• Tidak ada hasil yang ditemukan

artikel jurnal sembada vol 2 no 2 okt 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "artikel jurnal sembada vol 2 no 2 okt 2014"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

6EA{B.AD"A

JURNAL KEBUDAYAAN

KABUPATEN

SLEMAN

Pelindung Penasehat

Ketua Sekietaris

Anggota

Sekretariat

Iklan dan Promosi

Bupati Sleman

Wakil Bupati Slcman

Drs. Sumaryadi, M.Pd.

MH Sutrisno, A.Md

Dr. Pujiharto, M.Hum. Drs. Supriyadi HN, M.Sn.

HYAji

Wulantoro, S.H., M.M.

Drs. I wayan Suardana, M.Sn.

Drs.

!X

Supardi Sancoko, S.Pd

Suja^vo, S.Pd.

Lamincm, S.H.

HM Kurtubi

Ganang Suradjijo

Awang Eka Harmauan, B.Sc.

H. Sunaryo Sunaryo, A.M-Kg.

Dewan Kebudayaan Sleman (DKS)

JL Titibumi Balat 59 Patran Banyuraden camping Slcman

Yogyakafia Telp: 08122953518 dan 08j8681iE777

Website: wwwdewankebudalaansleman com

Penerbit

Alamat Sekretariat

,

Redaksi nenerima anikel hasil

pel:.::=::::€:-::::

:

=:,-:

riltubungan

dengan kajian

ilnialr

tenung

seni- budz\

- :l_-:r ::_::

-==-i-,!

i",1,an r"errrung

Pcndid

ar

c":

ij-

:re-

t

j-

r-:::::

:

(3)

EETYIB"AD.A

JURNAL KEBI]DAYAAN KABWATEN SLEMAN

Vol. 2, No, 2, Oldober 2014

ISSN : 2339-0123

DAI'IAR ISI

Xtfe P€rgetu ( K€tur Dewa! Kebudsys.o Sleoatr)

Snaryadi.tratuhas Bdhosa ddk Seni LtNvJ Ketua DNM Kebudayoaa Slena,

SleEu Petrylrgga Ketltlnewaln DIY

FajE Suda./ro / Pe eliti Pacla I8titut Reserarch Fot Enpowenett (IRE) Yog/aka d

Ir.13 Mady! : SeDi Musik Sla*af.r di sleme

S"tiono/Ju ak Petulidikar Seni Tan Fakuhas Bah6a ddk Seni Ltl

Pengenbangln Desr Berbaib Budryr d.d SleBu untukYogy*rf{ Istimewa

Pujihano /Fdkult6 lltuu Badoya UGLI Kootdi^otot Sek:i 561ft DKS

S.ri Tsri drn PenbentukL.r Krrlk'ier PeDrrl hni Secno Riai /Ju6on Pen.lidikaa Seni Tan FBS U Y

Pils. -pilar Pedidike Berbisis Nilal Karakter

Sa Krrsrdti /Gaa SMP Negen 3 J@dpolo/Abftni Pendidika^ Se i Tdn FBS UtW Wiymg Dahm P€Bpeldrl Pendiitilrin

Muhanbad Mukti Eatubas Bah6a don S.ni UNI

PeDede

Nihi '

rild

Kar*ter Mel&lui Ceritr

Ganang Stadjiyo Dumabakn PrdMta Hun6 Badan TenaAa Nuklit N6io al Iog)alefid

Fungsi Tari PaharryD drhln Pery€lenggrle Uprcar.

Ptutuula6ih Wula$dn /Fdkt1t6 Bah6a dan Seti LtNv

Kilrkiti

Pdgeebug.n Kethoprak

Madilo/Pelahu da Penelhdn Kefiopruk/Anggotd DNdh KebrdataM Slenaa Peugaruh Sent Lukir Modem Terhldrp Perkembrtrgr! Seli Pra3i di

Bili

I Waran SuaddhalFakultas Bahao.ldn Seni WY/Arggota Dddn Kebudayadn Slehah

Nild yegTerbtrdung dalm

Perorin:

Trldision

Ar*diJswa

ba Anani /Fakult6 FilsaJat UGM

P€ndidikD Senl Dram! - T€at€r di Selrolair Perlu K€peduli!tr

Ssbaryadi lFakultN Bah6a dat Seni L\\tYKetua DNan Kebud€t@n Slenat

101- 105

106 - 111

2 - 116

11, t - 129

130- 135

136 - 144

145 - 152

't53 -

1,62

163 - 167

168 - 17',7

178 - 187

188 - 197

(4)

