• Tidak ada hasil yang ditemukan

IAI Praktik Bertanggung Jawab Apoteker di Industri Farmasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IAI Praktik Bertanggung Jawab Apoteker di Industri Farmasi"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Three dimensions of pharmacist

ETHICAL:

- Moral

- Behaviour

LEGAL/ REGULATION:

- Standard of Care

PROFESSIONAL/

COMPETENCE:

- Standard of Professional

Practice

(3)
(4)

Standar Kompetensi Apoteker Indonesia

1. Mampu melakukan

praktik kefarmasian

secara

profesional dan etis

2. Mampu

menyelesaikan masalah

terkait dengan

penggunaan sediaan farmasi

3. Mampu melakukan

dispensing

sediaan farmasi dan

alat kesehatan

4. Mampu

memformulasi

dan

memproduksi

sediaan

farmasi dan alat kesehatan sesuai standar yang

(5)

Standar Kompetensi Apoteker Indonesia

5. Mempunyai keterampilan dalam

pemberian

informasi

sediaan farmasi dan alat kesehatan

6. Mampu berkontribusi dalam upaya

preventif

dan

promotif

kesehatan masyarakat

7. Mampu

mengelola sediaan

farmasi dan alat

kesehatan sesuai dengan standar yang berlaku

8. Mempunyai

keterampilan organisasi

dan mampu

membangun

hubungan interpersonal

dalam

melakukan praktik kefarmasian

(6)

PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK Menguasai Kode Etik Yang Berlaku Dalam Praktik Profesi

Menjelaskan Kode Etik Apoteker Indonesia & Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia.

Menjelaskan aplikasi Kode Etik & Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia dalam praktik sehari-hari.

Menerapkan pertimbangan profesional dengan mengindahkan kode etik dan disiplin dalam praktik kefarmasian.

Praktik Legal Dan Sesuai Regulasi

Menjelaskan peraturan perundangan kefarmasian secara khusus dan peraturan perundangan kesehatan secara umum.

Menjelaskan aplikasi peraturan perundangan kefarmasian secara khusus & peraturan perundangan kesehatan secara umum dalam praktik sehari-hari.

(7)

PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK Praktik Legal Dan Sesuai Regulasi

Menerapkan pengetahuan tentang hubungan dengan pelaku utama bisnis dan pemilik HAKI, termasuk dasar interpretasi atas hak paten.

Memperhatikan dan mengidentifikasi obat baru di pasaran. Memenuhi ketentuan legislasi sediaan farmasi yang berpotensi disalah gunakan.

Menunjukkan pengetahuan tentang pemasaran dan penjualan. Menjelaskan langkah-langkah registrasi sediaan farmasi baru,

termasuk ketentuan keamanan, mutu, kemanjuran dan penilaian farmakoekonomik sediaan farmasi.

Praktik Profesional dan Etik

Menerapkan pertimbangan profesional dengan prioritas kesehatan dam keselamatan pasien pada pengadaan,

(8)

PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK Praktik Profesional dan Etik

Memberikan informasi yang tepat, jelas, dan tidak bias terkait keamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang digunakan pasien.

Menyadari keterbatasan kemampuan profesi dan bersedia

berkomunikasi dengan teman sejawat dan/atau profesi lain demi kepentingan pasien.

Memberikan arahan kepada pasien/masyarakat dalam memilih sediaan farmasi yang layak dibeli/digunakan sehingga pasien /masyarakat tidak terdorong membeli sediaan farmasi secara berlebihan.

Mencapai dan mempertahankan standar pelayanan profesional tertinggi.

Menjalin dan menjaga hubungan profesional dengan teman sejawat dan profesi lain.

(9)

PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK Praktik Profesional dan Etik

Mematuhi kode etik dan disiplin Apoteker Indonesia.

Menilai kinerja diri sendiri dan dampaknya pada pengobatan pasien dan masyarakat.

Ketrampilan Komunikasi

Membuka diri untuk berbagi informasi dengan yang lain Menghargai pendapat dan pandangan orang lain

Menunjukkan kepekaan, kepedulian atas kebutuhan, nilai, kepercayaan dan budaya orang lain

Menjelaskan peran serta dan keterampilan yang dimiliki oleh orang lain untuk membantu dan memfasilitasi terselenggaranya praktik kefarmasian

Menjelaskan pendapat dan menyampaikan informasi dalam bentuk lisan maupun tulisan dengan cara membangun

(10)

PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK Ketrampilan Komunikasi

Menjelaskan cara menjaga profesionalitas dengan pasien/keluarga pasien atau tenaga kesehatan lain pada saat komunikasi

Membuat formula informasi, menyampaikan ide dan pendapat secara jelas dalam bentuk lisan maupun tulisan

Melakukan komunikasi informasi dengan tepat dan percaya diri dalam bentuk lisan maupun tulisan

Melakukan klarifikasi dan menjabarkan ide, pendapat, dan informasi untuk meningkatkan pemahaman

Memberikan kontribusi secara aktif dalam perspektif kefarmasian dalam rangka pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah Memilih istilah, gaya dan bentuk komunikasi baik lisan maupun tulisan sesuai dengan situasi, materi komunikasi, komunikan

(kelancaran, ketepatan menggunakan istilah, efektifitas komunikasi Melakukan identifikasi kebutuhan informasi dari komunikan

(11)

PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK Ketrampilan Komunikasi

Mengajukan pertanyaan yang relevan, mendengarkan dengan

penuh perhatian, dan memberikan respon terhadap petunjuk lisan maupun tertulis dan menggunakan penerjemah bila diperlukan

untuk lebih memperjelas kebutuhan komunikasi

Menjelaskan dan memperagakan bahwa informasi tertulis yang diberikan sudah dipahami

