• Tidak ada hasil yang ditemukan

Provinsi Jawa Timur 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Provinsi Jawa Timur 2015"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR

1.

KINERJA PEMBANGUNAN WILAYAH

1

1.1.

PERKEMBANGAN INDIKATOR UTAMA

1

1.2.

KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA

3

2.

ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH

8

2.1.

ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA

8

2.1.1.

Pendidikan

8

2.1.2.

Kesehatan

10

2.1.3.

Perumahan

13

2.1.4.

Mental/Karakter

14

2.2.

ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

16

2.2.1.

PengembanganSektorPangan

16

2.2.2.

PengembanganSektorEnergi

20

2.2.3.

PengembanganSektorKemaritimandanKelautan

22

2.2.4.

PengembanganSektorPariwisatadanIndustri

23

2.3.

ANALISIS PEMERATAAN DAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN

26

2.3.1.

PusatPertumbuhan Wilayah

26

2.3.1.1

KawasanEkonomiKhusus

26

2.3.2.

Kesenjangan intra wilayah

27

3.

ISU STRATEGIS WILAYAH

29

4.

REKOMENDASI KEBIJAKAN

39

(3)

ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR

1.

KINERJA PEMBANGUNAN WILAYAH

Pembangunan wilayah bertujuan untuk meningkatkan daya saing wilayah, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi ketimpangan antarwilayah, serta memajukan kehidupan masyarakat. Pembangunan wilayah yang strategis dan berkualitas menjadi harapan setiap daerah di Indonesia.

1.1.

PERKEMBANGAN INDIKATOR UTAMA

Pembangunan wilayah selain meningkatkan daya saing wilayah juga mengupayakan keseimbangan pembangunan antardaerah sesuai dengan potensinya masing-masing. Perkembangan indikator utama dalam pembangunan wilayah meliputi pertumbuhan ekonomi, pengurangan pengangguran, dan pengurangan kemiskinan dapat menggambarkan capaian kinerja pembangunan wilayah secara umum.

1.1.1.

Pertumbuhan Ekonomi

Kinerja perekonomian Provinsi Jawa Timur selama tahun 2012-2014 cenderung mengalami penurunan. Rata-rata pertumbuhan ekonomi selama periode tersebut sebesar 6,3 persen lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi rata-rata nasional sebesar 5,90 persen (Gambar 1). Provinsi Jawa Timur memiliki posisi strategis di bidang industri karena terletak di antara Jawa Tengah dan Bali sehingga menjadi pusat pertumbuhan industri dan perdagangan.

Gambar 1

Laju Pertumbuhan PDRB ADHK 2010

Sumber: BPS, 2014

Kinerja pertumbuhan ekonomi daerah yang diukur dari besarnya PDRB per kapita di Jawa Timur selama kurun waktu 2010 – 2014 cenderung meningkat, yang menunjukkan meningkatnya tingkat kesejahteraan di provinsi ini walaupun berada dari rata-rata nasional pada periode tersebut. Jika pada tahun 2010 rasio antara PDRB perkapita Jawa Timur dan PDB

2011 2012 2013 2014 Jawa Timur 6,44 6,64 6,08 5,86 Nasional 6,16 6,16 5,74 5,21 0 1 2 3 4 5 6 7 Per sen / Ta h u n

(4)

nasional sebesar 91,64 persen, maka pada tahun 2014 rasionya meningkat menjadi 94,04 persen (Gambar 2). Hal ini menunjukkan kinerja rata-rata Jawa Timur berkembang lebih pesat dari rata-rata provinsi lain. Tantangan yang dihadapi pemerintah daerah adalah meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan landasan ekonomi daerah yang memperluas kesempatan kerja dan mempercepat peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Gambar 2

PDRB Per Kapita ADHB

Sumber: BPS, 2014

1.1.2.

Pengurangan Pengangguran

Seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran di Provinsi Jawa Timur cenderung menurun. Tingkat pengangguran terbuka Jawa Timur berkurang sebesar 1,93 persen selama tahun 2008-2015, menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi belum berhasil menekan tingkat pengangguran secara signifikan. Tingkat pengangguran Jawa Timur berada di bawah nasional, menunjukkan perluasan lapangan kerja terjadi pada sektor ekonomi dengan pertumbuhan rendah (Gambar 3).

Gambar 3

Tingkat Pengangguran Terbuka

Sumber: BPS, 2015 2010 2011 2012 2013 2014 Jawa Timur 26.371,10 29.613,05 32.770,38 36.035,45 39.903,87 Nasional 28.778,17 32.336,26 35.338,48 38.632,67 42.432,08 0,00 5.000,00 10.000,00 15.000,00 20.000,00 25.000,00 30.000,00 35.000,00 40.000,00 45.000,00 Ribu Ru p ia h 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jawa Timur 6,24 5,87 4,91 4,18 4,13 4 4,02 4,31 Nasional 8,46 8,14 7,41 6,8 6,32 5,92 5,7 5,81 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Per sen

(5)

1.1.3.

Pengurangan Kemiskinan

Pertumbuhan ekonomi memberikan dampak positif terhadap penurunan tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Persentase penduduk miskin Provinsi Jawa Timur cenderung menurun dari 19,98 persen pada tahun 2007 dan mencapai 12,4 persen pada tahun 2014 (Gambar 4). Dalam kurun waktu tersebut tingkat kemiskinan penduduk Jawa Timur lebih rendah dibandingkan nasional terutama di perkotaan. Laju penurunan tingkat kemiskinan di provinsi terutama di perdesaan berjalan lambat. Tingginya persentase penduduk miskin di perdesaan menunjukkan kegiatan perekonomian yang stagnan, terutama sektor pertanian.

Gambar 4

Persentase Penduduk Miskin

Sumber: BPS, 2014

1.2.

KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA

Kualitas pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi biasanya diikuti oleh pengurangan kemiskinan, peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), serta perluasan lapangan kerja.

1.2.1.

Pertumbuhan Ekonomi dan Pengurangan Kemiskinan

Gambar 5 menunjukkan persebaran kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur menurut rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan tahun 2008 sampai dengan tahun 2013, dengan penjelasan sebagai berikut. Pertama, Kabupaten Bojonegoro, Gresik, Tuban, Nganjuk, lamongan, Tulungagung, dan Pasuruan terletak di kuadran I, merupakan daerah dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan di atas rata-rata provinsi. Hal ini berarti petumbuhan ekonomi yang terjadi di kelima kabupaten tersebut dapat mendorong pengurangan kemiskinan secara lebih cepat (pro-growth, pro-poor). Pemerintah sebaiknya mempertahankan pertumbuhan ekonomi serta tetap meningkatkan upaya pengurangan kemiskinan.

Kedua, Kabupaten Pamekasan, Sampang, Sumenep, Jombang, Trenggalek, Bondowoso, Madiun, Ngawi, Bangkalan, Lumajang, Kota Probolinggo terletak di kuadran II, merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata provinsi namun pengurangan kemiskinan di atas rata-rata provinsi Jawa Timur (low-growth, pro-poor). Tantangan yang harus

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Perkotaan 14,71 13,15 12,17 10,58 9,87 8,90 8,57 8,35 Perdesaan 25,02 23,64 21,00 19,74 18,19 16,88 16,1 16,1 Jawa Timur 19,98 18,51 16,68 15,26 14,23 13,08 12,5 12,4 Nasional 16,58 15,42 14,15 13,33 12,49 11,96 11,37 10,96 - 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 Per sen

(6)

dihadapi pemerintah daerah adalah menjaga efektivitas dan efisiensi kebijakan dan program pengurangan kemiskinan, dan secara bersamaan mendorong percepatan pembangunan ekonomi dengan prioritas sektor atau kegiatan ekonomi yang punya potensi berkembang seperti kelautan, perikanan, pertanian, serta perdagangan dan jasa.

Gambar 5

Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Jawa Timur Tahun 2008-2013

Sumber: BPS, 2013 (diolah)

Ketiga, Kabupaten Pacitan, Probolinggo, Sidoarjo, Ponorogo, Kediri, Blitar, Magetan, Situbondo, Kota Pasuruan, Kota Kediri, Kota Mojokerto terletak di kuadran III, merupakan daerah dengan rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan di bawah rata-rata provinsi (low growth, less pro-poor). Pemerintah daerah harus bekerja keras untuk mendorong percepatan pembangunan ekonomi melalui peningkatan produktivitas sektor dan kegiatan ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja besar terutama dari golongan miskin. Pemerintah daerah juga dituntut untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi berbagai kebijakan dan program pengurangan kemiskinan.

Keempat, Kabupaten Jember, Banyuwangi, Malang, Mojokerto, Kota Batu, Kota Madiun, Kota surabaya, dan Kota Malang terletak di kuadran IV, merupakan kota dengan rata-rata

(7)

pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata, dan pengurangan kemiskinan di bawah rata-rata provinsi (high-growth, less pro-poor). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di daerah tersebut belum memberikan dampak penurunan angka kemiskinan secara nyata. Tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah daerah adalah mendorong pengembangan kegiatan ekonomi di sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja. Selain itu diperlukan juga program dan kebijakan dalam hal penanggulangan kemiskinan.

1.2.2.

Pertumbuhan Ekonomi dan Peningkatan IPM

Gambar 6 menunjukkan distribusi kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur berdasarkan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan peningkatan IPM selama tahun 2008-2013.

