t
tU.-w
r
MENCARI IGUM DEMOKR T SEJATI DI TENGAH T{ATINYA RETORIKA DALAM
PROSES DEMOKMSI DI INDONESIA Aswan Haryadi
SMTNYA PUNYA PRESIDEN TERUJI HARAPAN MKYAT Anton Minardi
,IAEA,IASUXIASEAN 2015: INDONESIA BUTUH KESIAPAN YANG SANGAT EKSTRA lwan Gunawan
INDONESIA MENATAP ASEAN COM,'AUNITY 201 5 Ade Priangani
LEARNING THE NON.TNTERFERENCE OF ASEAN COUNTRIES COOPERATION THROUGH THE HUMAN RIGHTAND DE'I,IOCMCY MECHANISM Gilang Ramandha Putra
IIABAS KRIsIs EKONOMI GLOBAL TERHADAP EMPAT PEMERINTAHAN DI EROPA Kunkurat
KUBA: NEGERI KOMUNIS YANG MASIH TETAP BERTAHAN DI TENGAH DESAKAN GLOBALISASI lwan Buntaran lrawan
BARACK OBAMA DAN AGENDA PEMNG MELAWAN TERORISME Bulbul Abdurahman
PERKEIABANGAN DEA,IOKRASI Dl I,iALAYSIA Alif Oktavian
KONFLIK PERBATASAN ANTARA THAILAND DAN IG,IABOJA M. Budiana
POLITIK PENDIDI]GN PASCA REFORMASI
Arifin
REFORilASI APAMTUS PEMERI NTAHAN LOIGL MEN UJU GOOD GOVE.RNANCE
DALAM PERSPEKTIF STRATEGI,BUIDAYA Achdiat
RATIFIKASI CffES ,(Convention of lnternational Trade in Endagered Species of Wild Flora and Fauna) DALAM UPAYA MENEKAN PERDAGANGAN
ILEGAL SATWA LANGIG DI INDONESIA Agus Herlambang
MENUJU
GOOD
GOVERNANCE
DALAM
PERSPEKTI
F
STRATEG
I
BUDAYA
Achdiat
(Program studi itmu administrasi Negara, Jt. Lengkong Besar 68 Bandung)
Abstrak
Reformosi oporotus pemerintohon lokol merupakan
koto
kunci penting, dalam proses penyehoton dori gombaron kondisi potologi birokrosi yong cenderung "porkinson, tombLtn,orogon". Strotegi budoyo merupakan reorientosi , revitolisosi, dan transf ormasi niloi-niloi
budoyo tokol dan nosionol, serto niloi-niloi agamo ke dalom tubuh birokrosi, sebogoi strotegi reformosi oporatus pemerintohon lokol menuiu "Good Governonce don Good Government
Kata kunci : Reformasi, Good Governance, dan Strategi Budaya.
A. Pendahu luan
Aparatur
Pemerintahan
Daerah,merupakan
satah
satu
faktor
yang determinan untuk menentukan suatu daerahmampu
atau tidak
mamPu
datammenyetenggarakan urusan rumah tangganya
sendiri
dengan
baik.
Oteh karena itu,
berhasiI atau tidaknya pelaksanaan Otonomi
Daerah, sangat
tergantung pada
potensi manusia sebagai sumberdaya
petaksanapemerintahan
Iokat,
dalammenyetenggarakan
kewajiban
dankewenangannya, serta dalam memberikan petayanan primanya pada masyarakat yang
dekat, cepat,
tepat,
cermat, serta murah, dan ramah.Penataan utang (reformasi) aparatus pemerintahan lokaI merupakan kata kunci
penting,
datam
prosespenyehatan
darigambaran kondisi
patotogi birokrasi
yangcenderung
"parkinson, tambun,
arogan", sehinggake
depandapat
memberi perankontributif,
untuk
mampu mendongkrakpotensi
manusia sebagai sumber
dayapelaksana
dalam
menerima
danmetaksanakan
desentratisasi,
sesuaikondisi, potensi dan
kebutuhan
daerahsecara amanah datam
konteks
penyetenggaraan otonomi daerah.