PEIIDIDIKAN SEM DRAMA-Tf,ATER DI SEKOLAH

:

PERI,I] KEPEDIII,I,.{N

Sumaryadi

Fakultas Bahasa dan Seni

UNY

Ketua

Dewar

Kebudayaan Kabupaten Sleman swnaryadi@rocketmail. com

Abstract

The implementation of drama-theater learning/education

at

schoo! is

still

fal

from what is expected. The existence or life

of

drcma-theater at scllaal ls deteftlined by seteral factors,

bro

oflrhiah

are the pli]?cipal'€ atfinrde and students'

interest-Keyt+'Gr.ls:

rilana-theate4 attitude,

interest, principal,

studeftts

Pendahuluan

Kenyataan menunjukkan bahwa pendidikan (pembelajaran) seni

di

sekolah, yang mestinya meliputi seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni drama (teater),

belum

seperti yang diharapkan. Pendidikan seni rupa

sempat

me[duduki

peringkat pertama, pendidikan seni musik berada di

peringkat kedua, dan

pendidika.n

sed tari

ada

di

peringkat

ketiga. Sementara

itu, Dewi

Foduna belum mau berpihak kepada pendidikan

seni drama

(teater). Pendidikan

seni

drama (teater)

belum

mampu 'meraih peringkat' sama sekali karena 'belum ada" sat$ sekolah pun yang

'tertarik' untuk

melaksaaakar:nya,

meski

dengan argumentasi yang berbeda-beda (Sumaryadi, 20 1 1).

Dari

berbagai

pihak

yang

memberikan perhatian

terhadap kehidupan kesenian

di

sekolah-sekolah, terutama cabang-cabang seni

perhmjukan,

pada

umumnya mereka merasa

cul_up

prihatin

atas

kehidupan keseniaa

di

sekolah-sekolah. Padahal,

jika

dikaji

secara

sunggul-sunggxh, banyak sekali malfaat atau nilai yang dapat

diambil

dari kegiatan pergaulan dengaa karya seni dimaksud.

Sinyalemen yang bertiup santer dewasa ini mengisyaratkan bahwa pelaksanaan pembinaan apresiasi seni dmma-teater

di

sekoiah masih

iauh dari

memadai. Kehidupan

seni

drama-teater

di

sekolah belum

s€

te

hz

te

kt

K

S] se

br

d(

SE

dI bt ol

se

'r

P(

m

dr d(

SE

fa

si

kt

m

PI

K

kt

'k

s€ dr

ir

k,

II

(5)

!:li:

!"x!

alE:

=a:

aEs x?:-.

Ebl

rhq z

Esl

rhftl

Drarna -Teater, Sikap, Headmaster, Minat,

Siswa

189

sep€rti yang diharapkan. Dua hambatan utama diduga menjadi penyebab

teladillya

keldala

itu. Pertama, masihlar:gkwrya

guu

kesenian, dalam

ha1

ini

gunr,/pendidik/pembina

seni

drama-teater

Kedua,

kwatg

tepatnya pemberiatr penafsiran tentang tujuan dall cita-cita pendrdikan kesenian di sekolal (Sadhono, 1988).

Sumaxyadi (2011) menambabkan bahwa hambatar pertama terjadi karena adanya saling menunggu antaxa Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikatr

(LPTK) penghasil'guu

drama (teater)

yarg memiliki

SIM mengajar, yalcri

memiliki

kompetensi profesional, dengan sekolah-sekolah 'pengguna

jasa'

lulusan

LPTK

tersebut.

Pihak

LPTK

belum berani membuka jurusan/program studi pendidikan seni drama teatet dengan pertimbangan output-nya akan dikemanakan.

Pihak

sekolah-sekolah

belum

menyelenggarakan

pendidikar

(pembelajaran) seni drarna (teater) karena memmggu tersedianya

guu-guru

dfama yang berkompetensi profesional tadi. Adapun hambatan yaog kedua terjadi oleh adanya

penafslan

yang

miring

bahwa pendidikan (pembelaiaran)

seni

drama

(teater)

di

sekolah-sekolah (umum,/non-SMK) bertujuan 'membentuk' senirnan-seniman drama (teater) itu saj a.

Hambatan pertama

tettunya

hanya dapat diselesaikaa

jika

para pemangku kepentingan (stakeholdefs)

yang

relevan

mau duduk

satu meja unhrk mencari

titik

temu, sehingga 'drama saling menunggu, tadi dapat segera

diakhiri.

