• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN TELUK TRITON BERDASARKAN KEARIFAN LOKAL DI KABUPATEN KAIMANA PAPUA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN TELUK TRITON BERDASARKAN KEARIFAN LOKAL DI KABUPATEN KAIMANA PAPUA BARAT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN TELUK TRITON BERDASARKAN KEARIFAN LOKAL DI KABUPATEN KAIMANA PAPUA BARAT

(1)Marina Natalia dan (2)A.A.Sagung Alit W

(1)Mahasiswa Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas PGRI Adi Buana

Surabaya

(2) Dosen Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

JL. Dukuh Menaggal XII/4 Surabaya, (031) 8281181

Email: marinanatalia10@yahoo.co.id

Abstrak :

Objek wisata Teluk Triton terletak di Distrik Kaimana, Kabupaten Kaimana Papua Barat. Teluk Triton memiliki potensi pariwisata alam bahari, sejarah dan kekhasan budaya masyarakat lokal sebagai daya tarik utama. Potensi pariwisata ini belum dikembangkan secara maksimal oleh pemerintah daerah. Hal ini terlihat dari penyediaan sarana prasarana wisata yang belum memadai dan masih kurangnya jumlah wisatawan di Teluk Triton. Pemerintah Kabupaten Kaimana akan berupaya mendorong optimalisasi pengembangan wisata bahari di Kabupaten Kaimana guna mengejar ketertinggalan Kabupaten Kaimana dengan daerah-daerah lain diluar Papua Barat. Oleh sebab itu pariwisata yang dikembangkan harus melibatkan masyarakat sekitar dan menghargai kearifan lokal masyarakat di Teluk Triton. Tujuan penelitian ini untuk, mengetahui potensi dan masalah pengembangan wisata, mengetahui potensi kearifan lokal masyarakat. Analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif (SWOT-STEEP). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan sebar kuesioner, observasi dilapangan, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa potensi pariwisata Teluk Triton memiliki kualitas terumbu karang yang baik dengan persentase tutupan karang tinggi sebesar 85%, adanya kerjasama antar stakeholder dalam mendukung kawasan Teluk Triton sebagai kawasan wisata dan konservasi, serta memiliki berbagai atraksi wisata alam bahari, sejarah dan budaya melalui kearifan lokal masyarakat suku koiway pada ritual sistem sasi. Permasalahan yang menghambat perkembangan wisata Teluk Triton adalah, rendahnya SDM masyarakat lokal menyebabkan masyarakat kurang terlibat dalam pengelolaan wisata, kurang pedulinya pihak pengelola dalam menjaga kondisi lingkungan pantai Teluk Triton, keterbatasan penguasaan teknologi dalam pengembangan pariwisata, sarana prasarana yang kurang memadai serta peningkatan jumlah wisatawan yang belum signifikan dilihat pada tahun 2010-2014, rata-rata peningkatan jumlah wisatawan mancanegara hanya sebesar 19% sedangkan wisatawan nusantara sebesar 28%.

(2)

PENDAHULUAN

Wilayah Teluk Triton memiliki tingkat keanekaragaman hayati bawah laut yang tinggi, terlihat dari

keindahan warna-warni Soft Coral dan Hard Coral yang menjadi tempat bermain, makan dan berlindung

jenis ikan dengan aneka warna seperti jenis Paus Bryde’s, dan jenis Hiu Paus (Whale Shark). Pemukiman di Teluk Triton tersebar di beberapa kampung dengan kekayaan budaya yang dapat di jumpai yaitu budaya Suku Koiway. Selain kekayaan budaya terlihat pula pemandangan situs lukisan kuno di tebing– tebing yang terdapat di teluk ini. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kaimana memastikan bahwa lukisan tersebut merupakan peninggalan zaman mesolitikum. Hal ini melengkapi keunikan wisata alam bahari, sejarah dan budaya di Teluk Triton dan menjadikannya sebagai Daya Tarik Wisata (Brosur Dinas Pariwisata Kabupaten Kaimana).

Berdasarkan RT RW Kabupaten Kaimana Tahun 2012-2031, Teluk Triton di tetapkan sebagai kawasan Lindung berupa Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) mempunyai fungsi dan nilai yang penting bagi kelestarian laut daerah. KKLD secara khusus dirancang untuk memberikan izin pemanfaatan yang berwawasan lingkungan didalamnya, tetapi pemanfaatannya di atur dalam zona tertentu yang cocok peruntukannya. Berdasarkan ketentuan umum kegiatan dalam peraturan zonasi RTRW Kabupaten Kaimana, Teluk Triton dapat dikembangkan untuk kegiatan ekowisata selama tidak mengganggu fungsi utama kawasan. Teluk Triton juga ditetapkan sebagai kawasan pariwisata alam (terpandu dan terbatas) yang menawarkan panorama alam, flora dan fauna. Berdasarkan PDRB Kabupaten Kaimana Tahun 2012 sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran menempati urutan ketiga yang berperan dalam pembentukan PDRB Kaimana dengan kontribusi sebesar 11,91%. Hal ini menunjukkan bahwa peranan sektor pariwisata bagi PAD Kabupaten Kaimana masih rendah sehingga pariwisata belum menjadi sektor andalan Kabupaten Kaimana. Selain itu masih rendahnya kunjungan wisatawan di Teluk Triton terlihat dari jumlah wisatawan mancanegara dan nusantara pada tahun 2014 yang hanya berjumlah 506 orang (Dinas Pariwisata Kabupaten Kaimana).

