• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Ilmiah gate shaft

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jurnal Ilmiah gate shaft"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Power waterway adalah suatu sistem saluran air untuk pembangkit tenaga listrik yang dibangun pada Waduk Jatigede Sumedang Jawa Barat. Power waterway terdiri dari beberapa komponen yaitu : bangunan pengambil (intake), terowongan headrace, sumur pengatur pintu (gate shaft), sumur pendatar (surge shaft), terowongan tekan (penstock tunnel).

Power waterway didesain dengan debit rencana 73 m3/detik yang didasarkan pada kebutuhan air untuk

sistem irigasi Rentang dibagian hilir. Dengan analisa hidroloka didapatkan diameter terowongan D = 4,50 m. Dimensi terowongan ini mengalami perubahan dari yang semula berdiameter 5,50 m untuk pembangkit listrik sebesar 175 MW dengan debit rencana Q = 123 m3/detik menjadi D = 4,50 m untuk pembangkitan

listrik sebesar 110 MW dengan debit rencana 73 m3/detik.

Sumur pengatur pintu (gate shaft) merupakan sumuran yang digunakan untuk menempatkan pintu darurat dan pintu pengatur untuk pembangkitan tenaga listrik, dibuat dari struktur beton bertulang. Dibagian atas sumur dibangun sebuah gedung atau ruangan yang dilengkapi dengan mesin angkat (hoist) sistim hidrolis, untuk mengoperasikan pintu-pintu tersebut. Disamping sebagai bangunan pengatur pintu, didalam gedung ini juga ditempatkan peralatan kompresor dan tangki udara tekanan tinggi kapasitas 25 bar, untuk pengoperasian

babbler nozzle dan jet nozzle

Dalam proses konstruksi pelaksanaan penggalian

gate shaft direncanakan dengan melakukan perkuatan/penyangga sementara. Alasan dilakukannya perkuatan adalah 1) Kondisi geologi di lokasi itu sendiri, yaitu formasi batuannya yang keras dengan volume yang besar. 2) Memberikan perlindungan dari

longsor untuk kegiatan penggalian/konstruksi berikutnya.

Kemudian dalam mendesain perkuatan/penyangga diperlukan analisis stabilitas yang terjadi pada gate shaft. Analisis tersebut dibutuhkan untuk mengetahui apakah tanah/batuan di sekitar gate shaft mampu menahan tegangan dan regangan yang terjadi akibat penggalian. Jika dalam analisis ternyata kondisi tanah/batuan tidak dapat menahan beban yang bekerja maka harus dilakukan perkuatan/penyangga.

Menurut Barton,dkk (1974) dalam Q-system

desain perkuatan/penyangga berhubungan dengan

Rock Quality Desaignation (RQD), lebar bukaan, jenis batuan dan Excavtion Support Ratio (ESR).

Selanjutnya dengan kemajuan teknologi akhir-akhir ini di segala bidang, khususnya dalam bidang komputerisasi, telah dirasakan sangat besar manfaatnya bagi kemajuan dan kemudahan dalam pelaksanaan pada bidang yang yang lain. Terutama di bidang pemrograman, banyak sekali digunakan untuk menyelesaikan masalah di bidang perancangan yang semakin berkembang. Penerapan penggunaan program dapat menghemat waktu pekerjaan sehingga waktu yang diperlukan dalam perancangan semakin singkat dengan kualitas yang memuaskan. Salah satu program yang diterapkan dalam bidang geoteknik adalah program plaxis yang menggunakan metode elemen hingga dalam proses hitungannya. Dalam Tugas Akhir ini akan dibahas penggunaan Program Plaxis 8.2 2 dimensi khususnya untuk menganalisis tegangan dan regangan yang terjadi pada Gate Shaft Power Waterway Pembangunan Waduk Jatigede Sumedang Jawa Barat.

STUDI PUSTAKA

1 Diploma Student of Civil Engineering Departement, Faculty of Engineering, State Polytechnic of Jakarta, Depok 2 Instructur of Civil Engineering Departement, Faculty of Engineering, State Polytechnic of Jakarta, Depok 3 Consultant Supervision of Jatigede dam project,Sumedang West Java

SUMEDANG JAWA BARAT

Analysis stability of gate shaft of power waterway in Jatigede dam, Sumedang Jawa Barat

Asep ARDIANTO1, Sony PRAMUSANDI2, Bemby SUNARYO3

ABSTRACT:

(2)

Pengertian Batuan

[image:2.595.64.273.97.311.2]

Batuan adalah sesuatu material alam yang terbentuk melalui proses alamiah [ CITATION Moe09 \l 1057 ].

