SKRIPSI
OLEH
SUHARNI
NIM : 12101058
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH - ACEH BARAT
FAKULTAS PERTANIAN
MEULABOH, ACEH BARAT 23615; PO BOX 59 Laman : www.utu.ac.id, Email : pertanian@utu.ac.id
Meulaboh, 02 Februari 2017 Program Studi : Agribisnis
Jenjang : Strata 1 ( S1 )
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI
Dengan ini telah menyatakan bahwa kami telah mengesahkan skripsi saudara : Nama : Suharni
Nim : 12101058
Dengan judul : Analisis Penentuan Komoditas Unggulan Sub Sektor
Perkebunan Kabupaten Aceh Barat
.Yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh.
MEULABOH, ACEH BARAT 23615; PO BOX 59 Laman : www.utu.ac.id, Email : pertanian@utu.ac.id
Meulaboh, 02 Februari 2017 Program Studi : Agribisnis
Jenjang : Strata 1 ( S1 )
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI
Dengan ini telah menyatakan bahwa kami telah mengesahkan skripsi saudara : Nama : Suharni
Nim : 12101058
Dengan judul : Analisis Penentuan Komoditas Unggulan Sub Sektor
Perkebunan Kabupaten Aceh Barat
.Yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh.
MEULABOH, ACEH BARAT 23615; PO BOX 59 Laman : www.utu.ac.id, Email : pertanian@utu.ac.id
Meulaboh, 02 Februari 2017 Program Studi : Agribisnis
Jenjang : Strata 1 ( S1 )
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI
Dengan ini telah menyatakan bahwa kami telah mengesahkan skripsi saudara : Nama : Suharni
Nim : 12101058
Dengan judul : Analisis Penentuan Komoditas Unggulan Sub Sektor
Perkebunan Kabupaten Aceh Barat
.FAKULTAS PERTANIAN
MEULABOH, ACEH BARAT 23615; PO BOX 59 Laman : www.utu.ac.id, Email : pertanian@utu.ac.id
Meulaboh, 02 Februari 2017
Program Studi : Agribisnis Jenjang : Strata 1 ( S1 )
LEMBARAN PERSETUJUAN KOMISI UJIAN
Dengan ini kami menyatakan bahwa kami telah mengesahkan skripsi Saudara :
Nama : Suharni Nim : 12101058
Dengan judul : Analisis Penentuan Komoditas Unggulan Sub Sektor
Perkebunan Kabupaten Aceh Barat
.Yang telah dipertahankan didepan Komisi Ujian pada Tanggal 20 Desember 2016
Menyetujui Komisi Ujian
Tanda Tangan
1. Ketua : Liston Siringo-ringo, SP., M.Si ……….
2. Sekretaris : Yoga Nugroho, SP., MM ……….
3. Anggota : Khairun Nisa, SP., MP ………...
MEULABOH, ACEH BARAT 23615; PO BOX 59 Laman : www.utu.ac.id, Email : pertanian@utu.ac.id
Meulaboh, 02 Februari 2017
Program Studi : Agribisnis Jenjang : Strata 1 ( S1 )
LEMBARAN PERSETUJUAN KOMISI UJIAN
Dengan ini kami menyatakan bahwa kami telah mengesahkan skripsi Saudara :
Nama : Suharni Nim : 12101058
Dengan judul : Analisis Penentuan Komoditas Unggulan Sub Sektor
Perkebunan Kabupaten Aceh Barat
.Yang telah dipertahankan didepan Komisi Ujian pada Tanggal 20 Desember 2016
Menyetujui Komisi Ujian
Tanda Tangan
1. Ketua : Liston Siringo-ringo, SP., M.Si ……….
2. Sekretaris : Yoga Nugroho, SP., MM ……….
3. Anggota : Khairun Nisa, SP., MP ………...
MEULABOH, ACEH BARAT 23615; PO BOX 59 Laman : www.utu.ac.id, Email : pertanian@utu.ac.id
Meulaboh, 02 Februari 2017
Program Studi : Agribisnis Jenjang : Strata 1 ( S1 )
LEMBARAN PERSETUJUAN KOMISI UJIAN
Dengan ini kami menyatakan bahwa kami telah mengesahkan skripsi Saudara :
Nama : Suharni Nim : 12101058
Dengan judul : Analisis Penentuan Komoditas Unggulan Sub Sektor
Perkebunan Kabupaten Aceh Barat
.Yang telah dipertahankan didepan Komisi Ujian pada Tanggal 20 Desember 2016
Menyetujui Komisi Ujian
Tanda Tangan
1. Ketua : Liston Siringo-ringo, SP., M.Si ……….
2. Sekretaris : Yoga Nugroho, SP., MM ……….
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : SUHARNI
NIM : 12101058
Tempat Tangal Lahir : Kuta Blang, 18 Oktober 1992
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Analisis Penentuan Komoditas Unggulan Sub Sektor Perkebunan Kabupaten Aceh Barat” benar berdasarkan hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri, baik untuk naskah laporan maupun kegiatan penilitian yang tercantum sebagai bagian dari sikripsi ini. Seluruh ide, pendapat, atau materi dari sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan referensi yang sesuai.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam peryataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa mencabut gelar yang telah diperoleh karena sikripsi ini dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Teuku Umar.
Demikian peryataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak manapun.
Meulaboh, 02 Februari 2017 Yang membuat pernyataan,
Materai Rp 6000
Suharni
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan “ (Q.S. Ath-Thalaq : 3)
Alhamdulillah... Segala puji bagi Mu ya Allah....
Sujud syukurku dihadapan Mu Rabb atas segala nikmat yang telah Engkau berikan kepada hambaMu ini sehingga hamba mampu meraih hasil perjuangan selama beberapa tahun ini,
sungguh hanya atas izin Mu ya Allah..tiada daya upaya melainkan pertolongan Mu ya Allah. Shalawat dan rinduku kepada Rasulullah yang telah meninggalkan pedoman
menjalani hidup bagi semua insan tak terkecuali untukku. Ya Allah...
Jadikanlah keberhasilan ini menjadi langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita. Berikanlah bagiku ilmu yang berkah dan bermanfaat bagi orang banyak.. jangan jadikan aku orang yang sombong, semua adalah milikMu ya Allah..
Hari-hari yang berganti mejadikan bulan hingga tercipta tahun, dalam doa tak berhentiku bersyukur, persembahanku yang teristimewa untuk ibunda dan ayahanda tercinta (M. Sayuti
& Suhalmi T), terimakasihku atas pengorbanan , doa, dan segalanya yang telah ayah dan ibu berikan untuk anak-anakmu. inilah karya kecilku yang kupersembahkan bukti bahwa janjiku telah ku tunaikan. Anakmu ini telah berjanji akan menyelesaikan perjuangan ini sampai titik
akhir dan tidak akan membuat ayah dan ibu kecewa atas semua pengorbanan.
Alhamdulillah ....
Atas izin Allah dan berkat doa ayah dan ibu yang tak pernah putus siang dan malam untuk putra putrimu. Anakmu ini baru memberikan sedikit kebahagian dari impian-impian besar dan harapan yang ayah dan ibu impikan. Maaf ayah, ibu, anakmu masih menyusahkanmu, semoga doa yang selalu engkau kirimkan mampu membuka pintu Rahmat Allah sehingga anakmu mampu membahagiakan lebih dari ini. Amin..
Kepada Abang-abangku (Safwan, Erit Sasura, Surkanis), dan adek-adekku ( Ismawardi dan Riza Ulvika), dan kakakku (Rona Fernanda) terimakasih tak terhingga atas pengorbanan,
Untuk keluarga besarku...
Terimakasih atas doa, dukungan dan semangatnya selama ini. Hanya Allah SWT yang akan membalas semua kebaikan keluarga besarku semua..aku akan mengingatnya,,, Hidup tidak berhenti disini, Insyaallah ada waktunya aku akan lakukan pengorbanan lebih besar dari yang pernah kalian berikan, Amin..
Untuk sahabat-sahabatku tercinta....
Ada waktunya kita bercanda, bercerita, berjuang, hingga lupa akan masalah yang kita hadapi, semua karena kalian sahabat.. Namun terkadang kita lupa, kita tak saling bicara,
saling menyalahkan, hingga semua terasa jauh,, namun itu semua adalah proses yang menjadikan kita lebih dewasa dan lebih baik..
Terimakasih untuk sahabat satu kost (Novi Haswirda, Irawati, Ainal Marziah, Rida Sawitri, dan Suharna) kalian adalah keluargaku, bukan Cuma sekedar sahabat, sekeping roti kita bagi bersama dan setumpuk hidangan kita rasa nikmatnya... I miss you all...
