Three dimensions of pharmacist
ETHICAL:
- Moral- Behaviour
LEGAL/ REGULATION:
- Standard of CarePROFESSIONAL/
COMPETENCE:
- Standard of ProfessionalPractice
Standar Kompetensi Apoteker Indonesia
1. Mampu melakukan
praktik kefarmasian
secara
profesional dan etis
2. Mampu
menyelesaikan masalah
terkait dengan
penggunaan sediaan farmasi
3. Mampu melakukan
dispensing
sediaan farmasi dan
alat kesehatan
4. Mampu
memformulasi
dan
memproduksi
sediaan
farmasi dan alat kesehatan sesuai standar yang
Standar Kompetensi Apoteker Indonesia
5. Mempunyai keterampilan dalam
pemberian
informasi
sediaan farmasi dan alat kesehatan
6. Mampu berkontribusi dalam upaya
preventif
dan
promotif
kesehatan masyarakat
7. Mampu
mengelola sediaan
farmasi dan alat
kesehatan sesuai dengan standar yang berlaku
8. Mempunyai
keterampilan organisasi
dan mampu
membangun
hubungan interpersonal
dalam
melakukan praktik kefarmasian
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK Menguasai Kode Etik Yang Berlaku Dalam Praktik Profesi
Menjelaskan Kode Etik Apoteker Indonesia & Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia.
Menjelaskan aplikasi Kode Etik & Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia dalam praktik sehari-hari.
Menerapkan pertimbangan profesional dengan mengindahkan kode etik dan disiplin dalam praktik kefarmasian.
Praktik Legal Dan Sesuai Regulasi
Menjelaskan peraturan perundangan kefarmasian secara khusus dan peraturan perundangan kesehatan secara umum.
Menjelaskan aplikasi peraturan perundangan kefarmasian secara khusus & peraturan perundangan kesehatan secara umum dalam praktik sehari-hari.
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK Praktik Legal Dan Sesuai Regulasi
Menerapkan pengetahuan tentang hubungan dengan pelaku utama bisnis dan pemilik HAKI, termasuk dasar interpretasi atas hak paten.
Memperhatikan dan mengidentifikasi obat baru di pasaran. Memenuhi ketentuan legislasi sediaan farmasi yang berpotensi disalah gunakan.
Menunjukkan pengetahuan tentang pemasaran dan penjualan. Menjelaskan langkah-langkah registrasi sediaan farmasi baru,
termasuk ketentuan keamanan, mutu, kemanjuran dan penilaian farmakoekonomik sediaan farmasi.
Praktik Profesional dan Etik
Menerapkan pertimbangan profesional dengan prioritas kesehatan dam keselamatan pasien pada pengadaan,
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK Praktik Profesional dan Etik
Memberikan informasi yang tepat, jelas, dan tidak bias terkait keamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang digunakan pasien.
Menyadari keterbatasan kemampuan profesi dan bersedia
berkomunikasi dengan teman sejawat dan/atau profesi lain demi kepentingan pasien.
Memberikan arahan kepada pasien/masyarakat dalam memilih sediaan farmasi yang layak dibeli/digunakan sehingga pasien /masyarakat tidak terdorong membeli sediaan farmasi secara berlebihan.
Mencapai dan mempertahankan standar pelayanan profesional tertinggi.
Menjalin dan menjaga hubungan profesional dengan teman sejawat dan profesi lain.
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK Praktik Profesional dan Etik
Mematuhi kode etik dan disiplin Apoteker Indonesia.
Menilai kinerja diri sendiri dan dampaknya pada pengobatan pasien dan masyarakat.
Ketrampilan Komunikasi
Membuka diri untuk berbagi informasi dengan yang lain Menghargai pendapat dan pandangan orang lain
Menunjukkan kepekaan, kepedulian atas kebutuhan, nilai, kepercayaan dan budaya orang lain
Menjelaskan peran serta dan keterampilan yang dimiliki oleh orang lain untuk membantu dan memfasilitasi terselenggaranya praktik kefarmasian
Menjelaskan pendapat dan menyampaikan informasi dalam bentuk lisan maupun tulisan dengan cara membangun
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK Ketrampilan Komunikasi
Menjelaskan cara menjaga profesionalitas dengan pasien/keluarga pasien atau tenaga kesehatan lain pada saat komunikasi
Membuat formula informasi, menyampaikan ide dan pendapat secara jelas dalam bentuk lisan maupun tulisan
Melakukan komunikasi informasi dengan tepat dan percaya diri dalam bentuk lisan maupun tulisan
Melakukan klarifikasi dan menjabarkan ide, pendapat, dan informasi untuk meningkatkan pemahaman
Memberikan kontribusi secara aktif dalam perspektif kefarmasian dalam rangka pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah Memilih istilah, gaya dan bentuk komunikasi baik lisan maupun tulisan sesuai dengan situasi, materi komunikasi, komunikan
(kelancaran, ketepatan menggunakan istilah, efektifitas komunikasi Melakukan identifikasi kebutuhan informasi dari komunikan
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK Ketrampilan Komunikasi
Mengajukan pertanyaan yang relevan, mendengarkan dengan
penuh perhatian, dan memberikan respon terhadap petunjuk lisan maupun tertulis dan menggunakan penerjemah bila diperlukan
untuk lebih memperjelas kebutuhan komunikasi
Menjelaskan dan memperagakan bahwa informasi tertulis yang diberikan sudah dipahami