Gambar 6

Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Peningkatan IPM Provinsi Jawa Timur Tahun 2008-2013

Sumber: BPS, 2013 (diolah)

Pertama, Kabupaten Pasuruan, Lamongan, Banyuwangi, Tuban, Kota Probolinggo terletak di kuadran I, merupakan daerah dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan peningkatan IPM di atas rata-rata provinsi. Dalam kondisi ini tersirat bahwa pertumbuhan ekonomi telah sejalan dengan peningkatan IPM (pro-growth, pro-human development). Tantangan yang dihadapi pemerintah dalam kinerja yang baik ini adalah menjaga momentum

(8)

pertumbuhan dengan tetap meningkatkan produktivitas dan nilai tambah, sekaligus mempertahankan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik di bidang pendidikan dan kesehatan.

Kedua, Kabupaten Sampang, Pamekasan, Bondowoso, Probolinggo, Ponorogo terletak di kuadran II, termasuk daerah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata provinsi namun peningkatan IPM di atas rata-rata (low-growth, pro-human development). Hal ini mengindikasikan bahwa berbagai kebijakan dan program pembangunan untuk meningkatkan pelayanan publik dapat meningkatkan IPM. Tantangan yang harus diatasi adalah mendorong percepatan pembangunan ekonomi melalui peningkatan produktivitas dan nilai tambah sektor dan kegiatan ekonomi yang menggunakan sumber daya lokal seperti industri manufaktur, perdagangan dan jasa, pertanian, perikanan, dan kelautan.

Ketiga, Kabupaten Kediri, Magetan, Bangkalan, Sumenep, Lumajang,Sidoarjo, Madiun, Blitar, Trenggalek, Pacitan, Jombang, Malang, Nganjuk, Ngawi, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto, dan Kota Kediri terletak di kuadran III dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan peningkatan IPM di bawah rata-rata provinsi (low growth, less pro-human development). Kondisi ini menegaskan perlunya pemerintah daerah membenahi pelayanan publik di bidang pendidikan dan kesehatan. Selain itu, pemerintah daerah juga harus bekerja keras mendorong seluruh SKPD untuk memacu pembangunan ekonomi dengan meningkatkan produktivitas dan nilai tambah sektor dan kegiatan utama daerah.

Keempat, Kabupaten Mojokerto, Jember, Tulungagung, Bojonegoro, Kota Malang, Kota Batu, Kota Madiun, Kota Blitar, Kota Surabaya berada di kuadran IV, termasuk kategori daerah dengan pertumbuhan ekonomi tinggi di atas rata-rata, tapi peningkatan IPM di bawah rata-rata (high-growth, less-pro human development). Tantangan bagi pemerintah daerah adalah menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan peningkatan mutu pelayanan publik terutama di bidang pendidikan dan kesehatan.

1.2.3.

Pertumbuhan Ekonomi dan Pengurangan Pengangguran

Gambar 7 menunjukkan persebaran kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur menurut rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran selama tahun 2008-2013. Pertama, Kabupaten Gresik, Bojonegoro, Nganjuk, Kota Madiun, kota Surabaya, Kota Malang terletak di kuadran I merupakan daerah dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran di atas rata-rata provinsi. Dalam kondisi ini pertumbuhan ekonomi mampu mendorong perluasan lapangan kerja (pro-growth, pro-job). Tantangan yang dihadapi oleh pemerintah daerah adalah menjaga momentum pertumbuhan dengan tetap meningkatkan produktivitas dan nilai tambah sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja seperti industri manufaktur, perdagangan dan jasa.

Kedua, Kabupaten Sidoarjo, Madiun, Bangkalan, Ngawi, Kediri, Kota Pasuruan, Kota Kediri, Kota Mojokerto, kota Probolinggo, dan Kota Pasuruan terletak di kuadran II, merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata provinsi namun pengurangan pengangguran di atas rata-rata provinsi (low growth, pro-job). Kinerja ini menunjukkan perluasan lapangan kerja terjadi pada sektor ekonomi dengan pertumbuhan rendah.

Ketiga, Kabupaten Blitar, Jombang, Sumenep, Bondowoso, Magetan, Sampang, Ponorogo, Lumajang, Pacitan, Trenggalek, Pamekasan, Situbondo terletak di kuadran III, termasuk daerah dengan pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran di bawah rata-rata provinsi (low growth, less-pro job). Pemerintah daerah harus bekerja keras untuk memacu

(9)

pengembangan sektor atau kegiatan ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja secara lebih besar

Gambar 7

Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Rata-Rata Pengurangan Jumlah Pengangguran Provinsi Jawa Timur Tahun 2008-2013

Sumber: BPS, 2013 (diolah)

Keempat, Kabupaten Mojokerto, Malang, lamongan, Tuban, Pasuruan, Banyuwangi, Jember, Tulungangung, dan Kota Blitar terletak di kuadran IV, merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata namun memiliki pengurangan pengangguran di bawah rata-rata provinsi (high-growth, less-pro job). Hal ini menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi di wilayah tersebut, tetapi tidak dapat menurunkan jumlah pengangguran. Tantangan yang harus dihadapi adalah mendorong pengembangan sektor dan kegiatan ekonomi yang menyerap tenaga kerja relatif tinggi seperti sektor industri manufaktur, perdagangan dan jasa. Selain itu diperlukan upaya mengembangkan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi yang menyerap tenaga kerja di sektor informal.

(10)

2.

ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH

Pembangunan wilayah berkelanjutan bersifat multidimensi sehingga diperlukan analisis pembangunan yang komprehensif untuk mengatasi berbagai masalah publik. Analisis pembangunan wilayah didasarkan pada dimensi pembangunan manusia, pembangunan sektor unggulan, serta pemerataan pembangunan dan kewilayahan.

2.1.

ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA

2.1.1.

Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting terhadap kemajuan suatu bangsa. Semakin bagus kualitas pendidikan akan semakin menentukan arah perbaikan kualitas sumber daya manusianya. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan penduduk dapat mempengaruhi dinamika perubahan ataupun kualitas kehidupan sosial ekonomi penduduk suatu daerah. Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumberdaya manusia untuk pembangunan. Pendidikan berperan penting dalam pengentasan kemiskinan dan memberikan ketrampilan kepada seluruh masyarakat untuk mencapai potensinya secara optimal. Adanya pendidikan yang memadai diharapkan akan dapat merubah pola pikir masyarakat ke arah yang lebih maju. Pembangunan pendidikan merupakan kegiatan investasi pada sumber daya manusia. Semakin banyak terciptanya SDM yang berkualitas di suatu daerah, maka kedepannya akan menguntungkan daerah yang memiliki aset pembangunan tersebut. Masalah pendidikan bagi Provinsi Jawa Timur menjadi skala prioritas pembangunan.

Gambar 8

Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pendidikan Dasar Tahun 2013 (Persen)

Sumber: BPS, 2013

Berbagai kemajuan dalam bidang pendidikan telah dicapai oleh Provinsi Jawa Timur, hal ini tampak dari Angka Partisipasi Sekolah (APS) yang mengalami peningkatan secara signifikan. Semakin tinggi jenjang pendidikan di Jawa Timur, semakin rendah angka partisipasi

99,06 92,87 0 20 40 60 80 100 120 Kab . Pa ci ta n Kab . Po no ro go Kab . T re nggale k Ka b. T ulu nga gu ng Kab . Bli ta r Kab . Kedi ri Kab . M alan g Kab . Lum aja ng Kab . J em be r Kab . Ba ny uv va ngi Kab . Bo ndo wo so Kab . S it ub on do Kab . Pr ob oli nggo Kab . Pa su rua n Kab . S ido ar jo Kab . M ojo ker to Kab . J om ba ng Kab . N ga njuk Kab . M adiu n Kab . M age ta n Kab . N ga wi Kab . Bo jo ne go ro Kab . T ub an Kab . La m on ga n Kab . Gr esi k Kab . Ba ngk alan Kab . S am pa ng Kab . Pa m ekas an Kab . S um en ep Ko ta Kedi ri Ko ta Bli ta r Ko ta M alan g Ko ta Pr ob oli nggo Ko ta Pa su rua n Ko ta M ojo ker to Ko ta M adiu n Ko ta S ur ab ay a Ko ta Ba tu

Angka Partisipasi Sekolah (APS) 07-12 tahun Angka Partisipasi Sekolah (APS) 13-15 tahun

(11)

sekolahnya. Hal ini menggambarkan masih kurangnya partisipasi masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Partisipasi sekolah untuk tingkat SD dan SMP sudah cukup tinggi dan merata di setiap kabupaten dan kota (Gambar 8). Berdasarkan APS di Jawa Timur tahun 2013, program pendidikan Wajib Belajar 9 Tahun sudah tercapai di Kabupaten Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Malang, Situbondo, Banyuwangi, Pasuruan, Jombang, Nganjuk, Bojonegoro,Lamongan, Gresik, Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto, Kota Madiun, kota Surabaya, dan Kota Batu. Rata-rata APS Provinsi Jawa Timur tahun 2013 sebesar 99,06 persen untuk usia 7-12 tahun dan 92,87 persen untuk usia 13-15 tahun. Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memilki APS pendidikan dasar terendah adalah Kota Malang, yaitu sebesar 77,73 persen, artinya masih ada 22,27 persen anak usia 7-13 tahun yang tidak bersekolah.

