• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT MULTIREGIONAL JAWA TIMUR, BALI, DAN NUSA TENGGARA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT MULTIREGIONAL JAWA TIMUR, BALI, DAN NUSA TENGGARA BARAT"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PERTUMBUHAN

EKONOMI DAERAH: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

MULTIREGIONAL JAWA TIMUR, BALI, DAN

NUSA TENGGARA BARAT

DISERTASI

Oleh :

I DEWA MADE DARMA SETIAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

(2)

ii

I D.M. DARMA SETIAWAN. Peranan Sektor Unggulan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah: Pendekatan Input-Output Multiregional Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (BUNASOR SANIM sebagai Ketua, MANGARA TAMBUNAN dan ANNY RATNAWATI sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Propinsi Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat yang menjadi lokasi penelitian ini adalah propinsi-propinsi yang secara geografis sangat strategis dan sangat berdekatan satu sama lain, sehingga keterkaitan ekonomi antar propinsi tidak dapat dihindarkan. Berdasarkan teori ekonomi regional, pertumbuhan sektor ekonomi di satu propinsi, tidak hanya berdampak pada pertumbuhan ekonomi di dalam propinsi saja, tetapi juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi di luar propinsi. Dengan menggunakan analisis Input-Output Multiregional Indonesia, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : (1) struktur perekonomian propinsi Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat, (2) sektor produksi yang memiliki keterkaitan ke sektor hulu dan sektor hilir, (3) perdagangan antar propinsi, dan (4) peranan sektor unggulan terhadap pertumbuhan ekonomi, baik intraregional

maupun interregional.

Dari hasil penelitian ini, terpilih enam sektor produksi sebagai sektor unggulan, yaitu: (1) sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, dan (2) sektor perdagangan (di propinsi Jawa Timur), (3) sektor hotel dan restoran, dan (4) sektor peternakan dan hasilnya ( di propinsi Bali), (5) sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, dan (6) sektor hotel dan restoran (di propinsi Nusa Tenggara Barat). Pertumbuhan sektor unggulan di masing-masing propinsi, berdampak pada pertumbuhan output, nilai tambah bruto, dan penyerapan tenaga kerja di propinsi masing-masing (intraregional), dan juga berdampak di propinsi-propinsi lain yang terkait (interregional). Secara nasional, pertumbuhan sektor unggulan di propinsi Jawa Timur dan Bali berdampak lebih besar bila dibandingkan dengan pertumbuhan sektor unggulan di propinsi Nusa Tenggara Barat.

Sektor produksi yang memiliki keterkaitan yang kuat ke sektor hulu dan sektor hilir adalah : sektor industri makanan, minuman, dan tembakau ( di Jawa Timur); sektor peternakan, industri barang bari kayu dan hasil hutan lainnya, dan industri kimia, barang dari karet dan plastik (di Bali); industri makanan, minuman dan tembakau, dan industri dasar besi dan baja (di Nusa Tenggara Barat). Hasil analisis perdagangan ketiga propinsi menunjukkan bahwa ketiga propinsi mengalami surplus perdagangan. Surplus perdagangan Jawa Timur berasal dari perdagangan domestik, sedangkan surplus perdagangan Bali dan Nusa Tenggara Barat berasal dari perdagangan luar negeri. Khusus pada perdagangan antara propinsi Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat, propinsi Jawa Timur mendominasi perdagangan di wilayah ini.

Kata kunci : Input-Output Multiregional, Keterkaitan Sektor Hulu dan Hilir, dan Pertumbuhan Ekonomi Intraregional dan Interregional.

(3)

iii ABSTRACT

I D.M. DARMA SETIAWAN. The Role of Leading Sectors on Regional Economic Growth: A Multiregional Input-Output Approach of East Java, Bali, and West Nusa Tenggara (BUNASOR SANIM as Chairman, MANGARA TAMBUNAN and ANNY RATNAWATI as Members of Advisory Committee)

East Java, Bali, and West Nusa Tenggara Provinces were selected as the locations of this study, which geographically close connected so that economically these provinces are strongly inter dependent. Based on regional economic theory, an economic growth of a sector in a province will induce not only economic growth in that province but also in the connected provinces. Using Indonesian Multiregional Input-Output, this study is aiming at analyzing (1) economic structure of East Java, Bali, and West Nusa Tenggara Provinces, (2) production sectors having strong backward and forward linkage, (3) trade flows between these provinces, and (4) the role of leading sectors both on intraregional and interregional economic growth.

The results of this study show that six sectors were selected as leading sectors, namely, (1) foods, beverages and tobacco sectors, and (2) trade sector in East Java, (3) hotel and restaurant, and (4) cattle and their derivative products in Bali, (5) foods, beverages and tobacco sectors, and (6) hotel and restaurant in West Nusa Tenggara. The growth of these sectors will induce both output, gross value added, and employment growth in each province (intraregional) and connected provinces (interregional). At national level, the growths of leading sectors in East Java and Bali have higher impacts compared to those of West Nusa Tenggara.