Menindaklanjuti, membuat pertanyaan dan atau menggunakan bantuan visual atau media lain untuk memastikan bahwa pesan yang dikomunikasikan telah diterima dan dipahami
Melakukan identifikasi atau menjelaskan kondisi yang memerlukan adanya komunikasi khusus terutama untuk pasien dan keluarganya (misalnya: perbedaan budaya, bahasa, tekanan emosional, tuli,
buta, kemunduran mental, komunikasi melalui pihak ketiga)
Menerapkan kemampuan mendengar aktif (misal meminta untuk mengulang penjelasan dengan bahasanya sendiri tanpa ada
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK Ketrampilan Komunikasi
Menjelaskan pentingnya merespon umpan balik untuk
meningkatkan komunikasi (membangun kepercayaan apoteker-pasien)
Mendapatkan informasi spesifik yang dibutuhkan untuk komunikasi efektif
Memberikan respon terhadap umpan balik dan memanfaatkannya secara positif dalam proses komunikasi
Membuat daftar kendala utama untuk melakukan komunikasi efektif
Ketrampilan Komunikasi Dengan Tenaga Kesehatan
Menjelaskan masalah komunikasi dengan tenaga kesehatan terkait (dokter, perawat dll)
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK Ketrampilan Komunikasi Dengan Tenaga Kesehatan
Menjelaskan penyelesaian masalah komunikasi dengan tenaga kesehatan
Melakukan komunikasi secara jelas, ringkas dan tepat saat menjadi mentor atau tutor
Melakukan komunikasi efektif dengan staf kesehatan dan sosial, mendukung staf, pasien, perawat, kerabat dan klien, menggunakan bahasa yang mudah dipahami serta memastikan pemahaman
pasien dll
Menggunakan teknik komunikasi efektif untuk membangun relasi dengan pasien, tenaga kesehatan dan relawan pelayanan secara lisan dan tertulis
FORMULASI DAN PRODUKSI SEDIAAN FARMASI
Melakukan studi praformulasi dan menetapkan formula sediaan farmasi dengan memperhatikan aspek mutu, keamanan &
kemanjuran.
Menetapkan spesifikasi bahan baku, spesifikasi bahan kemasan, dan spesifikasi produk sesuai ketentuan perundang-undangan. Merancang prosedur pembuatan sediaan farmasi dengan
mematuhi ketentuan Cara Pembuatan Sediaan Farmasi Yang Baik. Merancang kemasan dan brosur/leaflet, serta memastikan
ketersediaan informasi sesuai kebutuhan, a.l. ED (Expiration Date), BUD (Beyond Use Date), pelarut, kelarutan, kompatibilitas, kondisi penyimpanan.
Memilih bahan baku sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
Membuat sediaan farmasi steril maupun non-steril dengan mematuhi prosedur yang telah ditetapkan.
FORMULASI DAN PRODUKSI SEDIAAN FARMASI
Mendokumentasikan data/informasi secara bertanggung-jawab. Menjelaskan prinsip manajemen mutu: penjaminan mutu (QA) maupun pengawasan mutu (QC).
Menjelaskan prinsip Manajemen Resiko Mutu/ Quality Risk Management.
Menjelaskan pembagian klasifikasi ruangan produksi beserta parameter dan pengukurannya.
Menjelaskan prinsip kualifikasi ruangan dan mesin produksi,
validasi proses, validasi pembersihan, dan validasi metoda analisa. Menjelaskan prinsip kalibrasi mesin produksi.
Menjelaskan prinsip inspeksi diri, audit, dan pembuatan Corrective Action & Preventive Action (CAPA).
Menjelaskan prinsip penanganan keluhan produk & obat kembalian.
Pencarian Informasi Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan
Mengidentifikasi sumber informasi yang akurat serta melakukan penelusuran untuk memperoleh informasi terkait sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tepat, akurat, relevan dan terkini.
Mengevaluasi, menganalisis, dan mengorganisasikan informasi sesuai kebutuhan.
Pemberian Informasi Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan
Mengidentifikasi hambatan komunikasi efektif dan menggunakan strategi untuk mengatasinya.
Mendiseminasikan informasi terkait sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tepat, akurat, terkini, dan relevan dengan
Pemberian Informasi Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan
Memberikan saran penggunaan obat dan alat kesehatan yang aman dan rasional, termasuk pemilihan, cara pemakaian,
indikasi/kegunaan, kontra indikasi, cara penyimpanan, & efek samping potensial dari penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan dengan memperhatikan etika profesi.
Melakukan verifikasi pemahaman pasien, masyarakat, sejawat, atau tenaga kesehatan lain.
Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan Masyarakat
Menggali, menetapkan, dan membuat prioritas kebutuhan pelayanan kesehatan primair pasien atau masyarakat dengan memperhatikan kondisi sosial dan budaya.
Menyediakan informasi kesehatan yang relevan dengan kebutuhan pasien atau masyarakat.
Memberikan saran promosi kesehatan, pencegahan dan pengendalian penyakit, dan gaya hidup sehat.
Melakukan komunikasi masa.
Membangun kemitraan dengan kelompok masyarakat maupun penyedia pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN Seleksi Bahan Baku, Sediaan Farmasi, dan Alat Kesehatan
Melakukan analisis masalah kesehatan yang sedang dan sering terjadi.
