• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - BAB II DIYAH ERNAWATI PAUD'12

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - BAB II DIYAH ERNAWATI PAUD'12"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Pemahaman Pengurangan

Dalam pengembangan kognitif menurut Kurikulum Dinas Pendidikan

Kabupaten Purbalingga (2004: 6) kognitif merupakan kemampuan berfikir

untuk membantu anak mengembangkan logika matematikanya dan

pengetahuan akan ruang dan waktu serta mempunyai kemampuan untuk

memilah-milah, mengelompokan serta mempersiapkan pengembangan secara

teliti.

Sedangkan menurut Yuliani Nurani Sujiono (2009: 2.14) dalam

pengembangan kognitif ada beberapa kemampuan yang akan dikembangkan,

salah satunya adalah kemampuan aritmatika. Matematika menurut Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1991: 637), matematika adalah ilmu

tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional

yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan.

Pengurangan merupakan bagian dari kemampuan aritmatika yang

dikembangkan.

1. Pengertian pengurangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 637) menyebutkan

pengurangan merupakan proses, cara, perbuatan mengurangi (mengambil

sebagian). Sedangkan menurut Ken Adams (2006: 93) pengurangan

(2)

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

kemampuan pemahaman pengurangan merupakan kemapuan diri sendiri

dalam memahami proses,cara mengurangi dengan memindahkan benda.

Tabel 2.1 Indikator pemahaman pengurangan

Indikator

Mengenal pengurangan 1-10 dengan menggunakan benda-benda Mengurangkan lambang bilangan 1-10

Menghitung pengurangan banyak benda dari 1-10

Menyebutkan hasil pengurangan (memisahkan kumpulan benda) dengan benda 1-10

2. Tujuan kemampuan berhitung

Secara khusus kemampuan berhitung pengurangan sederhana di

Taman Kanak-kanak mempunyai tujuan yaitu :

a. Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini, melalui pengamatan

terhadap benda-benda konkrit, gambar-gambar atau angka-angka

yang terdapat di sekitar anak.

b. Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan

bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan ketrampilan

berhitung.

c. Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi, dan daya apresiasi yang

tinggi.

d. Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat

memperkirakan kemungkinan urutan suatu peristiwa disekitarnya.

e. Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara

(3)

3. Cara menanamkan pemahaman pengurangan

Cara menanamkan pemahaman pengurangan menurut

(2009: 8.36):

Guru menempelkan 5 buah benda (kartu gambar)

lanel, guru bertanya “ada berapa buah?” anak menjawab “lima”.

Guru melepas salah satu benda dari 5 buah benda-benda

papan flanel, sambil guru berkata “Ibu ambil satu

sekarang tinggal berapa?” anak disuruh membilang sisa pengurangan.

Guru menepelkan benda yang telah diambil tadi,

jumlahnya menjadi lima, guru bertanya pada anak ”ada berapa jumlah

benda yang ada di papan flanel?” anak menjawab “lima”.

menurut Yuliani

diambil tadi, sehingga

(4)

d.

Kemudian

berkata “ibu

menyebutkan

memahami kons

Menurut Depdikbud

pengurangan pada anak adalah:

a.

Guru

menanyakan

membilang).

b.

Kemudian guru mengambil 2 buah benda, lalu

berkata “ibu mengambil dua” sekarang tinggal berapa

menyebutkan dan membilang sisanya. Begitu seterusnya sampai

memahami konsep pengurangan (mengurang).

Menurut Depdikbud (1986: 31), cara menanamkan pemaham

pengurangan pada anak adalah:

Guru menyusun kelompok benda di pohon hitung,

menanyakan berapa jumlahnya kepada anak. (anak

membilang).

lalu ibu guru

berapa?. Anak

seterusnya sampai anak

menanamkan pemahaman

pohon hitung, lalu

(5)

Didepan anak guru melepaskan satu benda dari pohon hitung,

sambil berkata “Ibu mengambil satu, ada berapa sekarang?” (anak

disuruh menyebut dan membilang sisa pengurangan itu) 5-1 = 4.

c.

Guru kembali menyusun lima benda di pohon hitung dan

menanyakan berapa jumlahnya.

d.