Menindaklanjuti, membuat pertanyaan dan atau menggunakan bantuan visual atau media lain untuk memastikan bahwa pesan yang dikomunikasikan telah diterima dan dipahami

Melakukan identifikasi atau menjelaskan kondisi yang memerlukan adanya komunikasi khusus terutama untuk pasien dan keluarganya (misalnya: perbedaan budaya, bahasa, tekanan emosional, tuli,

buta, kemunduran mental, komunikasi melalui pihak ketiga)

Menerapkan kemampuan mendengar aktif (misal meminta untuk mengulang penjelasan dengan bahasanya sendiri tanpa ada

(12)

PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK Ketrampilan Komunikasi

Menjelaskan pentingnya merespon umpan balik untuk

meningkatkan komunikasi (membangun kepercayaan apoteker-pasien)

Mendapatkan informasi spesifik yang dibutuhkan untuk komunikasi efektif

Memberikan respon terhadap umpan balik dan memanfaatkannya secara positif dalam proses komunikasi

Membuat daftar kendala utama untuk melakukan komunikasi efektif

Ketrampilan Komunikasi Dengan Tenaga Kesehatan

Menjelaskan masalah komunikasi dengan tenaga kesehatan terkait (dokter, perawat dll)

(13)

PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK Ketrampilan Komunikasi Dengan Tenaga Kesehatan

Menjelaskan penyelesaian masalah komunikasi dengan tenaga kesehatan

Melakukan komunikasi secara jelas, ringkas dan tepat saat menjadi mentor atau tutor

Melakukan komunikasi efektif dengan staf kesehatan dan sosial, mendukung staf, pasien, perawat, kerabat dan klien, menggunakan bahasa yang mudah dipahami serta memastikan pemahaman

pasien dll

Menggunakan teknik komunikasi efektif untuk membangun relasi dengan pasien, tenaga kesehatan dan relawan pelayanan secara lisan dan tertulis

(14)

FORMULASI DAN PRODUKSI SEDIAAN FARMASI

Melakukan studi praformulasi dan menetapkan formula sediaan farmasi dengan memperhatikan aspek mutu, keamanan &

kemanjuran.

Menetapkan spesifikasi bahan baku, spesifikasi bahan kemasan, dan spesifikasi produk sesuai ketentuan perundang-undangan. Merancang prosedur pembuatan sediaan farmasi dengan

mematuhi ketentuan Cara Pembuatan Sediaan Farmasi Yang Baik. Merancang kemasan dan brosur/leaflet, serta memastikan

ketersediaan informasi sesuai kebutuhan, a.l. ED (Expiration Date), BUD (Beyond Use Date), pelarut, kelarutan, kompatibilitas, kondisi penyimpanan.

Memilih bahan baku sesuai spesifikasi yang ditetapkan.

Membuat sediaan farmasi steril maupun non-steril dengan mematuhi prosedur yang telah ditetapkan.

(15)

FORMULASI DAN PRODUKSI SEDIAAN FARMASI

Mendokumentasikan data/informasi secara bertanggung-jawab. Menjelaskan prinsip manajemen mutu: penjaminan mutu (QA) maupun pengawasan mutu (QC).

Menjelaskan prinsip Manajemen Resiko Mutu/ Quality Risk Management.

Menjelaskan pembagian klasifikasi ruangan produksi beserta parameter dan pengukurannya.

Menjelaskan prinsip kualifikasi ruangan dan mesin produksi,

validasi proses, validasi pembersihan, dan validasi metoda analisa. Menjelaskan prinsip kalibrasi mesin produksi.

Menjelaskan prinsip inspeksi diri, audit, dan pembuatan Corrective Action & Preventive Action (CAPA).

Menjelaskan prinsip penanganan keluhan produk & obat kembalian.

(16)

Pencarian Informasi Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan

Mengidentifikasi sumber informasi yang akurat serta melakukan penelusuran untuk memperoleh informasi terkait sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tepat, akurat, relevan dan terkini.

Mengevaluasi, menganalisis, dan mengorganisasikan informasi sesuai kebutuhan.

Pemberian Informasi Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan

Mengidentifikasi hambatan komunikasi efektif dan menggunakan strategi untuk mengatasinya.

Mendiseminasikan informasi terkait sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tepat, akurat, terkini, dan relevan dengan

(17)

Pemberian Informasi Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan

Memberikan saran penggunaan obat dan alat kesehatan yang aman dan rasional, termasuk pemilihan, cara pemakaian,

indikasi/kegunaan, kontra indikasi, cara penyimpanan, & efek samping potensial dari penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan dengan memperhatikan etika profesi.

Melakukan verifikasi pemahaman pasien, masyarakat, sejawat, atau tenaga kesehatan lain.

(18)

Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan Masyarakat

Menggali, menetapkan, dan membuat prioritas kebutuhan pelayanan kesehatan primair pasien atau masyarakat dengan memperhatikan kondisi sosial dan budaya.

Menyediakan informasi kesehatan yang relevan dengan kebutuhan pasien atau masyarakat.

Memberikan saran promosi kesehatan, pencegahan dan pengendalian penyakit, dan gaya hidup sehat.

Melakukan komunikasi masa.

Membangun kemitraan dengan kelompok masyarakat maupun penyedia pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

(19)

PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN Seleksi Bahan Baku, Sediaan Farmasi, dan Alat Kesehatan

Melakukan analisis masalah kesehatan yang sedang dan sering terjadi.