Penataan utang
AParatusPemerintahan LokaI sebagai
focus
of
interest
datam kajianini,
pertu dirancangdan
ditaksanakan, dengan harapan agartercipta
proses
transformasi
aparatuspemerintah dan
birokrasi daerah
yang kondusif , dengan menampitkan kinerja yanglebih mengarah pada model
"Merit
System"(kecakapan
dan prestasi),
bukan
pada"Potronoge System"
:
'Spoil
System dan Nepotism'
(hubungan pribadi dan kerabat). Penutis datamkajian
ini,
mencobauntuk menyoroti
masatah yang berkaitandengan
kinerja
pegawai negerisipit
(PNS)Reformasi Aparatus Achdiat
Menurut pernyataan Sekretaris Daerah Kota
Bandung, Edi Siswadi mengaku kecewa atas
kinerja yang ditunjukkan para pegawainya,
setama
ini tingkat
kehadiran
PNSPemerintah
Kota
Bandungmasih
sangat rendah,di
bawah 50 %.Berdasarkan absensi
sidik
jari
padamesin hondkey
bulan
Aprit
tingkat
kehadiran PNS Pemerintah
Kota
Bandung hanya 47 ,95 %. Tingkat kehadiran terendahterjadi
di katangan PNS Badan PengawasanDaerah (Bawasda)
yang
hanya
17,17 %.Sedangkan
tingkat
kehadiran tertinggi
pada
BagianEkonomi
sebesar67,62
%,diikuti Kantor Penetitian dan Pengembangan
(Litbang) 65,48 %.
Selanjutnya, PNS yang pating sering datang tertambat ada
di
Bagian Keuangan,tercatat
985kati
ketertambatandari
102PNS. Meski,
telah tercatat
pating
seringtertambat, bahkan PNS di Bagian Keuangan
ini
justru tercatat
puta sebagai pegawai yang pating sering putangcepat,
sebetum jam kerja berakhir, dengan catatan 621 kati. Kekecewaanini
cukup beratasan danmendasar, apatagi
tingkat
kehadiran
terendah ditunjukkan
oteh
BadanPeaga++,asaa Daera.la, ya+eg se,haft/s/?ya, tugasnya
itu
bukan saja hanya mengawasikinerja dan pelaksanaan program para PNS,
tetapi juga harus memberikan keteladanan
dan contoh yang
baik
kepada
para
PNSIainnya
di
Iingkungan Pemerintah
KotaBandung.
Metihat
kenyataan
seperti
ini,
bagaimana
aparatus pemerintah
danbirokrasi
pemerintahan daerah
KotaBandung
dapat
memberikan
petayanan pubtik secara prima, terhadap kepentingan masyarakat,jika
kehadirannya saja sudahrendah, apatagi tanggungjawab terhadap
tugas yang diembannya mengindikasikan kurang bisa diharapkan dan meragukan.
Oleh karena
itu,
untuk memperbaiki kondisi tersebutdi
atas, Edi Siswadi telah meminta kepada Asistenlll
Kota Bandung,untuk metakukan evatuasi terhadap absensi
para
PNSPemerintah
Kota
Bandung.Hasitnya,
nanti
akan
diumumkan satuankerja
perangkat daerah
(SKPD) yangkinerjanya rendah.
Selainitu
juga,
akandiumumkan PNS yang pating matas.
Sehingga,
ke depan
akandiberlakukan model reword ond punishment
kepada
jajaran
PNS
ditingkungan
Pemerintah Daerah Kota Bandung. Bagi para PNS
yang
tetah
menunjukkan kinerjanyadengan
baik
akandiberikan
reword,
dansanksi
(punishment) bagi
para
PNS yangtidak
dapat
memberikan
tampitan
kinerjanya
denganbaik (prima).
(Tajuk Gatamedia 2008).Di
samping,
model
reword
ondpunishment seperti tersebut di atas, penulis menganggap bahwa dipertukan juga upaya
metatui
perancangan
dan
pelaksanaan penataanulang (reformasi)
aparatus danbirokrasi
pemerintahan
di
tingkunganpemerintahan daerah (Kabupaten
/
Kota)seperti
hatnyajuga
di
Pemerintah
KotaBandung,
agar
mampu
menunjukkan
kinerjanya dan memberikan petayanan yang
terbaik
bagi masyarakat.Keniscayaannya,
dari
pemikiran
tersebut, adalah dapat melahirkan tatananaparatus pemerintah daerah datam posisi
yang sesuai dengan kompetensi
dan kapasitasnya, atau istitah [ainnya "The right mon onthe
right place,
the
right
mon in fh^ r;nhr ;nl-r, A-l^^ ----t,^-^,,,,,:,,at,-^ ttrY I {5trI JUU , U6\61t1 1611gr\6 11IgYY\lrtl\lY\d1t
tampitan
birokrasi
pemerintahan
daerah yang representatif dan akuntabet.B. Konstruksi
teoritik
Tulisan
ini,
bertandaskan
padakonsepsi budaya organisasi
yang
tetahdihasitkan oleh para ahti untuk mencermati permasatahan seperti yang tetah diuraikan
di
atas. Oteh karenaitu,
dalam menyusunkonstruksi
berpikir
penulismerujuk
padapemikiran
Gibson
(1996 )dengan
pernyataanya bahwa
datam
memahami budaya organisasi segata sesuatunya samadengan kuttur masyarakat, oteh karena
itu,
kuttur suatu Negara berbeda dengan kuttur
Negara [ainnya. Selanjutnya dinyatakan pula
bahwa unsur-unsur
kuttur
organisasi
mengandung
bauran
nilai-nitai,
kepercayaan, asumsi,
persepsi,
norma, kekhasan dan pota peritaku.lbrahim
(2008) merumuskan budaya organisasi sebagai sebuah pota dariasumsi-asumsi
dasar yang
diajarkan
kepadaanggotanya termasuk anggota baru sebagai
dasar cara berpersepsi yang benar, berpikir,
dan
bertindak
datam keseharian mereka. Beberapaciri
utama dari budaya organisasidapat diamati pada
aturan-aturan
berperitaku, norma-norma, nitai-nitai
dominan, filosofi , aturan-aturan, dan iktim organisasi. Meskipun setiap anggota datam
organisasi
akan berbagi datam
budayaorganisasi,
tetapi tidak
semuanya denganderajat
yang sama.Pandangan
mengenai
nitai-nitai
dominan datam konsep budaya organisasimenurut
lbrahim
(2008):
SejumtahniIai-nitai
utama yang dianggap
organisasipenting
dan
mengharapkan
warga
organisasi berbagi
didatamnya
(mengamalkan
secara
bersama-sama).Contoh yang pating umum iatah produk yang
berkuatitas,
rendahnyatingkat
mangkirkerja,
dan
efisiensi
yang
tinggi
(datam organisasi pubtik misalnya,nilai
utamanya adatah efektivitas berupa petayanan pubtik yang prima).Dengan
demikian,
membangunbudaya organisai pemerintah
daerahmenjadi faktor yang determinatif , terhadap
upaya untuk mendongkrak
kinerja
pegawaikearah
efektivitas
petayanan pubtik yangprima,
sebagai bagian
dari
nitai-nitai
organisasiyang dianggap
penting.
Otehkarena
itu,
untuk
membangun
budaYaorganisasi
menuju
ke
arah
Pritaku
organisasi
yang kondusif
terhadap
efektivitas
petayananprima,
diperIukanupaya untuk metakukan reformasi aparatus pemerintahan [oka[ (daerah
Rancang bangun reformasi aparatus pemerintahan lokat dapat ditakukan metatui
strategi budaya, sebagai salah satu elemen
dari kajian budaya organisasi. Osborne dan Plostrik (1996) mengatakan bahwa strategi
budaya,
yaitu
adanyaupaya
reorientasiperilaku serta
budaya
aparatus
danbirokrasi yang
tebih terbuka,
dan mampumerevitalisasi
dan mengadopsinitai-nitai
budaya
(baik
nitai
budaya[ama
maupunbaru),
yang
tebih
menyentuh
nitai-nilai
keaditan dan
hati
nurani.Strategi
budaYa
sebagaimana
diungkapkan
datam pengertian
di
atas,sesungguhnya
datam konteks
kelndonesiaan, maupun datam konteks lokat,
tak
terkecuatipun
pada Pemerintah Kota Bandung sangatlahtepat,
di
mana harusdipahami
bahwanitai
budaya(baik
nitaibudaya Iama maupun
baru),
dipadukandengan nitai agama dapat membentuk mora[ dan peritaku aparatus pemerintah termasuk
juga birokrasi pemerintahan.
Konsepsi
di atas,
mengandungarti
bahwa upaya untuk melakukan reorientasi
peritaku
metatui transformasi nilai-nitai
budaya
dan nitai-nitai
agamake
datamperitaku aparat dan birokrasi harus secara
nyata, bukan sekedar
"retoriko
ortifisiol",
ataupun verbolisme yang
bersifat
Iipsservis, dan
juga
tidak
hanya
menjadi
zargon-zargon yang
bernuansa
potitis
semata.