Memilih bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan yang
dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat dengan memperhatikan pola prevalensi penyakit, ketersediaan sarana pelayanan kesehatan, faktor sosial ekonomi dan budaya masyarakat, sumber daya
manusia, genetika, demografi, dan lingkungan.
Menentukan kriteria seleksi bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan yang absah, bermutu, aman dan bermanfaat, didukung dengan bukti yang sahih.
Menetapkan pilihan kebutuhan bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan berdasarkan yang paling banyak diketahui bukti ilmiahnya, mempunyai farmakokinetika yang paling bermanfaat, mudah diperoleh dan dengan harga terjangkau.
Pengadaan Bahan baku, Sediaan Farmasi, dan Alat Kesehatan
Menetapkan metode penghitungan kebutuhan yang sesuai dengan pola penggunaan bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan. Menghitung kebutuhan bahan baku, sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan bahannya dengan tepat.
Memilih pemasok yang memenuhi ketentuan perundangan yang berlaku, penjaminan mutu, ketepatan waktu dan aspek ekonomi. Memilih dan menetapkan metode yang sesuai untuk pengadaan bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan.
Memilih sistem rantai pasokan yang efektif dan efisien. Menjelaskan prosedur dan ketentuan perundangan dalam
Penyimpanan Dan Pendistribusian Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Dan Alat Kesehatan
Merancang tempat penyimpanan sesuai peraturan perundangan untuk menjamin kualitas bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan.
Merancang dan menetapkan penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan, legalitas, keberbahayaan, farmakologi, alfabetis.
Melakukan penerimaan bahan baku, sediaan farmasi, dan alat
kesehatan berdasar kriteria dengan baik dan benar sesuai prosedur. Melakukan distribusi, administrasi bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan sesuai prosedur dengan baik dan benar, serta menjamin mutu, keamanan dan kemanfaatannya.
Penyimpanan Dan Pendistribusian Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Dan Alat Kesehatan
Melakukan pengawasan mutu terhadap bahan baku, sediaan farmasi, dan/atau alat kesehatan yang diterima dan disimpan sehingga terjamin mutunya sesuai standar.
Mengendalikan tingkat persediaan bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan berdasarkan analisis informasi persediaan dan rasio yang ditetapkan.
Melakukan identifikasi dan menetapkan bahan baku, sediaan
Pemusnahan Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Dan Alat Kesehatan
Menjelaskan ketentuan perundang-undangan dan persyaratan keamanan berkaitan dengan pelaksanaan pemusnahan obat.
Menjelaskan kriteria obat yang harus dimusnahkan a.l. obat yang rusak dan obat yang kadaluwarsa.
Melaksanakan pemusnahan bahan baku dan sediaan farmasi sesuai ketentuan perundang-undangan, sifat bahan, dan dampak
lingkungan.
Membuat dokumentasi pemusnahan bahan baku dan sediaan farmasi.
Penarikan Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Dan Alat Kesehatan
Merancang dan menetapkan sistem penarikan bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan yang efektif dan efisien.
Penarikan Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Dan Alat Kesehatan
Menjelasan komunikasi risiko yang digunakan oleh instansi yang berwenang.
Menjelaskan cara pengambilan data distribusi sediaan farmasi a.l. nama pasien, rincian yang dapat dihubungi, tanggal pembelian, jumlah yang dibeli.
Menilai pengaruh dan akibat eskalasi penarikan sediaan farmasi. Mengidentifikasi tenaga kesehatan terkait & lainnya untuk
merencanakan penarikan sediaan farmasi.
Menjelaskan tata laksana penarikan sediaan farmasi, wajib dan sukarela.
Menjelaskan informasi penting yang akan disosialisasikan kepada pihak terkait.
Pengelolaan Infrastruktur Dalam Pengelolaan Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Dan Alat Kesehatan
Menjelaskan proses analisis data menjadi informasi yang diperlukan dalam pengendalian persediaan bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan.
Menjelaskan manfaat teknologi informasi dalam pengendalian persediaan bahan baku, sediaan farmasi, & alat kesehatan. Menjelaskan hubungan antara posisi dalam struktur organisasi dengan fungsi pelayanan farmasi.
Menyusun dan menjelaskan tugas, tanggung jawab dan kewenangan dari masing-masing posisi dalam struktur organisasi.
Menjelaskan kualifikasi SDM yang diperlukan untuk posisi tertentu dalam struktur organisasi.
Menjelaskan syarat legalitas dan kompetensi SDM yang diperlukan. Melakukan kalkulasi kebutuhan SDM berdasarkan jenis dan volume pekerjaan di bidangnya.
Pengelolaan Infrastruktur Dalam Pengelolaan Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Dan Alat Kesehatan
Menjelaskan cara menilai pemahaman SDM terhadap peraturan ketenagakerjaan serta kondisi yang mempengaruhi kebijakan dan kegiatan di tempat kerja.
Menyusun rencana program pelatihan SDM.
Melakukan kalkulasi & menetapkan harga bahan baku, sediaan farmasi, dan alat kesehatan.
Menginterpretasikan laporan keuangan. Menghitung parameter evaluasi keuangan.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL Penjaminan Mutu dan Penelitian di Tempat Kerja
Membedakan quality assurance, quality control, dan quality improvement.
Menjelaskan metodologi dan jenis indikator pengukuran dalam
quality assurance dan quality improvement.
