• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru 1. Definisi Peran Guru - BAB II ELY LISTATI PAI'16

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru 1. Definisi Peran Guru - BAB II ELY LISTATI PAI'16"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran Guru

1. Definisi Peran Guru

Peran adalah pemain atau lakon yang dimainkan. Peranan merupakan bagian yang mainkan seseorang pemain, tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa (Agustin: 485).

Peran merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan karena adanya sebuah keharusan maupun tuntutan dalam sebuah profesi atau berkaitan dengan keadaan dan kenyataan. Jadi peran merupakan perilaku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang yang sesuai dengan kedudukannya dalam suatu sistem. Jadi peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil (Fadil dkk, 2013: 3)

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa peran merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. Peranan berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang diduduki tersebut.

(2)

pendidikan formal, tetapi bisa juga dimasjid, rumah dan sebagainya (Djamrah, 2005: 31).

Menurut Al-Ghozali, guru adalah yang mengantarkan siswa dan menjadikannya manusia terdidik yang mampu menjalankan tugas-tugas kemanusiannya dan tugas ketuhanannya. Tidak hanya menyampaikan materi pelajaran saja tetapi, bertanggung jawab memberi wawasan kepada siswa agar mengkaji, menggali ilmu pengetahuan dan menciptakan lingkungan yang menarik dan menyenangkan (Rusin Ibnu, 2000: 64). Disini menjelaskan tugas kemanusiaan dan tugas ketuhanan, berarti moralitas yang ingin di bentuk oleh pendidikan, yaitu murid diharapkan menjadi manusia yang memilki kesalihan sosial dan taan kepada Allah SWT. Karena guru adalah panutan kepada muridnya, maka dari itu semua guru harus menunjukkan akhlak mulianya dihadapan muridnya. Tentu tidak pantas seorang guru melakukan tindakan yang di luar kewajaran susila dan norma sosial agama yang diikuti.

(3)

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang mendidik, memberikan ilmu pengetahuan, dan menghantarkan siswa dan menjadikannya manusia terdidik yang mampu menjalankan tugas-tugas kemanusiannya dan tugas ketuhanannya.

Menurut Watten B. Yang dikutip oleh Piaet A. Sahertian peran guru adalah sebagai tokoh terhormat dalam masyarakat sebab dia nampak orang yang berwibawa, sebagai penilai, sebagai seorang sumber karena dia memberikan ilmu pengetahuan, sebagai pembantu, sebagai wasiat, sebagai detektif, sebagai objek identifikasi, sebagai penyangga rasa takut, sebagai orang yang menolong dan memahami diri, sebagai pemimpin kelompok, sebagai orang tua atau wali, sebagai orang yang membina dan memberi layanan, sebagai kawan sekerja dan sebagai pembawa rasa kasih sayang.

Menurut Al Ghazali dalam Nata (2001: 94) memaparkan peran guru yaitu guru yang dapat mencontohkan sebuah metode keteladanan bagi siswanya, pembinaan budi pekerti dan penanaman sifat keutamaan pada diri mereka. Guru bertugas menghias, mensucikan dan menggiringnya mendekati Allah dan guru adalah orang yang menerima amanat orang tua untuk mendidik anak disekolah.

Adam dan Dickey dalam bukunya Hamalik (2007: 123-125), menyebutkan bahwa peran guru sangat luas, yaitu:

a. Guru sebagai pengajar

(4)

baik. Selain hal tersebut guru berusaha suapaya terjdai perubahan perilaku, sikap, kebiasaan, melalui pengajaran yang diberikan.

b. Guru sebagai pembimbing

Guru sebagai pembimbing yaitu guru memberikan bantuan kepada murid agar dapat memecahkan masalah dan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Karena sifatnya membantu, maka guru perlu mengetahui seluk beluk tentang siswa.

Hal ini tidak akan terjadi jika guru tidak melakukan pengamatan dan pendekatan terhadap siswanya. Pendapat penulisan ini dikuatkan oleh pendapat Nana Syaoidah, yaitu guru perlu memliki pemahaman yang seksama tentang para muridnya, memahami segala potensi, dan kelemahannya, masalah, dan segala latar belakangnya. Agar tercapai kondisi itu, guru perlu banyak mendekati para murid, membiana hubngan yang lebih dekat dan akrab. melakukan pengamatan dari dekat, serta mengadakan dialog-dialog langsung (Sukmawadinata, 2005: 254).

c. Guru sebagai ilmuwan

Hal ini guru dipandang sebagai orang yang berpengetahuan. Oleh karena itu bukan saja berkewajiban untuk menyampaikan pengetahuan saja tetapi juga mengembangkannya.

d. Guru sebagai pribadi

(5)

1) Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari para murid.

2) Membina suasasna sosial ynag meliputi interaksi belajar mengajar sehingga bersifat menunjang moral (batiniah) dan terciptanya satu pemahaman dan kesamaan pikiran anatara guru dengan murid.

3) Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung jawab dan saling mempercayai antara guru dengan murid.

e. Guru sebagai penghubung

Guru sebagai penghubung artinya berperan sebagai pelaksana yang menghubungkan antara sekolah dan masyarakat (Hamalik, 2007: 126).

f. Guru sebagai motivator

Guru sebagai motivator artinya guru membangkitkan semangat dan keasadaran siswa agar belajar tidak cukup di kelasa saja. Menurut para ahli tingkah laku manusaia didorong oleh motif-motif tertentu, dan perbuatan belajar akan berhasil apabila didasarkan pada motivasi yang ada pada murid (Hamalik, 2007: 157). Kaitannya dalam mengembangkan ibadah shalat berarti guru membangkitkan semanga siswa supaya rajin dalam menjalankan ibadah.

(6)

2. Persyaratan Guru

Menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani tidaklah semua orang dapat melakukannya, karena orang harus merelakan sebagian besar seluruh hidup dan kehidupannya mengabdi kepada negara dan bangsa guna mendidik siswa menjadi manusia susila yang cakap, demokratis, bertanggung jawab atas pembangunan dirinya dan pembangunan bangsa dan negara. (Djamrah, 2005 : 32)

Menjadi guru menurut Zakiah Daradjat dalam buku Djamarah tidak sembarang, tetapi harus memenuhi persyaratan di bawah ini :

a. Takwa kepada Allah SWT

Guru sesuai dengan tujuan Ilmu Pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik siswa agar bertakwa kepada Allah, jika dirinya sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab guru adalah teladan bagi siswanya sebagaimana Rasulullah saw. Menjadi teladan bagi umatnya. Sejauhmana seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada siswanya, sejauh itulah diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.

b. Berilmu

Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan.

(7)

meningkat, sedang jumlah guru dari mencukupi, maka terpaksa menyimpang untuk sementara, yaitu menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam keadaan normal ada patokan bahwa semakin tinggi pendidikan guru semakin baik pendidikan dan pada gilirannya semakin tinggi pula dearjat masyarakat. c. Sehat jasmani

Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengindap penyakit menular, umpamanya, sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Disamping itu,

guru berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita kenal ucapan “mens

sana in corpore sano’ , yang artinya dalam tubuh yang sehat terkadung jiwa

yang sehat. Walaupun pepatah itu tidak benar secara keseluruhan,a akan tetapi kesehatan badan sangat berpengaruh semangat bekerja. Guru yang sakit-sakitan kerapkali terpaksa absen dan tentu merugikan siswa.

d. Berkelakuan Baik

(8)

tenang dan sabar, berwibawa, gembira, bersifat manusiawi, bekerjasama dengan guru-guru lain, bekerjasama dengan masyarakat.

3. Tugas Guru

Tugas guru atau pendidik di dalam kesehariannya perlu mengadakan pengamatan terhadap muridnya baik dalam kelas maupun di luar kelas, seperti pembiasaan shalat berjamaah atau kegiatan sekolah lainnya. Sehingga jabatan guru itu luas yaitu membina seluruh kemampuan dan sikap yang baik kepada murid sesuai ajaran Islam. Dalam pembentukan akhlak mulia murid tidak terbatas melalui pembinaan di kelas saja (Daradjat, 2001: 264). Dengan pembiasaan maka sikap disiplin itu akan muncul.

Tugas guru merupakan suatu proses mendidik, mengajar, dan melatih peserta didik. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup (afektif). Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (kognitif). Adapun melatih berarti mengembangkan ketrampilan para siswa (Psikomotor) (Sukadi, 2006 : 17).

(9)

Berkaitan dengan tugasnya, sebagaimana dikemukakan Abdurrahman al-Nahlawi, guru hendaknya mencontoh peranan yang telah dilakukan para nabi dan pengikutnya. Tusasnya, pertama-tama yaitu mengkaji dan mengajarkan ilmu Iilahi, sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur’an Surat Ali Ilmran ayat 79, yaitu :

















































Artinya :Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”.

Allah swt juga mengisyaratkan bahwa tugas pokok rasulullah saw. Yaitu mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah kepada manusia serta mensucikan mereka, yakni mengembangkan dan membersihkan jiwa mereka.





























Artinya : “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seseorang Rasul dari

kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Eng kaulah yang Maha Kuasa lagi Maha

(10)

Berdasarkan firman Allah diatas, al-Nahlawi menyimpulkan bahwa tugas pokok guru dalam pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

a. Tugas Pensucian

Guru hendaknya menegmbangkan dan membersihkan peserta didik agar dapat mendekatkan diri kepada Allah, menjauhkan dari keburukan, dan menjaganya agar tetap berada pada fitrahnya.

b. Tugas pengajaran

Guru hendaknya menyampaikan berbagai pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik untuk diterjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupannya.

(11)

beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, dan bernegara.

B. Kedisiplinan

1. Pengertian Disiplin

Pengertian disiplin menurut kamus besar bahasa indonesia (WJS Purwodarminto, 1995: 99) berarti latihan watak dengan maksud agar perbuatan selalu menaati ketentuan atau aturan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ada beberapa tingkatan disiplin yaitu disiplin diri, disiplin sosial, dan disiplin normal yang semuanya menunjukkan pada pengertian pada ketaatan kepada aturan yang disertai oleh kesadaran yang tinggi terhadap hukum-hukum, norma-norma dan kewajiban yang telah disepakati bersama.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disiplin berarti kepatuhan pada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan, perilaku terkontrol karena pelatihan (Departemen Pendidikan Nasional, 2005: 359).

Menurut Ali (2011: 266) disiplin adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki peserta didik di sekolah tanpa ada pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan.

(12)

patuh karena tekanan dari luar, melainkan kepatuhan didasari karena adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturan dan larangan tersebut (Semiawan, 2009: 93).

Kedisiplinan berarti kontrol terhadap kelakuan, baik oleh kekuasaan luar maupun individu itu sendiri (Andi, 2003: 47). Dengan kata lain adalah sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab. Kedisiplinan adalah tata tertib yang dibuat dan dipatuhi bukan hanya untuk mendidik siswa saja tetapi sebagai pengontrol.

Berdasarkan urain diatas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan yaitu ketaatan atau kepatuhan seseorang pada suatu peraturan-peraturan, kaidah-kaidah yang telah ditetapkan tanpa atau kedisiplinan adalah tindakan yang didasarkan pada tata tertib tertentu, yang membutuhkan kontrol baik dari luar maupun dari dalam diri individu. Disiplin merupakan hal yang penting terutama bagi orang-orang yang ingin mencapai suatu cita-cita. Orang yang terbiasa disiplin akan mempunyai program harian atau aturan, dan berkomitmen terhadap program yang telah dibuat tersebut. Jika belum terbiasa disiplin maka akan terasa berat karena disiplin tidak mudah melainkan melalui proses yang cukup panjang. Terlebih lagi dalam membina kedisiplinan pada siswa seperti dalam meraih cita-cita, disiplin dalam belajar, disiplin dalam beribadah maupun disiplin dalam amalan seahri-hari.

(13)

Latihan-latihan itu dalam rangka menghasilkan kebiasaan patuh dalam menanamkan sifat-sifat kedisiplinan.

2. Tujuan Disiplin

Tujuan disiplin adalah untuk melatih kepatuhan dengan jalan melatih cara-cara berperilaku yang legal dan beraturan tetapi tujuan disiplin yang hakiki ialah untuk ketetapannya kemaun dan kegiatan yang berorientasi pada masyarakat, yang menjamin keterpakaiannya dan mempercayai dalam lingkungan hidup tertentu (Muh. Said, 2004: 84).

Tujuan disiplin Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 13) adalah untuk memberikan bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang agar mereka memperoleh kematangan dalam tingkah laku menuju kepada kedewasaan, kebahagian, kehidupan, tentram dan damai, dengan demikian akan dapat tercapai kematangan emosi kelak bila mereka telah mencapai kedewasaan.

Menurut Syaiful Bahri, disiplin yang muncul karena kesabaran disebabkan faktor seseorang dengan sadar, bahwa dengan disiplinlah dapat kesuksesan dalam segala hal, dengan disiplin di dapatkan keteraturan dalam kehidupan, dengan disiplin dapat menghilangkan kekecewan orang lain, dengan disiplin orang mengaguminya.

(14)

pelanggran itu dilakukan, maka disiplin yang terpaksa identik dengan ketakutan kepada hukum, sedangkan didiplin karena kesadaran menjadikan hukum sebagai alat yang menyenangkan di jiwa dan selalu siap sedia untuk menaatinya.

Dalam belajar disiplin sangat diperlukan, disiplin dapat melahirkan semangat menghargai waktu, bukan menyia-nyiakan waktu, dan masalah semangat juga penting dalam belajar. Jika seseorang telah mempunyai semangat yang tinggi untuk berbuat dan bekerja, maka otomatis dia akan dapat mengusir, menghilangkan rintangan-rintangan seperti malas, santai, bosan, melamun, dan sebagainya. Disiplin adalah kekuatan yang tidak tampak dan penyatuan antara kedisiplinan dan semangat melahirkan tenaga pendorong dalam perwujudan kepada tata tertib, dengan gairah kerja yang rela berkorban demi perjuangan dalam menggapai sebuah cita-cita yang didamba (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 14)

Tujuan disiplin yaitu bukan untuk mengekang dan melarang kebebasan melainkan untuk melatih kepatuhan dengan jalan melatih cara-cara berperilaku serta untuk memberikan bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang agar mereka memperoleh kematangan dalam tingkah laku menuju kepada kedewasaan, kebahagian, kehidupan, tentram dan damai. 3. Cara-cara Menanamkan Kedisiplinan

Ada beberapa langkah untuk mengembangkan disiplin yang baik kepada siswa :

(15)

b. Mengajarkan siswa bagaimana mengikuti aturan.

c. Salah satu cara yang terbaik adalah mencegah masalah dari semua kejadian. Hal ini menuntut guru untuk dapat mempertahankan disiplin dan komunikasi yang baik.

d. Merespon secara tepat dan konstruktif ketika masalah timbul (Sri Esti Wuryani Djiwandono 2002: 303).

4. Hal-hal yang Mempengaruhi Kedisiplinan a. Faktor internal (faktor dari dalam)

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetik atau bawaan. Faktor genetik maksudnya faktor yang berupa bawaan dari sejak lahir dan merupakan keturunan dari salah satu dari kedua orang tuanya atau bisa jadi gabungan atau kombinasi dari sifat kedua orang tuanya (Sjarkawi, 2006: 19).