Memilih bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan yang

dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat dengan memperhatikan pola prevalensi penyakit, ketersediaan sarana pelayanan kesehatan, faktor sosial ekonomi dan budaya masyarakat, sumber daya

manusia, genetika, demografi, dan lingkungan.

Menentukan kriteria seleksi bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan yang absah, bermutu, aman dan bermanfaat, didukung dengan bukti yang sahih.

Menetapkan pilihan kebutuhan bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan berdasarkan yang paling banyak diketahui bukti ilmiahnya, mempunyai farmakokinetika yang paling bermanfaat, mudah diperoleh dan dengan harga terjangkau.

(20)

Pengadaan Bahan baku, Sediaan Farmasi, dan Alat Kesehatan

Menetapkan metode penghitungan kebutuhan yang sesuai dengan pola penggunaan bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan. Menghitung kebutuhan bahan baku, sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan bahannya dengan tepat.

Memilih pemasok yang memenuhi ketentuan perundangan yang berlaku, penjaminan mutu, ketepatan waktu dan aspek ekonomi. Memilih dan menetapkan metode yang sesuai untuk pengadaan bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan.

Memilih sistem rantai pasokan yang efektif dan efisien. Menjelaskan prosedur dan ketentuan perundangan dalam

(21)

Penyimpanan Dan Pendistribusian Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Dan Alat Kesehatan

Merancang tempat penyimpanan sesuai peraturan perundangan untuk menjamin kualitas bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan.

Merancang dan menetapkan penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan, legalitas, keberbahayaan, farmakologi, alfabetis.

Melakukan penerimaan bahan baku, sediaan farmasi, dan alat

kesehatan berdasar kriteria dengan baik dan benar sesuai prosedur. Melakukan distribusi, administrasi bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan sesuai prosedur dengan baik dan benar, serta menjamin mutu, keamanan dan kemanfaatannya.

(22)

Penyimpanan Dan Pendistribusian Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Dan Alat Kesehatan

Melakukan pengawasan mutu terhadap bahan baku, sediaan farmasi, dan/atau alat kesehatan yang diterima dan disimpan sehingga terjamin mutunya sesuai standar.

Mengendalikan tingkat persediaan bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan berdasarkan analisis informasi persediaan dan rasio yang ditetapkan.

Melakukan identifikasi dan menetapkan bahan baku, sediaan

(23)

Pemusnahan Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Dan Alat Kesehatan

Menjelaskan ketentuan perundang-undangan dan persyaratan keamanan berkaitan dengan pelaksanaan pemusnahan obat.

Menjelaskan kriteria obat yang harus dimusnahkan a.l. obat yang rusak dan obat yang kadaluwarsa.

Melaksanakan pemusnahan bahan baku dan sediaan farmasi sesuai ketentuan perundang-undangan, sifat bahan, dan dampak

lingkungan.

Membuat dokumentasi pemusnahan bahan baku dan sediaan farmasi.

Penarikan Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Dan Alat Kesehatan

Merancang dan menetapkan sistem penarikan bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan yang efektif dan efisien.

(24)

Penarikan Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Dan Alat Kesehatan

Menjelasan komunikasi risiko yang digunakan oleh instansi yang berwenang.

Menjelaskan cara pengambilan data distribusi sediaan farmasi a.l. nama pasien, rincian yang dapat dihubungi, tanggal pembelian, jumlah yang dibeli.

Menilai pengaruh dan akibat eskalasi penarikan sediaan farmasi. Mengidentifikasi tenaga kesehatan terkait & lainnya untuk

merencanakan penarikan sediaan farmasi.

Menjelaskan tata laksana penarikan sediaan farmasi, wajib dan sukarela.

Menjelaskan informasi penting yang akan disosialisasikan kepada pihak terkait.

(25)

Pengelolaan Infrastruktur Dalam Pengelolaan Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Dan Alat Kesehatan

Menjelaskan proses analisis data menjadi informasi yang diperlukan dalam pengendalian persediaan bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan.

Menjelaskan manfaat teknologi informasi dalam pengendalian persediaan bahan baku, sediaan farmasi, & alat kesehatan. Menjelaskan hubungan antara posisi dalam struktur organisasi dengan fungsi pelayanan farmasi.

Menyusun dan menjelaskan tugas, tanggung jawab dan kewenangan dari masing-masing posisi dalam struktur organisasi.

Menjelaskan kualifikasi SDM yang diperlukan untuk posisi tertentu dalam struktur organisasi.

Menjelaskan syarat legalitas dan kompetensi SDM yang diperlukan. Melakukan kalkulasi kebutuhan SDM berdasarkan jenis dan volume pekerjaan di bidangnya.

(26)

Pengelolaan Infrastruktur Dalam Pengelolaan Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Dan Alat Kesehatan

Menjelaskan cara menilai pemahaman SDM terhadap peraturan ketenagakerjaan serta kondisi yang mempengaruhi kebijakan dan kegiatan di tempat kerja.

Menyusun rencana program pelatihan SDM.

Melakukan kalkulasi & menetapkan harga bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan.

Menginterpretasikan laporan keuangan. Menghitung parameter evaluasi keuangan.

(27)

KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL Penjaminan Mutu dan Penelitian di Tempat Kerja

Membedakan quality assurance, quality control, dan quality improvement.

Menjelaskan metodologi dan jenis indikator pengukuran dalam

quality assurance dan quality improvement.

Menyusun Standar Prosedur Operasional (SPO).

Menjelaskan aktivitas untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian yang bisa atau pernah diikuti.

Menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat langsung dari aktivitas quality improvement.