Pemerintah Kabupaten Kaimana akan berupaya mendorong optimalisasi pengembangan wisata-wisata bahari di Kabupaten Kaimana secara lebih baik lagi, salah satunya mengundang lebih banyak investor ke Kabupaten Kaimana, dengan harapan sektor pariwisata akan dijadikan sebagai salah satu simpul ekonomi guna mengejar ketertinggalan Kabupaten Kaimana dengan daerah-daerah lain di luar Papua Barat. Pengembangan industri wisata bahari di Kaimana tak meninggalkan pemberdayaan masyarakat lokal. Pariwisata yang dikembangkan harus melibatkan masyarakat sekitarnya dan menghargai kearifan lokal masyarakat di Kaimana (www.beritasatu.com).

Teluk Triton merupakan objek wisata bahari di Kabupaten Kaimana yang belum dikembangkan secara maksimal. Hal ini didasarkan pada penyediaan sarana prasarana yang masih terbatas, oleh sebab itu pengembangan Teluk Triton perlu dilakukan dengan tujuan untuk mendukung pemerintah dalam mewujudkan sektor pariwisata sebagai sektor andalan bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kaimana.

(3)

Pengembangan Teluk Triton harus dilakukan dengan memperhatikan faktor lingkungan dan berlandaskan kearifan lokal.

Berdasarkan latar belakang yang telah di deskripsikan diatas maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana potensi dan masalah pengembangan objek wisata Teluk Triton, bagaimana potensi kearifan lokal masyarakat serta bagaimana strategi pengembangan wisata Teluk Triton. Tujuannya adalah untuk mengetahui potensi dan masalah, potensi kearifan lokal masyarakat dan merumuskan strategi pengembangan di objek wisata Teluk Triton.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025 pasal 9 huruf a menjelaskan DPN (Destinasi Pariwisata Nasional) adalah. Destinasi Pariwisata yang berskala nasional. DPN ditetapkan dengan kriteria berikut :

1. merupakan kawasan geografis dengan cakupan wilayah provinsi dan atau lintas provinsi yang di dalamnya terdapat kawasan-kawasan pengembangan pariwisata naional, yang diantaranya merupakan KSPN memiliki Daya Tarik Wisata yang berkualitas dan dikenal secara luas secara nasional dan internasional, serta membentuk jejaring produk wisata dalam bentuk pola pemaketan produk dan pola kunjungan wisatawan

2. memiliki kesesuaian tema Daya Tarik Wisata yang mendukung penguatan daya saing; 3. memiliki dukungan jejaring aksesibilitas dan infrastruktur yang mendukung pergerakan

wisatawan dan kegiatan kepariwisataan;

4. memiliki keterpaduan dengan rencana sektor terkait.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan pengertian wistata Bahari atau Tirta adalah usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau dan waduk.

Wisatawan adalah seseorang atau setiap orang yang mengadakan perjalanan selama 24 jam atau lebih ke suatu negara yang bukan tempat tinggalnya, dengan tujuan untuk menggunakan waktu senggang baik untuk rekrasi atau berlibur, untuk keperluan kesehatan, untuk menjalankan ibadah, maupun untuk olahraga ( Nyoman S. Pendit 1990).

Menurut direktorat Jendral Pariwisata Republik Indonesia, menyebutkan berkembangnya pariwisata sangat tergantung pada empat faktor yaitu, Attraction (daya tarik), amenities (fasilitas), accessibility (kemudahan dalam mencapai) dan adanya tourist organization (organisasi pariwisata). (http://pengertianakomodasipehotelan.blogspot.com)

Sirtha (2003) sebagaimana dikutip oleh Sartini (2004), menjelaskan bahwa bentuk-bentuk kearifan lokal yang ada dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma, kepercayaan, dan aturan-aturan khusus.

(4)

Bentuk yang bermacam-macam ini mengakibatkan fungsi kearifan lokal menjadi bermacam-macam pula. Fungsi tersebut antara lain adalah kearifan lokal berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumberdaya alam, kearifan lokal berfungsi untuk mengembangkan sumber daya manusia, berfungsi sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan. (https://fikafatiaqandhi.wordprss.com)

Ekowisata adalah perjalanan wisata ke wilayah-wilayah yang lingkungan alamnya masih asli, dengan menghargai warisan budaya dan alamnya, mendukung upaya-upaya konservasi, tidak

menghasilkan dampak negatif, dan memberikan keuntungan sosial ekonomi serta menghargai partisipasi

penduduk lokal ( Iwan Nugroho 2011).