Reorientasi, revitatisasi,
dantransformasi
nitai-nitai
budaya baik [okatdan
nasionat,serta nitai-nitai
agama kedatam
tubuh aparatus pemerintah
danbirokrasi,
sehingga mampu beradaptasidengan kondisi perkembangan lingkungan,
merupakan
strategi
reformasi
(penataan utang) aparatus pemerintahan lokal datam rangka menuju "Good Governonce dan GoodGovernment
" yang
didambakan
ma sya ra ka t.
Petunjuk-petunjuk bagi
perubahan datam konteks budaya organisasi, sebagaistrategi
budayadatam
rangka reformasiaparatus pemerintahan
Iokat,
lbrahim
(2008)
menyatakan:
dengan
segatakendatanya
dan
resistensi
terhadap
perubahan-perubahan budaya organisasidapat diketota dan berubah dari waktu ke
waktu.
Beberapa pedomandan
petunjuk sederhanayang
dapat
membantu upaya mengubah budaya organisasi sesuai denganperkembangan yang dihadapi, antara lain :
l.Penitaian terhadap budaya organisasi yang
ada
sekarang (apakah
kondisinYa
memang
sudah
"ketinggalan
zaman"sesuai gradasinya);
2.Tentukan
tujuan/sasaran
yang reatistisyang akan berpengaruh pada
[apisan bawah organisasi;3.Rekrut orang [uar
yang
berpengataman, sehinggadapat
berinteraksi secara baik dengan anggota organisasi;4.Buattah perubahan berawal dari atas (top
down),
dengan demikian
"Pesanperubahan" secara konsisten
akanditeruskan
dari
seluruh
anggota tim
Reformasi Aparatus Achdiat
5.Semua
karyawan
berpartisipasi
datamproses perubahan
budayaorganisasi,tertebih lagi
ketika
membuatperubahan-perubahan yang menyangkut aturan dan
p roses - proses;
6.Singkirkan semua penghatang
yangmenyebabkan
anggota masih terjebak
dengan budaya organisasi sebetumnya; 7.Jika menemukan masatah dan menemukan
orang-orang yang enggan
berubah,
tangani mereka
ini
dengan segera, agartidak
menutar kepada yang tain;8.
Bergerak
cepat dan
secara desisif
ciptakan
momentum
dan
wasPadaidengan baik resistensi terhadap budaya organisasi baru;
g.Lanjutkan
terus
dengan
konsisten,
sampai budaya organisasi baru sotid.
C. Pembahasan
1.
Kebijakan Penataan
Pemerintahan
Daerah
Semangat Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
adatah "demokrasi, keaditan,
danpemerataan", sebagaimana
tersirat
datam penjetasannya : "penyetenggaraan otonomidaerah
ditaksanakan
denganmemperhatikan aspek demokratisasi,
keaditan, dan pemerataan serta potensi dan
keanekaragaman
daerah".
Kendati ketigakata
itu
memitiki
perbedaan makna danpenafsiran, akan tetapi semuanya bermuara pada satu kata yaitu demokratisasi. Dengan
demikian, proses otonomi
daerahsesungguhnya
bermuara pada
prosestransformasi menuju
satu
pemerintahanyang demokratis.
Pemerintahan
demokratis
menurut Kahya (2002)adatah pemerintahan
yangmemandang rakyat dengan kesetaraan yang
sama.
Dengandemikian,
pemerintahanyang demokratis adalah pemerintahan dari
rakyat
otehrakyat
danuntuk
rakyat.
HaIini
mengandung
makna bahwa
setiaP kebijakan yang akandiambit,
harus setatu dirumuskan metatui serangkaian diskusi danmusyawarah
yang metibatkan
seturuh masyarakat, metatui sistem yang bertakudan
disetujui oteh rakyat,
metatui
perwakitan.
Kebijakan penataan utang
/
reformasi aparatus pemerintahan lokat, datam rangkapetaksanaan
otonomi
daerah yang
tebihaspiratif,
responsif dan
proaktif
pertudilakukan terhadap semua
komponen pemerintahandi
daerah,seperti
apa kataOsborne
dan Gaebler
(1995)
:Mentransformasi semangat wirausaha ke
datam
sektor pubtik
telah
memberikan resepbagi
langkah penyiapan komponenbirokrasi.