Menerapkan penemuan hasil penelitian a.l. hasil uji pre-klinik, uji klinik, eksperimen klinis-farmakologis, pengelolaan resiko, serta menjelaskan manfaat dan resikonya.

Menjalankan audit mutu untuk memastikan pelayanan memenuhi standar dan spesifikasi lokal/nasional.

(28)

KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL Penjaminan Mutu dan Penelitian di Tempat Kerja

Memastikan sediaan farmasi bukan palsu dan memenuhi standar mutu.

Mengidentifikasi dan mengevaluasi data atau informasi berbasis bukti (evidence-base) untuk meningkatkan penggunaan sediaan farmasi dan mutu pelayanan kefarmasian.

Menerapkan, menjalankan, dan memelihara sistem pelaporan farmako-vigilans, antara lain laporan ADR.

Perencanaan dan Pengelolaan Waktu Kerja

Menjelaskan pengelolaan waktu kerja yang baik (tepat waktu, efektif dan efisien dalam bekerja).

Menjelaskan prioritas tugas yang terkait dengan tujuan dan sasaran kerja yang ditetapkan.

(29)

KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL Perencanaan dan Pengelolaan Waktu Kerja

Mengidentifikasi bagian tugas yang dapat didelegasikan kepada staf atau orang lain.

Mengenali situasi yang memerlukan tambahan informasi atau konsultasi dari para ahli untuk menyelesaikan tugas.

Mematuhi jadwal yang telah disusun sebelumnya untuk penyelesaian tugas.

Optimalisasi Kontribusi Diri Terhadap Pekerjaan

Menjelaskan struktur organisasi tempat bekerja.

Melakukan verifikasi ruang lingkup peran dan tanggung jawabnya dalam organisasi.

Berpartisiasi dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif Melakukan identifikasi kebutuhan sumber daya untuk

menyelesaikan pekerjaan sesuai skala prioritas.

(30)

KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL Optimalisasi Kontribusi Diri Terhadap Pekerjaan

Menjelaskan hubungan antara kebijakan, pekerjaan, dan prosedur dengan peraturan perundang-undangan (advokasi pekerjaan

terhadap kebijakan yang dibuat).

Menunjukkan pengukuran kinerja diri sendiri.

Melakukan tindak lanjut dari evaluasi hasil pengukuran kinerja diri sendiri.

Bekerja Dalam Tim

Memberikan umpan balik yang wajar dalam tim.

Menggunakan catatat dan dokumen untuk komunikasi hal-hal penting sebagai tindak lanjut dan/atau dalam memberikan informasi ke staf atau petugas.

Menjelaskan tanggungjawab setiap anggota tim terkait tipe pekerjaannya.

Melakukan identifikasi dan/atau menjelaskan situasi dimana

(31)

KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL Bekerja Dalam Tim

Menunjukkan perilaku positif saat berkolaborasi dengan anggota tim.

Memberi contoh pendampingan sejawat dalam pelaksanaan tugas. Menjaga hubungan kolaboratif dan saling menghargai dengan

tenaga profesional lain & keluarga/pendamping penggunaan obat dalam rangka memberikan pelayanan pasien secara spesifik.

Membangun Kepercayaan Diri

Mengidentifikasi dan menyetujui atau menolak permintaan pengadaan, produksi, dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak layak.

Mempertanggungjawabkan kelayakan permintaan sediaan farmasi dan/ atau alat kesehatan.

(32)

KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL Membangun Kepercayaan Diri

Membuat alternatif pilihan yang harus diambil untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Menunjukkan posisi dan peran apoteker dengan jelas dan ringkas. Menunjukkan posisi dan peran apoteker dalam upaya perubahan perilaku orang lain.

Penyelesaian Masalah

Mengidentifikasi, menganalisis, dan menjelaskan penyebab atau faktor-faktor penyebab masalah.

Menjelaskan penggunaan beberapa teknik, a.l. daftar tilik, diagram sebab akibat, pareto, untuk membantu menyelesaikan masalah. Menjelaskan rencana penyelesaian masalah secara sistematis.

Menetapkan dan melibatkan pihak lain terkait untuk menyelesaikan masalah.

(33)

KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL Penyelesaian Masalah

Melakukan dokumentasi masalah-masalah, faktor-faktor penyebab dan alternatif pilihan untuk menyelesaikan masalah.

Menjelaskan pentingnya proses monitoring dan mendiskusikan evaluasi pencapaian tujuan untuk penyelesaian masalah.

Menjelaskan proses monitoring dengan tolak ukur yang jelas bahwa telah dilakukan penyelesaian masalah.

Menunjukkan bagaimana monitoring hasil sudah digunakan untuk melihat kegiatan selanjutnya.

Pengelolaan Konflik

Mengidentifikasi tanda-tanda adanya konflik, a.l. moral rendah, ketidak-hadiran, kesalahan pelayanan, perilaku agresif/tidak kooperatif, sebelum hal ini menyebabkan efek samping.

(34)

KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL Pengelolaan Konflik

Menjelaskan kejadian dan sumber konflik tanpa menyalahkan pihak terkait.

Menjelaskan jarak antara strategi pendekatan yang efektif untuk menyelesaikan konflik di tempat kerja (penyelesaian masalah secara kolaboratif, menggunakan sistem mediasi, negosiasi

menang-menang, identifikasi keluaran sesuai kesepakatan).

Menjelaskan dan memutuskan metode yang terbaik untuk menyelesaikan masalah.

Menggunakan keterampilan komunikasi verbal maupun non-verbal dan keterampilan lain selama proses berlangsung dengan percaya diri.

