KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
8.1
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,
permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu
satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman di Kabupaten Bone terdiri dari pengembangan
permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan
perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari
pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa
tertinggal.
8.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan 8.1.1.1 Arah Kebijakan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada peraturan perundangan,
antara lain :
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat,
sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal
tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Aspek Teknis Per Sektor
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),penyelenggaraan kawasan
permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus,
dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang
diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan
Tata Ruang. Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di
kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2015.
Pengembangan Permukiman di Kabupaten Bone dilaksanakan dengan upaya peningkatan
kualitas permukiman kumuh, perkotaan, dan desa Nelayan. Peningkatan pembangunan prasarana
dan sarana ( infrasruktur ) Permukiman di kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa / Desa Pusat
Pertumbuhan dan pada Desa terpencil / Desa tertinggal melalui program pemberdayaan masyarakat.
Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU No. 1
Tahun 2011 mengamanatkan tugas dan wewenang sebagai berikut :
A. Tugas
1. Pemerintah Pusat
a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan
dan kawasan permukiman.
b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba dan
Lisiba.
c) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan
kawasan permukiman.
d) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan
e) kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan
kawasan permukiman.
f) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional.
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi di bidang
perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan nasional.
b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas
kabupaten/kota.
c) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi di bidang
perumahan dan kawasan permukiman.
d) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan
provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan
permukiman.
e) Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman lintas kabupaten/kota.
f) Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
g) Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat,
terutama bagi MBR.
h) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a) Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di
bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan
strategi nasional dan provinsi.
b) Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan
kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman,
lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.
d) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e) Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.
f) Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan
strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
g) Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
h) Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.
i) Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan
kawasan permukiman.
j) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
k) Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
B. Wewenang
1. Pemerintah Pusat
a) Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah, perumahan,
permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan aman.
b) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman.
c) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan
dan kawasan permukiman.
d) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat nasional.
e) Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan
perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.
f) Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.
g) Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan kawasan
permukiman.
h) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh.
i) Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman.
j) Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan
kawasan permukiman.
2. Pemerintah Provinsi
a) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
b) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
c) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat provinsi.
d) Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan
perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat provinsi.
e) Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
f) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh pada tingkat provinsi.
g) Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan
perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat provinsi.
h) Menetapkan Kebijakan dan Strategi daerah dalam penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat kabupaten/kota.
b) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
d) Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undanganserta
kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat kabupaten/kota.
e) Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan
permukiman bagi MBR.
f) Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat
kabupaten/kota.
g) Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah
kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
h) Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
i) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
8.1.1.2 Lingkup Kegiatan
Prioritas pembangunan permukiman di Kabupaten Bone adalah :
a. Peningkatan kualitas lingkungan pemukiman kumuh perkotaan tertuju pada Desa/
kelurahan di Kecamatan Tanete Riattang Timur, Tanete Riattang Barat dan Tanete
Riattang khususnya pada Kelurahan Bajoe, Toro dan Lonrae di Kecamatan Tanete
Riattang Timur sebagai prioritas utama dalam pembangunan strategis kawasan
perkotaan di Kabupaten. Peningkatan kualitas permukiman tersebut dilakukan dengan
peningkatan infrastruktur permukiman, seperti pembangunan prasarana jaringan jalan
lingkungan, peningkatan pelayanan air minum, pembangunan sistem pengelolaan
limbah/ sanitasi lingkungan, serta pengelolaan persampahan. Pembangunan dari
komponen sektor keciptakaryaan tersebut akan menjadi tolak ukur peningkatan kualitas
lingkungan permukiman kumuh perkotaan.
b. Pembangunan infrasturktur perdesaan; Program pembangunan infrastruktur perdesaan
tahun 2012, 2013, dan 2014 serta sampai pada tahun 2015 diarahkan kepada
desa-desa tertinggal dalam rangka pengentasan kemiskinan dan meningkatkan aksesibilitas
masyarakat, sasaran yang dicapai adalah menyeluruh di 27 kecamatan.
8.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan 8.1.2.1 Isu Strategis
Setiap Kabupaten/Kota perlu melakukan identifikasi isu-isu strategis didaerahnya, berikut
penjabaran isu-isu strategis pengembangan permukiman di Kabupaten Bone yang disajikan pada
tabel 8.1.
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
No Strategis Keterangan
1
Kedudukan Kawasan Perkotaan Watampone baik secara geografis maupun dalam tatanan kebijakan spasial nasional dan provinsi yang menempatkannya sebagai pusat pelayanan regional (Pusat Kegiatan Wilayah; PKW) dalam berbagai kegiatan pembangunan, jelas ini menjadi faktor kuat menarik arus penduduk masuk ke kawasan ini. Kedudukan Kawasan Perkotaan
Watampone baik secara geografis maupun dalam tatanan kebijakan spasial nasional dan provinsi yang menempatkannya sebagai pusat pelayanan regional (Pusat Kegiatan Wilayah; PKW) dalam berbagai kegiatan
pembangunan, jelas ini menjadi faktor kuat menarik arus penduduk masuk ke kawasan ini.
Kota Watampone 2
Secara historis, dalam lintasan sejarah peradaban masyarakat Sulawesi Selatan, salah satu dari tiga kerajaan besar di jazirah Sulawesi adalah Kerajaan Bone yang berdiri sejak tahun 1330 dan mencapai puncak kejayaannyanpada pertengahan abad ke-17 pada masa pemerintahan Latenritatta Towappatunru Daeng Serang Datu Mario Riwawo Aru Palakka Malampee Gemmekna Petta Torisompae Matinroe ri Bontoala, menjadi bukti sejarah bahwa pada jaman dulu Wilayah Bone telah menjadi pusat
pemerintahan sebuah kerajaan besar, beserta berbagai kegiatan masyarakat lainnya, termasuk permukiman penduduk.
3
Fungsi dan peran PKW Watampone sebagai tempat pemusatan berbagai aktivitas wilayah, seperti pemusatan permukiman perkotaan, pusat pelayanan kegiatan sosial, ekonomi, budaya, dan pemerintahan, tentunya memerlukan pendekatan pola penanganan yang lebih terpadu, terintegrasi, komprehensif, dan berkelanjutan guna mewadahi aktivitas masyarakat dalam satu tatanan pengaturan pemanfaatan ruang yang harmonis, nyaman, dan produktif, sehingga dalam mengelola kawasan perkotaan Watampone ini perlu melibatkan berbagai sektor pembangunan. Penting bagi kawasan perkotaan ini menjadikan bidang ke-ciptakaryaan sebagai katalisator penciptaan lingkungan perkotaan yang layak huni.