Workshop Regional dan Urban Planning di Yogyakarta 2006, menjelaskan potensi pariwisata

merupakan pusat dari industri pariwisata. Menurut pengertiannya, attraction mampu menarik wisatawan

yang ingin mengunjunginya, meliputi jenis obyek yang akan dijual, yang memenuhi 3 syarat antara lain: 1. Apa yang dapat dilihat (Something to See)

2. Apa yang dapat dilakukan (Something to Do)

3. Apa yang dapat dibeli (Something to Buy)

METODE PENELITIAN

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif (SWOT-STEEP). Penelitian ini akan mendeskripsikan mengenai kondisi objek wisata Teluk Triton berdasarkan potensi dan permasalahan dengan sejumlah faktor dan variabel yang diamati. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan sebar kuesioner, observasi dilapangan, wawancara dan dokumentasi.

Tabel I Matrix Kegiatan Pengumpulan Data dan Analisis

Faktor Variabel Metode

Pengumpulan Data Metode Analisis Mengetahui Potensi dan Masalah • Daya Tarik • Kelembagaan • Aksesibilitas • Promosi • Sarana Prasarana

Survey Primer dan Sekunder

Deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif

Mengetahui potensi

kearifan lokal Sosial Budaya Survey primer Deskriptif kualitatif

Strategi

Pengembangan wisata Strategi

Pengembangan

SWOT dan STEEP

(5)

Sukmadinata (2011:250) mengemukakan bahwa populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian kita. Untuk itu populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat sekitar Teluk Triton dan wisatawan. Akan tetapi karena jumlah populasinya banyak maka peneliti mengambil sampel yang didasarkan pada rumus Slovin ( Kusmayadi et all.,2000:74). Jumlah sampel wisatawan sebanyak 93 responden sedangkan masyarakat sebanyak 96 responden yang tersebar di beberapa kampung. Cara pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik insidental sampling.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini didasarkan pada variabel yang sudah di tentukan pada ruang lingkup materi sehingga menghasilkan beberapa ulasan sebagai berikut:

1. Potensi dan masalah objek wisata Teluk Triton a. Daya Tarik

Teluk Triton dilihat berdasarkan potensinya memiliki kualitas terumbu karang yang baik dengan persentase tutupan karang tinggi yakni mencapai 85% dan memiliki berbagai jenis biota laut yang terdiri dari 492 jenis terumbu karang dan 937 jenis ikan

.

Sesuai dengan teori potensi pariwisata tentang daya tarik (attraction) yang akan menarik minat wisatawan mengenai apa saja yang dapat dilihat, dilakukan dan di beli ketika berada di suatu kawasan wisata, maka Teluk Triton memberikan daya tarik dengan menawarkan berbagai atraksi wisata seperti diving, snorkeling, melihat pemandangan alam berupa pantai

pasir putih, pulau-pulau karst, menikmati senja, memancing, berenang, melihat lukisan kuno zaman

prasejarah dan sejarah peninggalan Hindia-Belanda. Selain itu ada juga wisata minat khusus yaitu

berenang bersama Hiu-paus (whale shark) di kampung Mai-mai dan menikamati ritual sistem sasi atau

sasi nggama oleh masyarakat adat di kampung Namatota. Akan tetapi untuk aktivitas belanja oleh wisatawan belum dapat dilakukan karena penyediaan fasilitas perbelanjaan berupa toko-toko souvenir yang menjual barang-barang khas masyarakat lokal, dan rumah makan ataupun restoran belum tersedia di

objek wisata Teluk Triton, dikarenakan keterbatasan modal usaha dari masyarakat

.

Diharapkan dengan

adanya fasilitas tersebut akan memberi peluang untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal Teluk Triton dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut terlibat dalam pengelolaan pengembangan wisata dan mengelola usaha pariwisata.

Berdasarkan potensi yang ada, maka harapan dari wisatawan yang berkunjung ke Teluk Triton

adalah pemerintah melakukan pengembangan objek wisata Teluk Triton dan menjadikannya sebagai destinasi wisata yang berskala nasional bahkan internasional. Oleh sebab itu untuk membentuk citra kawasan yang berskala nasional maka perlu adanya suatu produk wisata yang dapat mempengaruhi perjalanan seorang wisatawan khususnya wisatawan Teluk Triton. Produk tersebut dirumuskan dengan menampilkan objek yang menarik dan sarana yang mendukung sehingga mempunyai nilai kompetisi. Pengembangan yang dilakukan harus berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50

(6)

Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025, pasal 9 yang menjelaskan tentang DPN ( Destinasi Pariwisata Nasional). Permasalahan di objek wisata Teluk Triton jika dilihat dari aspek daya tarik yaitu pada kuantitas wisatawan. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa peningkatan jumlah wisatawan mancanegara maupun nusantara belum signifikan. Pada tahun 2010-2014 peningkatan jumlah wisatawan mancanegara hanya sebesar 19,1% sedangkan jumlah wisatawan nusantara persentasenya sebesar 28,4%. Berdasarkan hasil kuesioner wisatawan di Teluk Triton lebih didominasi oleh wisatawan lokal yang mencapai 73%, sedangkan 27% lainnya merupakan wisatawan nusantara, bahkan tidak terdapat wisatawan mancanegara. Hal ini dipengaruhi oleh faktor promosi yang masih terbatas atau strategi promosi yang belum tepat. Untuk kondisi lingkungan sekitar pantai Teluk Triton 62% wisatawan menyatakan cukup bersih. Akan tetapi tidak terdapat sarana berupa tempat sampah disekitar lokasi pantai mengakibatkan masih adanya sampah yang berserakan dan belum adanya sistem pengelolaan sampah yang baik mengancam terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Oleh sebab itu pihak pengelola sebaiknya lebih memperhatikan lagi akan kelengkapan sarana untuk mendukung aktivitas wisatawan dan menjaga kondisi lingkungan sekitar agar wisatawan merasa nyaman ketika berada di lokasi tersebut. Lingkungan yang bersih dan nyaman merupakan salah satu faktor yang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu objek wisata. Selain itu masih minimnya penguasaan teknologi bagi masyarakat sekitar Teluk Triton dikarenakan belum adanya jaringan telekomunikasi juga menghambat perkembangan wisata Teluk Triton.

b. Kelembagaan

Pengembangan wisata tidak hanya menjadi tanggung jawab dari pemerintah selaku pembuat kebijakan, akan tetapi peran lembaga ataupun organisasi sebagai pendukung keberlanjutan suatu

kawasan wisata juga menjadi faktor pengembangan di objek wisata Teluk Triton. Peran organisasi CI

(Conservation Internasional) dalam mendukung pengembangan wisata Teluk Triton adalah di bidang

konservasi sumber daya laut. CI bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat sekitar dengan

membentuk kelompok masyarakat pengawas ( Pokmaswas). Kelompok ini bertujuan untuk menjaga kelestarian sumber daya laut Teluk Triton, selain itu dilakukan pembentukan DTI (Daerah Tabungan Ikan)

agar mencegah terjadinya over fishing. CI juga rutin dalam melakukan pemerikasaan kondisi terumbu

karang Teluk Triton. Peran lembaga swasta dalam hal ini investor juga turut mendukung pengembangan wisata Teluk Triton melalui pembangunan sarana berupa penginapan dan resort. Hal ini menunjukan adanya kerjasama yang baik antar stakeholder. Setiap stakeholder baik pemerintah, pihak sawasta maupun masyarakat tentunya memberikan kontribusi terhadap pengembangan wisata Teluk Triton, dengan harapan akan memberikan manfaat, sehingga kelembagaan akan berjalan dengan baik dan efektif serta menciptakan kelembagaan yang berkelanjutan. Salah satu indikator kelembagaan yang berkelanjutan adalah dengan terciptanya Koordinasi, Integrasi, Simplifikasi, Sinkronisasi dan Mekanisasi

diantara para pemangku kepentingan (Jurnal Pembangunan wilayah dan kota oleh Tendy Kuhaja).

(7)

Aksesibilitas merupakan fungsi dari jarak atau tingkat kemudahan untuk mencapai suatu daerah wisata. Aksesibilitas juga merupakan salah satu komponen penting yang menjadi daya tarik bagi

wisatawan untuk mengunjungi suatu objek wisata. Berdasarkan hasil kuesioner diketahui tanggapan

wisatawan terhadap transportasi menuju Kota Kaimana sebanyak 58% mengatakan cukup mudah. Untuk transportasi menuju lokasi wisata 48% responden juga menyatakan cukup mudah, sedangkan untuk biaya yang dikeluarkan 61% responden berpendapat mahal. Belum tersedia akses jalur darat di karenakan kondisi topografi Distrik Kaimana yang berbukit-bukit, sehingga akses menuju Teluk Triton hanya melalui jalur laut. Seluruh responden menggunakan moda transportasi berupa speed boat sewaan menuju objek wisata Teluk Triton, oleh sebab itu biaya sewa dianggap masih mahal. Pemerintah perlu menyediakan moda transportasi laut untuk mendukung kemudahan pencapaian lokasi wisata dengan biaya yang terjangkau.