Sedaagkan hambatar kedua dapat diselesaikan dengan meluruskan persepsi orang ya.ng belum pas,

yalcri

pendidikan seni drama (teater)

di

sekolah umum

(non-SMK)

dilaksanakaa dalam ratrgka

untuk

meningkatkan (menumbuh kembangkan) kemampuan

siswa berapresiasi seni drama (teater).

Hambatan kedua

yaog terjadi

karena adanya penafsiran bahwa

kehidupan

seni

drama-teatq

di

sekolah

diupayakan

dalam

rangka membentuk seniman-seniman teater, sudah

mulai

dapat

diluruskan. Petrdidikan

seni

drama-teatd

di

sekolah-sekolah

umum

(non-SMK

Kejuruan.SMKl)

dilaksanakan

dalam

rangka

meni0gkatkan

kemampuaa siswa berapresiasi sed drama-teater (Sadhono, 1988).

Tulisan

ini

disusun dalam upaya mencoba

menyibak

tabir

ke-'kwang

beres'-an

yang

tedadi

atas

kehidupan seni

drama-teater

di

sekolah

yang

temyata persoala.n bertumpu pada:

a)

kehidupan seni drama-teater di sekolah-sekolah temyata masih jauh dari memadai, hal

itu

dihrnjukkan oleh

banyaknya pemyataan

yang dilontarkan, baik

(6)

190

SEMB'{D.A, VoL 2 No.2, Okober 2014 : 188 - 197

di

sekolah, sebab

tidak mustahil

kebijakan Kepala Sckolah diambil setelah mendengar masukar-masukan dari para

gum; d) minat

siswa terhadap seni drama-teater juga tampak ikut menenhrkan ada-tidaknya, hidup-matinya, dan pasaog-surutnya keberadaan seni drama-teater

di

sekolahnya, mengingat bahwa seni drama-teater

di

sekolah memang dihidupkan sebagai ajang aktivitas dan kreativitas siswa, dan ibf mutlak meDuntut adanya

pemn

serta siswa; dan

e)

L-uargnya

atau

-

lebih

tepahya

-

belurn

adanya

guru seni

drama-teater

yang

memiliki

kompetensi prcfesional

ikut

pula menentukar keberadaan seni drama-teaterdi sekolah.

Tulisan ini di sampirg d iharapkao bisa menginisiasi para pjmpinan

sekolah,

para guru

(khususnya

guru

seni-budaya),

para

siswa,

juga

dibarapkan merupakan bahan masukan bagi perguriran

rbggi

yang terap

konsen

dengan

nafas

LPTK-[ya,

satu

di

artara{ya yang ada

di

Yogyakarta adalah

UNY,

sebut saja semuatrya itu stakeholders.

IINY

sendiri memiliki Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) yang awalnya'sempat'

memiliki

Jurusan

Pendidikan

Sendratasik

(Seni

Drana,

Taxi,

dan

Musik),

namun

sampai

detik

ini,

ketika

Jurusan

itu

babkan sudah 'dipecah'

menjadi

Jurusan Pendidikan Seni

Tari

sendiri dan Jurusan Pendidikan Seni Musik sendiri, 'nasib' Jurusar Pendidikan Seni Drama belum membaik kareqa belum diberi 'lampu hij au' unfirk berdiri. Padahal dengan eksisnya Jurusan Pendidikan Seni Drama, maka 'kebuhrhan' guru-guru

seni

drama-teatq

di

sekolah-sekolah

yang

dipersyaratkaa memiliki kompetensi-prcfesional dapatterakomodasi. Dengan kesiapaa

seperti

itu,

pada

gilirannya tranti,

kebe@tan sekolah

untuk

tidak menyelenggarakanpendidikaa seni &ama-teater segeradapatdisudahi.

Permasalahan

yang

sebenamya

juga

mendasar

dan

mendesak

adalah adanya persepsi bahwa di dalam sosok yang bemama drama atau teater itu tidak ada yang bisa diambil manfaatrya, selain hanya sebagai kegiatan hura-hura yang

justru

dibayangkat akan cenderung nerusak karakter anak.

Anak

dibayangkar akan menjadi liar,

tidak

terketrdali, ketas, kasar, bahkan brutal dan anarklis.

Teltu

saja persepsi seperti

itu

tidak pada tempatnya. Maka, tugas mulia kita adalah berupaya secara

arif

meyakhkan khalayak atau masyamkat, baik masyarakat luas maupun masyarakat pendidikan, bahwa anak-anak yang akrab bergaul dengan seni drama atau teater bukanlah anak-anak

'ya[g

sesat'. Sebalilnya, nereka adalah anak-anak yarg

justu

aka[

metrdapatkan berbagai

nilai

atau banyak

nilai

yarg

pada gilirannya

narti

akar

sangat bemanfaat secara

stategis untuk

mereka dalam kaitantrya dengan pendidikan, pembentukan, dan pembinaan karakter (Indonesia) (Sumafyadi, 20 I 1 ).

