• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE PENGERINGAN DENGAN TEMPERATUR RUANG DAN MICROWAVE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH METODE PENGERINGAN DENGAN TEMPERATUR RUANG DAN MICROWAVE"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

TEMPERATUR RUANG DAN MICROWAVE

TERHADAP KEKUATAN KOMPRESI DAN

PERUBAHAN DIMENSI GIPS TIPE IV

MODEL KERJA GIGI TIRUAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

YOSANNA HAYATI SITORUS NIM: 130600046

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 08 November 2017

Pembimbing : Tanda tangan

Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS ... NIP. 19580624 198503 2 002

(3)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 08 November 2017

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) ANGGOTA : 1. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS

2. Siti Wahyuni, drg., MDSc

(4)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2017

Yosanna Hayati Sitorus

Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang dan Microwave terhadap Kekuatan Kompresi dan Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan

xiv + 75 halaman

Bahan yang umum digunakan dalam proses pembuatan gigi tiruan adalah gips yang berasal dari kalsium sulfat dihidrat murni. Gips tipe IV merupakan gips yang digunakan sebagai bahan model kerja untuk proses pembuatan mahkota dan gigi tiruan jembatan. Model kerja gigi tiruan yang akurat harus memiliki kekuatan kompresi dan perubahan dimensi yang baik. Waktu yang menjadi pertimbangan dokter gigi dan tekniker dalam hal menunggu pengerasan model kerja sebelum melakukan prosedur laboratoris dapat diatasi dengan metode pengeringan alternatif yaitu pengeringan microwave. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang dan microwave terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan. Jenis penelitiaan ini adalah eksperimental laboratoris. Rancangan penelitian adalah post test only control group design. Penelitian ini dilakukan pada sampel bahan model kerja dengan metode pengeringan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam, pengeringan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit dengan ukuran sampel 20 mm x 40 mm untuk uji kekuatan kompresi dan 20 mm x 30 mm untuk uji perubahan dimensi. Jumlah total sampel sebanyak 60 sampel yang terdiri dari 30 sampel untuk kelompok uji kekuatan kompresi dan 30 sampel untuk kelompok uji perubahan dimensi. Pengukuran kekuatan kompresi menggunakan alat universal testing machine dan pengukuran perubahan dimensi menggunakan alat kaliper digital. Setiap sampel kemudian dianalisis dengan uji univarian untuk mengetahui nilai rerata

(5)

dan standar deviasi masing-masing kelompok dan uji ANOVA satu arah untuk mengetahui pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam, microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan, kemudian dilanjutkan dengan uji LSD untuk melihat perbedaan pengaruh antara masing-masing kelompok. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan pengaruh yang signifikan pada metode pengeringan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 5 menit terhadap kekuatan kompresi diperoleh p=0,001 (p<0,05) dan perubahan dimensi diperoleh p=0,0001 (p<0,05), metode pengeringan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 10 menit terhadap kekuatan kompresi diperoleh p=0,0001 (p<0,05) dan perubahan dimensi diperoleh p=0,0001 (p<0,05), dan metode pengeringan microwave 600 W selama 5 menit dengan microwave 10 menit terhadap kekuatan kompresi diperoleh p=0,0001 (p<0,05) dan perubahan dimensi diperoleh p=0,0001 (p<0,05). Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa metode pengeringan microwave 600 W selama 5 menit dapat menjadi metode pengeringan alternatif dalam hal menunggu pengerasan model kerja, meningkatkan kekuatan kompresi dengan perubahan dimensi yang rendah dibanding dengan kelompok pengeringan yang lain.

(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi dari Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua tercinta, yaitu ayahanda James Sitorus, S.Pd dan ibunda Rusti Silaban, Am.Keb yang telah membesarkan, selalu mendoakan memberikan kasih sayang, nasehat, semangat, motivasi dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini. Penulis juga menyampaikan kepada adik penulis Samuel SM Sitorus, Hari Kristoman Sitorus, dan Rutyani Siahaan yang selalu mendoakan, memberikan dukungan dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini, dengan rasa rendah hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

2. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku Koordinator Skripsi Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara sekaligus ketua tim penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) selaku ketua Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara sekaligus penasehat akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi serta arahan kepada penulis selama masa pendidikan maupun selama penulisan skripsi ini.

(8)

5. Siti Wahyuni, drg., MDSc dan Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc., Sp.Pros selaku anggota tim penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar serta pegawai Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara atas motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Tun Holida, AmTG selaku tekniker pada Unit Jasa Industri Dental Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing, memberikan dukungan dan membantu dalam pembuatan sampel penelitian kepada penulis.

8. Prana Ugiana Gio, S.Si., M.Si selaku staf pengajar FMIPA Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu dan bimbingan untuk membantu penulis dalam analisis statistik.

9. Teman-teman terdekat seperjuangan di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara terutama Wulandari Gultom, Pratiwi Nababan, Mutiara Tami Panjaitan, Riri Harliani Sihotang serta teman-teman angkatan 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas bantuan, perhatian, dukungan dan dorongan, motivasi serta semangat yang telah diberikan kepada penulis sampai penulisan skripsi ini selesai.

10. Sahabat-sahabat terdekat penulis Jesica Sinaga, Risda Sihite, Lisbet Simanjuntak, Simon Eduardo, Reynold Nababan, Junus Nababan dan Rikki Samosir atas segala bantuan, perhatian, dukungan, semangat dan motivasi yang telah diberikan selama penulisan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara: Afrita Rizky, Afrina Fadilla, Ludwika P, Bayu Panca Nugraha, Hafsani Fauzia, Rintan Permata Sari, Naro Manihuruk, Fitra Pratiwi, Ulita Khairunnisa, Jeweena AP, Raudatul Husna, Allya Nurul L, Sri Handayani, Karina Hipatia, Jasspreet Kaur, Dinda Talitha, Uswatun Hasanah, Tasya Estu, Tri Rizky, Hanny Natasya, Hafisafriani, Saima Putri, Yudi Setiawan, Mira Ginta Sembiring.

(9)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik di kemudian hari. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara dan bagi kita semua serta masyarakat.

Medan, 08 November 2017 Penulis

(Yosanna Hayati Sitorus) NIM. 130600046

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Permasalahan ... 6 1.3 Rumusan Masalah ... 7 1.4 Tujuan Penelitian ... 8 1.5 Manfaat Penelitian ... 8 1.5.1 Manfaat Teoritis ... 8 1.5.2 Manfaat Praktis ... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencetakan Rahang ... 10

2.2 Gips ... 10

2.2.1 Klasifikasi ... 11

2.2.1.1 Impression Plaster (Tipe I) ... 11

2.2.1.2 Model Plaster (Tipe II) ... 12

2.2.1.3 Dental Stone (Tipe III) ... 12

2.2.1.4 Dental Stone, High Strength (Tipe IV) ... 13

2.2.1.5 Dental Stone, High Strength, High Expansion (Tipe V) ... 13

(11)

2.2.2 Karakteristik ... 14 2.3 Kekuatan Kompresi ... 16 2.4 Perubahan Dimensi ... 18 2.5 Pembuatan Model ... 20 2.5.1 Model Studi ... 21 2.5.2 Model Kerja ... 22

2.6 Metode Pengeringan Model Kerja ... 23

2.6.1 Metode Pengeringan Temperatur Ruang ... 23

2.6.2 Metode Pengeringan Microwave ... 24

2.7 Kerangka Teori ... 31

2.8 Kerangka Konsep ... 32

2.9 Hipotesis Penelitian ... 33

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian ... 34

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian ... 34

3.2.1 Sampel Penelitian ... 34

3.2.2 Besar Sampel Penelitian ... 35

3.3 Variabel dan Defenisi Operasional Penelitian ... 36

3.3.1 Klasifikasi Variabel ... 36

3.3.1.1 Variabel Bebas ... 36

3.3.1.2 Variabel Terikat ... 36

3.3.1.3 Variabel Terkendali ... 36

3.3.2 Defenisi Operasional ... 37

3.4 Tempat dan Waktu penelitian ... 39

3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel ... 39

3.4.2 Tempat Pengujian Sampel ... 39

3.4.3 Waktu Penelitian ... 39

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 40

3.5.1 Alat Penelitian ... 40

3.5.2 Bahan Penelitian ... 42

3.6 Prosedur Penelitian ... 43

3.6.1 Pembuatan Sampel Kelompok A, B dan C untuk Mengukur Kekuatan Kompresi ... 43

3.6.2 Pembuatan Sampel Kelompok A, B dan C untuk Mengukur Perubahan Dimensi ... 44

3.6.3 Pengujian Kekuatan Kompresi ... 46

3.6.4 Pengujian Perubahan Dimensi ... 46

3.7 Kerangka Operasional ... 48

(12)