Menyusun Standar Prosedur Operasional (SPO).
Menjelaskan aktivitas untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian yang bisa atau pernah diikuti.
Menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat langsung dari aktivitas quality improvement.
Menerapkan penemuan hasil penelitian a.l. hasil uji pre-klinik, uji klinik, eksperimen klinis-farmakologis, pengelolaan resiko, serta menjelaskan manfaat dan resikonya.
Menjalankan audit mutu untuk memastikan pelayanan memenuhi standar dan spesifikasi lokal/nasional.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL Penjaminan Mutu dan Penelitian di Tempat Kerja
Memastikan sediaan farmasi bukan palsu dan memenuhi standar mutu.
Mengidentifikasi dan mengevaluasi data atau informasi berbasis bukti (evidence-base) untuk meningkatkan penggunaan sediaan farmasi dan mutu pelayanan kefarmasian.
Menerapkan, menjalankan, dan memelihara sistem pelaporan farmako-vigilans, antara lain laporan ADR.
Perencanaan dan Pengelolaan Waktu Kerja
Menjelaskan pengelolaan waktu kerja yang baik (tepat waktu, efektif dan efisien dalam bekerja).
Menjelaskan prioritas tugas yang terkait dengan tujuan dan sasaran kerja yang ditetapkan.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL Perencanaan dan Pengelolaan Waktu Kerja
Mengidentifikasi bagian tugas yang dapat didelegasikan kepada staf atau orang lain.
Mengenali situasi yang memerlukan tambahan informasi atau konsultasi dari para ahli untuk menyelesaikan tugas.
Mematuhi jadwal yang telah disusun sebelumnya untuk penyelesaian tugas.
Optimalisasi Kontribusi Diri Terhadap Pekerjaan
Menjelaskan struktur organisasi tempat bekerja.
Melakukan verifikasi ruang lingkup peran dan tanggung jawabnya dalam organisasi.
Berpartisiasi dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif Melakukan identifikasi kebutuhan sumber daya untuk
menyelesaikan pekerjaan sesuai skala prioritas.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL Optimalisasi Kontribusi Diri Terhadap Pekerjaan
Menjelaskan hubungan antara kebijakan, pekerjaan, dan prosedur dengan peraturan perundang-undangan (advokasi pekerjaan
terhadap kebijakan yang dibuat).
Menunjukkan pengukuran kinerja diri sendiri.
Melakukan tindak lanjut dari evaluasi hasil pengukuran kinerja diri sendiri.
Bekerja Dalam Tim
Memberikan umpan balik yang wajar dalam tim.
Menggunakan catatat dan dokumen untuk komunikasi hal-hal penting sebagai tindak lanjut dan/atau dalam memberikan informasi ke staf atau petugas.
Menjelaskan tanggungjawab setiap anggota tim terkait tipe pekerjaannya.
Melakukan identifikasi dan/atau menjelaskan situasi dimana
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL Bekerja Dalam Tim
Menunjukkan perilaku positif saat berkolaborasi dengan anggota tim.
Memberi contoh pendampingan sejawat dalam pelaksanaan tugas. Menjaga hubungan kolaboratif dan saling menghargai dengan
tenaga profesional lain & keluarga/pendamping penggunaan obat dalam rangka memberikan pelayanan pasien secara spesifik.
Membangun Kepercayaan Diri
Mengidentifikasi dan menyetujui atau menolak permintaan pengadaan, produksi, dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak layak.
Mempertanggungjawabkan kelayakan permintaan sediaan farmasi dan/ atau alat kesehatan.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL Membangun Kepercayaan Diri
Membuat alternatif pilihan yang harus diambil untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Menunjukkan posisi dan peran apoteker dengan jelas dan ringkas. Menunjukkan posisi dan peran apoteker dalam upaya perubahan perilaku orang lain.
Penyelesaian Masalah
Mengidentifikasi, menganalisis, dan menjelaskan penyebab atau faktor-faktor penyebab masalah.
Menjelaskan penggunaan beberapa teknik, a.l. daftar tilik, diagram sebab akibat, pareto, untuk membantu menyelesaikan masalah. Menjelaskan rencana penyelesaian masalah secara sistematis.
Menetapkan dan melibatkan pihak lain terkait untuk menyelesaikan masalah.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL Penyelesaian Masalah
Melakukan dokumentasi masalah-masalah, faktor-faktor penyebab dan alternatif pilihan untuk menyelesaikan masalah.
Menjelaskan pentingnya proses monitoring dan mendiskusikan evaluasi pencapaian tujuan untuk penyelesaian masalah.
Menjelaskan proses monitoring dengan tolak ukur yang jelas bahwa telah dilakukan penyelesaian masalah.
Menunjukkan bagaimana monitoring hasil sudah digunakan untuk melihat kegiatan selanjutnya.
Pengelolaan Konflik
Mengidentifikasi tanda-tanda adanya konflik, a.l. moral rendah, ketidak-hadiran, kesalahan pelayanan, perilaku agresif/tidak kooperatif, sebelum hal ini menyebabkan efek samping.
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL Pengelolaan Konflik
Menjelaskan kejadian dan sumber konflik tanpa menyalahkan pihak terkait.
