• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA PADA WACANA SAINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIST

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA PADA WACANA SAINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIST"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

¹ Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1102230 ² Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab ³ Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

SISWA PADA WACANA SAINS DENGAN MENGGUNAKAN

METODE

GIST

Cecep Lukman Nurdiansyah¹, Didin Syahruddin², Moh. Helmi Ismail³

Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru cecep.lukman@student.upi.edu

Abstrak : Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Pada Wacana Sains Dengan Menggunakan Metode GIST. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan dari rendahnya kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas IV SDN Sukarela 01 Kecamatan Panyileukan Kota Bandung. Salah satu hal yang menunjukan rendahnya kemampuan membaca tersebut adalah keterampilan membaca siswa yang masih rendah. Sehingga siswa kesulitan dalam membuat rangkuman bacaan. Selain itu, karena kurang tepatnya metode pembelajaran yang selama ini guru terapkan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai peningkatan proses dan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman dengan menggunakan metode GIST (Generating Interaction betwen Schemata and Text). Metode GIST merupakan metode membaca pemahaman yang memfokuskan pada kemampuan siswa untuk mengambil intisari wacanan dan membuat rangkuman. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Elliot. Penelitian ini dilakukan selama 3 siklus dengan 3 tindakan pada masing-masing siklus. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari penilaian proses dan hasil, observasi, catatan lapangan, dokumentasi, dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses dan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Nilai rata-rata proses siswa pada siklus I adalah 33,5 pada siklus II 79,6 dan pada siklus III 86,5. Sedangkan nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa pada siklus I adalah 50,8 pada siklus II 66 dan pada siklus III 76,05. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa metode GIST dapat meningkatkan proses dan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman pada wacana sains. Dengan demikian, metode GIST dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran membaca pemahaman.

Kata kunci : proses membaca pemahaman, kemampuan membaca pemahaman, metode GIST(Generating Interaction betwen Schemata and Text).

(2)

DISCOURSE SCIENCE BY USING

GIST

METHOD

Cecep Lukman Nurdiansyah¹, Didin Syahruddin², Moh. Helmi Ismail³

Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru cecep.lukman@student.upi.edu

Abstract : Improving Ability Reading Comprehension Of Student Discourse Science By Using GIST Method. This research background by problems from lowering of ability reading comprehension of Voluntary IV grade student district of Panyileukan Bandung. One of the matter which is low show of ability read the skill read student which still lower. So that difficulty student in making reading ambit. Besides, because less precisely study method which during the time learn to apply. Target of this research is to get picture the make-up of and process ability of student in reading the understanding of by using GIST method Generating Interaction between Schemata and Text). Method GIST represent method read the understanding of which focussed at ability of student to take text kernel and make ambit. Research method which is used in this research is Research of Action Class model Elliot. This research is by during 3 cycle by 3 action at each cycle. Technique data collecting weared in this research consist of assessment process and result of, observation, field note, documentation, and interview. Result of this research of show that and process ability of student in reading natural comprehension is make-up of in each its cycle. Average value process student at I cycle is 33,5 at II cycle 79,6 and at III cycle 86,5. While ability average value reading comprehension of student at I cycle is 50,8 at II cycle 66 and at III cycle 76,05. Pursuant to the result, hence can be concluded that GIST method can improve and process ability of student in reading comprehension at science discourse. Thereby, GIST method can be made one of the alternative in study read understanding.

Keyword : process reading comprehension, ability reading comprehension, GIST method ( Generating Interaction between Schemata and Text )

(3)

Bahasa merupakan aspek terpenting dalam kehidupan karena tanpa bahasa kita tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan tidak dapat mengetahui informasi penting yang ada di luar sana. Sehingga, pemahaman akan bahasa sangat dibutuhkan sekali. Dengan demikian, penting sekali untuk adanya suatu pembelajaran khusus mengenai penggunaan bahasa yang baik di sekolah. Melihat sangat pentingnya bahasa bagi proses berkomunikasi. Untuk itu, kurikulum mewajibkan setiap sekolah untuk mengajarkan mata pelajaran bahasa Indonesia di setiap kelasnya. Selain sebagai alat komunikasi, pengajaran bahasa Indonesia dianggap penting karena nantinya bahasa Indonesia berfungsi pula sebagai bahasa yang mewadahi keseluruhan mata pelajaran. . Seperti halnya pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam , tanpa adanya pengetahuan mengenai bahasa, ilmu pengetahuan alam pun tidak akan bisa dipelajari, sehingga dengan bahasa sebagai wadah yang mewadahi keseluruhan mata pelajaran, ilmu pengetahuan alam pun akan dapat dipelajari dengan baik. Sehingga dengan bahasa, ilmu pengetahuan alam tersebut dapat dipahami oleh siswa.

Dalam bahasa Indonesia sendiri terdapat empat keterampilan berbahasa yang harus siswa kuasai di antaranya : keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Dalam keterampilan menyimak siswa harus mampu menangkap ide yang yang disampaikan melalui kegiatan menyimak seperti melihat, mendengar, dan membaca. Dalam Keterampilan berbicara siswa dilatih untuk dapat berbicara dengan percaya diri seperti berpidato, berdiskusi dan lainnya. Pada keterampilan membaca, siswa dilatih untuk dapat membaca suatu teks dan memahaminya dengan baik. Kemudian pada keterampilan menulis, siswa dilatih untuk dapat menuangkan seluruh ide dan gagasannya ke dalam sebuah tulisan

dengan penulisan sesuai kaidah yang berlaku.

