• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PROFIL KABUPATEN BOYOLALI 4.1. GEOGRAFI DAN ADMINISTRATIF WILAYAH Kabupaten Boyolali terletak pada posisi geografis antara 110 22’-110 50’ Bujur Timur dan antara 7 7’ - 7 36’ Lintang Selatan. Posisi geografis wilayah Kabupaten Boyolali merupakan ke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV PROFIL KABUPATEN BOYOLALI 4.1. GEOGRAFI DAN ADMINISTRATIF WILAYAH Kabupaten Boyolali terletak pada posisi geografis antara 110 22’-110 50’ Bujur Timur dan antara 7 7’ - 7 36’ Lintang Selatan. Posisi geografis wilayah Kabupaten Boyolali merupakan ke"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PROFIL KABUPATEN BOYOLALI

4.1. GEOGRAFI DAN ADMINISTRATIF WILAYAH

Kabupaten Boyolali terletak pada posisi geografis antara 110022’-110050’ Bujur Timur dan antara 707’ - 7036’ Lintang Selatan. Posisi geografis wilayah Kabupaten Boyolali merupakan kekuatan yang dapat dijadikan sebagai modal pembangunan daerah karena berada pada segitiga wilayah Yogyakarta-Solo-Semarang (Joglosemar) yang merupakan tiga kota utama di wilayah Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan dikembangkannya wisata Solo-Selo (Kabupaten Boyolali)-Borobudur (Kabupaten Magelang) atau SSB, diharapkan lebih meningkatkan pengembangan pariwisata di Kabupaten Boyolali. Disamping itu, seiring dengan mulai perencanaan pembangunan jalan tol Solo-Semarang dan jalan tol Solo-Ngawi yang melintasi wilayah Kabupaten Boyolali, maka diharapkan potensi pengembangan Kabupaten Boyolali, terutama dalam sektor perekonomian dan industri dapat berjalan optimal.

Kabupaten Boyolali dengan bentang Barat-Timur sejauh 48 km dan bentang Utara-Selatan sejauh 54 km, mempunyai luas wilayah kurang lebih 101.510,20 hektar, dengan batas-batas wilayah, sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang;

 Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar, Sragen, dan Sukoharjo;

 Sebelah Selatan : Kabupaten Klaten dan Provinsi D.I. Yogyakarta;

 Sebelah Barat : Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang.

Kabupaten Boyolali secara administratif terbagi dalam 19 kecamatan terdiri 267 desa dan 6 kelurahan. Selengkapnya pembagian administrasi per kecamatan di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL IV. 1

LUAS WILAYAH KABUPATEN BOYOLALI DIRINCI PER KECAMATAN TAHUN 2013

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Persentase (%) Desa/Kelurahan Dusun RW RT

Sumber : Kabupaten Boyolali Dalam Angka, 2014

(2)

lahan sawah berpengairan teknis seluas 5.074,253 Ha (22,54%), lainnya berpengairan setengah teknis seluas 4.652,75 Ha (20,66%), pengairan sederhana seluas 2.665,34 Ha (1,84%), dan tadah hujan seluas 10.118,81 Ha (44,95%). Berikutnya, untuk lahan kering menurut penggunaannya terdiri dari pekarangan/bangunan seluas 25.271,62 Ha (32,07%), Tegal/Kebun seluas 30.479,77 Ha (20,67%), Padang/ Gembala seluas 983,33 Ha, Tambak/ Kolam seluas 820,45 Ha, Hutan Negara seluas 14.835,50 Ha, dan penggunaan lainnya seluas 6.409,94 Ha. Selengkapnya gambaran kondisi penggunaan lahan di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tebel dan gambar berikut :

TABEL IV. 2

LUAS TANAH SAWAH DAN TANAH KERING DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013 (Ha) No Kecamatan Luas Wilayah Tanah Sawah Penggunaan Lahan Tanah Kering

1 Selo 5.607,80 35,40 5.572,40

14 Karanggede 4.175,61 1.682,34 2.493,27

15 Klego 5.187,73 1.568,10 3.619,63

16 Andong 5.452,78 2.228,72 3.224,06

17 Kemusu 9.908,42 652,43 9.255,99

18 Wonosegoro 9.299,79 1.883,84 7.415,95

19 Juwangi 7.999,35 380,70 7.618,65

Jumlah 101.510,20 22.710,16 78.800,04

Sumber : Kabupaten Boyolali Dalam Angka, 2014

Gambar 4. 1 Kondisi Penggunaan Kabupaten Boyolali Tahun 2013

(3)
(4)

4.2. DEMOGRAFI

Gambaran demografi wilayah Kabupaten Boyolali diperlukan sebagai dasar proyeksi demand infrastruktur Bidang Cipta Karya dan proyeksi kebutuhan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya pada masa yang akan datang. Gambaran mengenai kendisi demografi di Kabupaten Boyolali antara lain berisi mengenai : Jumlah Penduduk Secara Keseluruhan, Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Jumlah Penduduk Miskin, Laju Pertumbuhan Penduduk, dan Persebaran Penduduk.

4.2.1.Jumlah Penduduk Secara Keseluruhan

Jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali Tahun 2013 sebesar 963.839 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata adalah 949 jiwa/km2. Kecamatan dengan kepadatan penduduk yang tertinggi berada di Kecamatan Boyolali (2.311 jiwa/km2), dan yang paling rendah kepadatannya adalah Kecamatan Juwangi (444 jiwa/km2). Selengkapnya kondisi kepadatan masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL IV.3

KEPADATAN PENDUDUK PER KECAMATAN DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013

No Kecamatan Luas (Km2) Jumlah Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

Sumber : Kabupaten Boyolali Dalam Angka, 2014

Berdasarkan data penduduk menurut kelompok umur dapat diperoleh perbandingan jumlah penduduk usia produktif dan usia tidak produktif. Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Boyolali di dominasi oleh penduduk usia produktif, yaitu penduduk usia produktif antara usia 15–59 tahun. Sedangkan penduduk tidak produktif adalah penduduk yang berusia antara usia 0– 14 tahun dan >60 tahun. Kondisi jumlah penduduk Kabupaten Boyolali menurut kelompok umur Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL IV.4

JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN BOYOLALI MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2013

No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0 - 4 32.570 31.754 64.324

(5)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa penduduk usia produktif di Kabupaten Boyolali sebanyak 598.548 orang, sedangkan penduduk usia tidak produktif sebanyak 365.291 orang. Gambaran mengenai kondisi penduduk menurut umur di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4. 2 Grafik Kondisi Penduduk Menurut Umur Kabupaten Boyolali Tahun 2013

Sektor pertanian masih menjadi gantungan hidup utama bagi masyarakat di Kabupaten Boyolali, yaitu sebanyak 244.200 jiwa (29%) telah bekerja pada Sektor Pertanian Tanaman Pangan. Kemudian sebanyak 63.034 jiwa (8%) bekerja pada Sektor Peternakan. Untuk Sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan, dan Sektor Jasa juga merupakan sektor yang banyak diandalkan, yaitu masing-masing 3% masyarakat di Kabupaten Boyolali bekerja pada sektor ini. Selengkapnya kondisi mata pencaharian penduduk di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL IV.5

MATA PENCAHARIAN PENDUDUK KABUPATEN BOYOLALI USIA 10 TAHUN KE ATAS TAHUN 2013

No. Kecamatan

(6)

4.2.2.Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan data Tahun 2013 jumlah penduduk Kabupaten Boyolali berjumlah 963.839 jiwa terdiri dari laki-laki 473.988 jiwa dan perempuan 489.851 jiwa dengan sex ratio jenis kelamin rata-rata 97. Untuk Kabupaten Boyolali sex ratio adalah 97 artinya jumlah penduduk perempuan 3,00 persen lebih banyak dibanding laki-laki. Kondisi jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan sex ratio

Kabupaten Boyolali Tahun 2013 selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL IV.6

JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN SEX RATIO DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio

1 Selo 13.367 13.831 27.198 97

Sumber : Kabupaten Boyolali Dalam Angka, 2014

4.2.3.Jumlah Penduduk Miskin

Pada Tahun 2013 diketahui bahwa jumlah keluarga sejahtera lebih banyak dibandingkan dengan banyaknya Keluarga Pra Sejahtera di Kabupaten Boyolali, yaitu masing-masing sebanyak 180. 553 jiwa (64%) dan 103.251 jiwa (36%). Tingkat keluarga pra sejahtera paling banyak terdapat di Kecamatan Kemusu yaitu sebanyak 9.845 jiwa atau sekitar 9,5% dari seluruh jumlah Keluarga Pra Sejahtera yang ada di Kabupaten Boyolali. Selengkapnya gambaran Jumlah Keluarga Sejahtera dan Pra Sejahtera per Kecamatan di Kabupaten Boyolali Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL IV.7

BANYAKNYA KELUARGA SEJAHTERA MENURUT TINGKATAN DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013 No. Kecamatan Ekonomi dan Non Ekonomi Pra Sejahtera Alasan Sejahtera I Sejahtera II Sejahtera III Sejahtera III+ Jumlah

1 Selo 3.051 1.896 1.408 1.299 650 8.304

(7)

4.2.4.Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Boyolali tahun 2012-2013 adalah sebesar 0,43%. Angka pertumbuhan tertinggi terdapat di Kecamatan Ngemplak yaitu sebesar 1,03% dan terendah di Kecamatan Kemusu yaitu 0,00%. Selengkapnya kondisi pertumbuhan masing-masing kecamatan di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL IV.8

PERTUMBUHAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013

No. Kecamatan 2012 Penduduk 2013 Perubahan Pertumbuhan (%)

Sumber : Kabupaten Boyolali Dalam Angka, 2014

4.2.5.Persebaran Penduduk

Persebaran penduduk di Kabupaten Boyolali pada masing-masing kecamatan dirasa cukup merata. Rata-rata jumlah penduduk pada masing-masing kecamatan adalah sebanyak 50.728 jiwa dan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga di Kabupaten Boyolali Tahun 2013 tercatat sebesar 4 jiwa per KK. Banyaknya rumah tangga dan rata-rata anggota rumah tangga per kecamatan di Kabupaten Boyolali Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL IV.9

BANYAKNYA JUMLAH KK DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013

No Kecamatan Penduduk Rumah Tangga Rata-rata Anggota Rumah Tangga

1 Selo 27.198 7.782 3

(8)

4.3. TOPOGRAFI

Kabupaten Boyolali terletak pada ketinggian 75-3119 meter di atas permukaan air laut (tertinggi di puncak Gunung Merbabu). Dari seluruh desa dan kelurahan yang ada, 224 desa/kelurahan atau sekitar 83 persen merupakan desa dengan kondisi topografi dataran rendah dan selebihnya merupakan desa di dataran tinggi. Adapun pengelompokan kecamatan di Kabupaten Boyolali atas dasar ketinggiannya adalah sebagai berikut :

 Ketinggian antara 75 – 400m dpl yaitu Kecamatan Teras, Banyudono, Sawit, Mojosongo, Ngemplak, Simo, Nogosari, Kemusu, Karanggede, dan sebagian Boyolali,

 Ketinggian antara 400 – 700m dpl yaitu Kecamatan Boyolali, Musuk, Mojosongo, Cepogo, Ampel, dan Karanggede,

Ketinggian antara 700 - 1.000m dpl yaitu sebagian Kecamatan Musuk, Ampel, dan Cepogo,  Ketinggian antara 1.000 - 1.300m dpl yaitu sebagian Kecamatan Cepogo, Ampel, dan Selo,

 Ketinggian antara 1.300 - 1.500m dpl yaitu Kecamatan Selo.

 Ketinggian antara 15.500-ke atas Kecamatan Selo hingga puncak Gunung Merapi dan Gunung Merbabu dan bagian barat Kecamatan Ampel.

Dilihat dari kelerengannya, Kabupaten Boyolali dibagi menjadi 4 wilayah kemiringan, yaitu:

 Wilayah dengan kemiringan antara 0-8% seluas 32.289 Ha banyak dijumpai di Kecamatan Teras, Sawit, Banyudono, Sambi, Ngemplak, Nogosari, Simo, Karanggede, Klego, Andong, Kemusu, Wonosegoro dan Juwangi

Wilayah dengan kemiringan antara 8-15% % seluas 51.264 Ha terdapat di 18 Kecamatan selain

Kecamatan Ngemplak.

 Wilayah dengan kemiringan antara 15-40% seluas 17.040 Ha atau terdapat di Kecamatan Selo, Ampel, Cepogo, Musuk, Teras, Sambi, Simo, Karanggede, Klego, Kemusu, Wonosegoro dan Juwangi

Wilayah dengan kemiringan antara >40% seluas 4.745 Ha terdapat 6 kecamatan, yaitu Kecamatan

Selo, Ampel, Cepogo, Musuk, Karanggede, dan Klego.

 Daerah tersebut merupakan wilayah yang harus dilindungi (dihutankan) agar dapat berfungsi sebagai pelindung hidrologis dan menjaga keseimbangan ekosistim dan lingkungan hidup.

(9)
(10)
(11)

4.4. GEOHIDROLOGI

Wilayah Kabupaten Boyolali termasuk iklim tropis dengan rata-rata curah hujan sekitar 2000 milimeter/tahun. Dari sisi hidrologi, terdapat potensi/kekayaan sumber daya air, meliputi :

 Sumber air dangkal/mata air atau masyarakat setempat menyebutnya umbul, terdapat di Tlatar (Kecamatan Boyolali), Nepen (Kecamatan Teras), Pengging (Kecamatan Banyudono), Pantaran (Kecamatan Ampel),

 Waduk, terdapat di Kedungombo (Kecamatan Kemusu) seluas 3.536 ha, Kedungdowo (Kecamatan

Andong) seluas 48 ha, Cengklik (Kecamatan Ngemplak) seluas 240 ha, dan Bade (Kecamatan Klego) seluas 80 ha,

 Terdapat 4 (empat) sungai sebagai penyedia air baku yaitu Sungai Serang, Cemoro, Pepe, dan Gandul.

Sektor-sektor Sumber Daya Air di Kabupaten Boyolali antara lain terdiri dari Sumber Air Tanah, Air Sungai, dan Air Waduk.

a. Air Tanah

Ditinjau dari kedalaman air tanah, wilayah Boyolali termasuk dalam kategori akuifer berproduksi sedang, yaitu akuifer tidak menembus, tipis dan keterusan rendah. Muka air tanah umumnya dangkal, debit air sumur umumnya kurang dari 5 liter/detik, dengan perincian sebagai berikut :

 Wilayah sebelah Utara termasuk wilayah yang tidak potensial untuk pengembangan air tanah (0-5 liter/detik) hal ini disebabkan oleh kondisi batuannya berupa litologi endapan aluvial antar perbukitan, batu gamping berlapis dan endapan vulkanik berukuran halus. Wilayah ini meliputi: Kecamatan Juwangi, Wonosegoro dan Kemusu.

 Wilayah bagian Tengah termasuk wilayah yang berpotensi untuk pengembangan air tanah berbagai keperluan permukiman. Debit air berkisar 20-200 m3 per hari dengan produksi rata-rata 0-10 liter/detik, meliputi Kecamatan Wonosegoro, Karanggede, Klego, Andong, Simo, Nogosari, Boyolali, dan Sambi. Litologi material hasil aktivitas vulkanik Merapi dan Merbabu terdiri dari lava, breksi laharik, konglomerat dan batu pasir vulkanik, kontak dengan perbukitan lipatan dengan litologi yang lebih tua terdiri dari material vulkanik berukuran halus terdiri lempeng tuffan, lanau tuffan, batu pasir vulkanik halus dan konglomerat polimik.

 Wilayah yang berpotensi baik untuk pengembangan air bagi irigasi. Debit air berkisar antara 300-800 m3 per hari dengan produksi rata-rata lebih dari 10 liter per detik, meliputi Kecamatan Teras, Banyudono, dan Sawit. Litologi wilayah tersebut terdiri dari lava andesit, breksi laharik, konglomerat, dan batu pasir vulkanik yang bagian atasnya tertutup oleh material fluvio vulkanik Merapi dan Merbabu berupa pasir krikilan sampai pasir bongkah lepas. Daerah dengan lereng >40% kedalaman air >150 meter meliputi Kecamatan Selo, Cepogo, Ampel, kerucut gunung berapi dan kaki atas kerucut gunung berapi (G. Merapi dan G. Merbabu) terdiri dari pasir vulkanik halus sampai kasar, lava andesit ekstrusif dan bongkah-bongkah andesit. Potensi air tanah ini apabila diusahakan dapat dimanfaatkan sebagai sumber air minum dan air bersih bagi masyarakat.

Air tanah yang ada di Kabupaten Boyolali muncul dalam bentuk mata air. Pada bagian selatan Kabupaten Boyolali lebih banyak ditemukan mata air dibandingkan dengan bagian utara sehingga retan timbul kekeringan. Di Boyolali bagian selatan mata air ditemukan di Kecamatan Ampel, Boyolali, Banyudono, Teras dan Sawit sedangkan di bagian utara ditemukan di Kecamatan Juwangi, Wonosegoro, dan Kemusu. Mata air ini dimanfaatkan untuk keperluan irigasi desa, PDAM dan air minum masyarakat. Adapun Mata air di Kabupaten Boyolali antara lain :

 Mata air Tlatar di Kecamatan Boyolali

Mata air Nepen di Kecamatan Teras

 Mata air Pengging di Kecamatan Banyudono

 Mata air Pantaran, Sipendak dan Simuncar di Kecamatan Ampel

(12)

b. Air Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa, sehingga merupakan kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang melalui daerah tersebut. Sungai merupakan bagian dari DAS sebagai tempat atau wadah dan jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara yang dibatasi kanan dan kirinya oleh garis sempadan. Sungai juga berfungsi sebagai pematusan pada saat musim hujan. Di Kabupaten Boyolali terdapat 6 wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Serang dan Braholo, DAS Cemoro, DAS Butak, DAS Pepe, DAS Tempel dan Kali Larangan/Gede, dan DAS Gandul.

c. Air Waduk

Waduk merupakan danau buatan yang dipergunakan untuk menampung air, hal ini dimaksudkan untuk keperluan irigasi, pembangkit tenaga listrik, usaha perikanan dan tempat wisata. Waduk yang terdapat di Kabupaten Boyolali yaitu :

 Waduk Kedungombo, memiliki luas genangan seluruhnya ada 6.576 ha, meliputi tiga wilayah yaitu Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sragen dan Kabupaten Grobogan. Khususnya Kabupaten Boyolali seluas 3.536 ha di Kecamatan Kemusu.

Waduk Kedungdowo, memiliki luas 48 ha terdapat di Kecamatan Andong.  Waduk Cengklik, memiliki luas 240 ha terdapat di Kecamatan Ngemplak.

 Waduk Bade, memiliki luas 80 ha terdapat di Kecamatan Klego.

Di Kabupaten Boyolali terdapat banyak danau/waduk/situ/embung yang keberadaannya dapat digunakan untuk pengairan pada saat musim kemarau, sehingga usaha pertanian masih tercukupi kebutuhan airnya. Adapun danau/waduk/situ/embung yang ada di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL IV.10

INVENTARISASI DANAU/ WADUK/ SITU/ EMBUNG DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013 No Nama Danau/ Waduk/ Situ/ Embung Kecamatan Luas (Ha) Volume (m3)

(13)

No Nama Danau/ Waduk/ Situ/ Embung Kecamatan Luas (Ha) Volume (m3)

Sumber : DPU dan ESDM Kab. Boyolali, SLHD Kabupaten Boyolali, 2014

4.5. GEOLOGI DAN JENIS TANAH

Sebagian besar wilayah Kabupaten Boyolali adalah dataran rendah dan dataran bergelombang dengan perbukitan yang tidak begitu terjal. Pemanfaatan bagian barat merupakan daerah pegunungan, dengan puncaknya Gunung Merapi (2.911 m) dan Gunung Merbabu (3.141 m), keduanya adalah gunung berapi aktif. Sedangkan di bagian utara merupakan daerah perbukitan, bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Di bagian utara juga terdapat Waduk Kedungombo. Jenis tanah yang ada di Kecamatan Boyolali terdiri dari jenis tanah regosol, grumosol, litosol, andosol dan mediteran yang secara terperinci dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Tanah asosiasi litosol dan glumosol kelabu tua merupakan 6,18% dari wilayah Kabupaten Boyolali yang menyebar di wilayah-wilayah Kemusu, Klego, Andong, Karanggede, Wonosegoro dan Juwangi.

b. Tanah regosol kelabu meliputi lahan seluas 10,00 persen dari wilayah Kabupaten Boyolali yang menyebar di wilayah-wilayah Cepogo, Ampel, Boyolali, Mojosongo, Teras, Banyudono, dan Sawit. c. Tanah regosol kelabu dan litosol meliputi lahan seluas 7,63% dari wilayah Kabupaten Boyolali

terdiri dari wilayah-wilayah Selo, Cepogo, dan Musuk.

d. Tanah regosol cokelat kekelabuan, meliputi lahan seluas 6,81% dari wilayah Kabupaten Boyolali terdiri dari wilayah-wilayah Cepogo, Boyolali, Musuk, Mojosongo, Teras, Banyudono, dan Sawit. e. Tanah kompleks regosol kelabu dan grumosol tua meliputi lahan seluas 20,65% wilayah

Kabupaten Boyolali terdiri dari wilayah-wilayah Juwangi, Wonosegoro, dan Kemusu.

(14)

g. Tanah kompleks andosol kelabu tua dan litosol meliputi lahan seluas 5,92% wilayah Kabupaten Boyolali terdiri dari wilayah-wilayah Selo, Ampel, dan Cepogo.

h. Tanah grumosol kelabu tua dan litosol meliputi lahan seluas 1,47% wilayah Kabupaten Boyolali terdiri dari wilayah-wilayah Andong dan Klego.

i. Tanah grumosol kelabu tua meliputi lahan seluas 1,47% wilayah Kabupaten Boyolali terdapat pada wilayah Juwangi.

j. Tanah asosiasi grumosol kelabu tua, mediteran cokelat meliputi lahan seluas 8,62% wilayah Kabupaten Boyolali terdiri dari wilayah-wilayah Simo, Sambi, Nogosari, dan Ngemplak.

k. Tanah mediteran cokelat tua meliputi lahan seluas 24,42% wilayah Kabupaten Boyolali terdiri dari wilayah-wilayah Wonosegoro, Karanggede, Kemusu, Klego, Andong, Simo, Nogosari, Sambi, Ngemplak, Banyudono, Teras, dan Mojosongo.

l. Tanah litosol cokelat meliputi lahan seluas 4,31% wilayah Kabupaten Boyolali terdiri dari wilayah-wilayah Ampel, Selo, dan Cepogo.

m. Struktur tanah di Kabupaten Boyolali bagian timur laut tepatnya di sekitar wilayah Kecamatan Karanggede dan Simo pada umumnya berupa tanah lempung. Pada bagian tenggara yaitu di sekitar wilayah Kecamatan Banyudono dan Sawit struktur tanahnya berupa tanah geluh. Pada bagian barat laut yaitu di sekitar wilayah Kecamatan Musuk dan Cepogo struktur tanahnya berupa tanah berpasir. Dan pada bagian utara yaitu di sepanjang perbatasan dengan wilayah Kabupaten Grobogan struktur tanahnya berupa tanah berkapur.

Secara spasial kondisi geologi dan jenis tanah Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Peta Geologi Kabupaten Boyolali dan Peta Jenis Tanah Kabupaten Boyolali.