As

ber

Be

m2 m€ se!

(st

0-i

seL a12

ata

tid

dal adi mc

(SL

s+

se!

ser

sei

ser

me

tea

slla

ruI

teI' Bu pel

1)

sik me

pa(

(7)

@bil

riswa

oy4

Er

di

Dang

rflak

lebih

triliki

AIIET-ritran

juga

Etap

adi

"tY

ryat'

dan odah usatr

EEIIA

hhal

ftan'

(h

rps!

idak

i.

esak

arau

aFr

usak

&I,

iitu

r

arif

|pTE

Uen

TIY4

nilei

&at

kE,

r).

Drama -Teater, Sikap, Headmastet, Minat,

Siswa

191

Aspek-aspek dalam Mapel Seni-Budaya

Ditinjau dari

aspek mediumnya, suatu karya seni

memilili

nilai

bentuk,

.nilai

indrawi,

dlai

pengetahuan,

dan

nilai

kehidupan. Berdasarkan

nilai-nilai

tersebut

seni

dapat

berhubungan

dengau masyarakat.

M€lunjukkal

tingginya

nilai

seni

itu

kepada pengamat membuat orang sadar akall realita subjekti4 serta pemahaman terhadap

seggnap tata kehidupall dan pengetahuan yang terkandung di dalannya (Sumaryadi, 1987).

Karya

seni memang harus mempunyai

nilai.

Karya

seni tersebut adalah

bam,

segar,

dinamis,

mengandung s€mangat

dan

nilai-nilai

moml,

estetis,

dan

membabarkan

nilai-nilai

pelasaan petrciptarya (Sumaryadi, 1987). Berangkat dari

tinggilya

peran atau

nil;i

karia s;ni

seperti

itu,

tampaknya teramat

tidak

bijaksana

jika

siswa-siiwa di

sekolah dij auhkan dari seni yang, dalam konteks ini seni drama-teater

Semula

terbit

Surat Keputusan

(SK)

Mendikbud

RI

Nomor

04,86N/1984 yang menyatakan bahwa unhrk pendidjkan seni, setiap sekolah diwajibkan memberikan seni rupa dan satu cabang seni yang

lain

atau

lebih

(Depdikbud, 1987). Tiga altematif pelaksanaan pendidikan seni,

yaitu:

[a] tiap

sekolah

minimal

harus melaksanakan dua cabang seni, yaitu: (a) seni rupa + seni musik; (b) seni rupa + seni tari: atau

(cj

seni

rupa

seni

lealeri

fbl

dimungkinkan suatu sekolah

mampu

melaksanakan tiga cabang seni. yairu: (a) seni

rupa

seni

musih

- seni

teater; atau (b) seni rupa + seni musik + seni teater; dan [c]

dinungkintan

suatu sekola.h mampu melaksanakan keempat cabang seni,

yaitu:

seni rupa + seni musik + seni ,ari + seni teater.

Jr4eskipun pada dasamya pelaksanaan pendidikan seni sepertidi

atas. bergantung kepada 'kemampuan' masing-masing sekolah,

paling

tidak, dapat diharapkan bahwa seni drama-teater sempit ikut

terpii<irkai

dar terperhatikan oleh sekolah-sekolah.

.

. Pada dewasa

ini

sudah terjadi perkembangan selanjutnya,

yahi

terbitnya Paniuan Pengembangan Silabus untuk Mata pitaiaran -Seni_

Budaya

r

Dirjen

Mandikdasmen Depdiloras.

2006).

Tujuan

mara

pelajaran_Sebi Budaya adalah agar pesena

didik memiliki

kemampuao:
(8)

192

6EMB"A,D"A, Vol. 2 No.2, Oktober 2014 : 188 - 197

Adapun

ruang lingkup Mata

Pelajaran

Seni-Budaya meliputi aspek-aspek: (a) Seni Rupa, mencakup pengeta.huan, keterampilan, dan

nilai

dalam menghasilkan

karya

seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-mencetak, dan sebagainya; (b) Seni Musik, mencakup kemampuan untuk menguasai olah

vokal,

memainkan alat

musik,

apresiasi karya

musik;

(c)

Seni Tari, mencaLnp ketorampiian gerak bcrdasarkan olah tubuh dengan dan taopa raagsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari; dan

(d)

Seni Teater, mencakup keterampilan olah tubuh, olah pikir,da.n

olal

suara yang pementasannya memadukan unsur senimusik, sed tari,

datr setriperan.