APS mengindikasikan seberapa besar akses dari penduduk usia sekolah dapat menikmati pendidikan formal di sekolah. Gambarannya menunjukkan pada kelompok umur yang lebih tua, APS cenderung semakin menurun. Sedangkan APM mengindikasikan proporsi anak usia sekolah yang dapat sekolah tepat waktu. Apm SD pada tahun 2014 sebesar 99,38 persen, menurun pada jenjang SMP sebesar 96,36 persen, dan semakin menurun pada jenjang SMA sebesar 70,25 persen. Rendahnya APM pada jenjang SMA menjadi perhatian khusus pemerintah dalam meningkatkan pendidikan meskipun sudah ada perbaikan setiap tahunnya. Banyak lulusan SMP dan SMA di Jawa Timur yang langsung memilih bekerja dantidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Gambar 9

Rata-Rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf Tahun 2009-2013

Sumber: BPS, 2013

Pemerintah telah melakukan peningkatan layanan pendidikan melalui penambahan gedung sekolah, perbaikan sarana dan prasarana serta bantuan program pendidikan. Walaupun upaya perbaikan kinerja pembangunan pendidikan terus ditingkatkan namun beberapa indikator pendidikan di Jawa Timur belum menunjukkan kinerja yang optimal. Pada tahun 2013 Rata-rata lama sekolah penduduk Jawa Timur adalah 7 (Gambar 9). Kondisi ini berarti

84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 6,6 6,8 7 7,2 7,4 7,6 7,8 8 8,2 8,4 2009 2010 2011 2012 2013

RLS Provinsi (tahun) RLS Nasional (tahun) AMH Provinsi (persen) AMH Nasional (persen)

(12)

secara rata-rata siswa hanya tamat SD dan baru masuk jenjang pendidikan SLTP. Beberapa program pendidikan yang dilakukan pemerintah Provinsi Jawa Timur mampu memperbaiki angka rata-rata lama sekolah dalam lima tahun terakhir. Meskipun rata-rata lama sekolah ini lambat namun upaya perbaikan pendidikan menunjukkan peningkatan.

2.1.2.

Kesehatan

Penyediaan fasilitas kesehatan menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan pembangunan kesehatan di Provinsi Jawa Timur. Dalam rangka mengembangkan kesehatan bagi masyarakat pemerintah Provinsi Jawa Timur terus berupaya meningkatkan layanannya baik berupa sarana maupun prasarana kesehatan. Tingkat kesehatan masyarakat Jawa Timur menunjukkan hasil yang baik apabila dilihat dari indikator kesehatan, seperti angka kematian ibu, angka kematian bayi dan balita, serta gizi buruk yang berada di bawah nasional. Angka kematian bayi di Jawa Timur pada tahun 2012 sebanyak 30 kematian per 1000 kelahiran baru, sedangkan angka nasional menunjukkan 34 kematian per 1000 kelahiran baru (Gambar 10). Angka ini juga mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan kondisi pada 2007, angka kematian bayi Jawa Timur sebanyak 35 kematian per 1000 kelahiran hidup. Sementara itu, angka kematian balita mencapai 34 kematian per 1000 kelahiran hidup atau menurun dari kondisi tahun 2008 sebesar 45 kematian per 1000 kelahiran hidup.

Gambar 10

Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Timur

Sumber: BPS, 2012

Keselamatan ibu dan bayi dalam proses melahirkan menjadi perhatian khusus di negara berkembang seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia persalinan yang ditangani oleh tenaga medis dan terlatih berperan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan anak juga sebagai indikator kemajuan suatu daerah. Pada tahun 2014 kelahiran bayi dengan penolong pertama dilakukan oleh dikter, tenaga medis dan bidan sebanyak 93,33 persen, dan kelahiran bayi dengan penolong pertama masih dilakukan pihak non medis sekitar 6,67 persen (BPS Provinsi Jawa

35 25 30 39 26 34 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 2007 2010 2012

(13)

Timur, 2015). Kesehatan masyarakat di Jawa Timur semakin meningkat, ditunjukkan dengan semakin sadarnya masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan dalam keluarga.

Pemanfaatan jasa tenaga medis dan pelayanan kesehatan di Jawa Timur juga semakin meningkat, didukung oleh Program kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Timur hingga mencapai daerah pedalaman. Program kesehatan itu meliputi pelayanan jasa tenaga medis dan penyediaan sarana kesehatan seperti poliklinik, puskesmas, dan rumah sakit. Untuk mengurangi terjadinya kematian bayu yang dilahirkan, dilakukan penyuluhan dan pembinaan kepada tenaga kesehatann tradisional sepeti dukun bayi dan dukun pijat. Di Jawa Timur penolong kelahiran anak dengan bantuan dukun masih banyak terutama di daerah Tapal Kuda (daerah dengan suku terbesar Madura) serta daerah pedalaman yang jauh dari sarana kesehatan.

Pemerintah Jawa Timur terus berupaya memperbaiki pelayanan kesehatan dan membangun fasilitas kesehatan untuk masyarakat. Sasaran pembangunan kesehatan di Provinsi Jawa Timur antara lain program peningkatan sarana prasaran alat RS rujukan regional di RSUD dr. Saiful Anwar Kota Malang, RSUD Ibnu Sina Kab. Gresik, RSUD Haji Surabaya, RSUD Soedono Kota Madiun, RSUD Jombang, RSUD Dr. Soebandi Kab. Jember. Penyediaan fasilitas dan tenaga kesehatan merupakan bagian dari program pembangunan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan berhubungan kemudahan penduduk dalam mengakses layanan kesehatan. Sebagai rujukan penduduk untuk berobat jalan di Provinsi Jawa Timur, jumlah fasilitas kesehatan tertinggi adalah puskesmas. Sampai akhir tahun 2014 jumlah puskesmas di Provinsi Jawa Timur terbanyak berada di Kota Surabaya sebanyak 62 puskesmas, sedangkan paling sedikit terdapat di Kota Batu sebanyak 5 puskesmas (Tabel 1). Di setiap puskesmas ditugaskan 1-2 orang dokter jaga.

Tabel 1

Jumlah Puskesmas (Unit) Tahun 2014 Provinsi Jawa Timur

No. Kabupaten/Kota Puskesmas Puskesmas Perawatan Non Perawatan Puskesmas

1 Kab. Pacitan 24 11 13 2 Kab. Ponorogo 31 19 12 3 Kab. Trenggalek 22 18 4 4 Kab. Tulungagung 31 14 17 5 Kab. Blitar 24 14 10 6 Kab. Kediri 37 8 29 7 Kab. Malang 39 26 13 8 Kab. Lumajang 25 18 7 9 Kab. Jember 49 17 32 10 Kab. Banyuvvangi 45 16 29 11 Kab. Bondowoso 25 25 0 12 Kab. Situbondo 17 12 5 13 Kab. Probolinggo 33 19 14 14 Kab. Pasuruan 33 18 15 15 Kab. Sidoarjo 26 13 13 16 Kab. Mojokerto 27 16 11 17 Kab. Jombang 34 17 17

(14)

No. Kabupaten/Kota Puskesmas Puskesmas Perawatan Non Perawatan Puskesmas 18 Kab. Nganjuk 20 9 11 19 Kab. Madiun 26 9 17 20 Kab. Magetan 22 17 5 21 Kab. Ngawi 24 8 16 22 Kab. Bojonegoro 36 24 12 23 Kab. Tuban 33 8 25 24 Kab. Lamongan 33 32 1 25 Kab. Gresik 32 14 18 26 Kab. Bangkalan 22 22 0 27 Kab. Sampang 21 15 6 28 Kab. Pamekasan 20 15 5 29 Kab. Sumenep 30 30 0 30 Kota Kediri 9 3 6 31 Kota Blitar 3 2 1 32 Kota Malang 15 4 11 33 Kota Probolinggo 6 2 4 34 Kota Pasuruan 8 0 8 35 Kota Mojokerto 5 2 3 36 Kota Madiun 6 2 4 37 Kota Surabaya 62 16 46 38 Kota Batu 5 3 2 Provinsi 960 518 442 Nasional 9.731 3.378 6.336

Sumber: Kementerian Kesehatan, 2014

Pemerintah telah menyusun beberapa program peningkatan kualitas pelayanan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam bidang kesehatan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan status kesehatan penduduk khususnya pada kelompok rentan seperti bayi,balita, ibu hamil, ibu bersalin dan menyusui. Pemerintah harus mengupayakan agar para ibu hamil dapat melahirkan dengan bantuan tenaga kesehatan dengan mendistribusikan ke berbagai wilayah termasuk ke pelosok pedesaan dan menjangkau daerah sulit sehingga persalinan balita banyak dilakukan oleh tenaga kesehatan.

Untuk masalah gizi buruk, penyebab terjadinya gizi buruk di Jawa Timur adalah asupan gizi pada balita yang kurang. Kecukupan gizi merupakan syarat mutlak bagi ibu hamil dan anak-anak. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi gizi buruk adalah dengan mengoptimalkan program BKIA (Balai Kesehatan Ibu dan Anak), termasuk program melahirkan gratis di puskesmas dan rumah sakit bagi keluarga miskin. Pemantauan kesehatan dan gizi terutama pada balita dilakukan pemerintah Jawa Timur untuk menekan angka gizi buruk. Sebaran jumlah penduduk yang cukup luas berpengaruh terhadap akses pelayanan kesehatan. Peningkatan angka kecukupan gizi harus sejalan dengan peningkatan kesejahteraan keluarga. Program prioritas yang harus dilakukan terkait dengan pembangunan kesehatan harus menyeluruh dari penurunan AKB, peningkatan gizi masyarakat,jaminan kesehatan ibu hamil, serta pelatihan tenaga medis.