Keterampilan berbahasa yang dimaksud sudah terdapat dalam kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013 berbasis pendidikan karakter. Dengan mengimplementasikan kurikulum 2013 tersebut, maka proses pendidikan seharusnya sudah mampu menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan memiliki kompetensi yang utuh. Untuk dapat menciptakan hal tersebut maka dalam mengajar guru harus mampu memberikan pengalaman belajar yang bermakna sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Sebagaimana pendapat dari Sadulloh (2011, hlm. 198) bahwa “kurikulum menunjukan segala sesuatu (mata pelajaran) yang dipelajari, dan semua pengalaman yang harus diperoleh anak didik, serta semua kegiatan yang harus dilakukan anak didik maupun oleh guru.”

Berkaitan dengan hal di atas, dalam kurikulum bahasa Indonesia dijelaskan bahwa arah kegiatan membaca siswa terutama di kelas tinggi ialah agar siswa dapat membaca dan memahami berbagai jenis wacana, berupa petunjuk, teks panjang, dan berbagai karya sastra untuk anak berbentuk puisi, dongeng, pantun, percakapan, cerita dan drama. Kemudian jika dikaitkan dengan kompetensi yang ada di dalam kurikulum 2013. Kompetensi bahasa Indonesia terdiri dari Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, Kompetensi Inti ini meliputi kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa berdasarkan standar kompetensi lulusan. Dengan demikian, Kompetensi Inti ini berlandaskan pada pemahaman mengenai sikap keagamaan, sikap sosial, pengetahuan, dan penerapan pengetahuan. Sedangkan, untuk Kompetensi Dasar sendiri merupakan kemampuan yang harus siswa miliki pada setiap mata pelajaran dan kompetensi ini merupakan turunan dari Kompetensi Inti. Dengan demikian, kompetensi yang harus ada dalam Mata Pelajaran bahasa Indonesia adalah kompetensi yang berdasarkan

(4)

Standar Kompetensi Lulusan yang ada di dalam kurikulum 2013. Seperti kemampuan membaca pemahaman yang harus sudah siswa pahami di kelas 4 sekolah dasar. Hal ini karena siswa usia kelas 4 sekolah dasar rata-rata sudah hampir bisa membaca dengan fasih. Sehingga hal tersebutlah yang dapat menjadi modal utama siswa untuk mulai memahami wacana yang disajikan oleh guru, dengan sajian wacana yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa tersebut.

Namun, pada kenyataan saat ini siswa kelas 4 sekolah dasar masih kurang mampu untuk memahami suatu teks wacana dengan baik. Hal ini bisa terjadi karena siswa hanya membaca sebuah teks secara ekstensif dalam artian membaca secara dangkal. Karena dalam membaca sendiri terdapat dua jenis yaitu membaca ekstensif yang merupakan kegiatan membaca secara singkat seperti contonya membaca sekilas dan membaca dangkal yang bertujuan untuk dapat mendapatkan informasi secara cepat. Kemudian membaca intensif yang bertujuan untuk menelaah isi suatu bacaan untuk mendapatkan pemahaman terhadap teks wacana yang telah dibaca.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti bermaksud untuk mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan metode GIST (Generating Interaction between Schemata and Text) pada pembelajaran membaca pemahaman di kelas 4 SD pada wacana yang berkaiatan dengan Sains. Metode GIST sendiri merupakan salah satu metode membaca yang lebih memfokuskan pada pemahaman isi bacaan. Dan secara umum metode ini bertujuan untuk agar siswa memiliki kemampuan untuk memahami intisari paragraf dengan cara membuat intisari kalimat demi kalimat guna membangun intisari keseluruhan paragraf, atau membuat intisari wacana berdasarkan intisari paragraf demi paragraf. Adapun keunggulan dari penerapan metode ini

menurut Cunningham (dalam Abidin, 2012a, hlm. 83) adalah “memiliki kemampuan untuk membimbing siswa untuk menulis rangkuman dengan mengkaji setiap paragraf sehingga mampu meningkatkan keterampilan belajar dari sebuah teks”. Dengan begitu akan mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap wacana yang dibacanya, sehingga akan berpengaruh juga terhadap perkembangan berpikir siswa.

Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk fokus melakukan sebuah penelitian dengan upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Pada Wacana Sains dengan Menggunakan Metode GIST. Dengan rumusan permasalahan sebahai berikut:

1. Bagaimana proses pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas 4 SD dengan menggunakan metode GIST ?

2. Bagaimana meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas 4 SD dengan menggunakan metode GIST ?

Adapun tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan proses pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas 4 SD dengan menggunakan metode GIST. 2. Meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman siswa kelas 4 SD dengan menggunakan metode GIST.