Di depan anak guru melepaskan dua benda dari pohon hitung,

sambil berkata “Ibu ambil dua, sekarang tinggal berapa?”. Anak

(6)

Menurut Depdikbud (1997: 229) cara mengenalkan konsep

pengurangan pada anak :

1. Guru menyiapkan alat peraga yang akan digunakan.

2. Guru membicarakan tentang konsep pengurangan dengan

menggunakan alat peraga.

3. Guru menyuruh 1 anak untuk meletakkan 5 pensil di atas mejanya.

Guru bertanya ada berapa pensil di atas meja?. Untuk mendapatkan

jawaban berapa pensil yang tinggal yaitu dengan jalan anak disuruh

menghitung/ membilang.

4. Apabila jawaban anak sudah benar, maka guru dapat memberikan

latihan bentuk pengurangan lainnya, misalnya 5 benda diambil 2

benda, 5 benda diambil 3 benda dan seterusnya.

5. Menanamkan konsep pengurangan dapat juga dilakukan dengan cara

yang menyenangkan, misalnya dengan bentuk permainan, nyanyian,

syair dan lain sebagainya.

Jika pengetahuan dan kecakapan dalam pengurangan dengan

bilangan-bilangan 1-5 sudah dikuasai dengan baik, maka pengurangan

dilanjutkan dengan bilangan-bilangan sampai 10.

Pemahaman pengurangan merupakan variabel masalah/variabel

terikat dalam penelitian ini. Dengan adanya variabel masalah dalam

penelitian ini maka peneliti akan melakukan tindakan pemecahan masalah

(7)

Pembelajaran pengurangan di Taman Kanak-kanak bukanlah suatu

hal yang mudah bagi anak TK. Ketika membelajarkan anak TK belajar

pengurangan, muncul pertanyaan besar dan pesimis “apakah mereka

bisa?” dan sebagai guru TK seringkali dianggap sebagai perpanjangan

tangan guru SD yang mengharuskan anak untuk dapat menyelesaikan

tugas matematika, salah satunya pengurangan dengan media yang

menyenangkan, menarik bagi anak.

Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2009: 5.20) cara

mengembangkan logika matematika pada anak dengan mengenalkan

bilangan melalui sajak berirama dan lagu, atau dapat juga membuat sajak

berirama dan lagu tentang pengenalan bilangan dan konsep berhitung

versi sendiri.

Menurut Hildayani (2008: 5.20) kegiatan yang dapat mengasah

kecerdasan logika matematika adalah kegiatan menghitung jumlah

mainan, menebak jumlah pengurangan melalui lagu yang berkaitan

dengan bilangan.

Sedangkan menurut Rose Mini (2007) kegiatan mengenalkan

angka dan berhitung tidak hanya dilakukan di rumah saja, kegiatan

berhitung salah satunya berhitung pengurangan dapat dilakukan di

sekolah dengan menggunakan lagu.

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran pemahaman pengurangan dapat dilakukan melalui

(8)

4. Pelaksanaan pengurangan melalui lagu

Pelaksanaan kemampuan berhitung pengurangan pada penelitian

ini menurut Masitoh (2009: 11.19), prosedur pelaksanaan melalui

bernyanyi : Prosedur pelaksanaan bernyanyi dibagi menjadi 3 tahap, yang

pertama tahap perencanaan, tahap ini merupakan tahap dimana guru

mengembangkan rencana pembelajaran melalui lagu, adapun langkah

pembelajarannya meliputi tujuan, materi pembelajaran, strategi

pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Tahap yang kedua adalah tahap

pelaksanaan, pada tahap ini guru melaksanakan seluruh kegiatan yang

sudah disusun dalam rencana pembelajaran sebelumnya. Dalam tahap

pelaksanaan terdapat 3 (tiga) kegiatan, yaitu kegiatan pembukaan dimana

guru memperkenalkan lagu yang akan dinyanyikan bersama-sama,

kegiatan tambahan anak diajak mendramatisir lagu, kegiatan

pengembangan, guru membantu anak mengenal pengurangan. Tahap yang

ketiga adalah tahap penilaian, pada tahap ini adalah tahap untuk

mengetahui sejauhmana tingkat perkembangan anak yang sudah dicapai.