(15)

2.1.3.

Perumahan

Arah kebijakan pada sasaran pembangunan perumahan adalah meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak, aman, terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai. Kualitas fisik dan fasilitas rumah yang dimiliki dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Rumah tangga sejahtera menempati rumah dengan kualitas yang lebih baik. Bagi masyarakat golongan ekonomi menengah bawah, menempati rumah kualitas layak huni baik segi kesehatan, kenyamanan, maupun keamanan merupakan suatu impian yang sulit diwujudkan. Kebutuhan rumah layak huni di Jawa Timur sangat besar dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pemenuhan hunian yang layak dengan didukung oleh prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai perlu mendapatkan perhatian khusus. Kegiatan pembinaan dan bantuan teknis pembiayaan perumahan bagi masyarakat dapat meningkatkan dan mendorong pemberdayaan masyarakat serta membina peran swasta juga para pemangku kepentingan dalam pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.

Pembangunan perumahan yang layak huni juga harus memperhatikan akses air minum dan sanitasi layak. Selama tahun 2010-2013 rumah tangga di Jawa Timur yang mendapatkan kriteria kelayakan sanitasi dan kelayakan air minum cenderung meningkat, namun masih berada di bawah nasional (Gambar 11). Jumlah rumah tangga dengan kelayakan sanitasi di Provinsi Jawa Timur cenderung meningkat pada tahun 2010 ke tahun 2013, yaitu dari 52,96 persen menjadi 60,38 persen. Sementara itu jumlah rumah tangga dengan kriteria kelayakan air minum di Jawa Timur selama 2010-2013 meningkat dari 52,94 persen menjadi 74,04 persen. Kurangnya dukungan infrastruktur yang memadai serta masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pola hidup bersih merupakan salah satu penyebab rendahnya kualitas dan kuantitas sanitasi baik dalam hal pengelolaan air limbah, persampahan, maupun drainase permukiman. Pembangunan sanitasi sangat penting karena berdampak pada kesehatan, kebutuhan infrastruktur permukiman, degradasi lingkungan, estetika wilayah serta kesejahteraan masyarakat umum.

Gambar 11

Persentase Rumah Tangga Kriteria Kelayakan Sanitasi dan Air Minum

Sanitasi Air Minum

Sumber: BPS, 2013

Air merupakan sumber kehidupan bagi semua mahluk hidup, tidak terkecuali manusia yang dalam kehidupan sehari-harinya banyak membutuhkan air mulai dari mandi, minum

52,96 54,21 56,92 60,38 55,53 55,6 57,35 60,91 45 50 55 60 65 2010 2011 2012 2013 Jawa Timur Nasional

52,94 69,49 71,71 74,04 44,19 63,48 65,05 67,73 0 20 40 60 80 2010 2011 2012 2013 Jawa Timur Nasional

(16)

mencuci dan sebagainya. Sumber air masyarakat Jawa Timur sudah memanfaatkan air bersih yang berasal dari ledeng, pompa, sumur terlindung, dan mata air. Sebagian besar masyarakat Jawa Timur yang hidup di perkotaan dalam pemenuhan kebutuhan air minum banyak menggunakan air minum dalam kemasan atau isi ulang serta air ledeng.Permasalahan sanitasi di Jawa Timur terdiri dari kebutuhan air bersih, masalah air limbah, sampah, drainase dan pola hidup bersih dan sehat. Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Seringkali pengaruhnya justru berakibat buruk, misalnya mengganggu kesehatan, menyebabkan penyakit, dan menjadi media transmisi penyakit, dan lain-lain.

Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan pemukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari, namun sanitasi sering kali dianggap sebagai urusan sekunder sehingga belum mendapatkan perhatian. Salah satu pendekatan kepada masyarakat untuk dapat membantu usaha pemerintah dalam penanganan sanitasi permukiman adalah dengan mengkondisikan masyarakat pada suatu kebiasaan atau perilaku laku tertentu. Pendekatan tersebut dilakukan melalui sosialisasi dan pemahaman penanganan sanitasi lingkungan menuju masyarakat bersih dan sehat.

2.1.4.

Mental/Karakter

Untuk mencapai Indonesia yang maju, makmur dan mandiri diperlukan sumberdaya manusia yang unggul dan memiliki pendidikan yang baik, keahlian dan keterampikan, pekerja keras, memiliki etos kemajuan, bersikap optimis, serta memiliki nilai luhur budaya bangsa. Nilai-nilai luhur yang penting ditanamkan untuk mencapai kemandirian tersebut antara lain gotong royong, toleransi, solidaritas, saling menghargai dan menghormati. Negara Indonesia merupakan negara majemuk dengan latar belakang budaya dan adat istiadat yang beragam. Pembangunan mental dan budaya masyarakat penting dilakukan untuk mendukung pembangunan fisik dan mengatasi permasalahan sosial.

Pembangunan karakter melalui pendidikan dalam masyarakat merupakan upaya meningkatkan sikap mental untuk meningkatkan nilai etis diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karakter mengacu pada kebiasaan berpikir, bersikap, berbuat dan memotivasi kehidupan seseorang. Karakter erat kaitannya pola tingkah laku dan kecenderungan untuk berbuat baik. Dalam hal ini perlu adanya usaha mengadakan pendidikan baik formal maupun informal di lingkungan tempat tinggal untuk menggerakkan perubahan yang terjadi. Pembangunan wilayah Jawa Timur menuntut perubahan sikap mental manusia yang selain merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembangunan juga merupakan salah satu tujuan utama pembangunan itu sendiri. Semua elemen masyarakat berperan serta dalam membangun karakter bangsa, di antaranya melalui media massa, pada akademisi, tokoh adat, dan melalui peran organisasi kepemudaan. Proses penanaman karakter yang dilakukan melalui pendidikan formal di sekolah meliputi pengembangan bentuk pembelajaran substantif yang materinya terkait langsung dengan nilai, serta melalui pendidikan keagamaan.

Salah satu upaya membentuk karakter masyakarat di Jawa Timur adalah melalui pendidikan agama. Masyarakat Jawa Timur cukup majemuk sehingga upaya pembentukan karakater bisa dimulai dari pendidikan dalam keluarga, kelompok kegamaan, serta organisasi kepemudaan lain. Keberadaan tempat ibadah untuk pendidikan karakter masyarakat menjadi penting untuk dikembangkan (Tabel 2). Media tempat ibadah dan pendidikan guru agama adalah komponen masyarakat yang dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan.

(17)

Tabel 2

Data Pemeluk Agama dan Tempat Ibadah di Provinsi Jawa Timur Tahun 2014

Agama Islam Kristen Katholik Hindu Budha Konghucu

Jumlah Pemeluk Agama 39.657.788 1.271.343 492.875 343.551 205.716 10.600

Tempat Ibadah 39.408 2.826 517 427 163 17

Sumber: Kementerian Agama Kanwil Jawa Timur, 2013

Pengembangan mental dan karakter bangsa membutuhkan peran serta masyarakat baik melalui keluarga, organisasi profesi, pengusaha, serta organisasi kemasyarakatan. Adanya keberagaman etnis dan agama dan berkembangnya lembaga sosial dalam kehidupan masyarakat membutuhkan peran pemuda sebagai aset pembangunan sosial. Untuk menjamin kesejahteraan sosial keterlibatan pemuda dipelukan untuk mendorong proses pembelajaran serta membangun komitmen bersama dalam pembangunan. Pengembangan karakter pemuda dapat dilakukan melalui lembaga sosial dan organisasi kemasyarakatan karena keterlibatan pemuda dalam hal ini sangat tinggi. Jumlah organisasi kepemudaan yang terdaftar di Kementerian Pemuda dan Olahraga tahun 2014 sebanyak 38 organisasi, terdiri atas bidang keagamaan, kebangsaan, dan kesiswaan, dan lain-lain. Organisasi kepemudaan yang terdaftar tersebut merupakan wadah aspirasi generasi muda dalam menjalankan aktivitas kepemudaan (Gambar 12). Tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan organisasi kepemudaan adalah adanya sifat dan karakter dari generasi muda yang tidak relevan dengan norma kehidupan masyarakat. Melalui peran organisasi-organisai ini pengembangan karakter yang positif dapat dilakukan untuk menghindari masalah negatif dalam internal maupun eksternal organisasi. Pemuda memiliki rasa tanggung jawab dalam membangun daerahnya untuk kepentingan masyarakat.

Gambar 12 Bidang Organisasi

Sumber: Kementerian Pemuda dan Olahraga, 2014 keagamaan 31% kebangsaan 24% kesiswaan 29% kepartaian 5% kekeluargaan 3% kekaryaan 5% profesi 3%

(18)

2.2.

ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

2.2.1.

Pengembangan Sektor Pangan

Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu stabilitas ekonomi sehingga upaya pemenuhan kecukupan pangan menjadi kerangka pembangunan yang mampu mendorong pembangunan sektor lainnya. Ketahanan pangan dibangun atas tiga pilar utama, yaitu ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan. Tersedianya pangan secara fisik di daerah bisa diperoleh dari hasil produksi daerah sendiri, impor, maupun bantuan pangan. Analisis mengenai ketersediaan pangan dan akses pangan menjadi tahapan pembangunan yang strategis karena dibutuhkan untuk menelaah kinerja ketahanan pangan di Jawa Timur. Kemandirian pangan akan mampu menjamin masyarakat memenuhi kebutuhan pangan yang cukup, mutu yang layak, aman dan tanpa ketergantungan dari pihak luar.