Di antaxa keempat bidang seni yang ditawarkan, minimal diajarkaa

satu

bidang

seni budaya

sesuai dengan kemampuaa sumber daya

manusia

sefia fasilitas yallg

tersedia.

Pada

sekolah

yang

mampu menyeletrggarakar pembelajarar

lebih da.i

satu bidang

sed,

p€serta

didik

diberi

kesempatan

unhrk memilih bidang seni yang

akan

diikutinya.

Melaksanakaa pendidikan kesenian

di

sekolah merupakar salah satu tugas sekolah atas siswanya. Termasuk dalam pendidikan kesenian ini adalah pendidikar seni drama-teater Oleh karena itu, sudah sepantaslyalah j ika pendidikar/pembelaj aran seni dft ma-teater dao

juga

aktivitas berseni drama-teater

di

sekolah mendapatkan perhatian dan petranganan secara sungguh+ungguh.

Keberadaan seni drama-teatq

di

sekolah dimaksudkan keadaall kehidupan,

ada{idaknya,

atau subur keringnya kegiatan seni drama-teater

di

suatu sekolah.

Di

berbagai sekolah dimungkinkan terdapat

variasi

dalam

keberadaan

seni

drana-teater.

Di

beberapa sekolah berlangsung kcgiatan seni drama-teater,

di

beberapa sekolah yang lain temyata tidak.

Di

beberapa sekolah kehidupar seni drama{eater dapat tumbuh berkembaag secamsubru, sgmentara

itu, di

beberapa sekolah yang 1ah temyata kering.

Suatu sekola.h

dikatakar kering

kehidupan seni dmma{eatemya

jika

sekolah

itu

tidak memaadang

perlu

diselenggarakannya kegiatan seni drama-teater

bagi

para siswanya. Dernikian halnya, seni drama-teater sebagai salah satu mata pelajarar pendidikan seni

pilihar,

tidak

dipilih

unhrk diselenggarakan.

Hal

itu

juga

tampak pada sekolah yang tidak pemah atau jarang

ikut

ambil bagian dalam setiap kegiatan lomba

atau festival drama-teater yang ada. Juga, tidak diselenggarakan kegiatan drama-teater

dalam

rangka peringatan

hari-hari

besar

nasioral

atau keagamaan, tutup ta.hun, dar seterusnya.

!(

It n

il

ti

t

1i

a

n

iI

Si S(

AL

p

d

IT

D o

o

si

s

]

d

1

b

SI

(9)

mi

EA

lb"

at

ya ah

4

ao

4

8r1

4-6

ah

in

61

fi

ra

m

a-lk

rg

E

ID

tu

Itr

yz

pu da aa

AIl an

al

I

m

Dlama -Teater, Sikap, Headmaster, Minat.

Siswa

193

Terkait

Sikap Kepala Sekolah

Berbagai kemungkinaa penyelenggaraan

kegiataa

seri

drama_

teater di.sekolah

tampaknya

cukup

bergantung

kepada

pimpinan

lembaga_ itu_ masing-masing.

Sikap

Kepala

Sekolah diduga

c-ukup

menentukan hidup dan matinya kegiatan drama-teater di sekodh itu.

H;l

itu dapat dipahami mengingat Kepala Sekolah merupakal1 orang 'nomor

satu' di sekolah.

'S1kap' (attitude) n\eupal<an produk da.ri proses sosialisasi di mana

seseorang bereaksi sesuai dengaa rangsang yang diterimanya (Max,at, 1982:

9).

Bila

sikap

itu

tertuju

kepada sesuatu hal, penyesuaian

diri

terhadap sesuatu

itu

dipengaruhi oleh lingkungan sosial dao

juga

oleh kesediaan orarg tersebut untuk bereaksi.

Thursrone melibar bahwa sikap merupakan suatu lingkatao afeksi (perasaan),

baik

bersifat

positif

maupun

negati!

dalam hubungannya dengaa objek-objekpsikologik (Edwaxds, 1957: 2).Afeksi positif

adalih

afeksi

^yang senarrg, adanya sikap menerima atau setuju.

Afeksi

yang

negatif,

sebaliknya, adalah

afeksi yang

tidak

senang,

sikap yan!

menolak. Hanya saja,

perlu

diketahui bahwa sikap

tidak

aapai Aiiitrat secara langsung, melainkan harus

melalui penafsirat terlebih

dalulu

sebagai tingkah lakuyang masih tetutup (Mar,at, 1982: 10).