Menjelaskan jarak antara strategi pendekatan yang efektif untuk menyelesaikan konflik di tempat kerja (penyelesaian masalah secara kolaboratif, menggunakan sistem mediasi, negosiasi
menang-menang, identifikasi keluaran sesuai kesepakatan).
Menjelaskan dan memutuskan metode yang terbaik untuk menyelesaikan masalah.
Menggunakan keterampilan komunikasi verbal maupun non-verbal dan keterampilan lain selama proses berlangsung dengan percaya diri.
Peningkatan Layanan
Mengidentifikasi kebutuhan, merencanakan dan
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL Peningkatan Layanan
Mengidentifikasi, menyelesaikan, menindaklanjuti & mencegah masalah terkait sediaan farmasi (medicines related problem).
Pengelolaan Tempat Kerja
Memperhatikan dan mengelola masalah manajemen sehari-hari. Menunjukkan kemampuan untuk mengambil keputusan dan
membuat penilaian yang tepat secara cermat.
Memastikan jadwal kegiatan dirancang dan dikelola secara tepat. Memastikan jam kerja dirancang dan dikelola secara tepat.
PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESI Mawas Diri dan Pengembangan Diri
Mendokumentasikan aktivitas pengembangan diri (CPD).
Memelihara dan mengembangkan jaringan kerja, antara lain dengan pembimbing di dalam maupun di luar lembaganya.
Mengevaluasi kemutakhiran pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki.
Mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.
Mengidentifikasi keahlian yang dibutuhkan di luar lingkup pengetahuan yang dimiliki.
Mengenali keterbatasan diri dan bertindak untuk mengatasinya. Merefleksikan hasil pengembangan diri dalam kinerja.
Belajar Sepanjang Hayat dan Kontribusi Untuk Kemajuan Profesi
PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESI
Belajar Sepanjang Hayat dan Kontribusi Untuk Kemajuan Profesi
Mendiskusikan dan membahas perkembangan ilmu maupun hasil-hasil penelitian kefarmasian dalam rangka meningkatkan
profesionalitas dalam pelayanan.
Mengikuti program pemerintah dan/atau asosiasi profesi untuk menjaga kompetensi dan perkembangan profesi. Membuat tulisan tentang kefarmasian dan dipublikasikan.
Berpartisipasi dalam penelitian kefarmasian, khususnya
pengembangan data/informasi berbasis bukti (evidence base).
Mengikuti perkembangan standar kompetensi kefarmasian terkini untuk mencapai dan mempertahankan standar kompetensi profesi tertinggi.
PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESI
Penggunaan Teknologi Untuk Pengembangan Profesionalitas
Mengikuti perkembangan teknologi terkini di bidang farmasi dan teknologi informasi dan komunikasi.
Menggunakan teknologi terkini untuk mencapai dan mempertahankan standar kompetensi profesi.
Dalam dunia profesi
hanya ada dua katagori kemampuan:
KOMPETEN
atau
TIDAK KOMPETEN
TIDAK ADA ISTILAH
STANDAR KOMPETENSI
APOTEKER INDONESIA
Siklus dalam Experiential Learning
Refleksi
Perencanaan
Tindakan
Evaluasi
Pencatatan(Portofolio)
Komposisi Isi Pembelajaran
Kompetensi Apoteker
Pendidikan S1 Training Calon Apoteker (PSPA)
Pendidikan Apoteker Berkelanjutan
(CE/ CPD)
Knowledge +++++ Knowledge ++ Practical +++
Sasaran Pembelajaran
Kompetensi Apoteker
Pendidikan S1 Training Calon Apoteker (PSPA)
Pendidikan Apoteker Berkelanjutan
(CE/ CPD)
Pelaksanaan Pembelajaran
Kompetensi Apoteker
Pendidikan S1 Training Calon Apoteker (PSPA)
Pendidikan Apoteker Berkelanjutan
(CE/ CPD)
Dosen Preceptor Trainer
Knowledge +++++ Knowledge ++ Practical +++
Knowledge + Practical ++++
MUKADIMAH
Apoteker di dalam pengabdiannya kepada nusa dan
bangsa serta di dalam mengamalkan keahliannya
selalu berpegang teguh kepada sumpah / janji
Apoteker
Pedoman Pelaksanaan
1.
Setiap apoteker dalam melakukan pengabdian dan
pengamalan ilmunya harus didasari oleh sebuah niat
luhur untuk kepentingan makhluk lain sesuai dengan
tuntunan Tuhan yang Maha Esa
2. Sumpah dan janji apoteker adalah komitmen
seorang apoteker yang harus dijadikan landasan
moral dalam pengabdian profesinya
BAB I
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati
dan mengamalkan Sumpah Apoteker
Pedoman Pelaksanaan :
Sumpah / janji Apoteker yang diucapkan seorang
apoteker untuk dapat diamalkan dalam pengabdiannya
harus dihayati dengan baik dan dijadikan landasan
Pasal 2 :
Setiap Apoteker harus berusaha dengan
sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik
Apoteker Indonesia
Pedoman Pelaksanaan
Kesungguhan dalam menghayati dan mengamalkan
Kode Etik Apoteker Indonesia dinilai dari ada tidaknya
laporan masyarakat , ada tidaknya laporan dari sejawat
Apoteker atau sejawat tenaga kesehatan lain, serta
tidak ada laporan dari Dinas Kesehatan
Pasal 3
Setiap
Apoteker
harus
senantiasa
menjalankan
profesinya sesuai Standar Kompetensi Apoteker
Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang
teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksankaan
kewajibannya
Pedoman Pelaksanaan :
1. Setiap Apoteker Indonesia harus mengerti ,
menghayati dan mengamalkan kompetensi sesuai
dengan Standar Kompetensi Apoteker Indonesia.