Sumber pangan lokal di Provinsi Jawa Timur antara lain tanaman pangan dan holtikultura, peternakan, perkebunan, dan perikanan. Tanaman pangan merupakan salah satu subsektor pertanian yang dominan di Jawa Timur. Produksi padi dan jagung angkanya berfluktuatif namun hasil produksinya lebih besar daripada komoditas lain. Produksi padi di Provinsi Jawa Timur tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 657.462 ton dari tahun sebelumnya yaitu mencapai hasil produksi 12.397.049 ton pada tahun 2014 menjadi 13.054.511 ton pada tahun 2015 (Gambar 13). Kenaikan produksi ini disebabkan oleh kenaikan pada luas panen sebesar 64,24 ribu hektar (3,10 persen) dan tingkat produktivitas sebesar 1,28 kuintal/hektar (2,14 persen)

Gambar 13

Produksi (Ton) dan Produktivitas (Ku/Ha) Tanaman Padi Provinsi Jawa Timur

Sumber: BPS, 2015

Kondisi ideal untuk menanam padi memberikan pengaruh yang cukup besar bagi komoditas yang lain. Pada saat lahan difungsikan untuk tanaman padi maka tanaman yang lain mengalami penurunan baik luas panen maupun produksinya. Pengelolaan pertanian hingga saat ini masih dikelola secara tradisional sehingga hasil produksinya sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim. Peningkatan produksi jagung dan kedelai juga menjadi prioritas pemerintah

10.576.543 12.198.707 12.049.342 12.397.049 13.054.511 59,04 61,74 59,28 59,86 61,32 0 10 20 30 40 50 60 70 0 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000 10.000.000 12.000.000 14.000.000 2011 2012 2013 2014 2015 Produksi Padi Produktivitas Padi Produktivitas Nasional

(19)

Provinsi Jawa Timur. Produksi dan produkstivitas jagung di Provinsi Jawa Timur selama tahun 2011-2015 berfluktuatif namun memiliki kecenderunan meningkat dan mencapai hasil produksi sebesar 6 juta ton pada tahun 2015 (Gambar 14). Dibandingkan dengan produksi jagung tahun 2014 terjadi kenaikan produksi sebanyak 301,05 ribu ton (5,25 persen). Kenaikan produksi ini disebabkan oleh kenaikan pada luas panen sebesar 13,05 ribu hektar (1,09 persen) dan tingkat produktivitas sebesar 1,96 kuintal/hektar (4,11 persen)

Gambar 14

Produksi (Ton) dan Produktivitas (Ku/Ha) Tanaman Jagung Provinsi Jawa Timur

Sumber: BPS, 2015

Gambar 15

Produksi (Ton) dan Produktivitas (Ku/Ha) Tanaman Kedelai Provinsi Jawa Timur

Sumber: BPS, 2015 5.443.705 6.295.301 5.760.959 5.737.382 6.038.433 40 42 44 46 48 50 52 54 5.000.000 5.200.000 5.400.000 5.600.000 5.800.000 6.000.000 6.200.000 6.400.000 2011 2012 2013 2014 2015

Produksi Jagung Produktivitas Jagung Produktivitas Nasional

366.999 361.986 329.461 355.464 350.066 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 310.000 320.000 330.000 340.000 350.000 360.000 370.000 2011 2012 2013 2014 2015

Produksi Kedelai Produktivitas Kedelai Produktivitas Nasional

(20)

Hasil produksi kedelai di Jawa Timur tidak sebesar hasil produksi jagung dan pagi. Pada tahun 2015 angka produksi kedelai di Jawa Timur besarnya 350.066 ton, lebih rendah dari pencapaian tahun 2014 sebesar 355.464 ton. Penurunan produksi ini disebabkan oleh penurunan pada luas panen sebesar 4,12 ribu hektar (-1,92 persen) sedangkan tingkat produktivitas mengalami kenaikan sebesar 0,07 kuintal/hektar (0,42 persen).

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Jawa Timur peningkatan luas lahan pertanian diperlukan untuk menjamin stabilitas dan ketahanan pangan. Provinsi Jawa Timur memiliki potensi lahan kering yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif lahan produksi pangan. Kendala yang dihadapi dalam mengembangkan usaha pertanian di lahan kering antara lain kesuburan tanah di lahan kering relatif rendah, akses irigasi terbatas, serta biaya pengelolaan lebih tinggi dibandingkan dengan pertanian konvensional. Upaya ketahanan pangan yang didukung dengan dana APBN perlu disalurkan ke petani dalam bentuk bantuan sosial untuk memilih bibit unggul, pupuk, perbaikan irigasi, serta pemberian alat mesin pertanian sehingga petani mampu meningkatkan produktivitas dan memperluas areal tanamnya.

Kebutuhan bahan pangan selain bersumber dari pertanian juga berasal dari peternakan. Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah penduduk yang besar. Kebutuhan konsumsi penduduk akan semakin besar seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonominya. Dengan demikian produksi hasil ternak perlu terus dikembangkan, sehingga mampu memenuhi kebutuhan penduduk. Produksi daging di Provinsi Jawa Timur cukup besar, dengan produksi tertinggi pada tahun 2014 adalah daging sapi (Gambar 16). Pengembangan komoditas sapi juga membuka peluang bagi pelaku usaha dengan berbagai alternatif investasi diantaranya usaha perbibitan sapi, usaha penggemukan sapi, usaha campuran dan pembibitan, dan usaha peternakan hilir.

Gambar 16

Produksi Daging Provinsi Jawa Timur (Ton)

Sumber: BPS, 2014 109.016 112.447 110.762 100.707 119.463 501 410 111 120 120 17.386 16.923 16.884 15.499 15.654 299 2.283 2.399 3.136 3.230 0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 2010 2011 2012 2013 2014

Daging Sapi Daging Kerbau Daging Kuda Daging Kambing Daging Domba Daging Babi

(21)

Peternakan unggas di Provinsi Jawa Timur juga banyak dibudidayakan dan jumlahnya cenderung meningkat setiap tahun. Jumlah populasi ternak terbesar di Jawa Timur adalah ayam pedaging yaitu sebanyak 104 juta ekor pada tahun 2014, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebanyak 103 juta ekor (Gambar 17). Ayam jenis ini banyak diminati karena lebih menguntungkan dan mudah pemeliharaannya. Sedangkan itik sangat sedikit peminatnya di Jawa Timur sebanyak 5 juta ekor.

Gambar 17

Populasi Ternak Unggas Provinsi Jawa Timur (Ribu Ekor

)

Sumber: BPS, 2014

Tercapainya kondisi ketahanan dan kemandirian pangan di Provinsi Jawa Timur juga dipengaruhi adanya inovasi dan adopsi teknologi dalam pengembangan usaha tani tanaman pangan, usaha tani hortikultura, usaha peternakan, dan usaha perkebunan yang mampu memberikan dampak bagi peningkatan produksi dan produktivitas petani dan peternak. Kebutuhan penyediaan pangan terus meningkat sementara peningkatan produksi pangan dan produktivitas hasil pertanian juga terus diupayakan. Pemerintah daerah mendorong peningkatan jumlah lahan pertanian dengan memfungsikan kembali lahan sawah untuk ditanam padi, jagung, dan kedelai sesuai dengan musimnya. Ketersediaan lahan di Jawa Timur cukup luas untuk dimanfaatkan dalam meningkatkan produksi tanaman pertanian dan kebutuhan pangan lainnya. Pemerintah berupaya melakukan pembukaan lahan pertanian dalam memenuhi target produksi tanaman pangan di tahun 2019 (Tabel 3).

Tabel 3

Sasaran Kedaulatan Pangan Provinsi Jawa Timur Desa Mandiri Benih Cetak Sawah (Ha)

Target Produksi 2019 (ribu ton)

Padi Jagung Kedelai Gula Daging Sapi dan kerbau 40 - 13.654.262 6.767.324 1.085.897 1.370.252 157.101 Sumber: Perhitungan Bappenas, 2015

24.006,80 29.310,30 32.143,70 33.807,00 34.314,10 21.959,50 37.035,30 40.268,60 43.066,40 43.927,70 56.993,60 149.552,70 155.945,90 162.296,20 163.919,10 3.688,30 3.884,30 4.728,30 5.159,70 5.683,40 0,00 20.000,00 40.000,00 60.000,00 80.000,00 100.000,00 120.000,00 140.000,00 160.000,00 180.000,00 2010 2011 2012 2013 2014

(22)

Dalam pemanfaatan dan pengolahan lahan sawah petani perlu mendapatkan pembinaan dan didampingi secara intensif baik dalam pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca panen oleh penyuluh pertanian dengan menerapkan inovasi teknologi spesifik lokasi. Dinas pertanian perlu memantau penyaluran benih dan pupuk agar lahan sawah bisa diusahakan secara berkelanjutan sehingga meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan. Petani juga perlu mendapatkan fasilitas berupa kemudahan dalam mengakses sarana produksi, sumber permodalan, pengolahan hasil serta pemasaran untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahterannya.

Salah satu upaya dalam mendorong produksi dan produktivitas pangan adalah tersedianya infrastruktur pertanian yang memadai. Pembangunan infrastruktur yang saat ini diperlukan antara lain berupa perbaikan dan pembangunan infrastruktur pengairan, seperti waduk dan saluran irigasi, serta pembangunan jalan yang menghubungkan sentra produksi kepada konsumen akhir. Untuk mewujudkan ketersediaan infrastruktur tersebut, dukungan dan koordinasi antara instansi yang membidangi pembangunan fisik serta pemerintah daerah melalui dukungan kebijakan yang mempermudah implementasi pembangunan tersebut, mutlak diperlukan. Selain pembangunan infrastruktur, peningkatan produksi dan produktivitas pertanian juga memerlukan dukungan penyediaan teknologi dan sarana produksi, serta sumber daya manusia yang baik.

2.2.2.

Pengembangan Sektor Energi

Ketersediaan energi yang berkesinambungan, handal, terjangkau dan ramah lingkungan merupakan hal yang fundamental dalam membangun industri energi yang bisa mendukung perkembangan ekonomi dan sosial suatu negara. Berdasarkan hal tersebut beberapa negara termasuk Indonesia telah mulai memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) sebagai pengganti energi fosil yang cadangannya mulai menipis. Tidak seperti negara-negara maju, pengembangan EBT di Indonesia hingga saat ini masih belum begitu menggembirakan. Potensi energi terbarukan seperti tenaga air, panas bumi, angin, surya, samudera, maupun biomasa jumlahnya cukup memadai namun tersebar. Selain itu terdapat sumberdaya energi terbarukan yang belum banyak diketahui masyarakat umum adalah energi laut dan samudra.

Sambil terus mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT), kebutuhan energi listrik perlu dipenuhi dengan penyediaan batubara sebagai bahan baku dalam negeri. Batubara melimpah di Indonesia, tetapi pemanfaatan dalam negeri masih belum maksimal. Untuk menekan emisi gas rumah tangga pada batubara, perlu peningkatan efisiensi melalui intervensi teknologi. Dalam rangka mempercepat diversifikasi energi khususnya dalam pembangkitan tenaga listrik pemerintah melakukan percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi terbarukan seperti air dan panas bumi sebagai sumber energinya. Saat ini umumnya tenaga listrik bahan bakunya disuplai dari bahan baku fosil yaitu minyak bumi dan batubara.

Provinsi Jawa Timur sendiri memiliki potensi energi air yang cukup besar. Potensi panas bumi Jawa Timur diperkirakan memiliki cadangan sebesar 274 Mwe dan sumber daya sebesar 240 Mwe yang terdapat di Welirang Arjuno, Wilis Argopuro, dan Blawan Ijen. Kandungan panas bumi di Kabupaten Bondowoso juga cukup besar. Kawasan eksplorasi dan eksploitasi panas bumi ini seluas 62 ribu hektar yang meliputi kawasan hutan lindung dan cagar alam. Saar ini kegiatan eksploitasi dilakukan oleh PT. Medco Energi. Selain itu terdapat potensi geothermal di kabupaten Kediri, Ponorogo, dan Bondowoso. Potensi Geothermal di Ngebel Kabupaten

(23)

Ponorogo diprediksi mampu menghasilkan daya listrik sekitar 165 MW atau mampu memenuhi kebutuhan listrik sampai 330 ribu sambungan.

Penempatan pembangkit listrik yang menggunakan sumber energi terbarukan di Provinsi Jawa Timur perlu diprioritaskan. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat harus diimbangi dengan ketersediaan tenaga listrik karena meningkatnya permintaan tenaga listrik. Rasio elektrifikasi di Provinsi Jawa Timur tahun 2014 di bawah 100 persen, namun lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 81,70 persen (Gambar 18). Rasio elektrifikasi merupakan perbandingan jumlah rumah tangga yang berlistrik dan jumlah keseluruhan rumah tangga (RUPTL PLN 2015-2024). Rasio elektrifikasi ini menggambarkan tingkat ketersediaan energi listrik untuk masyarakat. Selama kurun waktu 2009-2014 produksi listrik Jawa Timur mengalami peningkatan sebesar 42,8 persen, yaitu dari 22.776.487.244 MWh tahun 2009 menjadi 32.525.099.582 MWh.

Gambar 18

Rasio Elektrifikasi (%) Tahun 2014

Tidak termasuk pelanggan non PLN Sumber: Statistik PLN, 2014

Ketergantungan manusia akan listrik semakin besar yang berdampak pada bertambahnya jumlah pelanggan PLN. Jumlah pasokan listrik yang dikonsumsi oleh pelanggan sebesar 30.523.986 MWh dengan daya terpasang sebesar 15.501 kVA. Pelanggan yang mengkonsumsi listrik berasal dari golongan tarif sosial, rumah tangga, usaha dan hotel, insutri, gedung/kantir, jalan, dengan jumlah pelanggan sebanyak 9.642.010 pelanggan. Provinsi Jawa Timur mampu mencukupi kebutuhan listrik sendiri sehingga sangat mungkin untuk disitribusikan ke wilayah lain yang masih kurang produksinya. Golongan industri merupakan pemakai listrik terbesar di Jaw a Timur, yaitu mencapai 13.277 MWh atau sekitar 43,33 persen dari total pelanggan PT PLN. Kelompok rumah tangga mengkonsumsi listrik sebesar 11.5 85 MWh atau 37,95 persen. Komposisi pendistribusian aliran listrik dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Persentase aliran listrik yang disalurkan ke rumah tangga semakin

83,14 81,70 0 20 40 60 80 100 120 A ce h Sum at er a U ta ra Sum at er a Ba ra t R ia u Ja m bi Sum at er a Se lat an Be ngk ulu La m pun g Kep Ba ngk a Be lit un g Ke pul au an R ia u DKI Ja ka rt a T ange ra ng Ja wa Ba ra t Ja wa T en ga h D .I Yo gya kar ta Ja wa T im ur Ba nt en B A L I N us a T en ggar a Ba ra t N us a T en ggar a T im ur Kali m an ta n Ba ra t Kali m an ta n T en ga h Kali m an ta n Se lat an Kali m an ta n T im ur dan U ta ra Sulaw esi U ta ra Sulaw esi T en ga h Sulaw esi S elat an Sulaw esi T en ggar a Go ro nt alo Sulaw esi Ba ra t M aluk u M aluk u U ta ra Pa pua Ba ra t Pa pua

(24)

menurun, sementara persentase aliran ke industri semakin meningkat, sedangkan lainnya relatif stabil.

2.2.3.

Pengembangan Sektor Kemaritiman dan Kelautan

Pembangunan ekonomi bidang maritim merupakan salah satu prioritas program kerja pembangunan. Sasaran pengembangan ekonomi maritim dan kelautan diantaranya termanfaatkannya sumber daya kelautan, tersedianya data dan informasi sumber daya kelautan terintegrasi untuk mendukung pengelolaan sumber daya pesisir dan laut, terwujudnya tol laut dan upaya meningkatkan pelayanan angkutan laut dan konektivitas laut. Untuk mewujudkan sasaran tersebut, wilayah dengan potensi maritim besar perlu didorong untuk melakukan percepatan pengembangan ekonomi kelautan. Provinsi Jawa Timur memegang peran strategis dalam kebijakan poros maritim, yaitu sebagai rantai konektivitas serta jalur distribusi dan logistik di kepulauan nusantara. Jawa Timur juga memiliki potensi perikanan yang besar dan perlu dikembangkan. Keberadaan infrastruktur pelabuhan perlu dibangun dengan kualitas dan jumlah yang memadai untuk menunjang berkembangnya sektor maritim dan kelautan.

Pada umumnya arus kunjungan kapal pelayaran luar negeri dan dalam negeri dilakukan di empat pelabuhan utama yang ada di provinsi Jawa Timur, yaitu Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Gresik, Pelabuhan Tanjung Wangi dan Pelabuhan Probolinggo. Pelabuhan Gresik secara administratif termasuk di dalamnya Pelabuhan Sumenep, sedangkan Pelabuhan Probolinggo secara administratif termasuk di dalamnya Pelabuhan Pasuruan dan Situbondo. Empat pelabuhan utama ini yang merupakan pusat keluar masuknya barang dan penumpang di Jawa Timur. Jumlah kunjungan kapal akan berdampak terhadap volume bongkar muat barang yang ada di pelabuhan (Tabel 4). Sementara itu, presentase penurunan kunjungan kapal terjadi di Pelabuhan Tanjung Wangi dan Pelabuhan Tanjung Perak, yaitu masing-masing sebesar 5,97 persen dan 0,83 persen, sedangkan Pelabuhan Gresik dan Probolinggo masing-masing naik sebesar 11,54 persen dan 42,88 persen. Total barang yang dibongkar di seluruh pelabuhan kenaikannya mencapai 6,90 persen, sedangkan barang yang dimuat mengalami kenaikan sebesar 6,11 persen. Pelabuhan Tanjung Perak merupakan pelabuhan yang diusahakan memiliki peran yang sangat penting di Jawa Timurkarena sebagian besar kegiatan yang berhubungan dengan kepelabuhanan berada di Pelabuhan Tanjung Perak.