Penekanannya,
melatui
seputuhprinsip
fundamentaI
birokrasi
dimasadepan,
dan
prinsip-prinsip
ini
dianggap sebagai paradigmabaru.
Sehingga banyakdikutip
dandijadikan rujukan
bagi kajianbirokrasi
hampir disemua negara, adapunprinsip-prinsip
fundamentaI
birokrasi
dimasa depan
itu,
setanjutnya diuraikan otehMustopadidjaja (2000), diantaranya :
o."Cotholic
Government:
Steeringrother
thon
rowing".
Aparatus dan
birokrasiberperan sebagai katatisator, yang tidak
setatu harus melaksanakan sendiri
pembangunan,
tetaPi
cukuP
dengan mengendatikan sumber-sumber yang adadi
masyarakat.
Dengan demikian,
aparatus dan
birokrasi mesti
lebih
mampu untuk
mengoPtimatkan
penggunaan
dana dan sumber
daYaIainnya,
sesuai
dengan
kepentingan
masya raka t.
b."Community-Owned Government
i Empower Communities to solvetheir
ownproblems,
rother
thon
merely
deliver
services". Aparatur dan
birokrasi
harusmemberdayakan masyarakat
datam memberikan petayanannya.Organisasi-organisasi kemasyarakatan seperti
koperasi,
LSM (NGO),
dan
organisasikemasyarakatan
lainnya pertu
diajak
untuk
memecahkan masatah Yang ada,seperti
masatah
keamanan
danketertiban,
kebersihan,
Iingkungan,kebutuhan sekotah, pemukimnan murah, dan masatah [ainnya.
c."Competitive Government : Promote ond
encouroge
competition,
rother
than monopolies". Aparatur pemerintah danbirokrasi
harus
dapat
menciptakan
persaingan datam
setiap
petayanan.Dengan adanya persingan maka sektor usaha /swasta dan birokrasi pemerintah
bersaing,
sehingga dampaknya dapatyang tebih professional dan efisien datam
metayani pelanggan / masyarakat.
d."Mission Driven Government" : Be driven
by mission,
rother
thonrules".
Aparatur dan birokrasi harus metakukan aktivitasyang menekankan kepada pencapaian apa
yang merupakan
"misinya"
daipadamenekankan pada peraturan- peraturan.
Setiap organisasi
diberi
ketonggaranuntuk
menghasitkan
sesuatu
sesuai dengan misinya.e.
"Result-Oriented Government:
Result oriented by funding outcomes rother thaninputs".
Aparatur
dan
birokrasi
hendaknya
berorientasi
kepadakinerjanya yang baik. Dengan demikian, instansi yang kinerjanya baik semestinya
diberi
kesempatan yang
Iebih
besar,dibandingkan dengan
instansi
yangberkinerja rendah.
f ."Customer-Driver Government :
l[eet
theneeds
of
the
customerrather
than
thebureaucrocy". Aparatur dan
birokrasiharus
mengutamakan
pemenuhankebutuhan masyarakat, bukan kebutuhan
dirinya sendiri.
g."Enterprising Government : Concentrote
on eorning money
rother
thon
just
spending
it".
Aparatur
dan birokrasi
harus memitiki aparat yang mengetahui
cara yang tepat datam menghasilkan uang untuk organisasinya,
di
samping pandai menghemat biaya. Dengan demikian parapegawai akan
dapat
menyesuaikan danterbiasa hidup secara hemat.
h."Anticipotory
Government:
lnvest
inpreventing problems
rother
thon curingcrises". Aparatur
dan
birokrasi
yangantisipatif.
Lebih
baik
mencegahdaripada
menanggutangi.
Lebih
baikmencegah terjadinya kebakaran daripada
memadamkan
kebakaran.
Lebih
baikmencegah epidemi daripada mengobati
penyakit. Dengan demikian akan
terjadi
"mentol switch" datam aparat di daerah.
i.
"Decentrotilozed Government:
Decentrolized outhority rother thon build
hierorchy".
Dipertukan
desentratisasi dalam pengelotaan pemerintahan, dariberorientasi
hirarki
menjadipartisipatif
dengan pengembangan kerjasama tim.