B. Lagu Matematika di TK sebagai Media Pembelajaran Pengurangan Anak Usia

Dini

1. Fungsi lagu pada anak

Menurut Rachmi (2008: 1.13), fungsi lagu selain untuk

memperkenalkan juga merangsang ketertarikannya pada materi terhadap

ilmu yang lainnya. Selain itu menurut Rachmi (2008: 1.14), lagu dapat

(9)

yang terpendam dalam ingatan anak. Syair lagu akan membuka kotak

ingatannya.

Menurut Depdikbud (1995: 1), nyanyian memiliki fungsi sosial

selama nyanyian itu dikomunikasikan. Melalui nyanyian kita berupaya

membantu diri anak menuju kedewasaaan dalam hal

menumbuhkembangkan aspek fisik, intelegensi, emosi, dan rasa sosial

anak.

2. Hakekat Musik dan Lagu bagi Perkembangan Anak

Lagu merupakan gubahan seni, nada atau suara dalam urutan

kombinasi dan hubungan temporal. Menurut Depdikbud (1994: 3),

hakikat nyanyian adalah bahasa emosi anak yang dapat mengungkapkan

perasaan. Nyanyian atau lagu adalah bahasa nada, karena nyanyian dapat

didengar, dapat dinyanyikan dan dikomunikasikan. Nyanyian atau lagu

adalah bahasa gerak.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1976: 550), lagu adalah

ragam suara yang berirama. Ragam suara inilah yang sangat berperan

penting dalam menstimulus kecerdasan otak anak.

Lagu anak-anak adalah lagu yang dirancang sedemikian rupa, baik

lirik maupun melodinya sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak.

Melodi lagu anak umumnya bertempo sedang dan kaya pengulangan.

Sementara liriknya disusun dengan bahasa yang sederhana, mudah

diucapkan dan kaya pengulangan. Sesuai kebutuhan anak untuk bermain,

(10)

3. Pembelajaran Pengurangan

Menurut Sujiono dkk (2009: 6.15) cara mengembangkan

kecerdasan logika matematika pada anak, dangan mengenalkan bilangan

melalui sajak berirama dan lagu, pengenalan bilangan melalui nyanyian

anak-anak atau dapat juga membuat sajak berirama dan lagu tentang

pengenalan bilangan dan konsep berhitung versi sendiri.

Menurut Hildayani dkk (2008: 5.20) kegiatan yang dapat

mengasah kecerdasan logika-matematika anak. Bermain tebak-tebakan

dengan menghitung jumlah mainan, menebak penjumlahan dan

pengurangan sederhana, serta menyanyikan lagu-lagu yang berkaitan

dengan bilangan akan membantu anak mengenal bilangan. Bisa juga

belajar menghitung saat berbaris atau membentuk kelompok, atau

mengajak anak membantu membaca tanggal pada kalender. Dalam

keseharian anda dapat memberikan contoh lain.

Menurut Rose Mini (2007), kegiatan untuk mengenal angka dan

hitungan tidak hanya dilakukan di rumah, kegiatan ini juga dapat

dilakukan di sekolah dengan menggunakan lagu ataupun dari instruksi

yang diberikan guru.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

konsep matematika sederhana, dalam hal ini pengurangan dapat dilakukan

(11)

4. Jenis Musik dan Lagu yang dapat Mencerdaskan Logika Matematika

Menurut Rachmi (2008: 2.22), lagu matematika yang mampu

menambahkan pembelajaran pengurangan :

Anak ayam

Tek kotek kotek kotek

Anak ayam lahir 8

Mati satu

Tinggal berapa?

Guru bisa menggunakan alat atau benda yang ada di sekitar

sejumlah yang akan disebutkan, kemudian guru mengambil, menyiapkan

sejumlah yang disebutkan, lalu guru menyebutkan hasilnya.

Menurut John M. Ortiz (2002: 48), menu musik untuk belajar

matematika :

a. 1 2 3 (board book and casset)a

b. Adition,

c. Bethies Really Silly Song About Number

d. Number Hant With Pooh

e. Number

Lagu-lagu yang disebut di atas adalah lagu-lagu yang bisa untuk

memperkenalkan angka dan urutan hitungan.