Tabel 4

Aktivitas di Pelabuhan Diusahakan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 Pelabuhan Kapal (unit) Bongkar (ton) Muat (ton)

Tanjung Perak 14.080 11.042.921 2.371.098

Gresik 8.345 15.588.161 6.934.902

Tanjung Wangi 1.275 1.369.898 250.502

Purbolinggo 2.166 26.242 2.080

Total 25.866 28.27.222 9.558.581

Sumber: Statistik Transportasi Provinsi Jawa Timur, 2015

Jawa Timur juga memiliki potensi sumber daya besar pada wilayah pesisir dan laut. Sebagian besar produksi ikan terbanyak berasal dari budidaya laut serta perikanan tangkap laut, meliputi ikan cakalang, tongkol, layang dan ikan tuna dengan hasil produksi yang melimpah. Hasil produksi ikan terbanyak tahun 2013 di Jawa Timur adalah perikanan budidaya laut sebesar 580.683 ton, serta perikanan tangkap laut sebesar 378.329 ton (Gambar 19).

(25)

Sumber daya ikan yang melimpah di laut juga pembudidayaan ikan di darat seharusnya dapat menopang ketahanan pangan masyarakat Jawa Timur. Wilayah pesisir dan lautan di Provinsi Jawa Timur juga berpotensi pada sektor wisata bahari. Sektor perikanan dan kelautan di Provinsi Jawa Timur seharusnya dapat menjadi sumber ekonomi yang berkontribusi tinggi sehingga harus dikelola dengan baik agar menjadi sumber kehidupan masyarakat yang berkelanjutan.

Gambar 19

Produksi Perikanan (ton) Provinsi Jawa Timur Tahun 2013

Sumber: BPS, 2013

2.2.4.

Pengembangan Sektor Pariwisata dan Industri

Pembangunan pariwisata dan industri harus dilakukan secara berkelanjutan sehingga memberikan manfaat langsung untuk kesejahteraan masyarakat karena sektor pariwisata dan industri merupakan salah satu komponen dalam pembangunan ekonomi. Arah kebijakan dalam pengembangan sektor pariwisata meliputi: pemasaran pariwisata nasional dengan mendatangkan jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara; pembangunan destinasi pariwisata dengan meningkatkan daya tarik daerah tujuan wisata sehingga berdaya saing di dalam dan luar negeri; pembangunan industri pariwisata dengan meningkatkan partisipasi usaha lokal dalam industri pariwisata nasional serta meningkatkan keragaman dan daya saing produk dan jasa pariwisata nasional di setiap destinasi pariwisata yang menjadi fokus pemasaran; dan pembangunan kelembagaan pariwisata dengan membangun sumberdaya manusia pariwisata serta organisasi kepariwisataan nasional.

Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan keragaman budaya, wisata sejarah dan wisata alam yang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata di Jawa Timur meningkat setiap tahunnya, terlihat dari jumlah tamu yang menginap di hotel dan akomodasi lainnya di Provinsi Jawa Timur dibandingkan Indonesia secara keseluruhan Tahun 2010-2014 (Gambar 20). Jumlah tamu asing dan domestik pada hotel dan akomodasi lain di Jawa Timur sebesar 8,7 juta orang pengunjung

27% 1% 42% 13% 16% 1%

Tangkap Laut Perairan Umum Budidaya Laut Tambak Kolam Keramba Jaring Apung Sawah

(26)

pada tahun 2014. Apabila dibandingkan dalam kurun waktu lima tahun (tahun 2010-2014), jumlah wisatawan di Jawa Timur mengalami peningkatan sebesar 23 persen.

Gambar 20

Jumlah Tamu yang Menginap Tahun 2010-2014

Sumber: BPS, 2014

Peningkatan wisatawan terhadap hotel dan akomodasi lainnya ternyata tidak diikuti dengan peningkatan wisatawan terhadap objek wisata. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk mempromosikan tempat wisata di Jawa Timur. Akses menjangkau tempat-tempat wisata di Jawa Timur juga telah didukung dengan beragam moda transportasi serta infrastruktur yang baik. Potensi wisata Jawa Timur cukup lengkap, dari wisata alam, budaya, sejarah, dan lain-lain. Jawa Beberapa wisata alam di Jawa Timur meliputi Gunung Bromo di Probolinggo, Kawah Ijen Banyuwangi, Goa Tabuhan di Pacitan, Pantai Plengkung Banyuwangi, Pantai Papuma dan Pantai Watu Ulo di Jember, Pantai Bale Kambang dan Pulau Sempu di Malang, Kawasan Pantai Slopeng dan Lombang di Madura, dan lain-lain. Selain itu juga terdapat Kebun Raya Purwodadi di Pasuruan, dan Taman Nasional Baluran di Banyuwangi sebagai savana terluas di Pulau Jawa. Untuk menarik minat wisatawan baik wisatawan dalam negeri maupun mancanegara, pemerintah daerah harus terus menjaga kelestarian tempat-tempat wisata budaya dan terus mengembangkan sumberdaya budaya, sumberdaya alam yang akan membuat satu daya tarik kepariwisataan. Faktor yang harus diperhatikan selain infrastruktur adalah kesehatan, kebersihan, keamanan dan keselamatan bagi para wisatawan.

Untuk sektor industri, pembangunan sektor industri bukan hanya mambangun pabrik dan memasarkan hasil produksinya namun membangun sistem untuk berkembang secara mandiri pada struktur ekonomi masyarakat setempat. Salah satu tantangan yang dihadapi industri nasional saat ini adalah daya saing yang rendah di pasar internasional. Faktor yang menyebabkan rendahnya daya saing tersebut antara lain adanya peningkatan biaya energi, tingginya biaya ekonomi, serta belum memadainya layanan birokrasi. Tantangan lain yang dihadapi adalah masih lemahnya keterkaitan antar industri (industri hulu dan hilir maupun

476.236 545.177 312.796 291.964 333.682 6.560.668 6.185.289 6.981.664 8.407.884 8.341.417 - 10.000.000 20.000.000 30.000.000 40.000.000 50.000.000 60.000.000 70.000.000 80.000.000 90.000.000 100.000.000 - 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000 6.000.000 7.000.000 8.000.000 9.000.000 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah Tamu Asing (Provinsi) Jumlah Tamu Indonesia (Provinsi) Jumlah Tamu Asing (Nasional) Jumlah Tamu Indonesia (Nasional)

(27)

antara industri besar dengan industri kecil dan menengah), adanya keterbatasan berproduksi barang setengah jadi dan komponen di dalam negeri, keterbatasan industri berteknologi tinggi, kesenjangan kemampuan ekonomi antardaerah, serta ketergantungan ekspor pada beberapa komoditas tertentu.

Sektor industri merupakan sektor yang mendominasi perekonomian di Jawa Timur. Kinerja sektor industri pengolahan tumbuh positif beberapa tahun terakihr. Membaiknya kinerja industri Jawa Timur didukung jumlah industri yang semakin meningkat. Baik Industri Besar Sedang (IBS) maupun Industri Mikro Kecil (IMK) pertumbuhan jumlah industrinya di atas 4 persen. Pada IBS jumlah industri percetakan dan reproduksi rekaman memiliki pertumbuhan tertinggi, diikuti industri barang logam bukan mesin dan peralatannya, serta industri makanan dan minuman. Pada IMK jumlah industri yang meningkat tajam adalah industri kimia dan bahan kimia, diikuti industri jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan. Menurut kelompok industri, nilai investasi industri Di Jawa Timur sebesar 67 T rupiah, dengan jumlah unit usaha sebanyak 807.478 unit (Tabel 5).

Tabel 5

Keadaan Industri Menurut Kelompok Industri Tahun 2014 Kelompok Industri Unit Usaha

(unit) Tenaga Kerja (orang) Nilai Investasi (Milyar Rp) Nilai Produksi (Milyar Rp) Industri logam, Mesin,

Tekstil dan Aneka

119.469 486.143 9.436 20.753

Industri Agro Kimia 669.759 2.572.954 56.076 187.832

Industri Alat Transportasi, Elektronika, dan

telematika

18.250 73.952 1.759 4.047

Total 807.478 3.133.049 67.271 212.632

Catatan BPS : Sejak Tahun 2009 Pengklasifikasian Jenis Industri Sesuai tabel di atas Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, 2015

Suatu daerah dianggap maju jika kelompok sektor sekunder menjadi penopang bingkai perekonomiannya. Industri manufaktur merupakan salah satu penopang perekonomian yang dianggap tangguh. Keberadaan dan keberlanjutan industri manufaktur memegang peranan yang kuat karena mengakar di masyarakat. Sektor industri manufaktur, baik Industri Besar Sedang (IBS) maupun Industri Mikro Kecil (IMK) perannya tidak begitu besar dalam pembentukan ekonomi daerah, namun berperan dalam menciptakan lapangan kerja dan pemerataan pendapatan. Jumlah unit usaha di sektor industri besar dan menengah Jawa Timur tahun 2013 terbanyak adalah di Kota Sidoarjo yaitu 300 perusahaan, dan Kota Surabaya sebanyak 882 perusahaan, sementara jumlah paling sedikit di Kota Blitar dan Kabupaten Pacitan masing-masing 14 perusahaan (Gambar 21).

(28)

Gambar 21

Jumlah Industri (IBS) Tahun 2013

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur, 2015

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui usaha kecil dan mikro, antara lain kualitas SDM bidang udaha kecil dan mikro yang masih rendah, tingkat kesejahteran masyarakat lokal yang rendah, modal usaha yang belum tersedia, kurangnya kebijakan pemerintah terhadap pengembangan UKM, serta strategi pemasaran terhadap jenis usaha belum tersedia. Peran pemerintah terhadap industri kecil dan mikro adalah bagaimana menumbuhkan iklim usaha dengan menerapkan peraturan perundangan dan kebijakan yang meliputi aspek pendanaan, sarana prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang, serta dukungan kelembagaan.

2.3.

ANALISIS PEMERATAAN DAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN

2.3.1.

Pusat Pertumbuhan Wilayah

Pusat pertumbuhan wilayah banyak ditentukan berdasarkan potensi yang dimilikinya. Peningkatan infrastruktur dan ketersediaan sarana mampu mendukung percepatan pembangunan. Ketersediaan infrastruktur yang lengkap di suatu wilayah juga bisa digunakan sebagai dasar dalam penetapan pusat pertumbuhan, karena hierarki suatu kota yang besar akan mempercepat wilayah lain untuk berkembang. Hierarki kota dapat menentukan jenjang pelayanan terkait dengan pusat pelayanan di kota.

2.3.1.1.

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Pada dasarnya KEK dibentuk untuk membuat lingkungan kondusif bagi aktivitas investasi, ekspor, dan perdagangan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Salah satu syarat pengembangan KEK adalah ketersediaan investor yang akan menggerakkan investasi di wilayah tersebut. KEK bertujuan untuk mempercepat pembangunan dan mengurangi kesenjangan dalam masyarakat melalui hadirnya aktivitas ekonomi yang

14 28 45 190 65 109 232 80 170 278 73 84 63 770 946 213 145 43 19 28 31 78 205 142 562 19 21 67 55 38 14 258 45 62 61 54 882 37 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Pa ci ta n Po no ro go T re nggale k T ulun ga gun g Bli ta r Kedi ri M alan g Lum aja ng Je m be r Ba ny uwa ngi Bo ndo wo so Si tub on do Pr ob oli nggo Pa su rua n Si do ar jo M ojo ker to Jo m ba ng N ga njuk M adiu n M age ta n N ga wi Bo jo ne go ro T ub an La m on ga n Gr esi k Ba ngk alan Sa m pa ng Pa m ekas an Sum en ep Ko ta Kedi ri Ko ta Bli ta r Ko ta M alan g Ko ta Pr ob oli nggo Ko ta Pa su rua n Ko ta M oj oke rt o Ko ta M adiu n Ko ta S ur ab ay a Ko ta B at u

(29)

memberikan nilai tambah. Terbentuknya KEK diharapkan semakin membangun daya saing wilayah dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sesuai RKP 2016 tidak ada penetapan KEK di Jawa Timur. Kebijakan pembangunan kawasan strategis bidang ekonomi di Wilayah Jawa-Bali diarahkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang memiliki skala ekonomi dengan orientasi daya saing nasional dan internasional berbasis sektor industri dan jasa nasional, pusat pengembangan ekonomi kreatif, serta sebagai salah satu pintu gerbang destinasi wisata terbaik dunia, diarahkan untuk pengembangan industri makanan-minuman, tekstil, peralatan transportasi, telematika, kimia, alumina dan besi baja.

2.3.1.2.

Kawasan Industri

Kawasan Industri (KI) bertujuan untuk mengendalikan tata ruang, meningkatkan upaya industri yang berwawasan lingkungan, mempercepat pertumbuhan industri di daerah, meningkatkan daya saing industri, meningkatkan daya saing investasi, serta memberikan kepastian lokasi dalam perencanaan dan pembangunan infrastruktur yang terkoordinasi antar sektor terkait. Kawasan Industri di Jawa Timur terdapat di Surabaya Industrial Estate (SIER), PIER Pasuruan, Kawasan Industri Gresik (KIG), Ngoro Industrial Park (NIP) Mojokerto, Maspion Gresik, dan Lamongan Industrial S (LIS), namun bukan menjadi prioritas nasional untuk dikembangkan (Pengembangan Reguler). Potensi tersebut didukung oleh infrastruktur pendukung yang memadai mulai dari jalan hingga ketersediaan pelabuhan Terminal Teluk Lamong dan Pelabuhan Perak. Permintaan lahan kawasan industri terus meningkat seiring dengan program hilirisasi industri dan meningkatnya kinerja perekonomian Indonesia.

Faktor pendukung untuk pengembangan kawasan industri meliputi pelabuhan niaga, infrastruktur pendukung, dan akses kawasan industri. Infrastruktur dan fasilitas pendukung yang akan dibangun mencakup jalan kawasan sesuai standar internasional, saluran drainase untuk menjamin kawasan bebas banjir, pembangkit listrik, pusat pengolahan air bersih, pusat pengolahan air limbah, sarana olah raga dan hiburan, kompleks pendidikan, dan lain-lain.

2.3.2.

Kesenjangan intra wilayah

Pembangunan diarahkan untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah dan antargolongan pendapatan. Tingkat kesenjangan ekonomi antarkota dan kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang ditunjukan dengan nilai indeks wiliamson dari tahun 2009-2013 memiliki kecenderungan meningkat dan berada di atas rata-rata nasional. Kesenjangan di Jawa Timur tergolong kesenjangan ekonomi yang berkategori tinggi (Gambar 22). Penyebab kesenjangan ekonomi dan sosial di Jawa Timur adalah struktur perekonomian di kabupaten dan kota di Jawa Timur yang berbeda. Beberapa daerah merupakan daerah industri dan perkotaan yang cukup maju sedangkan daerah lain merupakan perdesaan yang kegiatan perekonomiannya hanya didominasi oleh pertanian.

(30)

Gambar 22

Perkembangan Kesenjangan Ekonomi (Indeks Williamson) 2009-2013

Sumber: BPS, 2013 (diolah)

Kesenjangan ekonomi antarkota dan kabupaten di Provinsi Jawa Timur cukup tinggi, terlihat dari besarnya gap antara kabupaten dan kota dengan PDRB perkapita tertinggi dan PDRB perkapita terendah (Tabel6). Kesenjangan yang ditimbulkan juga relatif besar antarwilayah yang memiliki sumber daya alam melimpah, yang didukung oleh pengolahan industri dari hulu ke hilir. Kabupaten dan kota di Jawa Timur yang memiliki pendapatan per kapita tinggi antara lain Sidoarjo, Gresik, Kota Madiun, dan Kota Surabaya yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi serta didukung oleh aktivitas industri di daerah ini. Keberadaan industri pengolahan turut meningkatkan pendapatan per kapita bagi masyarakat di daerah ini. Kota Kediri memiliki PDRB tertinggi diantara kabupaten dan kota di Jawa Timur karena didukung industri besar skala internasional.

Tabel 6

Perkembangan Nilai PDRB Perkapita ADHB dengan Migas Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2008-2013 (000/jiwa)

Kab/ Kota 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Pacitan 4.976 5.527 6.189 6.879 7.717 8.809 Ponorogo 6.656 7.523 8.696 9.781 11.007 12.377 Trenggalek 6.903 7.721 8.689 9.792 11.044 12.481 Tulungagung 13.257 14.755 16.424 18.361 20.538 23.109 Blitar 8.970 9.882 11.001 12.256 13.594 15.235 Kediri 8.435 9.294 10.408 11.556 12.906 14.566 Malang 10.391 11.400 12.802 14.432 16.365 18.667 Lumajang 11.139 12.312 13.770 15.377 17.154 19.269 Jember 8.784 9.723 10.815 12.065 13.587 15.485 Banyuwangi 11.899 13.350 14.927 17.099 19.804 22.412 Bondowoso 7.762 8.519 9.468 10.533 11.801 13.272 Situbondo 10.344 11.421 12.747 14.203 15.956 17.783 Probolinggo 10.966 12.093 13.554 15.129 16.898 19.025 0,78 0,80 0,81 0,81 0,82 0,77 0,76 0,76 0,76 0,76 0,72 0,74 0,76 0,78 0,80 0,82 0,84 2009 2010 2011 2012 2013

Gambar

Gambar  6  menunjukkan  distribusi  kabupaten  dan  kota  di  Provinsi  Jawa  Timur   berdasarkan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan peningkatan IPM selama tahun 2008-2013
Gambar 12  Bidang Organisasi

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan PUMP-P2HP belum dapat dikatakan efektif dan memberikan dampak positif yang signifikan karena tidak memberikan multiflier effect bagi usaha pengolah dan

Berikut dibawah ini gambar user interface dari halaman form rekap absensi pada sistem informasi penggajian toko berkah gypsum purwasari:.

Proses lightening hole dilakukan dengan mesin eccentrik press dengan variasi radius bending.Pengujian yang dilakukan pengujian tarik untuk membahas sifat mekanik

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan diketahui bahwa kedua variabel penelitian antara pendidikan pelatihan dan pengawasan, terbukti memberikan pengaruh yang

3) Bahan rapat akan dibagi terlebih dahulu atau tidak 4) Memerlukan overhead projector atau lainnya.. Ada masalah yang harus dipecahkan bersama 2. Ada partisipasi aktif dari

Daerah mempunyai kemampuan untuk mengeembangkan potensi lokal sehingga realisasi anggaran belanja kota kabupaten berpeluang memiliki peran besar dalam realisasi anggaran

Pengertian asuransi menurut undang undang tentang usaha perasuransian (UU Republik Indonesia No. 2/1992) adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang pihak