Membaca merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan pelafalan ejaan tulis dari suatu bentuk-bentuk huruf yang dirangkai menjadi susunan kata yang saling berkaitan kemudian dibunyikan sehingga memiliki makna. Sebagaimana pendapat Anderson (dalam Dalman, 2013, hlm. 6) menjelaskan, bahwa "membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process). Sedangkan Menurut Aminudin (dalam Abidin, 2012b, hlm. 148) bahwa "membaca adalah mereaksi, yaitu memberikan reaksi karena dalam membaca

(5)

seseorang terlebih dahulu melaksanakan pengamatan terhadap huruf sebagai representasi bunyi ujaran ataupun tanda penulisan lainnya".

Dalam lingkup pendidikan sekolah dasar sendiri kegiatan membaca yang dilakukan guru adalah agar siswa mampu melafalkan bunyi-bunyi kata yang ada di dalam sebuah wacana dengan fasih. Sehingga pembelajaran membaca ini sendiri sangat berkaitan erat dengan keterampilan berbahasa yang harus siswa kuasai yaitu keterampilan membaca. Dalam kurikulum sekolah dasar kegiatan membaca sudah di terapkan mulai dari kelas rendah antara kelas 1 hingga kelas 3 atau biasa disebut dengan istilah membaca permulaan. Kegiatan membaca permulaan yang dilakukan di kelas rendah dapat dikatakan masih dasar pengenalan saja, seperti melafalkan berbagai bentuk huruf, melafalkan bentuk-bentuk kata hingga membaca kalimat-kalimat pendek. Sedangkan untuk pembelajaran membaca pada tingkat kelas yang lebih tinggi antara kelas 4 hingga kelas 6 dikenal dengan istilah membaca pemahaman, kegiatan membaca ini sudah pada tahap memahami berbagai jenis wacana, berupa petunjuk, teks panjang, dan berbagai karya sastra untuk anak berbentuk puisi, dongeng, pantun, percakapan, cerita dan drama.

Membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan membaca dengan tujuan utamanya untuk memahamai isi pesan yang terkandung dalam suatu wacana tulis. Sehingga, kegiatan membaca ini dilihat bukan dari segi cepat atau lambatnya membaca dan indahnya bunyi yang dikeluarkan, melainkan, dari segi pemahaman isi ide yang terkadung dalam wacana. Hal ini sesuai dengan pendapat Somadayo (2011, hlm. 19) bahwa membaca pemahaman sebagai “suatu proses membangun pemahaman terhadap wacana tulis”. Sedangkan menurut Tarigan (dalam Abidin, 2012a, hlm. 59) “membaca pemahaman (reading for undersanding) adalah jenis membaca untuk memahami

standar-standar atau norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, dan pola-pola fiksi dalam usaha memperoleh pemahaman terhadap teks, pembaca menggunakan strategi tertentu”.

Jika berbicara mengenai membaca pemahaman akan berkaitan dengan aktivitas membaca di kelas rendah yang hanya menuntut siswa untuk dapat memahami kalimat sederhana. Sedangkan kegiatan membaca yang dilakukan di kelas tinggi mulai dari kelas 4 hingga kelas 6 mulai memasuki masa pemahaman isi bacaan, pada praktiknya guru akan memberikan suatu wacana yang relevan dengan tingkat perkembangan siswa. Nantinya siswa tidak hanya melafalkan huruf, kata atau kalimat pendek saja. Melainkan, siswa pada tahap ini sudah harus mampu untuk menggali ide yang terkandung di dalam suatu bacaan. Sehingga dengan aktivitas membaca yang dilakukan oleh siswa dapat menambah pemahaman siswa terhadap isi bacaan.

Membaca memiliki beberapa tujuan, selain untuk mendapatkan informasi mengenai isi bacaan, pembaca juga mendapatkan kesenangan tertentu dalam membaca sebuah bahan bacaan. Sebagaimana pendapat Akhadiah (dalam Resmini & Juanda, 2007, hlm. 76) bahwa “tujuan membaca dapat dijabarkan sebagai suatu cara untuk mendapatkan informasi, informasi yang dimaksud merupakan semua isi yang terkandung dalam bahan bacaan baik yang merupakan informasi berupa fakta dan segala hal yang biasa terjadi sehari-hari”. Maka untuk dapat mencapai tujuan dari membaca tersebut diperlukan suatu langkah pembelajaran dengan mengikuti sebuah metode membaca yang tepat, salah satunya adalah penerapan metode GIST dalam membaca pemahaman. Metode GIST sendiri merupakan salah satu metode membaca yang dapat membantu siswa dalam memahami suatu teks bacaan dengan baik. Umumnya metode ini diterapkan pada siswa SD kelas tinggi. Metode ini lebih menekankan pada

(6)

pemahaman siswa terhadap intisari dalam suatu paragraf. Menurut Cunningham (dalam Abidin, 2012a, hlm. 83) “bahwa metode GIST sebagai sebuah alat pembelajaran yang efektif untuk membantu siswa menulis rangkuman”. Sehingga dengan diterapkannya metode GIST dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa, karena dalam memahami suatu paragraf, tentunya berpengaruh akan berpengaruh juga terhadap mengembangkan keterampilan siswa dalam merangkum suatu wacana.