4
Orientasi kawasan perkotaan pada Kawasan Perkotaan lingkungan perkotaan yang layak huni. permukiman Watampone ini sebagian ke pesisir Teluk Bone, dimana berkembang kelompok permukiman nelayan yang kondisinya cukup memprihatinkan utamanya dari aspek prasarana dan sarana dasar lingkungan permukiman.
5
Alokasi realisasi program peningkatan kualitas lingkungan permukiman pada Kawasan Perkotaan Watampone ini belum mampu mengatasi secara signifikan permasalahan-permasalahan di seputar permukiman perkotaan, terutama kawasan permukiman masyarakat berpenghasilan rendah.
6
Kawasan perkotaan Watampone menjadi pusat distribusi pergerakan lintas provinsi dari/ dan ke Makassar – Kendari melalui Pelabuhan Penyeberangan Bajoe, yang tentunya menjadikan kawasan ini sebagai tempat transit bagi pelintas di jalur trans sulawei tersebut.
Sumber: SPPIP Perkotaan Bone 2012
8.1.2.2 Kondisi Eksisting
Kondisi prasarana dan sarana permukiman secara kuantitas menyebar baik diperkotaan
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
infrastruktur pedesaan seperti peningkatan jalan/jembatan desa, ketersediaan air minum dan sanitasi
serta fasiilitas umum lainnya. Ditinjau dari tingkat penyediaan PSD masih menunjukkan adanya
indikator keterbatasan berkaitan dengan tingkat kebutuhan pelayanan kepada masyarakat terutama
di daerah pedesaan
Program/kegiatan pembangunan permukiman berdasarkan tingkat permasalahan sosial
ekonomi masayarakat baik perkotaan maupun di pedesan seperti peningkatan kualitas permukiman
kumuh perkotaan/ nelayan, pembangunan infrastruktur pedesaan, yang lebih baik diperioritaskan
pada desa – desa tertinggal dan pengembangan wilayah kecamatan terisolir, dimana pada saat ini
kondisi jalan lingkungan yang layak baru mencapai 2.014,19 KM sedangkan jalan yang kurang layak
(jalan Tanah) masih ada sepanjang 1.387,81 KM. Pada saat ini kawasan kumuh di Kabupaten Bone
mencapai 85 Ha dengan jumlah rumah sebanyak 43.841 KK yang mencakup penduduk di kawasan
tersebut sebesar 219.200 Jiwa.
Tabel 8.2. PERDA yang terkait Pengembangan Permukiman di Kabupaten Bone
No PERDA
1 Perda Kabupaten Bone tentang Rencana Program Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bone
2 Perda Kabupaten Bone tentang Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bone;
3 Perda Kabupaten Bone tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bone Tahun 2011 - 2031;
Sumber: SPPIP Perkotaan Bone 2012
Tabel 8.3. Kondisi Eksisting bidang Permukiman di Kabupaten Bone
No Kondisi Eksisting Keterangan
A Kawasan Kumuh
1 Luas Kawasan Kumuh Perkotaan 85 Ha
2 Jumlah Penduduk di Kawasan Kumuh 219.200 Jiwa
3 Jumlah Rumah di Kawasan Kumuh 43.841 KK
4 Prosentase Penduduk di Kawasan Kumuh 30,08%
B Jalan Lingkungan
1 Jalan Lingkungan Layak 2.014,19 KM
2 Jalan Lingkungan Kurang Layak (jalan tanah) 1.387,81 KM
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
8.1.2.3 Permasalahan
Masalah permukiman dapat dilihat pada dinamika perkembangan kota dan wilayah, serta
konflik di dalam kehidupan bermasyarakat. Permasalahan pembangunan permukiman di Kabupaten
Bone adalah :
1. Masih Luasnya Kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat
menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan dan pelayanan infrastruktur yang masih
terbatas.
2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah
terpencil, dan kawasan perbatasan.
3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
4. Aspek kelembagaan, aspek pendanaan dan aspek peran serta masyarakat.
8.1.2.4 Tantangan
Secara umum yang menjadi tantangan pembangunan dan pengembangan permukiman di
Kabupaten Bone dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kelembagaan daerah yang menangani bidang kecipta-karyaan masih lemah dalam
penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan permukiman.
2. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
3. Pelaksanaan pembangunan bidang perumahan/ permukiman belum optimal, hal ini dipengaruhi
oleh faktor ketersediaan sumberdaya manusia, organisasi, ketatalaksanaan, serta dukungan
prasarana dan sarana dasar.
4. Aspek pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman, dalam hal ini mengintensifkan
pembiayaan melalui sumber-sumber pembiayaan dari pihak swasta dan swadaya masyarakat,
tentunya didukung oleh APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN.
5. Perhatian Pemerintah Daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya yang masih rendah
6. Aspek peran serta masyarakat, lemahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya partisipasi
sebagai pendampingan dalam pengembangan permukiman baik secara individual maupun
organisasi masyarakat yang ada.
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
8.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Bone, yaitu
dari aspek kelembagaan, aspek pendanaan dan aspek peran serta masyarakat, maka sehubungan
dengan hal tersebut ada beberapa alternatif pemecahan masalah yang direkomendasikan sebagai
berikut :
1. Kelembagaan yang menangani bidang kecipta-karyaan khususnya pengembangan
permukiman yang didukung dengan uraian tugas dan fungsi (tupoksi) yang jelas serta
penempatan tenaga pelaksana sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja
yang dimiliki.
2. Adanya pengorganisasian pendanaan dari berbagai sumber (APBD Kabupaten, APBD Provinsi,
APBN dan Swadaya) yang pelaksanaannya oleh Satker berada dalam SKPD.
3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam menangani program/ kegiatan pengembangan
permukiman baik individu maupun organisasi masyarakat.
4. Optimalisasi peningkatan peran serta swasta dalam penyelenggaraan pembangunan sektor
perumahan dan permukiman.