Gambar 1Siklis batuan [ CITATION Moe09 \l 1057 ]

Deformasi Batuan

Deformasi batuan merupakan perubahan batuan dalam bentuk apapun dari wujud aslinya [ CITATION Hoe06 \l 1057 ]. Deformasi disebabkan karena adanya beban luar yang bekerja pada batuan tersebut, atau disebabkan karena gaya tektonik (kompresi dan/atau gaya geser). Secara natural, model deformasi dapat berbentuk lipatan (folding), patahan (faulting), dan

[image:2.595.319.537.282.425.2]

solid flow.

Gambar 2 Diagram tegangan – regangan [ CITATION Hoe06 \l 1057 ]

Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa hubungan tegangan luar σy pada batuan sampai pada nilai tertentu

(titik leleh Y) dengan regangan ε bersifat proporsional mengikuti hukum Hooke :

σ = E·ε …...……… (1) Δσ =E·Δε ……… (2)

dimana

E

=

σ

ε

dan E merupakan koefisien Hook,

dikenal sebagai Modulus Elastisitas Young yang memperlihatkan kekakuan material. Nilai E bervariasi untuk tiap material yang berbeda.

Rock Mass Rating (RMR)

Rock Mass Rating diperkenalkan oleh Bieniwaski pada tahun 1984 [ CITATION Sin06 \l 1057 ]. Klasifikasi ini membagi batuan dalam lima kelas dengan nilai 0 sampai 100 seperti terlihat pada tabel 1. Klasifikasi ini masih banyak dipergunakan hingga sekarang. Ada enam parameter dasar yang digunakan pada kriteria ini, yaitu :

1. Uji kekuatan batuan intact, yaitu berdasarkan

point load strength index atau uniaxial compressive strength

2. Rock Quality Designation (RQD)

Tabel 1 Rock mass rating ( Bieniawaski, 1989)

Class Description RMR range

I Very Good Rock 81 – 100

II Good Rock 61 – 80

III Fair Rock 41 – 60

IV Poor Rock 21 – 40

V Very Poor Rock 0– 20

3. Spasi bidang diskontinyu 4. Kondisi bidang diskontinyu 5. Kondisi air tanah

6. Orientasi bidang diskontinyu

Rock Quality Desaignation

[image:2.595.87.252.456.570.2]

Dalam Tunneling in weak rock [ CITATION Sin06 \l 1057 ] RQD didefinisikan sebagai prosentase panjang core utuh yang lebih dari 10 cm terhadap panjang total core run. Diameter core yang dipakai dalam pengukuran minimal 54,7 mm. Dan harus dibor dengan double-tube core barrel. Perhitungan RQD mengabaikan mechanical fracture yaitu fracture yang dibuat secara sengaja atau tidak selama kegiatan pengeboran atau pengukuran ( Hoek, dkk. 1995 )

Gambar 3 Prosedur pengukuran RQD Tabel 2 Rock quality designation, RQD (Bieniawski,

1979 )

Qualitative

[image:2.595.363.500.564.670.2]
(3)

Excellent 90 – 100 20

Good 75 – 90 17

Fair 50 – 75 13

Poor 25 – 50 8

Very Poor < 25 3

Rock Mass Quality

(

Q-system

)

Rock Mass Quality (Q) System atau disebut juga sebagai Tunneling Quality Index pertama kali diusulkan oleh Barton, Lien dan Lunde pada tahun 1974 di Norwegian Geotechnical Institute ( NGI ) sehingga disebut juga NGI Clasification System. Q system sebagai salah satu dari klasifikasi massa batuan dibuat berdasarkan studi kasus dilebih dari 200 kasus

tunneling dan cavens [ CITATION Sin06 \l 1057 ]. Q system merupakan fungsi dari enam parameter yang dinyatakan dengan persamaan berikut :

Q

=

RQD

Jn

x

Jr

Ja

x

[image:3.595.67.272.84.171.2] [image:3.595.341.515.574.720.2]