Dalam penerapannya, guru memberikan suatu teks bacaan yang sudah berbentuk paragraf. Untuk kelas tinggi paragraf yang disajikan biasanya tidak kurang dari 5 paragraf. Dalam pembelajarannya siswa membaca wacana tersebut, kemudian menentukan intisari dari setiap paragraf tersebut. Setelah itu, siswa membuat sebuah kesimpulan yang mencakup seluruh intisari peragraf tersebut. Sehingga nantinya didapatkan sebuah pemahaman yang utuh.

METODE

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan untuk melakukan penelitian di SDN Sukarela 01 yang bertempat di Jalan Mekarmulya Kelurahan Cipadung Kulon Kecamatan Panyileukan Kota Bandung. Subjek yang akan diteliti yaitu siswa kelas 4 SD dengan jumlah 40 orang siswa terdiri dari 17 orang siswa dan 23 orang siswi. Alasan peneliti melakukan penelitian ini adalah hampir sebagian siswa dikelas 4 SDN Sukarela 01 memiliki motivasi membaca yang masih sangat kurang dan kemampuan membaca pemahaman yang masih sangat rendah.

Sehingga peneliti bermaksud untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa tersebut dengan menerapkan metode GIST pada pembelajaran membaca siswa. Selain itu, alasan lainnya peneliti melakukan

penelitian tersebut karena letak sekolahnya yang tidak begitu jauh dari tempat peneiliti tinggal sehingga peneliti memiliki akses lebih banyak dalam meneliti sumber data.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan mengacu pada model Elliot yang terdiri dari 3 siklus dengan masing-masing siklus berjumlah 3 tindakan.

Desain PTK model John Elliot ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahapan. Diantaranya adalah tahap ide awal, temuan analisis, perencanaan umum, implementasi siklus, monitoring implementasi dan efeknya, dan penjelasan implementasi kegagalan.

1. Ide awal

Peneliti memilih sekolah dasar negeri (SDN) Sukarela 01 karena menemukan permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu pada keterampilan membaca yang masih rendah. Hal ini sesuai dengan keadaan yang terjadi pada kelas 4 SDN Sukarela 01 ini yang pada pembelajaran membaca siswa sulit untuk memahami isi wacana, belum mampu membuat intisari wacana dengan baik dan lain sebagainya. Hal ini kemudian yang menjadi fokus penelitian bagaimana menyajikan pembelajaran yang lebih baik khususnya pada pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan metode GIST. 2. Temuan Analisis

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan memeriksa situasi sekolah yang bersangkutan. Peneliti lebih memfokuskan pada subjek yang akan diteliti yaitu siswa kelas 4 SD. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan kegiatan observasi dimana peneliti memeriksa kondisi sekolah, kelas, karakter maupun sikap siswa, dan yang paling penting adalah proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.

3. Perencanaan umum

Peneliti menentukan secara umum penelitian yang akan dilakukan. Diantaranya menentukan strategi yang

(7)

tepat dan juga merancang perencanaan proses pembelajaran, media, dan instrumen yang akan digunakan.

4. Implementasi Siklus

Apabila rancangan telah disusun dan siap untuk digunakan, peneliti bisa langsung terjun ke lapangan dengan berperan sebagai seorang guru. Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti akan didampingi oleh observer untuk mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran. Implementasi siklus ini dilakukan dengan 3 siklus. 1 siklus didalamnya terdiri dari 3 tindakan.

Dalam penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan, peneliti menggunakan beberapa instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu dengan pedoman penilaian, pedoman observasi, catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu gabungan dari analisis data secara kuantitatif, kualitatif dan triangulasi.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN

Penerapan metode GIST untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dalam penelitian ini terdiri dari tiga tindakan. Pada tindakan satu siswa akan ditugaskan untuk menentukan intisari paragraf sebanyak 20 kata, pada tindakan dua siswa ditugaskan untuk merangkai intisari yang berhasil siswa rangkum hingga menjadi suatu paragraf yang utuh. Selanjutnya, pada tindakan tiga siswa membuat sebuah gambar ilustrasi disertai dengan rangkumannya sendiri. Hasil dari penelitian tersebut nantinya akan dideskripsikan baik proses maupun hasil peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa. Selain itu, setiap siklusnya akan dibahas mengenai temuan – temuan berhasil peneliti peroleh dalam setiap tindakannya. Berikut ini beberapa temuan yang berhasil peneliti peroleh dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan.

Siklus 1

Pada siklus 1 berdasarkan data yang diperoleh dari hasil lembar observasi siswa, lembar wawancara dan catatan lapangan, maka diperoleh temuan bahwa pada kegiatan awal siswa belum dapat dikondisikan terutama bagi siswa laki-laki hal ini dikarenakan jam pelajaran dimulai setelah siswa beristirahat sehingga masih ada beberapa anak yang belum masuk kedalam kelas terutama anak laki-lakinya.