8.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
8.1.4.1 Program Kerja
1. Pembinaan Pengembangan Permukiman
a. Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
b. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP)
2. Infrastruktur Kawasan Pemukiman Perkotaan
a. Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh
b. Peningkatan Infrastruktur Kawasan RSH
3. Rusunawa Beserta Infrstuktur Pendukungnya
4. Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan
a. Pembangunan/Peningkatan Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial
b. Infrastruktur Kawasan Permukiman Rawan Bencana
c. Infrastruktur Kawasan Pemukiman di Perbatasan dan Pulau terluar
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
8.1.4.2 Kesiapan (Readiness Criteria)
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria
yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut :
1. Umum
Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
Kesiapan lahan (sudah tersedia).
Sudah tersedia DED.
Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP, RPKPP, Masterplan Kws.
Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk
pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
Ada unit pelaksana kegiatan.
Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
2. Khusus
a) Rusunawa
Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
Kesanggupan Pemda untuk menyediakan Sambungan Listrik, Air Bersih, dan PSD
lainnya
Ada calon penghuni
b) PNPM Perkotaan
Lokasi adalah kelurahan perkotaan mengacu data PODES 2008 dan sudah
ditetapkan oleh Menko Kesra
Kel. perkotaan dengan penduduk miskin ≥ 10%
Dipilih kelurahan yang belum mendapatkan 3 kali putaran BLM dan yang sudah,
tetapi jumlah KK miskin ≥ 25%
Kab/Kota menyediakan :
o DDUB sebesar 20 – 30%
o BOP minimal 5% dari pagu BLM kab/kota
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
c) RIS PNPM
Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.
Tingkat kemiskinan desa >25%.
Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari
BLM.
d) PPIP
Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta
Karya lainnya
Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
Tingkat kemiskinan desa >25%
8.1.5 Usulan Program dan Kegiatan
Sasaran yang dicapai dalam pembangunan permukiman di Kabupaten Bone memasuki
tahun 2015 adalah Peningkatan kualitas lingkungan pemukiman kumuh perkotaan di kelurahan
Bajoe, Toro dan Lonrae di Kecamatan Tanete Riattang Timur sebagai prioritas utama dalam
pembangunan strategis kawasan perkotaan di Kabupaten Bone. Peningkatan kualitas permukiman
tersebut dilakukan dengan peningkatan infrastruktur permukiman, seperti pembangunan prasarana
jaringan jalan lingkungan, peningkatan pelayanan air minum, pembangunan sistem pengelolaan
limbah/ sanitasi lingkungan, serta pengelolaan persampahan. Pembangunan dari komponen sektor
keciptakaryaan tersebut akan menjadi tolak ukur peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh
perkotaan. Berikut Uraian Rencana Kegiatan Prioritas Keciptakaryaan sektor Pengembangan
Permukiman di Kabupaten Bone yang diperlihatkan pada tabel 8.4.
Tabel 8.4. Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Kabupaten Bone 2015-2019
URAIAN KEGIATAN DETAIL LOKASI TAHUN ANGGARAN
1 2 3
LAPORAN PEMBINAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN (RPKPP)
INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN
Pengembagan Kawasan Perkotaan Kec Tanete Riattang Timur Kec Tanete Riattang
Timur 2015
Pengembagan Kawasan Perkotaan Kec. T. Riattang Barat Kec Tanete Riattang
Barat 2016
INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Kota Watampone Kec Tanete Riattang Timur
Kec Tanete Riattang
Timur 2015
Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Kota Watampone Kec Tanete Riattang Barat
Kec Tanete Riattang
Barat 2016
Rehabilitasi Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Kota Watampone Kec. T. Riattang Timur
Kec Tanete Riattang
Timur 2016
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Kota Watampone T. Riattang Timur
Kec Tanete Riattang
Timur 2016
Penyediaan PSD Bag Kawasan RSH Kota Watampone T. Riattang Timur
Kec Tanete Riattang
Timur 2016
Pengembangan Kawasan Kec. Lappariaja Kec. Lappariaja 2016
Pengembangan Kawasan Kec. Bengo Kec. Bengo 2016
Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh
Kota Watampone Kec Tanete Riattang Kec Tanete Riattang 2017
Rehabilitasi Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Kota Watampone Kec Tanete Riattang Barat
Kec Tanete Riattang
Barat 2017
Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh
Kota Watampone Kec Tanete Riattang Kec Tanete Riattang 2018
Rehabilitasi Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Kota Watampone Kec Tanete Riattang Kec Tanete Riattang 2018
Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh
Kota Watampone Kec Tanete Riattang Kec Tanete Riattang 2019
Rehabilitasi Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah Kota
Watampone Kec Tanete Riattang Kec Tanete Riattang 2019
INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN RSH YANG MENINGKAT KUALITASNYA
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Kota Watampone T. Riattang Timur
Kec Tanete Riattang
Timur 2015
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Kota Watampone T. Riattang Timur
Kec Tanete Riattang
Timur 2016
Penyediaan PSD Bag Kawasan RSH Kota Watampone T. Riattang Timur
Kec Tanete Riattang
Timur 2016
Pengembangan Kawasan Kec. Lappariaja Kec. Lappariaja 2016
Pengembangan Kawasan Kec. Bengo Kec. Bengo 2016
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Kota Watampone Kec Tanete Riattang Barat
Kec Tanete Riattang
Barat 2017
Penyediaan PSD Bag Kawasan RSH Kota Watampone Kec Tanete Riattang Barat
Kec Tanete Riattang
Barat 2017
Pengembangan Kawasan Kec. Lamuru Kec Lamuru 2017
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Kota
Watampone Kec Tanete Riattang Kec Tanete Riattang 2018
Penyediaan PSD Bag Kawasan RSH Kota Watampone Kec Tanete
Riattang Kec Tanete Riattang 2018
Pengembangan Kawasan Kec. Dua Boccoe Kec. Dua Boccoe 2018
Pengembangan Kawasan Kec. Tellu Siattingnge Kec. Tellu Siattingnge 2018
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Kota
Watampone Kec Tanete Riattang Kec Tanete Riattang 2019
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Riattang
Pengembangan Kawasan Kec. Kahu Kec. Kahu 2019
Pengembangan Kawasan Kec. Libureng Kec. Libureng 2019
RUSUNAWA BESERTA INFRASTRUKTUR PENDUKUNGNYA
Pembangunan Rusunawa Beserta Inrastruktur Pendukungnya Kws Kota Watampone 2017 Peningkatan/Pembangunan Rusunawa Beserta Inrastruktur
Pendukungnya Kws Kota Watampone 2018
INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN Pengembangan Infrastruktur Kawasan Kec. Bengo Desa Samenre
dan Desa Selli Kec. Bengo 2015
Pengembangan Kawasan Strategi Kabupaten kec. Bengo Desa
Samenre dan Desa Selli Kec. Bengo 2015
Pengembangan Infrastruktur Kawasan Kec. Cenrana ( 5 Desa )
Desa Cenrana, Watang Cenrana, Ujung Tanah, Panyiwi, Latonro Kec. Cenrana 2016 Pengembangan Infrastruktur Kawasan Kec. Cenrana (6 Desa)
Desa Watangta, Pacubbe, Pallae, Watu, Nagauleng, Laoni Kec. Cenrana 2017
Pengembangan Infrastruktur Kawasan Kec. Bontocani (4 Desa)
Desa Bana, Watangcani, Bulu Sirua, Bontojai Kec. Bontocani 2018
Pengembangan Infrastruktur Kawasan Kec. Tellu Limpoe (2 Desa)
Desa Tondong dan Pallawa Kec. Tellu Limpoe 2019
Sumber : Usulan Prioritas Keg Keciptakaryaan Sektor Pengembangan Permukiman Kab Bone T.A 2015-2019
8.2
PENATAAN BANGUNAN & LINGKUNGAN
8.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai
bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan,
baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan
lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan Kabupaten Bone yaitu :