Jw

SRF

...(3) dimana,

RQD = Deere’s Rock Quality Desaignation >10, = 115 – 3,3Jv < 100

Jn = Joint set number

Jr = Joint roughness number for critically oriented joint set

Ja = Joint alteration number for critically oriented \ joint set

Jw = Joint water reduction factor

SRF = Stress Reduction Factor Jv = Volumetric joint count

Shaft

Shaft merupakan suatu konstruksi terowongan (tunnel ) yang tegak atau vertikal[ CITATION Sin06 \l 1057 ]. Adapun fungsi dari pada shaft itu sendiri adalah:

a. Shaft menyediakan akses vertikal ke tingkat terowongan atau gua untuk konstruksi. Shaft memberikan cara kerja tambahan untuk penggalian terowongan cepat.

b. Shaft untuk akses pekerja ke tambang.

c. Shaft untuk menyerap kelebihan energi dari air dekat penstocks dalam proyek hidroelektrik. d. Shaft berfungsi sebagai instalasi kabel listrik dari

pembangkit tenaga listrik ke jaringan transmisi di tanah.

e. Shaft Bunker untuk menghubungkan terowongan bawah tanah untuk perlindungan terhadap perang atom.

f. Ventilasi Shaft sepanjang terowongan dan tambang.

Gambar 4 Gate shaft power waterway waduk Jatigede Ada dua macam metode penggalian yaitu metode kontinyu dan metode konvensional. Metode konvensional adalah penggalian yang merupakan gabungan antara kegiatan pengeboran, peledakan dan pengakutan yang diikuti kegiatan penyangganya. Bisa digunakan untuk berbagai macam bentuk dan kemiringan. Sedangkan metode kontinyu adalah kegiatan penggalian secara mekanis yang tidak mengalami interupsi. Metode ini menggunakan prinsip

rock cutting dengan raise boring atau shaft boring machine. Metode ini diawali dengan pembuatan pilot hole lalu diikuti pemboran lubang besar. Semua metode pemboran shaft kontinyu adalah bentuk bulat, dengan berbagai metoda variasi penyangganya.

Metode Pekuatan/Penyangga

Barton dan Grimstad (1993) dalam Singh (2006) merekomendasikan penentuan jenis perkuatan/penyangga berdasarkan Q value dengan menggunakan gambar 5 dibawah ini.

(4)

Shotcrete

Menurut Kolymbas, 2005, shotcrete

merupakan beton yang disemprotkan untuk menambah kekuatan suatu permukaan. Beton yang digunakan sebagai shotcrete, memiliki karakteristik yang hampir sama dengan beton biasa, hanya saja, modulus elastisitas beton yang digunakan sebagai shotcrete

lebih rendah daripada beton biasa. Kekuatan shotcrete

bertambah seiring dengan pertambahan umur

shotcrete, seperti ditunjukkan pada tabel II.12di bawah ini.

Tabel 3 Hubungan kekuatan dengan umur

shotcrete (Kolymbas, 2005)

U m u r

Kekuata n

(N/mm2)

6 m e n i t 1 j a m 2 4 j a m 7 h a r i

0.2 – 0.5 0.5 – 1.0 8 – 20 30 – 35

Rockbolt

Menurut Singh (2006), rockbolt adalah bahan batang yang terbuat dari baja, berpenampang bulat yang digunakan untuk menyangga massa batuan. Berdasarkan cara menahan beban, rockbolt dibedakan menjadi tiga jenis, sebagai barikut ini [ CITATION Kol05 \l 1057 ].

1. Wedges rockbolt

Baji berbentuk conus ditempatkan di ujung lobang bor. Rockbolt dapat dipasang dengan memukul atau memutar sedemikian sehingga kekuatan rockbolt

akan bekerja. Rockbolt jenis ini hanya bisa diterapkan pada batuan keras (kekuatan batuan > 100 Mpa).

Secara lebih jelas, gambaran Wedges rockbolt dapat dilihat pada gambar 6 dan 7 di bawah ini.

[image:4.595.81.255.239.584.2]

Gambar 6 Wedges rockbolt (dipukul)

Gambar 7 Wedge rockbolt (diputar)

2. Tubular steel rockbolt

Rockbolt jenis ini berbentuk pipa yang ditancapkan pada dinding terowongan. Kekuatan dari

[image:4.595.355.495.323.399.2]

rockbolt tergantung dari gaya gesek antara dinding dengan permukaan rockbolt. Secara lebih jelas, dapat dilihat pada gambar 8 di bawah ini.