4.6. KLIMATOLOGI

Karakteristik iklim biasa dihubungkan dengan vegetasi atau faktor-faktor yang mempengaruhi vegetasi. Dari semua faktor klimatologi terdapat tiga faktor yang penting bagi kehidupan vegetasi, yaitu : temperatur, curah hujan, dan masa kering. Ketiga faktor ini dipakai sebagai kriteria untuk menentukan bioclimate (iklim hayati). Berdasarkan iklim hayati tersebut, Kabupaten Boyolali dapat digolongkan atas wilayah-wilayah iklim sebagai berikut :

Wilayah dengan curah hujan 1.500-2.000 milimeter/tahun (lembab) dengan bulan kering 3-4

bulan, meliputi daerah Kecamatan Boyolali, Sambi, Nogosari, Simo, Klego, Kemusu, dan Juwangi.

 Wilayah dengan curah hujan lebih dari 2.000 milimeter/tahun (sangat lembab) dengan bulan kering 2-4 bulan, meliputi daerah Kecamatan Selo, Ampel, Cepogo, Musuk, Mojosongo, Teras, Sawit, Banyudono, Ngemplak, Karanggede, Andong, dan Wonosegoro.

Rata-rata Curah hujan di kabupaten Boyolali pada tahun 2013 adalah sebesar 25,70 mm/th dengan curah hujan tertinggi terjadi Januari-Maret. Untuk lebih jelasnya, mengenai kondisi curah hujan dan hari hujan yang terjadi di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL IV.11

CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013

No Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hh) Rata-rata Curah Hujan (mm/th)

Sumber : Kabupaten Boyolali Dalam Angka, 2014

(15)
(16)
(17)
(18)

4.7. SOSIAL DAN EKONOMI

Bab ini menjabarkan kondisi-kondisi sosial yang menonjol seperti adat istiadat masyarakat Kabupaten Boyolali sedangkan gambaran ekonomi menjabarkan data dan informasi kondisi ekonomi daerah. Kondisi perekonomian daerah mencakup kondisi perkembangan PDRB, laju tingkat investasi (ICOR), laju inflasi daerah, dan potensi ekonomi (pertanian, pertambangan, industri, perdagangan dan jasa, pariwisata).

4.7.1.Perkembangan Tingkat Pendidikan Masyarakat

Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemauan yang dikembangkan. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan sesorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan. Pendidikan formal membentuk nilai bagi seseorang terutama dalam menerima hal baru. Secara keseluruhan lulusan Perguruan Tinggi/D-IV dan Akademi/Diploma di Kabupaten Boyolali cukup merata, dengan lulusan terbanyak ada di Kecamatan Teras. Tingkat kualitas pendidikan yang cukup tinggi telah menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat akan pendidikan cukup tinggi. Hal ini dapat kita lihat dari kuantitas jumlah lulusan perguruan tingg maupun diploma yaitu masing-masing sebanyak 22.921 jiwa (3%) dan 22.684 (3%). Selengkapnya kondisi mengenai perkembangan tingkat pendidikan masyarakat di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL IV.12

JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN BOYOLALI MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN TAHUN 2013 No. Kecamatan PT/DIV Akademi/ Diploma SLTA SLTP SD Tidak / Belum Tamat SD Jumlah Sumber : Kabupaten Boyolali Dalam Angka, 2014

4.7.2.Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin

(19)

Berdasarkan tren perkembangannya, persentase penduduk miskin di Kabupaten Boyolali dalam lima tahun terakhir (2009-2013) cenderung menurun. Tahun 2009 sebesar 15,96%, tahun 2008 sebesar 18,06%, tahun 2009 sebesar 17,08% tahun 2010 sebesar 13,72%, dan tahun 2013 sebesar 13,27%, kondisi tersebut dapat dilihat pada grafik berikut :

Gambar 4. 3 Grafik Perkembangan Tingkat Kemiskinan (%) Kabupaten Boyolali Tahun 2002-2013

Dilihat dari efektivitasnya, penurunan angka kemiskinan di Kabupaten Boyolali cenderung efektif dengan mengalami perbaikan setiap tahunnya. Capaian penurunan tersebut diharapkan tetap konsisten dipertahankan untuk memacu tahun berikutnya agar tingkat kemiskinan mengalami penurunan.

4.7.3.Perkembangan PDRB Kabupaten Boyolali

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu wilayah secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

Salah satu tolok ukur perbaikan ekonomi suatu wilayah adalah pertumbuhan PDRB atau yang lebih familiar dikatakan sebagai pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Pertumbuhan PDRB terbagi dua, yang pertama yaitu pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga (ADH) Berlaku, yakni pertumbuhan yang dihitung dengan harga berlaku/harga pasar, dan sering dikatakan sebagai pertumbuhan semu karena didalamnya masih mengandung besaran inflasi. Yang kedua adalah pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga (ADH) Konstan, yang merupakan pertumbuhan riil atau pertumbuhan sesungguhnya, karena mengabaikan kenaikan harga barang dan jasa.

Pertumbuhan ekonomi berdasarkan harga berlaku tertinggi terjadi pada Sektor Pertanian yang mengalami peningkatan setiap tahunnya disusul oleh Sektor Perdagangan, Sektor Industri Pengolahan Sektor Jasa-jasa dan sektor lainnya. Sektor yang memberikan kontribusi terkecil dalam pertumbuhan ekonomi Kabupaten Boyolali adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian. Kondisi PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Boyolali Tahun 2008-2012 secara rinci dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut:

TABEL IV.13

PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2008-2012 (Juta Rupiah)

No Lapangan Usaha 2008 2009 Tahun 2010 2011 2012

1 Pertanian 2.280.069 2.546.284 3.011.970 3.287.454 3.532.962

(20)

No Lapangan Usaha 2008 2009 Tahun 2010 2011 2012

1.5 Perikanan 37.925 42.939 66.763 73.909 81.473

2 Pertambangan 54.538 61.294 73.031 81.232 87.019

2.1 Penggalian 54.538 61.294 73.031 81.232 87.019

3 Industri Pengolahan 1.018.709 1.080.339 1.146.565 1.299.897 1.458.666

3.1 Makanan/Minuman dan Tembakau 124.079 131.585 139.652 158.327 178.773

3.2 Tekstil/Pakaian Jadi/Kulit 742.740 787.675 835.960 947.755 1.060.666

3.3 Kayu/Bambu/Furniture 56.335 59.743 63.405 71.884 80.448

3.4 Kertas/Percetakan 36.368 38.568 40.932 46.406 52.418

3.5 Kimia/Pupuk/Karet 2.751 2.917 3.096 3.510 4.070

3.6 Barang Bukan Logam 23.532 24.956 26.486 30.028 34.695

3.7 Logam Dasar 0 0 0 0 0

3.8 Alat Angkutan/Mesin/Perakitan 14.262 15.125 16.052 18.199 20.736

3.9 Pengolahan Lainnya 18.642 19.770 20.982 23.788 26.860

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 75.257 83.142 91.784 98.587 105.511

4.1 Listrik 69.946 76.711 82.465 87.942 94.001

4.2 Air Bersih 5.311 6.431 9.319 10.645 11.510

5 Bangunan/Konstruksi 155.552 181.359 203.122 225.138 250.482 6 Perdagangan 1.622.836 1.772.357 1.938.519 2.193.318 2.480.850

6.1 Besar/Eceran 1.534.216 1.677.252 1.817.028 2.066.086 2.348.249

6.2 Restoran/Rumah Makan 86.615 92.879 118.807 124.096 129.036

6.3 Hotel/Losmen 2.005 2.226 2.684 3.136 3.565

7 Angkutan dan Komunikasi 193.885 204.480 214.426 239.500 269.461

7.1 Angkutan Jalan Raya 179.412 188.763 197.105 220.998 249.501

7.2 Pos dan Telekomunikasi 13.507 14.657 16.119 17.280 18.713

7.3 Jasa Penunjang Angkutan 966 1.060 1.202 1.222 1.247

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 393.298 462.540 531.410 589.250 652.394