Dan untuk semua sahabat-sahabatku tersayang khususnya SEP 2012 (rafniar, linda, wari, lisa2,, rina, ahis, jasman, junaidi, yanto, wildan, reza, surya, nur, fitri, sarah, dan teman seangkatan semua), Sahabat-sahabat KKN, kakak Senior yang telah mendukung (laboratorium MIPA: riska, sri, budiman, mayhilda), dan semua shabat-sahabat yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu.... kalian adalah yang terbaik, akan kuceritakan perjuangan kita pada anak cucuku he he.. untuk teman-teman yang sudah merasa jenuh kuliah,, semangat ya... karena dibalik kesulitan pasti ada kemudahan, yakinlah Allah membantu kita.. Jampok thank you juga ya untuk semuanya...
Terimakasih tak terhingga untuk para guru-guru dan dosen-dosen yang telah memberikan ilmunya kepada saya, mengajarkan membaca, menulis, sehingga saat ini skripsi ini selesai saya
tulis... Engkau adalah adalah pelita guruku...
Special untuk yang sudah hadir selama ini (my love Jamal). Terimakasih untuk semangat dan motivasinya, semoga selamanya kesabaran itu tetap terjaga, terutama untuk sicuek ini... Semoga yang kita harapkan adalah impian terindah yang kita doakan jadi sebuah kenyataan,
dan jodoh kita bertemu dalam RidhoNya, Amin..
Semua yang telah kucapai adalah anugerah, rahmat, dan kasih sayang Allah SWT, atas perjuangan dan keyakinan, namun tanpa doa dan dukungan dari orang-orang terdekat ini tak berarti apa-apa. Sujud Syukur dan airmata ku berdoa semoga ini menjadi berkah dan tidak sia-sia... You are everything to me..
vii
Alhamdulilah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas Karunia dan AnugerahNya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Salawat dan salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tauladan baik dan membawa umat di dunia ini ke alam yang berilmu pengetahuan. Terimakasih dan rasa hormat penulis kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta atas kasih sayang, dukungan, doa, dan pengorbanan kepada penulis sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan Judul yang dipilih adalah “ANALISIS PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN
KABUPATEN ACEH BARAT’’
Penelitian ini dilaksanakan awal bulan Juni 2016 sampai selesai, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata (SI) Pada Program Studi Agribisnis (Pertanian) Universitas Teuku Umar. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan serta bimbingan yang tidak ternilai harganya dari semua pihak, skripsi ini tidak mungkin dapat penulis selesaikan, karena itu izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Liston Siringo-Ringo SP,M.Si selaku Dosen Pembimbing ketua, dan Bapak Yoga Nugroho SP,MM selaku dosen pembimbing anggota yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan motivasi kepada penulis.
viii
dan beserta civitas akademik Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar 4. Bapak Ir. Rusdi Faizin, M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Teuku Umar
5. Keluarga besar, Abang Safwan, Erik Sasura, Surkanis, kakak Suharna, adik Ismawardi dan Riza Ulvika beserta semua saudara yang penulis cintai, terimakasih atas dukungan doa dan motivasinya yang tak hentinya kepada penulis.
6. Teman-teman seperjuangan, hanna, novi, ira, yuli, lisa, rina, wari, jasman, ahis, wildan, lisa, ainal, surya, reza, junaidi, rafniar, linda, yuliana (agrotek), dan teman-teman angkatan 2012 khususnya SEP yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, dan juga kepada kakak senior (Sri, Riska, Imel, Budiman), dan teman-teman semua yang senantiasa setia mendampingi serta memberikan masukan-masukan yang berharga bagi penulis selama masa penulisan Skripsi ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan penulis demi kesempurnaan skripsi ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Meulaboh, Februari 2017
ix
Suharni, 2016 " Analysis determination superior commodity of plantation sub-sector in West Aceh District" under the guidance of Liston Siringo-Ringo as chairman and as a member of Yoga Nugroho.
This study aims to determine the superior commodity each Subdistrict in West Aceh District and define the main development priorities first, second, and third. Method analyze the data used Location Quotient (LQ), Shift Share, and combination LQ and Shift Share. The data used of plantation sub-sector value production in West Aceh District regency over 2009-2014. The results shows that the commodities have LQ>1 each sub-district as follows: Johan Pahlawan subdistrict namely hybrid coconuts, local coconut, cocoa and areca; Samatiga namely commodity nutmeg, local coconut, rubber, coffee beans, pepper, cocoa and areca; Bubon Subdistrict namely commodity rubber, areca, cocoa and pepper; Arongan Lambalek Subdistrict namely hybrid coconuts, local coconut and rubber; Woyla Subdistrict namely commodities pepper, coffee beans, palm oil, areca and cocoa; Southwestern Woyla Subdistrict namely commodity rubber, pepper, coffee beans, cocoa and areca; East Woyla Subdistrict namely commodity rubber, pepper, coffee bean, areca and nutmeg; Kaway XVI Subdistrict namely commodity randu and palm oil; Meureubo Subdistrict namely commodity areca, cocoa, palm oil and hybrid coconuts; Pante Ceureumen Subdistrict namely the local coconuts, coffee beans, and cocoa; Panton Reu Subdistrict namely commodity rubber, pepper, areca, cocoa, randu, coffee beans, local coconut and nutmeg; Sungai Mas commodity rubber, coffee beans, randu, nutmeg, cocoa and areca. Shift Share analysis results commodities to be major development priorities, namely commodity rubber, are in the Subdistrict of East Woyla, Panton Reu and Sungai Mas, while other commodities included in the second and third priorities or alternatives.
x
Suharni, 2016 “Analisis penentuan komoditas unggulan sub sektor perkebunan Kabupaten Aceh Barat” dibawah bimbingan Liston Siringo-Ringo sebagai ketua dan Yoga Nugroho sebagai anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komoditi unggulan setiap Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat dan menentukan prioritas pengembangan utama, kedua, dan ketiga. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis
Location Quotient (LQ), Shift Share, dan penggabungan analisis LQ dan Shift Share. Data yang digunakan yaitu nilai produksi komoditi sub sector perkebunan Kabupaten Aceh Barat tahun 2009-2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditi yang memiliki nilai LQ >1 masing-masing Kecamatan sebagai berikut: Kecamatan Johan Pahlawan yaitu komoditi kelapa hibrida, kelapa dalam, kakao dan pinang; Kecamatan Samatiga yaitu komoditi pala, kelapa dalam, karet, biji kopi, lada, kakao dan pinang; Kecamatan Bubon yaitu komoditi karet, pinang, kakao dan lada; Kecamatan Arongan Lambalek yaitu komoditi kelapa hibrida, kelapa dalam dan karet; Kecamatan Woyla yaitu komoditi lada, biji kopi, kelapa sawit, pinang dan kakao; Kecamatan Woyla Barat yaitu komoditi karet, lada, biji kopi, kakao, dan pinang; Kecamatan Woyla Timur yaitu komoditi Karet, lada, biji kopi, pinang dan pala; Kecamatan Kaway XVI yaitu komoditi kapuk dan kelapa sawit; Kecamatan Meureubo yaitu komoditi pinang, kakao, kelapa sawit dan kelapa hibrida; Kecamatan Pante Ceureumen yaitu komoditi kelapa dalam, biji kopi, dan kakao; Kecamatan Panton Reu yaitu komoditi karet, lada, pinang, kakao, kapuk, biji kopi, kelapa dalam dan pala; Kecamatan Sungai Mas komoditi karet, biji kopi, kapuk, pala, kakao dan pinang. Hasil analisis Shift Share
xi
LEMBARAN JUDUL... i
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii
LEMBARAN PERSETUJUAN KOMISI UJIAN ... iii
LEMBARAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
2.4 Teori Ekonomi Basis ... 10
2.5 AnalisisLocation Quotient(LQ)... 12
2.6 AnalisisShift Share... 13
2.7 Penelitian Terdahulu... 14
III. METODE PENELITIAN ... 19
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian... 19
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 19
3.3 Metode Analisis Data ... 19
3.4 Batasan-Batasan Variabel... 24
3.5 Kerangka Pemikiran Operasional ... 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27
4.1 Gambaran umum Kabupaten Aceh Barat ... 27
1.1.1 Geografis ... 27
1.1.2 Keadaan Iklim... 28
4.2 Sub Sektor Perkebunan... 28
4.3 Hasil Analisis dan Pembahasan ... 30
xii
Perkebunan Basis di Masing-Masing Kecamatan
Kabupaten Aceh Barat ... 50
4.3.3 Penentuan Prioritas Pengembangan Komoditi Perkebunan Masin-Masing Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat ... 65