Peningkatan Layanan

Mengidentifikasi kebutuhan, merencanakan dan

(35)

KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL Peningkatan Layanan

Mengidentifikasi, menyelesaikan, menindaklanjuti & mencegah masalah terkait sediaan farmasi (medicines related problem).

Pengelolaan Tempat Kerja

Memperhatikan dan mengelola masalah manajemen sehari-hari. Menunjukkan kemampuan untuk mengambil keputusan dan

membuat penilaian yang tepat secara cermat.

Memastikan jadwal kegiatan dirancang dan dikelola secara tepat. Memastikan jam kerja dirancang dan dikelola secara tepat.

(36)

PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESI Mawas Diri dan Pengembangan Diri

Mendokumentasikan aktivitas pengembangan diri (CPD).

Memelihara dan mengembangkan jaringan kerja, antara lain dengan pembimbing di dalam maupun di luar lembaganya.

Mengevaluasi kemutakhiran pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki.

Mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.

Mengidentifikasi keahlian yang dibutuhkan di luar lingkup pengetahuan yang dimiliki.

Mengenali keterbatasan diri dan bertindak untuk mengatasinya. Merefleksikan hasil pengembangan diri dalam kinerja.

Belajar Sepanjang Hayat dan Kontribusi Untuk Kemajuan Profesi

(37)

PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESI

Belajar Sepanjang Hayat dan Kontribusi Untuk Kemajuan Profesi

Mendiskusikan dan membahas perkembangan ilmu maupun hasil-hasil penelitian kefarmasian dalam rangka meningkatkan

profesionalitas dalam pelayanan.

Mengikuti program pemerintah dan/atau asosiasi profesi untuk menjaga kompetensi dan perkembangan profesi. Membuat tulisan tentang kefarmasian dan dipublikasikan.

Berpartisipasi dalam penelitian kefarmasian, khususnya

pengembangan data/informasi berbasis bukti (evidence base).

Mengikuti perkembangan standar kompetensi kefarmasian terkini untuk mencapai dan mempertahankan standar kompetensi profesi tertinggi.

(38)

PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESI

Penggunaan Teknologi Untuk Pengembangan Profesionalitas

Mengikuti perkembangan teknologi terkini di bidang farmasi dan teknologi informasi dan komunikasi.

Menggunakan teknologi terkini untuk mencapai dan mempertahankan standar kompetensi profesi.

(39)

Dalam dunia profesi

hanya ada dua katagori kemampuan:

KOMPETEN

atau

TIDAK KOMPETEN

TIDAK ADA ISTILAH

(40)

STANDAR KOMPETENSI

APOTEKER INDONESIA

(41)

Siklus dalam Experiential Learning

Refleksi

Perencanaan

Tindakan

Evaluasi

Pencatatan

(Portofolio)

(42)

Komposisi Isi Pembelajaran

Kompetensi Apoteker

Pendidikan S1 Training Calon Apoteker (PSPA)

Pendidikan Apoteker Berkelanjutan

(CE/ CPD)

Knowledge +++++ Knowledge ++ Practical +++

(43)

Sasaran Pembelajaran

Kompetensi Apoteker

Pendidikan S1 Training Calon Apoteker (PSPA)

Pendidikan Apoteker Berkelanjutan

(CE/ CPD)

(44)

Pelaksanaan Pembelajaran

Kompetensi Apoteker

Pendidikan S1 Training Calon Apoteker (PSPA)

Pendidikan Apoteker Berkelanjutan

(CE/ CPD)

Dosen Preceptor Trainer

Knowledge +++++ Knowledge ++ Practical +++

Knowledge + Practical ++++

(45)
(46)

MUKADIMAH

(47)

Apoteker di dalam pengabdiannya kepada nusa dan

bangsa serta di dalam mengamalkan keahliannya

selalu berpegang teguh kepada sumpah / janji

Apoteker

(48)

Pedoman Pelaksanaan

1.

Setiap apoteker dalam melakukan pengabdian dan

pengamalan ilmunya harus didasari oleh sebuah niat

luhur untuk kepentingan makhluk lain sesuai dengan

tuntunan Tuhan yang Maha Esa

2. Sumpah dan janji apoteker adalah komitmen

seorang apoteker yang harus dijadikan landasan

moral dalam pengabdian profesinya

(49)

BAB I

KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1

Setiap Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati

dan mengamalkan Sumpah Apoteker

Pedoman Pelaksanaan :

Sumpah / janji Apoteker yang diucapkan seorang

apoteker untuk dapat diamalkan dalam pengabdiannya

harus dihayati dengan baik dan dijadikan landasan

(50)

Pasal 2 :

Setiap Apoteker harus berusaha dengan

sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik

Apoteker Indonesia

Pedoman Pelaksanaan

Kesungguhan dalam menghayati dan mengamalkan

Kode Etik Apoteker Indonesia dinilai dari ada tidaknya

laporan masyarakat , ada tidaknya laporan dari sejawat

Apoteker atau sejawat tenaga kesehatan lain, serta

tidak ada laporan dari Dinas Kesehatan

(51)

Pasal 3

Setiap

Apoteker

harus

senantiasa

menjalankan

profesinya sesuai Standar Kompetensi Apoteker

Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang

teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksankaan

kewajibannya

Pedoman Pelaksanaan :

1. Setiap Apoteker Indonesia harus mengerti ,

menghayati dan mengamalkan kompetensi sesuai

dengan Standar Kompetensi Apoteker Indonesia.

Kompetensi yang dimaksud adalah ketrampilan, sikap

dan perilaku yang berdasarkan pada ilmu, hukum dan

etik

(52)

2

.

Ukuran kompetensi seorang Apoteker dinilai lewat

uji kompetensi

3

.