Kompetensi yang dimaksud adalah ketrampilan, sikap
dan perilaku yang berdasarkan pada ilmu, hukum dan
etik
2
.
Ukuran kompetensi seorang Apoteker dinilai lewat
uji kompetensi
3
.
Kepentingan kemanusiaan harus menjadi
pertimbangan utama dalam setiap tindakan dan
keputusan seorang Apoteker indonesia
4. Bilamana suatu saat seorang Apoteker dihadapkan
kepada konflik tanggung jawab profesional, maka
dari berbagai opsi yang ada, seorang apoteker harus
memilih resiko yang paling kecil dan paling tepat
Pasal 4
Setiap
Apoteker
harus
selalu
aktif
mengikuti
perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya
dan dibidang farmasi pada khususnya
Pedoman Pelaksanaan
1. Seorang Apoteker harus mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan profesionalnya secara
terus menerus
2. Aktifitas seorang Apoteker dalam mengikuti
perkembangan di bidang kesehatan , diukur dari nilai
SKP yang diperoleh dari hasil uji kompetensi
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya, setiap Apoteker harus
berusaha menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri
semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur
jabatan kefarmasian
Pedoman Pelaksanaan :
1. Seorang Apoteker dalam tindakan profesionalnya harus
menghindari diri dari perbuatan yang akan merusak atau
merugikan orang lain
2. Seorang Apoteker dalam menjalankan tugasnya dapat
memperoleh imbalan dari pasien dan masyarakat atau jasa
yang diberikannya dengan tetap memegang teguh kepada
prinsip mendahulukan kepentingan pasien
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi
contoh yang baik bagi orang lain
Pedoman Pelaksanaan
1. Seorang Apoteker harus menjaga kepercayaan
masarakat atas profesi yang disandangkan dengan
jujur dan penuh integritas
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi
sesuai dengan profesinya:
Pedoman Pelaksanaan :
1. Seorang Apoteker memberikan informasi kepada
pasien / masyarakat harus dengan cara yang mudah
dimengerti dan yakin bahwa informasi tersebut
sesuai, relevan dan up to date
3.
Seorang Apoteker harus mampu berbagi informasi
mengenai pelayanan kepada pasien dengan tenaga
profesi kesehatan yang terlibat
4. Seorang Apoteker harus senantiasa meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap obat dalam
bentuk penyuluhan, memberikan informasi secara
jelas, melakukan montoring penggunaan obat dan
sebagainya
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan
peraturan perundangan di bidang kesehatan pada umumnya
dan bidang farmasi pada khususnya
Pedoman Pelaksanaan
1. Tidak ada alasan bagi Apoteker tidak tahu peraturan
perundangan yang terkait dengan kefarmasian. Untuk itu
setiap apoteker harus selalu aktif mengikuti
perkembangan peraturan, sehingga setiap apoteker
dapat menjalankan profesinya dengan tetap berada
dalam koridor peraturan perundangan yang berlaku
2. Apoteker harus membuat SPO sebagai pedoman
kerja bagi seluruh personil di sarana pekerjaan
BAB II
Kewajiban Apoteker Terhadap Penderita:
Pasal 9 :
Seorang
Apoteker
dalam
melakukan
praktik
kefarmasian
harus
mengutamakan
kepentingan
masyarakat dan menghormati hak asasi penderita dan
melindungi makhluk hidup insani
Pedoman Pelaksanaan :
1. Kepedulian kepada pasien adalah merupakan hal
yang paling utama dari seorang Apoteker
2. Setiap tindakan dan keputusan profesional Apoteker
harus berpihak kepada kepentingan pasien dan
masyarakat
3.
Seorang Apoteker harus mampu mendorong pasien
untuk terlibat dalam keputusan pengobatan mereka
4. Seorang Apoteker harus mengambil langkah untuk
menjaga kesehatan pasien, khususnya janin, bayi,
anak-anak, serta orang yang dalam kondisi lemah
5. Seorang Apoteker harus yakin bahwa obat yang
diserahkan kepada pasien adalah obat yang terjamin
mutu, keamanan dan khasiat dan cara pakai obat
6.
Seorang Apoteker harus menjaga kerahasiaan pasien,
rahasia kefarmasian dan rahasia kedokteran dengan
baik
7. Seorang Apoteker harus menghormati keputusan
profesi yang telah ditetapkan oleh Dokter dalam
bentuk penulisan resep dsb.