1. Bantuan teknis penyusunan pedoman pembangunan gedung dan lingkungan.
2. Penguatan kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat
3. Penyusunan NPSM sebagai tindak lanjut UU No. 28/2002 dan PP No. 36/2005
4. Pembinaan penyelenggaraaan bangunan gedung kepada pemangku kepentingan terkait
5. Bantuan teknis pembangunan bangunan gedung dan pelayanan pengelolaan rumah Negara
6. Penataan lingkungan permukiman kumuh, nelayan dan tradisional melelui pemberdayaan
masyarakat.
7. Penataan dan revitalisasi bangunan gedung bersejarah dan lingkungannya.
Bidang Tata Bangunan Kabupaten Bone mempunyai fungsi :
1. Pelaksanaan kebijakan mengenai penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
2. Pelaksanaan pembangunan dan pembinaan teknis penyelenggaraan bangunan gedung dan
rumah negara serta penataan bangunan dan lingkungannya;
3. Pelaksanaan pembinaan teknis penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan bangunan
gedung dan rumah negara beserta lingkungannya;
4. Pelaksanaan pembinaan dan pemberdayaan jasa konstruksi serta pengelolaan bangunan
gedung dan rumah negara;
5. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan
kualitas permukiman dan lingkungan meliputi :
1. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan
nelayan;
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.
2. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;
Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
Pelatihan teknis.
3. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
Paket dan Replikasi
8.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan 8.2.2.1 Isu Strategis
1. Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan;
Masalah kemiskinan di Kabupaten Bone sudah sangat mendesak untuk ditangani
khususnya di Perkotaan. Di mana salah satu ciri umum dari kemiskinan adalah minimnya
infrastruktur Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) yang memadai, kualitas lingkungan yang
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
kelembagaan masyarakat dan menjalin kemitraan dengan masyarakat melalui program
P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) Kabupaten Bone.
2. Kebutuhan Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh;
Permukiman kumuh adalah permukiman yang kualitas lingkungannya sangat tidak layak
huni antara lain karena berada pada lahan yang sangat tidak sesuai dengan peruntukan tata
ruang, kepadatan dalam luasan sangat tinggi, kualitas bangunan tidak memadai dan tidak
terlayani prasarana lingkungan yang memadai dan membahayakan keberlangsungan hidup
dan penghidupan penghuninya. Upaya penataan kawawan kumuh tidak hanya pada aspek
fisik saja tetapi juga melaui Konsep TRIDAYA/bersejarah tersebut.
3. Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan Tradisional/Bersejarah;
Kawasan tradisional/bersejarah memiliki refleksi nilai budaya yang tinggi. Di sisi lain
kawasan disekitarnya seringkali dijumpai tidak tertata dengan baik bahkan mengalami
penurunan kualitas lingkungan. Demi menjaga kelestarian nilai budaya dari masyarakat dan
meningkatkan kualitas lingkungan dibutuhkan upaya revitaliasasi kawasan tradisional
Kabupaten Bone.
4. Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara
Merupakan kegiatan berupa pengadaan, pemanfataan dan penghapusan baik fisik maupun
administrasi dari Gedung-gedung dan Rumah-rumah negara. Pada pelaksanaan pemerintah
pusat mendorong peran pemerintah daerah berkomitmen dalam pengelolaan GRN.
Kegitan-kegiatan utama GRN terdiri Kegiatan Pembinaan Teknis dan Kegitan-kegiatan fisik.
Berikut dijabarkan isu-isu strategis sektor penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Bone
sebagai berikut :
Tabel 8.5. Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Bone Tahun 2015
NO KEGIATAN SEKTOR PBL ISU STRATEGIS SEKTOR PBL
KAB BONE
1 Penataan Lingkungan Permukiman
a. Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh
b. Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan Tradisional/Bersejarah
2 Penyelenggaraan Bangunan Gedung
dan Rumah Negara Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara
3 Pemberdayaan Komunitas dalam
Penanggulangan Kemiskinan Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
8.2.2.2 Kondisi Eksisting
Penanganan tata bangunan dan lingkungan di Kabupaten Bone dilakukan melalui
kebijaksanaan pemberian surat izin mendirikan bangunan (IMB) dan Pelaksanaan Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan. Namun dalam hal ini belum banyak memberi dampak positif terhadap
keserasian bangunan dan lingkungan masih bercampur baur kawasan perumahan, perdagangan dan
pergudangan di daerah perkotaan, demikian pula dengan tidak tertibnya garis-garis sempadan
bangunan menurut peruntukannya serta pemanfaatan ruang yang tidak terkendali baik di daerah
perkotaan maupun di pedesaan terlihat pembangunan dan pemanfaatan lahan dilakukan pada
kawasan non budidaya seperti pada kemiringan lahan >40%, dikawasan pantai dan pinggiran sungai
sehingga sering terjadi bencana banjir, tanah longsor dan bencana lainnya.