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Nilai Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit

dan 10 menit ... 50 4.2 Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang

23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit

dan 10 menit terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV

Model Kerja Gigi Tiruan ... 51 4.3 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur

Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe

IV Model Kerja Gigi Tiruan ... 53 4.4 Nilai Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi

Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oCselama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit

dan 10 menit ... 53 4.5 Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang

23o±2oC Selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe IV

Model Kerja Gigi Tiruan ... 55 4.6 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur

Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe

IV Model Kerja Gigi Tiruan ... 56

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Nilai Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit

dan 10 menit ... 58 5.2 Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang

23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV

Model Kerja Gigi Tiruan ... 60 5.3 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur

(13)

5 menit dan 10 menit terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe

IV Model Kerja Gigi Tiruan ... 61 5.4 Nilai Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi

Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oCselama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit

dan 10 menit ... 63 5.5 Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang

23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe IV

Model Kerja Gigi Tiruan ... 65 5.6 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur

Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe

IV Model Kerja Gigi Tiruan ... 66

BAB 6 KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan ... 69 6.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72 LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Klasifikasi gips ... 14

2 Perbedaan pemanasan oven konvensional dengan microwave ... 27

3 Definisi operasional variabel bebas ... 37

4 Definisi operasional variabel terikat ... 38

5 Definisi operasional variabel terkendali ... 38

6 Nilai kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit ... 51

7 Uji normalitas data kekuatan kompresi kelompok gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit dengan uji Shapiro-Wilk ... 52

8 Pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan dengan menggunakan uji Anova satu arah ... 52

9 Perbedaan pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan dengan menggunakan uji LSD ... 53

10 Nilai perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit ... 54

11 Uji normalitas data perubahan dimensi kelompok gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit dengan uji Shapiro-Wilk ... 55

(15)

12 Pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan

dengan menggunakan uji Anova satu arah ... 56 13 Perbedaan pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang

23o±2oC selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Frekuensi microwave ... 25

2 Prinsip pemanasan microwave ... 28

3 Ukuran master mold untuk mengukur kekuatan kompresi ... 34

4 Ukuran master mold untuk mengukur perubahan dimensi ... 35

5 Master mold pengukuran kekuatan kompresi ... 40

6 Ruled block dan gipsum mold pengukuran perubahan dimensi ... 40

7 Timbangan digital ... 41

8 Vibrator (Fili Manfredi Pulsar-2, Italy) ... 41

9 Microwave (Sharp® R-222Y(S)/W)) ... 41

10 Universal Testing Machine ... 42

11 Kaliper digital (ketelitian 0,01 mm) ... 42

12 Gips tipe IV (Glastone 3000) ... 42

13 Sampel kekuatan kompresi ... 44

14 Sampel penelitian perubahan dimensi ... 45

15 Pengujian sampel kekuatan kompresi ... 46

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Surat Keterangan Ethical Clearance

2 Surat permohonan izin penelitian di Unit Jasa Industri Dental FKG USU 3 Surat permohonan izin penelitian di Laboratorium Teknik Mesin USU 4 Surat keterangan selesai penelitian di Unit Jasa Industri Dental FKG USU 5 Surat keterangan selesai penelitian di Laboratorium Teknik Mesin USU 6 Hasil uji analisis statistik

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tahap awal perawatan prostodontik dalam bidang kedokteran gigi adalah pencetakan rahang yang bertujuan untuk mendapatkan replika dari jaringan keras dan jaringan lunak struktur rongga mulut pasien, yang berguna untuk keperluan diagnosis dan perawatan.1 Replika tersebut akan menghasilkan model gigi tiruan yang terdiri dari model studi, yaitu reproduksi negatif dari struktur rongga mulut yang dicetak dengan menggunakan bahan cetak elastis seperti alginat atau elastomer dan digunakan oleh dokter gigi untuk mempelajari keadaan rongga mulut pasien. Bahan cetak tersebut kemudian diisi dengan bahan gips yang telah dicampur dengan air sehingga mudah mengalir ke seluruh detail cetakan, dan dibiarkan mengeras yang disebut dengan reproduksi positif sehingga menghasilkan model kerja yang digunakan sebagai media pembuatan gigi tiruan.2

Salah satu bahan pembuatan model gigi tiruan adalah gips yang merupakan mineral yang berasal dari alam dan mulai digunakan di kedokteran gigi sejak tahun 1756.2 Bahan gips yang digunakan dalam kedokteran gigi berasal dari kalsium sulfat dihidrat murni (CaSO4.2H2O) yang dipanaskan dengan temperatur yang tinggi

sehingga terbentuk kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4)2.H2O.3,4 Menurut Spesifikasi

ADA No.25 terdapat 5 jenis gips yaitu: impression plaster (tipe I), model plaster (tipe II), dental stone (tipe III), dental stone high strength (tipe IV)dan dental stone high strength-high expansion (tipe V). Perbedaan jenis gips tersebut berdasarkan pada penggunaan serta sifat-sifat bahan gips.Gips tipe I digunakan untuk mencetak daerah edentulus. Gips tipe II dapat digunakan sebagai model studi dan bahan pengisian kuvet serta pemasangan model pada artikulator. Gips tipe III digunakan sebagai model kerja dalam media pembuatan gigi tiruan lepasan akrilik. Gips tipe IV telah menjadi bahan yang banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi yang secara luas dapat digunakan untuk pembuatan model kerja sebagai media pembuatan gigi

(19)

tiruan, yaitu pembuatan mahkota dan gigi tiruan jembatan. Gips tipe V digunakan untuk pembuatan gigi tiruan cekat.5,6,7 Salah satu persyaratan utama dari hasil pembuatan model bahan gips adalah reproduksi yang akurat, karena apabila proses replikasi yang tidak akurat pada akhirnya akan memiliki efek buruk terhadap adaptasi dari restorasi akhir.8

Karakteristik pada bahan gips untuk pembuatan model kerja yaitu meliputi: setting time, kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi, kekuatan kompresi, setting ekspansi, dan perubahan dimensi.1 Model kerja digunakan sebagai media dokter gigi dan tekniker dalam prosedur pembuatan gigi tiruan. Model kerja pada pembuatan mahkota dan gigi tiruan jembatan disebut dengan dai yang menggunakan bahan gips tipe IV, karena kebutuhan terhadap kekuatan kompresi dan ketahanan terhadap abrasi pada proses pembuatan pola malam gigi tiruan pada dai dengan menggunakan instrumen tajam.7 Sesuai karakteristik yang telah disebutkan

sebelumnya pada bahan gips tipe IV yang perlu untuk dievaluasi adalah kekuatan kompresi dan perubahan dimensi model kerja bahan gips.9 Kekuatan kompresi adalah

kemampuan material untuk menahan fraktur dan merupakan faktor penting dalam menentukan kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi dari bahan gips.2 Kekuatan kompresi pada bahan gips berkaitan dengan ukuran partikel dan porositas bahan gips, serta jumlah air yang digunakan pada pembuatan model kerja.1 Berdasarkan spesifikasi ADA No. 25 gips tipe IV memiliki kekuatan kompresi minimal yaitu sebesar 34,5 MPa.5 Perubahan dimensi juga sangat penting karena model kerja harus mereproduksi struktur intraoral secara akurat dan harus tetap pada dimensi yang sama.2 Perubahan dimensi biasanya dinyatakan sebagai persentase dari besar atau volume.Perubahan dimensi dapat terjadi selama waktu pengerasan sebagai hasil dari reaksi kimia. Perubahan dimensi berhubungan dengan setting ekspansi dan ekspansi higroskopis. Semakin besar nilai dari setting ekspansi maka perubahan dimensinya juga akan semakin besar.2,10 Berdasarkan spesifikasi ADA No.25 setting ekspansi gips tipe IV adalah 0,00-0,10%.5 Secara umum, beberapa faktor yang memengaruhi kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips antara lain: rasio air dengan bubuk, waktu dan kecepatan pengadukan, akselerator dan retarder, temperatur