Kepentingan kemanusiaan harus menjadi

pertimbangan utama dalam setiap tindakan dan

keputusan seorang Apoteker indonesia

4. Bilamana suatu saat seorang Apoteker dihadapkan

kepada konflik tanggung jawab profesional, maka

dari berbagai opsi yang ada, seorang apoteker harus

memilih resiko yang paling kecil dan paling tepat

(53)

Pasal 4

Setiap

Apoteker

harus

selalu

aktif

mengikuti

perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya

dan dibidang farmasi pada khususnya

Pedoman Pelaksanaan

1. Seorang Apoteker harus mengembangkan

pengetahuan dan ketrampilan profesionalnya secara

terus menerus

2. Aktifitas seorang Apoteker dalam mengikuti

perkembangan di bidang kesehatan , diukur dari nilai

SKP yang diperoleh dari hasil uji kompetensi

(54)

Pasal 5

Di dalam menjalankan tugasnya, setiap Apoteker harus

berusaha menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri

semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur

jabatan kefarmasian

Pedoman Pelaksanaan :

1. Seorang Apoteker dalam tindakan profesionalnya harus

menghindari diri dari perbuatan yang akan merusak atau

merugikan orang lain

2. Seorang Apoteker dalam menjalankan tugasnya dapat

memperoleh imbalan dari pasien dan masyarakat atau jasa

yang diberikannya dengan tetap memegang teguh kepada

prinsip mendahulukan kepentingan pasien

(55)

Pasal 6

Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi

contoh yang baik bagi orang lain

Pedoman Pelaksanaan

1. Seorang Apoteker harus menjaga kepercayaan

masarakat atas profesi yang disandangkan dengan

jujur dan penuh integritas

(56)

Pasal 7

Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi

sesuai dengan profesinya:

Pedoman Pelaksanaan :

1. Seorang Apoteker memberikan informasi kepada

pasien / masyarakat harus dengan cara yang mudah

dimengerti dan yakin bahwa informasi tersebut

sesuai, relevan dan up to date

(57)

3.

Seorang Apoteker harus mampu berbagi informasi

mengenai pelayanan kepada pasien dengan tenaga

profesi kesehatan yang terlibat

4. Seorang Apoteker harus senantiasa meningkatkan

pemahaman masyarakat terhadap obat dalam

bentuk penyuluhan, memberikan informasi secara

jelas, melakukan montoring penggunaan obat dan

sebagainya

(58)

Pasal 8

Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan

peraturan perundangan di bidang kesehatan pada umumnya

dan bidang farmasi pada khususnya

Pedoman Pelaksanaan

1. Tidak ada alasan bagi Apoteker tidak tahu peraturan

perundangan yang terkait dengan kefarmasian. Untuk itu

setiap apoteker harus selalu aktif mengikuti

perkembangan peraturan, sehingga setiap apoteker

dapat menjalankan profesinya dengan tetap berada

dalam koridor peraturan perundangan yang berlaku

2. Apoteker harus membuat SPO sebagai pedoman

kerja bagi seluruh personil di sarana pekerjaan

(59)

BAB II

Kewajiban Apoteker Terhadap Penderita:

Pasal 9 :

Seorang

Apoteker

dalam

melakukan

praktik

kefarmasian

harus

mengutamakan

kepentingan

masyarakat dan menghormati hak asasi penderita dan

melindungi makhluk hidup insani

Pedoman Pelaksanaan :

1. Kepedulian kepada pasien adalah merupakan hal

yang paling utama dari seorang Apoteker

2. Setiap tindakan dan keputusan profesional Apoteker

harus berpihak kepada kepentingan pasien dan

masyarakat

(60)

3.

Seorang Apoteker harus mampu mendorong pasien

untuk terlibat dalam keputusan pengobatan mereka

4. Seorang Apoteker harus mengambil langkah untuk

menjaga kesehatan pasien, khususnya janin, bayi,

anak-anak, serta orang yang dalam kondisi lemah

5. Seorang Apoteker harus yakin bahwa obat yang

diserahkan kepada pasien adalah obat yang terjamin

mutu, keamanan dan khasiat dan cara pakai obat

(61)

6.

Seorang Apoteker harus menjaga kerahasiaan pasien,

rahasia kefarmasian dan rahasia kedokteran dengan

baik

7. Seorang Apoteker harus menghormati keputusan

profesi yang telah ditetapkan oleh Dokter dalam

bentuk penulisan resep dsb.

8. Dalam hal seorang Apoteker akan mengambil

kebijakan yang berbeda dengan permintaan Dokter,

maka Apoteker harus melakukan komunikasi dengan

Dokter tersebut, kecuali peraturan perundangan

(62)

BAB III

KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 10

:

Setiap Apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya

sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan

Pedoman Pelaksanaan

1. Seorang Apoteker harus menghargai teman sejawatnya

termasuk rekan kerjanya

2. Bilamana Seorang Apoteker dihdapkan pada suatu situasi

yang problematik, baik secara moral ataupun peraturan

perundangan yang berlaku tentang hubungannya dengan

sejawatnya, maka komunikasi antar sejawat harus dilakukan

dengan baik dan santun

(63)

Pasal 11

:

Sesama Apoteker harus saling mengingatkan dan saling

menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan

kode etik

Pedoman Pelaksanaan :

1. Bilamana Seorang Apoteker mengetahui sejawatnya

melanggar kode etik, dengan cara yang santun dia

harus melakukan komunikasi dengan sejawatnya

tersebut untuk mengingatkan kekeliruan yang ada

2. Bilamana ternyata yang bersangkutan sulit menerima

maka dia dapat menampaikan kepada Pengurus

(64)