Sectors having strong backward and forward linkages in East Java is foods, beverages and tobacco sector, while those in Bali are (1) cattle, (2) wood and forest-based industries, and (3) chemistry, rubber, and plastic industries. For West Nusa Tenggara, those sectors are (1) foods, beverages, and tobacco, and (2) steel industries. The three provinces have experienced trade surplus where East Java have played the major role.

Key words : Multiregional Input-Output, Forward and Backward Linkage, and Intraregional and Interregional Growth.

(4)

iv

© Hak Cipta milik I Dewa Made Darma Setiawan, Tahun 2006 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa ijin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,

(5)

v

PERANAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

MULTIREGIONAL JAWA TIMUR, BALI, DAN NUSA TENGGARA BARAT

Oleh :

I DEWA MADE DARMA SETIAWAN

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

vi

Judul Penelitian : Peranan Sektor Unggulan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah: Pendekatan Input-Output Multiregional Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.

Nama : I Dewa Made Darma Setiawan Nomor Pokok : 98 5003

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui : 1. Komisi Pembimbing :

Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, MSc. Ketua

Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan, MSc. Anggota

Dr. Ir. Anny Ratnawati, MS. Anggota

Mengetahui : 2. Ketua Program Studi

Ilmu Ekonomi Pertanian,

Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA.

3. Dekan

Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, MSc.

(7)

vii

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam disertasi saya yang berjudul :

PERANAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

MULTIREGIONAL JAWA TIMUR, BALI, DAN NUSA TENGGARA BARAT

merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri, dengan bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Pebruari 2006

I DEWA MADE DARMA SETIAWAN NRP. 985003.

(8)

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Juli 1960, sebagai anak kedua dari lima bersaudara, pasangan (Alm) I Dewa Nyoman Sengartha dan Nunung Nurmanih. Pendidikan Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas diselesaikan di kota Tabanan, Bali. Pada tahun 1985, penulis menyelesaikan pendidikan sarjana (Ir) pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana di Denpasar, Bali. Pada tahun 1994, penulis melanjutkan pendidikan setingkat S2 pada Program Studi Ekonomi Pertanian, Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang. Selanjutnya, pada tahun 1998, penulis memperoleh kesempatan untuk menempuh program S3 pada program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Pada tahun 1994, penulis menikah dengan Desak Made Kumarawati, anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan I Dewa Made Mahardika dan Desak Made Rumini. Dari pernikahan tersebut, penulis dikaruniai dua putera, yaitu : Dewa Gede Aditya Dharma Kumara ( 10 tahun) dan Dewa Made Ari Dharma Kumara (6 tahun).

Pada tahun 1985, penulis mulai bekerja sebagai peneliti pada suatu proyek penelitian aksi yang merupakan kerja sama antara Universitas Udayana- Bali dengan Ford Foundation. Selanjutnya, sampai saat ini penulis sering bekerja sama dengan lembaga-lembaga pemerintah dan swasta (nasional dan internasional) untuk melakukan penelitian di bidang sosial dan ekonomi, dan program-program pemberdayan masyarakat miskin (community depelovement) di Indonesia.

Pada tahun 1988, penulis diangkat sebagai dosen tetap pada Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa, salah satu perguruan tinggi swasta di Denpasar, Bali. Sejak tahun 1998, penulis juga mengajar sebagai dosen tidak tetap di beberapa perguruan tinggi swasta di Jakarta dan Bogor.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahaesa, karena berkat rahmat serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan disertasi ini. Disertasi adalah merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan program doktor pada Sekolah Pascasarjana (SPs) Institut Pertanian Bogor.

Disertasi ini berjudul Peranan Sektor Unggulan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah: Pendekatan Input-Output Multiregional Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat, mencoba menganalisis peranan sektor unggulan di masing-masing propinsi terhadap pertumbuhan output, nilai tambah bruto (pendapatan regional), dan pertumbuhan tenaga kerja, baik yang ada di dalam suatu wilayah atau propinsi (intraregional) ataupun di luar wilayah atau propinsi (interregional), dengan menggunakan alat analisis Input-Output Multiregional.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Rektor Universitas Warmadewa di Denpasar- Bali, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melanjutkan ke program S3.

2. Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program doktor pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

3. Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang telah memberikan Beasiswa Program Pascasarjana.

4. Bapak Dr.Ir.Bonar M. Sinaga, MA. selaku ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, yang telah banyak memberikan nasihat-nasihat dan arahan yang sangat berharga selama penulis menjadi mahasiswa.

5. Bapak Prof. Dr. Ir Bunasor Sanim, MSc. selaku Ketua Komisi Pembimbing, Bapak Prof.Dr. Mangara Tambunan, MSc. dan Ibu Dr. Ir. Anny Ratnawati, MS. selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah membimbing sekaligus memberikan dorongan moril secara tulus kepada penulis.