(20)

dan kelembaban udara.7 Temperatur dan kelembaban udara yang memengaruhi kekuatan kompresi dan perubahan dimensi yaitu pada metode pengeringan dengan temperatur ruang dan microwave serta lama waktu pengeringan gips tipe IV model kerja tersebut.11,12

Normalnya pengeringan pada temperatur ruang yaitu dengan temperatur 23o±2oC yang dikendalikan pada ruang AC, tetapi dapat bervariasi sesuai dengan pengendalian temperatur ruang masing-masing para peneliti.2 Pengeringan bahan gips tidak aman apabila dikeringkan dengan temperatur yang lebih tinggi dari 55oC (130oF), karena dapat mengakibatkan pengerutan pada model yang memengaruhi terjadinya perubahan dimensi.5 Sesuai dengan hasil penelitian Sweeney dan Taylor, melaporkan bahwa bila temperatur pengeringan mencapai temperatur antara 90oC dan 110oC akan terjadi pengerutan setelah kristalisasi air dikeluarkan dan dehidrasi kalsium sulfat yang telah terbentuk selama reaksi pengaturan dapat berubah kembali menjadi hemihidrat. Hal inilah yang akan memengaruhi keakuratan model kerja terhadap adaptasi akhir pada pemasangan gigi tiruan.6 Efek pengeringan bahan gips

pada temperatur ruang terhadap kekuatan kompresi terjadi peningkatan kekuatan setelah 16 jam pengeringan. Diantara periode 8 jam dan 24 jam, hanya 0,6% kelebihan air yang hilang namun kekuatannya berlipat ganda.5 Al-Khayat sitasi Leubke merekomendasikan untuk menunggu selama 24-48 jam sebelum memanipulasi model kerja.13 Satu jam pertama setelah pencampuran bahan gips model kerja masih mengandung air. Model yang masih mengandung air biasanya memiliki kekuatan yang cukup memadai. Hasan sitasi Kaiser mengatakan bahwa diperlukannya waktu 7 hari untuk mencapai model kerja tersebut kering.12

Waktu merupakan salah satu pertimbangan bagi para tekniker dan dokter gigi dalam hal mempersingkat waktu untuk menunggu model kerja mengeras pada prosedur pembuatan gigi tiruan. Tekniker gigi di laboratorium membutuhkan waktu yang singkat untuk pengerasan model kerja sehingga mempercepat proses pengisian kuvet dan akan mempersingkat waktu kerja pada pembuatan gigi tiruan. Dokter gigi juga membutuhkan waktu yang singkat untuk memanipulasi model kerja pada pembuatan mahkota dan jembatan gigi tiruan sementara pasien, agar pasien dapat

(21)

segera menggunakan mahkota gigi sementaranya sehingga estetis dan fungsi pengunyahannya dapat kembali untuk sementara waktu sambil menunggu pembuatan mahkota gigi permanennya selesai. Pertimbangan dalam hal mempersingkat waktu kerja tersebut dapat diatasi dengan metode pengeringan microwave yang telah diusulkan sebagai pengeringan alternatif gips tipe IV model kerja bagi para tekniker di laboratorium dan dokter gigi sebelum memanipulasi model kerja tersebut.1,11,12

Dalam bidang kedokteran gigi, microwave terbukti sebagai sumber energi elektromagnetik yang efisien digunakan untuk polimerisasi resin akrilik, sterilisasi dan desinfeksi, serta proses reline dan rebase gigi tiruan.11 Teknik pengeringan dengan microwave juga dapat digunakan sebagai pengeringan model kerja bahan gips, namun sedikitnya penelitian yang dilakukan membuat kurangnya informasi mengenai pengaruh gelombang mikro yang dihasilkan oleh microwave terhadap karakteristik yang dimiliki oleh bahan gips tersebut. Teknik pengeringan dengan microwave juga menjadi metode yang efisien dan akurat dari beberapa jenis pengeringan bahan gips dengan teknik yang berbeda.14,15 Pengeringan dengan microwave dapat mempersingkat waktu kerja dan meningkatkan kekuatan kompresi pada model.7 Microwave merupakan konversi energi listrik menjadi panas endotermik dengan waktu yang relatif lebih singkat dan bukan merupakan pemanasan konduksi seperti pengeringan dengan oven konvensional.12 Hal ini terjadi karena microwave merupakan alat yang dapat menghasilkan gelombang elektromagnetik, yang diperoleh dari generator yang disebut sebagai magnetron. Fungsi magnetron adalah memancarkan gelombang mikro ke dalam ruang pemanas microwave. Pemanasan microwave disebut sebagai pemanasan dielektrik karena adanya polarisasi dipolar.16 Getaran molekul dapat menghasilkan panas dan apabila gelombang mikro mengenai cairan maka energi gelombang mikro tersebut akan diserap oleh cairan pada gips tersebut, sehingga gips dapat mengering secara merata dengan waktu yang singkat.17 Pengeringan microwave terhadap bahan gips telah diuji efeknya pada ketahanan terhadap fraktur (Hersek dkk, 2002) dan kekerasan (Luebke & Chandra, 2011) serta pada karakteristik lainnya, seperti ketahanan terhadap abrasi dan perubahan dimensi.18 Goel dan Hasan mengatakan bahwa efek desinfeksi bahan gips dapat

(22)

sekaligus memberikan keuntungan pada bahan gips yaitu dengan peningkatan nilai kekuatan kompresi dan kekuatan tensil bahan gips tersebut.19 Abass dkk (2011) melaporkan bahwa pengeringan bahan gips dengan microwave 850 W selama 10 menit akan memiliki efek negative terhadap perubahan dimensi bahan gips bila dibandingkan dengan pengeringan temperatur ruang selama 24 jam.20 Sharma dkk (2012) mengatakan bahwa terdapat perbedaan antara pengeringan temperatur ruang dengan microwave 600 W selama 5 menit terhadap perubahan dimensi bahan gips.11 Michalakis dkk (2012) mengatakan bahwa penyimpanan model gips yang berkepanjangan selama 2 minggu atau lebih akan memiliki efek negatif pada nilai ekspansinya.6 Anaraki dkk (2013) mengatakan bahwa selain untuk membunuh mikroorganisme patogen, pengeringan gips dengan microwave 900 W selama 5 menit akan menyerap air yang berlebih dan terjadi peningkatan compressive strength (CS) dan diametral tensile strength (DTS) pada gips tipe III dan tipe IV.9,21 Sharma dkk

(2013) mengatakan bahwa dengan pengeringan microwave gips tipe III dan tipe IV dengan daya energi 600 W selama 10 menit dapat meningkatkan kekuatan kompresi dan mempersingkat waktu kerja para tekniker. Sharma dkk (2013) juga mengatakan bahwa pengeringan microwave dengan daya 600 W selama 5 menit dapat diterima sebagai metode pengeringan gips tipe IV.11 Sudhakar dkk (2014) mengatakan bahwa pengeringan microwave lebih baik bila dibandingkan dengan 1 jam pengeringan temperatur ruang.22 Hasan sitasi Tuncer merekomendasikan untuk menggunakan tingkat daya yang rendah, karena dengan menggunakan tingkat daya yang tinggi dapat menyebabkan penurunan kekuatan kompresi.12 Hasan (2008) tidak merekomendasikan pengeringan bahan gips dalam microwave dengan tingkat daya yang tinggi sebesar 1450 W untuk meningkatkan kekuatan kompresi bahan gips, karena akan dapat menyebabkan lubang atau porositas dan retakan pada permukaan luar sehingga dapat menyebabkan fraktur selama pemakaian.9,12

Pada penelitian ini, peneliti tertarik ingin meneliti pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang dan microwave terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan.