d. Promosi

Promosi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan sesorang untuk mengunjungi suatu lokasi wisata, melalui promosi sesorang dapat mengetahui potensi dan daya tarik objek wisata yang akan menjadi faktor pendorong untuk berkunjung. Berdasarkan hasil survey ke instansi terkait Dinas Pariwisata Kabupaten Kaimana diketahui bahwa pemerintah telah mempromosikan potensi Teluk Triton dari dalam negeri sampai luar negeri, selain itu melalui berbagai media seperti internet, brosur, CD interaktif, sticker, brosur, serta melalui event festival senja Kaimana. Akan tetapi jumlah kunjungan wisatawan di Teluk Triton masih rendah dan masih didominasi oleh wisatawan lokal. Pemerintah juga kurang berkerja sama dengan pihak swasta seperti agen travel atau biro perjalanan wisata dalam memasarkan potensi wisata yang dilengkapi dengan pemaketan paket wisata sehingga memberikan kemudahan informasi kepada wisatawan khususnya wisatawan nusantara dan mancanegara. Berdasarkan hasil kuesioner terhadap wisatawan mengenai informasi wisata, kebanyakan wisatawan mengetahui potensi wisata Teluk Triton dari teman atau kerabat karena saling tukar menukar informasi dari mulut ke mulut dengan persentase paling banyak sebesar 83%, bahkan tidak terdapat wisatawan yang memperoleh informasi dari agen atau biro perjalanan wisata. Oleh sebab itu pemerintah perlu bekerjasama dengan pihak swasta dalam mempromosikan potensi wisata Teluk Triton dan ditunjang dengan kelengkapan fasilitas serta paket wisata sehingga wisatawan akan lebih mudah memperoleh informasi.

e. Sarana dan Prasarana

Kelengkapan sarana dan prasarana wisata sebagai bagian dari komponen wisata diharapakan akan memberikan kepuasaan bagi setiap pengunjung yang berada di suatu objek wisata. Untuk itu kelengkapan sarana prasarana juga harus dijadikan prioritas dalam pengembangan destinasi wisata. Potensi sumber daya alam Teluk Triton memiliki daya tarik tersendiri akan tetapi jika dilihat dari penyediaan sarana prasarana wisata baik sarana dasar maupun sarana pendukung wisata bahari masih

(8)

terbatas

.

Sarana dasar wisata di Teluk Triton menurut para responden tidak memadai dengan persentase sebesar 67%. Untuk sarana pendukung wisata bahari sekitar 62% responden juga berpendapat tidak memadai, sedangkan untuk prasarana wisata 45% responden menyatakan masih kurang memadai. Kelengkapan sarana prasarana di objek wisata Teluk Triton untuk mendukung kegiatan wisatawan masih sangat kurang, seperti penyediaan sarana dasar wisata berupa area publik, informasi terhadap pengunjung, tempat perbelanjaan, pos keselamatan, tempat sampah dll yang belum disediakan. Teluk Triton sebagai objek wisata bahari tentunya harus dilengkapi pula dengan sarana pendukung wisata bahari seperti fasilitas untuk berenang, snorkeling, diving, berlayar ataupun memancing serta fasilitas untuk mengamati flora dan fauna laut Teluk Triton . Selain itu prasarana wisata seperti akses jalan dan jaringan telekomunikasi juga belum tersedia. Kurangnya fasilitas wisata sangat dirasakan oleh wisatawan yang berkunjung di Teluk Triton, untuk itu pemerintah perlu bekerjasama dengan investor dan juga masyarakat lokal dalam penyediaan fasilitas wisata di Teluk Triton guna meningkatkan kunjungan wisatawan Teluk Triton.

2. Potensi Kearifan Lokal

Berdasarkan hasil analisis potensi kearifan lokal dari masyarakat suku koiway diketahui ritual sasi nggama berfungsi konservasi, karena memuat tentang aturan yang ditentukan secara adat mengenai pengelolaan sumber daya laut. Tujuannya untuk menjaga kelestarian sumber daya laut, karena masyarakat kampung Namatota pada umumnya bergantung pada potensi laut di Teluk Triton. Selain konservasi sistem sasi juga berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan yang wajib ditaati oleh seluruh masyarakat di kampung Namatota. Ritual tersebut merupakan bentuk dari pengetahuan lokal masyarakat tentang kondisi alam dan bagaimana pengelolaannya. Bentuk lainnya yaitu sebagai nilai lokal karena mengatur tentang hubungan manusia dengan alam sekitar. Ketrampilan lokal masyarakat kampung Namatota dapat dilihat melalui ritual sasi nggama karena melalui ritual tersebut masyarakat menunjukan kemampuan mereka dalam memanfaatkan sumber daya lokal yang sesuai dengan kebutuhan. Ritual sasi nggama juga sebagai salah satu produk wisata dari segi sosial oleh jasa masyarakat sebagai potensi wisata budaya di Teluk Triton dan merupakan bentuk kearifan lokal yang tidak berwujud karena hanya sebagai petuah yang disampaikan secara turun temurun, akan tetapi petuah tersebut sangat di patuhi dan merupakan hukum adat yang dipercaya membawa dampak baik bagi kehidupan masyarakat dan alam sekitar. Masyarakat kampung Namatota dalam mengambil keputusan lokal dilakukan secara demokratis.