8.1 Bank 97.719 112.621 121.067 143.775 168.254

8.2 Lembaga Keuangan Non Bank 16.253 17.373 18.987 21.955 25.665

8.3 Sewa Bangunan 252.135 300.331 357.476 384.987 415.064

8.4 Jasa Perusahaaan 27.191 32.215 33.880 38.533 43.411

9 Jasa-jasa 642.295 751.074 890.859 1.013.956 1.139.534

9.1 Pemerintahan Umum dan Pertahanan 518.375 604.020 730.929 834.493 936.849

9.2 Sosial kemasyarakatan 63.722 77.121 80.034 83.840 87.391

9.3 Hiburan Rekreasi 2.636 2.828 3.253 3.175 3.214

9.4 Perorangan dan Rumah Tangga 57.562 67.105 76.643 92.448 112.080

PDRB 6.436.439 7.142.869 8.101.686 9.028.332 9.976.879 PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN 948.259 950.656 952.040 955.344 958.077 PDRB PER KAPITA (Rp) 6.798.297 7.513.620 8.509.815 9.450.424 10.413.441 Sumber : Kabupaten Boyolali Dalam Angka, 2009-2013

Gambar 4. 4 Grafik Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Boyolali Tahun 2008-2012

(21)

Hotel dan Restoran, sektor Industri ataupun sektor ekonomi lainnya, sehingga akan memiliki pengaruh ganda terutama didalam penyerapan tenaga kerja. Dan pertumbuhan ekonomi yang kurang baik, ketika pertumbuhan ekonomi terjadi pada sektor-sektor kurang bisa menyerap tenaga kerja.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Boyolali Tahun 2012 yang ditunjukkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Pada Tahun 2008-2011 perkembangan PDRB atas dasar harga konstan selalu menunjukkan angka positif (kenaikan).

Struktur perekonomian kabupaten Boyolali dilihat dari PDRB atas dasar harga konstan dari tahun 2007 sampai tahun 2011 berdasarkan lapangan usahanya penggerak utamanya adalah sektor pertanian 31,8%, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran 24,3% dan industri pengolahan 16,3%. Dengan melihat kondisi geografis kabupaten Boyolali yang mayoritas merupakan lahan kering, maka selain mempertahankan pertumbuhan sektor pertanian, pemerintahan Kabupaten Boyolali juga mengembangan sektor sektor potensial lainnya seperti industri pengolahan dan pertambangan yang saat ini mempunyai pertumbuhan cukup besar yaitu sebesar 4,48% dan 4,21%. Kondisi laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan Tahun 2008-2011 dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL IV.14

PERKEMBANGAN PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2008-2011

No Lapangan Usaha 2008 2009 Tahun 2010 2011 Laju (%)

1 Pertanian 1.328.683.026 1.356.585.370 1.385.073.663 1.414.160.210 2,10

2 Pertambangan 35.458.142 36.950.930 38.502.869 40.119.990 4,21

3 Industri Pengolahan 638.447.911 667.050.377 696.934.234 728.156.888 4,48

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 50.808.090 54.791.444 59.065.177 63.695.887 7,84

5 Bangunan/Konstruksi 107.703.660 111.182.488 113.739.685 116.378.446 2,32

6 Perdagangan 971.814.681 1.006.508.465 1.042.440.817 1.079.655.954 3,57

7 Angkutan dan Komunikasi 105.867.359 110.049.120 114.396.060 118.914.705 3,95

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 250.737.193 267.135.405 284.606.060 303.219.297 6,54

9 Jasa-jasa 409.852.796 459.158.087 514.257.057 575.967.904 12,03

PDRB 3.899.372.858 4.069.411.686 4.249.015.622 4.440.269.279

Sumber : Kabupaten Boyolali Dalam Angka, 2009-2012

4.7.4.Laju Tingkat Investasi (ICOR)

Tingginya nilai investasi di Kabupaten Boyolali, baik dari penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN), cukup berhasil menekan angka pengangguran di Boyolali. Investasi itu mampu menyerap ribuan tenaga kerja sekaligus mengurangi jumlah pengangguran. Data di BPS dan Dinsosnakertrans Boyolali menunjukkan : pada 2011 tercatat, penduduk Boyolali berumur 15 tahun ke atas yang bekerja, ada sebanyak 462.374 orang, sedangkan pengangguran terbuka 25.562 orang. Di 2012, jumlah penduduk Boyolali usia 15 tahun ke atas yang bekerja, meningkat menjadi 497.984 orang dan jumlah pengangguran menurun ke angka 23.550. Jumlah penduduk yang bekerja pada 2013 naik lagi menjadi 500.041 orang dan jumlah pengangguran 28.852 orang. Pada 2014 lalu, jumlah yang bekerja menjadi sebanyak 693.473 orang, dan jumlah pengangguran turun menjadi sekitar 23.000 orang. Total Investasi Komulatif PMA dan PMDN sampai dengan Bulan Desember 2014 adalah sebesar Rp. 4,351,858,192,958 dan U$ 55.275.500. Selengkapnya laju tingkat investasi di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada beberapa tabel berikut :

TABEL IV.15

PERKEMBANGAN JUMLAH INVESTOR DAN NILAI INVESTASI PMDN

Tahun Investor Masuk Per Tahun Jumlah Investor Investasi Masuk Per Tahun Jumlah Investasi

2005 6 6 407.300.000.000 407.300.000.000

2006 0 6 0 407.300.000.000

2007 2 8 68.500.000.000 475.800.000.000

2008 460 468 126.559.524.650 602.359.524.650

2009 621 1.089 83.664.000.000 686.023.524.650

2010 767 1.856 153.452.340.100 839.475.864.750

2011 859 2.715 250.265.940.608 1.089.741.805.358

2012 1.056 3.771 273.254.000.000 1.362.995.805.358

(22)

TABEL IV.16

PERKEMBANGAN REALISASI INVESTOR (PMA) di KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2010-2014 Tahun Jumlah Proyek Realisasi Investasi Investasi Kumulatif (us $)

2010 1 US $ 920.000 US $ 50.024.000

2011 1 US $ 245.000 US $ 50.269.000

2012 1 US $ 6.500 US $ 50.275.500

2013 1 Rp. 76.784.387.600 US $ 50.275.500 dan Rp. 76.784.387.600

2014 4 US $ 5.000.000 dan Rp. 620.000.000.000 US $ 55.275.500 dan Rp. 696.784.387.600 Sumber : Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Boyolali, 2014

Besarnya investasi yang masuk ke Kabupaten Boyolali dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya adalah lokasi yang cukup strategis di jalur utama Jawa Tengah, sehingga para investor sangat mudah mengirimkan barangnya kepada para konsumen di luar daerah. Selain itu, juga dipengaruhi oleh mudahnya perizinan yang ada di Boyolali dan banyaknya perusahaan yang digratiskan dalam proses perizinan.

4.7.5.Laju Inflasi Daerah

Kondisi perekonomian makro suatu daerah dapat bergerak secara dinamis atau statis. Kondisi tersebut dapat terlihat secara umum dari besaran angka inflasi ataupun deflasi. Angka inflasi/deflasi sangat berpengaruh terhadap perekonomian makro. Jika terjadi inflasi tinggi, maka akan berpengaruh terhadap daya beli konsumen, biasanya tingkat daya beli masyarakat akan turun disebabkan nilai uang yang dibelanjakan turun. Sebaliknya jika tidak ada inflasi atau terjadi deflasi, hal ini juga tidak menguntungkan bagi perkembangan ekonomi dan apabila terjadi deflasi terus menerus akan menyebabkan terjadinya stagnasi ekonomi.

Perkembangan harga berbagai komoditas di Boyolali pada Maret 2014 secara umum mengalami kenaikan. Pada bulan Maret 2014 di Kabupaten Boyolali mengalami inflasi sebesar 0,28% atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 138,59 pada bulan Februari 2014 menjadi 138,98 pada bulan Maret 2014. Laju inflasi tahun kalender sebesar 1,82% Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok Bahan Makanan 0,26%, makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,45% kelompok Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,08%, kelompok sandang 0,81%, kelompok kesehatan 1,25%, dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,03%. Sedangkan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan stabil sebesar 0,00%.