(23)

1.2 Permasalahan

Dalam bidang kedokteran gigi, salah satu hal yang diperlukan dalam proses pembuatan gigi tiruan adalah pembuatan model kerja sebagai media pembuatan mahkota dan gigi tiruan jembatan. Dokter gigi dan tekniker di laboratorium juga memerlukan waktu yang singkat dalam proses pengeringan model kerja pada prosedur pembuatan gigi tiruan. Model kerja tersebut diharapkan memiliki kekuatan kompresi yang tinggi, permukaan yang keras dan tahan terhadap abrasi karena diperlukan pada proses pengisian pola malam pada preparasi kavitas mahkota dan gigi tiruan jembatan yang akan diukir dengan menggunakan instrumen tajam. Kekuatan kompresi model kerja yang tinggi sangat diperlukan dalam proses pembuatan gigi tiruan. Namun perubahan dimensi juga sangat memengaruhi adaptasi dari restorasi akhir gigi tiruan dalam rongga mulut pasien. Kekuatan kompresi dipengaruhi oleh kelebihan air pada model kerja setelah pengeringan, namun kekuatan kompresi berbanding terbalik dengan perubahan dimensi. Adanya sisa air yang terperangkap pada kisi kristal dapat menurunkan kekuatan kompresi tetapi pada perubahan dimensi, dengan adanya air terperangkap pada kisi kristal setting ekspansi akan semakin mengecil sehingga nilai perubahan dimensi juga menjadi kecil. Perubahan dimensi bahan gips dapat dilihat selama proses pengerasan dan dapat berlangsung hingga 5 hari. Metode yang dapat digunakan untuk pengeringan model kerja bahan gips untuk mendapatkan kekuatan kompresi yang baik dan tetap pada dimensi yang baik yaitu dipengaruhi oleh metode pengeringan. Pengeringan dengan temperatur ruang normalnya pada temperatur 23o±2oC. Pengeringan pada temperatur

yang lebih tinggi harus dikontrol secara hati-hati karena dapat menyebabkan penyusutan lebih tinggi, pengurangan kekuatan kompresi dan mengakibatkan fraktur pada model tersebut.Dokter gigi dan para tekniker di laboratorium normalnya untuk menunggu gips kering biasanya selama 24-48 jam sebelum memulai prosedur laboratorium. Waktu yang cukup lama tersebut para tekniker dan dokter gigi sering ingin membutuhkan waktu yang efektif dalam proses pengeringan model kerja gigi tiruan.Waktu untuk menunggu gips mengeras terbukti efisien dengan menggunakan metode pengeringan microwave. Terbukti bahwa gips tipe IV dapat mengalami

(24)

dehidrasi dalam microwave sebagai metode pengeringan alternatif. Beberapa kontroversi tentang pengaruh tingkat energi gelombang mikro pada karakteristik dari bahan gips tersebut, sehingga lebih disarankan pengeringan model kerja dengan microwave yang lebih aman yaitu menggunakan tingkat energi yang rendah.

Dari uraian diatas maka peneliti tertarik ingin melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan.

1.3 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Berapa nilai kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit?

2. Apakah ada pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan?

3. Apakah ada perbedaan pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan?

4. Berapa nilai perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit?

5. Apakah ada pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan?

6. Apakah ada perbedaan pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan?

(25)

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui nilai kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit.

2. Untuk mengetahui pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan.

3. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan.

4. Untuk mengetahui nilai perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit.

5. Untuk mengetahui pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan.

6. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun bahan ajar yang berguna bagi Departemen Prostodonsia.

(26)

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam menulis, memberikan informasi dan data untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dokter gigi dan tekniker dalam memilih metode pengeringan yang efektif untuk mempersingkat waktu kerja dan mempertahankan kekuatan kompresi serta dimensi model kerja selama proses pembuatan gigi tiruan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dalam menghasilkan model kerja yang kuat dan akurat sehingga dapat menghasilkan gigi tiruan yang dapat beradaptasi dengan baik di dalam rongga mulut pasien.

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencetakan Rahang

Tahap awal perawatan prostodontik pada pembuatan gigi tiruan adalah dengan pencetakan rahang atas dan rahang bawah pasien, yang merupakan tiruan bentuk negatif dengan menggunakan bahan elastis seperti bahan cetak alginat atau bahan elastomer karena akan melenturkan jaringan saat dikeluarkan dari rongga mulut. Bahan cetak tersebut kemudian diisi dengan bahan gips yang telah dicampur dengan air sesuai dengan petunjuk pabrik yang mudah mengalir ke seluruh detail reproduksi cetakan, kemudian akan mengeras dan menghasilkan replika yang merupakan tiruan bentuk positif dari gigi, jaringan lunak dan jaringan keras struktur rongga mulut pasien. Replika tersebut disebut dengan model studi dan model kerja yang berguna untuk keperluan diagnosis dan perawatan pasien. Bahan yang digunakan untuk mengisi cetakan sehingga menghasilkan model gigi tiruan disebut dengan bahan gips dengan memiliki beberapa klasifikasi yang digunakan sesuai dengan karakteristik masing-masing bahan gips.1,2

2.2 Gips

Gips merupakan mineral yang berasal dari alam yang telah digunakan selama berabad-abad. Bahan gips pada bidang kedokteran gigi dapat digunakan untuk membuat model dari rongga mulut serta struktur maksilofasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi pada pembuatan gigi tiruan. Secara kimiawi, gips yang digunakan dalam kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat (CaSO4.2H2O) murni. Pembuatan bahan gips yang digunakan dalam

kedokteran gigi merupakan hasil dikalsinasi yang dipanaskan dengan temperatur tinggi (130oC) untuk mengeluarkan air dari kristalisasi gips sehingga terbentuk kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4)2.H2O. Gips yang dipanaskan dengan temperatur

(28)

yang lebih tinggi (200oC) akan terbentuk yang disebut dengan anhidrat (CaSO4)

seperti contoh skema dibawah ini.4,5

110-130oC 130-200oC 200-1000oC

CaSO4·2 H2O CaSO4·1/2 H2O CaSO4 CaSO4

Gypsum Plaster or stone Hexagonal Orthorhombic (calcium sulfate (calcium sulfate anhydrite anhydrite

dihydrate) hemihydrate)

Penggunan gips dalam kedokteran gigi telah meluas. Salah satu jenis gips adalah dental plaster atau gips tipe II. Model plaster sering digunakan untuk pembuatan model studi. Plaster diproduksi melalui proses kalsinasi. Gips dipanaskan pada suhu sekitar 120ºC dengan bentuk akhir dari proses kalsinasi tersebut adalah partikel β-kalsium sulfat hemihidrat yang menghasilkan kristal yang tidak teratur, hemihidrat yang berporus, dan relatif kecil. Pembuatan model kerja yang sering digunakan adalah dental stone atau gips tipe III yang dipanaskan pada suhu 125oC yang menghasilkan kristal yang padat, hemihidrat yang kurang berporus, dan relatif lebih besar yang disebut dengan α-kalsium sulfat hemihidrat.Gips tipe IV atau dental stone high strength dihasilkan dengan memanaskan ke dalam larutan CaCl2 30% pada

suhu 130oC sehingga kristal hemihidrat yang dihasilkan lebih pendek dan partikelnya lebih padat dan lebih besar dibanding dengan gips tipe II dan tipe III. Gips tipe IV disebut dengan modified α-hemihidrat atau sering dikenal sebagai die stone.2,3,5

2.2.1 Klasifikasi

Menurut spesifikasi American Dental Association (ADA) No. 25, produk gips dapat diklasifikasikan menjadi 5 jenis yaitu:1,5

2.2.1.1 ImpressionPlaster (Tipe I)

Gips tipe I memiliki kalsium sulfat hemihidrat terkalsinasi sebagai bahan utamanya dan ditambahkan zat tambahan untuk mengatur waktu pengerasan dan