Pada kegiatan inti, ada siswa yang nampaknya kurang dapat dikondisikan dalam kelompok. Hal ini terlihat bahwa ada siswa yang enggan untuk satu kelompok dengan teman yang tidak disukainya sampai menangis, sehingga perlu bujukan dan pemahaman dari guru agar siswa tersebut mau satu kelompok dan mau ikut dalam kegiatan pembelajaran. Pada siklus 1 tindakan 1 pembelajaran metode GIST tahap pertama, siswa merasa kesulitan dalam menemukan intisari yang terkandung dalam setiap paragraf sehingga guru memberikan arahan agar siswa dapat kembali berusaha untuk menemukan 20 kata yang menurut siswa penting untuk dituliskan.

Pada siklus 1 tindakan 2 siswa merasa kesulitan dalam merangkai intisari yang telah siswa dapatkan pada taham sebelumnya, sehingga siswa banyak bertanya kepada guru. Guru pun kembali menjelaskan tahapan yang harus siswa lakukan ketika merangkai kembali paragraf hingga menjadi padu. Pada tahap ini terjadi sedikit gangguan dari pihak luar dikarenakan ada promosi mengenai penggaris yang memiliki corak bergambar batik, sehingga peneliti memberikan waktu sekitar 15 menit kepada penjual tersebut untuk mempromosikan barangnya tersebut. Dengan megitu kegiatan belajar siswa menjadi terhenti.

Pada siklus 1 tindakan 3 dalam menggambar ilustrasi mengenai wacana yang telah dibacanya, sehingga guru memberikan sedikit inspirasi tentang apa saja yang dapat siswa gambarkan akan

(8)

siswa menjadi terbayang. Selain itu, ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat rangkuman berdasarkan bahasanya sendiri, namun ada beberapa siswa yang sudah mampu membuat rangkuman dengan bahasanya sendiri. Sehingga guru hanya melakukan bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan saja.

Pada kegiatan akhir, siswa sangat antusias dalam menyimpulkan kegiatan pembelajaran. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang variatif dalam menyimpulkan pembelajaran pada setiap tindakannya.

Pada siklus 1 peneliti menemukan beberapa temuan pada kegiatan awal, siswa kurang dapat dikondisikan, sehingga nantinya peneliti harus lebih siap lagi dalam mengondisikan siswa di kelas. Selain itu, dalam menyampaikan apersepsi terlihat siswa sangat antusias dan berebut untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, sehingga perlu pengontrolan dari terhadap siswa bahwa yang duduknya paling rapi dan paling cepat mengangkat tangannya yang dipilih untuk menjawab pertanyaan.

Pada kegiatan inti, pada saat pembagian kelompok ada siswa yang tidak terima satu kelompok dengan teman yang tidak disukainya, sehingga perlu peran dari peneliti untuk menjelaskan bahwa kita tidak boleh memilih-milih teman dalam kelompok hingga siswa tersebut memahami maksud peneliti dan mau ikut kembali dalam proses pembelajaran. Selain itu, dalam menuliskan intisari paragraf masih ada siswa yang belum memahami maksud dari menuliskan intisari paragraf, sehingga peneliti perlu menjelaskan kembali maksud dari menuliskan 20 kata intisari paragraf.

Pada kegiatan inti, siswa belum cukup kondusif ketika peneliti meminta siswa untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran, terlihat ada beberapa siswa yang masih mengobrol dan berkemas ketika kegiatan pembelajaran masih berlangsung. Untuk itu, perlu ketegasan

dari peneliti agar siswa mengikuti kegiatan pembelajaran hingga selesai.

Pada siklus 2 berdasarkan data yang diperoleh dari hasil lembar observasi siswa, lembar wawancara dan catatan lapangan, maka diperoleh temuan bahwa pada kegiatan awal siswa sudah mulai dapat dikondisikan, sehingga kegiatan pembelajaran dapat dijalankan dengan baik.

Siklus 2

Pada kegiatan inti, kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok sudah cukup baik dan dan siswa sudah mau berbaur satu sama lainnya. Pada siklus 2 tindakan 1 dalam pembelajaran metode GIST terlihat masih ada beberapa siswa yang merasa kesulitan dalam menentukan intisari dalam setiap paragrafnya, namun jika dibandingkan dengan siklus 1 pada siklus ini terjadi peningkatan yang cukup baik.

Pada siklus 2 tindakan 2 siswa sudah cukup baik dalam merangkai intisari menjadi sebuah kalimat yang utuh meskipun ada beberapa siswa yang masih kurang mampu merangkai intisari secara baik. Selain itu, ada beberapa tulisan dari siswa yang kurang mampu jelas sehingga cukup membingungkan peneliti. Jika dilihat dari hasil lembar observasi aktivitas siswa dalam merangkai intisari sudah terlihat. Respon siswa dalam wawancara pun sudah cukup baik, siswa memiliki ketertarikan dalam membaca dan siswa merasa senang dengan kegiatan membaca yang telah dilakukannya. Dari hasil catatan lapangan tidak menunjukan kendala yang begitu berarti dalam terlaksananya kegiatan pembelajaran membaca pemahaman ini.