6. Seluruh Dosen dan staf administrasi pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana IPB.

(10)

x

7. Bapak Margo Yuwono dari BPS Jakarta, yang telah membantu penulis dalam penyediaan data, dan memberikan masukan yang sangat berarti pada awal penelitian ini.

8. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

9. Istri dan anak-anak tercinta: Dra. Desak Made Kumarawati, Dewa Gede Aditya Dharma Kumara, dan Dewa Made Ari Dharma Kumara, yang telah lama menunggu, dan sangat banyak berkorban selama penulis menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana IPB ini.

10.Seluruh keluarga, orang tua, kakak, dan adik-adik, yaitu: Ayahnda Dewa Nyoman Sengartha (alm), Ibunda Nunung Nurmanih, Dewa Ayu Putu Tuty Setiarsih (kakak), Dra. Dewa Ayu Komang Setiati (adik), Ir. Dewa Ketut Dadang Sastrawan, MSc. (adik), dan Drs. Dewa Putu Bagus Supratman, MSc. FSAI (adik). Tanpa bantuan kalian tidak mungkin penulis menyelesaikan studi ini.

11.Keluarga besar Jero Lumajang di Tabanan –Bali, khususnya Bapak dan Ibu mertua, atas semua bantuan moril dan material yang telah diberikan kepada penulis hingga penulis bisa menyelesaikan studi ini.

12.Semua pihak yang telah membantu penulis, tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis sangat menyadari, disertasi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Karenanya penulis akan merasa sangat bahagia menerima saran-saran ataupun kritik-kritik konstruktif yang bertujuan untuk menyempurnakan disertasi ini. Semoga disertasi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Pebruari 2006 Penulis.

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 14

1.4. Manfaat Penelitian ... 14

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Daerah, Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi.. 17

2.2. Model Input-Output Regional ... 19

2.2.1. Pengertian Dasar ... 19

2.2.2. Model Input - Output Daerah Tunggal ... 21

2.2.3. Model Input - Output Multiregional ... 24

2.2.4. Keterbatasan Model Input-Output ... 33

2.3. Penelitian Terkait yang Sudah Dilakukan ... 33

III. KERANGKA TEORI 3.1. Kerangka Teori Pembangunan Ekonomi Regional ... 41

3.1.1. Pertumbuhan Ekomomi Regional ... 41

3.1.2. Pendapatan Regional ... 44

3.1.3. Distribusi Pendapatan ... 48

3.2. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Regional... 54

3.2.1. Teori Ekonomi Klasik ... 55

3.2.2. Teori Harrod-Domar dalam Sistem Ekonomi Regional... 56

3.2.3. Teori Pertumbuhan Neoklasik ... 59

(12)

xii

3.2.5. Teori Basis Ekspor Richardson ... 62

3.2.6. Model Pertumbuhan Interregional ... 66

3.2.7. Teori Pusat Pertumbuhan ... 69

3.3. Konsep Pertumbuhan Ekonomi Regional ... 72

3.3.1. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Regional ... 73

3.3.2. Pengeluarah Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi Regional... 74

3.3.3. Perdagangan dan Pertumbuhan Ekonomi Regional ... 76

3.4. Hipotesis... 80

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Prosedur Penyusunan Tabel Input-Output Multiregional... 81

4.2. Data dan Sumber Data ... 88

4.3. Konstruksi Tabel Input-Output Multiregional Tahun 2000 ... 88

4.4. Metode Analisis ... 89

4.4.1. Analisis Deskriptif ... 89

4.4.2. Analisis Keterkaitan ... 95

4.4.3. Analisis Dampak ... 100

4.4.4. Metode Penetapan Sektor Unggulan ... 102

V. PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI INDONESIA 5.1. Undang-undang Pemerintahan Daerah di Indonesia ... 104

5.2. Pelaksanaan Otonomi Daerah Masa Pemerintahan Orde Baru.... 108

5.3. Pelaksanaan Otonomi Daerah Pasca Pemerintahan Orde Baru... 111

5.3.1. Pelaksanaan Otonomi Daerah Tahun 1999- 2004 ... 111

5.3.2. Pelaksanaan Otonomi Daerah Tahun 2005... 118

VI. STRUKTUR PEREKONOMIAN PROPINSI TERKAIT 6.1. Struktur Perekonomian Propinsi Jawa Timur ... 124

6.1.1. Analisis Permintaan dan Penawaran... 124

6.1.2. Struktur Output... 126

(13)