3. Analisis SWOT dan STEEP A. Analisis SWOT

Berdasarkan matriks strategi analisis IFAS – EFAS objek wisata Teluk Triton berada di kuadran III yaitu Turn Around Strategi. Posisi ini menandakan wisata Teluk Triton memiliki peluang pasar yangt besar,

(9)

tetapi dilain pihak, objek wisata ini menghadapi beberapa kelemahan internal yang terjadi, oleh sebab itu pengelola wisata Teluk Triton harus fokus mengatasinya dengan meminimalkan masalah-masalah internal sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih banyak. Strategi pegembangan di Objek wisata Teluk Triton di prioritaskan pada strategi WO. Untuk Lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikuti ini :

Tabel Matrix SWOT Objek Wisata Teluk Triton

Internal Eskternal Kekuatan (S)

1. Adat istiadat yang tetap dipertahankan oleh masyarakat lokal

2. Pelestarian sumber daya laut oleh masyarakat lokal melalui budaya sistem sasi

3. Kondisi Terumbu Karang Teluk Triton yang baik dengan tutupan karang 85% 4. Kerjasama antar pemerintah,

organisasi, dan masyarakat dalam menjaga perairan Teluk Triton sebagai kawasan konservasi

5. Memiliki berbagai jenis atraksi wisata dan potensi wisata bahari yang sangat menarik

Kelemahan (W)

1. Kualitas SDM masih rendah dilihatdari tingkat pendidikan 2. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata 3. Kurang pedulinya pihak pengelola

dalam menjaga kondisi lingkungan pantai Teluk Triton

4. Keterbatasan penguasaan teknologi alam pengembangan pariwisata

5. Akses darat menuju lokasi wisata belum ada

6. Akses melalui jalur laut masih mahal

7. Prasarana Telekomunikasi kurang memadai

8. Sarana dasar dan sarana pendukung wisata bahari kurang memadai

Peluang (O) :

1. Adanya trend peningkatan akses penerbangan langsung menuju kab. Kaimana

2. Menjadi destinasi pariwisata nasional (DPN)

3. Meningkatkan Kerjasama antar pemerintah dengan pihak swasta atau investor dan masyarakat lokal untuk mendukung pengembangan wisata Teluk Triton lebih lanjut

4. Promosi lebih luas melalui internet

Strategi SO

1. Mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal budaya sistem sasi atau sasi Nggama oleh masyarakat suku koiway 2. Mengembangkan wisata minat khusus

diving dan snorkeling, serta wisata minat khusus Hiu Paus di kampung Maimai untuk menarik minat wisatawan

3. Meningkatkan peran masyarakat lokal dalam penyediaan sarana wisata seperti tourguide, toko souvenier dan tempat makan yang berciri khas daerah

4. Menjalin kerjasama dengan sektor pariwisata lainnya secara terpadu 5. Pemerintah perlu menetapkan tema

Strategi WO

1. Pemerintah mendukung permodalan dalam

mengembangkan usaha pariwisata kecil dan menengah yang di kembangkan masyarakat lokal 2. Meningkatkan SDM masyarakat

lokal dengan melakukan pemberdayaan tentang

kepariwisataan untuk sadar wisata dan kesiapan kemampuan teknis 3. Meningkatkan kerjasama

pemerintah dan swasta dalam pemasaran wisata secara luas diskala nasional maupun internasional dengan sistem teknologi informasi

(10)

dalam pengembangan daya tarik wisata yang sesuai dengan potensi Teluk triton sehingga mendukung penguatan daya saing

yang belum memadai sebagai salah satu daya tarik untuk mendukung kegiatan wisata 5. Meningkatkan kerjasama

pemerintah dan masyarakat lokal dalam melakukan pengembangan wisata Teluk Triton dengan memperhatikan faktor lingkungan) melaluikonsep ekowisata

Ancaman ( T) :

1. Rusaknya kondisi terumbu karang akibat teknik diving yang

salah oleh wisatawan

2. Bencana Tsunami karena terletak di daerah rawan bencan

3. Terpengaruh budaya luar 4. Adanya persaingan dengan Raja

Ampat sebagai salah satu destinasi wisata bahari di Papua Barat

Strategi ST

1. Mempertahankan karakter kawasan dan karakter masyarakat lokal dalam berbudaya

2. Membuat peraturan khusus tentang pengelolaanwisata dikawasan konservasi

3. Membuat jalur mitigasi bencana dan dikombinasikan dengan konservasi alam

Strategi WT

1. Meningkatkan pemahaman para pengelola wisata tentang pentingnya lingkungan dan wisata berkelanjutan

2. Meningkatkan daya saing melalui tema dan produk wisata yang menarik serta melengkapi sarana prasarana wisata

B. Analisis STEEP

Berdasarkan penjelasan masing-masing faktor yang terdapat dalam analisis STEEP, maka matrix hasil identifikasi terhadap masing-masing faktor STEEP dikombinasikan dengan hasil matrix dari analisis SWOT. Secara detail matriks kombinasi SWOT-STEEP sebagai berikut:

Tabel Matrix Kombinasi Analisis SWOT dan STEEP

STRENGHT (S) WEAKNESS (W) OPPORTUNITIES (O) THREATS (T)

Kearifan lokal budaya sistem sasi dalam menjaga kelestarian sumber daya laut Teluk Triton

Kualitas SDM masyarakat lokal masih dilihat dari tingkat pendidikan

Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan wisata

Meningkatkan kerjasama dengan pihak swasta dan pemerintah

Terpengaruh budaya luar

Keterbatasan penguasaan teknologi dalam pengembangan pariwisata

Perkembangan teknologi melalui sistem informasi internet

Alkuturasi budaya

SOSIAL

TECHNOLOG

(11)