Pada siklus 2 tindakan 3 dalam menggambar ilustrasi sudah cukup baik, siswa sudah dapat mengilustrasikan gambar tanaman Anggrek. Namun beberapa siswa masih merasa kesulitan dalam menggambar terutama dalam segi pewarnaanya yang masih belum sempurna. Sedangkan jika dilihat dari hasil membuat

(9)

ringkasan dengan menggunakan bahasa sendiri terlihat peningkatan yang cukup baik, siswa sudah cukup baik dalam membuat ringkasan. Namun masih saja ada beberapa siswa yang masih belum menggunakan bahasanya sendiri dalam membuat ringkasan. Selain itu, ada beberapa siswa yang masih belum memperhatikan kerapiahan dalam menulis sehingga itu dapat mengurangi nilai. Padahal peneliti sudah menghimbau kepada seluruh siswa untuk memperhatikan EYD dan kerapiahan tulisannya. Jika dilihat dari lembar observasi siswa, kegiatan membuat ilustrasi gambar dan membuat rangkuman atau ringkasan sudah terlihat. Lalu respon siswa ketika dilakukan wawancara cukup baik, rata – rata siswa menyenangi kegiatan membaca dengan menggunakan metode ini. Kemudian jika dilihat dari hasil catatan lapangan yang peneliti catat, tidak muncul kejadian unik atau peristiwa menarik ketika pembelajaran berlangsung.

Pada kegiatan akhir, siswa sudah sangat antusias dalam menyimpulkan kegiatan pembelajaran, hal tersebut terlihat ketika siswa banyak yang mengacungkan tangannya dan jawaban yang siswa berikan bervariatif dalam setiap tindakannya.

Pada siklus 2 peneliti menemukan beberapa temuan pada kegiatan awal. Siswa sudah cukup bisa untuk dikondisikan meskipun masih ada beberapa siswa yang sering keluar bangku. Sehingga untuk pembelajaran siklus selanjutnya peneliti harus lebih tegas ketika pengondisian sedang berlangsung.

Pada kegiatan inti, ketika sedang melakukan kerja kelompok, terdapat beberapa siswa yang melakukan kegaduhan sehingga membuat beberapa siswa terganggu. Siswa yang melakukan kegaduhan tersebut memang dikenal sebagai siswa yang nakal oleh teman – temannya, sehingga nantinya peneliti harus memberikan peringatan kepada siswa tersebut agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Selain itu, ketika siswa

ditugaskan untuk merangkai intisari menjadi sebuah kalimat yang utuh, masih saja ada siswa yang belum faham. Selain itu, ketika siswa membuat ilustrasi gambar dan membuat ringkasan wacana masih ada beberapa siswa yang mengeluh tidak mempunyai pewarna atau lupa membawa alat gambar. Sehingga tindakan perbaikan yang harus peneliti tegaskan yaitu peneliti harus memberikan pemahaman lebih mengenai kegiatan merangkai intisari paragraf. Bagi siswa yang tidak memiliki alat gambar nantinya bisa meminjam kepada temannya yang membawa dan dapat dipakai secara bersama – sama.

Siklus 3

Pada siklus 3 berdasarkan data yang diperoleh dari hasil lembar observasi siswa, lembar wawancara dan catatan lapangan, maka diperoleh beberapa temuan berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yang telah peneliti lakukan.

Pada kegiatan awal, aktivitas pembelajaran sudah sangat kondusif, hal ini terlihat dari catatan lapangan yang peneilti lakukan bahwa siswa sudah dapat dikondisikan. Selain itu, ketika peneliti melakukan apersepsi berkaitan dengan materi, terlihat bahawa siswa begitu semangat untuk belajar. Hal ini tentunya ditandai dengan rasa antusias siswa ketika peneliti membuka pelajaran.

Pada kegiatan inti, ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran menentukan intisari kalimat yang dilakukan secara berkelompok sudah sangat kondusif. Pada siklus 3 tindakan 1 dalam pembelajaran metode GIST terlihat terdapat peningkatan yang cukup baik, siswa sudah mampu menentukan 20 kata yang merupakan intisari dari setiap paragrafnya. Hal ini tentunya berbeda dengan hasil yang siswa peroleh pada siklus sebelumnya, seperti pada siklus 2 siswa masih belum mampu menentukan intisari kata dengan baik dan begitupun pada siklus 1.

(10)

Pada siklus 3 tindakan 2 siswa terjadi peningkatan yang cukup signifikan dalam merangkai intisari menjadi sebuah kalimat yang utuh. Meskipun ada beberapa siswa yang masih kurang mampu merangkai intisari secara baik. Dari segi tulisan sudah terjadi peningkatan meskipun terdapat beberapa tulisan dari siswa yang kurang mampu jelas sehingga cukup membingungkan peneliti. Jika dilihat dari hasil lembar observasi aktivitas siswa dalam merangkai intisari sudah terlihat. Respon siswa dalam wawancara pun sudah cukup baik, siswa memiliki ketertarikan dalam membaca dan siswa merasa senang dengan kegiatan membaca yang telah dilakukannya..

