• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERORIS ITU TERNYATA ADA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TERORIS ITU TERNYATA ADA"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

TERORIS ITU TERNYATA ADA

Peristiwa meledaknya Bom di Pulau Bali, beberapa waktu yang lalu mengejutkan kita semua. Ditengah-tengah isu terorisme yang sedang gencar ditujukan kepada Indonesia, Indonesia selalu mengatakan bahwa tidak ada terorisme di Indonesia. Dengan peristiwa di Bali itu, akankah masyarakat Internasional percaya dengan apa yang dikatakan pemerintah Indonesia selama ini bahwa tidak ada teroris di Indonesia. Peristiwa di Bali, merupakan tamparan yang sangat keras bagi pemerintah Indonesia. Mampukah pemerintah Indonesia menyelesaikan peristiwa itu.

Bagaimanapun juga kita semua sepakat, bahwa kita pada dasarnya tidak setuju dengan adanya terorisme itu. Namun bagaimana lagi, fakta berbicara lain. Sebelum terjadi peristiwa Bali, di beberapa kota khususnya Jakarta telah terjadi beberapa kali peledakan bom. Tapi pemerintah agaknya belum begitu serius untuk menanganinya, termasuk aparat keamanan. Anehnya, kasus yang seolah-olah berseri ini tidak pernah diungkapkan secara tuntas oleh pihak berwajib. Timbullah berbagai penilaian negatif dari masyarakat terhadap baik pemerintah maupun aparat keamanan kita, bahwasanya ada sesuatu yang tidak beres terjadi di situ. Bahkan, itu pun sudah mencerminkan berbagai ketidakberesan yang terjadi dalam hidup bermasyarakat dan berbangsa kita secara keseluruhan.

Berbagai tindakan pengeboman atau sabotase di luar negeri, umumnya diikuti dengan pernyataan dari pihak pelaku yang mengaku bertanggungjawab, baik secara politik maupun secara moral. Mereka menjelaskan berbagai tuntutan kepada publik apa yang sedang mereka perjuangkan, seperti yang dilakukan ---misalnya--- oleh kelompok Abu Nidal, Hammas di Palestina, kelompok Sikh di India, kelompok pemberontak di Irlandia Utara dan sebagainya. Tetapi, di Indonesia, sebagaimana dikatakan Thomas Koten (2001) ---apakah itu sebagai cermin dari masyarakat kita yang kurang mau bertanggungjawab secara moral dan politik, pengecut dan tidak berani mengambil resiko--- tindakan pengeboman mulai dari pengeboman masjid, gereja, sarana umum, gedung hingga rumah penduduk dan tempat-tempat keramaian seperti yang terjadi di Bali, penuh misteri. Masyarakat hanya bertanya-tanya sambil menduga siapa yang bermain di balik itu semua.

Perlu disadari, kejahatan dengan bom itu menyangkut korban, yaitu nyawa manusia. Peristiwa itu selalu datang secara tidak terduga dan tidak pilih waktu. Kejadian itu menimpa korban ibarat pencuri di tengah malam. Sehingga, bagi masyarakat kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Ujung Pandang, dan ---sekarang--- Bali, selalu diliputi kecemasan dan kegelisahan yang

berkepanjangan dan tidak berujung. Untu itu pulalah tujuan terorisme pelaku tindakan pengeboman itu untuk menimbulkan kegelisahan, ketidaknyamanan dan bahkan agar tercipta chaos. Tidak

mengherankan, tindakan terorisme itu secara universal sangat dikutuk dan dicela sebagai perlakuan-perlakuan biadab dan tidak berperikemanusiaan.