V. PENUTUP ... 70
5.1. Kesimpulan... 70
5.2. Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 72
LAMPIRAN ... 74
xiii
No Tabel Halaman
1. Total Luas Areal dan Produksi Komoditi Sub Sektor
Perkebunan Rakyat Kabupaten Aceh Barat... 6 2. Kriteria Penentuan Prioritas Pengembangan Komoditi Sub
Sektor Perkebunan pada Masing-Masing Kecamatan di
Kabupaten Aceh Barat ... 23 3. Potensi Luas Lahan Sub Sektor Perkebunan Rakyat
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014... 29 4. Nilai LQ Produksi Komoditi Perkebunan di Wilayah
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Tahun
2009-2014 ... 32 5. Nilai LQ Produksi Komoditi Perkebunan di Wilayah
Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat Tahun
2009-2014 ... 34 6. Nilai LQ Produksi Komoditi Perkebunan di Wilayah
Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat Tahun 2009-2014... 35 7. Nilai LQ Produksi Komoditi Perkebunan di Wilayah
Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2009-2014... 36 8. Nilai LQ Produksi Komoditi Perkebunan di Wilayah
Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Tahun 2009-2014... 38 9. Nilai LQ Produksi Komoditi Perkebunan di Wilayah
Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat Tahun
2009-2014 ... 39 10. Nilai LQ Produksi Komoditi Perkebunan di Wilayah
Kecamatan Woyla Timur Kabupaten Aceh Barat Tahun
2009-2014 ... 40 11. Nilai LQ Produksi Komoditi Perkebunan di Wilayah
Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun
2009-2014 ... 41 12. Nilai LQ Produksi Komoditi Perkebunan di Wilayah
Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun
xiv
2009-2014 ... 44 14. Nilai LQ Produksi Komoditi Perkebunan di Wilayah
Kecamatan Panton Reu Kabupaten Aceh Barat Tahun
2009-2014 ... 45 15. Nilai LQ Produksi Komoditi Perkebunan di Wilayah
Kecamatan Sungai Mas Kabupaten Aceh Barat Tahun
2009-2014 ... 46 16. Komoditi Sub Perkebunan Unggulan di Wilayah
Masing-Masing Kecamatan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2009-2014 ... 47 17. Peringkat LQ Tertinggi Komoditi Sub Sektor Perkebunan di
Masing-Masing Kecamatan Kabupaten Aceh Barat... 48 18. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah
Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2009-2014 ... 52 19. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah
Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Samatiga
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2009-2014 ... 53 20. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah
Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Bubon Kabupaten
Aceh Barat Tahun 2009-2014... 55 21. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah
Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Arongan
Lambalek Kabupaten Aceh Barat Tahun 2009-2014 ... 56 22. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah
Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Woyla Kabupaten
Aceh Barat Tahun 2009-2014... 57 23. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah
Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Woyla Barat
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2009-2014 ... 58 24. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah
Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Woyla Timur
xv
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2009-2014 ... 60 26. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah
Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Meureubo
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2009-2014 ... 61 27. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah
Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Pante Ceureumen
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2009-2014 ... 62 28. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah
Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Panton Reu
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2009-2014 ... 63 29. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah
Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Sungai Mas
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2009-2014 ... 64 30. Penentuan Prioritas Pengembangan Komoditi Sub Sektor
Perkebunan di Wilayah Masing-Masing Kecamatan Kabupaten Aceh Barat Berdasarkan Analisis Location
Quotient, Komponen Pertumbuhan Proporsional dan
xvi
No Gambar Halaman
xvii
No Lampiran Halaman
1. Produksi Tanaman Sub Sektor Perkebunan Masing-Masing
Kecamatan Kabupaten Aceh Barat ... 74 2. Total Produksi Tanaman Sub Sektor Perkebunan Kabupaten
Aceh Barat ... 78 3. Rata-rata Location Quotient (LQ) Masing-Masing Keamatan
Kabupaten Aceh Barat ... 79 4. Komoditi Basis Pertumbuhan Proporsional (PP) dan
Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) Masing-Masing
Kecamatan Kabupaten Aceh Barat ... 83 5. Luas Lahan Komoditi Sub Sektor Perkebunan Setiap Kecamatan di
Kabupaten Aceh Barat tahun 2014 ... 86 6. Surat Keterangan Izin Pengumpulan Data Dari Badan Pusat
1
1.1. Latar Belakang
Perencanaan pembangunan daerah sangat penting dalam meningkatkan
perekonomian daerah. Perencanaan pembangunan juga sebagai perencanaan untuk
memperbaiki sumber-sumber daya yang ada di daerah dengan harapan dapat
mencapai keadaan perekonomian yang lebih baik. Perekonomian di daerah sangat
tergantung oleh pengembangan sektor-sektor dan bidang-bidang tertentu, baik itu
sektor pertanian, perindustrian, sektor jasa dan bidang lain yang mempengaruhi
pendapatan daerah. Hal ini juga berkaitan dengan kebijakan pemerintah daerah
dalam menentukan konsep pengembanganya.
Pendekatan perencanaan dapat dilakukan dengan lebih menitikberatkan
terhadap pembangunan sektor-sektor atau bidang-bidang tertentu. Disini tujuan
perencanaan dapat di arahkan kepada pemecahan masalah pada sektor-sektor yang
menjadi bottleneck (kemacetan) dalam pembangunan, ataupun untuk mengembangkan sektor-sektor yang merupakan leader (pemimpin) dalam perekonomian daerah (Daryanto dan Hafizrianda, 2010). Masing-masing daerah
mempunyai potensi sumber daya alam yang berbeda antara satu dengan yang lain.
Oleh karena itu perlu adanya pemanfaatan semaksimal mungkin dalam
pengelolaanya. Hal ini sangat berkaitan dengan pengembangan potensi lokal yang
dapat diunggulkan, berdaya saing, sehingga dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat dan daerah.
Pembangunan pertanian merupakan salah satu cara dalam peningkatan
pendapatan suatu daerah dan dalam rangka menciptakan kesejahteraan
merupakan perencanaan pembangunan yang mampu mencapai tujuan yang lebih
terarah. Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang mempunyai peran cukup
besar dalam pembangunan.
Kesanggupan sektor pertanian untuk menyediakan bahan makanan yang
cukup menghindarkan bahaya kelaparan, selanjutnya perkembangan sektor
pertanian dapat menunjang perkembangan di sektor industri, kenaikan
produktivitasnya akan memperluas pasar untuk berbagai kegiatan industri, baik itu
industri-industri penghasil input pertanian modern seperti mesin pertanian dan
pupuk kimia, dan akhirnya sumbangan lain dari kemajuan sektor pertanian
terhadap pembangunan adalah untuk menciptakan tabungan yang dapat digunakan
oleh sektor lain, terutama sektor industri sehingga mempertinggi tingkat
penanaman modal (Sukirno, 2007).
Daerah Aceh mempunyai banyak sektor-sektor yang mampu menunjang
pendapatan daerahnya, salah satunya adalah sektor pertanian di samping adanya
sektor seperti pertambangan, sektor jasa, dan sektor- sektor lain. Sektor pertanian
memiliki beberapa sub sektor diantaranya adalah sub sektor perkebunan. Potensi
hasil produksi sub sektor perkebunan dapat dijadikan andalan ekspor di masa
yang akan datang sebenarnya sangat besar dengan adanya penguasaan manajemen
usaha tani dan akses terhadap teknologi baru, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan baik petani maupun pendapatan daerah tersebut. Selain untuk di
ekspor, komoditas sub sektor perkebunan juga sebagai penyedia bahan baku
industri dalam negeri, baik industri minyak goreng, sarung tangan, pembuatan
ban, tekstil, rokok, minuman dan kosmetik. Aceh Barat mempunyai perkebunan
komoditi perkebunan Rakyat di Aceh Barat yaitu kelapa sawit, karet, kelapa
dalam, kelapa hibrida, kakao, kapuk, pinang, biji kopi, lada, dan pala. Untuk
melihat sektor yang mampu menunjang perekonomian daerah tersebut, salah satu
cara adalah dengan penentuan sektor yang menjadi andalan atau sektor unggulan
daerah, mempunyai daya saing, sehingga mampu menciptakan kekayaan daerah.