Menurut Depdikbud (1997: 30), beberapa lagu matematika yang

(12)

a. Lagu Petik Buah

Syair:

Di pohon ada mangga

Sepuluh buah banyaknya

Tiga di makan monyet

Sekarang tinggal berapa?

b. Ikan kesayangan

Syair:

Lihatlah didalam kolam kumasukan ikan kesayangan

Delapan ekor berenang renang di dalam kolam bersenang-senang

Tiba-tibalah dipancing tiga ekor ikan kesayangan

Kasihan oi oi sungguh kasihan ikan delapan tinggal berapa?

Dari isi syair lagu di atas guru dapat mengajarkan

pembelajaran pengurangan sederhana dengan menggunakan papan

planel dan kartu gambar atau pohon hitung dan maket buah maupun

binatang. Guru menempelkan kartu atau maket sejumlah yang

disebutkan dalam lagu. Guru mengambil sebagian, lalu anak

menyebutkan sisanya.

5. Manfaat Musik bagi Perkembangan Anak

Lagu adalah bagian dari musik. Musik selain sebagai salah satu

jenis hiburan ternyata mempunyai manfaat lain untuk anak-anak.

Mendengarkan musik tidak hanya untuk kesehatan fisiknya, tapi juga

(13)

Berbasis penelitian, sejumlah ahli menyebutkan bukti-bukti manfaat

mendengar musik untuk anak salah satunya meningkatkan kemampuan

matematika.

Menurut hasil penelitian psikolog Fran Rauscher dan Gordon

Shaw dari University California-Irvine, Amerika Serikat, ada kaitan erat

antara kemahiran bermusik dengan penguasaan level matematika yang

tinggi juga ketrampilan dibidang sains, ketika kelak anak sudah

bersekolah. Musik juga mampu meningkatkan inteligensi spasialnya

(kecerdasan ruang) sebanyak 46 persen dibanding anak-anak yang tidak

terekspos musik,

(http://eka.web.id.id/manfaat-musik-bagi-perkembangan-anak.html)

Menurut Rachmi dkk (2008: 1.12-1.13) beberapa konsep

matematika atau bidang ilmu eksata yang lain dapat dipahami oleh anak

lebih baik ketika dijelaskan melaluai musik dan pemanfaatan musik.

“Bagaimana nyanyian dapat memperluas proses belajar anak?”

Kita belajar akan lebih efektif jika kita tahu apa yang akan kita

pelajari. Sekecil apapun pengetahuan subjek yang akan kita pilih akan

memudahkan kita memperoleh dan menggali informasi baru dengan

informasi lama yang dimilikinya, anak akan lebih tertarik pada subjek

tersebut. Dengan demikian anak akan dapat belajar dengan tujuan yang

jelas.

Melalui musik anak akan menemukan cara belajar yang

menyenangkan. Guru dapat memperkenalkan dan merangsang

(14)

berhitung/aritmatika, sosial, science, dan sebagainya. Dengan demikian

proses belajar akan lebih mudah dan guru dapat membangun sebuah

jaring-jaring ketertarikan belajar yang positif pada anak usia muda

tersebut.

C. Alat Peraga

Sumad dalam buku Nelvira (2011: 15-16) alat peraga merupakan salah

satu dari media pendidikan adalah alat untuk membantu proses belajar

mengajar agar proses komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif. Jadi

alat peraga termasuk media pembelajaran yang berperan sebagai perangsang

belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak

menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar.

Menurut Depdiknas (2011: 115), prinsip-prinsip pembuatan alat peraga

adalah multiguna, bahan yang digunakan mudah diperoleh dan tidak

menggunakan bahan berbahaya. Alat peraga dibuat disesuaikan dengan

tujuan, fungsi dan tingkat perkembangan anak sehingga dapat menimbulkan

kreatifitas anak dan dapat dimainkan sehingga menimbulkan kesenangan bagi

anak.

Menurut Depdiknas (2011: 16), syarat pembuatan alat peraga adalah

memiliki segi edukatif yaitu kesesuaian dengan proses belajar mengajar dan

kesesuaian dengan dikdatik metodik. Selain itu pembuatan alat peraga

memiliki syarat segi tekhnik yang meliputi kebenaran ditinjau dari konsep

(15)

keamanan tidak membahayakan pemakai, ketetapan ukuran dan kompabilitas/

keluwesan dari bagian-bagian suatu alat peraga dapat digunakan dengan alat

lain (bukan pasangannya).