Pada siklus 3 tindakan 3 dalam menggambar ilustrasi sudah cukup baik, siswa sudah dapat mengilustrasikan gambar tanaman Harimau Sumatera dengan sangat baik dan kreatif. Bahkan beberapa siswa menggambarkan harimau tersebut dengan versi yang berbeda dengan aslinya. Sedangkan jika dilihat dari hasil membuat ringkasan dengan menggunakan bahasa sendiri terlihat peningkatan yang sangat baik, siswa sudah baik dalam membuat ringkasan. Meskupun begitu masih saja ada siswa yang masih belum menggunakan bahasanya sendiri dalam membuat ringkasan. Selain itu, ada siswa yang masih belum memperhatikan kerapiahan dalam menulis sehingga itu dapat mengurangi nilai. Padahal sebelumnya peneliti sudah menghimbau kepada seluruh siswa untuk memperhatikan EYD dan kerapiahan tulisannya. Jika dilihat dari lembar observasi siswa, kegiatan membuat ilustrasi gambar dan membuat rangkuaman atau ringkasan sudah terlihat. Lalu respon siswa ketika dilakukan wawancara cukup baik, rata – rata siswa menyenangi kegiatan membaca dengan menggunakan metode ini. Kemudian jika dilihat dari hasil catatan lapangan yang peneliti catat, tidak muncul kejadian unik atau peristiwa menarik ketika pembelajaran berlangsung.

Pada kegiatan akhir, siswa sudah sangat antusias dalam menyimpulkan kegiatan pembelajaran, hal tersebut terlihat ketika siswa banyak yang mengacungkan tangannya dan jawaban yang siswa berikan bervariatif dalam setiap tindakannya.

Pada siklus 3 peneliti menemukan beberapa temuan pada kegiatan awal. Siswa sudah dapat dikondisikan dengan baik, hal ini terlihat ketika guru akan memulai pelajaran siswa dengan sigap duduk rapi di tempat duduknya. Selain itu, ketika melakukan apersepsi siswa sangat antusias bertanya jawab berkaitan dengan materi pembelajaran.

Pada kegiatan inti, ketika kegiatan menentukan intisari sebanyak 20 kata, siswa sudah mampu menyelesaikan dengan baik tugas tersebut, meskipun ada siswa yang masih perlu bimbingan baik dari segi pemahaman wacana dan segi tulisannya. Selain itu, ketika siswa ditugaskan untuk merangkai intisari menjadi sebuah kalimat yang utuh, siswa sudah faham dengan tugas yang peneliti berikan dengan begitu peneliti hanya membimbing siswa yang perlu bimbingan saja. Ketika siswa diberikan tugas untuk membuat ilustrasi gambar dan membuat ringkasan. Masih ada siswa yang malas untuk mewarnai gambar yang telah digambarkannya sehingga tindakan perbaikan yang harus peneliti tegaskan yaitu membimbing siswa agar mau mewarnai gambarnya dan menjelaskan kembali bahwa segi pewarnaan gambar menjadi poin penilaian tersendiri bagi siswa. Kemudian ketika siswa diberikan tugas untuk membuat rangkuman berkaitan dengan pemahaman siswa mengenai wacana yang telah dibacanya. Siswa sudah cukup mampu membuat rangkuamn tersebut dengan baik dan terarah. Meskipun begitu masih ada siswa yang perlu bimbingan baik dari segi ide maupun teknik penulisannya sehingga tindakan perbaikan yang dapat peneliti lakukan yaitu memberikan pemahaman kepada siswa tentang cara menulis rangkuman yang baik dan memberikan pemahaman tentang

(11)

penulisan EYD yang baku seperti apa dan tulisan yang baik itu seperti bagaimana kepada siswa tersebut.

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian serta refleksi dari setiap siklus pada penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat beberapa temuan dalam pelaksanaan penelitian ini. Temuan yang berupa kekurangan diperbaiki, perbaikan pembelajaran tersebut dilakukan pada setiap siklus. Jika dalam siklus 1 siswa belum dapat dikondisikan dengan baik, pada siklus 2, dan siklus 3 peneliti melakukan perbaikan untuk bertujuan menghasilkan pembelajaran yang lebih baik serta kondusif. Pembelajaran yang kondusif dapat mempermudah siswa untuk menerima dan memahami materi pembelajaran. Selain perbaiakan dalam pengondisian kelas, perbaiakan dilakukan pada persiapan peneliti sebelum pembelajaran yang berupa persiapan pada alat-alat pembelajaran.

Metode pembelajaran yang menarik adalah salah satu faktor penting keberhasilan siswa. Baik itu keberhasilan dalam proses maupun hasil belajar siswa. Penggunaan metode GIST di kelas 4 dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman. Selain dari penggunaan metode yang tepat, pengondisian kelas baik juga dapat memudahkan siswa dalam menerima dan memahami materi pembelajaran. Keberhasilan metode GIST dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dapat dibuktiakn dengan peningkatan proses dan hasil belajar siswa. Adapun peningkatan nilai aktivitas siswa dapat dipaparkan dalam gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Rerata Nilai Proses Siswa

Berdasarkan gambar 1 di atas, dapat dijelaskan bahwa proses membaca pemahaman yang dilakukan oleh siswa dengan menggunakan metode GIST memberikan pengaruh pada pembelajaran berupa rerata nilai siswa yang terus meningkat dari siklus 1 sampai siklus 3. Nilai rata-rata proses siswa pada siklus 1 sebesar 33,5 siklus 2 sebesar 79,6 dan siklus 3 sebesar 86,56. Peningkatan nilai proses tersebut berkaitan dengan kegiatan siswa dalam menentukan intisari paragraf dengan menuliskan informasi penting yang ada dalan setiap paragraf baik fakta maupun pesan penting yang ada didalam wacana tersebut. Kemudian siswa merangkai kembali intisari paragraf tersebut menjadi paragraf baru berdasarkan informasi yang ada dalam wacana yang telah siswa baca dengan tetap memperhatikan fakta yang siswa dapatkan.