Tabel 8.6. Peraturan Daerah / Peraturan Bupati terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan Di Kabupaten Bone Tahun 2014
No Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan Bupati/Peraturan lainnya Ket
No Tahun Tentang
1 Perda Prov Sulsel No 9 2009 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulsel
2 Perda Kab Bone No 14 2002 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone
3 Perda Kab Bone No 7 2008 RPJP Daerah Kab Bone
4 Perda Kab Bone No 8 2008 Musrenbangda Kab Bone
5 Perda Kab Bone No 27 2009 Bangunan Gedung
6 Ranperbup No 4 2013 RTBL Kawasan Watampone
Tabel 8.7. Pemberdayaan Komunitas Dalam Penanggulangan Kemiskinan Di Kabupaten Bone Tahun 2015
No Kab/Kota Kegiatan PNPM Mandiri Kegiatan
Lainnya
1 Kab Bone P2KP
8.2.2.3 Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan
tantangan yang dihadapi, antara lain :
1. Penataan Lingkungan Permukiman
Rendahnya Kualitas lingkungan di kawasan pesisir ,pusat kota, percampuran fungsi
perdagangan dan perumahan.
Masih rendahnya kondisi jalan lingkungan permukiman.
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Sudah tersedia rencana rinci bangunan dan lingkungan (RTBL) pada sebagian kawasan
perkotaan namun belum operasional.
2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya
kualitas pelayanan publik dan perijinan;
Belum ada regulasi Pengaturan Bangunan;
Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan
Gedung
Lingkungan perkantoran/ instansi pemerintah berada pada kawasan yang bertopografi
rendah sehingga cenderung mengalami banjir pada musim hujan.
sebagian kondisi fisk bangunan Perkantoran sudah tua sehingga perlu di revitalisasi dan di
relokasi.
3. Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
Kurangnya penyediaan taman kota, ruang publik dan ruang terbuka hijau
Kurangnya penyediaan fasilitas olahraga tingkat kabupaten
4. Kapasitas Kelembagaan Daerah
Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan
penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung dalam
fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.
8.2.3 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan bertujuan untuk menjamin kondisi bangunan (menata dan
mengatur) karena akan dijadikan dasar pada masa yang akan datang. Jika ditinjau dari intensitas
bangunan yang ada saat ini, maka penataan bangunan belum dilakukan dengan baik. Rencana
penataan bangunan dan lingkungan terutama pada daerah yang sudah terbangun harus
memperhatikan kelestarian lingkungan. Untuk itu, maka pada beberapa daerah yang peruntukannya
sebagai lahan bebas bangunan akan dijadikan sebagai open space untuk memberikan nuansa
nuansa lingkungan yang asri. Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh
Kab/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
1. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman.
a) RTBL ( Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan ) Kawasan Watampone.
Panduan bangunan Kawasan Watampone yang dimaksudkan untuk mengendalikan
pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta membuat materi pokok
ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan,
rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian
pelaksanaan pengembangan Kawasan Watampone. Materi pokok dalam Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan Kab Bone meliputi :
1) Program Bangunan dan Lingkungan
Visi Pembangunan dan Pengembangan Kawasan adalah me-revitalisasi dan
meningkatkan citra kawasan (pusat kota) Watampone sebagai kawasan Bugis
Epicentrum berbasiskan pusat pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial ekonomi,
perdagangan dan jasa yang didukung oleh kegiatan dan permukiman yang serasi,
nyaman dan berwawasan lingkungan guna mendukung terwujudnya kota Watampone
sebagai kawasan strategis pertumbuhan.
2) Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan
Konsep utama pengembangan struktur kawasan dari Kawasan Watampone adalah
penataan kembali dari struktur linier dimana semua pergerakan dan fungsi-fungsi
kawasan berorientasi pada jalur jalan utamanya menjadi suatu struktur kawasan yang
kompak dan diarahkan untuk memiliki nilai-nilai kualitas perancangan kawasan.
3) Konsep Komponen Perancangan Kawasan
Pengembangan kawasan perencanaan sebagai urban epicentrum dipahami sebagai
sebuah kawasan yang menjadi titik pusat orientasi Kabupaten Bone yang di dalamnya
berkembang fungsi-fungsi pelayanan skala regional antara lain pusat pelayanan jasa
dan pemerintahan, perdagangan serta pariwisata perkotaan. Karakter kawasan urban
epicentrum memperlihatkan ciri-ciri sebuah kawasan yang hidup (liveable dan vibrant)
dengan ragam kegiatan di dalamnya yang berlangsung sangat intensif.
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
unsur-unsur serta nuansa kesejarahan dan budaya ke dalam sektor-sektor
pembangunan serta Harus mampu mewadahi aspirasi-aspirasi masyarakat. Dalam
perkembangannya, kawasan perencanaan ini diharapkan menjadi atau memiliki
perbedaan dengan kawasan lainnya di Kota Watampone, baik secara fisik, visual,
lingkungan maupun suasana tempatnya.
4) Blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya
Zona dan blok pengembangan kawasan Watampone dibagi kedalam 3 zona dengan 7
blok pengendalian yaitu :
Blok A1 Arung Palaka, Civic Centre, dengan luas area blok adalah 16,66 Ha.
o Blok dengan pusat kegiatan pusat perkantoran pemerintahan meliputi
subkawasan dengan batas-sebelah Timur Laut jalan MH Thamrin, sebetalh
tenggara Jl,. Kawerang, sebelah Barat Daya Jalan Hasanudin dan sebelah
Barat Laut jalan Makmur.
o Diarahkan untuk menjadi blok dengan fungsi utama perkantoran
pemerintahan sebagai inti blok yang dilengkapi fasilitas ruang terbuka (taman
Arung Palaka dan lapangan merdeka) untuk kegiatan masyarakat kota.
o Strategi pengembangan : Beutifikasi streetscape, penataan bangunan dan
lansekap, pengaturan fungsi dan fasilitas.