Terorisme adalah suatu sistem yang terorganisasi dari tindakan-tindakan yang dirancang secara khusus dan terencana untuk menciptakan ketakutan, untuk menggoyahkan keyakinan

masyarakat, untuk menghancurkan struktur kekuasaan, dan untuk menciptakan destabilitas negara dan bangsa, dalam bentuk subversi, sabotase, bom, dan bentuk-bentuk kekerasan lainnya. Itu semua dilakukan tanpa mempedulikan aturan hukum dan moral yang ada dalam masyarakat bangsa dan negara. Dengan kata lain, tujuan peledakan bom tersebut adalah untuk menciptakan mosi tidak percaya terhadap pemerintah dan/atau memaksa pemerintah untuk segera mengubah kebijakan politiknya yang dianggap merugikan kepentingan kelompok atau masyarakat bangsa secara keseluruhan.

Kini, seperti yang diberitakan beberapa media, kita tidak bisa mengingkari bahwa teroris itu sekarang ada di Indonesia. Kepala Kepolisian RI Jenderal (Pol) Da’i Bachtiar secara jelas mengatakan, peledakan bom di Bali adalah perbuatan teroris. Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan Susilo Bambang Yudhoyono pun mengatakan, peledakan bom di Bali itu menunjukkan adanya teroris di Indonesia. Memang, para pejabat itu tidak bisa lagi mengelak dari pengakuan adanya tindakan teror di Indonesia, karena terbukti deret peledakan bom di Bali menelan korban nyawa manusia yang berjumlah lebih dari 100 orang , dan yang mengalami luka-luka lebih dari 300 orang.

Terjadinya teror bom di Bali dan beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa situasi keamanan nasional dalam kondisi yang sangat rawan. Jika tidak ditangani secara benar, hal ini bisa mengancam eksistensi kita sebagai bangsa. “Kalau tindakan seperti di Bali itu bereskalasi di daerah lain, itu bisa mengarah pada krisis kebangsaan,” kata anggota DPR Sutradara Ginting kepada Kompas. Rawannya keamanan nasional itu, lanutnya, tampak dengan terjadinya pengeboman di berbagai daerah, ditemukannya amunisi dan senjata-senjata ilegal, dan adanya sipil bersenjata yang mengambil fungsi dan peran dari polisi. “Semua pihak harus jujur mengakui bahwa keamanan nasional kita dalam kondisi yang sangat rawan. Ini Sungguh memprihatinkan,” ujar Ginting.***

Sumber:

(2)

Referensi

Dokumen terkait

3. Arah tindakan yang akan memperbaiki prestasi pada masa mendatang. Dukungan lain dari SIM dalam proses pengendalian adalah monitor yang terus menerus dari prestasi, bukan hanya

Hasil dari produk susu bubuk tipe A dan B dapat menunjukkan bahwa penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 30°C memiliki nilai rasa yang cenderung sama dengan nilai rasa

131 NARARYA AHSAN RAJOINTAN SD MUHAMMADIYAH 12 PAMULANG SILVER 145 GABRIELANGELA ANASTASIA ADJI BINA BANGSA SCHOOL -SEMARANG SILVER 145 MARIA ANGELA AMADEA HARDJONO MARIA REGINA

Usia pada seorang wanita sangat berpengaruh terhadap peluang untuk memiki anak, ketika seorang wanita yang bercerai dan menikah lagi pada usia yang tidak produktif

6 Dari teori ini, peneliti kemudian mencoba mendeskripsikan akulturasi budaya Islam dengan lokal yang ada pada pelaksanaan tradisi Menepas di dalam perkawinan

Alat bukti persangkaan diatur dalam Pasal 173 HIR, Pasal 310 Rechtreglement voor de Buitengewesten (Rbg), dan Pasal 1915 KUH Perdata yang berbunyi sebagai

Teknik pengambilan data penelitian yang digunakan adalah yaitu Tes Kreativitas merupakan alat ukur yang disusun oleh Munandar (1977) yang berjumlah 6 sub tes dimana setiap sub

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kondisi operasi pembuatan sol-gel yaitu konsentrasi silika dalam sol terhadap diameter pori lapisan sol gel silika