• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Kajian Teori

2.1.1. Metode Kerja Kelompok

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, diskusi diartikan sebagai suatu pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Sebagai metode penyuluhan berkelompok, diskusi biasanya membahas satu topik yang menjadi perhatian umum di mana masing-masing anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk bertanya atau memberikan pendapat. Berdasarkan hal tersebut diskusi dapat dikatakan sebagai metode partisipatif.

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005).

A. Jenis-jenis Pengembangan Metode Diskusi kelompok

Inti dari pelaksanaan diskusi adalah pertukaran ide atau pengalaman yang digali dari para peserta diskusi. Dalam proses ini, peserta dituntut terlibat langsung dan aktif, dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengungkapkan perasaan dan pemikirannya tanpa ada rasa tertekan (Deptan, 2001).

Agar lebih memberikan keleluasaan bagi peserta diskusi untuk berpartisipasi aktif, perlu dicari variasi metode diskusi yang menarik. Berikut ini adalah metode-metode yang dapat dimanfaatkan untuk menghidupkan suasana diskusi:

1. Kelompok Buzz

Metode kelompok Buzz ini adalah metode diskusi dimana peserta diskusi dibagi dalam kelompok-kelopmpok kecil terdiri dari 2-3 orang yang membahas suatu topik tertentu secara cepat untuk memberi masukan dalam diskusi pleno. Setiap kelompok kecil itu menyampaikan hasil diskusinya kepada pleno. Misalnya dalam membahas topik mengenai pendirian lumbung bersama, terkumpul suara-suara yang berbeda dari masing-masing kelompok, baik yang mendukung maupun yang meragukan keberadaannya. Pendapat kelompok-kelompok kecil tersebut ditampung dalan diskusi pleno.

(2)

2. Diskusi Pleno

Diskusi pleno di antara semua peserta dapat digunakan untuk menjelaskan topik atau konsep tertentu sehingga pemahaman peserta diskusi diharapkan akan sama. Dalam diskusi pleno ini dibahas mengenai hasil-hasil diskusi kelompok kecil.

3. Curah pendapat

Curah pendapat dilakukan untuk mendapatkan sebanyak mungkin masukan dalam waktu pendek sebagai dasar untuk diskusi selanjutnya, tanpa memperhatikan kualitas materi yang disampaikan. Pada saat ini diharapkan semua peserta menyampaikan aspirasinya.

4. Permainan

Permainan dipakai untuk menghidupkan suasana, mengaktifkan peserta dan membuka diskusi tentang suatu topik tertentu yang direfleksikan pada permainan tersebut. Contoh permainan misalnya membuat suatu rancangan gedung yang disusun dari sedotan limun oleh sebuah kelompok. Dari permainan tersebut bisa diperhatikan bagaimana kelompok tersebut berembuk untuk membuat sebuah bangunan yang kokoh dan bagus. 5. Bermain peran

Bermain peran dimanfaatkan untuk menggunakan kreativitas peserta serta untuk memberikan kesempatan kepada peserta dalam mengemukakan pengalamnnya. Contohnya, satu kelompok diskusi diminta memainkan peran yang biasa dialami dalam kehidupan petani. Ada yang memainkan peran sebagai petani yang bermasalah dengan ijon, ada yang berperan sebagai anak petani yang hampir putus sekolah, ada yang berperan sebagai ijon dan ada peran penyuluh sebagai pemberi motivasi. Kesemuanya itu mengarah pada jalannya diskusi yang menyenangkan.

B. Keuntungan dan Kekurangan Metode Diskusi Kelompok

Berikut ini adalah kelebihan-kelebihan yang diperoleh dari metode diskusi: a. Aspek yang didiskusikan oleh peserta bisa berkembang bahkan melebihi aspek-aspek

yang dikemukakan oleh penyuluh.

b. Peserta adalah pengamat yang lebih baik daripada penyuluh dalam penyelesaian praktis. Hal ini terjadi karena peserta adalah orang yang merasakan langsung masalah-masalah yang mereka hadapi.