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain : beras, cabe rawit, bawang putih, minyak goreng, kacang hijau. Beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain : daging ayam ras, telur ayam ras, cabe merah, bawang merah. Pada bulan Maret 2014 kelompok – kelompok komoditi yang memberikan andil/sumbangan inflasi adalah kelompok Bahan Makanan 0,078 %, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,0863 %, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,016 %, kelompok sandang 0,043 %, kelompok kesehatan 0,0592 % dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,0022 %.

(23)

Gambar 4. 5 Grafik Inflasi Kabupaten Boyolali Tahun 2012 - 2014

4.7.6.Potensi Ekonomi

Kabupaten Boyolali memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan untuk masa sekarang maupun pada masa mendatang. Adapun potensi ekonomi tersebut antara lain :

A. Pertanian

Kabupaten Boyolali merupakan wilayah yang masih menyimpan potensi yang sangat besar bagi usaha pertanian, khususnya pertanian padi. Hal ini terlihat bahwa Kabupaten Boyolali terdapat beberapa kecamatan yang sudah mempunyai Lumbung Pangan Masyarakat Desa (LPMB). Potensi pertanian Kabupaten Boyolali meliputi tanaman pangan, sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman perkebunan. Produksi Padi sawah di Kabupaten Boyolali tersebar diseluruh kecamatan, kecuali di Kecamatan Musuk dan Selo. Luas panen padi sawah secara keseluruhan adalah 43.110 Ha dengan produksi sebanyak 244.736 Ton. Selain itu terdapat pula padi ladang dengan luas panen 4.930 Ha dan produksinya sebanyak 22.486 Ton. Produk tanaman pangan lain di Kabupaten Boyolali, selain padi meliputi : Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, dan Kedelai yang secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL IV.17

LUAS PANEN DAN PRODUKSI PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013

No. Kecamatan

Padi Sawah Padi Ladang Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Tanah Kedelai

Lu

Sumber : Kabupaten Boyolali Dalam Angka, 2014

(24)

sayuran tersebut antara lain : Bawang Merah, Bawang Daun, Kentang, Wortel, Kobis, Sawi, Cabe, Tomat, Terung, Buncis, Mentimun, Labu Siam, Kangkung, Bayam, dan berbagai sayuran lainnya. Selengkapnya potensi sayuran yang ada di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL IV.18

LUAS PANEN DAN PRODUKSI SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013

No. Kecamatan

Sumber : Kabupaten Boyolali Dalam Angka, 2014

TABEL IV.19

LUAS PANEN DAN PRODUKSI SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013 (Lanjutan)

No. Kecamatan

Tomat Terung Buncis Mentimun Labu Siam Kangkung Bayam

Lu

Sumber : Kabupaten Boyolali Dalam Angka, 2014

(25)

TABEL IV.20

LUAS PANEN DAN PRODUKSI BUAH-BUAHAN DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013 (Kw)

No. Kecamatan

Sumber : Kabupaten Boyolali Dalam Angka, 2014

Tanaman tembakau di Kabupaten Boyolali dihasilkan di Kecamatan Selo, Ampel, Cepogo, Musuk, Boyolali, Mojosongo, Teras, Sawit, dan Banyudono. Produksi pada tahun 2013 adalah sebanyak 3.262.080 kg dengan areal seluas 3.733,50 hektar. Berdasarkan data Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Boyolali Tahun 2014 di ketahui bahwa perkebunan tembakau yang ada di boyolali adalah berupa tembakau rajangan dan tembakau asepan. Selengkapnya potensi tanaman perkebunan di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL IV.21

LUAS PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013

No. Kecamatan

(26)

TABEL IV.22

LUAS PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013 (Lanjutan 1)

No. Kecamatan

Kopi Robusta Kopi Arabika Jambu Mete Kenanga Kapuk Randu Khina Pace

Lu

Sumber : Kabupaten Boyolali Dalam Angka, 2014

TABEL IV.23

LUAS PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013 (Lanjutan 2)

No. Kecamatan

Kantil Lengkuas Temu Lawak Kapulogo

Lu

Sumber : Kabupaten Boyolali Dalam Angka, 2014

B. Peternakan

Boyolali dikenal sebagai kota susu, karena merupakan salah satu sentra terbesar penghasil susu sapi segar di Jawa Tengah. Peternakan sapi perah umumnya berada di daerah selatan dan dataran tinggi yang berudara dingin, karena sapi perah yang dikembangkan saat ini berasal dari wilayah sub-stropis Australia dan Selandia Baru. Selain itu susu dapat di olah menjadi keju oleh pabrik keju asal Boyolali yaitu keju Indrakila, didaerah Kecamatan Ampel juga terdapat sentra industri Abon dan Dendeng.

(27)

menjadi andalan adalah sapi potong yang produksi dagingnya telah mencapai 8.301.600 kg/tahun. Di Propinsi Jawa Tengah Kab Boyolali menduduki peringkat ke 4 (empat) dalam jumlah sapi potong. Saat ini jumlah peternak mencapai 49.655 orang dengan populasi ternak sebanyak 98.248 ekor. Secara rinci kondisi ternak dan unggas di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL IV.24

BANYAKNYA TERNAK DAN UNGGAS DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013

No. Kecamatan Potong Sapi Perah Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba Babi Kelinci Ayam Ras

Sumber : Kabupaten Boyolali Dalam Angka, 2014

Produksi susu sebagian besar berasal dari Kecamatan Selo, Ampel, Cepogo, Musuk, Boyolali, dan Mojosongo. Produksi susu berdasarkan Penerimaan susu dari KUD pada tahun 2013 adalah sebanyak 47.404.826 liter dengan rata-rata produksi tiap harinya adalah sebanyak 129.876 liter/hari.

C. Pertambangan

Kabupaten Boyolali memiliki potensi tambang seperti : Andesit, Batu Belah / Batukali, Tras, Tanah Urug, Sirtu, Batugamping, Bentonit, Tanah Diatomae, Lempung/ Tanah Liat, dan lainnya. Akan tetapi Potensi yang ada belum dapat dieksplorasi dengan baik. Mungkin karena SDM yang kurang dan Biaya Eksplorasi yang menelan biaya sangat besar. Sedangkan yang dieksplorasi secara massal hanya Bahan Galian Golongan C, seperti batu belah, dan tanah urug.

Sebenarnya beberapa waktu yang lalu telah ditemukan sumber minyak di Boyolali, tepatnya di Desa Repaking, Kecamatan Wonosegoro. Debit Minyak itu sekitar 24-25 ml per detik. Diperkirakan minyak tersebut keluar melalui rembesan rekahan batu bantaran. Minyak bumi memang bisa muncul karena tingginya kandungan bintonik di wilayah Wonosegoro. Hasil kajian Badan Perencana dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Boyolali, wilayah Wonosegoro telah ditemukan kandungan bintonik seluas sekitar 4.900 hektare. Bintonik itu sendiri ialah salah satu elemen padat yang dapat diformulasikan untuk menjernihkan minyak mentah. Di Desa Repaking, kecamatan Wonosegoro itu sendiri masyarakat desa setempat menggunakan minyak mentah tersebut untuk kegiatan sehari-hari,seperti memasak,dan untuk Bahan Bakar Minyak (BBM). Mereka mendapatkan minyak mentah tersebut dari sekitar mata air.dan dengan peralatan sederhana mereka menyuling minyak mentah tersebut untuk memisahkan minyak dengan air. Berikut adalah beberapa potensi tambang yang ada di Kabupaten Boyolali.