xiii

6.1.4. Struktur Permintaan Akhir... 129

6.1.5. Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan... 130

6.1.6. Perdagangan Propinsi Jawa Timur ... 134

6.2. Struktur Perekonomian Propinsi Bali ... 139

6.2.1. Analisis Permintaan dan Penawaran... 139

6.2.2. Struktur Output... 141

6.2.3. Struktur Nilai Tambah Bruto... 142

6.2.4. Struktur Permintaan Akhir... 144

6.2.5. Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan... 145

6.2.6. Perdagangan Propinsi Bali ... 149

6.3. Struktur Perekonomian Propinsi Nusa Tenggara Barat... 154

6.3.1. Analisis Permintaan dan Penawaran... 154

6.3.2. Struktur Output... 156

6.3.3. Struktur Nilai Tambah Bruto... 157

6.3.4. Struktur Permintaan Akhir... 159

6.3.5. Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan... 161

6.3.6. Perdagangan Propinsi Nusa Tenggara Barat ... 164

6.4. Komparasi Struktur Perekonomian dan Perdagangan ... 169

VII. PERANAN SEKTOR UNGGULAN 7.1. Pemilihan Sektor Unggulan Di Masing-masing Propinsi ... 175

7.2. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau di Propinsi Jawa Timur ... 176

7.2.1. Dampak Terhadap Pertumbuhan Output... 177

7.2.2. Dampak Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto .... 179

7.2.3. Dampak Terhadap Pertumbuhan Tenaga Kerja... 181

7.3. Dampak Pertumbuhan Sektor Perdagangan di Propinsi Jawa Timur... 184

7.3.1. Dampak Terhadap PertumbuhanOutput... 184

7.3.2. Dampak Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto .... 185

(14)

xiv

7.4. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi

Bali... 191

7.4.1. Dampak Terhadap Pertumbuhan Output... 191

7.4.2. Dampak Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto .... 194

7.4.3. Dampak Terhadap Pertumbuhan Tenaga Kerja... 196

7.5. Dampak Pertumbuhan Sektor Peternakan dan Hasilnya di Propinsi Bali ... 198

7.5.1. Dampak Terhadap Pertumbuhan Output... 199

7.5.2. Dampak Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto .... 201

7.5.3. Dampak Terhadap Pertumbuhan Tenaga Kerja... 203

7.6. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau di Propinsi Nusa Tenggara Barat ... 206

7.6.1. Dampak Terhadap Pertumbuhan Output... 206

7.6.2. Dampak Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto .... 209

7.6.3. Dampak Terhadap Pertumbuhan Tenaga Kerja... 211

7.7. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Nusa Tenggara Barat ... 213

7.7.1. Dampak Terhadap Pertumbuhan Output... 214

7.7.2. Dampak Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto .... 216

7.7.3. Dampak Terhadap Pertumbuhan Tenaga Kerja... 218

7.8. Rekapitulasi Simulasi Dampak ... 220

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan ... 225

8.2. Saran... 231

DAFTAR PUSTAKA ... 234

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. PDRB per Kapita Propinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Indonesia per Kapita Tahun 1999-2003, Atas Dasar Harga

Konstan Tahun 1993 ... 4

2. PDRB Bali Menurut Lapangan Usaha Tahun 1999- 2003, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993... 5

3. PDRB Jawa Timur Menurut Lapangan Usaha Tahun 1999- 2003, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993,... 6

4. PDRB Nusa Tenggara Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun 1999- 2003, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993,... 9

5. Distribusi PDRB Riil Propinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat Tahun 2003, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 ... 10

6. Tabel Input-Output Daerah Tunggal... 22

7. Tabel Input-Output Multiregional yang Disederhanakan ... 25

8. Kerangka Tabel I-O Multiregional Indonesia ... 90

9. Klasifikasi Sektor Tabel I-O Multiregional Indonesia... 94

10. Kriteria Pembobotan untuk Menentukan Sektor Unggulan ... 103

11. Lima Sektor di Jawa Timur dengan Nilai Permintaan dan Penawaran Terbesar ... 125

12. Lima Sektor Terbesar Menurut Peringkat Output di Jawa Timur... 126

13. Lima Sektor Terbesar Menurut Nilai Tambah Bruto di Jawa Timur... 128

14. Komposisi Nilai Tambah Bruto Menurut Komponennya di Jawa Timur ……….. 129

15. Struktur Permintaan Akhir di Jawa Timur... 130

16. Sektor yang Memiliki Daya Penyebaran Tinggi di Propinsi Jawa Timur ... 132

(16)

xvi

18. Lima Sektor dengan Nilai Impor, Ekspor, Surplus, dan Defisit

Terbesar dalam Perdagangan Propinsi Jawa Timur…..……….. 136

19. Ekspor Barang dan Jasa dari Jawa Timur ke Propinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, Rest Of Indonesia, dan Luar Negeri ... 137

20. Nilai Impor Barang dan Jasa Jawa Timur Berdasarkan Asal Impor ... 139

21. Lima Sektor dengan Nilai Permintaan dan Penawaran Terbesar di Bali 140 22. Lima Sektor Terbesar Menurut Peringkat Output di Bali ... 142