(29)

ekspansi pengerasan. Gips ini digunakan untuk mencetak daerah edentulus, tetapi gips tipe ini jarang digunakan untuk mencetak dalam bidang kedokteran gigi karena telah digantikan oleh bahan yang tidak terlalu kaku seperti hidrokoloid dan elastomer.1,5

2.2.1.2 Model Plaster (Tipe II)

Gips tipe II terdiri dari kalsium sulfat terkalsinasi/β-hemihidrat sebagai bahan utamanya dan zat tambahan untuk mengontrol setting time. Kristal β-hemihidrat memiliki ciri berbentuk spons dan tidak beraturan dengan lubang-lubang kapiler sehingga partikel β-hemihidrat menyerap lebih banyak air bila dibandingkan dengan α-hemihidrat.Pada masa sekarang, gips tipe II digunakan terutama untuk pengisian kuvet dalam pembuatan gigi tiruan dimana ekspansi pengerasan tidak begitu penting dan kekuatan yang dibutuhkan cukup, sesuai batasan yang disebutkan dalam spesifikasi ADA/Standart ISO. Selain itu, gips tipe II dapat digunakan sebagai model studi dan penanaman model di artikulator. Biasanya dipasarkan dalam warna putih alami.Kekuatan kompresi gips tipe II lebih rendah dibanding tipe III yaitu 9,0 MPa dengan setting ekspansi berkisar antara 0,00%-0,30% (tabel 1). 1,3,5

2.2.1.3 Dental Stone (Tipe III)

Gips tipe III terdiri dari hidrokal/α-hemihidrat dan zat tambahan untuk mengontrol setting time, serta zat pewarna untuk membedakannya dengan bahan dari plaster yang umumnya berwarna putih. α-hemihidrat terdiri dari partikel yang lebih kecil dan teratur dalam bentuk batang atau prisma dan bersifat tidak poreus sehingga membutuhkan air yang lebih sedikit ketika dicampur bila dibandingkan dengan β-hemihidrat. Gips tipe III memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding tipe II sehingga gips tipe ini ideal digunakan untuk membuat model kerja gigi tiruan yang memerlukan kekuatan dan ketahanan abrasi yang tinggi. Kekuatan kompresi gips tipe III berkisar antara 20,7 MPa (3000 psi) dan tidak melebihi 34,5 MPa (5000 psi) dengan setting ekspansi berkisar antara 0,00%-0,20% (tabel 1).1,3,5

(30)

2.2.1.4 Dental Stone, High Strength (Tipe IV)

Gips tipe IV terdiri dari partikel yang memiliki bentuk partikel kuboidal dengan daerah permukaan yang lebih kecil sehingga partikelnya paling padat dan halus bila dibandingkan dengan β-hemihidrat dan α-hemihidrat. Pencampuran pada gips tipe IV ini memerlukan air lebih sedikit dibanding dengan gips tipe III sehingga kekuatan gips tipe IV lebih besar dari gips tipe III. Gips tipe IV sering dikenal sebagai die stone karena gips tipe IV ini sangat cocok digunakan untuk membuat pola malam dari suatu restorasi, umumnya digunakan sebagai dai pada inlay, mahkota dan gigi tiruan jembatan. Diperlukan permukaan yang keras dan ketahanan terhadap abrasi karena preparasi kavitas akan diisi dengan malam dan diukir menggunakan instrumen tajam. Rata-rata kekerasan permukaan dari gips tipe IV kurang dari 92 MPa (Kekerasan Rockwell).Kekuatan kompresi gips tipe IV yaitu 34,5 MPa dengan setting ekspansi yang lebih kecil dibanding gips tipe lainnya yaitu sekitar 0,00%-0,10% (tabel 1).1,5

2.2.1.5 Dental Stone, High Strength-High Expansion (Tipe V)

Adanya penambahan terbaru bahan gips pada klasifikasi ADA dikarenakan terdapat kebutuhan dental stone yang memiliki kekuatan dan ekspansi lebih tinggi. Pembuatan gips tipe V sama seperti gips tipe IV namun gips tipe V memiliki kandungan garam lebih sedikit untuk meningkatkan setting ekspansinya. Gips tipe V memiliki setting ekspansi yang lebih besar yaitu sekitar 0,10%-0,30% untuk mengkompensasi pengerutan casting yang lebih besar pada pemadatan logam campur (tabel 1). Kekuatan kompresi gips tipe V yang lebih tinggi diperoleh dengan menurunkan rasio air dan bubuknya. Gips tipe V umumnya digunakan sebagai dai untuk mengimbangi pengerutan casting logam pada saat pendinginan setelah pemanasan pada suhu tinggi. Bahan ini umumnya berwarna biru atau hijau dan merupakan produk gips yang paling mahal.1,5

(31)

Tabel 1. Klasifikasi Gips5

2.2.2 Karakteristik Karakteristik gips meliputi: 1. Setting time

Setting time adalah waktu yang diperlukan gips untuk menjadi keras dan dihitung sejak gips berkontak dengan air. Setting time dikelompokkan menjadi dua tahap yaitu: initial setting time dan final setting time. Pada initial setting time waktu kerja gips mulai dihitung yaitu setelah pengadukan selama 1 menit. Pada proses ini, adonan gips dituang ke dalam cetakan dengan bantuan vibrator mekanis. Ketika viskositas dari adonan meningkat, daya alir akan berkurang dan gips akan kehilangan tampilan mengkilatnya yang menandakan bahwa gips sudah mencapai setting awalnya. Pada saat setting awal dicapai, bahan gips tidak dapat lagi dituangkan ke dalam master mold, sehingga initial setting time identik disebut dengan waktu kerja dari gips. Menurut spesifikasi ADA No. 25 waktu kerja initial setting time dimulai dari pencampuran adalah sekitar 8-16 menit. Final setting time dapat didefinisikan sebagai waktu konversi hemihidrat menjadi dihidrat secara sempurna atau secara klinis bahan gips dapat dikeluarkan dari master mold dan dapat dimanipulasi tanpa terjadi distorsi atau fraktur. Secara umum gips mengeras sekitar 45-60 menit, akan tetapi terdapat beberapa perbedaan sesuai dengan jenis bahan gips tersebut.1,2,23

Two-hour Setting

Expansion (%) One-hour Type W/P Ratio Setting Time Compressive (min) Min Max Strength£ (MPa) I. Plaster, impression 0.50-0.75 4 ± 1 0.00 0.15 4.0 II. Plaster, model 0.45-0.50 12 ± 4 0.00 0.30 9.0 III. Dental stone 0.28-0.30 12 ± 4 0.00 0.20 20.7 IV. Dental stone, high strength 0.22-0.24 12 ± 4 0.00 0.10 34.5 V. Dental stone, high strength-high expansion 0.18-0.22 12 ± 4 0.10 0.30 48.3

(32)

2. Kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi

Kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi sangat diperlukan pada bahan gips karena untuk menghindari terjadinya kerusakan pada model kerja pada saat prosedur pembuatan gigi tiruan. Kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi meningkat pada saat model kerja sudah dalam keadaan kering dan lebih cepat bila dibandingkan dengan kekuatan kompresi, karena permukaan model lebih cepat mengering daripada bagian dalam model kerja tersebut. Kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi bahan gips berhubungan dengan kekuatan kompresi, jika kekuatan kompresi meningkat, maka kekerasan permukaan dan ketahanan abrasi juga akan meningkat.1,2,23

3. Kekuatan kompresi

Kekuatan kompresi bahan gips merupakan kemampuan gips untuk menahan fraktur. Gips tipe I memiliki kekuatan kompresi yang terendah karena memiliki sisa air yang paling tinggi, sedangkan gips tipe V memiliki kekuatan kompresi hampir empat kali lipat, karena jumlah kelebihan air yang diminimalkan.Semakin sedikit air yang digunakan maka semakin besar kekuatan kompresi yang dihasilkan. Nilai kekuatan kompresi minimum pada model gips tipe II dengan rasio pencampuran air dan bubuk yang normal (0,45-0,50 mL/gr) adalah sekitar 9,0 MPa, sedangkan untuk dental stone (tipe III) yaitu 20,7 MPa dan untuk dental stone high-strength (tipe IV) kekuatan kompresinya adalah 34,5 MPa (tabel 1).2,5,23