Pasal 12

:

Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan

untuk meningkatkan kerja sama yang baik sesama Apoteker di

dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian

serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam

menjalankan tugasnya

Pedoman Pelaksanaan

1. Seorang Apoteker harus menjalin dan memelihara kerja

sama dengan sejawat apoteker lainnya

2. Seorang Apoteker harus membantu teman sejawatnya

dalam menjalankan pengabdian profesinya

(65)

BAB IV

KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS

KESEHATAN LAINNYA

Pasal 13

(66)

Pedoman Pelaksanaan :

1. Apoteker harus mampu menjalin hubungan yang

harmonis dengan tenaga profesi kesehatan lainnya

secara seimbang dan bermartabat

2. Bilamana seorang Apoteker menemui hal hal yang

kurang tepat dari profesi kesehatan lainnya maka

apoteker tersebut harus mampu

mengkomunikasikannya dengan baik kepada profesi

tersebut, tanpa yang bersangkutan harus merasa

(67)

Pasal 14

Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari

tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan

berkurangnya / hilangnya kepercayaan masyarakat

kepada Sejawat Petugas Kesehatan lainnya

Pedoman Pelaksanaan :

Bilamana seorang Apoteker menemui hal hal yang

kurang tepat dari profesi kesehatan lainnya maka

apoteker tersebut harus mampu mengkomunikasikan

dengan baik kepada profesi tersebut, tanpa yang

(68)

BAB V

PENUTUP

Pasal 15

(69)
(70)

BAB II

KETENTUAN UMUM

1. Disiplin Apoteker adalah kesanggupan Apoteker

untuk mentaati kewajiban dan menghindari

larangan yang ditentukan dalam peraturan

perundang-undangan dan/atau peraturan praktik

yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi

hukuman disiplin.

2. Penegakan Disiplin adalah penegakan aturan-aturan

dan/atau ketentuan penerapan keilmuan dalam

(71)

3. Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia yang disingkat

MEDAI, adalah organ organisasi profesi Ikatan Apoteker

Indonesia yang bertugas membina, mengawasi dan menilai

pelaksanaan Kode Etik Apoteker Indonesia oleh Anggota

maupun oleh Pengurus, dan menjaga, meningkat kan dan

menegakkan disiplin apoteker Indonesia.

4. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai

Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.

5. Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk

pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat,

pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat

serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional

harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai

keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan

(72)

6. Tenaga kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang

melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas

Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.

7. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang

membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan

kefarmasian, terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya

Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah

Farmasi/Asisten Apoteker;

8. Standar Pendidikan Apoteker Indonesia, yang selanjutnya

disingkat SPAI adalah pendidikan akademik dan

(73)

BAB IV

BENTUK PELANGGARAN DISIPLI

N

1. Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak

kompeten.

Penjelasan: Melakukan Praktek kefarmasian tidak

dengan standar praktek Profesi/standar kompetensi

yang benar, sehingga berpotensi menimbulkan/

mengakibatkan kerusakan, kerugian pasien atau

masyarakat.

2. Membiarkan berlangsungnya praktek kefarmasian

yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa

(74)

3.

Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan

tertentu atau tenaga kesehatan lainnya yang tidak

memiliki kompetensi untuk pekerjaan itu

- Tidak hadir di tempat praktik pada pelayanan

4.

Membuat keputusan profesional yang tidak berpihak

kepada masyarakat :

- Menetapkan harga obat terlalu tinggi padahal obat

tersebut diperlukan secara luas oleh masyarakat

- Memberikan saran kepda masyarakat untuk

menggunakan sediaan tertentu yang tidak sesuai

dengan kebutuhan

5.

Tidak e erika i for asi ya g sesuai, releva da up

to date de ga ara ya g udah di e gerti oleh

pasien/masyarakat, sehingga berpotensi menimbulkan

kerusakan dan/ atau kerugian pasien.

(75)

6. Tidak membuat dan/atau tidak melaksanakan Standar

Prosedur Operasional sebagai Pedoman Kerja bagi seluruh

personil di sarana pekerjaan/pelayanan kefarmasian, sesuai

dengan kewenangannya.

-

Tidak ada PROTAP di tempat praktik

-

Ada PROTAP tapi tidak disosialisasikan ke personil lain di

tempat praktik

7.

Me erika sediaa far asi ya g tidak terja i „ utu‟,

‟kea a a ‟, da ‟khasiat/ a faat‟ kepada pasie .

-

Menyerahkan obat tanpa informasi yang jelas, benar

dan lengkap terkait penyimpanan

8. Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan distribusi)

obat dan/atau bahan baku obat, tanpa prosedur yang

berlaku :

(76)

9. Tidak menghitung dengan benar dosis obat, sehingga dapat

menimbulkan kerusakan atau kerugian kepada pasien.

- Tidak melakukan skreening resep terkait dengan

kesesuaian farmasetik/kesesuaian klinik

10. Melakukan penataan, penyimpanan obat tidak sesuai

standar, sehingga berpotensi menimbulkan penurunan

kualitas obat.

11. Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi tingkat

kesehatan fisik ataupun mental yang sedang terganggu

sehingga merugikan kualitas pelayanan profesi.

12. Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan

yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan

(77)

13. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam

pelaksanaan praktik swa-medikasi(self medication) yang

tidak sesuai dengan kaidah pelayanan kefarmasian.

14. Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/ atau tidak

etis, dan/atau tidak objektif :

15. Menolak atau menghentikan pelayanan kefarmasian

terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah.