Budaya sistem sasi memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat

Kurangnya industri pariwisata yang dikelola oleh masyarakat karena keterbatasan modal

Kerjasama masyarakat dengan pihak swasta dalam penyediaan jasa pariwisata

Adanya persaingan dengan Raja Ampat sebagai destinasi wisata bahari di Papua Barat

Teluk Triton sebagai kawasan konservasi laut daerah

Lingkungan pantai Teluk Triton kurang bersih

Pengembangan wisata alam bahari yang berkelanjutan

Kerusakan kondisi sumber daya alam Teluk Triton akibat aktivitas wisatawan

Belum adanya kebijakan khusus tentang pengeloaan pariwisata di Teluk Triton

Pemerintah bekerjasama dengan sektor pariwisata lainnya di luar daerah

Pemerintah bekerjasama dengan pihak swasta untuk memperluas pangsa pasar dan meningkatkan sarana wisata Teluk Triton

Sumber : Hasil Analisis 2015

Dengan demikian dapat disimpulkan ada prioritas utama aspek yang perlu dikembangkan terlebih dahulu dari hasil kombinasi analsisis SWOT dan STEEP yaitu pada aspek sosial, dengan cara :

1. Meningkatkan sumber daya manusia, maka masyarakat Teluk Triton akan lebih siap menghadapi teknologi yang ada, masyarakat lebih siap mengembangkan potensi yang ada, kesadaran masyarakat untuk lebih menjaga kelestarian sumber daya laut Teluk Triton, serta masyarakat akan lebih siap untuk bekerja sama dengan pihak pemerintah maupun swasta untuk mengembangkan potensi pariwisata Teluk Triton.

2. Meningkatkan peran serta masyarakat lokal melalui kekhasan budaya pada ritual sistem sasi

atau sasi Nggama oleh masyarakat suku koiway sebagai salah satu bentuk partisipasi

masyarakat dalam mengembangkan potensi pariwisata sesuai dengan karakter masyarakat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka simpulan terhadap penelitian dengan judul “Pengembangan Teluk Triton berdasarkan kearifan lokal di Kabupaten Kaimana Papua Barat” adalah sebagai berikut :

1. Teluk Triton memiliki potensi yang mendukung pengembangan kawasan pariwisata dilihat dari kualitas terumbu karang yang baik dengan persentase tutupan karang tinggi sebesar 85%, adanya kerjasama antar stakeholder dalam mendukung kawasan Teluk Triton sebagai kawasan wisata dan konservasi, serta memiliki berbagai atraksi wisata alam bahari, sejarah dan budaya melalui kearifan lokal masyarakat dari suku koiway pada ritual sistem sasi. Permasalahan yang menghambat perkembangan wisata Teluk Triton adalah, rendahnya SDM masyarakat lokal menyebabkan masyarakat kurang terlibat dalam pengelolaan wisata, kurang pedulinya pihak

ECONOMI

C

POLITICA

(12)

pengelola dalam menjaga kondisi lingkungan pantai Teluk Triton, keterbatasan penguasaan teknologi dalam pengembangan pariwisata, sarana prasarana yang kurang memadai serta peningkatan jumlah wisatawan yang belum signifikan dilihat pada tahun 2010-2014, rata-rata peningkatan jumlah wisatawan mancanegara hanya sebesar 19,1% sedangkan wisatawan nusantara sebesar 28,4%.

2. Potensi kearifan lokal melalui sistem sasi atau sasi Nggama berfungsi konservasi karena pemanfaatan sumber daya laut dilakukan secara adat oleh masyarakat adat di Kampung Namatota. Ritual sistem sasi secara langsung memberikan manfaat ekonomi untuk menunjang kehidupan masyarakat kampung Namatota yang pada umumnya menggantungkan hidup pada sumber daya laut di perairan Teluk Triton. Kearifan lokal dari budaya sistem sasi ini juga merupakan salah satu produk wisata dari segi sosial oleh jasa masyarakat sebagai potensi wisata budaya di Teluk Triton.

3. Hasil dari kombinasi analisis SWOT dan STEEP ada prioritas utama aspek yang perlu dikembangkan terlebih dahulu yaitu pada aspek sosial. Dengan cara :

a. Meningkatkan sumber daya manusia, maka masyarakat Teluk Triton akan lebih siap menghadapi teknologi yang ada, masyarakat lebih siap mengembangkan potensi yang ada, kesadaran masyarakat untuk lebih menjaga kelestarian sumber daya laut Teluk Triton, serta masyarakat akan lebih siap untuk bekerja sama dengan pihak pemerintah maupun swasta untuk mengembangkan potensi pariwisata Teluk Triton.

b. Meningkatkan peran serta masyarakat lokal melalui kekhasan budaya pada ritual sistem sasi atau sasi Nggama oleh masyarakat suku koiway sebagai salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam mengembangkan potensi pariwisata sesuai dengan karakter masyarakat.