Dengan
demikian,
organisasi bawahanakan
Ietuasa
untuk
berkreasi
danmengambiI
inisiatif
yang dipertukan.j."Morket-Oriented
Government
:
Solveproblem
by
influencing
morket
forces rather thon by treoting public progroms".Aparatur dan birokrasi
harusmemperhatikan kekuatan pasar. Pasokan
didasarkan
pada
kebutuhan
atau
permintaan pasar dan bukan sebatiknya. Untuk
itu,
kebijakan harus berdasarkan pada kebutuhan pasar.Mustopadidjaja
(2000), setanjutnya mengatakan bahwa datam rangka menjawab kebutuhan transformasi peritaku aparatusdan
birokrasi
di
daerah,
prinsip-prinsip
fundamentat tersebut di atas masih sangat
relevan.
Adapun
dari
prinsip-prinsip
fundamentaI tersebut, sebenarnya ada tiga konsep utama yang sangat mungkin untuk
diadopsi dan dikembangkan
di
lndonesia,agar
proses
transformasi
aparatur
danbirokrasi daerah,
kinerjanya
semakinmenuju
kepadamerit
system,
birokrasipemerintahan daerah yang r ep rese n tati ve
dan occountoble.
Pertomo, prinsip otonomi,
yaitu
di manasetiap
unit
atau
Iembaga birokrasi termasukjajaran
pejabat danstaf
mereka mempunyai kewenangan yang penuh untukmengembangkan
dirinya
metatui
pengambitan keputusan yang menyangkut
kepentingan witayah
kewenangan
danbidang
tugasnya.
Dengan
otonomi
manajemen
seperti
itu,
diharapkan
Iembagabirokrasi
akan semakin
mudahuntuk
metaksanakan proses pengambilankeputusan
serta Iebih
mudahjuga
untuk metakukan pertanggungjawaban kebijakan.Kedua, prinsip kemampuan mengetota resiko, artinya bagaimana birokrasi di masa
mendatang mampu mengambit
pitihan-pitihan resiko yang
dihadapinya,
berdasarkan katkutasi yang matang, yang
kesemuanya
harus didasarkan
pada kepentingan masyarakat yang ditayaninya.Untuk
itu,
penempatandi
datam jabatandan perekrutan pegawai harus didasarkan
pada kemampuan profesionat, bukan karena
adanya
nepotisme
atau
spoil
sistem,
apalagi hanya didasarkan pada senioritas betaka.Reformasi Aparatus Achdiat
Ketigo, prinsip orientasi
kepadakebutuhan
pemakai
/
petanggan,
agar masyarakat sebagai pemakai/
petangganjasa birokrasi
mendapat
kepuasan ataspetayanan birokrasi.
Sehinggaimptementasi aparatus daerah sebagai abdi
masyarakat benar-benar
terjadi,
bukanjustru
sebatiknya.2. Strategi
Reformasi
Aparatus
Pemerintahan Lokal.Berkaitan dengan pemikiran
teoritik
mengenai
strategi
penataan
aparatus
pemerintahan
lokat,
penutis merujuk padapendapat Osborne dan P{ostrik (1996) yang
mengemukakan
Iima strategi
untuk
pengembangan
konsep
reinventing
government, yang dikenal dengan The Five C's. Ketima strategi tersebut dikembangkan dan diuraikan oteh Mustopadidjaja (2000), sebagaiberikut
:1.Strategi
inti
(core strotegy),
yaitu
strategi
perumusan
kembati
tujuan-tujuan
penyetenggaraanpemerintah,
termasuk
otonomi
daerah,
melatui
penetapan
visi,
misi, tujuan
dansasaran,
arah
kebijakan,
serta
peran-peran
ketembagaan
serta
individu
aparatur penyetenggaraan pemerintahan.
2.Strategi
konsekuensi
(consequency
strotegy), datam hat ini pertu dirumuskan
dan
ditata
kembati pola-pola insentif
ketembagaan maupun
individuat,
baikmelatui
pendekatan
manajemen
kompetitif,
manajemen
bisnis
(korporatisasi dan privatisasi)
ataumana
jemen
kinerj
a
(perf
ormonce
monogement).
3.Strategi
pemakai
jasa
(customer
strategy), aparatur
birokrasi datam halini
pertu
metakukan
reorientasi
darikepentingan
potitik
pemerintahan, sertaorientasi
padakepenti
ngan ketembagaannya, ke arahkepentingan-kepentingan
pemenuhan kebutuhan
berdasarkan
pitihan-pitihan
masyarakat(pemakai
jasa pubtik),
peningkatan
kuatitas layanan, serta kompetisi pasar yang sehat.