Selain dari nilai proses, siswa jga mengalami peningkatan dalam perolehan nilai hasil belajar. Hal tersebut dipaprkan dalam gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Rerata Nilai Hasil Siswa

Berdasarkan gambar 2 di atas dapat dipaparkan bahwa hasil membaca pemahaman siswa dengan menggunakan metode GIST memberikan pengaruh pada

(12)

pembelajaran membaca berupa rerata nilai siswa yang terus meningkat dari siklus 1 sampai dengan siklus 3. Nilai rata-rata hasil siswa pada siklus 1 sebesar 50,8 siklus 2 sebesar 66, dan siklus 3 sebesar 76,05.

Berdasarkan dari hasil peningkatan nilai proses dan hasil belajar siswa, dapat diambil kesimpulan bahwa metode GIST dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa di kelas 4.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan mengenai upaya meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa dengan menggunakan metode GIST. Peneliti akan menyampaikan beberapa kesimpulan mengenai proses pembelajaran dan hasil dari kemampuan membaca pemaham siswa. Adapun beberapa kesimpulan yang akan peneliti paparkan sebagai berikut.

Proses belajar siswa dalam

membaca pemahaman dengan

menggunakan metode GIST terus mengalami peningkatan. Proses tersebut berupa aktivitas menentukan intisari paragraf dan merangkai kembali intisari paragraf tersebut menjadi sebuah paragraf baru. Hal ini dibuktikan dari nilai proses pada siklus 1 siswa memperoleh nilai sebesar 33,5. Kemudian nilai proses yang diperoleh pada siklus 2 sebesar 79,6 . Pada siklus 3 siswa memperoleh nilai proses sebesar 86,56 nilai tersebut semakin meningkat dari siklus sebelumnya. Selain itu, nilai tersebut juga sudah mampu mencapai KKM yaitu 70. Kemudian jika dilihat dari hasil wawancara, observasi dan catatan lapangan menunjukan bahwa siswa sangat suka dengan pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan metode GIST yang peneliti terapkan di kelas.

Setelah pembelajaran membaca pemahaman siswa dengan menggunakan metode GIST diterapkan, kemampuan siswa dalam membaca pemahaman terus mengalami peningkatan. Kemampuan

tersebut berupa hasil rangkuman siswa dan hasil kreasi ilustrasi gambar yang siswa buat. Peningkatan tersebut dibuktikan dengan perolehan hasil nilai kemampuan membaca pemahaman siswa ada siklus 1 siswa memperoleh nilai sebesar 50,8. Pada siklus 2 siswa memperoleh nilai hasil sebesar 66. Pada siklus 3 siswa memperoleh nilai hasil sebesar 76,05 nilai tersebut meningkat secara signifikan. Selain itu, siswa sudah mampu mencapai nilai KKM yang telah ditetapkan sebesar 70. Jika dilihat dari seluruh hasil analisis di atas menunjukan bahwa metode GIST dapat meningkatkan kemampuan membaca pada siswa.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. (2012a). Pembelajaran membaca berbasis pendidikan karakter. Bandung: Refika aditama

Abidin, Yunus. (2012b). Pembelajaran bahasa berbasis pendidikan karakter. Bandung: Refika aditama

Dalman. (2013). Keterampilan membaca. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada Depdiknas. (2013). Kompetensi dasar. Jakarta: Depdiknas

Resmini, N., Juanda, D. (2007). Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di kelas tinggi. Bandung: Upi press Sadulloh, Uyoh. (2011). Pengantar filsafat

pendidikan. Bandung: ALFABETA

Somadayo, Samsu. (2011) . Strategi dan teknik pengajaran membaca. Yogyakarta: Graha ilmu

Gambar

Gambar 1. Rerata Nilai Proses Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai Pemenang Seleksi Umum untuk Pekerjaan Perencanaan Renovasi dan Perluasan Gedung Kantor Pengadilan Negeri Negara1. Demikian Penetapan ini dibuat untuk

(3) Keanggotaan Senat Institut dari wakil Dosen bukan Guru Besar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan Dosen tetap yang diusulkan oleh fakultas dan tidak sedang

Menentukan panjang salah satu sisi atau sudut yang belum diketahui dari dua segitiga yang kongruen Memecahkan masalah yang melibatkan.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

[r]

Masing-masing memiliki fungsi yaitu LED yang terdapat dalam push button akan memancarkan cahaya secara acak sebagai stimulus untuk direspon(tekan) lalu

Beberapa yang menyebabkan mengapa pembelajaran secara inkuiri lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan inkuiri guru dibandingkan dengan pembelajaran konvensional,

Hasil ini menunjukan bahwa variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, free cash flow dan profitabilitas