Kabupaten Aceh Barat juga mempunyai sektor pertanian yang berpengaruh
dalam pendapatan daerahnya. Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
tahun 2013, sektor penyumbang Nilai Tambah Bruto (NTB) terbesar adalah sektor
pertanian (36,58 persen ditahun 2013), dimana sub sektor dominan disini adalah
perkebunan dan tanaman bahan makanan. Sub sektor perkebunan memberikan
konstribusi terbesar yaitu sebesar 13,97 persen, kemudian tanaman bahan
makanan sebesar 8,64 persen, perikanan sebesar 7,29 persen, peternakan sebesar
4,08 persen dan kehutanan sebesar 2,60 persen (BPS Aceh Barat, 2014). Untuk
melihat komoditi sub sektor perkebunan yang berpengaruh,oleh karena itu
penentuan komoditas unggulan sub sektor perkebunan perlu dilakukan untuk
menentukan potensi daerah. Penentuan komoditas unggulan ditingkat Kecamatan
ini cukup efektif untuk menentukan potensi Kecamatannya.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini adalah komoditi unggulan sub sektor
perkebunan apa sajakah yang ada pada masing-masing Kecamatan, dan apa yang
menjadi prioritas pengembanganya pada masing-masing Kecamatan di Kabupaten
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komoditi unggulan sub
sektor perkebunan masing-masing Kecamatan dan prioritas pengembangan pada
masing-masing Kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Barat.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menjadi ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai
penentuan komoditas unggulan dengan metode Location Quotion (LQ) danShift Share.
2. Bagi Pemerintah dan Badan Usaha
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan
mengenai komoditi unggulan sub sektor perkebunan di setiap
Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat dengan melihat komoditi basis
setiap tahun, tingkat pertumbuhannya lebih cepat atau lebih lambat,
sehingga dapat ditetapkan prioritas pengembangan komoditi sub sektor
perkebunan yang menjadi andalan atau unggulan di tingkat Kecamatan.
3. Bagi Akademisi
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian
5
2.1. Sub Sektor Perkebunan
Sub sektor perkebunan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian.
Berdasarkan pengusahaanya subsektor perkebunan dikenal adanya perkebunan
rakyat dan perkebunan besar. Perkebunan rakyat pada umumnya usahatani
tanaman perkebunan yang juga diusahakan oleh para petani terutama untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya. Perkebunan besar biasanya merupakan usaha
pertanian dalam bentuk perusahaan pertanian untuk memproduksi hasil tanaman
tertentu dengan sistem pertanian dan cara modern dengan pengelolaan, metode
dan tehnik pengolahan yang efesien (Su’ud, 2004). Perkebunan besar terdiri dari
perkebunan besar swasta dan perkebunan besar negara. Produk-produk
perkebunan besar menitikberatkan pada komoditi ekspor, dan biasanya tanaman
yang diusahakan adalah tanaman tunggal. Sedangkan kebun campuran diusahakan
sebagai perkebunan rakyat, namun jika ditinjau dari luas lahanya perkebunan
rakyat lebih luas dari perkebunan negara (Nurmala,dkk, 2012).
Perkebunan rakyat yang banyak tersebar di seluruh pelosok tanah air
umumnya berkonsentrasi pada tanaman yang cepat menghasilkan uang tunai,
seperti: karet, kelapa rakyat, lada, kopi, tembakau, dan lain-lain. Perkebunan besar
yang umumnya mempunyai pabrik pengolahan mengusahakan tanaman yang
berpotensi mempunyai nilai tambah tinggi, seperti: kelapa sawit, tebu, kelapa
hibrida, teh, dan lain-lain (Arifin,2001).
Pendekatan pengembangan pembangunan yang menitikberatkan perkebunan
rakyat sebagai urat nadi pembangunan dengan dukungan perkebunan besar telah
peningkatan luas areal. Areal perkebunan yang pada tahun 1969 baru mencapai
4,6 juta ha telah meningkat jadi lebih dari 18,8 juta ha pada tahun 2009 atau
meningkat empat kali lipat. Perkebunan telah mampu menunjukkan peran dan
keuntunganya dalam perekonomian nasional. Saat ini dan yang akan datang sektor
perkebunan akan tetap menjadi sektor yang penting (Suwarto dan Yuke, 2012).
Perekonomian di Aceh Barat beberapa tahun terakhir ini sangat di topang
oleh sub sektor perkebunan. Ada 10 komoditi sub sektor perkebunan yang
tercatat, yaitu yang berasal dari perkebunan rakyat yang ada di Kabupaten Aceh
Barat.
Tabel 1. Total Luas Areal Dan Produksi Komoditi Sub Sektor Perkebunan Rakyat Kabupaten Aceh Barat
Komoditi Luas Areal (Hektar) Produksi (Ton) 2012 2013 2014 2012 2013 2014
Karet 24.096,77 24.602,77 25.179,90 17.270,43 22.633,45 22.667,09 Kelapa
Sawit
6.481,00 7.060,00 7.545,00 60.965,35 63.240,00 64.722,00
Kelapa Dalam
2.739,10 2.853,90 3.060,90 1.172,70 1.178,40 1.207,20
Kelapa Hibrida
93,00 103,00 57,70 29,00 29,00 21,50
Kakao 722,01 759,01 886,61 235,16 181,05 193,45
Kapuk 79,15 81,29 81,39 12,45 12,57 12,61
Pinang 561,50 593,64 641,56 237,15 247,25 266,26
Biji Kopi 548,00 548,00 549,40 81,33 81,33 81,33
Lada 6,85 6,95 6,95 0,08 0,08 0,12
Pala 63,60 63,60 64,50 12,72 12,72 12,90
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat (2015)
2.2. Pembangunan Wilayah
Menurut Mangiri (2000) dalam Daryanto dan Hafizrianda (2010) bahwa
konsep pengembangan wilayah secara garis besar terbagi atas empat, yaitu:
a. Pengembangan wilayah berbasis sumber daya. Sumber daya merupakan
tersebut yaitu tanah, bahan mentah, modal, tenaga kerja, keahlian,
keindahan alam, maupaun aspek sosial budaya.
b. Pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan. Penekanan
konsep ini pada motor penggerak pembangunan wilayah pada komoditas
yang di nilai dapat menjadi unggulan atau andalan, baik di tingkat domestik
dan Internasional.
c. Pengembangan wilayah berbasis efesiensi. Penekanan pada konsep ini
adalah pengembangan wilayah melalui pembangunan bidang ekonomi yang
mempunyai porsi lebih besar dibandingkan bidang-bidang lainya.
Pembangunan ekonomi tersebut dijalankan dalam kerangka pasar bebas atau
pasar persaingan sempurna (free market mechanism).
d. Pengembangan wilayah menurut pelaku pembangunan. Strategi
pengembangan wilayah ini mengutamakan peranan setiap pelaku
pembangunan ekonomi (rumah tangga, lembaga sosial, lembaga keuangan
dan bukan keuangan, pemerintah maupun koperasi).
Menurut Suryana (2000) dalam Sitorus (2014), keberhasilan suatu
pembangunan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dari pengalaman pembangunan
negara-negara yang sekarang sudah maju, keberhasilan pembangunan pada
dasarnya dipengaruhi oleh dua unsur pokok yaitu unsur ekonomi yang termasuk
sumber daya alam, sumber daya manusia, pembentukan modal dan tekhnologi,
dan juga unsur non ekonomi di dalamnya yaitu politik, sosial, dan kebiasaan.
Pembangunan daerah sangat di pengaruhi oleh pengembangan berbasis
sumber daya alam, komoditas unggulan, efesiensi, pelaku pembangunanya
tidak kalah penting dalam pembangunan daerah dan dengan tekhnologi yang terus
berkembang pembangunan dapat efektif dan efesien.
Menurut Daniel (2002) pembangunan ekonomi nasional yang
mengandalkan sektor pertanian selain industri dan pariwisata, perlu di dukung
oleh perumusan kebijaksanaan sekuensial sebagai berikut:
a. Reposisi sektor pertanian dengan menempatkanya sebagai sektor pemimpin
dan penggerak pembangunan nasional
b. Restrukrisasi dalam sektor pertanian sendiri, khususnya sub sektor
perkebunan, peternakan, dan perikanan dengan keberpihakan kepada petani
dan nelayan.
c. Kebijaksanaan makro ekonomi, khususnya fiskal, dan moneter harus di
arahkan untuk menunjang restrukturisasi perekonomian nasional dan
pertanian.
d. Pendekatan pembangunan pertanian berdasarkan pemanfaatan dan
keunggulan sumber daya lokal (sumber daya alam, tenaga kerja, dan
kapital) secara efesien dan optimal melalui pengembangan dan penataan
kelembagaan pertanian dan pedesaan.
e. Pengembangan agroindustri di pedesaan sehingga mampu meningkatkan
nilai tambah, produktivitas, dan pendapatan masyarakat luas.
f. Mengembangkan kebijaksanaan pendukung dalam pengembangan sistem
komoditas (produksi, pascapanen/pengembangan produk, pemasaran dan
perdagangan, serta pengembangan konsumsi/ permintaan domestik dan
produksi, kesempatan kerja, pendapatan/kesejahteraan petani, dan devisa
sektor pertanian.