Gambar 8 Tubular steel rockbolt 3. Grounted rockbolt

[image:4.595.370.487.502.589.2]

Pada rockbolt jenis ini, ruang antara rockbolt dan diding digrouting dengan semen. Sebelum grouting dimasukkan, ruangan harus disemprot dengan air atau udara agar ruangan yang akan digrouting benar-benar bersih. Grounted rockbolt dapat dilihat pada gambar 9 di bawah ini.

Gambar 9 Grounted rockbolt

Kekuatan rockbolt, biasanya diukur dengan melaksanakan test tarik (pull test) dilapangan. Berdasarkan handbook of road power, 2006, kekuatuan perkuatan ini ditetukan oleh beberapa parameter diantaranya diameter, panjang, dan jarak antar rockbolt.

Steel Rib

(5)
[image:5.595.93.243.86.207.2]

Gambar 10 Jenis steel rib

Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan steel rib adalah sebagai berikut ini.

1. Kesesuaian metode pemasangan 2. Karakteristik batuan

3. Bentuk dan ukuran penampang terowongan. Kekuatan steel rib tergantung dari jenis steel rib yang digunakan. Jarak antar steel rib dihitung dengan persamaan di bawah ini.

S

rib= Prib

proofB

...(4)

P

rib = kapasitas kekuatan steel rib (T)

S

rib = jarak antar steel rib (m) B = lebar bukaan terowongan

proof = tekanan penyangga ultimate pada daerah

atap

Program

Plaxis 8.2

2D

Program Plaxis merupakan rangkaian program untuk menganalisis deformasi dan stabilitas dalam geoteknik. Prosedur input data ( rock propertis ) yang sederhana memudahkan menciptakan model elemen yang kompleks dan tersedianya tampilan output secara detail berupa hasil perhitungan. Diharapkan dengan kelebihan ini dapat mempermudah analsis dan mendapat hasil yang akurat. Oleh karena itu, penulis memilih menggunakan program Plaxis untuk mengalisa stabilitas gate shaft power waterway pada pembangunan Waduk Jatigede.

Dalam analisis, data yang dibutuhkan sebagai

input-an program Plaxis antara lain :

a. Nilai parameter batuan yang didapat dari hasil penyelidikan batuan

b. Dimensi dan karakteristik gate shaft

c. Nilai parameter konstruksi penahan

Program Plaxis ini terbagi empat program, yang masing masing program mempunyai fungsi yang berbeda, yaitu Plaxis Input , Plaxis Calculation, Plaxis Output dan Plaxis Curve [ CITATION Bri07 \l 1057 ]

METODE PENELITIAN

Bahan

Penelitian ini menggunakan dua jenis batuan, yaitu volcanic breccia dan claystone, yang diperoleh dari hasil boring pada gate shaft power waterway

waduk Jatigede Sumedang jawa Barat. Lokasi penelitian terlatak di Desa Cijeungjing Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat.

Gambar 11 Lokasi Penelitian di desa Cijeunjing, Sumedang Jawa Barat

Tahapan

Penyusunan penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu sebagai berikut :

1. Studi Pustaka

Referensi yang dijadikan acuan pada penulisan ini terdiri dari literatur yang digunakan pada bidang geoteknik seperti mekanika batuan dan geologi

2. Peninjauan lokasi dan pengumpulan data sekunder

3. Menghitung jenis perkuatan berdasarkan studi pustaka yang ada

4. Analsis stabilitas gate shaft power waterway

menggunakan perangkat lunak Plaxis 8.2 2 dimensi.

Melakukan pemodelan dan input data pada program Plaxis dilanjutkan dengan proses perhitungan berdasarkan tahapan konstruksi. 5. Pembahasan

Setelah dilakukan perhitungan secara manual dan simulasi numeris Plaxis maka dilakukan pembahasan analisis stabilitas.

[image:5.595.338.538.206.383.2]
(6)
[image:6.595.76.263.80.348.2]

Gambar 12 Flow chart penelitian

DATA DAN ANALISIS DATA

Kondisi Geologi

Kondisi geologi regional di Jatigede terdiri dari Pliosen Breccia, Claystone dari Upper Halang Formation, Breccia dari Lower Halang Formation dan

Claystone dari Cinambo Formation. Semua formasi batuan tertutup oleh lapisan pasir, dan tanah lempung. Lokasi terowongan power waterway terletak di sandaran kanan, dan panjang terowongan sekitar 500 m, pada umumnya batuan dasar terdiri dari claystone, volcanic breccia dan setempat tuff breccia / lapilly tuff. Tambahan penyelidikan geologi dengan core drilling

dilaksanakan pada Mei – Juni 2012, pada 2 drilling point di collar concrete gate shaft.