4.Strategi pengendatian (control strotegy),
yaitu
adanya perumusan kembati datam upaya pengendatian organisasi mutai daria. Pengendalian strategis yang merupakan
proses perumusan
dan
penetapansasaran organisasi;
b.
pengendatian
manajemen,
yangmerupakan pengendatian
datammenjaga
agar
petaksanaan
tugas(octuoting)
sesuai
denganstrategi
yang tetah ditetapkan;
c.
pengendalian
tugas
sebagaipengendatian
yang
sifatnya
pelaksanaan
(operasionat).
Ketigapengendalian
ini
dapat dikembangkanmetatui
pengembangan
struktur
organisasi
ketembagaan
yangbertumpu
pada
kekuatan
aparatur
seperti
gugus
kendati mutu
(Iofol
Quolity Control).5.
Strategi
budaya
/
kuttur
(culture
strotegy),
sebagai upaya reorientasi
peritaku
serta
budaya
aparatus
dan birokrasi yang tebih terbuka, dan mampu merevitalisasi dan mengadopsi nitai-nitaibudaya (baik
nitai
budaya lama maupunbaru), yang
tebih
menyentuh nitai-nitaikeadilan dan
hati
nurani. Sesungguhnyastrategi
ketima
ini,
untuk
konteks
ketimuran sangatlah
tepat, di
mana kitadapat pahami
bersama
bahwa nitai
agama
tidak
menjadi sesuatu
yangterpisah
datam
sistem
pemerintahanlndonesia.
Namun
barangkati,
kalaudianggap penting dari strategi ini adatah
metakukan
transformasi nitai-nitai
agama datam
peritaku
aparat
dan birokrasi di lndonesia secara tebih nyata.Seiring dengan
strategi
tersebut
diatas,
datamera
New Public lvlanogement (NPM),Tjokrowinoto
(2004) memberikanpenjetasan
bahwa birokrasi yang
baikmempunyai
ciri-ciri
sebagaiberikut
:1. Berorientasi ke konsumen atau pengguna j asa;
2. Desentratisasi manajemen personaI dan
sumber daya;
3. Fteksibel datam manajemen keuangan;
4. Performance terukur, perbandingan biaya dan prestasi dihitung;
5.
Investasi pada pengembangan kuatitas personet dan teknotogi;6. Tanggap terhadap kompetisi pasar.
Dengan perumpamaan
[ain,
birokrasiyang
baik
harustahdiketota
sebagaimana mengetola perusahaan swasta. Mekanismedan prosedur yang
diterapkan
untuk
mengatur
dirinya
maupun
untuk
lingkungannya sesuai dengan mekanisme pasar. New Public monogemenf, mencoba menggabungkan ide-ide manajemen sektor pubtik dengan sektorprivat.
Penggabungantersebut, untuk
memperjetastujuan
danmenjamin, bahwa
birokrasi
tebih
memperhatikan
datam
memberikan
petayanan dengan mengutamakan kepuasan
pengguna jasa.
Menurut Mustopadidjaja (2000), agar
[embaga pemerintahan
di
daerah mampu melaksanakan f ungsi kepemerintahan yangbaik
(good governonce),pertu
diciptakan suatusistem
birokrasi
yang mempunyaiciri-ciri
sebagaiberikut
:1.
Memiliki
struktur
yang
sederhana,dengan sumber
daya manusia
yangmemitiki
kompetensi
metaksanakantugas-tugas
kepemerintahan
(pengembangan
kebijakan
danpelayanan)
secara
arief,
efisien,
danefektif;
2.
Mengembangkan hubungan kemitraan (portnership) antara pemerintah dengansetiap
unsur datam masyarakat
yang bersangkutan(tidak
sekedar kemitraan internaI di antara sesama jajaran instansipemerintah saja);
3. Memahami dan komit akan manfaat dan
arti
pentingnya tanggungjawab bersama dan kerjasama datam suatu keterpaduan serta sinergisme datam mencapai tujuan;4.
