• Tidak ada hasil yang ditemukan

Catatan Kuliah Filsafat Modern 231112

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Catatan Kuliah Filsafat Modern 231112"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

23 Oktober 2012 Salah satu hal yang harus dikatakan tentang SC adalah sumbangannya dalam hermeneutika. Sumbangannya dalam hermeneutika ialah tentang asal usul bahasa (Origin of Language). Bahasa merupakan keajaiban dari peradaban manusia. Kita semua memiliki kesepakatan “tak tertulis” mengenai bahasa, dan memungkinkan kita mengekspresikan tidak hanya diri dalam arti psikologis tetapi juga kecerdasan dan memungkinkan hidup menjadi begitu memesona. Itu karena bahasa. Manusia dapat mentransendensikan diri, mengatasi keterbatasan diri. Tak terbayang jika kita tidak mengerti orang lain, dan orang lain tidak mengerti kita. Momen ini adalah momen paling berat bagi manusia. Mengerti secara timbal balik ini merupakan momen yang paling manusiawi dalam hidup. Dan tool pengertian yang timbal balik ini dimudahkan oleh bahasa. Pertanyaan yang mau digali dan dieksplorasi SC adalah bagaimana asal-usul bahasa. Bagaimana bahasa dimulai? Salah satu yang bagi Armada ketahui bahasa yang sulit entah itu bahasa Cina, atau Prancis memiliki keunikan dalam cara bicara yang menurutnya partikular. Belakangan dia dengar bahwa ada orang yang spontan belajar bahasa Prancis, bertanya mengapa apa yang tertulis beda jauh dengan yang diucapkan. On peut quand on vent. Dibaca: Au pe ka au ve. Artinya “Orang bisa jika orang mau.” Jadi bagaimana mungkin bahasa bisa seunik ini karena contoh yang paling jelas, yang saya dengar berbeda dengan tulisannya. Karena salah satu poin yang paling jelas, bahasa itu sering kali mulainya konon dari pengucapan. Bahasa tidak mulai dari tulisan, tetapi dari ucapan. Tulisan itu datang belakangan. Mengapa? Mungkin, ini sebuah kebutuhan nyata bahwa ekspresi bahasa bukanlah sekadar ekspresi bunyi, melainkan ekspresi akal budi, ekspresi kecerdasan. Bahasa-bahasa seperti Prancis, Inggris, dll., ketika diucapkan mungkin tidak terlalu sulit, bagi orang setempat. Tetapi ketika yang ditulis sama dengan yang diucapkan, maka muncul benturan dari sisi gramatika misalnya orang pertama, kedua dan ketiga (aku, kau, dia) kemudian jamak, nah dalam bahasa-bahasa Eropa (Latin, Italia, Prancis, Jerman) kata kerjanya berubah.

(2)

bahasa dalam arti bahasa sebagai sebuah simbolisme. Itu sebuah elaborasi yang melelahkan, menyenangkan, menyakitkan, dst.

Bahasa mencetuskan kompleksitas akal budi manusia. Bahasa memiliki sejarah. Dengan SC seolah kita dibangunkan dari tidur sehingga ketika kita mendengar bahasa itu seperti sebagai sesuatu yang real. Khotbah sebenarnya sebuah permainan bahasa. Misalnya, kalau seseorang mau ke Mesjid, sebenarnya Allah sudah menghitung pahala orang itu sejak langkah pertama dari rumahnya. Dan langkah pertama ini pahalanya besar. Bayangkan jika ketika ke Mesjid, 100 langkah, maka ada 100 pahala. Ini baru melangkah, masih ada melepas sandal, lalu wudhu, dan sholat.

SC mengingatkan kita bahwa bahasa tidak sesederhana itu. Dan karena itu, bahasa disebut apa yang disebut sistem gramatika. Gramatika mengatakan bahwa bahasa itu suatu alat reasoning, penalaran.

Sumbangan kedua adalah teori interpretasi / hermeneutika. Hermeneutika adalah sebuah perkara penerjemahan. Bagaimana seseorang menerjemahkan kata atau kalimat. Penerjemahan itu bukan memindahkan kata. Contoh, badan dalam bahasa Inggris body. Enak dalam bahasa Inggris Delicious. Saya tidak enak badan lalu diterjemahkan my body is not delicious. Akan menjadi sangat lucu, dan tentu saja tidak ada dalam bahasa Inggris. Penerjemahan ini bukan seperti ini. Penerjemahan bukan memindahkan kata. SC mengingatkan kepada kita bahwa studi bahasa bukan menghafal kata, tetapi melakukan reasoning. Bahasa itu cetusan reasoning, cetusan akal budi, oleh karena itu bahasa punya Gramatika, partikularitas dalam gramar. Belajar bahasa bukan belajar kata, tetapi SC juga mengatakan lebih dalam bahwa belajar bahasa itu belajar budaya, belajar kompleksitas manusia. Belajar realitas.