23. Lima Sektor Terbesar Menurut Nilai Tambah Bruto di Bali ... 143

24. Komposisi Nilai Tambah Bruto Menurut Komponennya di Bali ... 143

25. Struktur Permintaan Akhir Propinsi Bali ... 144

26. Sektor-sektor di Bali yang Memiliki Daya Penyebaran Tinggi... 147

27. Sektor-sektor di Bali yang Memeiliki Derajat Kepekaan Tinggi ... 148

28. Lima Sektor dengan Nilai Impor, Ekspor, Surplus, dan Defisit Terbesar dalam Perdagangan Propinsi Bali ... 151

29. Ekspor Barang dan Jasa dari Bali ke Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Rest Of Indonesia, dan Luar Negeri ... 152

30. Nilai Impor Barang dan Jasa Bali Berdasarkan Asal Impor ... 154

31. Lima Sektor di Nusa Tenggara Barat dengan Nilai Permintaan dan Penawaran Terbesar ... 155

32. Lima Sektor Terbesar Menurut Peringkat Output di Propinsi Nusa Tenggara Barat ... 157

33. Lima Sektor Terbesar Menurut Nilai Tambah Bruto di Propinsi Nusa Tenggara Barat ... 158

34. Komposisi Nilai Tambah Bruto Menurut Komponennya di Propinsi Nusa Tenggara Barat ... 159

(17)

xvii

36. Sektor Produksi yang Memiliki Daya Penyebaran Tinggi di Propinsi

Nusa Tenggara Barat ... 162 37. Sektor Produksi yang Memiliki Derajat Kepekaan Tinggi di Propinsi

Nusa Tenggara Barat... 163 38. Lima Sektor dengan Nilai Impor, Ekspor, Surplus, dan Defisit

Terbesar dalam Perdagangan Nusa Tenggara Barat ... 166 39. Ekspor Barang dan Jasa dari Nusa Tenggara Barat ke Propinsi Bali,

Nusa Tenggara Barat, Rest Of Indonesia dan Luar Negeri ... 167 40. Nilai Impor Barang dan Jasa Propinsi Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan Asal Impor ... 169 41. Komparasi Nilai Output, Nilai Tambah Bruto, dan Tenaga Kerja di

Propinsi Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat ... 170 42. Komparasi Perdagangan Propinsi Jawa Timur, Bali dan Nusa

Tenggara Barat ... 171 43. Nilai Ekspor dan Impor Propinsi Jawa Timur ke Propinsi Bali, Nusa

Tenggara Barat, Rest of Indonesia, Domestik, dan Luar Negeri... 172 44. Nilai Ekspor dan Impor Propinsi Bali ke Propinsi Jawa Timur, Nusa

Tenggara Barat, Rest of Indonesia, Domestik, dan Luar Negeri... 173 45. Nilai Ekspor dan Impor Propinsi Nusa Tenggara Barat ke Jawa Timur,

Bali, Rest of Indonesia, Domestik, dan Luar Negeri... 174 46. Nilai Komulatif Setelah Pembobotan Pada Sektor Unggulan ... 176 47. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan

Tembakau di Propinsi Jawa Timur Sebesar 2,81 Persen, Terhadap Pertumbuhan Output di Propinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara

Barat, dan Rest of Indonesia ……….. 178 48. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan

Tembakau di Propinsi Jawa Timur Sebesar 2.81 Persen, Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di Propinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Rest of Indonesia ………. 180 49. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan

Tembakau di Propinsi Jawa Timur Sebesar 2.81 Persen, Terhadap Pertumbuhan Kebutuhan Tenaga Kerja di Propinsi Jawa Timur, Bali,

(18)

xviii

50. Dampak Pertumbuhan Sektor Perdagangan di Propinsi Jawa Timur Sebesar 8.09 Persen, Terhadap Pertumbuhan Output di Propinsi Jawa

Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Rest of Indonesia ……… 186 51. Dampak Pertumbuhan Sektor Perdagangan di Propinsi Jawa Timur

Sebesar 8.09 Persen, Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di Propinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Rest of

Indonesia ………...…… 187

52. Dampak Pertumbuhan Sektor Perdagangan di Propinsi Jawa Timur Sebesar 8.09 Persen, Terhadap Pertumbuhan Kebutuhan Tenaga Kerja di Propinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Rest of

Indonesia ………...… 190

53. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan restoran di Propinsi Bali Sebesar 2.93 Persen, Terhadap Pertumbuhan Output di Propinsi Jawa

Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Rest of Indonesia ……... 192 54. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Bali

Sebesar 2.93 Persen, Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di Propinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Rest of

Indonesia ………... 195

55. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Bali Sebesar 2.93 Persen, Terhadap Pertumbuhan Kebutuhan Tenaga Kerja di Propinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Rest of

Indonesia……… 197

56. Dampak Pertumbuhan Sektor Peternakan dan Hasilnya di Propinsi Bali Sebesar 5.12 Persen, Terhadap Pertumbuhan Output di Propinsi

Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Rest of Indonesia ……. 200 57. Dampak Pertumbuhan Sektor Peternakan dan Hasilnya di Propinsi

Bali Sebesar 5.12 Persen, Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di Propinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Rest of

Indonesia……… 202

58. Dampak Pertumbuhan Sektor Peternakan dan Hasilnya di Propinsi Bali Sebesar 5.12 Persen, Terhadap Pertumbuhan Kebutuhan Tenaga Kerja di Propinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Rest of

Indonesia……… 204

59. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau di Propinsi Nusa Tenggara Barat Sebesar 6.49 Persen, Terhadap Pertumbuhan Output di Propinsi Jawa Timur, Bali, Nusa

(19)

xix

60. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau di Propinsi Nusa Tenggara Barat Sebesar 6.49 Persen, Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di Propinsi Jawa Timur,

Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Rest of Indonesia ……… 210 61. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan

Tembakau di Propinsi Nusa Tenggara Barat Sebesar 6.49 Persen, Terhadap Pertumbuhan Kebutuhan Tenaga Kerja di Propinsi Jawa

Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Rest of Indonesia ……… 212 62. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Nusa

Tenggara Barat Sebesar 6.61 Persen, Terhadap Pertumbuhan Output di Propinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Rest of

Indonesia ………... 214

63. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Nusa Tenggara Barat Sebesar 6.16 Persen, Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di Propinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat,

dan Rest of Indonesia ……… 217

64. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Nusa Tenggara Barat Sebesar 6.16 Persen, Terhadap Pertumbuhan Kebutuhan Tenaga Kerja di Propinsi Jawa Timur, Bali, Nusa

Tenggara Barat, dan Rest of Indonesia... 219 65. Rekapitulasi Simulasi Dampak Pertumbuhan Sektor Makanan,

Minuman, dan Tembakau dan Sektor Perdagangan di Propinsi Jawa Timur... 221 66. Rekapitulasi Simulasi Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan

Restoran, dan Sektor Peternakan dan Hasilnya di Propinsi Bali... 222 67. Rekapitulasi Simulasi Dampak Pertumbuhan Sektor Industri

Makanan, Minuman, dan Tembakau, dan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Nusa Tenggara Barat... 223

(20)

xx

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Distribusi Pendapatan Fungsional, Distribusi Pendapatan Personal, dan

Golongan Penduduk Pedesaan di Indonesia ………... 52 2. Dampak Injeksi Investasi pada Peningkatan Ekspor dan Impor

…... 75

3. Analisis Parsial Perdagangan Antar Wilayah………... 79 4. Diagram Alur Penyusunan Tabel I-O Multiregional Indonesia Tahun

(21)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Struktur Permintaan dan Penawaran Propinsi Jawa Timur ... 240

2. Nilai Tambah Sektor Produksi Jawa Timur ... 242

3. Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan Sektor-sektor Produksi di Propinsi Jawa Timur ... 244

4. Struktur Perdagangan (Ekspor dan Impor) Propinsi Jawa Timur ... 245

5. Struktur Impor Jawa Timur Berdasarkan Asal Impor ... 247

6. Struktur Permintaan dan Penawaran Propinsi Bali ... 249

7. Nilai Tambah Sektor Produksi di Propinsi Bali ... 251 8. Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan Sektor-sektor Produksi di Propinsi Bali ... 253

9. Struktur Perdagangan (Ekspor dan Impor) Propinsi Bali ... 254

10. Struktur Impor Propinsi Bali Berdasarkan Asal Impor ... 256

11. Struktur Permintaan dan Penawaran Propinsi Nusa Tenggara Barat ... 258

12. Nilai Tambah Sektor Produksi Nusa Tenggara Barat ... 260

13. Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan Sektor-sektor Produksi di Propinsi Nusa Tenggara Barat ... 262 14. Struktur Perdagangan (Ekspor dan Impor) Nusa Tenggara Barat ... 263

15. Struktur Impor Nusa Tenggara Barat Berdasarkan Asal Impor ... 265

16. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau di Propinsi Jawa Timur Sebesar 2.81 Persen Terhadap Pertumbuhan Output di Jawa Timur... 267

17. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau di Propinsi Jawa Timur Sebesar 2.81 Persen Terhadap Pertumbuhan Output di Bali ... 268

(22)

xxii

18. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau di Propinsi Jawa Timur Sebesar 2.81 Persen Terhadap

Pertumbuhan Output di Nusa Tenggara Barat ... 269 19. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan

Tembakau di Propinsi Jawa Timur Sebesar 2.81 Persen Terhadap

Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di Jawa Timur ... 270 20. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan

Tembakau di Propinsi Jawa Timur Sebesar 2.81 Persen Terhadap

Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di Bali ... 271 21. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan

Tembakau di Propinsi Jawa Timur Sebesar 2.81 Persen Terhadap

Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di Nusa Tenggara Barat ... 272 22. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan

Tembakau di Propinsi Jawa Timur Sebesar 2.81 Persen Terhadap

Pertumbuhan Tenaga Kerja di Jawa Timur ... 273 23. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan

Tembakau di Propinsi Jawa Timur Sebesar 2.81 Persen Terhadap

Pertumbuhan Tenaga Kerja di Bali ... 274 24. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan

Tembakau di Propinsi Jawa Timur Sebesar 2.81 Persen Terhadap

Pertumbuhan Tenaga Kerja di Nusa Tenggara Barat ... 275 25. Dampak Pertumbuhan Sektor Perdagangan di Propinsi Jawa Timur

Sebesar 8.09 Persen Terhadap Pertumbuhan Output di Jawa Timur .... 276 26. Dampak Pertumbuhan Sektor Perdagangan di Propinsi Jawa Timur

Sebesar 8.09 Persen Terhadap Pertumbuhan Output di Bali ... 277 27. Dampak Pertumbuhan Sektor Perdagangan di Propinsi Jawa Timur

Sebesar 8.09 Persen Terhadap Pertumbuhan Output di Nusa

Tenggara Barat ... 278 28. Dampak Pertumbuhan Sektor Perdagangan di Propinsi Jawa Timur

Sebesar 8.09 Persen Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di

Jawa Timur ... 279 29. Dampak Pertumbuhan Sektor Perdagangan di Propinsi Jawa Timur

Sebesar 8.09 Persen Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di

(23)

xxiii

30. Dampak Pertumbuhan Sektor Perdagangan di Propinsi Jawa Timur Sebesar 8.09 Persen Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di

Nusa Tenggara Barat ... 281 31. Dampak Pertumbuhan Sektor Perdagangan di Propinsi Jawa Timur

Sebesar 8.09 Persen Terhadap Pertumbuhan Nilai Tenaga Kerja di

Jawa Timur ... 282 32. Dampak Pertumbuhan Sektor Perdagangan di Propinsi Jawa Timur

Sebesar 8.09 Persen Terhadap Pertumbuhan Tenaga Kerja di Bali ... 283 33. Dampak Pertumbuhan Sektor Perdagangan di Propinsi Jawa Timur

Sebesar 8.09 Persen Terhadap Pertumbuhan Tenaga Kerja di Nusa

Tenggara Barat ... 284 34. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Bali

Sebesar 2.93 Persen Terhadap Pertumbuhan Output di Jawa Timur .... 285 35. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Bali

Sebesar 2.93 Persen Terhadap Pertumbuhan Output di Bali ... 286 36 Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Bali

Sebesar 2.93 Persen Terhadap Pertumbuhan Output di Nusa Tenggara Barat ... 287 37. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Bali

Sebesar 2.93 Persen Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di

Jawa Timur ... 288 38. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Bali

Sebesar 2.93 Persen Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di

Bali ... 289 39. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Bali

Sebesar 2.93 Persen Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di

Nusa Tenggara Barat ... 290 40. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Bali

Sebesar 2.93 Persen Terhadap Pertumbuhan Tenaga Kerja di Jawa

Timur ... 291 41. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Bali

(24)

xxiv

42. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Bali Sebesar 2.93 Persen Terhadap Pertumbuhan Tenaga Kerja di Nusa

Tenggara Barat... 293 43. Dampak Pertumbuhan Sektor Peternakan dan Hasilnya di Propinsi

Bali Sebesar 5.12 Persen Terhadap Pertumbuhan Output di Jawa

Timur ... 294 44. Dampak Pertumbuhan Sektor Peternakan dan Hasilnya di Propinsi

Bali Sebesar 5.12 Persen Terhadap Pertumbuhan Output di Bali ... 295 45. Dampak Pertumbuhan Sektor Peternakan dan Hasilnya di Propinsi

Bali Sebesar 5.12 Persen Terhadap Pertumbuhan Output di Nusa

Tenggara Barat ... 296 46. Dampak Pertumbuhan Peternakan dan Hasilnya di Propinsi Bali

Sebesar 5.12 Persen Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di

Jawa Timur ... 297 47. Dampak Pertumbuhan Sektor Peternakan dan Hasilnya di Propinsi

Bali Sebesar 5.12 Persen Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di Bali ... 298 48. Dampak Pertumbuhan Sektor Peternakan dan Hasilnya di Propinsi

Bali Sebesar 5.12 Persen Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di Nusa Tenggara Barat ... 299 49. Dampak Pertumbuhan Sektor Peternakan dan Hasilnya di Propinsi

Bali Sebesar 5.12 Persen Terhadap Pertumbuhan Tenaga Kerja di

Jawa Timur ... 300 50. Dampak Pertumbuhan Sektor Peternakan dan Hasilnya di Propinsi

Bali Sebesar 5.12 Persen Terhadap Pertumbuhan Tenaga Kerja di Bali 301 51. Dampak Pertumbuhan Sektor Peternakan dan Hasilnya di Propinsi

