• Tidak ada hasil yang ditemukan

ZUHROTUS SOFIYAH BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ZUHROTUS SOFIYAH BAB I"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembangunan negara Indonesia. Kemajuan dan perkembangan lalu lintas dan angkutan jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan budaya bangsa yang tertib, mentaati peraturan dan terwujudnya etika berlalu lintas bagi masyarakat. Hal ini tercermin dalam tujuan lalu lintas dan angkutan jalan yang dimuat dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 3, yang berbunyi sebagai berikut:

1. Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;

2. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan

3. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat

(2)

Etika berlalu lintas merupakan cermin budaya bangsa. Tetapi untuk membentuk etika berlalu lintas menjadi budaya bangsa bukan persoalan mudah. Diperlukan gerakan kultural untuk mewujudkan keadaban dalam berlalu lintas. Dampak kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang semakin banyak, serta kemajuan teknologi yang semakin canggih membawa implikasi semakin ramainya transportasi di jalanan sehingga angka kecelakaan dari tahun ke tahun terus bertambah. Berbagai langkah perlu dilakukan untuk bisa mengendalikan angka kecelakaan tersebut. Salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan adalah faktor manusia. Faktor manusia merupakan penyebab kecelakaan yang paling besar. Hal yang memprihatinkan adalah banyaknya korban kecelakaan yang masih berstatus sebagai pelajar. Hampir seluruh kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundangan tentang lalu lintas dan angkutan jalan.

(3)

karena ingin lebih cepat sampai tujuan, pengendara berlaku seenaknya sendiri tanpa memedulikan orang lain. Kesadaran dan disiplin berlalu lintas yang kian langka. Melanggar peraturan lalu lintas dianggap biasa. Perilaku tidak disiplin seperti sudah membudaya.

Berdasarkan sumber yang diperoleh dari Satuan Lalu lintas Kabupaten banyumas, terdapat beberapa jenis pelanggaran lalu lintas di Kabupaten Banyumas dari bulan januari sampai dengan bulan Desember 2016 yaitu pelanggaran helm, surat-surat, kecepatan, boncengan berlebihan, marka rambu, melawan arus, lampu utama, menggunakan hp, kelengkapan dan lain-lain. Dari total keseluruhan pelanggaran lalu lintas yang terjadi di Kabupaten Banyumas tersebut berjumlah 26.013. Pelanggaran tersebut didominasi oleh kendaraan roda dua yang berjumlah 23.359.

Berdasarkan usia pelanggar lalu lintas di Kabupaten Banyumas dari data yang diperoleh Satuan Lalu Lintas Kabupaten Banyumas, pelanggar lalu lintas sebagian besar dilakukan oleh pelanggar pada rentan usia 16-20 tahun, artinya rentan usia tersebut merupakan rentan usia produktif, yaitu pelajar. Akibat pelanggaran-pelanggaran tersebut di Kabupaten Banyumas pada bulan januari sampai desember 2016 terjadi sebanyak 1000 kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas tersebut menyebabkan 236 orang meninggal dunia, 1098 mengalami luka ringan. (Satuan Lalu Lintas Polres Banyumas.2017).

(4)

wilayah Jawa tengah cukup memprihatinkan. Setiap 2,5 jam terjadi orang meninggal karena kecelakaan. Dan 40% diantaranya adalah pelajar.

Angka kecelakaan lalu lintas yang terjadi di wilayah Kabupaten Banyumas masih tinggi. Bahkan, angka kecelakaan di wilayah ini menempati peringkat tiga tertinggi di Jawa Tengah sejak Januari hingga November, angka kecelakaan lalu-lintas di Banyumas mendekati seribu. Angka tersebut, merupakan tertinggi ketiga di Jawa Tengah. Banyumas tempati peringkat tiga “Sejak 1 Januari 2016 sampai 12 November, telah terjadi kecelakaan la

lu-lintas sebanyak 938 kejadian” (Radar Banyumas.17 November 2016).

Tabel 1.1 Data kecelakaan lalu lintas dikabupaten banyumas tahun 2014-2016.

Sumber: Data Satuan Lalu Lintas Polres Banyumas.2017.