Adanya dukungandan sistem
imbatanyang
memadai
untuk
mendorong
terciptanya
motivasi,
kemampuan dankeberanian
menanggungresiko
(risk
toking), berinisiatif, partisipatif,
yangtetah diperhitungkan secara reatistik dan
rasionat;
5. Adanya kepatuhan dan ketaatan terhadap
nilai-nitai etika dan moratitas yang diakui
dan
dijunjung
tinggi
secara
bersama-sama dengan masyarakat yang ditayani;6.Adanya petayanan administrasi pubtik yang
berorientasi
kepadamasyarakat
yangditayani
(client
centered);
inktusif
(mencerminkan layanan yang mencakup
secara
merata
seturuh
masyarakat
bangsa yang bersangkutan, tanpa adanya
pengecualian);
administrasi
petayananpubtik yang mudah
dijangkau
(accessible) masyarakat
dan
bersifat
bersahabat (user
friendly);
berasaskan pemerataan yang berkea dilan (e qui tob le ) datam setiap tindakan dan [ayanan yangdiberikan kepada
masyarakat;
mencerminkanwajah
pemerintah
yangsebenarnya
(tidak
bermuka
dua)
atautidak menerapkan standar ganda (double stondords) datam menentukan kebijakan
dan memberikan Iayanan
terhadap
masyarakat; berfokus pada kepentingan
masyarakat dan bukarrnya kepentingan
internaI
organisasi
pemerintah
(outwardly focused);
bersikap
professionat;
dan
bersikap
tidak
memihak
(non-portison).
(lnstitute
On Governance,1996).D. Kesimpu lan
Jadi,
dipandang
dari
keseturuhankonteks ref ormasi (aparatus dan birokrasi)
administrasi pemerintahan negara
dilndonesia
tak
terkecuati
pemerintahantokat,
semestinya menekankan
padakomitmen terhadap kompetensi kebijakan petayanan pubtik yang
efisien,
transfaran dan akuntabet.Pelayanan,
berarti
semangat
pengabdian pada masyarakat dan kesetiaan
pada kewajiban (tugas),
yangdimanifestasikan
datam
perilaku
"metayani, bukan
untuk
ditayani",
"mendorong,
bukan
menghambat",
"mempermudah, bukan mempersulit",
"sederhana,
bukan
jelimet",
"terbuka
untuk setiap orang,
bukan hanya
untuk segetintir orang, "bagi kepentingan umum, bukan bagi kepentingan yang khusus".Dengan
demikian,
aparatur
pemerintahan daerah(tokat),
seyogyanyaharus merubah
orientasinya
dari
format
"penguasa
dan abdi negara",
menjadi
"petayan pubtik atau abdi masyarakat" yang
berjiwa
jujur,
adi[,
dan demokratis. Maknaadministrasi
pubtik
sebagai
wahanapenyetenggaraan
pemerintahan
negara,yang esensinya
"metayani
pubtik",
harusbenar-benar
dihayati
para penyetenggarapemerintahan
negara,
dari
pusat
sampai kedaerah -daerah.Reformasi Aparatus
Daftar Pustaka
Achdiat
Gibson, James
L.
et.oll.
1996. Organisasi:
Peritaku
- Struktur
Proses.Terjemahan NunukArdiani. Jakarta :
Bina Aksara.
lbrahim.
H.
Amin. 2008.
Peritaku
Organisasi. Bandung
:
Pascasarjana Universitas Padjadjaran.Kahya, Eyo.
2002.
PasangSurut
Otonomidan
Dinamika Sistem Pemerintahan Daerah. Bandung:
Unpas-Press.Mustopadidjaja,
AR.
1999. Administrasi Negara, Demokrasidan
MasyarakatMadani. LAN Rl.
2000.
MembentukPemerintahan LokaI yang Baik dalam
Menyongsong
Otonomi
Daerah. Maka [ah.Osborne,
David and
TedGaebter.
1995.Reinventing Government
:
How the Entrepreneurial Spirit is Tronsf ormingthe Public
Sector.
Addison-WesleyPublishing Co.lnc.
lvlessochusette, USA,Osborne, David and Peter
Ptastrik.
1996.Bonishing Bureaucrocy
:
The
Five Strotegis of Reinventi ng Government.Addison-Wesley
Publishing
Co. I nc.Messochusette, USA.
Tjokrowinoto, Moetjarto,
dkk.
7004.
Birokrasi
datam Potemik.
Editor:
Saifut
Arif.
Yogyakarta
:
PustakaPetajar
Bekerjasama dengan PusatStudi
Kewitayahan Universitas
Muhammadiyah Matang.
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Tajuk Gatamedia. 2008. Apa Kabar PNS KotaBandung ?.