Secara operasional pengertian sikap menunjuk kepada konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

kategori

stihulus

tertenhir. Dalam penggunaan pral(1is, sikap seringkali dihadapkan pada rangsaag sosial

dan

reaksi

yang bersifat

emosional

(Maiat,

tiSZ:lOy.

-Sitap

juga

rnerupakan kumpulan dari berpikir, keyakinan, dan pengetahuar.

Dalam konteks

ini

tamlaknya

sikap

perlu

diberi bitasan

yangiebih operasional,

ya!4

d€rajal atau tingkat

kesesuai-

,"seoruog

t"rludup

objek

tedentu

(Mar'at,

1982:

10).

Dengatr demikiaa,

yang dimaksui

l{up.

flu-

hal

ini

adalah

derajat

atau

tingkat

kesisuaian

Kepala Sekolah di suatu sekolah terhadap seni drama-teater di sekolah itu.

Sesuai atau

tidaknya

seseorang dengan

objek

dinyatakan dalam bentuk skala. Skala yang dibuat betganhng kepada tujuan dan kegrmaaa studinya. Skala

ini

metrunjukkan pencapaian suahr ketetapan demjat afeksi yang disosialisasikan dengan objek psikologik. Objek

psikologik

itu

sendiri mempunyai axti atau simbol, kalimat slogan oiang,

in$idsi,

serta ide yang ditujukan agar orang dapat membedakan antara afeksi yaag

positifdan

yang negatif O{ar,at, 1982: 144). Dapatlah dikatakan,
(10)

194

6EMB"A.D"A, Vol. 2 No. 2, Okober2014 | 188 - 197

Untuk

selarjutnya, sikap

dipisahtan

atas sikap

yarg

positif

dan sikap yang negatif- Alasannya, seseorang yang menghubungkan afeksi yang

positif

dengan beberapa objek

psikologik,

artinya seseorarg

itu

mempunyai

pemsaan senang terhadap

objek

atau

-

katakanlah

-mempunyai sikap yarg sesuai dengan objek. Jika kondisinya scperti itu, dapat dikatakan bahwa

orang

temebut

memiliki

sikap yang

positif

terhadap objek.

Di

sisi

sebaliknya, seseonng

mutrgkil

mengasosiasikan afeksi yarg negatif terhadap objek psikologik.

Artinya,

orarlg itu menyatakan tidak senarg terhadap objek. Jika kondisinya seperti itu, dapat dikatakan bahwa orang tersebutmempunyai sikap yang negatif terhadap objek.

Berdasarkan

paotauan

yang

sempat

dilakukan

oleh

penulis

teftadap 12

orang Kepala

Sekolah

dari

12 SMA Negeri

di

Kota Yogyakaxta,

yarg

perhitungannya secara

Lrantitatif

membandingkan

mean empirik

dengat mean

teoritik

(Sumaryadi,

2011)

diperoleh kenyataan bahwa para

Kepala

Sekolah

te$ebut

meuunjukkan sikap

yang

positif

terhadap

seni

dnma-teater

di

sekolah.

Kehadiralr

petrdidikan seni

drama-teater

di

sekolah, dengaa

demikian,

(akao) diterima oleh paxa Kepala Sekolah wrtuk diselenggarakan sebagai mana mestinya,

dengal

catatan bahwa pembina,

pendidik,

atau

guru

seni drarna-teater bukar sekedar orang-orang yang pintar, piawai, atau Jago'

bemain

drama-teat€r, melainka:r 'keluaran' dari

LPTK,

sehingga ada jaminan bahwa mereka

memiliki

kompetensi-profesional. Mereka

itu

mesti paham

dengan

Psikologi, menguasai

Ilmu

Pendidika4 piawai dalam Stategi Pembelajaran, dan seterusnya.

Terkait Mitrat

Siswa

Hambatan terhadap

upaya

penumbuhsubwan

kehidupan

seni drama-teater di sekolah juga diduga datang dari siswa-siswa itu sendiri. Ti<iak dapat

dipungkiri

bahwa tidak semua siswa

menlukai

seni, tidak terkecuali seni dmlna-t€ater.

Buntuhya,

tidak

semua siswa

bermhat

mengikuti kegiatan drama{eater di sekolah mereka. Sikap siswa seperti

itu

dapat membuat bervariasinya keberadaan dan pelaksanaan

kegiata[

drama-teater di sekolah.

Kata'minaf

berhubungaa

emt

dengan

'peftatian'.