Saran

1. Berdasarkan potensi yang ada diharapkan Dinas Pariwisata Kabupaten Kaimana melakukan pengembangan objek wisata Teluk Triton lebih lanjut yaitu dengan memperbaiki faktor-faktor penghambat yang mempengaruhi perkembangan wilayah penelitian ini, sehingga potensi yang ada bisa dimanfaatkan secara optimal. Misalnya dengan cara peningkatan sumber daya manusia, penguasaan teknologi sebagai penunjang potensi yang ada, meningkatkan sarana prasarana pendukung.

2. Sebaiknya pemerintah mendukung permodalan dalam mengembangkan usaha pariwisata kecil dan menengah yang akan di kembangkan masyarakat lokal

3. Pemerintah perlu menetapkan tema dalam pengembangan daya tarik wisata yang sesuai dengan potensi Teluk Triton sehingga mendukung penguatan daya saing

4. Hendaknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai potensi pasar, wisata investasi, kebijakan pendukung dll, untuk mendukung pengembangan wisata Teluk Triton

Rekomendasi

1. Pihak pengelola baik pemerintah dan swasta segera menyediakan tempat sampah di setiap lokasi wisata Teluk Triton yang dikunjungi wisatawan sehingga menunjang akan kebersihan lingkungan pantai Teluk Triton.

2. Pemerintah segera membuat peraturan terkait wisata minat khusus Hiu Paus di Kampung Mai-mai dan wisata minat khusus ritual sasi Nggama di Kampung Namatota agar meningkatkan keamanan bagi wisatawan dan meningkatkan ekonomi masyarakat lokal Kampung Mai-mai dan Kampung Namatota.

(13)

3. Pemerintah segera melakukan pelatihan kepada masyarakat lokal tentang kepariwisataan dengan melatih kesiapan kemampuan teknis masyarakat seperti pelatihan pemandu wisata, belajar bahasa inggris dan ketrampilan dalam melayani tamu.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapakan terimakasih kepada instansi terkait yang telah mendukung penelitian ini kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Kaimana, Kantor Distrik Kaimana, Kantor BPS Kabupaten Kaimana, Bappeda Kabupaten Kaimana yang telah membantu penulis untuk mengumpulkan data-data pendukung penelitian. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Kabupaten Kaimana yang telah mendukung dalam bentuk dana.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku Teks :

Nugroho, Iwan.(2011). Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Pendit, I Nyoman,S. (1999). Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya Paramita, cetakan ke-enam (edisi revisi).

Sumber Jurnal :

Kuhaja Tendy, 2014, Kajian Kelembagaan dalam Pengembangan Pariwisata Pantai yang Berkelanjutan,

Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota Sumber Internet:

www.beritasatu.com. < Kaimana Pesona Wisata yang Tersembunyi> (Tanggal Mengunduh : 7 September 2014)

http://pengertianakomodasipehotelan.blogspot.com/2015_01_01archive.html < Makalah Akomodasi Perhotelan>

(Tanggal Mengunduh : 31 Januari 2015)  

https://fikatiaqandhi.wordpress.com  <Pentingnya Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Di Pedesaan.  

(Tanggal Mengunduh :7 Mei 2012 )

Peraturan perundangan :

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011, Rencana Induk -Pembangunan

Gambar

Tabel I Matrix Kegiatan Pengumpulan Data dan Analisis
Tabel Matrix Kombinasi Analisis SWOT dan STEEP

Referensi

Dokumen terkait

Potensi fisik dan biologi kawasan sekitar Ngalau Antabuang Indah yang dapat mendukung pengembangan wisata di gua tersebut adalah bukit- bukit karst, tebing-tebing karst,

Kebijakan pengembangan ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama mengacu pada Pasal 1 ayat (4) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 yaitu Taman Nasional dikelola dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) potensi obyek wisata Danau Lait di kecamatan Tayan Hilir sebagai kawasan pariwisata, 2) modal sosial dan pengaruh terhadap masyarakat

Pariwisata di daerah sangat beragam bila bisa mengelolah potensi-potensi wisata yang ada, pemerintahan dan masyarakat daerah saling mendukung dalam berkembangnya

Strategi yang dilakukan untuk pengembangan kawasan ini adalah pengembangan potensi ekowisata yang berbasis edukasi serta potensi masyarakat dalam mendukung pengembangan

Sebagai desa wisata, maka potensi dan daya tarik Desa Sidomulyo mendukung konsep pengembangan kepariwisataan Kota Batu sebagai kawasan strategis ekonomi sektor pariwisata Kota

Melihat potensi dan peran unggas khususnya ayam ras yang cukup signifikan dalam mendukung penyediaan lapangan pekerjaan di pedesaan, maka pengembangan unggas ini

Kerangka Teoristik Karangka teori yang digunakan peneliti dimaksud untuk memudahkan dalam memahami dalam pelaksanaan penelitian “Analisis Pengembangan Pariwisata Berbasis Potensi