Desain Perkuatan/Penyangga

Dalam mendesain penyangga shaft dibedakan dalam dua bagian lapisan batuan yaitu volcanic breccia

dan claystone. Perencanaan sistem penyangga diperlukan pada mengurangi deformasi konstruksi terowongan. Sistem penyangga direncanakan berdasar

Q system (Grimstad & Barton 1993). Analisis sistem penyangga adalah sebagai berikut ini.

A) Kondisi Batuan volcanic breccia

Sumber : laporan geologi gate shaft & terowongan power waterway

Excavation Support Ratio = 2.5 (shaf ) Kedalaman Shaft = 45 m Kedalaman Shaft / ESR = 18

B) Kondisi batuan claystone

Sumber : laporan geologi gate shaft & terowongan power waterway

Excavation Support Ratio = 2.5 (shaft)

Kedalaman = 45 m

Lebar terowongan / ESR = 18

[image:6.595.316.541.85.204.2]

Data data diatas diplot grafik pada gambar 13 sebagai berikut ini :

(7)

Dari grafik pada Gambar 4.5 , diperoleh sistem penyangga kategori 4 untuk kondisi batuan volcanic breccia ( tanpa perkuatan ) dan kategori 8 untuk kondisi batuan claystone , maka direncanakan sebagai berikut :

a) Kategori 8 = RRS + B ( reinforced rib of shotcrete and bolting, dengan ketebalan

shotcrete = 20 cm )

b) Kategori 4 = systematic bolting (and unreinforced shotcrete 4 – 10 cm)

c) Panjang rockbolt 9 meter dengan ESR = 1

Metode Konstruksi

Pekerjaan penggalian gate shaft power water way bendungan Jatigede ini secara khusus mengggunakan metode drilling dan blasting dalam pelaksanaannya di lapangan. Metode drilling dan

blasting atau pengeboran dan peledakan adalah pelaksanaan penggalian menggunakan bantuan bahan peledak setelah sebelumnya dibor dengan diameter rencana pada bagian shaft face untuk penempatan bahan peledak, sehingga proses penggalian menjadi lebih cepat.

Berdasarkan data, kedalaman satu kali fase penggalian adalah 1,5 meter yang kemudian pada fase ini juga dipasang perkuatan sementara yaitu : concrete collar, shotcrete, rockbolt dan lattice arch. Dalam kondisi dilapangan ternyata dari desain awal dari perencanaan perkuatan/penyangga sementara mengalami perubahan yaitu : panjang rockbolt 6 meter dengan jarak vertikal rockbolt rata – rata 2 meter dan jarak horizontal rata – rata 1 meter. Kemudian untuk

shotcrete dipasang dengan ketebalan 20 centimeter. Kemudian ditambah pula perkuatan concrete collar

[image:7.595.311.541.80.314.2]

pada bagian atas gate shaft dengan beton setebal 1,5 meter. Setelah satu fase selesai maka selanjutnya akan dilakukan fase yang sama sampai selesai penggalian, bagan alir proses penggalian dapat dilihat pada gambar 14dibawah ini.

Gambar 14Bagan alir drilling dan blasting untuk penggalian

Pemodelan dengan

Plaxis 8.2

2 dimensi

Dalam plaxis gate shaft disimulasikan sebagai berikut.

[image:7.595.337.517.375.661.2]

Gambar 15pemodelan gate shaft dengan plaxis Kemudian digunakan parameter – paramerter yang disesuaikan dengan kondisi tempat penelitian, adapun parameternya sebagai berikut.

Tabel 4 Parameter shotcrete

Tabel 5 Parameter rockbolt

[image:7.595.56.282.560.694.2]
(8)
[image:8.595.329.540.119.236.2]

Tabel 7 Parameter lapisan batuan

Pembahasan

Berdasarkan dari hasil data simulasi gate shaft

tanpa perkuatan dan dengan perkuatan dapat disimpulkan pergerakan tanah baik itu dari arah vertikal ataupun horizontal dapat dikurangi dengan adanya perkuatan, ini ditunjukan dari gambar grafik dibawah ini.

