• Tidak ada hasil yang ditemukan

IBRAHIM BIN ADHAM.doc 38KB Jun 13 2011 06:28:03 AM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IBRAHIM BIN ADHAM.doc 38KB Jun 13 2011 06:28:03 AM"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

IBRAHIM BIN ADHAM

Sufi & Pangeran dari Balkhah

Oleh : Mustamar Lubis

Tokoh sufi yang lahir di Mekkah ini, adalah seorang pangeran dari Balkhah, Khurasan, Iran, suatu provinsi yang pernah menjadi kejayaan Buddhisme, Seorang tokoh sufi ternama yang kisah perpindahannya dari hidup penuh kemewahan di lingkungan istana kepada kezuhudan menjadi tema pokok (mayor of term) dan berpengaruh bagi para sufi belakangan, dan sering kali dibandingkan dengan kisah Sidharta Buddha Gautama. Siapa lagi tokoh sufi yang kita maksud kalau bukan Ibrahim bin Adham (w, 160 H/777 M).

Menurut satu versi, perubahan itu bermula pada suatu perburuan di sebuah hutan. Ketika hendak membidik seekor kelinci, tiba-tiba terdengar suara dibelakangnya. “Bukan untuk ini kau diciptakan, bukan ini kewajibanmu.” Ibrahm menoleh ke belakang, tapi tidak tampak seorangpun. Ketika dia hendak memacu kudanya, suara itu terdengar lagi. “Hai Ibrahim! Bukan untuk ini kau diciptakan, bukan ini kewajibanmu.” Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, namun tidak terlihat seorangpun di situ. Kejadian itu berulang sampai tiga kali. Ia yakin, Tuhan semesta alam telah menyadarkannya. Dan sejak itu, ia mengganti pakaian kebangsawanannya dengan pakaian seorang zahid, dan berkenalan dari negeri yang satu ke negeri lainnya.

Dalam pengembaraannya itu mencari Tuhan, Ibrahim pernah bekerja sebagai tukang kebun dan tukang potong kayu bakar untuk belanja hidupnya. Dari uang yang diperolehnya itu ia beli roti yang dibaginya dua, setengah diberikan kepada orang miskin dan setengahnya lagi untuk dirinya sendiri. Di antara ucapan Ibrahim yang paling terkenal di kalangan sufi adalah, “Kemiskinan (al-faqr) merupakan harta yang disimpan Tuhan di Surga dan tidak dianugerahkan-Nya kecuali kepada orang-orang yang dicintai-Nya.”

Dikisahkan, suatu hari, Ibrahim bin Adham yang juga guru dari Syaqiq Al-Balakhi (w, 194 H/810 M), didatangi oleh seorang lelaki yang dikenal orang sebagai gembong penjahat, Jahdar bin Rabi’ah. Setelah mendekat, Jahdar berkata, “Ya Aba Ishak (panggilan akrab Ibrahim bin Adham)! Beri aku nasihat yang bermutu agar aku bisa meninggalkan perbuatan jahat dan maksiat.”

Untuk sesaat Aba Ishak terdiam dan berpikir. Tapi sebentar kemudian iapun berkata, “Baiklah! Jika engkau sanggup memenuhi dan melaksanakan lima syarat yang kuajukan ini, aku tidak keberatan kalau engkau mengerjakan perbuatan dosa.”

Dengan rasa tak sabar, Jahdar mendesak Aba Ishak untuk segera mengatakan syarat-syarat tersebut. “Cepat katakan ya Aba Ishak syarat-syarat-syarat-syarat itu!”

“Baiklah …!” kata Aba Ishak. “Syarat pertama, kalau kau berbuat maksiat jangan makan rezeki Allah.”

“Apa!” kata Jahdar sambil mengernyitkan dahi begitu mendengar syarat pertama yang diajukan Aba Ishak. “Aba Ishak! Mana mungkin aku tidak makan rezeki Allah, semua rejeki yang ada di bumi ini adalah dari dan milik Allah.”

“Jika engkau sudah tahu, apa pantas engkau berbuat maksiat tapi engkau masih memakan rejeki Allah?”

(2)

“Syarat kedua, jangan tinggal di bumi ini jika engkau berbuat maksiat!”

“Wah! Syarat ini sangat berat ya Aba Ishak. Jika aku tidak tinggal di bumi ini, lalu aku mau tinggal di mana?” kata Jahdar.

“Pikirkanlah itu baik-baik Jahdar. Apa pantas kau makan dan tinggal di bumi Allah ini, sementara kau terus berbuat maksiat!”