4. Setting ekspansi

Setting ekspansi terjadi pada semua jenis gips. Persentase setting ekspansi untuk semua jenis gips sangat bervariasi. Gips tipe I memiliki setting ekspansi yaitu 0.00%-0.15%, gips tipe II memiliki setting ekspansi sekitar 0.00%-0.30% dan gips tipe III memiliki setting expansi 0.00%-0.20%, sedangkan gips tipe IV memiliki setting expansi hanya 0,00%-0,10% dan untuk setting expansi gips tipe V berkisar 0,10%-0,30% (tabel 1).5 Setting ekspansi merupakan hasil dari pertumbuhan

kristal-kristal gips ketika bergabung. Setting ekspansi harus dikontrol agar tetap minimum terutama ketika gips tersebut akan digunakan untuk membuat pola malam sebuah

(33)

restorasi. Apabila setting ekspansi yang terjadi berlebihan maka akan menghasilkan restorasi yang oversized. Setting ekspansi hanya terjadi ketika gips dalam proses pengerasan.23

5. Perubahan dimensi

Perubahan dimensi dipengaruhi oleh setting ekspansi dari bahan gips. Setting ekspansi yang terjadi pada proses pengerasan gips disebabkan oleh adanya dorongan ke luar oleh pertumbuhan kristal dihidrat. Semakin tinggi atau besar ekspansi pengerasan maka keakuratan dimensi semakin rendah. Toleransi normal setting ekspansi untuk bahan gips tipe IV adalah 0,00%-0,10% yang dipengaruhi oleh rasio air dan bubuk yang digunakan, kecepatan pengadukan, akselerator dan retarder, serta temperatur dan kelembaban udara.2,4

2.3 Kekuatan Kompresi

Kekuatan bahan gips umumnya dinyatakan dalam istilah kekuatan kompresi, meskipun kekuatan tensil juga harus dipertimbangkan dalam memperoleh petunjuk mengenai karakteristik dari kekuatan keseluruhan. Kekuatan kompresi adalah kemampuan material untuk menahan fraktur dan merupakan faktor penting dalam menentukan kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi dari bahan gips. Kekuatan kompresi dan ketahanan terhadap abrasi bahan gips berkaitan dengan ukuran partikel dan porositas bahan gips serta jumlah air yang digunakan pada pembuatan model kerja. Kekuatan bahan gips berdasarkan teori pengerasan terbagi menjadi 2 tahap yaitu: kekuatan dalam keadaan basah dan kekuatan dalam keadaan kering. Kekuatan dalam keadaan basah merupakan kekuatan yang diperoleh bila masih terdapat kelebihan air selama proses pengerasan gips. Kekuatan dalam keadaan kering merupakan kekuatan yang diperoleh setelah gips dikeringkan selama 24 jam.1,5 Ada beberapa faktor yang memengaruhi kekuatan kompresi gips antara lain:

1. Rasio air dan bubuk (W/P)

Rasio air dan bubuk (W/P) merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas hasil akhir bahan gips terhadap kekuatan kompresi. Rasio bubuk dan air

(34)

harus diperhatikan ketika melakukan pencampuran gips karena diperlukan daya alir yang cukup untuk menghasilkan detail reproduksi yang akurat. Tipe gips yang berbeda akan memiliki rasio air dan bubuk yang berbeda juga. Hal ini disebabkan oleh karena perbedaan bentuk dan ukuran kristal kalsium sulfat hemihidratnya. Gips tipe II membutuhkan lebih banyak air pada pengadukan dibandingkan gips tipe III karena bentuk partikel gips tipe II tidak beraturan dan lebih poreus. Gipe tipe IV membutuhkan lebih sedikit air dibandingkan gips tipe III karena bentuk partikel hemihidratnya lebih padat dan halus. Kekuatan kompresi dipengaruhi oleh rasio air dan bubuk yang digunakan. Jika air yang ditambahkan terlalu banyak, adonan menjadi lebih cair dan lebih mudah di tuang ke dalam mold tetapi setting time akan lebih panjang dan kekuatan gips cenderung akan berkurang.1,23

2. Waktu dan kecepatan pengadukan

Proses pencampuran bahan gips dengan air disebut dengan pengadukan, yang memiliki efek terhadap setting time dan setting ekspansi. Peningkatan waktu pengadukan memengaruhi kekuatan kompresi bahan gips. Pengadukan bahan gips secara mekanik dengan vacum mixer biasanya tercapai dalam waktu 20-30 detik, sedangkan pengadukan gips secara manual dengan spatula umumnya memerlukan waktu 1 menit untuk memperoleh adukan yang halus. Semakin cepat pengadukan, maka pengerasan gips akan lebih cepat tercapai. Pada saat dimulainya pengadukan, kristal-kristal gips yang telah terbentuk akan bertambah. Pada saat yang sama, kristalisasi nuklei pada gips akan pecah dengan pengadukan spatula dan didistribusikan merata dalam adukan dengan hasil pembentukan nukleus kristalisasi lebih banyak. Hal inilah yang menyebabkan waktu pengerasan lebih cepat tercapai.3,5,23

3. Akselerator dan retarder

Akselerator merupakan bahan kimia yang dapat mempercepat waktu pengerasan. Bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai akselerator adalah potassium sulfat (K2SO4). Bahan tersebut efektif dalam konsentrasi yang lebih tinggi

dari 2% karena dapat mempercepat proses reaksi. Retarder merupakan bahan kimia yang dapat mengurangi waktu pengerasan. Retarder umumnya bekerja dengan cara

(35)

membentuk lapisan penyerap hemihidrat untuk mengurangi kelarutan dan menghambat pembentukan kristal-kristal gips yang ada. Bahan yang digunakan sebagai retarder adalah borax.1,2,5

4. Temperatur dan kelembaban udara

Peningkatan temperatur ruang dan temperatur air yang digunakan untuk mencampur bahan gips akan memiliki efek pada reaksi pengerasan bahan gips tersebut. Peningkatan temperatur penyimpanan model bahan gips antara 90oC–110oC akan mengakibatkan pengerutan yang disebabkan oleh kristalisasi air yang keluar dan mengubah dihidrat menjadi hemihidrat kembali sehingga kekuatan kompresi bahan gips akan berkurang.6 Peningkatan temperatur dan kelembaban udara yang lebih tinggi dapat menurunkan kekuatan kompresi bahan gips.23

Kekuatan kompresi bahan gips diukur dengan cara menekan sampel hingga pecah dengan alat uji kompresi. Alat yang digunakan yaitu Universal Testing Machine (UTM). Pengujian sampel dibatasi oleh gesekan pada titik-titik kontak pada bagian rol mesin penguji yang berdiri tegak lurus. Pengujian dilakukan dengan menekan sampel hingga pecah, kemudian besar beban dicatat dari alat uji kompresi dalam satuan kilogram force (kgf). Hasil pengujian kekuatan dihitung dan dicatat dalam satuan Mega Pascal (MPa).21,24

2.4 Perubahan Dimensi

Perubahan dimensi biasanya dinyatakan sebagai persentase dari besar atau volume. Perubahan dimensi dipengaruhi oleh setting ekspansi dan ekspansi higroskopis. Ekspansi massa gips dapat dideteksi selama perubahan dari partikel hemihidrat menjadi partikel dihidrat. Setting ekspansi dapat dijelaskan berdasarkan mekanisme kristalisasi. Proses kristalisasi digambarkan sebagai suatu pertumbuhan kristal-kristal dihidrat dari nukleus yang saling berikatan satu dengan yang lainnya. Bila proses ini terjadi pada ribuan kristal-kristal selama pertumbuhan, akan dapat terjadi suatu tekanan atau dorongan keluar dan menghasilkan ekspansi massa keseluruhan selama proses pengerasan sehingga gips mengalami perubahan dimensi. Semua bahan gips mengalami ekspansi yang berlanjut saat mengeras karena bahan

