3
I. PENDAHULUAN
Segara Anakan merupakan laguna yang dikelilingi hutan mangrove terluas di Pulau Jawa (34.018 ha), laguna tersebut terletak di Kabupaten Cilacap Jawa Tengah pada koordinat 07°34'29.42"-07°47'32.39"LS dan 108°46'30.12"-109°03'21.02" BT (Ardli & Wolf, 2008). Mangrove merupakan karakteristik dari bentuk tanaman yang tumbuh di pantai, estuari, atau muara sungai dan delta terutama pada tempat yang terlindung baik di daerah tropis maupun sub tropis (Odum, 1993). Komunitas hutan mangrove telah banyak mendapat perhatian para ahli, disebabkan karena peran ekosistem mangrove yang unik dan penting. Meskipun demikian, kondisi hutan mangrove masih saja mengalami kerusakan akibat aktivitas manusia, seperti penebangan liar di area hutan mangrove, dan pembukaan tambak ikan. Tindakan tersebut dikhawatirkan berdampak pada fungsi penting mangrove, yaitu sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makanan (feeding ground), dan daerah pemijahan (spawning ground) (Nybakken, 1992). Fungsi lain keberadaan hutan mangrove adalah menjaga garis pantai dan tebing sungai dari erosi agar tetap stabil (Kustanti, 2011).
Penurunan luasan hutan mangrove di Segara Anakan dapat mengakibatkan hilangnya beberapa spesies vegetasi mangrove. Cepatnya penurunan luasan yang diakibatkan oleh beralih fungsi lahan menjadi tambak dan lahan pertanian tentunya akan mengubah struktur komunitas maupun pola distribusi mangrove yang ada (Suryono, 2006). Perubahan struktur komunitas mangrove dan berkurangnya kerapatan vegetasi mangrove yang dalam jangka panjang akan menggangu keseimbangan ekosistem mangrove. Kerusakan hutan mangrove juga menyebabkan fungsi hutan sebagai penyerap karbon menurun, karena menurunnya biomassa dan senyawa organik yang tersimpan di dalam hutan (Novita & Nisa, 2010).
Tindakan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi di hutan mangrove, dapat dilakukan upaya pemulihan melalui restorasi hutan mangrove, dengan menata kembali lokasi yang telah mengalami kerusakan (Basyuni, 2002). Restorasi adalah tindakan untuk mengembalikan suatu lahan ke dalam kondisi semula. Langkah restorasi di Segara Anakan Cilacap yaitu dengan teknik penanaman kembali bibit mangrove di titik area restorasi yang ditentukan. Kegiatan restorasi di daerah ini telah dimulai pada tahun 2000. Tujuannya untuk mengembalikan struktur,
4
fungsi, keanekaragaman, dan dinamika suatu ekosistem yang dituju (Primack et al., 1998). Tujuan restorasi adalah untuk menjaga kestabilan serapan karbon. Penyerapan karbon bertujuan untuk mengurangi pemanasan global yang disebabkan oleh gas karbon dioksida. Mengetahui karbon tersimpan pada tanaman mangrove, bermanfaat untuk melakukan estimasi potensi tumbuhan mangrove dalam menyimpan karbon. Kegiatan restorasi pada hutan mangrove ditujukan untuk menghadirkan kembali ekosistem mangrove yang hampir hilang. Restorasi juga berpotensi besar untuk menambah nilai sumber daya hayati mangrove, memberi mata pencaharian penduduk, mencegah kerusakan pantai, menjaga biodiversitas, dan produksi perikanan (Setyawan et al., 2003).
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah 1. Bagaimana struktur komunitas vegetasi mangrove di area restorasi Segara Anakan
Cilacap.
2. Berapa karbon tersimpan pada vegetasi mangrove serta perbedaannya di area restorasi Segara Anakan Cilacap.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Struktur komunitas pada vegetasi mangrove di area restorasi Segara Anakan Cilacap.
2. Karbon tersimpan pada vegetasi mangrove serta perbedaannya di area restorasi Segara Anakan Cilacap.
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi ilmiah tentang perubahan struktur dan kandungan karbon tersimpan di area restorasi mangrove Segara Anakan Cilacap, adanya upaya untuk pengelolaan dan pelestarian hutan mangrove di Segara Anakan Cilacap.