Sesaat Jahdar termenung. Tapi kemudian ia berkata. “Terus syarat ketiga apa ya Aba Ishak?”

“Syarat ketiga. Jika engkau berbuat maksiat, cari suatu tempat yang tidak bisa dilihat Allah!”

“Syarat apaan ini Aba Ishak, mana mungkin aku sembunyi dari penglihatan Allah. Dia-kan Maha Melihat segala perbuatan hamba-hamba-Nya!”

“Jika kau sudah tahu, maka tinggalkan segala perbuatan maksiat. Kan malu dilihat Allah?”

Jahdar hanya diam membisu mendengar nasihat Aba Ishak itu.

Dalam kebisuan Jahdar, Aba Ishak meneruskan perkataannya. “Syarat keempat, jika Malaikat Maut datang hendak mencabut nyawamu, maka katakanlah jangan dulu ambil nyawaku sebelum aku bertaubat!”

“Ya Aba Ishak, tidak mungkin aku menunda kematianku. Karena tak seorangpun bisa menunda kematiannya. Tidak mungkin … tidak mungkin!” kata Jahdar sembari geleng kepala.

“Betul! Manusia takkan bisa menunda atau memajukan kamatiannya walau sesaat. Karena Allah telah mengatakannya dalam Al-Qur'an, “ … Jika datang ajal mereka, mereka tidak dapat mengundurkannya sesaatpun dan tidak pula mendahulukannya.” Camkan itu baik-baik hai Jahdar?”

“Iya … ya, akan kupikirkan itu baik-baik. Tapi sekarang apa syarat yang kelima,” kata Jahdar tak sabar.

“Syarat kelima. Di alam akhirat nanti, ketika Malaikat Zabaniyah menggiringmu ke neraka jangan mau ikut, larilah!” kata Aba Ishak.

“Ini yang paling tidak mungkin, ya Aba Ishak. Tak seorangpun dapat lari dari hukum Allah pada hari pembalasan nanti,” kata Jahdar sambil mendesah.

Kedua orang itu diam sejenak, sehingga suasana menjadi hening. Tapi sebentar kemudian Aba Ishak berucap, “Bagaimana Jahdar! Apa sudah cukup syaratku.”

“Sudah … sudah cukup ya Aba Ishak. Aku tak kuat lagi mendengar nasihatmu. Dengar Aba Ishak! Mulai saat ini aku akan meninggalkan perbuatan maksiat dan bertaubat kepada Allah dengan taubatan nasuha.”

Jahdar benar-benar menepati janjinya. Sejak itu, ia berubah menjadi orang saleh dan ahli ibadah (abid).

*

Sewaktu negeri Yamamah, negeri taklukan Balkhah dilanda kerusuhan dan kezaliman yang dilakukan oleh gubernur negeri itu, Jahdar diberi kepercayaan oleh Ibrahim bin Adham untuk mengamankan dan menumpas kelaliman di negeri itu.

(3)

Tugas itu dilaksanakannya dengan penuh dedikasi. Ia berhasil mengamankan dan menumpas kelaliman di negeri itu. Dan atas keberhasilannya itu ditambah lagi kesalehannya, Jahdar diangkat Ibrahim bin Adham menjadi gubernur di wilayah Yamamah.**

Sumber

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Kelompok II pada satuan kerja Sekolah Tinggi Transportasi.. Darat (STTD) Bekasi Badan Pengembangan SDM Perhubungan, Kementerian

Apabila sampai dengan batas akhir penyampaian sanggahan tidak ada Peserta yang mengajukan sanggahan, maka proses Pengadaan Jasa Konstruksi ini akan dilanjutkan ke tahap

Pada hari ini Rabu tanggal Tujuh Bulan Nopember tahun Dua ribu dua belas, Pokja/ULP Kemensos Bekasi Dalam rangka Pemilihan Penyedia Barang/Jasa pekerjaan

dengan ketentuan yang telah tercantum dalam SDP ke hadapan Pokja/ULP Kemensos Bekasi. 19

TINJAUAN MEDIA INFORMASI BUKU ANAK DAN TINJAUAN FAKTA MITOS HEWAN JAWA

Sebaiknya diadakan perundingan atau penyelesaian masalah ini dengan duduk bersama dan mencari solusi terhadap permasalah-permasalahan tersebut adalah hal yang wajib dilakukan

dengan ketentuan yang telah tercantum dalam SDP ke hadapan Pokja/ULP Kemensos Bekasi. 19

Bab ini akan menguraikan perkembangbiakan tumbuhan, permaianan ( game ) simulasi, edukasi, multimedia, media pembelajaran, algoritma fisher-yates shuffle, analisis