(Depdiknas: 2007: 11) Guru menyediakan alat peraga kartu gambar

dan kartu angka, anak mencoba bermain mencari kartu angka yang sesuai

dengan kartu gambar. Anak langsung praktek dengan pengurangan.

Alat peraga kartu angka dan alat peraga kartu gambar merupakan alat

media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran

pengurangan yang nyata. Kartu gambar digunakan untuk menghitung

pengurangan secara bersama dengan menyanyikan lagu matematika.

D. Hubungan antara Lagu dan Kartu Gambar dengan pengurangan

Menurut Rachmi (2008: 2.18), ada enam hal yang harus diperhatikan

dalam memilih lagu, diantaranya adalah nyanyian sebaiknya mengulang

informasi dan ketrampilan praktis yang dapat dilakukan anak-anak. Dengan

menyanyikan lagu tersebut, guru kembali mengajarkan dan mengulang

apa-apa yang telah mereka pelajari. Sebagai contoh guru telah mengajarkan

pengurangan. Nyanyikan bersama-sama dengan anak sambil menempelkan

kartu gambar.

Informasi atau pesan yang terkandung dalam syair lagu petik buah

adalah informasi tentang pengambilan benda dari sekelompok benda.

Sekelompok benda tersebut berupa kartu gambar yang ditempelkan pada

(16)

ketrampilan praktis yang dilakukan anak. Dengan demikian dapat

disimpulkan, bahwa lagu dan kartu gambar mempunyai hubungan dengan

proses pembelajaran pengurangan.

E. Kriteria Keberhasilan

1. Pedoman Penilaian

Menurut Nana Sudjana (2009: 3), penilaian adalah proses

memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan

suatu kriteria tertentu.

Penilaian menurut Ralph Tyler (1950), merupakan sebuah proses

pengumpulan data untuk menentukan sejauhmana, dalam hal apa, dan

bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai, sedangkan Brewer (1992)

dalam Soemiarti (2000), menyatakan penilaian adalah penggunaan sistem

evaluasi yang bersifat komperhensif (menyeluruh) untuk menentukan

kualitas dari suatu program atau kemajuan dari seorang anak.

Dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu usaha

mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis,

berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang perkembangan yang telah

dicapai oleh anak didik melalui pembelajaran.

Penilaian dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya

yaitu melalui pengamatan. Untuk melakukan evaluasi penelitian saya

(17)

Menurut Depdiknas (dalam Pedoman Penilaian TK, 2006: 6-7)

dalam prosedur di TK, yaitu :

a. Guru melaksanakan penilaian dengan mengacu pada kemampuan

(indikator) yang hendak dicapai dalam satuan kegiatan yang

direncanakan dalam tahapan waktu tertentu dengan memperhatikan

prinsip penilaian yang telah ditentukan. Penilaian dilakukan seiring

dengan kegiatan pembelajaran. Guru tidak secara khusus

melaksanakan penilaian, tetapi ketika pembelajaran dan kegiatan

bermain. Dalam pelaksanaan penilaian sehari-hari, guru menilai

kemampuan (indikator) semua anak yang hendak dicapai seperti yang

telah diprogramkan dalam Satuan Kegiatan Harian (SKH).

b. Cara pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut :

1) Catatlah hasil penilaian perkembangan anak pada kolom

penilaian di Satuan Kegiatan Harian (SKH).

2) Anak yang belum mencapai indikator seperti yang diharapkan

dalam SKH atau dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru,

maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan diberi

tanda bulatan ( ).

3) Anak yang sudah melebihi indikator yang tertuang dalam SKH

atau mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan secara

tepat/cepat/lengkap/benar, maka anak pada kolom penilaian

(18)

4) Jika semua anak menunjukkan kemampuan sesuai indikator yang

tertuang dalam SKH, maka pada kolom penilaian dituliskan nama

semua anak dengan tanda cek (√).

Pedoman penilaian Taman Kanak-kanak (2010: 11), catatan hasil

penilaian harian perkembangan anak dicantumkan pada kolom RKH.

Pergantian lambang atau simbolik yaitu dengan lambang atau simbol

bintang yang akan digunakan oleh peneliti untuk melakukan penilaian.

Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator seperti:

dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom

penilaian ditulis nama anak dan diberi tanda satu bintang (). Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator seperti yang

diharapkan RKH mendapatkan tanda dua bintang (). Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indikator dalam RKH

mendapat tiga bintang (). Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH

mendapatkan tanda empat bintang ().

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pedoman

penilaian menurut Kemendiknas Dirjen Mandas dan Menengah Direktorat

Pembinaan TK/SD Tahun 2010 dan pedoman evaluasi untuk mengukur

tingkat keberhasilan perbaikan pembelajaran adalah 80% dari jumlah

anak tuntas belajar (Nana Sudjana, 2004: 133).

Kriteria untuk mengukur tingkat keberhasilan upaya perbaikan

(19)

a. Proses pembelajaran siswa individual dinyatakan berhasil jika 80%

dari materi yang diajarkan guru dapat dikuasai oleh siswa.

 = Belum Berkembang (BB)

 = Mulai Berkembang (MB)

 = Berkembang Sesuai Harapan (BSH)

 = Berkembang Sangat Baik (BSB)

b. Proses perbaikan pembelajaran secara klasikal dan pemberian tugas

dengan metode yang tepat dan efektif dinyatakan apabila 80% dari

jumlah siswa didalam kelas itu menguasai dan memahami

kemampuan materi pembelajaran.

2. Indikator Keberhasilan

Menurut kurikulum (2004: 17), kemampuan pengurangan

permulaan anak usia 4-6 tahun meliputi :

Tabel 2.2 Indikator Keberhasilan Tindakan

Hasil belajar Indikator

Anak mampu memahami konsep matematika sederhana

Mengenal pengurangan 1-10 dengan menggunakan benda-benda

Mengurangkan lambang bilangan 1-10 Menghitung pengurangan banyak benda dari 1-10

Menyebutkan hasil pengurangan (memisahkan kumpulan benda) dengan benda 1-10

Sesuai dengan ketentuan dari Depdiknas, peneliti akan

menggunakan simbol dalam penilaian sebagai berikut :

(20)

Simbol  : artinya Berkembang Sesuai Harapan (BSH) Simbol  : artinya Berkembang Sangat Baik (BSB) Dalam penelitian ini peneliti membuat kriteria sebagai berikut :

= Anak belum berkembang sesuai indikator yang

diinginkan

 = Anak mulai berkembang menghitung pengurangan 1

sampai dengan 5

 = Anak mulai berkembang menghitung pengurangan 1

sampai dengan 10 dengan bantuan guru

 = Anak sudah berkembang sesuai indikator yang

Kondisi awal 1. Kemampuan pengurangan masih rendah.

2. Siswa tidak aktif. 3. Hasil belajar rendah.

(21)

Pada kondisi awal penelitian, kemampuan pengurangan siswa

kelompok B TK Pertiwi Handayani Karanganyar Kabupaten Purbalingga

masih rendah. Dilakukan upaya perbaikan siklus I dan siklus II dengan

kegiatan mengenalkan pemahaman pengurangan dengan menyanyikan lagu

matematika, pada siklus II melakukan kegiatan menghitung dan menyebutkan

hasil pengurangan dengan menggunakan alat peraga kartu gambar. Jika pada

kondisi akhir belum mencapai hasil yang optimal, maka perbaikan dilanjutkan

pada siklus ke III.

G. Hipotesis Tindakan

Hipotesis pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode lagu

matematika dengan alat peraga kartu gambar dapat meningkatkan

Gambar

Tabel 2.1  Indikator pemahaman pengurangan
Tabel 2.2 Indikator Keberhasilan Tindakan

Referensi

Dokumen terkait

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Data hasil pretes dan postes yang telah diperoleh akan dianalisis untuk melihat bagaimana efektivitas model pembelajaran reflektif untuk meningkatkan pemahaman

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang pemerintahan desa, dari 1945 sampai 2005 memberikan posisi eksistensi Desa Pakraman, mengalami pasang surut, hal

Hipotesis deposit monasit di daerah Belitung berasal dari batuan granit kelompok Tanjungpandan berumur Pra-Tersier yang telah mengalami desintregrasi dan lapukan

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Kawasan wisata Gunung Galunggung sangat memiliki potensi berwisata tetapi sangat disayangkan wisata tersebut promosi yang dilakukan dari objek wisata ini masih sangat