(3)

c. Dalam diskusi kelompok ada hubungan yang kuat antara pengetahuan dengan praktek sehari-hari, yang biasanya tidak terdapat dalam metode lain seperti ceramah atau media massa.

d. Bahasa yang digunakan dalam diskusi lebih akrab bagi peserta, sehingga memungkinkan peserta tidak malu untuk berbicara.

e. Peserta dapat memberikan pertanyaan, menyampaikan gagasan atau memperbaiki pernyataan yang pernah diungkapkannya terdahulu.

f. Diskusi kelompok lebih banyak mendorong kegiatan peserta apabila divariasikan dengan metode lain seperti bermain peran atau permainan kartu.

g. Peserta diskusi berkesempatan untuk menemukan aspek masalah yang tidak diketahuinya. Hal ini akan memungkinkan peserta untuk mengadopsi pemecahan masalah yang dibicarakan dalam kelompok.

h. Peserta biasanya lebih tertarik karena dapat memberikan kontribusi pada penentuan masalah yang akan didiskusikannya. .

i. Norma kelompok dapat dilihat dan dipertimbangkan oleh penyuluh dan secara perlahan dapat diubah jika memang diperlukan.

Disamping keuntungan yang beragam, diskusi juga memiliki kelemahan, diantaranya:

a. Alih informasi akan memerlukan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan demonstrasi atau metode ceramah, karena jumlah sasaran yang terlibat dalam diskusi terbatas.

b. Terdapat peserta yang dominan berbicara atau bahkan kurang berbicara sama sekali, sehingga ketangkasan penyuluh sangat diperlukan untuk menghindarkan masalah seperti ini.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok

Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan:

(4)

b. Memelihara moral anggota-anggotanya.

Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok.

Untuk itu faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:

1. ukuran kelompok. 2. jaringan komunikasi.

3. kohesi kelompok.kepemimpinan (Jalaluddin Rakhmat, 1994).

2.1.2. Peraga Robot Mainan A. Pengertian Peraga :

Menurut Peter Salim (2002:902) macam-macam alat peraga adalah berupa-rupa, berjenis-jenis alat bantu dalam pengajaran.

Menurut Rudy Bretz, ada 8 macam media yaitu : 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio semi-gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi gerak, 7) media audio, 8) media cetak.

Menurut Briggs, media pembelajaran ada 13 macam yaitu : 1) objek, 2) model, 3) suara langsung, 4) rekaman audio, 5) media cetak, 6) pembelajaran terprogram, 7) papan tulis, 8) media transparansi, 9) film rangkai, 10) film bingkai, 11) film, 12) televisi, 13) gambar. Menurut Gagne ada 7 macam pengelompokan media yaitu : 1) benda untuk didemonstrasikan, 2) komunikasi lisan, 3) media cetak, 4) gambat diam, 5) gambar gerak, 6) film bersuara, 7) mesin belajar.

(5)

B. Pengertian robot mainan :

Menurut Peter Salim (2002:1278) robot adalah benda dapat berupa orang-orangan, dan sebagainya yang dapat bergerak atau berbuat seperti manusia yang dikendalikan secara mekanis. Dalam hal ini adalah robot yang biasa digunakan mainan oleh anak-anak.

2.1.3 Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Agar pengertian hasil belajar dapat lebih dipahami, ada baiknya kita pelajari pendapat-pendapat yang dikemukanan para ahli antara lain :

Mustaqim (2001:47) dengan teori belajar aliran ilmu jiwa yang menjelaskan bahwa manusia mempunyai berbagai daya misalnya daya mengenal, daya mengingat, daya berkhayal, daya pikir dan sebagainya. Daya-daya tersebut dapat diperkuat dan diperbaiki fungsinya dengan dilatih, misalnya untuk melatih daya ingat dengan jalan menghafal angka-angka, huruf-huruf, ungkapan-ungkapan. Yang penting disini adalah pembentukan dan penguatan daya ingat. Demikian pula daya pikir bisa dilatih menggunakan masalah-masalah yang sulit secara terus-menerus. Daya fantasi dengan kesusasteraan

Menurut Ali Imron dalam buku Belajar dan Pembelajaran (1996:5), ada empat pandangan psikologi mengenai belajar. Keempat pandangan psikologi belajar itu adalah :

Belajar menurut Psikologi Behavioristik adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang tergantung kepada faktor-faktor kondisional yang diberikan lingkungan, teori ini dikenal dengan teori Conditioning. Teori conditioning ini dikembangkan oleh Pavlov (1927), ia melakukan eksperimen terhadap anjing. Secara ringkas eksperimen dapat digambarkan sebagai berikut : anjing dibiarkan lapar, setelah itu metronom dibunyikan, anjing mendengarkan benar-benar terhadap bunyi metronom. Selama metronom berbunyi selama 30 detik, makanan diberikan dan terjadilah reflek mengeluarkan air liur.