2.3. Komoditas Unggulan
Badan Litbang Pertanian (2003) dalam Firdaus (2009), komoditas unggulan
adalah komoditas andalan yang memiliki posisi strategis, dimana berdasarkan
pertimbangan teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan
kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya manusia,
infrastruktur, dan kondisi sosial budaya setempat) layak untuk dikembangkan di
suatu wilayah.
Menurut Tarigan (2005) keunggulan komparatif suatu komoditi bagi suatu
negara atau daerah adalah bahwa komoditi itu lebih unggul secara relatif dengan
komoditi lain di daerahnya. Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk
perbandingan dan bukan dalam bentuk nilai tambah riel. Komoditi yang memiliki
keunggulan walaupun hanya dalam bentuk perbandingan, lebih menguntungkan
untuk dikembangkan dibanding dengan komoditi lain yang sama-sama diproduksi
oleh kedua negara atau daerah. Jadi keunggulan komparatif adalah suatu kegiatan
ekonomi yang menurut perbandingan lebih menguntungkan bagi pengembangan
daerah. Selain keunggulan komporatif, pada saat ini istilah yang lebih sering
dipakai adalah keunggulan kompetitif.
Keunggulan kompetitif menganalisis kemampuan suatu daerah untuk
memasarkan produknya di luar daerah/ luar negeri/ pasar global. Keunggulan ini
cukup cukup melihat apakah produk yang kita hasilkan bisa dijual di pasar secara
menguntungkan, tidak lagi membandingkan potensi komoditi yang sama di suatu
negara terhadap komoditi semua negara pesaingnya di pasar global. Namun
banyak komoditi yang hanya diproduksi untuk kebutuhan lokal atau dipasarkan ke
wilayah tetangga tetapi tidak mampu masuk ke pasar global. Sehingga
keunggulan komperatif dapat digunakan untuk melihat komoditi yang mempunyai
prospek untuk dikembangkan dan punya prospek untuk memiliki ke unggulan
kompetitif meskipun belum mampu memasuki pasar global.
Kriteria-kriteria komoditas unggulan menurut Daryanto dan Hafizrianda
(2010) adalah sebagai berikut :
a. Harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan perekonomian
b. Mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang kuat, baik sesama
komoditas unggulan maupun komoditas lainnya
c. Mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain di pasar nasional
dan pasar internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi dan
kualitas pelayanan
d. Memiliki keterkaitan dengan wilayah lain (regional linkages), baik dalam
pasar ( konsumen) maupun pemasokan bahan baku
e. Memiliki status teknologi yang terus meningkat, terutama melalui inovasi
teknologi
f. Mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan
skala produksinya
g. Dapat bertahan dalam jangka panjang tertentu
i. Pengembanganya harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan, misalnya
keamanan, sosial, budaya, informasi dan peluang pasar, kelembagaan,
fasilitas insentif/ disinsentif dan lain-lain
j. Pengembanganya berorientasi pada kelestarian sumber daya dan
lingkungan.
2.4. Teori Ekonomi Basis
Menurut Adisasmita (2005), menjelaskan bahwa aktivitas basis memiliki
peranan sebagai penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu
wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain akan semakin maju
pertumbuhan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya. Bertambah banyaknya
kegiatan basis dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke dalam
wilayah yang bersangkutan, yang selanjutya menambah permintaan terhadap
barang atau jasa di dalam wilayah tersebut, sehingga pada akhirnya akan
menimbulkan kenaikan volume kegiatan non basis. Sebaliknya berkurangnya
aktivitas basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir ke
dalam suatu wilayah, sehingga akan menyebabkan turunnya produk dari aktivitas
non basis.
Oleh sebab itu, Budiharsono (2001) dalam Dewi (2008), metode yang
digunakan untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau non
basisdapat digunakan beberapa metode yaitu metode pengukuran langsung dan
metode pengukuran tidak langsung. Metode pengukuran langsung dapat dengan
survei langsung untuk mengidentifikasi sektor mana yang merupakan sektor basis.
Metode ini dapat menentukan sektor basis dengan tepat. Akan tetapi penelitian
Location Quotient (LQ). Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah
satu teknik yang lazim digunakan adalah kuosien lokasi (Location Quotient). LQ
digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sekor-sektor basis
atau unggulan/leading sectors (Adisasmita, 2005). Sektor basis di sini adalah
sektor yang mampu mengekspor ke luar daerah. Dalam pengertian ekonomi
regional, ekspor adalah menjual produk/jasa ke luar wilayah baik ke wilayah lain
dalam negara itu maupun ke luar negeri.
2.5. AnalisisLocation Quotient(LQ)
Rusastra dkk (2000) dalam Safrifal dan Shalih (2013), LQ adalah suatu alat
pengembangan ekonomi yang lebih sederhana. Teknik LQ merupakan salah satu
pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi yang didasarkan pada
teori basis ekonomi untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai
tambah sebuah sektor di suatu region (kabupaten/ kota) terhadap sumbangan nilai
tambah sektor yang bersangkutan secara propinsi/nasional atau menghitung
perbandingan antara shareoutput sektor i di kabupaten terhadap share output
sektor di propinsi.
Dalam praktiknya penggunaan pendekatan LQ meluas tidak terbatas pada
bahasan ekonomi saja akan tetapi juga dimanfaatkan untuk menentukan sebaran
komoditas atau melakukan identifikasi wilayah berdasarkan potensinya.
Berdasarkan pemahaman terhadap teori ekonomi basis, teknik LQ relevan
digunakan sebagai metoda dalam menentukan komoditas unggulan khususnya
dari sisi penawaran (produksi atau populasi). Untuk komoditas yang berbasis
lahan seperti tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan, perhitungannya di
Sedangkan untuk komoditas pertanian yang tidak berbasis lahan seperti usaha
ternak, dasar perhitungannya digunakan populasi atau ekor (Hendayana, 2003).
Indeks Location Quotient yaitu metode untuk menganalisis komoditas
unggulan yang mempunyai beberapa kelebihan yaitu, penerapannya yang
sederhana, mudah, tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit.
Keterbatasan metode LQ antara lain diperlukan akurasi data untuk mendapatkan
hasil yang akurat ( Safrizal dan Shalih, 2013).
Dalam literatur ekonomi wilayah disebutkan bahwa suatu sektor yang
memiliki angka LQ>1, maka sektor tersebut merupakan sektor basis yang menjadi
kekuatan daerah untuk mengekspor produknya ke luar daerah. Sebaliknya jika
LQ≤ 1, maka sektor tersebut menjadi pengimpor dan ada kecendrungan sektor ini
bersifat tertutup karena tidak melakukan transaksi ke dan dari wilayah, namun
kondisi seperti ini sulit ditentukan dalam sebuah perekonomian wilayah.
(Daryanto dan Hafizriada, 2010).
2.6. AnalisisShift Share
Menurut Budiharsono (2001) dalam Dewi (2008) menyatakan bahwa
analisis Shift Share menganalisis berbagai indikator perubahan ekonomi, seperti
produksi dan kesempatan kerja, pada dua titik waktu pada suatu wilayah. Dari
analisis ini akan diketahui bagaimana perkembangan suatu sektor disuatu wilayah
jika dibandingkan secara relatif dengan sekto-sektor lainya, apakah bertumbuh
cepat atau lambat.
Analisis shift share dalam analisis ekonomi wilayah dimaksudkan untuk
mengurangi kelemahan-kelemahan dari perhitungan–perhitungan indeks
pendapatan, produksi, atau tenaga kerja suatu wilayah dapat dibagi dalam tiga
komponen pertumbuhan yaitu komponen pertumbuhan regional, komponen
pertumbuhan proporsional, dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah
(Daryanto dan Hafizrianda, 2010).