8. Dalam hal seorang Apoteker akan mengambil
kebijakan yang berbeda dengan permintaan Dokter,
maka Apoteker harus melakukan komunikasi dengan
Dokter tersebut, kecuali peraturan perundangan
BAB III
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 10
:
Setiap Apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya
sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan
Pedoman Pelaksanaan
1. Seorang Apoteker harus menghargai teman sejawatnya
termasuk rekan kerjanya
2. Bilamana Seorang Apoteker dihdapkan pada suatu situasi
yang problematik, baik secara moral ataupun peraturan
perundangan yang berlaku tentang hubungannya dengan
sejawatnya, maka komunikasi antar sejawat harus dilakukan
dengan baik dan santun
Pasal 11
:
Sesama Apoteker harus saling mengingatkan dan saling
menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan
kode etik
Pedoman Pelaksanaan :
1. Bilamana Seorang Apoteker mengetahui sejawatnya
melanggar kode etik, dengan cara yang santun dia
harus melakukan komunikasi dengan sejawatnya
tersebut untuk mengingatkan kekeliruan yang ada
2. Bilamana ternyata yang bersangkutan sulit menerima
maka dia dapat menampaikan kepada Pengurus
Pasal 12
:
Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan
untuk meningkatkan kerja sama yang baik sesama Apoteker di
dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian
serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam
menjalankan tugasnya
Pedoman Pelaksanaan
1. Seorang Apoteker harus menjalin dan memelihara kerja
sama dengan sejawat apoteker lainnya
2. Seorang Apoteker harus membantu teman sejawatnya
dalam menjalankan pengabdian profesinya
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS
KESEHATAN LAINNYA
Pasal 13
Pedoman Pelaksanaan :
1. Apoteker harus mampu menjalin hubungan yang
harmonis dengan tenaga profesi kesehatan lainnya
secara seimbang dan bermartabat
2. Bilamana seorang Apoteker menemui hal hal yang
kurang tepat dari profesi kesehatan lainnya maka
apoteker tersebut harus mampu
mengkomunikasikannya dengan baik kepada profesi
tersebut, tanpa yang bersangkutan harus merasa
Pasal 14
Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari
tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan
berkurangnya / hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada Sejawat Petugas Kesehatan lainnya
Pedoman Pelaksanaan :
Bilamana seorang Apoteker menemui hal hal yang
kurang tepat dari profesi kesehatan lainnya maka
apoteker tersebut harus mampu mengkomunikasikan
dengan baik kepada profesi tersebut, tanpa yang
BAB V
PENUTUP
Pasal 15
BAB II
KETENTUAN UMUM
1. Disiplin Apoteker adalah kesanggupan Apoteker
untuk mentaati kewajiban dan menghindari
larangan yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan dan/atau peraturan praktik
yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi
hukuman disiplin.
2. Penegakan Disiplin adalah penegakan aturan-aturan
dan/atau ketentuan penerapan keilmuan dalam
3. Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia yang disingkat
MEDAI, adalah organ organisasi profesi Ikatan Apoteker
Indonesia yang bertugas membina, mengawasi dan menilai
pelaksanaan Kode Etik Apoteker Indonesia oleh Anggota
maupun oleh Pengurus, dan menjaga, meningkat kan dan
menegakkan disiplin apoteker Indonesia.
4. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
5. Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan
6. Tenaga kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang
melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
7. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang
membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan
kefarmasian, terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker;
8. Standar Pendidikan Apoteker Indonesia, yang selanjutnya
disingkat SPAI adalah pendidikan akademik dan
BAB IV
BENTUK PELANGGARAN DISIPLI
N
1. Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak
kompeten.
Penjelasan: Melakukan Praktek kefarmasian tidak
dengan standar praktek Profesi/standar kompetensi
yang benar, sehingga berpotensi menimbulkan/
mengakibatkan kerusakan, kerugian pasien atau
masyarakat.
2. Membiarkan berlangsungnya praktek kefarmasian
yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa
3.
Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan
tertentu atau tenaga kesehatan lainnya yang tidak
memiliki kompetensi untuk pekerjaan itu
- Tidak hadir di tempat praktik pada pelayanan
4.
Membuat keputusan profesional yang tidak berpihak
kepada masyarakat :
- Menetapkan harga obat terlalu tinggi padahal obat
tersebut diperlukan secara luas oleh masyarakat
- Memberikan saran kepda masyarakat untuk
menggunakan sediaan tertentu yang tidak sesuai
dengan kebutuhan
5.
Tidak e erika i for asi ya g sesuai, releva da up
to date de ga ara ya g udah di e gerti oleh
pasien/masyarakat, sehingga berpotensi menimbulkan
kerusakan dan/ atau kerugian pasien.
6. Tidak membuat dan/atau tidak melaksanakan Standar
Prosedur Operasional sebagai Pedoman Kerja bagi seluruh
personil di sarana pekerjaan/pelayanan kefarmasian, sesuai
dengan kewenangannya.
-
Tidak ada PROTAP di tempat praktik
-
Ada PROTAP tapi tidak disosialisasikan ke personil lain di
tempat praktik
7.
Me erika sediaa far asi ya g tidak terja i „ utu‟,
‟kea a a ‟, da ‟khasiat/ a faat‟ kepada pasie .
-
Menyerahkan obat tanpa informasi yang jelas, benar
dan lengkap terkait penyimpanan
8. Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan distribusi)
obat dan/atau bahan baku obat, tanpa prosedur yang
berlaku :
9. Tidak menghitung dengan benar dosis obat, sehingga dapat
menimbulkan kerusakan atau kerugian kepada pasien.
- Tidak melakukan skreening resep terkait dengan
kesesuaian farmasetik/kesesuaian klinik
10. Melakukan penataan, penyimpanan obat tidak sesuai
standar, sehingga berpotensi menimbulkan penurunan
kualitas obat.
11. Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi tingkat
kesehatan fisik ataupun mental yang sedang terganggu
sehingga merugikan kualitas pelayanan profesi.
12. Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan
yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan
13. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam
pelaksanaan praktik swa-medikasi(self medication) yang
tidak sesuai dengan kaidah pelayanan kefarmasian.
14. Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/ atau tidak
etis, dan/atau tidak objektif :
15. Menolak atau menghentikan pelayanan kefarmasian
terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah.
16. Membuka rahasia kefarmasian kepada yang tidak berhak.
17. Menyalahgunakan kompetensi Apotekernya.
18. Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan farmasi
yang tidak baik dan tidak benar.
19. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi
Apoteker (STRA) atau Surat Izin Praktik Apoteker/Surat
Izin kerja Apoteker (SIPA/SIKA) dan/atau sertifikat
20. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti
lainnya yang diperlukan MEDAI untuk pemeriksaan atas
pengaduan dugaan pelanggaran disiplin.
21. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan
kemampuan/pelayanan yang dimiliki, baik lisan ataupun
tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan.
BAB V
SANKSI DISIPLIN
1. Pemberian peringatan tertulis
2. Rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan
Surat Tanda Registrasi Apoteker, atau Surat Izin
Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker;
dan/atau
Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat
Izin Praktik yang dimaksud dapat berupa:
1. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat
Izin Praktik sementara selama-lamanya 1 (satu) tahun, atau
2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat
Izin Praktik tetap atau selamanya;
Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi
pendidikan apoteker yang dimaksud dapat berupa :
a. Pendidikan formal; atau
QA Pharmacy
Education
Regulasi & Pekerjaan Kefarmasian:
Peraturan Perundangan
Peraturan Organisasi
Pedoman :
1.
Pengadaan
sediaan farmasi
GPP
2.
Produksi
sediaan farmasi
GMP
3.
Penyimpanan
sediaan farmasi
GSP
4.
Distribusi/ penyaluran
sediaan farmasi
GDP
5.
Pelayanan
sediaan farmasi
GPP
5
undangan, Pelaksanaan danPilar 1 : Terwujudnya Apoteker Praktik
Bertanggungjawab
Bidang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Badan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan
Bidang Keamanan Sediaan Farmasi, Alkes dan Makanan
Badan Pendayagunaan dan Optimalisasi Praktik Apoteker
Badan Sertifikasi Profesi
Pilar 1 : PERUBAHAN KONDISI PRAKTIK APOTEKER
SEKARANG
DAHULU
• Apoteker Penampakan
• Apoteker Dewa
• Apoteker Gadai Ijazah
• Hanya Apoteker
tertempel di Surat Ijin
• Tidak pernah belajar lagi
• Apoteker Praktik
Bertanggungjawab
• Explain & Describe medicine to Patient
• Apoteker Mengisi PMR
• Apoteker Praktik
mempunyai ikatan dengan pasien
Pilar 2: Terwujudnya Peningkatan Kualitas Organisasi IAI
Dalam Melayani Anggota dan Masyarakat
Bidang Aset Manajemen, Yayasan dan Perusahaan
Dewan Pakar, Pengawas, Kehormatan, Pembina
Koordinator Wilayah 1, 2, 3
Pilar 2: PERUBAHAN DALAM BERORGANISASI
SEKARANG
DAHULU
• Pengurus IAI berprinsip
seperti birokrat Kuno : kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah
• Sulit mengurus
rekomendasi
• Service Exellent kepada
anggota
• Mudah mengurus
Pilar 3: Meningkatnya Popularitas Apoteker dan Pengakuan Masyarakat Atas Keberadaan dan Manfaat Jasa Apoteker
Bidang Hubungan Masyarakat dan Komunikasi
Bidang Kerjasama dan Kemitraan
Pilar 3: PERUBAHAN DALAM POPULARITAS APOTEKER
SEKARANG
DAHULU
• Apoteker kurang dikenal
• Apoteker ngumpet di
belakang layar
• Apoteker kurang
memperlihatkan
keahliannya di bidang prakyik kefarmasian
• Masyarakat lebih mengenal
apoteker sebagai tenaga kesehatan
• Masyarakat mendapat
manfaat praktik kefarmasian
• Masyarakat mengakui
Pilar 4 : Membantu Transformasi Pendidikan Apoteker Sesuai Dengan Naskah Akademik Pendidikan Apoteker, Blueprint Uji
Kompetensi Apoteker dan Instrumen Akreditasi Pendidikan Apoteker Sesuai Hasil HPEQ Farmasi
Bidang Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi (LPUK)
Bidang Fasilitasi Pendidikan Apoteker
Bidang Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM PT.Kes)
Pilar 5 : Mewujudkan Pelaksanaan Praktik
Kefarmasian Sesuai Peraturan Perundang-undangan, Penegakkan, Harmonisasi dan Usulan Penerbitan
Peraturan erundang-undangan
Badan Advokasi, Mediasi dan Perlindungan Anggota
Pilar 5: Kelengkapan Peraturan Perundang-undangan yang kondusif dan harmonis menuju apoteker praktik bertanggung
jawab
SEKARANG
DAHULU
• Regulasi terpisah-pisah
yang kurang mendukung apoteker praktik
bertanggungjawab
• Regulasi terintegrasi dan
penegakkan hukum menuju apoteker praktik
[ LPP -
SDM
]
yanananda1952@yahoo.com;
totoksudjianto270@yahoo.co.id