Kita lemah dalam bahasa Inggris bisa karena malas, tetapi yang paling dramatis adalah karena kita memiliki kecenderungan tertutup dan kurang mau masuk dalam studi sejarah dan kebudayaan bangsa manusia. Bahasa menjadi seperti yang lepas dari budaya dan sejarah. Dalam konteks ini, bahasa Dayak ada sekian ratus dan hampir satu sama lain berbeda. Tidak setiap orang Dayak memahami bahasa orang Dayak yang lain dari sub-suku yang lain. Maka SC menyadarkan kita bahwa bahasa tidak bisa lepas dari konteks kebudayaan. Dalam bahasa Cina misalnya untuk menyapa menggunakan “Apakah kamu sudah makan?” Hal ini punya sejarahnya yaitu karena orang Cina pernah sangat miskin. Maka untuk mengetahui kabarnya adalah dengan bertanya apakah kamu sudah makan. Jelaslah bahwa bahasa tidak lepas dari konteks.

(3)

berbeda dalam setiap periode. Miskin pada waktu itu juga kena pada para imam, antara lain imam yang tidak punya keahlian, kepintaran, atau bahkan tidak bisa memberi absolusi.

Kembali ke SC. Baginya, ketika kita memahami makna bahasa, maka diperlukan metodologi komparatif. Metodologi ini seperti apa? Metode komparatif ialah cara kita mengerti bahwa jika kata dijejerkan, menjadi tidak dari sendirinya sepadan maknanya. Jangan sampai kita mengucapkan dalam bahasa Italia, “Aku tahu ibumu.” Orang Italia akan marah. “Fancuno = anak-anak. Fanculo = kata-kata kotor sekali. Dalam bahasa Filipina (Tagalog), setelah makan jangan minta tusuk gigi. Jangan. Nggak tau...??? tanya Romo Yus.

Hermeneutika menjadi cetusan kecerdasan yang luar biasa. Ketika Musa dan Yosua menghentikan matahari sebab perang hampir selesai, itu bukan perkara Musa menghentikan matahari. Itu bukan artinya matahari yang berjalan mengelilingi bumi lalu berhenti. Lalu apa artinya? Karena SC kita mengerti bahwa mungkin doa Musa adalah doa yang memenangkan ketidakmungkinan, memenangkan imposibilitas. Tidak ada yang tidak mungkin dalam doa. Tetapi ini bukan satu-satunya interpretasi. Namun setidaknya karena SC kita tahu bahwa kata, frase atau kisah itu tidak seperti yang dimaksudkan, tidak seperti yang dipikirkan. Ada makna lain. Inilah Hermeneutika. Hermeneutika berarti seperti Hermes, dewa yang menerjemahkan kata-kata dari para dewa kepada manusia. Dewa ketika bicara itu tidak jelas. Tetapi ada Hermes yang menerjemahkan. Jadi dalam teori ini, pengarang atau penulis atau author itu memiliki pesan yang tersembunyi di balik kata atau frase. Tugas pembaca ialah menemukan pesan yang tersembunyi itu.

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka untuk dapat memecahkan isu atau menjawab persoalan yang diajukan, peneliti melakukan pendekatan undang-undang dan

Aplikasi SI saat ini : - Daftar Aplikasi SI dalam Area Fungsi Bisnis - Katalog Sumber Daya Informasi Arsitektur aplikasi : - Daftar Kandidat Aplikasi - Definisi

Nama Field Jenis Panjang Keterangan KodeBrg Varchar 5 Kode barang NamaBrg Varchar 20 Nama Barang Satuan Varchar 1 1=KG 2=Ton 3=Liter 4=Kubik Master Pengelola

Penelitian ini memiliki kesamaan mendasar dengan penelitian-penelitian di atas yaitu sama-sama memiliki tujuan untuk mendapatkan keputusan alternatif properti terbaik

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Sistem Deteksi Penyakit

Pada bagian ini dibahas mengenai konsep tentang derivatif parsial, diferensiasi total, derivatif total, dan derivatif total parsial, dan derivatif fungsi implisit untuk

 Berdasarkan hasil analisis penilaian, peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran pengayaan untuk perluasan dan/ atau

Alhamdulillah, penulis syukuri atas kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul: “Penerapan Layanan Informasi Teknik