Blok A2 Al-Muhajidin, Komersial Bernuansa Agamis, dengan luasarea blok adalah 26,22 Ha.
o Blok yang meliputi sub kawasan dengan batas sebelah Barat Laut jalan
Gunung Semeru, sebelah Timur laut jalan depan Mesjin Agung, sebelah
Tenggara jalan Sungai Citarum, jalan M.H. Thamrin dan jalan Makmur serta
sebelah Barat Daya jalan Ahmad Yani.
o Diarahkan untuk menjadi blok dengan fungsi utama komersial bernuansa
Agamis
o Strategi pengembangan : Beutifikasi streetscape, penataan bangunan dan
lansekap, pengaturan fungsi dan fasilitas.
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
o Blok yang meliputi sub kawasan dengan batas sebelah Barat Laut Jalan
Kawerang, sebelah Timur Laut jalan MH Thamrin, sebelah Tenggara dan
Barat Daya oleh jalan Manurunge.
o Diarahkan untuk menjadi blok dengan fungsi utama kegiatan wisata budaya
situs Manurunge dan permukiman.
o Strategi pengembangan : konservasi dan penataan area situs manurunge,
pelebaran jalan dan penyediaan kantung parkir, penataan bangunan pada
koridor jalan.
Blok B1 Pasar Sentra, dengan luas area blok adalah 17,10 Ha.
o Blok pengendalian ini meliputi sub kawasan dengan batas-batas sebelah
Barat Laut jalan Agus Salim, sebelah Timur laut jalan A.R. Hakim, sebelah
Tenggara dan Barat Daya jalan Sukowati.
o Diarahkan untuk menjadi blok dengan fungsi utama komersial perdagangan
dan sentra kuliner.
o Strategi pengembangan : Beutifikasi streetscape & penataan bangunan dan
lansekap, penataan area Pasar sentral dan penempatan (infill) fungsi wisata
kuliner.
Blok B2 Kajuara Office Park : Koridor Komersial Jasa Perkantoran, dengan luas
area blok adalah 13,40 Ha.
o Blok pengendalian ini meliputi sub kawasan dengan batas-batas sebelah
Barat Daya jalan Kajuara, sebelah Utara jalan A. Yani, sebelah Tenggara
jalan Irian dan Timur Laut adalah jalan A.R. Hakim.
o Diarahkan untuk menjadi blok dengan fungsi utama komersial jasa dan
perkantoran yang didukung fasilitas umum serta perumahan campuran.
o Strategi pengembangan : Beutifikasi streetscape, penataan bangunan dan
lansekap, pengaturan fungsi dan fasilitas.
Blok C1 Bola Soba Visitor Centre, dengan luas area blok adalah 26,10 Ha.
o Blok yang meliputi sub kawasan dengan batas sebelah Selatan jalan
Sukowati, sebelah Timur jalan Jendral Sudirman, sebelah Utara jalan
Hasanudin sebelah Barat Jalan Irian-Kalimantan-Jalan Andalas dan sebelah
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
o Diarahkan untuk menjadi blok dengan fungsi utama pendukung wisata
budaya dengan kegiatan utama visitor centre dengan fasilitas penunjangnya
seperti komersial dan akomodasi
o Strategi pengembangan : Beutifikasi streetscape, penataan bangunan dan
lansekap, penataan situs Bola Soba, pengembangan fasilitas rekreasi olah
raga lapangan Persibo lama.
Blok C2 Urban Kampung Watampone, dengan luas area blok adalah 16,57 Ha.
o Blok yang meliputi sub kawasan dengan batas sebelah Timur dan Timur Laut
jalan kalimantan, sebelah Selatan jalan Andalas, sebelah Barat dan Barat
Laut jalan Irian.
o Diarahkan untuk menjadi blok dengan fungsi utama lingkungan perumahan
dengan intensitas pembangunan sedang dengan nuansa perkampungan
kota yang tertata dengan baik.
o Strategi pengembangan : penataan serta pengendalian bangunan dan
koridor jalan, penataan infrastruktur lingkungan.
5) Rencana Umum Dan Panduan Rancangan Struktur Peruntukan Lahan
Upaya menegaskan Kawasan Watampone sebagai kawasan urban epicentrum
sekaligus mem-vital-kannya secara optimal dan efisien, memerlukan suatu
upaya untuk menambahkan fungsi-fungsi lainnya yang dapat mendukung fungsi
dan kegiatan utama pusat kota.
Fungsi fungsi-fungsi baru yang ditempatkan di dalam kawasan, yaitu “Visitor
Centre” yang berfungsi sebagai tempat pusat informasi tentang segala hal yang
terkait dengan kegiatan wisata budaya di Watampone. Fungsi ini dilengkapi
dengan fasilitas wisata seperti ruang pamer, pusat informasi, pagelaran seni,
gallery, perpustakaan, museum, dan toko cindera mata.
Area wisata keluarga yang dilakukan di blok Pasar Sentra. Wisata keluarga ini
merupakan wisata kuliner skala lokal kabupaten. Keberadaan blok wisata kuliner
ini bertujuan sebagai “etalase” bagi produk makanan khas Kabupaten Bone.
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Rencana perpetakan lahan pada Kawasan perencanaan dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu perepetakan tanah berupa sistem blok yang terdiri dari gabungan beberapa
persil, dan sistem kapling/persil.
7) Rencana Tapak
Rencana tapak pada wilayah perencanaan, secara umum tidak banyak mengalami
perubahan, yaitu sebagai kawasan kawasan pusat kota. Namun untuk menunjang
peranannya sebagai kawasan pusat kota maka perlu diciptakan suatu karakter khas
pada masing-masing blok perencanaan. Hal yang dapat dilakukan adalah :
jaringan jalan (jalan kendaraan atau jalan untuk pedestrian) di beberapa bagian
blok, yang dapat membuka wilayah perencanaan dengan wilayah lain di
sekitarnya.
Membentuk jaringan pedestrian way yang menghubungkan semua unit
perencanaan sehingga tercipta pedestrian freedom.
Mengupayakan agar bantaran bisa menjadi urban green space.
Menetapkan jarak bangungan terhadap jalan sedemikian rupa sehingga tercipta
building alignment yang serasi.
Mengarahkan ketinggian bangunan, sehingga akan menghasilkan roof-lineyang
berirama dan menghasilkan koridor jalan sebagai ruang closure.