TABEL IV.25

POTENSI TAMBANG DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013

Potensi Keterangan

1. Andesit Lokasi : Kecamatan Sambi (12 Ha), Mojosongo (0,51 Ha), Ampel (0,55 Ha), dan Karanggede (4,51 Ha) 2. Batu Belah

(28)

Potensi Keterangan

7. Bentonit Lokasi : Kecamatan Simo (900 Ha), Klego (500 Ha), Karanggede (375 Ha), Wonosegoro (775 Ha), dan Kemusu (150 Ha)

8. Tanah

Diatomae Lokasi : Kecamatan Mojosongo (1.512 Ha) 9. Lempung/

Tanah Liat Lokasi : Kecamatan Ngemplak (41 Ha), dan Sambi (75 Ha) Sumber : Analisis Berbagai Sumber, 2014

D. Industri

Kabupaten Boyolali banyak terdapat industri, baik itu jenis industri besar, industri sedang maupun industri kecil. Gamelan merupakan salah satu produk yang dapat diandalkan dari Boyolali. Industri kecil ini sudah ada sejak 1980 hingga sekarang keberadaannya tetap dilestarikan oleh para perajin. Jumlah pengusaha ada dua orang di Desa jagoan, Kecamatan Sambi Boyolali membuat produknya, sedangkan di Desa Dukuh, Banyudono mengerjakan peakitan dan finishing gamelan. Dukuh Tumang, Desa/Kecamatan Cepogo merupakan sentra penghasil produk kerajinan tembaga dan kuningan yang sudah terkenal baik di tingkat lokal maupun regional atau mancanegara. Karena, komoditas itu merupakan unggulan dari Kabupaten Boyolali. Jenis yang dihasilkan sangat beragam antara lain, lampu hias, relief, bak mandi, kaligrafi, tempat buah, vas bunga, dan aksesoris lainnya. Produksi ini melalui eksportir sebagian sudah diekspor ke beberap negara antara lain Belanda, Perancis, Korea, Amerika Serikat, dan Canada. Desa Cepogo merukan jalur wisata Solo-Selo-Borobudur (SSB), sehingga sering dilewati atau dikunjungi oleh turis baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Bahkan, para tamu dari dans atau instansi untuk studi banding, magang atau sekaligus. Adapun produksi kerajinan tembaga adalah > 400.000 buah/tahun dengan Jumlah unit usaha sebanyak 360 industri.

Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas unggulan yang berkualitas ekspor. Jenis atsiri yang dikembangkan di wilayah Boyolali, antara lain bunga kenanga, nilam, ilang-ilang, dan daun cengkeh. Desan Bendan Kecamatan Banyudono merupakan penghasil minyak atsiri kenangan, karena di daerah itu banyak ditanam pohohn kenangan, di mana dahulu masyarakat hanya mengenal bungan kenangan sebagai bungan tabur, akan tetapi setelah melalui proses penyulingan dapat dibuat sebagai minyak atsiri yang memiliki nilai produksi jauh lebih tinggi. Minyak atsiri nilam dan ilang-ilang diproduksi di Desa jelok, Kecamatan Cepogo dan minyak daun cengkeh banyak diproduksi di Desa Musuk, Kecamatan Musuk. Sebagian besar minyak atsiri dijual melalui eksportir baik dari Kota Surabaya, Yogyakarta, dan Malang untuk negara tujuan Perancis, Singapura, dan USA. Adapun produksi dari industri ini mencapai 113,65 ton/tahun. Selengkapnya gambaran mengenai industri kecil di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL IV.26

BANYAKNYA INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013

(29)

No Jenis Industri Banyaknya Industri Tenaga Kerja Jumlah Besarnya Investasi (000 Rp)

- Ind. Barang-barang dari Logam Alumunium Siap Pasang Untuk Bangunan (Rolling Door) 6 15 64.500.000

2 Ind. Barang Logam Lainnya

- Ind. Kerajinan yang Tidak Termasuk Golongan Manapun (Kerajinan Ijuk) 9 36 185.500.000

- Ind. Tas dan Dompet 34 103 222.800.000

- Ind. Kertas Seni 2 6 65.000.000

- Ind. Mainan Anak & Jas Hujan Dari Plastik 6 274 830.500.000

Sumber : Kabupaten Boyolali Dalam Angka, 2014

(30)

TABEL IV.27

BANYAKNYA INDUSTRI BESAR DAN INDUSTRI SEDANG DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013

No. Kecamatan Jumlah Industri Besar Industri Sedang

Industri Tenaga Kerja (Juta.Rp.) Output Industri Jumlah Tenaga Kerja (Juta.Rp.) Output

1 Selo - - - - - -

Sumber : Kabupaten Boyolali Dalam Angka, 2014

E. Pariwisata

Pariwisata Boyolali dibagi menjadi ke dalam 3 (tiga) wisata yaitu : wisata alam pegunungan, wisata tirta dan wisata ziarah. Wisata alam pegunungan di Kabupaten Boyolali menyajikan indahnya panorama Gunung Merapi sebagai gunung teraktif di dunia yang menyimpan segudang misteri yang menjadikan daya tarik tersendiri. Boyolali adalah salah satu DTW (Daerah Tujuan Wisata) di Jawa Tengah terletak di lereng gunung Merapi dan Merbabu sehingga memiliki pemandangan alam yang eksotis. Kabupaten Boyolali juga memiliki Bandara Internasional yaitu Bandara Adi Sumarmo yang berjarak 25 km dari Kota Budaya Surakarta (Solo) yang merupakan koridor jalur wisata Solo - Selo - Borobudur (SSB). Berikut adalah beberapa potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Boyolali.

TABEL IV.28

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013

Potensi Keterangan

1. Tlatar Terletak di Dukuh Tlatar Desa Kebon Bimo Kec Boyolali dengan jarak tempuh dari kota kira-kira 4 km kearah utara. Nuansa pesona alam terhampar dengan latar belakang suasan pedesaana, aroma kelezatan masakan ikan air tawar yang disajikan baik secara goreng maupun bakar sambil memancing dan duduk santai sungguh merupakan rekreasi menyegarkan di Obyek Wisata Tlatar.

Pemandian ini adalah pemandian untuk keluarga. Setiap dua hari menjelang bulan Puasa diadakan even Padusan.Upacara Padusan ini juga diselenggarakan di Umbul Pengging dan Pantaran. Acara ini bertujuan untuk mensucikan diri sebelum melaksanakan ibadah puasa.

Ada 2 buah pemandian (two pools for bathing), yaitu :

- Pemandian Umbul Pengilon

- Pemandian Umbul Asem Fasilitas (facilities) :

- Rumah Makan Lesehan. / Traditional Restaurant.

- Pemancingan / Fishing Sites.

- Kios Cenderamata / Souvenir Store.

- Kolam Renang Anak dan Dewasa/ (Two bathing sites for kids and matures). 2. Makam Ki

Ageng Pantaran

Objek wisata religi yang satu ini terletak di Desa Pentaran Kecamatan Ampel atau sekitar 17 kilometer kea rah barat Kota Boyolali. Sambil berziarah ke makam Ki Ageng Pantaran atau Syekh Maulana Ibrahim , serta beberapa kerabat yang lain, pengunjung dapat menikmati pemandangan alam di kaki Gunung Merbabu dan air terjun Si Pendok. Pada tanggal 20 Sura atau minggu ketiga bulan Muharram, di makam ini digelar tradisi Bukak Luwur yaitu mengganti kelambu putih penutup makam. Kain penutup yang sudah tidak dipakai kemudian dipotong-potong menjadi ukuran kecil kemudian dibagikan kepada pengunjung yang diyakini membawa berkah bagi mereka yang menerimanya.

3. Petilasan Kiai Kebo Kanigoro

(31)

Potensi Keterangan

bersembunyi. Dalam pelariannya suatu ketika Kyii Ageng Kebo Kanigoro telah sampai di sebelah utara lereng Gunung Merapi dan dalam keadaan terpojok oleh karena kejaran prajurit Kerajaan Demak. Di daerah tersebut Kiai Ageng Kebo Kanigoro membangun rumah guna tempat persembunyian dan mengajarkan ilmunya dan mengadakan tapa brata mohon perlindungan Tuhan Yang Maha Esa, yang mana selama ini Kiai Ageng Kebo Kanigoro selalu berpindah-pindah tempat. Suatu ketika Kiai Ageng Kebo Kanigoro berkata bahwa bila suatu saat tempat ini ramai dihuni oleh orang maka tempat ini diberikan nama Dusun Pojok (sampai saat ini tempat kediaman Kiai Ageng Kebo Kanigoro masih dilestarikan dan utuh, dikeramatkan dan nama daerah tersebut tetap Dusun Pojok, Desa/Kecamatan Selo hingga saat ini. Menurut cerita Kiai Ageng Kebo Kanigoro muksa, menghilang dengan raganya dalam upaya menghindar dari kejaran musuh. Setiap hari Jumat Legi diselenggarakan selamatan apem dan ketan di tempat tersebut atau petilasan Kiai Ageng Kebo Kanigoro dipimpin oleh juru kunci.