Bali Sebesar 5.12 Persen Terhadap Pertumbuhan Tenaga Kerja di

Nusa Tenggara Barat ... 302 52. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan

Tembakau di Propinsi Nusa Tenggara Barat Sebesar 6.49 Persen

Terhadap Pertumbuhan Output di Jawa Timur ... 303 53. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan

Tembakau di Propinsi Nusa Tenggara Barat Sebesar 6.49 Persen

(25)

xxv

54. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau di Propinsi Nusa Tenggara Barat Sebesar 6.49 Persen

Terhadap Pertumbuhan Output di Nusa Tenggara Barat ... 305 55. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan

Tembakau di Propinsi Nusa Tenggara Barat Sebesar 6.49 Persen

Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di Jawa Timur ... 306 56. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan

Tembakau di Propinsi Nusa Tenggara Barat Sebesar 6.49 Persen

Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di Bali ... 307 57. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan

Tembakau di Propinsi Nusa Tenggara Barat Sebesar 6.49 Persen

Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di Nusa Tenggara Barat 308 58. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan

Tembakau di Propinsi Nusa Tenggara Barat Sebesar 6.49 Persen

Terhadap Pertumbuhan Tenaga Kerja di Jawa Timur ... 309 59. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan

Tembakau di Propinsi Nusa Tenggara Barat Sebesar 6.49 Persen

Terhadap Pertumbuhan Tenaga Kerja di Bali ... 310 60. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman, dan

Tembakau di Propinsi Nusa Tenggara Barat Sebesar 6.49 Persen

Terhadap Pertumbuhan Tenaga Kerja di Nusa Tenggara Barat ... 311 61. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Nusa

Tenggara Barat Sebesar 6.16 Persen Terhadap Pertumbuhan Output di Jawa Timur ... 312 62. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Nusa

Tenggara Barat Sebesar 6.49 Persen Terhadap Pertumbuhan Output di Bali... 313 63. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Nusa

Tenggara Barat Sebesar 6.49 Persen Terhadap Pertumbuhan Output di Nusa Tenggara Barat ... 314 64. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Nusa

Tenggara Barat Sebesar 6.16 Persen Terhadap Pertumbuhan Nilai

(26)

xxvi

65. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Nusa Tenggara Barat Sebesar 6.49 Persen Terhadap Pertumbuhan Nilai

Tambah Bruto di Bali ... 316

66. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Nusa Tenggara Barat Sebesar 6.49 Persen Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di Nusa Tenggara Barat ... 317

67. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Nusa Tenggara Barat Sebesar 6.16 Persen Terhadap Pertumbuhan Tenaga Kerja di Jawa Timur ... 318

68. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Nusa Tenggara Barat Sebesar 6.49 Persen Terhadap Pertumbuhan Tenaga Kerja di Bali ... 319

69. Dampak Pertumbuhan Sektor Hotel dan Restoran di Propinsi Nusa Tenggara Barat Sebesar 6.49 Persen Terhadap Pertumbuhan Tenaga Kerja di Nusa Tenggara Barat ... 320

70. Multiplier Output di Propinsi Jawa Timur, Bali, NTB, dan Rest of Indonesia ... 321

71. Multiplier Nilai Tambah Bruto di Propinsi Jawa Timur, Bali, NTB, dan Rest of Indonesia ... 322

72. Multiplier Tenaga Kerja di Propinsi Jawa Timur, Bali, NTB, dan Rest of Indonesia ... 323

73. Pembobotan Sektor Produksi di Propinsi Jawa Timur... 324

74. Pembobotan Sektor Produksi di Propinsi Bali... 326

Referensi

Dokumen terkait

Bila terjadi perubahan akan disampaikan pada adendem dokumen lelang... Bila terjadi perubahan akan disampaikan pada addendum dokumen lelang

Memperhatikan ketentuan dalam Peraturan Presiden RI Nomor 54 tahun 2010 dan perubahannya dan berdasarkan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan untuk pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian, metode SPT (shortest processing time) dan EDD (earliest due date) merupakan metode yang paling baik yang bisa meminimalkan keterlambatan

Pemahaman Perwira TNI yang masih mencampur adukkan antara keahlian militer dan keterampilan militer, membuat seluruh Perwira dalam penelitian Muhadjir Effendy menganggap

kah saya dapat mengetahui bahwa Roh Kudus ingin menyatakan karunia.. menafsirkan bahasa roh melalui saya? Jawabannya sama dengan apa yang telah kami sarankan mengenai karunia yang

Hal tersebut dilihat dari yang telah dilakukan humas Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Tengah I yaitu memberikan masukkan kepada kepala kantor dalam

Sehubungan telah dilaksanakannya Evaluasi terhadap Penawaran Saudara untuk Kegiatan Peningkatan Jalan Oelolok - Bokis , selanjutnya akan dilaksanakan Pembuktian

[r]