Untuk memperkuat „entrance masuk‟ pada kawasan dapat dibuat „Gerbang‟
sebagai focal point untuk kawasan melalui pengarahan ketinggian bangunan di
sisi kiri-kanan jalan, sehingga bisa membentuk image sebagai gerbang, juga
dapat dilakukan dengan membuka node yang ada serta menempatkan landmark
berupa patung dan sejenisnya pada bundaran jalan (roundabout).
Memberikan link antar bangunan berupa pedestrian shelter/ koridor bagi pejalan
kaki, sehingga wilayah perencanaan bisa disebut sebagai kawasan yang
pedestrian friendly.
8) Intensitas Pemanfaatan lahan
Konsep pengendalian intensitas kawasan urban epicentrum Watampone adalah
tercapainya pemanfaatan lahan yang lebih merata dan seimbang sesuai dengan
tujuan peruntukan kawasan. Intensitas Pemanfaatan Lahan adalah perbandingan
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
perencanaan yang sesuai dengan rencana kota. Intensitas pemanfaatan lahan erat
hubungannya dengan konsep peruntukkan lahan, terutama menyangkut besaran
ruang yang ditempati oleh peruntukkan yang telah ditetapkan. Intensitas pemanfaatan
lahan merupakan luas lantai maksimum yang dapat dibangun di atas sebidang lahan,
hal tersebut memberi gambaran tentang skala pembangunan bagi kawasan
Watampone.
Koefisien Lantai Bangunan adalah perbandingan jumlah total luas bangunan terhadap
luas lantai dasar. Ketinggian bangunan ini perlu diatur agar terjadi keselarasan dan
keharmonisan antar bangunan dan lingkungan. Penetapan besar KLB di kawasan
perencanaan didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :
Harga lahan
Ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana (jalan)
Dampak atau kebutuhan terhadap prasarana tambahan
Ekonomi dan pembiayaan
Rencana ketinggian bangunan maksimum yang dapat diterapkan di kawasan
perencanaan adalah sebagai berikut :
Di sepanjang jalan arteri diperbolehkan maksimum berkisar antara 3 – 4 lantai
(KLB maks = 4 x KDB) dengan tinggi puncak atap bangunan maksimum 20
meter dari lantai dasar.
Di sepanjang jalan kolektor diperbolehkan maksimum berkisar antara 2 – 3 lantai
(KLB maks = 3 x KDB) dengan tinggi puncak atap bangunan maksimum 16
meter dari lantai dasar.
Di sepanjang jalan lokal diperbolehkan maksimum 2 lantai (KLB maks = 2 x
KDB) dengan tinggi puncak atap bangunan maksimum 12 meter dari lantai
dasar.
Koefisien Dasar Bangunan adalah perbandingan antara luas lantai dasar bangunan
dan luas total keseluruhan tapak. Dengan menyisakan luasan beberapa meter persegi
pada tapak dimaksudkan agar masih terdapat bidang-bidang peresapan air hujan di
dalam tapak tersebut. Dengan menyisakan luasan kapling agar tidak didirikan
bangunan, juga berdampak secara psikologis. Apabila seluruh kapling dipenuhi
bangunan, maka kesan padat dan sesak akan sangat terasakan. Penetapan besar
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Tingkat pengisian / peresapan air (water recharge)
Besar pengaliran air
Jenis penggunaan lahan dan Harga lahan
Rencana intensitas pemanfaatan lahan kawasan Watampone :
Permukiman, terdiri dari perumahan dengan KDB 50 – 60 %
Fasilitas Pendidikan, terdiri dari TK, SD, SLTP, SLTA, Akademi/PT, dan
Pesantren dengan KDB 45 – 50 %.
Fasilitas Kesehatan, terdiri dari rumah sakit bersalin, puskesmas, apotik, dan
balai pengobatan dengan KDB 40 – 50 %.
Fasilitas Peribadatan, terdiri dari masjid, langgar / musholla, gereja, dan vihara
dengan KDB 40 – 50 %.
Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan, terdiri dari kantor pemerintahan kota,
kecamatan, balai desa, dan lain-lain dengan KDB 40 – 50 %.
Fasilitas Perdagangan dan Jasa, terdiri dari pasar, pertokoan, pasar
swalayan, warung/kios, koperasi dengan KDB maksimum 70 % disesuaikan
dengan lokasi dan karakteristik kegiatannya.
Fasilitas Rekreasi dan Olah Raga, terdiri dari gedung gedung
pertemuan, penginapan/losmen, hotel, rumah makan, dan sarana rekreasi
lainnya dengan KDB 60 – 70 %.
Taman dan Ruang Terbuka Hijau, berupa taman kota, taman lingkungan,
lapangan olah raga dan lahan konservasi dengan KDB 5 – 10 %.
9) Rencana Investasi
Kegiatan pelaksanaan Rencana Tata Bangunan dan lingkungan kawasan
Watampone dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bone, Pemerintah Povinsi
Sulawesi Selatan, dan masyarakat Kabupaten Bone.
Seluruh kegiatan pembangunan harus mengacu kepada panduan Tata
Bangunan dan Lingkungan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Bone.
Pelaksanaan kegiatan oleh masyarakat melalui pembangunan fisik bangunan di
dalam lahan yang dikuasainya, termasuk pembangunan ruang terbuka hijau,
ruang terbuka, dan sirkulasi pejalan kaki dengan tetap mengacu pada syarat dan
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Sekenario rencana investasi yang akan dilakukan kawasan perencanaan mencakup 3
tahapan :
Tahap I : pembentukan citra kawasan sebagai kawasan bersejarah pusat
kerajaan Bone masa silam dengan melindungi situs-situs bersejarah yang
terdapat di dalam kawasan dan blok-blok dalam kawasan dengan pendefinisian
fungsi ruang yang jelas, pencirian dengan aksesori local pada bangunan dan
kelengkapan pedestrian path, dan ruang sirkulasi manusia dan kendaraan yang
mendukung fungsi ruang, serta sosialisasi kepada pengguna ruang.
Tahap II : pembangunan sarana dan prasarana untuk meningkatkan pelayanan
terhadap kebutuhan pengguna ruang dalam kawasan, terutama fasilitas vital
yang belum terdapat di kawasan perencanaan seperti jaringan air bersih,
pengelolaan persampahan, TPS dan lampu penerangan.