Perhatian

seseorang sebagian besar berganhmg kepada besamya minat orang

itu

ierhadap sesuatu tersebut. Minat yang dimaksud dapat timbul kar€na dua

faktor pokok, yaitu: a)

dorongall untuk memperoleh pengetahuan; b) sikap emosi positifterhadap sesuatu (Hardjono, 1985: 5).

r

a

i

I

c

r

I

t

a

I

(

S

i

(11)

de

lGi

itu

h-nr,

irif

Drama _Teater, Sikap, H€adnaster, MiDat,

Siswa

195

Minat

dapat dikatakan semacam

hasnt,

kemauan atau

keinginan seseorang

u!tr*

merespon sesuafu. Dengan

demikiar,

terh"d;;il;;

u a r. rrutr at seseo rang saDgat m ungLin un

h*

be rbeda dari minat seseo re n o

yang taur. yarg dalam konLeks

ini dipilahkar

atas

m;ar

vale

rl"nn;-Jri

:iil

y-g,

r*da!,.

Minar yang

Linsgi

dr.randai

"d;d ,;',e;;

scseora b g oa tiuD m e L ba d(an d iri terhadap sesuatu yang

dirnilatir

ya itu.

,..

Terka ir dengan sen i drama-reater.

ialam

t

""i"ti*.

*"*-.r'J.*,

cu(aan€tr

mempunlai

minal yang

tinggi

apabila 5iswa

jru

benai_bena,

i,-11,,41l:,1T,-Csung

ambil bagian secara sunggr.rb_sungguh,

akrif

(Iaraft Keglatan drama_lealer. pendek

kau.

mereka Uerpanisip'a"si secara nyata dalam kegialan dnrna{eater.

Di

sisilang

lain. sebaliknya. seorang siswa dila{akan memnun,"ri

.T"j,

yTg

rendah rerbadap sesuatu.

dat;m

hal

ini

seni

dr;;;"i"

apaofla

slsqa

tfu

ltdak

punya _ walau sebenamya

juga punya

_ rasa

renank

kepada seni drama_tearer. oamun sis$

a-ir;

,ida]i

_; ,iJ;

oerseora. alau enggan unruk il-ur

amhil

bagjan ,"auru nyulu,

lal1g"*g,

dan

aktifdalam

kegiaran drama_tearer rerseiut. Mereka

i.adans_i:J#

mau juga mcliiat/menontob drama-teater

dip"rg"l".k;,;,;;"h;;;:

maupun kualiras kehadjrarnya relari

lkecil

aiau iendah.

,

Berdasarkan

paDtauan

yang

sempat

djlakukan

oleh

oenLrlis

{er[aoap sampet para sisu a. r aknisiswr_5jsqra dari

l2

kelas yangterasai

F.i

]2

lyA

Negeri

di

Kora

yogyalana.

yang perhinrnsaruva secara

Kuirnalaul

membandngkah

mean

empiri]

dengan

ieai

teoritik

ls*-.dr.

201 I t..

diperoleb kenlataatr

bahwa

i""rru

f,"."lrr,rlan

slswa-stswa

merollrkj mitrat vane

posirif

lerbadap seni drama_teate, disekolah. Kehadiran seni dramaiearer

di

sekolad.

;;;gai;;"r,Lr;,

cukup diterima oleh para siswa.

Penutup

,

K:simpulan_gjfr tulrsan ini dapar

diuri

k

sebagai

beikut.

pe

amo

Keoeraoaan 0te0dldrkaD) seni drama_lealer

di

sekolah

yarg

selama

ini

belum.terselenggara. remyara cukup

drlarapk

,

da

djdtufj,;;;

,n lampak dari

.ilap

Kepala Sekolah dan minai

p"r",i."_i"

"i""ar".

"*"

Kepala Sekotah yaog

ditrubungi oleb

penrili"

rn.ril,k

.ji;;;l;;

lernadap senj dra-ma-leater

di

sekolah. Kel/ga.para

si,*u

ounn-ait"_,,i

ureolpenurs

menut*l

minar yang posirifrerhadup

seru dr-amalreater

Ji

(12)

196

6EMRA.D.A, Vol.2 No. 2, Oldober 2014 |

188

197

Berargkat

dari

kasunlatan

tersebut

di

atas, saran

yang

dapat disampaikan sebagai b e'ik:J't. Pertama, sebagai salah satu

altematifdari

pendidikan seni

di

sekolah, yang

kurikulumnya pun

sudah tersedia, scbaiknya para

orarg

Inomor satu'

di

sekolah mengambil kebijakan

untuk

menyelenggarakan

pendidikan

seni

drama-teater

di

sekolah masing-masil1g.