4. Woterboom Restu Wijaya

Woterboom terletak di Desa Pelem, Kecamatan Simo, atau sekitar 10 kilometer sebelah utara Kota Boyolali. Woterboom ini memiliki fasilitas sukup lengkap dan baru diresmikan pemakaiannya pada tanggal 25 Juli 2011. Keberadaan pusat rekreasi tepat di pinggir jalan Simo- Boyolali, cukup mudah terjangkau bagi masyarakat dari daerah perbatasan, seperti Karanganyar, Semarang, dan Sragen. Permainan air khusus anak-anak disediakan kolam renang dan fasilitas berselancar dari menara. Lantas untuk orang dewasa disediakan kolam renang standar semi olympic. Bagi yang hobi olah raga fustal, di kompleks waterboom juga disediakan arena futsal standar nasional. Para pengunjung tak perlu membawa makanan dari rumah. Sebab, di kompleks waterboom disediakan kios lengkap dengan sajian kuliner. Tak hanya itu, bagi yang browsing internet dapat mampir ke warnet lantai dasar. Instansi atau masyarakat yang ingin menggelar rapat kami sediakan aula kapasitas 100 orang di lantai dua.

5. Air Terjun Kedung Kayang

Objek wisata ini terletak di Desa Klakah yang berjarak 5 kilometer ke arah barat dari Kecamatan Selo. Daerah wisata ini memiliki pemandangan alam berupa air terjun yang terletak di antara 2 kabupaten,yaitu Boyolali dan Magelang. Air Terjun Kedung Kayang yang memiliki ketinggian 30 meter ini masih alami dan belum dieksploitasi besar-besaran, mengingat jalan menuju ke objek wisata tersebut seperti layaknya jalan di daerah perkampungan. Di sekitar objek wisata ini terdapat tanah datar yang cocok untuk area perkemahan. Potensial untuk aktivitas camping, hiking, climbing. Fasilitas yang tersedia berupa penginapan/ homestay, perkemahan, dan warung. Waktu yang paling ramai dikunjungi adalah hari sabtu-minggu dan hari libur nasional terutama bagi pasangan muda-mudi.

6. Waduk

Cengklik Obyek wisata ini terletak di Desa Ngargorejo dan Sobokerto, Kecamatan Ngemplak ± 20 km, ke arah timur laut Kota Boyolali, Bila dari Bandara Adi Sumarmo ± 1,5 KM (di sebelah barat bandara tepatnya). Waduk dengan luas genangan 300 ha ini dibangun pada zaman Belanda, tujuannya untuk mengairi lahan sawah seluas 1.578 ha, bisa untuk latihan sky air. Letaknya sangat strategis, berdekatan dengan Bandara Adi Sumarmo, Asrama Haji Donohudan, Monumen POPDA, dan Lapangan Golf. Fasilitas: wisata air (water resort), pemancingan (fishing area), rumah makan lesehan (floating restaurant).

7. Waduk

Badhe Terletak di Desa Bade Kecamatan Klego sekitar 40 km ke arah utara dari Kota Boyolalisebagai sarana irigasi bagi pertanian dan perikanan bagi masyarakat sekitar, memiliki pemandangan alam yang mempesona. Failitas yang terdapat disini adalah: rumah makan, wisata air, pemancingan, dan area lomba burung.

8. Waduk Kedung Ombo

Obyek wisata ini terletak di Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, sekitar ± 50 km ke arah utara Kota Boyolali menjanjikan rekreasi hutan dan air yang menyegarkan serta pemancingan. Fasilitas: bumi perkemahan, hutan wisata, tempat pemancingan, rumah makan apung, wisata air.

9. Waduk

Kabupaten Boyolali terkenal dengan usaha pengembangan sapi perah dan penggemukan sapi. Jarak dari Kabupaten Boyolali adalah 13 km ke arah Barat. Jalan ke Cepogo menanjak karena topografinya merupakan pegunungan. Hal ini menyebabkan iklim yang dingin sehingga memungkinkan pemeliharaan sapi perah. Cepogo ditetapkan menjadi lokasi agrowisata sapi perah.

11.Agrowisata

Sayur Selo Terletak di kawasan objek wisata Selo, 25 km ke arah Barat dari Kabupaten Boyolali. Para pengunjung dapat menikmati dan memetik sendiri aneka ragam sayuran, antara lain : wortel, kol, daun adas, dan lain-lain 12.Agrowisata

Padi Jarak 10 km ke arah Timur Kabupaten Boyolali. Agro wisata padi merupakan wahana yang tepat untuk menumbuh-kembangkan kecintaan generasi muda pada padi. Dengan adanya agro wisata padi, generasi muda akan dapat berinteraksi langsung dengan obyek wisata.

13.Kampung

Lele Kampung lele terletak di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit. Kampung lele merupakan usaha kementrian perikanan Indonesia untuk memenuhi target 2015 sebagai penghasil perikanan terbesar. Pembudidayaan ikan lele di Kampung Lele dianggap berhasil memberikan kontribusi bagi ketahanan pangan baik lokal maupun nasional. Bahkan keberhasilan pembudidayaan ikan lele di kampung lele tidak hanya dikenal di skala nasional, melainkan hingga kawasan Asia Tenggara. Kolam pembesaran ikan lele dapat berupa kolam tanah, kolam semen dan kolam tanah dengan dinding dikelilingi oleh karung berisi tanah yang berfungsi agar dinding kolam tidak longsor. Kolam tanah dan kolam yang terbuat dari semen atau kolam permanen memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kolam tanah dapat membuat daya tahan tubuh kuat, tidak berlemak tetapi mudah mengalami kebocoran karena lele memiliki sifat menggali tanah. Kolam permanen lebih tahan lama untuk penggunaan dalam waktu jangka panjang, tidak mudah bocor dinding-dinding kolam, mudah dalam penanganan dan pembersihan tetapi kolam permanen ikan yang dihasilkan tidak tahan penyakit dan daging berlemak

14.Pemandian Umbul Pengging

Gambar

TABEL IV. 1 LUAS WILAYAH KABUPATEN BOYOLALI DIRINCI PER KECAMATAN TAHUN 2013
Gambar 4. 1 Kondisi Penggunaan Kabupaten Boyolali Tahun 2013
TABEL IV.3
TABEL IV.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pondasi dalam adalah pondasi yang kedalamannya lebih dari 2 meter dan Pondasi dalam adalah pondasi yang kedalamannya lebih dari 2 meter dan digunakan untuk menyalurkan beban

Oleh karena itu, tujuan dibentuknya media online ini adalah menyediakan informasi bagi masyarakat mengenai berita seputar kasus-kasus dan kegiatan bidang jurnalistik khususnya

Policing dengan Perubahan Perilaku Dalam Kemerdekaan Beragama di Salatiga (Studi Deskriptif Program Perpolisian Masyarakat (COP) LSM Kampoeng Percik)”, penulis

Sekuen ketiga lebih banyak menggunakan monolog-monolog yang dihasilkan oleh para tokoh, monolog ini kemudian digunakan sebagai narasi visual dalam membangun alur cerita,

Peneliti dapat menarik suatu simpulan bahwa terdapat peningkatan di antara nya sebagai berikut: (1) kemampuan guru merancang pembelajaran dengan menggunakan metode

Hasil uji t berpasangan menunjukkan nilai salinitas antara lokasi penelitian dan antara kedalaman perairan Pulau Pramuka dan Pulau Pari tidak menunjukan perbedaan yang nyata

Penelitian PCK yang lebih spesifik kepada guru fisika telah dilakukan oleh Saminan (2016:330). Hasil penelitian tentang implementasi PCK guru fisika berdasarkan hasil

Subyek penelitian adalah orang – orang yang dapat memberikan sebuah informasi tentang sesuatu yang sedang di teliti. Peneliti akan memfokuskan penelitiannya