Menurut Raharjo (2014:61) hal tersebut bisa saja terjadi akibat kelalaian pengemudi kendaraan yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas yang sudah ada demi keamanan, kelancaran dan keselamatan lalu lintas.

Hal-hal tersebut apabila ditaati dan dipatuhi maka dapat menghindari terjadinya kecelakaan lalu lintas. Banyaknya kecelakaan lalu lintas yang terjadi disebabkan kurangnya kesadaran dan etika dalam berlalu lintas. Hal ini membuktikan bahwa betapa pentingnya kesadaran lalu lintas pengguna jalan dalam menaati dan mematuhi peraturan lalu lintas. Ali (2008:66)

Tahun

Usia

Jumlah 06-15 Th 16-20 Th 21-30 Th 31-40 Th 41 Th ke

atas

2014 70 314 131 194 350 1,059

2015 97 202 238 168 351 1,056

(5)

menyangkut faktor-fakor apakah suatu ketentuan hukum tertentu diketahui, dimengerti, ditaati, dan dihargai. Apabila masyarakat hanya mengetahui adanya suatu ketentuan hukum, maka taraf kesadaran hukumnya lebih rendah dari mereka yang memahaminya dan seterusnya”. Jadi dapat disimpulkan

apabila seseorang hanya mengetahui hukum, maka dapat dikatakan bahwa tingkat kesadaran hukumnya masih rendah, tetapi jika seseorang telah berperilaku sesuai hukum, maka tingkat kesadaran hukumnya telah tinggi. Oleh karena itu, diperlukan adanya pembinaan agar siswa benar-benar mengetahui dan mengerti fungsi dari peraturan hukum sehingga peserta didik mau mentaati dan mematuhi peraturan yang berlaku. Disamping itu, dibutuhkan peran aktif dari masyarakat dalam mewujudkan rasa kesadaran dan disiplin dalam melakukan aktivitas di jalan raya juga dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan amanat pasal 258 undang-undang no.22 tahun 2009, bahwa :

“Masyarakat wajib berperan serta dalam pemeliharaan sarana dan prasarana, pengembangan disiplin dan etika berlalu lintas dan berpartisipasi dalam pemeliharaan keamanan, keselamatan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan.

(6)

Pendidikan merupakan salah satu jalur yang sangat penting dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia sebagaimana tercantum dalam tujuan negara dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sehingga pendidikan sangat diperlukan untuk memberikan pengetahuan dan kecakapan karena pendidikan berupaya menyiapkan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa untuk menghadapi berbagai permasalahan dalam menaati peraturan, seperti halnya menaati dan mematuhi peraturan lalu lintas untuk menjaga keselamatan diri sendiri maupun pengguna jalan yang lainnya sehingga tercipta sebuah ketertiban dan keteraturan. Pendidikan yang dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan dan mengatasi masalah kurangnya kesadaran hukum dalam berlalu lintas yaitu pendidikan yang dalam prosesnya bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan tetapi juga berupaya membentuk karakter peserta didik sehingga menjadi watak atau kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk membentuk watak atau karakteristik warga negara yang baik. Sejalan dengan pandangan Winataputra (Winarno, 2014:12) menyebutkan bahwa salah satu misi pendidikan kewarganegaraan adalah sosio-pedagogis yaitu mengembangkan potensi individu sebagai insan Tuhan dan makluk sosial menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, demokratis, taat hukum, beradab, dan religius.

(7)

diluar lingkungan sekolah termasuk guru sebagai salah satu komponen pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Hal ini juga tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru menyebutkan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru pendidikan Kewarganegaraaan adalah sebagai berikut :

1. Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

2. Memahami substansi Pendidikan Kewarganegaraan yang meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), nilai dan sikap kewarganegaraan (civic disposition), dan ketrampilan kewarganegaraan (civic skills).

3. Menunjukkan manfaat mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

Dengan menguasai kompetensi-kompetensi tersebut guru Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan mampu membentuk siswa yang ideal dan memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang akan dihadapi.

Rumusan dari “Civitas: A frame work for civic education” (Udin S.Winataputra dan Dasim Budimansyah, 2007: 56) membagi civic dalam:

1. Civic Knowledge and skill 2. Civic Virtue

3. Civic Participation

(8)

warganegara yang mampu berpartisipasi penuh, berkemampuan, dan bertanggungjawab yakni warganegara yang memiliki komitmen yang bernalar terhadap nilai dan prinsip demokrasi dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Civic Education berfungsi sebagai upaya untuk memperkuat komitmen tersebut tetapi tidak dengan cara indoktrinasi, yang perlu dilakukan adalah mengembangkan dalam diri individu pengetahuan dan ketrampilan serta memberikan pengalaman yang mampu mewujudkan sikap dan kualitas pribadi yang menjangkau jauh di luar kepentingan sendiri dan kelompok. Kualitas pribadi yang ingin dikembangkan melalui kurikulum Civic Education adalah Civic Virtue yang memiliki dua unsur yaitu Civic Disposition dan Civic Commitments. (Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah, 2007:60)

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, masih banyaknya siswa yang belum memahami dan belum memliki kesadaran dan disiplin dalam berlalu lintas sehingga masih banyak pelanggaran terhadap peraturan lalu lintas yang akibatnya dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Persepsi Guru Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Muhammadiyah Mengenai Civic Virtue Dalam Berlalu Lintas”.

B. Rumusan Masalah

(9)

untuk membatasi masalah dalam penelitian ini maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi guru pendidikan kewarganegaraan megenai civic virtue?

2. Bagaimana persepsi guru pendidikan kewarganegaraan mengenai civic virtue dalam berlalu lintas?

3. Bagaimana persepsi guru pendidikan kewarganegaraan dalam mengembangkan civic virtue dalam berlalu lintas?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara faktual dan aktual mengenai persepsi guru pendidikan kewarganegaraan di sekolah muhammadiyah mengenai civic virtue dalam berlalu lintas. 2. Tujuan khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa hal, yaitu:

a. Mengetahui persepsi guru pendidikan kewarganegaraan mengenai civic virtue.

b. Mengetahui persepsi guru pendidikan kewarganegaraan mengenai civic virtue dalam berlalu lintas

(10)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang persepsi guru pendidikan kewarganegaraan di sekolah muhammadiyah mengenai civic virtue dalam berlalu lintas.

2. Manfaat praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

a. Bagi Guru: dapat menjadi sumbangsih bagi guru pendidikan kewarganegaraan untuk merancang suatu pembelajaran yang diarahkan pada pengembangan civic virtue dalam berlalu lintas. b. Bagi Siswa: dapat memberikan pengetahuan kepada siswa tentang

pentingnya civic virtue dalam berlalu lintas.

c. Bagi Sekolah: dapat memberikan informasi kepada sekolah terkait dengan civic virtue dalam berberlalu lintas, sehingga sekolah dapat meningkatkan perannya dalam membina sikap dan perilaku siswa dalam berlalu lintas.

Gambar

Tabel 1.1 Data kecelakaan lalu lintas dikabupaten banyumas tahun 2014-

Referensi

Dokumen terkait

Sementara yang menghambat perkembangan MI Nashriyah dari aspek input siswa adalah menurut Raunah mengatakan bahwa pihak guru yang ada di MI Nashriyah pada waktu

Dengan adanya para member baru yang sekaligus menjadi konsumen tetap produk perusahaan, maka member yang berada pada level pertama, kedua dan seterusnya akan

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Syauta, et al (2012), dalam penelitiannya yang menguji pengaruh komitmen organisasional terhadap

1) Pengaruh pupuk anorganik, pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam, dan pupuk kombinasi tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, dan jumlah daun namun berpengaruh

Pengembangan metode QFD yang bagaimana, yang dapat menangkap keinginan dan kebutuhan terdalam dari penggunanya berdasarkan jenis kelamin (gender) kemudian menterjemahkannya

Penelitian dilaksanakan di kota Surakarta dengan subjek penelitian akseptor tubektomi dan sebagai kelompok pembanding adalah wanita tanpa kontrasepsi yang berdomisili di

Dalam makalah ini akan dilakukan perbandingan antara 5 program simulasi kinerja bangunan yang dinilai paling aplikatif dan paling banyak digunakan di seluruh dunia, yaitu BREEM