1.

Total displesment ( Utot )

1 5 9 13 17 21 25 29

0 1000 2000 3000

Grafik Total Displesment (Utot)

Dengan Perkuatan Tanpa Perkuatan

Fase Penggalian

U

to

t

(

*1

0

-3

m

)

Gambar 16 Grafik total displesment sebelah kiri penggalian

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31

0 500 1000 1500

Grafik Total Displesment (Utot)

Dengan Perkuatan Tanpa Perkuatan

Fase Penggalian

U

to

t

(

*1

0

-3

m

[image:8.595.58.280.142.479.2]

)

Gambar 17 Grafik total displesment sebelah kanan penggalian

2.

Horizontal displesment ( Ux )

-500 0 500 1000 1500

Grafik Horizontal Displesment (Ux)

Dengan Perkuatan Tanpa Perkuatan

Fase Penggalian

U

x

(

*

1

0

-3

m

)

(9)

-1500 -1000 -500 0

Grafik Horizontal Displesment (Ux)

Dengan Perkuatan Tanpa Perkuatan

Fase Penggalian U x ( * 1 0 -3 m )

Gambar 19 Grafik horizontal displesment sebelah kanan penggalian

3.

Vertical displesment ( Uy )

1 5 9 13 17 21 25 29

-3000 -2000 -1000 0 1000

Grafik Vertical Displesment (Uy)

Dengan Perkuatan Tanpa Perkuatan

[image:9.595.299.553.491.763.2]

Fase Penggalian U y ( * 1 0 -3 m )

Gambar 20 Grafik vertikal displesment sebelah kiri penggalian

1 5 9 13 17 21 25 29

-1500 -1000-500 0 500 1000

Grafik Vertical Displesment (Uy)

Dengan Perkuatan Tanpa Perkuatan

Fase Penggalian U y ( * 1 0 -3 m )

Gambar 21Grafik vertikal displesment sebelah kanan penggalian

Dengan melihat hasil simulasi yang telah dilakukan menunjukan bahwa deformasi vertikal (vertical displesment) lebih dominan terjadi. Hal ini dikarenakan jenis batuan bagian atas (volcanic breccia) memiliki masa yang lebih besar dibandingkan jenis

batuan pada bagian bawah (claystone), selain itu juga ditambah dengan adanya beban terpusat yang berada pada bagian atas konstruksi gate shaft.

Kemudian dari simulasi perkuatan/penyangga sementara (concrete collar, shotcrete dan rockbolt) memberikan pengaruh pengurangan/mereduksi adanya deformasi atau pergerakan dari keadaan gate shaft

sebelumnya yang tanpa penyangga.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

1. Dalam menganilisis stabilitas gate shaft

menggunakan perangkat lunak Plaxis 8.2,

2. Penggalian gate shaft disimulasikan dengan 30 kali fase penggalian dengan kedalaman tiap fase penggalian 1,5 meter,

3. Stabilitas gate shaft disimulasikan dengan dua tahap. Pertama tanpa perkuatan/penyangga dan tahap kedua dengan perkuatan/penyangga. Perkutan yang diberikan yaitu : concrete collar tebal 1,5 meter, shotcrete tebal 0,2 meter dan rockbolt panjang 6 meter , jarak horizontal 1 meter, jarak vertikal 2 meter 4. Fase penggalian gate shaft ke-30 tanpa

perkuatan ( tinjauan dari kiri dan kanan penggalian gate shaft ) diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 8 Hasil simulasi fase penggalian gate shaft ke-30 tanpa perkuatan

K ir i K a n a n Total displesmen t (Utot )

1 , 5 6 m 0 , 9 4 7 m Horizontal displesmen t (Ux) 0 , 7 5 m 0 , 7 0 1 m Vertikal displesmen t (Uy)

(10)

m Tegangan Total -7 7 1 , 9 9 k N / m 2 -8 4 8 , 6 9 k N / m 2

[image:10.595.84.539.66.781.2]

5. Fase penggalian gate shaft ke-30 dengan penambahan perkuatan/penyangga ( tinjauan dari kiri dan kanan penggalian gate shaft ) diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 9 Hasil simulasi fase penggalian gate shaft

ke-30 dengan perkuatan K i r i K a n a n Total displesmen t (Utot) 0 , 6 0 8 m 0, 4 1 3 m Horizontal displesmen t ( Ux )

0 , 2 4 7 m 0, 2 6 4 m Vertikal displesmen t ( Uy )

-0 , 6 0 8 m -0, 4 1 3 m Tegan gan Total -7 4 8 , 3 8 k N / m -7 7 6, 6 2 k N / m 2 2

6. Usaha penambahan perkuatan berupa

concrete collar, shotcrete dan rockbolt dapat mengurangi pergerakan tanah baik dari arah vertikal dan horizontal.

7. Pengaruh total displesment pada simulasi dengan perkuatan yang masih besar 0,608 meter,sehingga membutuhkan perkuatan/ penyangga tambahan.

Saran

Dengan hasil kesimpulan yang telah dipaparkan diatas maka kami, memberikan saran sebagai berikut :

1. Karena dalam pemodelan dengan Plaxis 8.2

masih terdapat kekurangan, diantaranya

Plaxis tidak dapat memodelkan penyangga jenis steel rib tipe lattice arch disarankan mamasang perkuatan tersebut untuk mengurangi pergerakan/displesment batuan.

Gambar 20 Lattice arch

2. Melakukan pemetaan (maping) oleh orang ahli geologi setelah dilakukan fase penggalian, hal ini bertujuan untuk mendefinisikan kondisi batuan sebenarnya yang ada dilapangan yang selanjutnya ditentukan model perkuatan/penyangga pada

gate shaft .

Gambar 21 Pemetaan kondisi geologi setelah penggalian

[image:10.595.46.304.352.768.2]
(11)
[image:11.595.106.232.129.230.2]

sehingga disarankan membuat lubang – lubang drainase pada dinding gate shaft untuk mengurangi tekanan air.

Gambar 22 Lubang drainase

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih, kami sampaikan kepada Sony Pramusani, ST, M.Eng dan Ir. Bemby Sunaryo, Msc. atas bimbingan, pengertian dan kepercayaan yang diberikan kepada kami dari awal hingga akhir penelitian ini. Kemudian kepada Pimpinan dan staf pada pembangunan Waduk Jatigede Sumedang Jawa Barat.

DAFTAR PUSTAKA

Apriyono, A. (2009). Analisis stabilitas terowongan tinjauan terhadap variasi beban gempa menggunakan metode elemen hingga.

Yogyakarta: UGM.

Brady, B. H., & Brown, E. T. (2004). Rock Mechanics.

New York: Springer.

Brinkgreve, R. B. (2007). Manual Plaxis (Indonesia).

Belanda: Plaxis b.v.

Handoko, L. (2008). Analisis numeris bendung sungai dibawah batuan karst dalam tinjauan geoteknik. Yogyakarta: UGM.

Hoek, E. (2006). Practical Rock Engineering. Canada. Kolymbas, D. (2005). Tunneling and Tunnel

Mechanics. Germany: Springer.

Pariseau, W. G. (2007). Desaign Analys in Rock Mechanics. London: Taylor & Francis. Singh, B., & Goel, R. K. (2006). Tunneling in weak

Gambar

Tabel 1 Rock mass rating ( Bieniawaski, 1989)
Gambar 4 Gate shaft power waterway waduk Jatigede
Gambar 7 Wedge rockbolt (diputar)
Gambar 10 Jenis steel rib
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari ketentuan tersebut diperoleh t tabel sebesar 4,132 (untuk uji dua arah) Dalam perhitungan SPSS yang tertera pada tabel Coefficients di atas dimana tabel t adalah untuk menunjukan

Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: Ada dua faktor yang membentuk profesionalisme guru yaitu faktor internal dan eksternal Faktor internal

Jenis penelitian ini adalah membandingkan harga upah dan bahan dari dua hasil RAB yang diperoleh dari lapangan dan membuat proporsi antara upah dan bahan dari setiap item

Dari hasil penelitian diperoleh jenis rokok yang dihisap oleh pasien TB Paru perokok paling banyak adalah rokok filter yaitu sebanyak 16 orang (80%) sedangkan

Nilai erodibilitas tanah diperoleh dari peta jenis tanah dan dicocokkan dengan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan seperti disajikan pada Tabel 1.. Selanjutnya

Dilihat dari karakteristik jenis jamur dari marga Coprinus yang diperoleh di hutan dan sekitar desa Tanjung Kemuning jelas berbeda sekali dengan karakteristik jamur