Tahap III : peningkatan kualitas lingkungan kawasan untuk mendukung fungsi
ruang dengan pemeliharaan, peningkatan dan pembangunan sarana dan
prasarana dasar lingkungan perkotaan sesuai dengan fungsi ruangnya.
10) Ketentuan Pengendalian Rencana
Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan
diantaranya; penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disensitif, serta pengenaan sanksi.
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang persyaratan
pemanfaatan ruang dan ketentuan penegendaliannya dan disusun untuk setiap
blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
Izin dalam pemanfaatan ruang sebagaimana yang diatur dalam undang-undang
penataan ruang diatur oleh pemerintah Kabupaten Bone berdasarkan
kewenangan dan ketentuan yang berlaku. Disamping itu dalam hal perizinan
pemerintah dapat membatalkan izin apabila melanggar ketentuan yang berlaku.
Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi
kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan
oleh pemerintah daerah Kabupaten Bone sesuai dengan kewenangannya.
Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya penertiban
pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Izin pemanfaatan ruang diatur dan ditertibkan oleh pemerintah daerah
Kabupaten Bone sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi
dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi administratif, sanksi
pidana penjara, dan/atau sanksi pidana denda.
Pemberian insentif dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan imbalan
terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, baik
yang dilakukan oleh masyarakat maupun oleh pemerintah daerah. Bentuk
insentif tersebut, antara lain dapat berupa keringanan pajak, pembangunan
prasarana dan sarana (infrastruktur), pemberian kompensasi, kemudahan
prosedur perizinan, dan pemberian penghargaan.
Disisentif dimaksudkan sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi
pertumbuhan, dan/atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana
tata ruang, yang antara lain dapat berupa pengenaan pajak yang tinggi,
pembatasan, penyediaan prasarana dan sarana, serta pengenaan kompensasi
dan penalti.
Pemberian insentif dan disisentif dalam pengendalian pemanfaatan ruang
dilakukan supaya pemanfaatan ruang yang dilakukan sesuai dengan rencana
tata ruang yang sudah di tetapkan.
Insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata tuang, berupa :
o keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa
ruang, dan urun saham;
o pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
o kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
o pemberian penghargaan kepada masyarakat,
o swasta dan/atau pemerintah daerah.
Disinsetif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau
mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa :
o pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya
yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
o pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan
penalti;
Insentif dan disisentif dalam penataan bangunan dan lingkungan diberikan
dengan tetap menghormati hak masyarakat.
11) Pedoman Pengendalian Pelaksanaan Pengelola Kawasan
Guna tercapainya keberhasilan operasionalisasi RTBL, dilaksanakan melalui
pemasyarakatan secara menyeluruh, yaitu :
o Pemasyarakatan bagi keseluruhan dinas-dinas sektoral maupun instansi
vertikal.
o Pemasyarakatan kepada masyarakat luas melalui pemerintah kabupaten
dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Peran serta masyarakat dapat
berbentuk :
Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan wujud
struktural dan pola pemanfaatan ruang kawasan perkotaan.
Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan RTBL;
Konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara, dan sumberdaya alam
lainnya untuk tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas;
Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan RTBL;
Pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfaatan ruang; dan
atau kegiatan menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian
fungsi lingkungan hidup.
Peran Pemerintah Daerah (di bawah koordinasi Bappeda) dalam
memasyarakatkan RTBL mempunyai pengaruh besar, yang akan menentukan
tingkat keberhasilan pelaksanaannya.
12) Program Pengendalian Pelaksanaan
Program-program yang menjadi prioritas utama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43 direkomendasikan berdasarkan kebutuhan dari stakeholder kabupaten
dan berawal dari permasalahan utama kawasan yang membutuhkan solusi yang
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Pelaksanaan RTBL kawasan Watampone dapat dikendalikan dari kesesuaian
dengan arahan kebijakan tata ruang yang lebih makro, ketepatan sasaran
program, adanya dukungan legal, serta adanya “good governance”.
b) RISPK ( Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran ) Kawasan Watampone.
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam
Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran
pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan
dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik
untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan
dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan
pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan
gedung dan lingkungannya.
RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem
Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK
memuat rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi
terhadap ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan
gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan
penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana
tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan pemadaman
kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.
2. Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Kawasan tradisional/bersejarah memiliki refleksi nilai budaya yang tinggi. Di sisi lain kawasan
disekitarnya seringkali dijumpai tidak tertata dengan baik bahkan mengalami penurunan kualitas
lingkungan. Demi menjaga kelestarian nilai budaya dari masyarakat dan meningkatkan kualitas
lingkungan dibutuhkan upaya revitaliasasi kawasan tradisional. Beberapa kawasan yang perlu
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
a) Dukungan PSD Penataan dan Revitalisasi Kawasan Budaya
b) Kws Permukiman Tradisional dan Bersejarah yang Meningkat Kualitasnya Revitalisasi
Kawasan Bola Soba.
c) Penyusunan desain revitalisasi Kawasan Tradisional
3. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a) Lingkungan perkantoran/ instansi pemerintah berada pada kawasan yang bertopografi
rendah sehingga cenderung mengalami banjir pada musim hujan, dan sebagian kondisi fisk
bangunan sebagian sudah tua sehingga perlu relokasi sedangkan di daerah perdesaan
cukup baik.
b) Pelaksanaan kebijakan mengenai penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara
beserta lingkungannya mengacu pada norma, standart, prosedur dan kriteria yang ada;
Pelaksanaan pembangunan dan pembinaan teknis penyelenggaraan bangunan gedung dan
rumah negara serta penataan bangunan dan lingkungannya; Pelaksanaan pembinaan
teknis penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung dan rumah negara
beserta lingkungannya; Pelaksanaan pembinaan dan pemberdayaan jasa konstruksi serta
pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara;
4. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan program pemerintah
yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep
memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah
Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun "gerakan kemandirian
penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan", yang bertumpu pada nilai-nilai
luhur dan prinsip-prinsip universal. [Dikutip dari : Buku Pedoman Umum P2KP-3, Edisi Oktober
2005]
Permasalahan kemiskinan di Kabupaten Bone sudah sangat mendesak untuk ditangani.
Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin
adalah tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan
kualitas perumahan dan permukiman yang jauh dibawah standar kelayakan, serta mata