(36)

gips menunjukkan pertumbuhan kristal dihidrat bebas dan ekspansi gips yang berlangsung terus menerus hingga 5 hari. Setting ekspansi yang terjadi pada proses pengerasan gips disebabkan oleh adanya dorongan ke luar oleh pertumbuhan dihidrat. Setting ekspansi pada bahan gips harus tetap dikendalikan agar dapat menghasilkan model kerja yang akurat.2,5,10 Ada beberapa faktor yang memengaruhi perubahan dimensi gips antara lain:

1. Rasio air dan bubuk (WP)

Peningkatan rasio air dan bubuk cenderung akan menambah ruang antar kristal-kristal dihidrat yang ditandai dengan semakin sedikitnya nukleus kristalisasi per unit volume yang mengakibatkan semakin rendahnya nilai setting ekspansinya. Sebaliknya, apabila rasio air dan bubuk rendah akan meninggalkan sedikit air sisa dalam massa gips dengan meningkatkan jumlah nukleus kristalisasi dari partikel dihidrat, sehingga setting ekspansi akan tinggi dan menurunkan jumlah porositas gips tersebut.1,5,23

2. Waktu dan kecepatan pengadukan

Sebagian kristal gips terbentuk langsung ketika gips berkontak dengan air. Ketika pengadukan dimulai, pembentukan kristal ini meningkat. Pada saat yang sama, kristal-kristal tersebut di putuskan oleh pengadukan dengan spatula dan didistribusikan merata dalam adukan dengan hasil pembentukan lebih banyak nukleus kristalisasi. Semakin lama waktu pengadukannya, maka akan meningkatkan jumlah nukleus kristalisasi dari partikel dihidrat. Akibatnya, jalinan ikatan kristalin yang terbentuk akan semakin banyak, sehingga pertumbuhan internal dan dorongan keluar dari kristal-kristal dihidrat meningkat. Hal inilah yang menyebabkan setting ekspansi bahan gips dapat meningkat.3,5,23

3. Akselerator dan retarder

Metode yang paling efektif dan praktis untuk mengendalikan waktu pengerasan gips dan setting ekspansi bahan gips yaitu dengan penambahan bahan kimia tertentu yang ditambahkan oleh pabrik terhadap bahan gips tersebut. Bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai akselerator adalah potassium sulfat, sedangkan bahan kimia yang biasa digunakan sebagai retarder adalah borax.1,2,5

(37)

4. Temperatur dan kelembaban udara

Temperatur dan kelembaban udara selain dapat memengaruhi kekuatan kompresi bahan gips dapat juga memengaruhi setting ekspansinya. Kelembaban udara dan lama pengeringan juga sangat memengaruhi terjadinya ekspansi bahan gips, karena adanya pertumbuhan kristal yang berlangsung terus menerus selama proses pengerasan. Pertumbuhan kristal tersebut disebabkan oleh masuknya uap air dalam mikroporeus yang mengakibatkan menurunnya tegangan permukaan sehingga kristal dapat tumbuh bebas. Pada saat seluruh dihidrat telah berubah menjadi hemihidrat maka air yang terdapat pada bahan gips akan menguap dan jumlah air akan berkurang sehingga terjadi pengerutan pada gips. Pengeringan dengan temperatur yang lebih tinggi akan mengakibatkan pengerutan pada model bahan gips yang memengaruhi perubahan dimensi model tersebut.5,6,23

Pengukuran perubahan dimensi menggunakan kaliper digital. Setiap sampel dilakukan pengukuran, yaitu pengukuran panjang garis cd-c’d’ yaitu pada garis sampel penelitian, dan pengukuran panjang garis cd-c’d’ yaitu pada garis master

mold.15,25 Kemudian akan dibandingkan dimensi pada sampel dengan dimensi pada

mold seperti pada rumus:

Li dimensi sampel – Lo dimensi master mold

× 100% Lo dimensi master mold

keterangan:

Li = adalah jarak antara garis cd dengan garis c’d’ pada mold dalam mm.

Lo = adalah jarak antara garis cd dengan garis c’d’ pada sampeldalam mm

yang diperoleh pada waktu pengukuran yang telah ditentukan.

2.5 Pembuatan Model

Salah satu prosedur dalam pembuatan gigi tiruan adalah pembuatan model rahang atas dan bawah yang terdiri dari model studi dan model kerja. Pembuatan model di awali dengan pencetakan rahang atas dan rahang bawah dengan

(38)

menggunakan bahan cetak, kemudian cetakan diisi dengan gips yang sudah dicampur dengan air sesuai dengan petunjuk pabrik. Model rahang atas dan rahang bawah merupakan replika yang mencakup jaringan keras dan jaringan lunak dari struktur rongga mulut. Model ini digunakan sebagai media untuk menentukan diagnosis, menjelaskan rencana perawatan dan proses perawatan kepada pasien, serta media pembuatan gigi tiruan.Dalam proses pembuatan model reproduksi yang akurat adalah menjadi persyaratan utama, karena apabila terdapat penyimpangan dari keakuratan yang diharapkan akan menyebabkan efek adaptasi yang kurang baik terhadap hasil akhir gigi tiruan.1,8

2.5.1 Model Studi

Model studi merupakan salah satu jenis dari model gigi tiruan. Model studi disebut juga dengan model diagnostik yang digunakan oleh dokter gigi untuk mengamati dan mempelajari keadaan rongga mulut pasien. Model studi umumnya terbuat dari gips tipe II. Model studi harus menghasilkan reproduksi yang akurat dari jaringan rongga mulut pasien yang harus mencakup hal penting yaitu:

1. Lokasi gigi, kontur, dan hubungan dataran oklusal; 2. Kontur, ukuran dan konsistensi linggir yang tersisa;

3. Anatomi rongga mulut yang berguna untuk perluasan basis gigi tiruan seperti: (vestibulum, trigonum retromolar, pterigomaxillary notch, palatum keras dan palatum lunak, dasar mulut dan frenulum).26

Kegunaan model studi adalah sebagai berikut:1

a. Memperlihatkan gambaran tiga dimensi dari keadaan jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut.

b. Sebagai media untuk mempelajari tentang relasi oklusal dari lengkung rahang pasien.

c. Sebagai media untuk mempelajari tentang ukuran gigi, posisi gigi, bentuk gigi serta hubungan rahang pasien.

(39)

d. Sebagai media untuk mempelajari tentang jaringan keras dan jaringan lunak dalam pandangan lingual ketika gigi dioklusikan.

e. Sebagai media untuk membandingkan keadaan rongga mulut pasien sebelum dan setelah dilakukan perawatan.

f. Sebagai media untuk menjelaskan kepada pasien bagaimana keadaan pasien dan rencana perawatan yang akan diberikan.

g. Sebagai media rekaman legal mengenai lengkung rahang pasien untuk keperluan asuransi, gugatan hukum dan forensik.

2.5.2 Model Kerja

Model kerja merupakan replika dari struktur rongga mulut yang digunakan sebagai media pembuatan gigi tiruan. Model kerja umumnya terbuat dari dental stone atau gips tipe III yang memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan selama prosedur laboratoris. Gips tipe IV juga dapat digunakan sebagai model kerja yang disebut dengan dai sebagai media pembuatan mahkota dan gigi tiruan jembatan. Gips tipe IV memiliki nilai kekuatan kompresi yang tinggi dan setting ekspansi yang rendah dibanding gips tipe III.1,5

Sifat-sifat ideal model kerja adalah sebagai berikut:1 a. Model gigi tiruan harus kuat dan keras.

b. Stabilitas dimensi harus dipertahankan selama dan setelah proses pengerasan. c. Tidak melengkung atau mengalami distorsi.

d. Mempunyai setting time yang tepat.

e. Tidak pecah atau rusak selama proses laboratoris. f. Cocok dengan semua jenis bahan cetak.

g. Mempunyai warna yang kontras sehingga tidak rusak selama proses pengukiran malam.

