. Pelaksanaan eksekusi atas jaminan dari kreditor separatis

(2)
(3)

74 B. Saran

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan Penelitian ini adalah Bagaimanakah kewenangan Pengadilan Niaga memeriksa perkara Kepailitan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan

Mahkamah Konstitusi pada putusan nomor 67/PUU-XI/2013, memutuskan bahwa, apabila suatu perusahaan mengalami pailit, maka pembayaran upah/buruh yang terdapat di dalam

Debitor pailit yang telah memenuhi kewajiban kepada kreditor, harus mengajukan rehabilitasi kepada Pengadilan Niaga, agar berwenang kembali melakukan kegiatan usaha dan

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Di Fakultas Hukum.. Universitas Kristen

02/PAILIT/2009/PN.NIAGAJKT.PST., tanggal 9 Februari 2010 telah secara tegas menyatakan seluruh asset – asset baik yang atas nama PT Dawamiba Engineering (dalam pailit maupun

Atas dasar Pasal tersebut maka Perseroan Terbatas sudah tidak dapat melakukan perbuatan hukum apapun, seperti juga yang diatur pada Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004

Sedangkan Pasal 41 Ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU mengatakan bahwa untuk kepentingan harta pailit, kepada Pengadilan dapat dimintakan pembatalan segala perbuatan

Permasalahan Penelitian ini adalah Bagaimanakah kewenangan Pengadilan Niaga memeriksa perkara Kepailitan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan