• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Tata Ruang. Provinsi Jawa Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Profil Tata Ruang. Provinsi Jawa Timur"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Profil

Tata

Ruang

Provinsi

(2)

Profil Tata Ruang

Provinsi Jawa Timur

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

(3)

Kata

(4)

enataan ruang telah menjadi salah stu acuan pembangunan saat ini. Upaya penataan ruang telah didukung oleh ketersediaan regulasi mulai dari

undang-P

undang hingga peraturan daerah. Saat ini, pelaksanaan penataan ruang telah menunjukkan hasil, salah satunya dengan tersedianya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di sebagian besar provinsi, kabupaten dan kota. Namun demikian, dmasih banyak isu terkait upaya penataan ruang yang perlu ditangani.

Isu di dalam penataan ruang diantaranya adalah panjangnya langkah penyelesaian RTRW dan rencana rincinya, konflik pemanfaatan ruang, belum harmonisnya berbagai peraturan perundangan sektor pengguna ruang, serta belum efektifnya kelembagaan penataan ruang.

Sebagai langkah awal dari upaya untuk memahami dengan baik isu penataan ruang di pusat dan di derah tersebut, dibutuhkan data dan informasi yang handal, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan upaya untuk mendokumentasikan seluruh data dan informasi penataan ruang yang akan disajikan dalam bentuk Buku Profil Tata Ruang. Diharapkan pemahaman tehadap isu secara baik akan mampu meningkatkan kinerja para pemangku kepentingan di Bidang Tata Ruang dan Pertanahan.

Jakarta, Agustus 2015 Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

(5)

Daftar Isi

Kata Pengantar

Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

Profil Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur I Kondisi Eksisting

II Lingkungan Strategis III Pelaksanaan Penataan Ruang

- Penetapan Perda RTRW

- Penetapan Rencana Rinci Tata Ruang - Konflik Penataan Ruang

- Sinkronisasi Rencana Tata Ruang dengan Program Rencana Pembangunan IV Pembinaan Penataan Ruang

- Kelembagaan Penataan Ruang - Jumlah PPNS

- Jumlah SDM

- Partisipasi Masyarakat dan Dunia Usaha - Sistem Informasi Penataan Ruang

i iii iv iv 15 16 22 23 23 23 25 26 27 27 28 28 29 29 31

(6)

Daftar Isi iv

DaftarTabel

Tabel 1 Penggunaan Lahan Eksisting Provinsi

Jawa Timur

7

DaftarGambar

Gambar 1 Peta Rencana Struktur Ruang Provinsi Jawa

Timur

Gambar 2 Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Jawa Timur Gambar 3 Status Penetapan Perda RTRW di Provinsi

Jawa Timur

Gambar 4 Status Penetapan BKPRD di Provinsi Jawa Timur

Gambar 5 Kebutuhan dan Kesediaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Provinsi Jawa Timur

Gambar 6 Kebutuhan dan Kesediaan SDM Penataan Ruang di Provinsi Jawa Timur

3 5 9 12 14 15

(7)

Profil Tata Ruang

Provinsi

Jawa Timur

(8)

Kondisi Eksisting

I

Jawa Timur 2

awa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di sebelah timur Pulau Jawa. Tujuan penataan ruang Provinsi Jawa Timur yang

J

tercantum dalam RTRWP adalah mewujudkan ruang wilayah provinsi yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan melalui pengembangan sistem agropolitan dan sistem metropolitan.

RTRWP Jawa Timur terdiri atas Rencana Pola Pemanfaatan Ruang, Rencana Struktur Ruang dan Rencana Kawasan Strategis Provinsi. Delineasi wilayah yang direncanakan adalah seluruh wilayah administrasi Provinsi Jawa Timur, yang meliputi daratan seluas kurang lebih 4.779.975 hektar terbagi atas 29 wilayah kabupaten dan 9 kota. Seluruh wilayah administrasi tersebut dibagi ke dalam empat badan koordinasi wilayah (Bakorwil), 640 kecamatan, dan dengan 8.413 desa/kelurahan, dengan batas - batas sebagai berikut:

Ÿ Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa - Pulau Kalimantan (Provinsi Kalimantan Selatan)

Ÿ Sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali - Pulau Bali Ÿ Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

Ÿ Sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah

Lahan seluas sekitar 4,7 juta hektar terdiri atas tutupan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung memiliki luas kurang lebih 558.995 Ha atau sekitar 11,69 persen (Gambar 4). Termasuk di dalam, kawasan lindung mutlak adalah: cagar alam yang sudah ditetapkan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan seluas kurang lebih 10.958 hektar; suaka margasatwa seluas kurang lebih 18.009 hektar; taman nasional seluas kurang lebih 176.696 hektar; taman hutan raya seluas kurang lebih 27.868 hektar; serta taman wisata seluas kurang lebih 297 hektar.

Penggunaan lahan budidaya adalah seluas kurang lebih 4.220.980 hektar atau 88,31 persen dari luas Jawa Timur. Luas lahan pertanian Provinsi Jawa Timur terus berkurang setiap tahunnya sebesar 1.000 Ha (Jawa Timur dalam angka, 2014). Saat ini lahan pertanian lahan basah hanya memiliki luas kurang lebih 991.863 hektar atau 19,08 persen. Penggunaan lahan kawasan terbangun diharapkan tidak mendesak luas pertanian lahan basah, terutama sawah irigasi teknis.

(9)

Gambar 1. Peta Rencana Struktur Ruang Provinsi Jawa Timur

(10)

Provinsi Jawa Timur 4

(11)

Gambar 2. Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Jawa Timur

(12)

Provinsi Jawa Timur 6

(13)

No Penggunaan Lahan Eksisting (Ha) Presentase A KAWASAN LINDUNG 1 2 3 B 1 2 3 Hutan Lindung Rawa/Danau/Waduk

Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam

1) Suaka Margasatwa 2) Cagar Alam

3) Taman Nasional 4) Taman Hutan Raya 5) Taman Wisata Alam KAWASAN BUDIDAYA

Kawasan Hutan Produksi Kawasan Hutan Rakyat Kawasan Pertanian

1) Pertanian Lahan Basah

314.720 10.447 18.009 10.958 176.696 27.868 297 815.851 361.570 911.863 6,58 0,22 0,38 0,23 3,70 0,58 0,01 17,07 7,56 19,08 2) Pertanian Lahan Kering/ Tegalan/ Kebun Campur 1.108.628 23,19

4 Kawasan Perkebunan 359.481 7,52 5 Kawasan Perikanan 60.928 1,27 6 Kawasan Industri 7.404 0,15 7 Kawasan Permukiman 595.255 12,45

TOTAL 4.779.975 100,00

Tabel 1 Penggunaan Lahan Eksisting Provinsi Jawa Timur

(14)

Jawa Timur 8

Lingkungan Strategis

Provinsi Jawa Timur yang berperan sebagai gerbang ekonomi bagi Indonesia Bagian Timur menghadapi isu strategis :

Ÿ Globalisasi yang berdampak pada kecenderungan perkembangan wilayah menuju perkotaan dan degradasi pedesaan.

Ÿ Interaksi antar wilayah berdampak pada sulitnya koordinasi penataan ruang antar lembaga di Jawa Timur.

Ÿ Aglomerasi berbagai aktivitas ekonomi yang berdampak pada kesenjangan antar wilayah dan munculnya perkotaan-perkotaan baru yang tidak direncanakan.

Ÿ Primacy yang makin tinggi dibandingkan kota lainnya. Gejala urban primacy

ini antara lain ditunjukkan oleh pola interaksi yang cenderung konvergen mengarah ke Kota Surabaya dari wilayah sekitarnya.

Ÿ Konurbasi dari kota Surabaya ke arah wilayah hinterland-nya.

Bila gejala primacy dan konurbasi ini dibiarkan, maka dikhawatirkan kota-kota inti metropolitan akan mengalami kemunduran yang mengarah pada peningkatan biaya rata-rata jangka panjang. Kondisi ini akan mengakibatkan peran dan fungsi strategis kawasan dalam lingkup regional akan terganggu, yang pada gilirannya akan menghancurkan struktur perekonomian kawasan secara keseluruhan.

(15)

Pelaksanaan Penataan Ruang

III

A. Penetapan Perda RTRW

Sudah ditetapkan Belum ditetapkan

Sumber: Kuesioner Profil Penataan Ruang Jawa Timur 2015

Jawa Timur merupakan Provinsi yang telah menyusun dan menetapkan RTRW Provinsi dengan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012. RTRW ini telah mengakomodir Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). Namun Provinsi Jawa Timur belum mengintegrasikan Rencana Zonasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dalam Perda RTRWnya. Dalam RTRW tersebut, Rencana Zonasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil hanya disebutkan secara umum dan belum dilengkapi dengan data dan peta yang akurat.

Ada pula beberapa Isu yang terdapat dalam RTRW Jawa Timur, antara lain :

Ÿ Penetapan Kawasan Budidaya yang dikendalikan,

Ÿ Perizinan,

Ÿ Pemberian Insentif dan Disinsentif, dan

Ÿ Pengenaan Sanksi.

37 kabupaten/kota di Jawa Timur telah menetapkan Perda RTRW, hanya 1 kabupaten di Jawa Timur yang belum

37

38

(16)

Jawa Timur 10

Rencana Rinci Tata Ruang Provinsi (KSP) Untuk Kawasan Strategis Provinsi yang akan dibuat di Jawa Timur sebanyak 25 rencana. Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten/Kota sejumlah 79 rencana. Jawa Timur memprioritaskan pula beberapa KIS untuk diselesaikan pada lima tahun mendatang, yakni:

1. Kawasan Strategis Ekonomi:

Ÿ KEU Pelabuhan Sendang Biru Kabupaten Malang

Ÿ KEU Pelabuhan Tanjung Buu Pandan Kabupaten Bangkalan

Ÿ Koridor Metropolitan (Surabaya-Malang)

Ÿ Kawasan Perbatasan Germakertosusila Plus

Ÿ Kawasan Tertinggal

2. Kawasan Strategis Sosial Budaya:

Ÿ Kawasan Majapahit Park Kabupaten Mojokerto

3. Kawasan Strategis Pendayagunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi:

Ÿ Kawasan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi

Ÿ Kawasan Potensial Panas Bumi

Ÿ Kawasan Pembangkit PLTU, PLTG, dan PLTD 4. Kawasan Strategis Daya Dukung Lingkungan:

Ÿ Wilayah Sungai Brantas

Ÿ Wilayah Sungai Bengawan Solo

B. Penetapan Rencana Rinci Tata Ruang

Konflik pemanfaatan ruang yang harus diselesaikan di Provinsi Jawa Timur, antara lain:

1. Konflik Kawasan Lindung:

Pertambangan mineral logam emas di kawasan kawasan hutan lindung dan hutan produksi wilayah BPKH Sukamade, Kabupaten Banyuwangi.

2. Konflik Kawasan Budidaya:

Perluasan Kawasan Cagar Budaya Trowulan yang beririsan dengan kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan peruntukan industri sesuai dengan RTRW Kab. Mojokerto. Saat ini industri pengecoran logam yang beroperasi bertentangan dengan aturan pada zona cagar budaya.

(17)

Selain itu, terdapat pula beberapa konflik pemanfaatan ruang yang diakibatkan dari minimnya fasilitas di provinsi seperti belum memiliki sistem insentif penataan ruang. Peta dasar 1:5.000 yang belum tersedia sehingga RDTR yang menurunkan angka konflik belum dapat disusun.

Best practices yang pernah diterapkan di Provinsi Jawa Timur untuk mengurangi konflik adalah sebagai berikut:

1. Penyelesaian Permasalahan Kawasan Lindung

Gubernur menghimbau kepada Bupati Banyuwangi untuk menyusun rencana rinci kawasan strategis kabupaten atau RDTR beserta PZ yang berfungsi sebagai operasionalisasi pada bagian wilayah tersebut.
Selain itu dilakukan pula penilaian kembali terhadap kawasan hutan produksi sesuai dengan kriteria hutan lindung sebagai pengganti Kawasan Hutan Lindung yang diubah menjadi kawasan pertambangan mineral logam emas. Selanjutnya hasil penilaian kembali tersebut digunakan sebagai salah satu masukan untuk revisi RTRWK Banyuwangi dan RTRW Provinsi 5 Tahunan.

2. Penyelesaian Permasalahan Kawasan Budidaya

Mediasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur kepada pemilik industri pengecoran logam untuk menemukan solusi masalah penggunaan lahan akibat perubahan RTRWK.
 Selain itu telah dilaksanakan pula percepatan koordinasi antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan dengan Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Penataan Ruang untuk menetapkan Kawasan Cagar Budaya Trowulan sebagai Kawasan Strategis Nasional.

Provinsi Jawa Timur sudah melakukan penyerasian antara RTRWP, RPJPD dan RPJMD melalui:

Ÿ Penyerasian Perda RTRWP Jawa Timur dengan kebijakan sektoral dalam RPJP Nasional dan RPJP Provinsi Jawa Timur. RPJPD Provinsi Jawa Timur dengan visi agrobisnis, diserasikan dengan RTRW Jawa Timur dalam bentuk kebijakan, strategi, rencana struktur ruang, pola pemanfaatan ruang, dan kawasan strategis. Sehingga RTRWP Jawa Timur menjadi matra ruang dari arahan kebijakan pembangunan Jawa Timur yang tertuang pada RPJPD Jawa Timur.

Ÿ Penyusunan Perda No. 3 Tahun 2014 tentang RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 – 2019 secara hierarki mengacu pada RPJPD. Pengaplikasian matra keruangan RTRWP tertuang dalam kebijakan kluster kewilayahan dengan program yang disinkronisasikan dengan indikasi program 5 tahunan

D. Sinkronisasi Rencana Tata Ruang (RTR)

dengan Program Rencana Pembangunan

(18)

Jawa Timur 12

Ÿ Sinkronisasi muatan RTRWP dengan rencana sektoral yang tertuang dalam Perda No. 3 Tahun 2014 tentang RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2014–2019.

Pembinaan Penyelenggaraan Penataan ruang

A. Kelembagaan Penyelenggaraan Penataan Ruang

Sudah ditetapkan Belum ditetapkan

Sumber: Kuesioner Profil Penataan Ruang Jawa Timur 2015

34

38

IV

(19)

Provinsi Jawa Timur belum menetapkan peraturan daerah tentang Badan Koordinasi Pembangunan Regional Daerah (BKPRD) Provinsi. Meskipun demikian, (BKPRD) di Jawa Timur sudah mencakup koordinasi ad-hoc antar SKPD untuk penyelesaian masalah penataan ruang. Provinsi Jawa Timur sendiri terdiri atas 29 kabupaten dan 9 kota. Dari 29 kabupaten tersebut, 26 kabupaten telah membentuk BKPRD. Kota Probolingoo dan 3 kabupaten lainnya yang belum membentuk BKPRD adalah Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Sampang, serta Kabupaten Jember.

Permasalahan kelembagaan dalam penyelenggaraan penataan ruang yang dihadapi oleh BKPRD Provinsi Jawa Timur, antara lain:

ŸKoordinasi izin pemanfaatan ruang antara pemerintah kabupaten/kota, pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Pusat yang kurang pengawalan;

ŸSistem Informasi Tata Ruang (SITR) dalam sosialisasi tata ruang dan izin pemanfaatan ruang belum menjangkau masyarakat;

ŸKoordinasi dan pemutakhiran data pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Penataan Ruang yang tumpang tindih;

ŸKerjasama antar daerah (KAD) kawasan perbatasan dan agropolitan regional yang masih terbengkala;

ŸDeviasi pelaksanaan pembangunan di beberapa Kabupaten/Kota;

Langkah yang akan diambil oleh Pemerintah Jawa Timuragar BKPRD berjalan lebih efektif, yakni:

ŸOptimalisasi peran Sistem Informasi Tata Ruang (SITR) terkait perizinan pemanfaatan ruang melalui sosialisasi secara berkala kepada Pemerintah;

ŸPenetapan Petunjuk Pelaksanaan (juklak) dan Petunjuk Teknis (juknis) serta insentif disinsentif yang operasional dalam penetapan dan perlindungan Lahan Peruntukan Pertanian Berkelanjutan (LP2B);

ŸPeninjauan kembali RTRW Kabupaten/Kota;

ŸPercepatan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K), Peraturan Zonasi (PZ), Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Rencana Rinci Kawasan Minapolitan;

ŸKoordinasi dalam rangka pencapaiaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Penataan Ruang;

(20)

ŸPenyediaan peta dasar skala 1:5000;

ŸPeningkatan koordinasi pembagian kewenangan pengelolaan dan perizinan, pembebasan lahan dan Pembentukan Tim Pengadaan Tanah Untuk Umum;

ŸPengembangan prasarana pengelolaan lingkungan perkotaan bersama untuk efisiensi pemanfaatan ruang;

BKPRD Jawa Timur pun telah memiliki mekanisme koordinasi a dengan kabupaten/kota sehingga cukup memudahkan pemerintah untuk melakukan integrasi rencana tata ruang dari berbagai skala.

Jawa Timur 14

B. Jumlah Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)

1

15

Gambar 5.

(21)

Jumlah ketersediaan dan kebutuhan PPNS didapatkan dari informasi pemerintah Provinsi Jawa Timur. Jumlah PPNS yang ada saat ini hanya satu orang sedangkan idealnya Provinsi Jawa Timur, sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan jumlah kabupaten/kota yang cukup banyak yakni 29 Kabupaten dan 9 kota, Provinsi Jawa Timur setidaknya memerlukan 15 orang PPNS.

Satu orang PPNS tidak mampu mendukung upaya pengendalian pemanfaatan ruang di Provinsi Jawa Timur yang begitu luas. Kendala lainnya adalah dwadah dan tata kerja PPNS yang belum terdefinisi dengan baik dan belum terbangunnya kelembagaan pendukung PPNS.

C. Jumlah Sumber Daya Manusia

Untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi penataan ruang, Bappeda Provinsi Jawa Timur Bidang Pembangunan Regional memerlukan sejumlah sumber daya manusa yang ahli didalam bidang penataan ruang. Jumlah ideal ahli bidang penataan ruang yang dibutuhkan oleh Bappeda Provinsi Jawa Timur adalah delapan orang, sedangkan saat ini hanya berjumlah empat orang. Jumlah ideal ini merupakan usulan dari pemerintah daerah karena dirasa pembebanan pekerjaan bidang penataan ruang terlalu berat jika hanya dilakukan oleh empat orang ahli.

4

8

Gambar 6.

(22)

Jawa Timur 16

Partisipasi masyarakat dalam penataan ruang di Provinsi Jawa Timur sudah terlihat dengan terlibatnya Ikatan Ahli Perencanaan Jawa Timur, Forum Masyarakat Transportasi Indonesia dan Forum Akademisi Penataan Ruang. Forum-forum ini memiliki kegiatan-kegiatan yang mendukung penataan ruang Jawa Timur seperti penyusunan kajian-kajian penytelenggaraan tata ruang. Forum-forum ini terlibat dalam memberikan masukan-masukan dalam penataan ruang.

D. Partisipasi Masyarakat dan Dunia Usaha

Jawa Timur termasuk pada sedikit wilayah di Indonesia yang memiliki SITR. Kendala untuk mengintegrasikan SITR pada tingkat lebih dasar atau lebih lanjut yakni berupa:

1. Kendala Kewenangan:

ŸPemerintah kabupaten/kota belum memahami Pentingnya SITR terpadu

ŸParadigma bahwa dokumen perencanaan terbatas dan tidak dapat disebarluaskan

2. Kendala Teknis:

ŸBelum tersedia peta skala 1:5.000 untuk penyusunan RDTR sebagai dasar SITR

ŸBelum tersedia standar peta digitasi berbasis web dalam peraturan

ŸData SKPD sektoral masih dalam bentuk data tabular dan belum ditransformasikan dalam bentuk data spasial

(23)

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Gambar

Gambar 2 Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Jawa Timur Gambar 3 Status Penetapan Perda RTRW di Provinsi
Gambar 1. Peta Rencana Struktur Ruang Provinsi Jawa Timur
Gambar 2. Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Jawa Timur
Tabel 1 Penggunaan Lahan Eksisting Provinsi Jawa Timur
+3

Referensi

Dokumen terkait

Diagram ini dibuat untuk rancangan atau desain sistem pengendalian pada PLC yang kemudian diagram Ladder ini dibuat dalam data mnemonic untuk ditransfer ke CPU PLC melalui

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pendidikan aqidah anak usia dini di lingkungan keluarga, dengan tinjauan materi dan metode.. Jenis penelitian yang digunakan

Dalam kaitan dengan proses pembelajaran melukis gaya Batuan, metode ceramah diaplikasikan hampir pada setiap awal pertemuan ketika para pembina/instruktur

Dengan demikian, rata-rata class pada perangkat lunak ERP memiliki nilai DIT yang kecil di bawah nilai batas atas yang disarankan oleh RefactorIT, yaitu sebesar

(2) Setiap orang dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan kegiatan penambangan bahan galian golongan C wajib melakukan kegiatan pencegahan pencemaran dan

Jika nilai IOport tidak valid atau SERIAL PPI tidak dapat menjawab komunikasi, maka nilai DataOut tidak akan dikirimkan ke Port dan PortWrite bernilai =

a. Meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur perhubungan dan transportasi. Meningkatnya kualitas sarana dan prasana pelayanan kesehatan dasar dan

BANK SYARIAH MANDIRI Nama Mahasiswa Hendri Agus.. Unit Kerja Magang Marketing