Defenisi terkait juga dijelaskan Tarigan (2005), ia menyatakan pertambahan
lapangan kerja (employment) regional total dapat diurai menjadi komponen shift
dan share. Komponen share sering disebut komponen national share yaitu
banyaknya pertambahan lapangan kerja regional seandainya proporsi perubahanya
sama dengan laju pertambahan nasional selama periode studi. Hal ini dapat di
pakai sebagai kriteria lanjutan bagi daerah yang bersangkutan untuk mengukur
apakah daerah itu tumbuh lebih cepat atau lebih lambat dari pertumbuhan nasional
rata-rata. Sedangkan komponen shift adalah penyimpangan (deviation) dari
national share dalam pertumbuhan lapangan kerja regional. Penyimpangan ini
positif di daerah-daerah yang tumbuh lebih cepat dan negatif di daerah-daerah
yang tumbuh lebih lambat/ merosot dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan
kerja secara nasional. Jadi, analisis shift share digunakan untuk menganilis
perubahan ekonomi suatu wilayah dengan menjelaskan pertumbuhan persektor
(Oktavia, dkk. 2015).
2.7. Penelitian Terdahulu
Sitorus (2014) dalam penelitianya berjudul Analisis Penentuan Komoditi
Perkebunan basis di Wilayah Masing-masing Kecamatan Kabupaten Simalungun,
dengan menggunakan analisis data yaitu analisisLocation Quotient, analisis Shift
Share, serta gabungan analisisLocation QuotientdanShift Share. Hasil penelitian
karet, kelapa sawit, kopi, kelapa, cokelat, cengkeh, kulit manis, kemiri, lada, aren,
pinang, vanili dan tembakau. Kecamatan yang paling banyak menghasilkan
komoditi perkebunan basis adalah Kecamatan Sidamanik dan Panei yaitu
sebanyak sembilan jenis komoditi perkebunan. Komoditi basis yang mempunyai
pertumbuhan cepat di Kabupaten Simalungun yaitu: karet, kopi, kelapa, cokelat,
cengkeh, lada, pinang, vanili tembakau. Komoditi perkebunan basis yang
berdayasaing adalah karet, kelapa sawit, kopi, kelapa, cokelat, cengkeh, kulit
manis, kemiri, lada, aren, pinang, vanili dan tembakau. Komoditi perkebunan
basis yang paling banyak menjadi prioritas utama yaitu komoditi pinang
sebanyak 12 kecamatan, komoditi kopi, ada 16 kecamatan, prioritas ketiga yaitu
kulit manis, kemiri dan aren.
Fadhil (2012) memuatmemory Agriculture of Counseling potensi lahan dan
komoditi unggulan Kabupaten Aceh Barat, Perkebunan Rakyat di lihat dari
pengembangan luas areal dan produksinya di Kabupaten Aceh Barat kondisi tahun
2000 bahwa tanaman karet menduduki urutan teratas dalam hal luas areal tanaman
sebesar 34.728 Ha. Sedangkan bila dilihat dari segi produksi perkebunan rakyat
maka tanaman sawit menduduki urutan teratas yaitu 63.657 (ton/tahun). Sehingga
produksi perkebunan karet dan kelapa sawit merupakan primadona perkebunan
bagi masyarakat Aceh Barat, untuk itu perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi.
Dari hasil pernyataan Fadhil (2012) tersebut, bahwa keunggulan komoditi
perkebunan di Kabupaten Aceh Barat ditetapkan dari luas lahan dan dari segi
produksi pertahun. Namun perencanaan penelitian penentuan komoditi unggulan
sektor perkebunan Kabupaten Aceh Barat yang akan dilakukan peneliti kedepan
Selanjutnya Hapsari (2007) dalam penelitiannya berjudul Identifikasi
Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Semarang, menyimpulkan hasil
penelitian bahwa komoditi pertanian yang banyak diusahakan di banyak
kecamatan di Kabupaten Semarang adalah padi sawah, kacang tanah,ubi kayu,
pepaya, kelapa, ayam buras, itik, kambing, ikan nila merah, dan pohon/kayu jati.
Berdasarkan pada analisis Kuosien Spesialisasi (KS) dan Kuosien Lokalisasi (LQ)
diketahui bahwa komoditi padi sawah, sapi potong dan sapi perah merupakan
komoditi yang terspesialisasi di Kabupaten Semarang dan komoditi pertanian
unggulan yang keberadaannya memusat di suatu kecamatan sebanyak 83
komoditi dan yang menyebar dibeberapa kecamatan sebanyak 31 komoditi.
Sedangkan berdasarkan analisis gabungan LQ dan KS dapat diketahui bahwa
komoditi pertanian yang diprioritaskan untuk dikembangkan pada masing-masing
kecamatan di Kabupaten Semarang adalah komoditi pinus di Kecamatan Getasan,
mengkudu di Kecamatan Sumowono, mangga di Kecamatan Bringin, sengon di
Kecamatan Tengaran, nanas di Kecamatan Suruh, melondi Kecamatan Susukan,
sonokeling di Kecamatan Pabelan, wijen di Kecamatan Bancak, jeruk
siam/keprok di Kecamatan Kaliwungu, kangkung di Kecamatan Bawen, kapulogo
di Kecamatan Banyu biru, kajibeling di Kecamatan Jambu, sirsak di Kecamatan
Pringapus, anggrek di Kecamatan Ambarawa, jeruk besar di Kecamatan Bergas,
jambu air di Kecamatan Tuntang.
Dewi (2008) dalam penelitian Pembangunan Wilayah Kecamatan Berbasis
Komoditi Pertanian Di Kabupaten Ponorogo (Pendekatan Location Quotientdan
Shift Share, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa komoditi pertanian di
manggis, nangka, pepaya, salak, jeruk keprok, sawo, alpukat, belimbing, jambu
air, jambu biji, durian, sirsak, melon, mangga, pisang, rambutan, bawang putih,
bawang merah, buncis, sawi, tomat, bayam, cabai rawit, terong, kangkung,
cabaibesar, ketimun, labu, kacang panjang, cengkeh, tebu, panili, lada, kakao,
jahe, kopi, jambu mete, tembakau, kerbau, kuda, kambing,domba, ayam kampung,
itik, mentok, sapi, kelinci tawes, mujaer, lele,udang, katak, jati, mahoni, sono dan
pinus.
Kecamatan yang memiliki komoditi pertanian basis terbanyak adalah
Kecamatan Ngebel yaitu sebanyak 25 komoditi sedangkan Kecamatan Ponorogo
dan Jetis memiliki jumlah komoditi pertanian basis terkecilyaitu satu komoditi.
Komoditi basis yang memiliki daya saing wilayah baik di Kabupaten
Ponorogo adalah labu, buncis, bayam, kangkung, cabai rawit, ketimun, salak,
rambutan, mangga, pepaya, jambu biji, jambu air, melon, manggis, jeruk keprok,
pisang, sirsak, belimbing, nangka, cabai besar, tomat, kopi, jambu mete,
tembakau, kakao, lada, panili, tebu, ayam kampung, kelinci, ayamras, domba, itik,
mentok, kuda, kerbau, mujaer, katak, tawes, udang, pinus, jati, mahoni dan sono.
Kecamatan Ngebel memiliki jumlah komoditi pertanian yang mampu bersaing
terbanyak yaitu 14 komoditi dan Kecamatan Ponorogo memiliki memiliki jumlah
komoditi pertanian yang mampu bersaing terkecil yaitu satu komoditi. Komoditi
pertanian yang menjadi unggulan di Kabupaten Ponorogo adalah pepaya, salak,
jambu biji, mangga, pisang, rambutan, tomat, cabai besar, jeruk keprok, jambu air,
melon, manggis, buncis, bayam, belimbing, sirsak, tebu, panili, kakao, kopi,
jambu mete, tembakau, lada, kuda, kambing, domba, ayam kampung, itik, mentok,
sono, pinus. Kecamatan Ngebel memiliki komoditi pertanian unggulan terbanyak
yaitu 12 komoditi dan Kecamatan Ponorogo memiliki komoditi pertanian
unggulan terkecil yaitu satu komoditi.
Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut,
dapat dijadikan sebagai referensi dalam penelitian yang akan dilakukan, dengan
menggunakan metode yang sama yaitu Location Quotien dan Shift Share dalam
penentuan komoditas unggulan sub sektor perkebunan yang ada di Kabupaten
19 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Metode pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)
yaitu Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh, berdasarkan pertimbangan daerah ini
mempunyai potensi besar pada sub sektor perkebunan yang mampu memberikan
kontribusi yang tinggi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah.
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2016 di Kabupaten
Aceh Barat Provinsi Aceh.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi
pemerintah yang terkait dengan penelitian ini. Data yang dicatat berupa nilai
produksi komoditi pertanian (sub sektor perkebunan) setiap Kecamatan di
Kabupaten Aceh Barat tahun 2009-2014. Data yang digunakan berupa data dari
Perkebunan Rakyat. Data sekunder tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten Aceh Barat, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Aceh Barat.
3.3. Metode Analisis Data
Penentuan komoditi pertanian yang dihasilkan masing-masing Kecamatan di
Kabupaten Aceh Barat menjadi komoditi sub sektor perkebunan basis (unggul)
dan non-basis (tidak unggul) menggunakan pendekatan analisis Location
Quotient. AnalisisLocation Quotient(Di Adaptasi dari Daryanto dan Hafizrianda,
=
// ... (1)
Keterangan:
LQ : Indeks Location Quotient komoditi sub sektor perkebunan i
pada tingkat Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat
Vij : Produksi komoditi sub sektor perkebunan i di Kecamatan j
Kabupaten Aceh Barat
Vj : Produksi total komoditi sub sektor perkebunan di Kecamatan j
Kabupaten Aceh Barat
Yin : Produksi komoditi sub sektor perkebunan i di Kabupaten Aceh
Barat.
Yn : Produksi total komoditi sub sektor perkebunan di Kabupaten
Aceh Barat
Indikator:
a. LQ>1, artinya komoditi sub sektor perkebunan tersebut termasuk
komoditi basis. Produksi komoditi sub sektor perkebunan tersebut mampu
memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan surplusnya dapat dijual ke
wilayah lain.
b. LQ=1, artinya komoditi tersebut termasuk komoditi non basis. Produksi
komoditi sub sektor perkebunan tersebut hanya mampu memenuhi
kebutuhan wilayah sendiri dan tidak dapat menjual ke wilayah lain.
c. LQ <1, artinya komoditi sub sektor perkebunan tersebut termasuk
belum cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan
kekurangannya dipenuhi dari luar wilayah.
Pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah komoditi
perkebunan basis diwilayah masing-masing Kecamatan Kabupaten Aceh Barat
dianalisis menggunakan analisis Shift Share. Dalam penelitian ini, analisis
pertumbuhan komoditi sub sektor perkebunan basis difokuskan pada
pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah.
Analisis Shift Share secara matematis dirumuskan sebagai berikut:
(Daryanto dan Hafizrianda, 2010)
∆ = + + . ... (2)
atau secara rinci dapat dinyatakan:
′ − = = − 1 + − + − ... (3)
Penelitian ini difokuskan pada Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan
Pangsa Wilayah, secara matematis yaitu sebagai berikut :
∆ = + ...(4)
= − ... (5)
= − ... (6)
= ( ′ ⁄ ) ... (7)
= ( ′⁄ ) ... (8)
Keterangan:
Δ Yij : Perubahan produksi komoditi sub sektor perkebunanidi Kecamatanj
Kabupaten Aceh Barat
Yij : Produksi komoditi sub sektor perkebunan i di Kecamatan j
KabupatenAceh Barat pada tahun dasar analisis.
Y’ij : Produksi komoditi sub sektor perkebunan i di Kecamatan j
Kabupaten Aceh Barat pada akhir tahun analisis
Yi : Produksi komoditi sub sektor perkebunan i Kabupaten Aceh Barat
pada tahun dasar analisis
Y’i : Produksi komoditi sub sektor perkebunan i Kabupaten Aceh Barat
pada akhir tahun analisis.
Y... : Produksi komoditi sub sektor perkebunan Kabupaten Aceh Barat
pada tahun dasar analisis.
Y’... : Produksi komoditi sub sektor perkebunan Kabupaten Aceh Barat
pada tahun akhir analisis.
Ri–Ra : Persentase perubahan produksi komoditi sub sektor perkebunan i di
Kecamatan j Kabupaten Aceh Barat yang disebabkan komponen
pertumbuhan proporsional.
ri–Ri : Persentase perubahan produksi komoditi sub sektor perkebunan i di
Kecamatan j Kabupaten Aceh Barat yang disebabkan komponen
pertumbuhan pangsa wilayah.
Indikator:
a. Apabila PPij positif, maka komoditi sub sektor perkebunan i diKecamatan j
b. Apabila PPij negatif, maka komoditi sub sektor perkebunan i diKecamatan j
Kabupaten Aceh Barat pertumbuhannya lambat.
c. Apabila PPWij positif, maka komoditi sub sektor perkebunanidi Kecamatan
j Kabupaten Aceh Barat mempunyai daya saing yang baik jika dibandingkan
dengan komoditi sub sektor perkebunan i wilayah Kecamatan lainnya atau
dapat dikatakan bahwa wilayah tersebut mempunyai keunggulan untuk
komoditi sub sektor perkebunan i apabila dibandingkan dengan wilayah
Kecamatan lainnya.
d. Apabila PPWijnegatif, maka komoditi sub sektor perkebunanidi Kecamatan
j Kabupaten Aceh Barat tidak dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan
dengan komoditi sub sektor perkebunaniwilayah Kecamatan lainnya.
Penentuan prioritas pengembangan komoditi sub sektor perkebunan basis di
wilayah masing-masing Kecamatan Kabupaten Aceh Barat dengan menggunakan
gabungan analisis Location Quotient, komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)
dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) dengan kriteria seperti berikut
(Wulandani,2008 dalam Sitorus 2014).
Tabel 2. Kriteria Penentuan Prioritas Pengembangan Komoditi Sub Sektor Perkebunan Pada Masing-Masing Kecamatan Di Kabupaten Aceh Barat
Prioritas Pengembangan
LQ PP PPW
Utama >1 Positif Positif
Kedua >1
>1
Negatif Positif
Positif Negatif
3.4. Batasan- Batasan Variabel
Berdasarkan metode penelitian yang akan dilakukan, maka perlu adanya
batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Komoditas unggulan yaitu komoditas basis yang layak dan menguntungkan
untuk dikembangkan di suatu daerah, mampu memenuhi kebutuhan di
daerah (Kecamatan) tersebut dan surplus dijual ke daerah (Kecamatan)
lain.
2. Komoditas basis atau unggulan yaitu komoditas yang dapat memenuhi
kebutuhan di dalam wilayah itu sendiri dansurplusdapat dijual ke wilayah
lain.
3. Komoditas non basis adalah komoditas yang tidak mampu menjual
kedaerah lain di luar wilayah tersebut.
4. Produksi Sub Perkebunan adalah produksi dicatat dari Perkebunan Rakyat
saja.
5. Produksi komoditi i adalah total produksi yang dihasilkan oleh suatu sub
sektor perkebunan di suatu daerah selama jangka waktu setahun.
6. Total produksi sub sektor perkebunan adalah total volume produksi yang
dihasilkan oleh seluruh komoditi yang ada pada sub sektor perkebunan
pada suatu daerah dalam jangka waktu setahun.
7. Prioritas pengembangan komoditi sub sektor perkebunan, apabila PP positif
dan PPW positif maka komoditi tersebut dijadikan prioritas utama, apabila
PP positif dan PPW negatif atau PP negatif dan PPW positif maka komoditi
tersebut merupakan prioritas kedua, apabila PP negatif dan PPW negatif
3.5. Kerangka Pemikiran Operasional
Perencanaan pembangunan daerah dilakukan untuk menciptakan daerah
yang lebih baik, masyaraksat sejahtera dan pendapatan daerah meningkat. Oleh
karena itu pemerintah dan masyarakat maupan sektor swasta dapat bekerja sama
dalam memanfaatkan potensi sumberdaya alam daerahnya. Pemerintah harus
memperhatikan potensi daerah yang sangat besar pengaruhnya terhadap
pendapatan daerah, sektor mana yang produktif dan mempunyai daya saing tinggi.
Hal ini sangat berpengaruh dalam kebijakan pembangunan ekonomi wilayah
jangka panjang. Tidak semua sektor dapat tumbuh dengan kemampuan yang sama
sehingga perlu dimanfaatkan sektor basis yang dianggap mampu mendorong
pembangunan daerah.
Salah satu cara mengidentifikasi prioritas pengembangan komoditi sub
sektor perkebunan di Aceh Barat adalah dengan pendekatan LQ. Komoditi sub
sektor perkebunan yang mempunyai nilai LQ>1, maka komoditi ini ditetapkan
sebagai komoditi sub sektor perkebunan unggulan daerah Kabupaten Aceh Barat
yang dapat dipertahankan dan ditingkatkan pengembangannya. Diharapkan
komoditi ini nantinya dapat mendorong pertumbuhan pembangunan daerah Aceh
Barat. Komoditi yang mempunyai nilai LQ>1, akan di analisis menggunakan
analisis shift share untuk menentukan pertumbuhanya. Komoditi sub sektor
perkebunan yang dianalisis adalah komoditi yang mempunyai nilai basis,
Kerangka Pemikiran Operasional
Gambar 1: Kerangka Pemikiran KENYATAAN :
Aceh Barat memiliki potensi sub sektor Perkebunan, di antarannya :
- Tersedianya lahan tidur - Keadaan tanah dan iklim yang
mendukung
TEORI :
Strategi pengembangan sub sektor
perkebunan sesuai dengan potensi daerahnya
MASALAH
Menentukan komoditas unggulan sub sektor perkebunan di Aceh Barat
JENIS DAN SUMBER DATA Data Sekunder :
- Luas lahan dan produksi komoditi sub sektor perkebunan per Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat tahun 2009-2014
- Komoditi sub sektor perkebunan ini meliputi kelapa sawit, karet, kelapa dalam, kelapa hibrida, kakao, kapuk, pinang, biji kopi, lada, dan pala.
Analisis LQ
Komoditi Unggulan (Basis/Unggul)
Komoditi unggulan (Non Basis/ Tidak
unggul)
Analisis Shift Share
27
4.1. Gambaran Umum Kabupaten Aceh Barat
4.1.1. Geografis
Kabupaten Aceh Barat terletak antara 04006’-04047’ Lintang Utara dan
95052-96030’ Bujur Timur dengan luas mencapai 2.927,95 Km2. Dengan
mekarnya desa Keuramat pada tahun 2013, Kabupaten Aceh Barat terdiri atas 12
Kecamatan, 33 mukim dan 322 gampong. Sebanyak 192 desa diantaranya berada
di datarn dan 83 desa terletak di lembah. Hanya 47 desa yang terletak di lereng.
Kabupaten Aceh Barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie Jaya dan Aceh Jaya di
sebelah Utara, kemudian di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Nagan
Raya dan Samudera Indonesia. Sedangkan di sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Aceh Tengah dan Nagan Raya, sebelah Barat berbatasan dengan
Samudera Indonesia.
Letak Geografis Kabupaten Aceh Barat :
Nama Daerah : Kabupaten Aceh Barat
Letak : 04006’- 04047’Lintang Utara
: 95052’- 96030’ Bujur Timur
Luas Daerah : 2927,95 Km2
Batas- Batas Daerah
Sebelah Utara : Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Pidie Sebelah Selatan : Samudera Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya Sebelah Timur : Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya Sebelah Barat : Samudera Indonesia
Kecamatan terluas adalah Sungai Mas yang menempati 26,70% wilayah
Aceh Barat. Daerah ini sebagian besar masih berupa hutan.Sedangkan Kecamatan
yang diberi nama kota Meulaboh. Luas Kecamatan ini hanya 44,91 Km2 atau
hanya 1,53% dari luas Kabupaten Aceh Barat. Kecamatan terdekat dari pusat kota
Meulaboh adalah Meureubo, Samatiga dan Kaway XVI. Sedangkan Kecamatan
terjauh adalah Woyla Timur, Panton Reu, dan Sungai Mas.
4.1.2. Keadaan Iklim
Suhu udara rata-rata sepanjang tahun 2014 adalah 26,6oC dengan suhu
terendah 19,0oC pada bulan Februari dan suhu tertinggi 31,9oC di bulan Maret.
Kelembaban udara berkisar pada 88,1%. Curah hujan pada tahun 2014 meningkat
dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 curah hujan Kabupaten Aceh Barat
sebanyak 4.170 mm per tahun. Sedangkan curah hujan tahun sebelumnya
mencapai 3.458 mm per tahun. Curah hujan tertinggi tahun 2014 terjadi pada
bulan Juni, yaitu 499 mm dan terendah dibulan Januari yakni 151 mm. Sementara
pada tahun sebelumnya, curah hujan tertinggi pada bulan Nopember (537 mm)
dan terendah terjadi pada bulan Maret (88 mm).
4.2. Sub Sektor Perkebunan
Secara geografis Kabupaten Aceh Barat terletak pada ketinggian 0-150 m
diatas permukaan laut (dpl), jika ditinjau dari tingkat kesesuaian lahan di beberapa
Kecamatan dalam Kabupaten Aceh Barat sangat cocok untuk pengembangan sub
sektor perkebunan, mayoritas penduduk Kabupaten Aceh Barat lebih cenderung
menekuni sub sektor perkebunan (Disbun, 2015). Hal ini juga di dukung oleh
faktor alam seperti iklim dan jenis tanah. Komoditi sub sektor perkebunan yang
ada di Kabupaten Aceh Barat umumnya berupa komoditi kelapa sawit, karet,
Perkebunan campuran lebih banyak dikuasai oleh rakyat, umumnya berada di
sekitar kawasan pedesaan, dengan potensi yang ada sangat mendukung
perekonomian masyarakat di pedesaan, namun jika ditinjau dari luas lahannya
maka perkebunan rakyat lebih luas dari pada perkebunan besar.
Peranan pertanian terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Barat
cukup dominan dan terus meningkat setiap tahunnya yaitu dari sebesar 19,95
persen pada tahun 2010 hingga mencapai 23,48 persen pada tahun 2014,
kontribusi terbesar adalah komoditi tanaman perkebunan yaitu mencapai 11-13
persen (BPS, 2014). Perekonomian ini didukung oleh komoditi kelapa sawit yang
sebagian besar dikuasai oleh pihak swasta dan karet yang sebagian besar dikuasai
oleh rakyat.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Aceh Barat terletak diwilayah pesisir
pantai dengan tanaman pohon kelapa tumbuh subur dimana-mana. Sebagian besar
produk kelapa yang dihasilkan masih dalam bentuk kopra, buah bulat dan kelapa
muda. Tanaman ini tumbuh sepanjang garis pantai dari Kecamatan Meureubo
sampai Arongan Lambalek. Pada tahun 2013 produksi kelapa Kabupaten Aceh
Barat mencapai 1.178 ton, produksi ini selain memenuhi permintaan dalam daerah
juga untuk memasok kebutuhan Kabupaten lain seperti Aceh Besar, Kotamadya
Banda Aceh dan Pidie (BAPPEDA, 2014). Produksi komoditi lainnya seperti
Kakao, Kapuk, Pinang, Biji Kopi, Lada dan Pala tersebar secara merata di semua
Kecamatan namun dalam skala yang tidak besar.
Tabel 3. Potensi Luas Lahan Sub Sektor Perkebunan Rakyat Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014.
No Komoditi Luas Lahan (hektar) Persen (%)
1 Karet 25.179,90 66,12
2 Kelapa Sawit 7.545,00 19,81
4 Kelapa Hibrida 57,70 0,15
5 Kakao 886,61 2,33
6 Kapuk 81,39 0,21
7 Pinang 641,56 1,68
8 Biji Kopi 549,40 1,44
9 Lada 6,95 0,02
10 Pala 64,50 0,17
Jumlah 38.081,91 100,00
Sumber : BPS Aceh Barat (2015)
Dari tabel 3 dapat dilihat luas lahan komoditi karet lebih besar dibandingkan
dengan luas lahan komoditi sub sektor perkebunan lain. Komoditi karet memiliki
luas lahan 25.179,90 hektar atau sebesar 66,12 % dari total luas lahan komoditi
sub sektor perkebunan yang ada di Kabupaten Aceh Barat. Komoditi selanjutnya
yaitu kelapa sawit yang memiliki luas lahan 7.545,00 hektar atau sebesar 19,81%
dari total luas lahan komoditi sub sektor perkebunan Kabupaten Aceh Barat.
Sedangkan komoditi yang memiliki luas lahan paling kecil adalah komoditi lada,
dengan luas lahan 6,95 hektar atau 0,02% dari total luas lahan perkebunan
Kabupaten Aceh Barat. Untuk luas lahan setiap Kecamatan komoditi sub sektor
perkebunan tahun 2014, dapat dilihat pada lampiran 5.
4.3. Hasil Analisis dan Pembahasan
4.3.1. Identifikasi Komoditi Sub Sektor Perkebunan Basis di Wilayah Masing-Masing Kecamatan Kabupaten Aceh Barat
Pengidentifikasian komoditi sub sektor perkebunan basis di wilayah
masing-masing Kecamatan Kabupaten Aceh Barat digunakan pendekatan
Location Quotient (LQ), yaitu menghitung nilai LQ dari setiap komoditi sub
sektor perkebunan yang dihasilkan di Kabupaten Aceh Barat. Pengidentifikasian
komoditi sub sektor perkebunan yang diprioritaskan untuk dikembangkan