Untuk

semetrtara

waktu,

sebelum

gur.r

seni drama-teater tersedia secaF 'khusus', tugas

itu

dapat

dititipkan

ke?ada gulu-guru Bahasa dan Sastra Indonesia, yang notabena pemah mendapatkan

mata kuliah Drama, meskipun bobotnya

relatifkecil,

di samping bahwa

tidak

semua mahasiswa yang dimaksud seflang/suka,terminat kepada

seni dmma-teater. rKedra, beberapa universitas matrta.n LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kepcndidikan) seperti

IINY

dan seterusnya yang mempunyai

Fakultas

Bahasa

dan

Seni,

yaag

dl

dalamnya sempat

bemaung Jurusan Pendidikan

Seni

Drama,

Tari,

dan

Musik,

(Sendratasik)

seyogianya

segera merealisasikan

lahimya

Program Studi/Jurusan Pcndidikan Seni Drama-Tcater agar kekosongan guru seni drama-teater

di

sekolah-sekolah segera

dapat

diatasi

sebagaimatra mestinya.

DaftarPustaka

Depdikbud. 7997. Kurikulum SMA: GBPP Mata Pelajaran Pendidikan Kesenian- Jakafia.

Dirjen

Mandikdasmen

Depdilalas. 2006. Panduan

Pengembangan Sildbus

u

tuk Mdta Pelajarah Seni Budayd. Jakafia.

Hardjono, T. 1985. Psikologi

Belajar-Me

gajar Bahasa As,,?8. Jakarta:

FPS IKIP Jakarta.

Mat'at. 1982. Sikap Makusia: Perubahan setta Pengukura

nya.Iakaftal

Ghalia Indonesia.

Sadhono,

Sri.

7988. Pelaksanaan Pendidikan Seni Teatel,

di

SM4 dan

SMfl.

Makalah disajikan pada Seminar Prospek Perdidikan Seni

Teater yang

diselenggarakan

oleh

UNSTRAT

IKIP

YOGYAXARTA,

3 1 Juli 1 988.

Sumaryadi. 1987.

'Seni

dan

Ilmu:

Sebuah

Sorotao

Kecil"

dalam

Cakrawala Pendidikan

No.

1,

VoltfiIe

VL

Yogyakarta:

IKIP

(13)

EI

ri

4

E

ft

a-

tl-nr .N

ir

I

!g

d

k,

E

Di

le

Ilrama -Teater, Sikap, Headmastel

Minal

Sisvr'a 197

Sumaryadi. 2011. "Seni Drama dan pendidikan

Karalter,,

disampaikan pada Seninar Nasional ,Seni Berbasis pluralitas Budaya trfenuju

PendidikarKarakte/Yogyakarta,

1

l-l2November20li.

Sumaryadi.

2011. '?endidikan Seni

Drama./Teater

dalam

Tatapan Kepala Sekolah dan

Minat Si,swt' dalamnadisi.

Jurnal

Seniian

Budaya.Yol.l.

No. 2.

Februari20l

L yogyakarra: ApSI

DIy.

Et

l;

E

t

i

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa alamiah manusia sebagai sistem simbol bunyi arbitrer dan konvensional yang berfungsi sebagai alat komunikasi penuturnya bersifat dinamis dan kreaif. Kedinamisan ini tampak

Walaupun konsumen merasa bahwa produk – produk dari merek ini dibuat dengan baik, dan produk – produk dari merek ini memiliki standar kualitas

Luaran yang diharapkan dari program ini adalah menciptakan rasa cinta terhadap lingkungan serta meningkatkan minat baca masyarakat dan anak serta mengembangkan kreasi atau

Motivasi belajar instrinsik dan ekstrinsik siswa kelas VII.1 SMP Negeri 9 Siak Kecamatan Bungaraya Kabupaten siak pada mata pelajaran seni budaya tergolong sedang

Oleh karena produksi ikan unggulan di wilayah Palabuhanratu berupa Tuna, Tongkol, Cakalang dan Layur, sejauhmana program Minapolitan di Palabuhanratu disiapkan untuk

membuat suatu cerita tertulis dan sebuah pertanyaan yang dapat dijawab dengan menyelesaikan model SPLDV yang diberikan.. Diberikan sebuah grafik perjalanan ayah dan

selaku Ketua Program Studi teknik Elektro S1 Universitas Muria Kudus, dan selaku Pembimbing I telah memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.. Bapak

Metode yang digunakan adalah melakukan kegiatan langsung dalam pembuatan semen beku yang meliputi penampungan semen sampai dengan pembekuan , kemudian