Oleh karena itu kita sering mendengar istilah “buah jatuh tidak

akan jauh dari pohonnya” misalnya sifat mudah marah yang dimiliki

seseorang ayah bukan tidak mungkin akan menurun pula pada anaknya, dan jika seorang pasangan ahli musik, maka anak-anak yang mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula. Jadi bawaan dan bakat orang tua selalu berpengaruh terhadap perkembangan pada anak-anaknya.

b. Faktor Eksternal (Faktor dari luar)

(16)

mempengaruhi kedisiplinan erat sekali dalam penerimaan otoritas. Otoritas yang baik didasarkan pada keahlian pengetahuan dan diatur dalam suasana kasih sayang serta menghormati satu sama lain.

Faktor eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni kelurga, teman, tetangga, sampai dengan pengaruh dari berbagai media audiovisual seperti TV dan CD, atau media cetak seperti koran, majalah, dan alain sebagainya.

Lingkungan keluarga, tempat seorang anak tumbuh dan berkembang akan sangat berpengaruh kepada kepribadian seorang anak. Terutama dari cara orang tua mendidik dan membesarkan anaknya.

Menurut Muhammad Tholhah Hasan (2003: 154-155) ada beberapa hal yang mempengaruhi disiplin moral antara lain :

a. Berkurangnya tokoh panutan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menjadikan teladan dalam sikap dan perilakunya, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun kehidupan sosialnya.

b. Dunia pendidikan kita memperhatiakn intelektualisasi nilai-nilai agama dan moral namun mengesampingkan internalisasi nilai.

c. Melemahnya sanksi terhadap pelanggaran, baik yang berupa sanksi moral, sanksi sosial, maupun sanksi judisial.

(17)

Selain itu, ada beberapa hal yang perlu dicermati bagi pendidik agar dapat memancing siswa timbul kesadaran disiplin yaitu dengan keteladaan, memberi nasihat, pembiasaan, hukuman, dan hadiah.

a. Teladan

Teladan atau modeling dapat membantu anak untuk bersikap disiplin, sebagaimana kita tahu bahwa anak adalah peniru terbesar di dunia. Pendidikan dengan teladanan berarti pendidikan dengan memberi contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara, berfikir, dan sebagainya.

Teladan merupakan salah satu metode yang paling tepat dan berhasil guna, karena pada umumnya orang lebih mudah menangkap yang konkrit daripada yang abstrak (Hery Noer Aly, 1999: 178). b. Memberi Nasehat

Memberi nasehat berarti memberi penjelasan tentang kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang yang dinasehati dari bahaya serta menunjuk ke jalan yang mendatangkan kebahagiaan dan manfaat (Herry Nur Aly, 1999: 191)

(18)

c. Pembiasaan

Pembiasaan adalah salah satu alat pendidikan yang sangat penting sekali, terutama bagi anak-anak, sebagai permulaan dan pangkal pendidikan pembiasaan-pembiasaan yang merupakan alat satu-satunya, kalau sejak dini anak sudah dilatih sengan kebiasaan-kebiasaan dan perbuatan yang baik, menghargai waktu dan menaati aturan-aturan yang ada maka setelah besar kebiasaan itu akan tetap dilakukan baik yang ada di keluarga, sekolah maupun tempat lain. Menanamkan kebiasaan pada anak adalah sulit dan kadang-kadang memakan waktu yang relatif lama, tetapi segala sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan akan sulit pula untuk dirubah maka dari itu, lebih baik menjaga anak supaya mempunyai kebiasaan yang baik dari pada terlanjur memiliki kebiasaan yang tidak baik (M. Ngalim Purwanto 1994: 165).

(19)

Metode pembiasaan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah juga merupakan kesempatan pertama yang sangat baik untuk membina pribadi anak setelah orang tua atau dengan kata lain untuk memperbaiki pribadi anak yang telah terlanjur rusak karena pendidikan dalam keluarga (Dzakiyah Dardjat, 1970: 57).

d. Metode Hukuman

Metode hukuman adalah penderitaan yang dibebankan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru dan lainnya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan, kesalahan (M. Ngalim Purwanto, 1994: 197).

Metode hukuman merupakan salah satu alat yang digunakan dalam pendidikan guna mengembalikan perbuatan yang salah kepada jalan yang benar, namun penggunaannya tidak boleh sewenag-wenang, apabila anak remaja melakukan kesalahan maka dia diberi ancaman bahkan hukuman untuk tidak mengulanginya lagi, dengan metode ini pendidikan dalam membina kedisiplinan beribadah siswa bisa berjalan dengan lancar.

e. Reward atau hadiah

(20)

diberikan kepada anak yang telah menunjukkan hasil baik dalam pendidikan (Indra Kusuma, 2001: 85). Hadiah diberikan atas perbuatan-perbuatan atau hal-hal yang baik yang telah dilakukan (Ramayulis, 2008: 211).

Perilaku kedisiplinan dipengaruhi oleh dua hal yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri sedangkan faktor eksternal yaitu berasal dari luar atau dari lingkungan dimana orang itu tinggal. Hal yang perlu dicermati oleh pendidik agar siswa terpancing untuk disiplin yaitu dengan cara dengan keteladaan, memberi nasihat, pembiasaan, hukuman, dan hadiah.

C. Ibadah Shalat 1. Ibadah

a. Definisi Ibadah

(21)

Ibadah berarti taat, tunduk, turut, menghambakan, mengikut, doa. Bisa juga diartikan menyembah, sebagimana disebut dalamQ.S. al-Dzariyat

ayat 56, yang artinya : “Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk

menenyembah-Ku”. (Thoha, 1999: 169) b. Macam-macam Ibadah

1) Ibadah khusus (Khassah) yang disebut juga ibadah mahdah yaitu ibadah yang ketentuan pelaksanaannya sudah pasti ditetapkan oleh Allah dan dijelaskan oleh RasulNya, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.

2) Ibadah umum (ammah) atau yang disebut ghairu mahdah yaitu sebuah perbuatan yang mendatangkan kebaikan kepada diri sendiri dan orang lain, dilaksanakan dengan niat ikhlas karena Allah, seperti belajar, mencari nafkah, menolong orang susah dan sebagainya.

2. Shalat

a. Definisi Shalat

Shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan.

(22)

shalat dan apabila tidak melaksanakannya maka akan mendapatkan dosa atau disiksa kelak di hari kiamat. http://pengertian-shalat.blogspot.co.id/ Diakses pada tanggal 05 Agustus 2016 pukul 10.20

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan shalat merupakan suatu bentuk ibadah yang terdiri dari perbuatan dan ucapan yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. shalat hukumnya adalah

fardhu’ain, jadi orang islam apabila sudah berusia baligh wajib hukumnya

untuk melaksanakan shalat dan apabila tidak melaksanakannya maka akan mendapatkan dosa atau disiksa kelak di hari kiamat.

Salah satu ibadah yang sangat penting di dalam islam, yang diwajibkan oleh Allah kepada setiap mukmin adalah shalat. Tetapi banyak umat Islam yang meremehkan urusan shalat ini. Seperti kita lihat ketika dalam perjalanan jarak jauh, baik dengan kereta api maupun bis umum, banyak umat islam yang tidak menjalankan ibadah shalat. Demikian juga

shalat jum’at, umat Islam baik yang bekerja di pabrik maupun di kantor

-kantor, banyak yang tidak melaksanakan shalat jum’at. Padahal shalat adalah

perkara yang sangat agung dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya. Banyak dalil dan bukti yang menegaskan bahwa shalat adalah ibadah yang sangat penting dan agung, diantaranya :

1) Karena shalat adalah ibadah yang yang perintahnya langsung diturunkan oleh Nabi Muhammad SAW dari Allah SWT, tanpa perantaraan malaikat

Jibril. Dalam peristiwa yang di kenal dengan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad

(23)

2) Shalat adalah ibadah yang sangat penting dan agung karena shalat adalah ibadah yang tidak bisa ditinggalkan dalam keadaan apapun dan dengan alasan apapun. Orang hanya oleh berhenti shalat ketika ia sudah dishalati atau sudah mati. Karena itu orang yang sakit dan tidak bisa berdiri, dia boleh shalat dengan duduk. Apabila tidak bisa dengan duduk, maka boleh shalat dengan berbaring. Bila tidak bisa dengan berbaring, maka ia boleh shalat dengan isyarat. Kalau seseorang tidak boleh terkena air, maka boleh mengganti wudhunya dengan tayammum. Bila tidak bisa tayammum sendiri maka, boleh ditayammumi oleh orang lain.

3) Shalat adalah ibadah yang sangat penting dan agung karena merupakan ikatan janji kepada Allah. Shalat adalah ibadah yang apabila ditinggalkan mempunyai konsekuensi dan sangsi yang sangat besar. Rasulullah bersabda,

Sesungguhnya janji antara kami dan mereka adalah shalat. Barang siapa

meninggalkan makadia telah kafir.”(HR. Ibnu Majah).

4) Shalat adalah ibadah yang sangat penting dan agung, sehingga semua Nabi dan Rasul diperintahkan oleh Allah untuk mendirikan shalat.

(24)

6) Shalat adalah ibadah yang sangat penting dan agung karena shalat adalah

mi’raj seorang mukminin kepada Allah. Shalat adalah kesempatan bagi

hamba menghadap kepada Allah secara langsung dan segala jiwa dan raganya, untuk menyembah-Nya, untuk memohon pertolongan dan untuk dihindarkan dari bencana. Shalat adalah munajat kepada Allah di dunia untuk kelak bisa berdekatan dengan-Nya diakhirat. Ssat shalat adalah saat dan keadaan terbaik dan terindah bagi manusia, karena dia menghadap kepada Tuhannya.

Shalat mempunyai kedudukan yang utama diantara ibadah-ibadah yang lain, tetapi akan lebih utama lagi apabila shalat itu dilakukan dengan

secara berjama’ah, baik dirumah, mushola, ataupun masjid. Shalat jama’ah

mempunyai nilai yang lebih, sama nilainya dengan shalat perorangan ditambah dua puluh tujuh derajat. Sebagaimana diriwayatkan Umar, bahwa

Rasulullah saw bersabda: “Dari ibnu Umar sesungguhnya nabi bersabda

“Shalat jama’ah itu lebih baik dari pada shalat sendirian dengan selisih

dua puluh tujuh derajat.”

Karena selain mendapat pahala yang berlipat ganda, shalat

berjama’ah juga akan menumbuhhkan rasa kebersamaan yang kuat,

seseorang tidak akan hidup tanpa adanya orang lain. Banyak umat Islam yang menganggap remeh urusan shalat berjama’ah. Kenyataan ini bisa kita

lihat di sekitar kita dengan perkataan ‘Masih bagus mau shalat, dari pada

tidak mau shalat’, sehingga tidak berjama’ah pun sudah dianggap sudah

(25)

kecuali jika ada halangan yang syar’i. Ketika Rasulullah sakit beliau tetap

melaksanakan shalat berjama’ah di masjid sebagai imam hingga sakitnya

semakin parah beliau memerintahkan kepada abu bakar untuk mengimami

shalat berjama’ah.

Shalat berjama’ah sudah ditentukan waktunya. Waktunya sudah

ditandai dengan adzan yang berkumandang. Saat itulah dilaksanakan. Amalan siang tidak akan diterima waktu malam dan amalan malam tidak akan diterima waktu siang adalah waktu shalat. Jelasnya, dalam hal ini seseorang harus disiplin dalam shalatnya, bahwa tidak ada alasan bagi seseorang untuk meninggalkan shalat karena kesibukan, yaitu dengan mengakhirakan shalat atau seseorang mengganti, memajukan atau mengundurkan waktu pelaksanaanya. Ketika sudah waktunya mereka harus bergegas untuk menjalankannya.

b. Keutamaan Shalat

1) Shalat merupakan tiang agama

Kedudukan shalat lima waktu dalam agama ini adalah ibarat tiang penopang dari suatu kubah atau kemah. Tiang penopang yang dimaksud di sini adalah tiang utama. Artinya jika tiang utama ini roboh, maka tentu suatu kubah atau kemah akan roboh.

Dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Artinya : “Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya

(26)

Ibnu Majah no. 3973. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Dalam hadits ini disebut bahwa shalat dalam agama Islam adalah sebagai tiang penopang yang menegakan kemah. Kemah tersebut bisa roboh (ambruk) dengan patahnya tiangnya. Begitu juga dengan islam, bisa ambruk dengan hilangnya shalat. Demikianlah cara berdalil Imam Ahmad dengan hadits ini.

Dari ‘Abdullah bin ’Umar radhiyallahu ’anhuma, Rasulullah shallallahu

’alaihi wa sallam bersabda,

Artinya :“Islam dibangun atas lima perkara, yaitu : bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar untuk diibadahi kecuali Allah dan

bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan

shalat, menunaikan zakat, naik haji ke Baitullah -bagi yang

mampu, berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16)

Faedah yang bisa kita tarik dari hadits di atas:

a) Dikatakan dalam hadits ini bahwa islam adalah seperti kubah yang dibangun di atas lima tiang penopang (rukun). Apabila tiang penopang kubah yang terbesar tersebut roboh, maka robohlah kubah Islam.

(27)

mungkin kubah Islam tetap berdiri jika salah satu dari tiang penopang kubah sudah tidak ada, walaupun rukun yang lain masih ada?

c) Rukun atau tiang Islam tadi dimasukkan dalam nama Islam. Artinya, jika hilang sebagian rukun, maka hilanglah nama Islam. Lebih-lebih ini disebut rukun atau tiang penopang, bukan seperti bagian lainnya. Ada tiang yang jadi bukan jadi jadi tiang penopang, ada kayu dan baut bata, yang kesemuanya tidaklah seperti rukun yang dimaksud di sini.

https://rumaysho.com/5911-shalat-adalah-tiang-agama.html, Diakses pada tanggal 10 agustus 2016 pukul 04.10

2) Shalat sebagai barometer baik buruknya amalan yang lain

Yang dimaksud dengan shalat sebagai barometer dari amalan shalat seseorang yaitu karena shalat merupaka tiangnya/pondasi agama. analoginya, sama halnya seperti rumah yang jika dibangun tanpa pondasi maka genteng tidak akan berada di atas sebagai peneduh dan pelindung ketika hujan dan panas. dalam pelaksaan shalat, bisa dilihat. bagi seseorang yang melaksanakan dengan khusyu dan tepat waktu, maka baiklah agamanya dan baik pula lah akhlaknya.

3) Shalat adalah ibadah yang perintahnya langsung diturunkan oleh Nabi Muhammad SAW dari Allah SWT, tanpa perantara malaikat Jibril.

(28)

malaikat. Shalat lima waktu diwajibkan di langit sementara kewajiban lainnya diwajibkan di bumi.

4) Shalat membedakan orang Islam dengan orang kafir.

Nabi Muhammad Saw. jauh telah mengatakan yang membedakan antara orang islam dan kafir adalah shalat, berarti siapa yang yang shalat berarti dia islam dan siapa yang tidak mau shalat berarti dia itu telah kafir.

Maka orang kafir itu janganlah mengharapkan surga, karena surga itu tempatnya untuk orang yang bertaqwa, dan orang bertaqwa itu diperintah untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dan tentunya untuk bisa tahu perintah dan larangan-Nya kita harus mengikuti ajaran Nabi Muhammad Saw yang telah diutus oleh Alloh untuk segenap manusia,dan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw adalah islam. Sedangkan islam itu kata Nabi muhammad Saw. Adalah bersaksi bahwa tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan ibadah haji bila mampu, dan

berpuasa dibulan ramadhan (HR. Muslim).

https://eryas.com/Keutamaan%20Shalat.html. Diakses pada tanggal 11 Agustus 2016 pukul 13.00

c. Fungsi dan Hikmah Shalat

Di antara fungsi dan hikmah salat adalah :

(29)

kepada Allah semata. Orang yang memfungsikan shalatnya sebagai sarana untuk mengingat Allah, akan mendapatkan ketentraman hati.

Tidak mungkin orang bisa mendapatkan ketenangan dan ke-khusuan dalam mengingat Allah tanpa mengenal baik siapa Allah (ma’arifatullah) yang disembahnya. Dengan kata lain, kekhusuan salat seseorang sangat bergantung pada sejauh mana orang tersebut mengenal Allah SWT. Orang yang mengenal Allah dengan baik, akan mampu merasakan kehadiran dan pengawasan Allah dalam ibadahnya kemudian mendorongnya untuk selalu bersikap dan berperilaku terbaik/al-ihsani.

2) Shalat yang dilakukan secara intensif akan mendidik dan melatih seseorang menjadi tenang dalam menghadapi kesusahan dan tidak bersikap kikir saat mendapat nikamat dari Allah SWT.

3) Mencegah perbuatan keji dan munkar. Firman Allah SWT salam surat Al-Ankabut/29 : 45.















Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah

mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

(30)

dan pengaruh yang sangat kuat dalam mencegah seseorang terhadap perbuatan keji dan munkar.

4) Shalat dan sabar juga berfungsi sebagai penolong bagi orang yang beriman. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 153.























Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta

orang-orang yang sabar”.

d. Kesempurnaan Shalat

Menurut Ahamdi (2008: 151) Shalat merupakan rukun Islam yang kedua. Shalat dapat dinilai apabila memenuhi syarat dan rukun-rukunnya. Kewajiban melaksanakan shalat sebagaimana halnya dengan melaksanakan kewajiban lainnya, menurut syariat islam ditentukan bagi seseorang yang telah dipandang sebagai subyek hukum atau mukallaf (kewajiban untuk melaksanakan peraturan-peraturan Allah) yaitu apabila :

a. Ajaran Islam telah sampai kepadanya.

b. Berakal (sehat, tidak gila atau dalam keadaan tidak sadar, dan sebagainaya).

c. Baligh yang ciri-cirinya antara lain sudah 15 tahun, pernah mimpi bersetubuh, sudah menikah dan menstruasi bagi wanita.

Adapun syarat-syarat shalat yang mesti dipatuhi oleh seseorang yang akan melakukannya ialah :

(31)

c. Menutup aurat dengan jalan: untuk pria yang menutup badan yang terletak antara pusat dan lutut. Untuk wanita menutup seluruh anggota badan kecuali muka dan telapak tangan. Berpakaian yang rapi, berlaku baik untuk pria maupun wanita.

d. Dalam keadaan suci atau bersih diri.

Kesempurnaan Shalat itu hendaknya harus dilakukan dengan:

a. Ikhlas yaitu dilaksanakan hanya untuk mencari ridha Allah SWT.

b. Khusyu’ yaitu melaksanakan dengan sungguh-sungguh dan berusaha untuk mengoksentrasikan diri hanya ingat kepada Allah melalui makna bacaan-bacaan shalat.

c. Khusus untuk melaksanakan shalat fardu, disamping hal-hal diatas juga dianjurkan untuk melaksanakannya di masjid, pada awal waktu dan berjamaah. (Ahmadi, 2008: 156).

3. Dasar Kedisiplinan Dalam Melaksanakan Shalat

Dasar kedisiplinan dalam melaksanakan shalat sudah dijelaskan oleh Allah dalam Al-quran surat An-Nisa ayat 103, yang berbunyi :

Artinya : Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian

apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu

(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang

(32)

http://ardy-aditya.heck.in/manfaat-keistimewaan-sholat-5-waktu.xhtml Diakses pada tanggal 10 Agustus 2016 pukul 17.20

Dari penjelasan ayat diatas, dapat disimpulkan bahwa shalat merupakan latihan bagi pembinaan disiplin pribadi, ketaatan melaksanakan shalat pada waktunya menumbuhkan kebiasaan untuk secara teratur dan terus menerus melaksanakannya pada waktu yang ditentukannya.

Dengan demikian, siswa dilatih untuk mengamalkan ibadah shalat di rumah maupun di luar rumah khususnya di lingkungan sekolah. Dengan terbiasanya anak didik dilatih untuk mengamalkan shalat diharapkan anak tersebut akan terbentuk suatu kedisiplinan shalat yang akan mengarah pada kedisiplinan yang lain dalam kehidupannya.

Dengan menanamkan kepada anak untuk selalu membiasakan diri untuk berdisiplin maka individu tersebut akan menjadi manusia yang berkepribadian muslim yakni beriman teguh, beramal saleh, berakhlak mulia, berguna bagi masyarakat, agama dan negara.

Dalam kaitan di atas, penerapan disiplin dalam kehidupan sehari-hari berawal dari disiplin pribadi dan disiplin pribadi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam yang melibatkan diri sendiri berarti disiplin yang timbul adalah karena kesadaran.

(33)

lakunya, begitu waktu shalat berjama‟ah, ia akan segera tergugah hatinya untuk melaksanakan shalat, karena dalam islam melaksanakan shalat

berjama‟ah pahalanya lebih dari 27 derajat dan merupakan suatu perintah

yang dianjurkan.

Disiplin diperlukan oleh siapapun dan dimanapun. Hal itu disebabkan dimanapun seseorang berada disana selalu ada disiplin. Jadi, manusia mustahil hidup tanpa disiplin. Demikian pula di sekolah, ada peraturan dan tata tertib yang melatih, mendidik, dan mengatur kehidupan siswa. Disiplin akan mendorong, memotivasi dan memaksa siswa bersaing meraih prestasi. Oleh karena itu, disiplin perlu dikembangkan dan diterapkan di sekolah.

Dari berbagai uraian diatas, kita tahu bahwa penerapan disiplin yang mantap dalam kehidupan sehari-hari berawal dari disiplin pribadi. Dan disiplin pribadi bisa dibentuk melalui pembiasaan melaksanakan shalat yang selanjutnya ditransformasikan kepada siswa dalam disiplin belajar. Dengan disiplin belajar yang diterapkan dengan baik, konsisten dan konsekuen di sekolah akan mengantarkan siswa sukses dalam belajar.

D. Penelitian Terdahulu

Pada Skripsi Irma Muspidawati dengan Judul : “Peran Guru dalam

Menanamkan Kesadaran Shalat Fardhu Pada Siswa II Sekolah Dasar Al Irsyad

Al Islamiyyah 02 Purwokerto Tahun Pelajaran 2010/2011”

(34)

pendukung dan penghambat yang mempengaruhi keberhasilan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran beribadah shalat fardhu pada siswa.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, sedangkan metode yang digunakan adalah metode observasi, wawacara, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul dianalisis dianalisis dengan metode induktif dan deduktif. Sumber data dari penelitian ini adalah hasil wawancara dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Bidang Kurikulum dan Kesiswaan, Penanggung jawab Biah Islamiyyah dan empat orang tua Wali Kelas II. Adapun penelitian ini dilaksanakan di semester genap tahun pelajaran 2010/2011. Subjek penelitian ini adalah empat orang wali kelas II sekolah dasar Al Irsyad Al Islamiyyah 02 Purwokerto, sedangkan obyek penelitian ini adalah peran dan aktivitas guru dalam menanamkan kesadaran beribadah shalat fardhu pada siswa kelas II Sekolah dasar Al Irsyad Al Islamiyyah 02 Purwokerto.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran guru dalam menanamkan keasadaran beribadah shalat siswa adalah sebagai berikut: (1) Sebagai Pengajar (2) Sebagai Pembimbing (3) sebagai motivator dalam bentuk taushiyyah,reward, dan punishment yang sesuai dengan kaakter siswa (4) Sebagai Penghubung (5) Sebagai Ilmuwan.

Perbedaan pada penelitian ini terdapat pada variabel penelitiannya. Sedangkan persamaan pada penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif dan metode analisis datanya menggunakan metode indukitif.

(35)

metode deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif, metode pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dokumentasi dan angket, sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan verification.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peran guru Pkn dalam meningkatkan disiplin siswa SMA N 1 Rawalo sebagai pembimbing, contoh atau teladan, pengawas dan pengendali sudah berjalan dengan baik, walaupun masih banyak kendala baik dari internal maupun eksternal.

Peran guru Pkn dalam meningkatkan disiplin siswa yaitu dengan cara memberikan keteladanan yang baik, memberikan penilaian afektif kepada siswa. Kesisiplinan siswa SMA N 1 rawalo secara umum sudah baik. Ketidakdisiplinan yang terjadi masih dalam taraf wajar seperti keterlambatan, ketidakhadiran tanpa keterangan, tidak mengerjakan tugas, dan pelanggran terhadap atribut sekolah.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi penambahan rumput laut Eucheuma cotonii dan gelatin dengan berbagai konsentrasi memberikan pengaruh yang nyata (semakin

In this major work of legal philosophy, Barak develops a legal theory to explain how judges should resolve cases which depend on the interpretation of texts, whether contracts,

The writer finds the theme is “social status and wealth are the obstacles in building a relationship.” This is the suitable theme because Northanger Abbey tells about the

Karena dasar hukum penetapan pencalonannya berdasarkan Pasal 4 ayat 1 huruf (f) PKPU Nomor 9 tahun 2016 tentang Pencalonan Pemilihan Kepala Daerah yang diloloskan sebagai

Adsorpsi karbon aktif dari fase cairan banyak digunakan di industri makanan untuk berbagai produksi dan proses pembuatan makanan, seperti pada industri gula yang menggunakan adsorben

Hasil analisa terhadap BSFC pada beban simulator balast load, half load dan full load dari keempat bahan bakar BG5, BG10, B15 dan B20 adalah bahan bakar campuran BG15 mempunyai

Berbagai legitimasi muncul mulai dari sistem kepolitikan, kapasitas pribadi, sampai pada alasan agama, yang semuanya bertujuan menolak kemungkinan perempuan sebagai