(40)

2.6 Metode Pengeringan Model Kerja

2.6.1 Metode Pengeringan Temperatur Ruang

Reaksi pengerasan bahan gips dipengaruhi oleh temperatur ruang dan temperatur air yang digunakan untuk mencampur bahan gips tersebut. Jika pencampuran bahan gips menggunakan temperatur air yang dinaikkan dari 20o-25oC sampai mencapai temperatur 37,5oC setting time akan lebih cepat. Jika temperatur air dinaikkan lagi di atas 37,5oC maka setting time akan menjadi lebih lebih lama, karena dihidrat menjadi lebih mudah larut dalam air. Normal pengeringan temperatur ruang dalam kondisi ruang AC yaitu 23o±2oC.2 Efek pengeringan pada temperatur ruang setiap bahan gips baik bahan plaster atau stone bervariasi, namun pengeringan dengan temperatur yang lebih tinggi dari 55oC tidak aman terhadap model bahan gips karena akan mengakibatkan pengerutan yang akan menurunkan kekuatan kompresi dan perubahan dimensi model gips tersebut.5,6

Secara teoritis kehilangan sisa air pada model bahan gips adalah sekitar 8,8% dari total kelebihan air dalam proses mengeringnya bahan gips tersebut. Pada pengeringan temperatur ruang apabila hanya kehilangan sisa air sekitar 7%, tidak ada perubahan yang cukup berpengaruh terhadap kekuatan kompresi bahan tersebut. Ketika kehilangan 7,5% dari kelebihan air, kekuatan kompresi semakin meningkat dan ketika semua kelebihan sisa air (8,8%) hilang, kekuatan kompresi bahan tersebut meningkat lebih dari 55 MPa. Jika bahan plaster, dental stone, dan dental stone high-strength dibiarkan mengering dalam temperatur ruang selama beberapa hari, air akan diserap oleh udara dan permukaan partikel akan dikonversi ke dihidrat.Pengeringan dengan temperatur ruang kehilangan air hanya melibatkan bagian permukaan model kerja, sehingga masih memiliki kandungan sisa air.23 Kandungan air yang masih tersisa akan memudahkan untuk terjadinya porositas pada bahan gips. Porositas tersebut menyebabkan kohesi antara air dengan gips menjadi rendah, akibatnya kekuatan kompresi juga rendah. Selain itu dengan terperangkapnya air pada kisi kristal gips menyebabkan kristal-kristal gips akan merenggang sehingga dapat menurunkan kekuatan kompresi. Pada kekuatan kompresi pengeringan dengan temperatur ruang yang masih memiliki sisa kadar air, mengakibatkan bentuk kristal

(41)

yang dihasilkan semakin besar, jumlah dan jarak antar kristal yang terbentuk selama proses pengerasan semakin besar dan menjadi kurang padat. Hal inilah yang mengakibatkan kekuatan kompresi gips menjadi berkurang.27 Namun hal ini berbeda dengan perubahan dimensi, semua bahan gips akan mengalami adanya pertumbuhan kristal dan ekspansi yang berlangsung terus menerus selama bahan gips yang telah mengeras dibiarkan pada temperatur ruang. Pengeringan dengan temperatur ruang dengan adanya kelebihan air yang terperangkap pada kisi kristal akan meningkatkan ekspansi higroskopis, karena akan menyebabkan pertumbuhan kristal dengan bebas yang menyediakan banyak ruang untuk pembentukan kristal secara terus menerus yang lebih banyak selama proses pengerasan. Adanya air yang terperangkap mengakibatkan ruang antar nukleus semakin besar, sehingga semakin sedikit nukleus kristalisasi per unit volume dan dorongan keluar dari inti kristal semakin kecil yang mengakibatkan ekspansi gips juga mengecil.28 Sesuai dengan teori kristalisasi yaitu

terjadi dorongan keluar dari kristal gips pada saat gips mulai setting. Dorongan keluar yang terlalu besar akan menyebabkan setting ekspansi juga semakin besar.10,27

Temperatur dan lama pengeringan bahan gips dapat bervariasi sesuai dengan ukuran partikel dan porositas bahan gips tersebut.5,7 Pengeringan yang dibiarkan pada temperatur ruang dengan waktu yang lama akan memengaruhi perubahan dimensi bahan gips tersebut, karena setting ekspansinya akan terus berlangsung hingga 5 hari.6 Model kerja yang masih mengandung air biasanya memiliki kekuatan yang cukup memadai, dan biasanya harus menunggu 24-48 jam sebelum model tersebut cukup kuat untuk dimanipulasi atau waktu selama 7 hari untuk mencapai kekuatan kompresi yang lebih baik.12

2.6.2 Metode Pengeringan dengan Microwave

Energi microwave adalah suatu bagian dari spektrum elektromagnetik yang bergerak pada kecepatan cahaya dengan panjang gelombang yang berkisar antara 1 mm sampai 1 m yang sesuai dengan batas frekuensi terletak antara 300 MHz sampai 300 GHz (gambar 1). Sebuah microwave domestik beroperasi pada 2450 MHz

(42)

(dengan panjang gelombang 12,24 cm). Microwave komersial untuk industri biasanya beroperasi pada 900 MHz (dengan panjang gelombang 32.68 cm).18,29

Gambar 1. Frekuensi microwave29

Aplikasi proses microwave bermanfaat meliputi: dehidrasi, sterilisasi, pasteurisasi, tempering (thawing), blanching dan cooking. Dehidrasi, tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan air. Pasteurisasi dan sterilisasi sistem microwave dirancang untuk menaikkan temperatur ke tingkat tertentu untuk menghancurkan patogen.30 Energi microwave dapat juga digunakan untuk dekontaminasi makanan, alat-alat laboratorium, alat-alat kedokteran gigi, alat-alat kesehatan rumah tangga dan lain-lain. Dalam kedokteran gigi, energi microwave banyak digunakan untuk beberapa tujuan diantaranya: pembersihan sikat gigi, alat pembersih lidah, alat bur dan alat poles, sterilisasi dan desinfeksi gigi tiruan berbasis resin akrilik serta pengeringan model kerja bahan gips. Salah satu aplikasi utama microwave dalam kedokteran gigi adalah untuk sterilisasi gigi tiruan. Sejumlah besar penelitian dalam tahun terakhir ini meneliti mengenai efektivitas dan telah mengidentifikasikan bahwa paparan microwave dapat memengaruhi kekerasan permukaan resin akrilik, dan bahan pelapisan ulang gigi tiruan.18

Metode pengeringan microwave dalam beberapa tahun terakhir ini telah mendapatkan popularitas sebagai metode pengeringan alternatif untuk beberapa macam bahan gips.31 Pengeringan microwave terhadap bahan gips telah diuji efeknya pada ketahanan terhadap fraktur (Hersek dkk, 2002) dan kekerasan (Luebke & Chandra, 2011) serta karakteristik bahan gips lainnya, seperti ketahanan terhadap

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi Gips 5
Gambar 1. Frekuensi microwave 29
Tabel 2.  Perbedaan pemanasan oven konvensional dengan microwave 18
Gambar 3. Ukuran master mold untuk mengukur kekuatan kompresi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat, berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Fenomenologi Pemanfaatan

kemampuan mengajar awal mahasiswa calon guru fisika dapat ditunjukkan pada kemampuannya dalam

Salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk pengobatan kanker adalah Kucai (Allium odorum L. ) dapat digunakan sebagai antihipertensi, melawan tumor dan

bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah, dengan tetap.. menghargai dan menghormati kebhinekaan

Tantangan pengembangan sumber daya manusia yang paling penting dalam pariwisata pedesaan tampaknya membekali masyarakat lokal dengan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran

Kelompok intervensi adalah yang diberikan terapi LPD dan terapi diabetes melitus dan dilakukan pengukuran tingkat stres termasuk tanda-tanda vital seperti (tekanan

Fenomena ini diperoleh dengan membuat variasi tegangan listrik yang diberikan kepada piranti LED sehingga piranti tersebut memiliki prospe untuk menjadi piranti alternatif

Hasil penelitian menunjukkan faktor usia16 tahun ke atas serta pelajar yang mengalami pelecehan baik dari teman ataupun berupa sikap merendahkan oleh orangtua