16. Membuka rahasia kefarmasian kepada yang tidak berhak.

17. Menyalahgunakan kompetensi Apotekernya.

18. Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan farmasi

yang tidak baik dan tidak benar.

19. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi

Apoteker (STRA) atau Surat Izin Praktik Apoteker/Surat

Izin kerja Apoteker (SIPA/SIKA) dan/atau sertifikat

(78)

20. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti

lainnya yang diperlukan MEDAI untuk pemeriksaan atas

pengaduan dugaan pelanggaran disiplin.

21. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan

kemampuan/pelayanan yang dimiliki, baik lisan ataupun

tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan.

(79)

BAB V

SANKSI DISIPLIN

1. Pemberian peringatan tertulis

2. Rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan

Surat Tanda Registrasi Apoteker, atau Surat Izin

Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker;

dan/atau

(80)

Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat

Izin Praktik yang dimaksud dapat berupa:

1. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat

Izin Praktik sementara selama-lamanya 1 (satu) tahun, atau

2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat

Izin Praktik tetap atau selamanya;

Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi

pendidikan apoteker yang dimaksud dapat berupa :

a. Pendidikan formal; atau

(81)

QA Pharmacy

Education

(82)

Regulasi & Pekerjaan Kefarmasian:

Peraturan Perundangan

Peraturan Organisasi

Pedoman :

1.

Pengadaan

sediaan farmasi

GPP

2.

Produksi

sediaan farmasi

GMP

3.

Penyimpanan

sediaan farmasi

GSP

4.

Distribusi/ penyaluran

sediaan farmasi

GDP

5.

Pelayanan

sediaan farmasi

GPP

(83)

5

undangan, Pelaksanaan dan

(84)

Pilar 1 : Terwujudnya Apoteker Praktik

Bertanggungjawab

Bidang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Badan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan

Bidang Keamanan Sediaan Farmasi, Alkes dan Makanan

Badan Pendayagunaan dan Optimalisasi Praktik Apoteker

Badan Sertifikasi Profesi

(85)

Pilar 1 : PERUBAHAN KONDISI PRAKTIK APOTEKER

SEKARANG

DAHULU

Apoteker Penampakan

Apoteker Dewa

Apoteker Gadai Ijazah

Hanya Apoteker

tertempel di Surat Ijin

Tidak pernah belajar lagi

Apoteker Praktik

Bertanggungjawab

Explain & Describe medicine to Patient

Apoteker Mengisi PMR

Apoteker Praktik

mempunyai ikatan dengan pasien

(86)

Pilar 2: Terwujudnya Peningkatan Kualitas Organisasi IAI

Dalam Melayani Anggota dan Masyarakat

Bidang Aset Manajemen, Yayasan dan Perusahaan

Dewan Pakar, Pengawas, Kehormatan, Pembina

Koordinator Wilayah 1, 2, 3

(87)

Pilar 2: PERUBAHAN DALAM BERORGANISASI

SEKARANG

DAHULU

Pengurus IAI berprinsip

seperti birokrat Kuno : kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah

Sulit mengurus

rekomendasi

Service Exellent kepada

anggota

Mudah mengurus

(88)

Pilar 3: Meningkatnya Popularitas Apoteker dan Pengakuan Masyarakat Atas Keberadaan dan Manfaat Jasa Apoteker

Bidang Hubungan Masyarakat dan Komunikasi

Bidang Kerjasama dan Kemitraan

(89)

Pilar 3: PERUBAHAN DALAM POPULARITAS APOTEKER

SEKARANG

DAHULU

Apoteker kurang dikenal

Apoteker ngumpet di

belakang layar

Apoteker kurang

memperlihatkan

keahliannya di bidang prakyik kefarmasian

Masyarakat lebih mengenal

apoteker sebagai tenaga kesehatan

Masyarakat mendapat

manfaat praktik kefarmasian

Masyarakat mengakui

(90)

Pilar 4 : Membantu Transformasi Pendidikan Apoteker Sesuai Dengan Naskah Akademik Pendidikan Apoteker, Blueprint Uji

Kompetensi Apoteker dan Instrumen Akreditasi Pendidikan Apoteker Sesuai Hasil HPEQ Farmasi

Bidang Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi (LPUK)

Bidang Fasilitasi Pendidikan Apoteker

Bidang Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM PT.Kes)

(91)
(92)

Pilar 5 : Mewujudkan Pelaksanaan Praktik

Kefarmasian Sesuai Peraturan Perundang-undangan, Penegakkan, Harmonisasi dan Usulan Penerbitan

Peraturan erundang-undangan

Badan Advokasi, Mediasi dan Perlindungan Anggota

(93)

Pilar 5: Kelengkapan Peraturan Perundang-undangan yang kondusif dan harmonis menuju apoteker praktik bertanggung

jawab

SEKARANG

DAHULU

Regulasi terpisah-pisah

yang kurang mendukung apoteker praktik

bertanggungjawab

Regulasi terintegrasi dan

penegakkan hukum menuju apoteker praktik

(94)
(95)

[ LPP -

SDM

]

yanananda1952@yahoo.com;

totoksudjianto270@yahoo.co.id

Referensi

Dokumen terkait

Adam Malik dilakukan oleh apoteker baik secara mandiri maupun bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, mengkaji masalah terkait

Informan IS berpendapat dia tidak melanggar kode etik sebab menurutnya, berita advertorial maupun kuota berita yang Perusahaan pers harus menghindari praktik kontrak

Ketua : Prof.. skorsing dan pemecatan seorang notaris. Sanksi yang diterima oleh notaris yang melanggar kode etik tidak hanya sanksi sanksi skorsing dan