Menurut Ali Imron, humanistic merupakan antitesis dan pandangan psikologi behavioristik. Menurut Carl Rogers seorang ahli psikoterapi, siswa yang belajar hendaknya tidak dipaksa melainkan dibiarkan belajar bebas. Tidak itu saja, siswa diharapkan dapat membebaskan

(6)

dirinya hingga ia dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas keputusan sendiri yang ia pilih atau ambil.

Salah satu teori belajar yang berasal dari pandangan psikologi kognitif adalah teori pemrosesan informasi. Menurut Ali Imron (1996:12), belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia, sedangkan pengolahan informasi oleh otak manusia itu dimulai dari pengamatan (pengindraan) atas informasi yang berbeda dalam lingkungan manusia, penyimpanan terhadap informasi yang tersimpan dan setelah membentuk pengertian, kemudian dikeluarkan oleh pembelajar. Menurt teori ini suatu informasi yang berasal dari lingkungan pembelajar pada awalnya diterima oleh reseptor. Reseptor-reseptor tersebut memberikan simbul-simbul informasi yang ia terima dan kemudian diteruskan ke registor pengindraan yang terdapat pada syaraf pusat. Dengan demikian informasi-informasi yang diterima oleh registor pengindraan telah mengalami transformasi.

Tokoh psikologi Gestalt adalah Kohler Koffka, Wertheimer. Menurut teori Gestalt, setiap pengalaman itu berstruktur terhadap respon yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu bagian melainkan tertuju kepada sesuatu yang bersifat kompleks.

b. Belajar Matematika

Menurut Piaget, strategi belajar mengajar matematika di Sekolah Dasar, pada siswa seumur 7-12 tahun berada pada tingkat operasional konkrit, ciri-cirinya antara lain : 1) Siswa belum mampu melakukan operasi yang kompleks. 2) Siswa dapat melakukan operasi logis yang berorientasi kepada objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang dialami siswa. 3) Siswa dapat menalar induktif, tetapi masih sangat lemah bernalar deduktif. 4) Masih mengalami kesulitan menangkap ide (gagasan) abstrak.

Dalam menangkap ide abstark mereka memerlukan bantuan memanipulasi benda konkrit, oleh karena itu dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar masih diperlukan alat peraga yang dapat dimanipulasi siswa.

Hudjojo (1998:9) menyatakan untuk mengupayakan penanaman suatu konsep matematika (ide) ke dalam skemata (benak) siswa disusun rangkaian pembelajaran terpadu antara ide (yang ditampilkan dengan bahasa, baik secara tulisan maupun lisan), benda konkrit, gambar benda (semi konkrit), simbol gambar (semi abstrak).

(7)

2.1.2 Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat a. Pengertian Operasi

Menurut M. Dahlan Yacub Al Bari (2001:511) operasi adalah pekerjaan; cara sesuatu bekerja

Menurut Peter Salim (2002:1059) operasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mewujudkan rencana yang telah dikembangkan.

b Pengertian Hitung

Menurut Peter Salim (2002:532) hitung adalah membilang (menjumlahkan, mengalikan, mengurangi, membagi, dan sebagainya).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa operasi hitung adalah pekerjaan atau tindakan yang dilakukan dengan cara menjumlahkan, mengalikan, mengurangi, membagi dan sebagainya.

c. Pengertian Penjumlahan dan Pengurangan

Menurut Peter Salim (2002:629) penjumlahan adalah proses, cara, atau perbuatan menjumlahkan.

Menurut Peter Salim (2002:801) pengurangan adalah proses, cara, atau perbuatan mengurangkan

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penjumlahan dan pengurangan adalah proses, cara, atau perbuatan menjumlahkan dan mengurangkan.

d. Bilangan Bulat

Menurut Yeni Salim (2002:203) bilangan bulat adalah bilangan yang tidak mengandung pecahan, misalnya 1, 2, 3, …

Menurut Yulius.S (1984:27) bilangan adalah angka bukan pecahan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bilangan bulat adalah bilangan yang tidak mengandung pecahan atau angka bukan pecahan.

Berdasarkan penjelasan tersebut penulis simpulkan bahwa operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat adalah pekerjaan atau tindakan yang dilakukan dengan cara menjumlahkan, mengurangi, bilangan yang tidak mengandung pecahan atau angka bukan pecahan.

(8)

2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Rosvita Hanny Marganingsih. 2011. Pengembangan Materi Pembelajaran IPS melalui Media Komik Kelas V SD Kanisius Harjosari Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2010/ 2011. Program Studi S1 PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Naniek Sulistya Wardani, S.Pd, M.Si. dan hasilnya sebagai berikut : penggunaan model pengembangan materi pembelajaran IPS kelas V melalui media komik tidak cocok bagi siswa kelas V SD Kanisius Harjosari, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang .

Hal ini disebabkan oleh kebiasaan siswa membaca teks dengan uraian panjang seperti buku teks dan kebiasaan siswa yang jarang mengerjakan evaluasi yang menuntut berpikir tingkat tinggi (C3-C6) atau siswa terbiasa mengerjakan evaluasi yang hanya menuntut taraf berpikir tingkat rendah

Siti Komsatun juga telah melakukan penelitian dengan judul “ Peningkatan Hasil BelajarMatematika tentang Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat menggunakan Peraga Mobil Mainan bagi Siswa Kelas V SDN Penundan Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011 ” dan hasilnya adalah :

Siklus 1 :

Kondisi awal dari 35 orang siswa, 35 orang siswa/100 % belum tuntas dengan nilai rata-rata baru 45,1, pada siklus 1, 21 orang siswa/88,6 % sudah tuntas dengan nilai rata-rata-rata-rata 69,1 dan KKM yang ditetapkan 60.

Siklus 2 :

Siklus 1, 21 orang siswa/88,6 % tuntas dengan nilai rata-rata 69,1 KKM 60, pada siklus 2, 35 orang siswa/100 % tuntas semua dengan nilai rata-rata 83,3 dan KKM yang ditetapkan 65.

2.3. Kerangka Pikir

Kondisi awal sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti belum menggunakan Peraga robot mainan. Akibat belum digunakannya metode kerja kelompok berbantuan robot mainan, maka Hasil belajar matematika siswa tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat masih rendah. Agar Hasil belajar matematika siswa

(9)

tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat meningkat, maka peneliti harus melakukan tindakan yaitu menggunakan Peraga robot mainan.

Tindakan yang dilakukan oleh peneliti ada dua macam yaitu tindakan pertama peneliti menggunakan metode kerja kelompok berbantuan robot mainan secara kelompok. Tindakan kedua yang dilakukan oleh peneliti adalah menggunakan Peraga robot mainan secara individu. Dengan digunakannya metode kerja kelompok berbantuan robot mainan maka Hasil belajar matematika siswa tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menjadi meningkat.

Gambar.2.1

Skema Berpikir Penggunaan Metode Kerja Kelompok Berbantuan Media Robot Mainan terhadap Peningkatan Hasil Belajar

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Tindakan Kondisi Akhir Kondisi Awal Sudah Menggunakan

Metode Kerja Kelompok Berbantuan robot mainan

SIKLUS I Menggunakan Metode

Kerja Kelompok Berbantuan media robot

mainan Secara Kelompok

Belum Menggunakan

Metode Kerja Kelompok Berbantuan robot mainan

Hasil belajar matematika belum memenuhi KKM yang

ditetapkan Guru

SIKLUS II Menggunakan Metode

Kerja Kelompok Berbantuan Media robot mainan Secara kelompok

dan Individu

Diduga Menggunakan Metode Kerja Kelompok Berbantuan

Media robot mainan dapat meningkatkan Hasil belajar matematika tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat

bagi Siswa kelas IV SDN Gumawang 03 Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012

(10)

Penggunaan metode kerja kelompok berbantuan media robot mainan diduga dapat meningkatkan Hasil belajar matematika tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat Bagi Siswa Kelas IV SDN Gumawang 03 Semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 .

(11)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

mengenai tahapan menjahit bouste houder dari awal sampai finishing. 2) Editing video yang merupakan tahap pengeditan setelah shooting dengan. memasukkan semua bahan

Dari tabel dapat dilihat bahwa Britama Junio dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) lebih diketahui siswa-siswa SMAN di Kota Medan dengan jumlah siswa yang mengetahui

[r]

[r]

 Peserta didik mendiskusikan dengan manfaat dari gambar kerajinan hasil samping bahan pangan nabati atau model kerajinan berdasarkan jenis bahan, fungsi, bentuk produk, warna,

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa Integritas Berperilaku Kudus dalam Menciptakan Pelayan Tuhan yang Tidak Menuruti Hawa Nafsu, Hidup dalam Takut akan Tuhan, dan

1) Penelitian ini sebagai bagian dari study untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu