• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kata - Yulia Anjas Indriani BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kata - Yulia Anjas Indriani BAB II"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Pengertian Kata

Berikut ini adalah pendapat dari para ahli bahasa mengenai konsep kata. 1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat

dibagi atas bagian-bagiannya, dan mengandung sebuah ide (Keraf, 1991: 44) 2. Kata adalah satuan bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain setiap

satuan bebas merupakan kata (Kushartanti, 2005: 151).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kata adalah satuan bebas, atau bentuk yang paling kecil, mampu berdiri sendiri, dan sudah mempunyai arti. Kata merupakan dua macam satuan, ialah satuan fonologik dan satuan gramatik. Sebagai satuan fonologi, kata terdiri satu atau beberapa suku, dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Sebagai satuan gramatik, kata terdiri dari satu atau beberapa morfem.

B. Jenis Kata

(2)

pada siswa sering salah penempatan atau pemilihan, sehingga menimbulkan makna gramatikal yang tidak utuh.

C. Pengertian Konjungsi

Menurut Sumarlan (2003: 32), konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana.

Menurut Kridalaksana (1994: 102), konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi. Konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setataran maupun yang tidak setataran.

Contoh:

(1) Ia pergi karena saya

(2) Ia pergi karena saya mengusirnya

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konjungsi sama dengan kata sambung, disebut juga dengan konjungtor, dan termasuk kata tuga menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, kalimat dengan kalimat.

(3)

sebagai sebab, karena, dan sejak dapat menghubungkan kata maupun klausa. Pada kalimat berikut ini ditemukan preposisi yang dapat pula bertindak sebagai konjungsi.

(3) a. Dia tidak kuliah karena kematian ayahnya. b. Dia tidak kuliah karena ayahnya meninggal (4) a. Dia sudah dapat membaca sejak bulan Agustus

b. Dia sudah dapat membaca sejak dia berumur lima tahun.

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa ada kata yang mempunyai keanggotan ganda yaitu sebagai preposisi maupun konjungsi. Konjungsi karena dan sejak pada kalimat (3a), (3b), (4a), dan (4b). Pada kalimat (3a) dan (3b) konjungsi karena sekaligus dipakai sebagai preposisi. Preposisi pada kalimat (3a) terlihat pada klausa karena kematian ayahnya, sedangkan pada kalimat (3b) preposisi terlihat pada klausa karena ayahnya meninggal. Pada kedua kalimat tersebut konjungsi karena berperan juga sebagai preposisi.

Pada kalimat (4a) dan (4b) konjungsi sejak sekaligus dipakai sebagai preposisi. Preposisi pada kalimat (4a) terlihat pada klausa sejak bulan Agustus, sedangkan pada kalimat (4b) preposisi terlihat pada klausa sejak dia berumur lima tahun. Pada kedua kalimat tersebut, konjungsi sejak berperan juga sebagai preposisi.

D. Macam-Macam Konjungsi

Macam-macam konjungsi di dalam kalimat menurut Chaer (1987: 141-167) terbagi dalam beberapa jenis antara lain sebagai berikut: konjungsi dan, konjungsi dengan, konjungsi serta, konjungsi atau, konjungsi tetapi, konjungsi namun, konjungsi sedangkan, konjungsi sebaliknya, konjungsi bahkan, konjungsi

(4)

Berikut ini akan dijelaskan tentang macam-macam konjungsi yang terdapat di dalam kalimat.

1. Konjungsi dan

Konjungsi dan untuk menyatakan gabungan, biasa digunakan a. di antara dua kata benda

Perhatikan kalimat berikut.

(5) Ibu dan Ayah pergi ke Surabaya. (6) Adik dibelikan baju dan sepeda. b. di antara dua kata kerja.

Perhatikan kalimat berikut ini.

(7) Mereka makan dan minum di kantin. (8) Ibu memasak dan meyuapi adik.

c. di antara dua buah kata sifat yang tidak bertentangan. Perhatikan beberapa kalimat berikut ini.

(9) Anak itu rajin dan pandai.

(10)Pohon pisang itu besar dan panjang. Perlu diperhatikan bahwa.

1) Kalau keduanya kata sifat yang digabungkan dengan konjungsi dan sifatnya bertentangan, maka tidak mungkin menduduki fungsi subjek. Perhatikan kalimat berikut ini.

(11)Kaya dan miskin di hadapan Tuhan sama saja. (12)Baik dan buruk perlu dipertimbangkan sekali.

(5)

(13)Dia ditendang, dipukul, dan dibanting musuhnya. (14)Anak itu ramah, rajin, dan pandai.

3) Di antara dua buah klausa (bagian kalimat) dalam sebuah kalimat majemuk atau luas. Perhatikan kalimat berikut.

(15)Kakak mandi dan Adik melihat tv. (16)Ali belajar dan Ana barmain.

4) Jika klausa-klausa yang digabungkan lebih tinggi, maka konjungsi dan hanya digunakan di antara dua buah klausa yang terakhir.

Dari penjelasan tersebut perhatikan kalimat berikut. (17)Bupati menyumbang tujuh juta rupiah, Camat menyumbang enam

juta rupiah, dan para pengusaha menyumbang tiga juta rupiah. 2. Kojungsi dengan

Konjungsi dengan fungsinya untuk menyatakan gabungan, dapat digunakan di antara dua buah kata benda. Perhatikan penggunaan konjungsi pada kalimat berikut.

(18) Andi dengan Ani pergi ke sekolah. (19) Ayah dengan Ibu pergi ke kantor. 3. Konjungsi serta

Konjungsi serta berfungsi untuk menyatakan gabungan biasa digunakan di antara dua buah kata benda. Hal ini dapat diperhatikan pada kaimat berikut.

(20) Ibu serta bapak akan berkunjung ke rumah nenek. (21) Kakak serta adik akan pergi ke Bogor.

4. Konjungsi atau

Konjungsi atau berfungsi untuk menyatakan memilih, dapat digunakan di antara.

(6)

Perhatikan penggunaan konjungsi atau pada kalimat berikut: (22) Kamu pilih dia atau aku?

(23) Merah atau putih baju yang kamu minta? b. Dua buah kata kerja.

Perhatikan kalimat berikut ini.

(24) Jangan menegur atau mengajak bicara anak yang nakal itu. (25) Dua buah kata sifat yang berlawanan makna.

c. Dua buah kata sifat yang berlawanan makna. Perhatikan kalimat berikut ini.

(26) Kaya atau miskin sama saja di hadapan Tuhan. (27) Mahal atau murah akan kubeli rumah itu. d. Kata kerja atau kata sifat dengan bentuk ingkarnya.

Hal itu dapat diperhatikan pada kalimat berikut ini. (28) Kamu mau datang atau tidak, itu urusanmu. (29) Jujur atau tidak jujur, saya tidak tahu masalah itu. e. Dua buah klausa dalam sebuah kalimat majemuk setara.

Perhatikan kalimat berikut ini.

(30) Saya datang ke rumahnya, atau kau yang datang ke rumahku. Perlu diketahui bahwa.

Kalau yang dipilih lebih dari dua unsur, maka konjungsi atau ditempatkan di antara kedua unsur yang terakhir.

Perhatikan kalimat berikut ini.

(7)

5. Konjungsi tetapi

Konjungsi tetapi dengan fungsi untuk menyatakan pertentangan yang digunakan di antara

a. dua buah kata sifat yang berkontras di dalam sebuah kalimat. Perhatikan kojungsi tetapi pada kalimat berikut ini.

(32) Anak itu pandai tetapi malas. (33) Dia memang bodoh tetapi rajin.

b. dua buah klausa yang subjeknya merujuk pada identitas yang sama sedangkan predikatnya adalah dua buah kata sifat yang berkontras.

Perhatikan pula pada kalimat berikut.

(34) Rumah itu besar dan indah tetapi halamannya sempit.

c. dua buah klausa yang subjeknya merujuk pada identitas yang tidak sama dengan predikatnya adalah dua buah kata sifat yang berlawanan.

Hal ini dapat diperhatikan pada kalimat berikut. (35) Ali sangat pandai tetapi adiknya bodoh.

(36) Di dalam rumah gelap sekali tetapi di luar sangat terang.

d. dua buah klausa, di mana klausa pertama berisi pernyataan, dan klausa kedua berisi pengingkaran dengan kata tidak. Perhatikan juga pada kalimat berikut ini.

(37) Kami ingin melanjutkan sekolah tetapi tidak ada biaya.

(38) Saya memang datang ke pesta tetapi tidak ada yang berkesan di hatiku.

(8)

(39) Saya ingin terus belajar.Tetapi ayah saya menyuruh bekerja. Seharusnya saya ingin terus belajar, tetapi ayah menyuruh saya bekerja.

6. Konjungsi namun

Konjungsi namun dengan fungsi menggabungkan mempertentangkan digunakan di antara dua buah kalimat. Kalimat pertama atau kalimat sebelumnya, berisi pernyatan dan kalimat kedua berisi pernyataan yang kontras dengan kalimat pertama. Hal ini dapat diperhatikan pada kalimat berikut.

(40) Sejak kecil dia kami asuh, kami didik, dan kami sekolahkan, namun sekarang dia lupa kepada kami.

(41) Setiap hari dia bekerja keras tanpa mengingat waktu, jauh dari keluarga, namun dia tetap menjalankan sholat.

Perlu diperhatikan pula bahwa.

a. Konjungsi namun sesungguhnya sama fungsinya dengan konjungsi tetapi. Namun konjungsi tetapi hanya digunakan sebagai penghubung antarklausa, sedangkan konjungsi namun digunakan sebagai penghubung antarkalimat.

b. Konjungsi namun untuk lebih jelas, dapat diikuti kata begitu dan demikian. Perhatikan kalimat berikut ini.

(42) Sejak kecil kami rawat dan kami sekolahkan, namun begitu setelah dewasa dan jadi orang kini dia lupa kepada kami.

(43) Dia memang keras kepala, bandel, namun demikian hatinya baik dan suka menolong.

7. Konjungsi sedangkan.

Konjungsi sedangkan dengan fungsi untuk menyatakan pertentangan. Perhatikan kalimat berikut ini.

(9)

(45) Kakanya menjadi dosen, sedangkan adiknya menjadi guru. 8. Konjungsi sebaliknya

Konjungsi sebaliknya berfungsi untuk menyatakan gabungan atau mempertentangkan, digunakan di antara dua buah klausa yang bertentangan. Perhatikan penggunaan konjungsi sebaliknya pada kalimat berikut.

(46) Diberi pertolongan bukannya terima kasih, sebaliknya malah dia diam saja.

9. Konjugsi bahkan

Konjungsi bahkan berfungsi untuk menggabungkan dan menguatkan antar klausa, dapat digunakan di antara dua buah kalimat. Perhatikan kalimat berikut ini.

(47) Dia pandai sekali bahkan sampai juara kelas. 10. Konjungsi lagipula

Perhatikan kalimat berikut ini.

(48) Saya tidak masuk hari ini, lagipula saya tidak mengajar.

(49) Mari makan di warung ini, harganya murah lagipula enak masakannya.

11. Konjungsi apalagi

Konjungsi apalagi berfungsi untuk menyatakan gabungan pernyataan, digunakan pada awal keterangan atau kalimat tambahan.

Hal ini dapat diperhatikan pada kalimat berikut ini.

(10)

Secara optimal konjungsi apalagi dapat diikuti kata kalau atau jika bila digunakan pada kalimat yang tidak bersubjek. Perhatikan kalimat berikut ini.

(52) Hawa di sini sejuk sekali, apalagi kalau malam hari. (53) Saya tidak dapat hadir, apalagi kalau tidak di jemput

E. Pengelompokan Konjungsi

Menurut Moeliono (peny) (1997: 236-240), dilihat dari perilaku sintaktisnya, konjungsi dibagi empat kelompok, yaitu konjungsi koordinatif, konjungsi korelatif, konjungsi subordinatif, dan konjungsi antarkalimat.

1. Konjungsi Koordinatif

Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama.

Perhatikan konjungsi koordinatif berikut. dan : penanda hubungan penambahan serta : penanda hubungan pendampingan atau : penanda hubungan pemilihan tetapi : penanda hubungan perlawanan melainkan : penanda hubungan perlawanan padahal : penanda hubungan pertentangan sedangkan : penanda hubungan pertentangan

Konjungsi koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain karena konjungsi itu, disamping menghubungkan kata, juga membentuk frasa, tetapi frasa yang dihasilkan bukanlah frasa preposisional. Hal ini dapat diperhatikan pada kalimat berikut.

(54) Dia menangis dan istrinya pun ikut tersedu-sedu. (55) Dia mencari saya dan adik saya.

(56) Aku yang datang ke rumahmu atau kamu yang datang ke rumahku? (57) Sebenarnya anak itu pandai tetapi malas.

(11)

(60) Ibu sedang masak, sedangkan Ayah membaca Koran.

Di samping makna ‘pemilihan’ konjungsi atau mempunyai makna ‘penambahan’. Untuk makna penambahan seperti itu, konjungsi atau pada umumnya dipakai bila makna kalimatnya berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan kurang baik. Dalam hal itu partikel pun dapat ditambahkan pada konjungsi koordinatif atau sehingga menjadi ataupun. Hal ini dapat diperhatikan pada kalimat berikut.

(61) Karyawan yang malas atau (pun) tidak jujur akan ditindak.

(62) Polisi yang melalaikan tugas atau (pun) yang melakukan pungli akan dipecat.

(63) Penumpang dilarang merokok atau (pun) meludah di dalam bis. 2. Konjungsi Korelatif

Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa atau klausa yang dihubungkan. Hal ini dapat diperhatikan pada konjungsi korelatif berikut.

baik…maupun...

tidak hanya…tetapi juga…. bukan hanya...melainkan juga… demikian…sehingga….

sedemikian rupa....sehingga… apa (kah)…atau…

entah…entah…. jangankan…pun….

Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.

(64) Baik Pak Anwar maupun istrinya tidak suka merokok. (65) Kita tidak hanya harus setuju, tetapi juga patuh.

(12)

(67) Ketika harus mengerjakannya sedemikian rupa sehingga hasilnya benar- benar baik.

(68) Jangankan orang lain, orang tuanya sendiri pun tidak dihormati. 3. Konjungsi Subordinatif

Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa, atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaktis yang sama. Salah satu dari klausa itu merupakan anak kalimat. Jika dilihat dari perilaku sintaktis dan semantisnya, konjungsi subordinatif dapat dibagi menjadi tiga belas kelompok. Berikut ini adalah kelompok-kelompok konjungsi subordinatif.

a. Konjungsi Subordinatif Waktu: 1) Sejak, semenjak, sedari

2) Sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, seraya, selama, serta, sambil, demi.

3) Setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seusai. 4) Hingga, sampai.

b. Konjungsi Subordinatif Syarat:

Jika, jikalau, kalau, asal (kan), bila, manakala.

c. Konjungsi Subordinatif pengandaian: andaikan, seandainya, umpamanya, sekirannya

d. Konjungsi Subordinatif Tujuan: agar, supaya, biar

e. Konjungsi Subordinatif Konsesif; biarpun, meski(pun), walau(pun), sekalipun, sungguhpun, kendati(pun).

f. Konjungsi Subordinatif Pembandingan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, laksana, ibarat, daripada, alih-alih.

(13)

i. Konjungsi Subordinatif Alat: dengan, tanpa. j. Konjungsi Subordinatif Cara: dengan, tanpa. k. Konjungsi Subordinatif Komplementasi: bahwa. l. Konjungsi Subordinatif Atribut: yang

m. Konjungsi Subordinatif Perbandingan: sama…dengan, lebih…dari(pada) Contoh:

(69) Pak Buchori sudah meningal sebelum dokter datang. (70) Saya akan naik haji jika tanah saya laku.

(71) Aya pasti akan memaafkannya seandainya dia mau mengakui kesalahannya.

(72) Narto harus belajar giat agar naik kelas.

(73) Pembangunan tetap berjalan terus meskipun dana makin menyempit.

Seperti halnya dengan kelompok konjungsi koordinatif, dalam kelompok konjungsi subordinatif ada pula anggota yang termasuk dalam kelompok preposisi. Kata sebelum dan karena dapat diikuti oleh klausa dan dapat pula diikuti oleh kata. Dalam hal yang pertama kata-kata itu bertindak sebagai konjungsi.

(74) Sebelum pergi ayah sarapan dahulu (diikuti kata) (75) Karena sakit dia tidak berangkat sekolah (diikuti kata)

(76) Aku berangkat ke sekolah sebelum ayah berangkat ke kantor (diikuti klausa)

(77) Aku menyanyi karena itu memang hobiku (diikuti klausa) 4. Konjungsi Antarkalimat

(14)

Berikut ini adalah penggunaan kata penghubung antar kalimat. Anggota subkelompok (a) menyatakan kesediaan untuk melakukan sesuatu yang berada ataupun bertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya meliputi konjungsi biarpun demikian, sekalipun demikian, sungguhpun demikian, walaupun demikian.

Anggota subkelompok (b) menyatakan kenyataan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya meliputi konjungsi kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya. Anggota subkelompok (c) menyatakan peristiwa, atau

keadaan lain di luar dari yang telah dinyatakan sebelumnya, meliputi konjungsi tambahan pula, lagi pula, selain itu. Anggota kelompok (d) mengacu kebalikkan

dari yang dinyatakan sebelumnya, yakni konjungsi sebaliknya dan sesungguhnya. Anggota subkelompok (e) menyatakan keadaan yang sebenarnya meliputi konjungsi sesungguhnya dan bahwasanya. Anggota subkelompok (f) menyatakan pengguatan keadaan yang dinyatakan sebelumnya, meliputi konjungsi malah(an) dan bahkan. Anggota subkelompok (g) menyatakan pertentangan dengan keadaan sebelumnya, meliputi konjungsi (akan)tetapi dan namun. Anggota subkelompok (h) menyatakan keeksklusifan dari hal yang dinyatakan sebelumnya, meliputi konjungsi kecuali itu. Anggota subkelompok (i) menyatakan konsekuensi, meliputi konjungsi dengan demikian. Anggota kelompok (j) menyatakan akibat, meliputi konjungsi oleh sebab itu dan oleh karena itu. Anggota kelompok (k) menyatakan yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya, meliputi sebelum itu. Hal ini dapat diperhatikan pada kalimat berikut.

(15)

(79) Mereka belanja ke pasar. Sesudah itu, mereka pergi ke taman.

(80) Pak Ahmad menderita penyakit jantung. Selain itu, dia juga mengidap tekanan darah tinggi.

(81) Penjahat itu tidak mengindahkan tembakan peringatan. Sebaliknya, dia melawan polisi dengan senjata apinya.

(82) Masalah yang dihadapi memang sulit. Sesungguhnya, masalah itu sudah diduga sebelumnya.

(83) Pak Hadi sudah tahu soal itu. Bahkan, dia sudah menanganinya. (84) Keadaan memang sudah mulai aman. Akan tetapi, kita harus tetap

waspada (Moeliono (peny), 1997: 139 – 140) F. Hubungan Konjungsi

Menurut Moeliono (peny) (1997: 317), dilihat dari hubungan semantik antarklausa dalam kalimat majemuk setara. Dan dari segi arti koordinatornya, ada tiga hubungan atau relasi: (a) hubungan penjumlahan, (b) hubungan perlawanan, dan (c) hubungan pemilihan.

1. Hubungan Penjumlahan

Hubungan penjumlahan adalah hubungan yang menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan peristiwa, dan proses. Hubungan tersebut ditandai oleh koordinator dan, serta, atau baik...maupun. Hubungan penjumlahan terdiri dari (a) sebab-akibat, (b) urutan waktu, (c) pertentangan, dan (d) perluasan.

Contoh:

(85) Pengaruh Revolusi Bolsyewik makin tertanam dalam dirinya, dan dari situ idenya tentang revolusi sebagai perjuangan untuk menyatakan bangsa Indonesia dari cengkeraman kaum kapitalis-klonialis berkembang cepat.

(86) Dia mengintip dari tirai dan berusaha mendengarkan pembicaraan mereka.

(87) Di satu pihak kita mengajukan kesalehan dan di lain pihak banyak orang tua melanggarnya.

(16)

Pada contoh (81), klausa kedua merupakan akibat dari klausa pertama. Pada contoh (82), klausa kedua terjadi sesudah klausa yang pertama tanpa ada hubungan sebab-akibat. Pada contoh (83), klausa kedua menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang dinyatakan dalam klausa pertama. Dan pada contoh (84), klausa kedua memberikan informasi atau menjelaskan tambahan untuk melengkapi informasi klausa pertama.

2. Hubungan Perlawanan

Hubungan perlawanan adalah hubungan yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam klausa pertama berlawanan, atau tidak sama, dengan apa yang dinyatakan dalam klausa kedua. Hubungan tersebut ditandai dengan koordinat tetapi. Hubungan perlawanan itu dapat dibedakan atas hubungan yang

menyatakan (a) penguatan, (b) implikasi, dan (c) perluasan. Contoh:

(89) Bapak menjadi perhatian tidak saja dari keluarga, tetapi juga menjadi perhatian penduduk desaku.

(90) Suami istri itu sudah lama menikah, tetapi belum juga dikaruniai seorang anak pun.

(91) Adat dipertahankan agar tidak berubah, tetapi unsur-unsur baru dari luar yang dianggap baik dimasukkan ke dalamnya.

(17)

3. Hubungan Pemilihan

Hubungan pemilihan adalah hubungan yang menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan yang dinyatakan oleh kedua klausa yang dihubungkan. Koordinat yang menyatakan hubungan pemilihan itu adalah atau.

Contoh:

(92) Saya tidak tahu apakah dia akan ikut atau tidak.

Pada contoh (88), merupakan contoh kalimat yang memiliki hubungan pemilihan yang menyatakan pertentangan.

Selain itu, menurut Moeliono (peny) (1997: 322), dilihat dari hubungan semantik antarklausa yang membentuknya dalam kalimat majemuk bertingkat, dapat dibagi menjadi delapan: (a) hubungan waktu, (b) hubungan tujuan, (c) hubungan konsesif, (d) hubungan penyebaban, (e) hubungan pengakibatan, (f) hubungan cara, (g) hubungan hasil, dan (h) hubungan tributif.

1. Hubungan Waktu

Hubungan waktu adalah hubungan yang jika klausa sematanya menyatakan waktu terjadinya peristiwa atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa utama. Hubungan waktu dapat dibedakan lagi menjadi (a) batas waktu permulaan (semenjak, sedari), (b) waktu bersamaan (sewaktu, seraya, serta, selagi, sementara, selama, sambil, dan ketika ), (c) waktu berurutan (sebelum,

setelah, seusai, begitu, dan sehabis), dan (d) waktu batas akhir (hingga, sampai).

Contoh:

(93) Sejak aku disertahkan orang tuaku kepada Nenek, aku tidur di atas dipan di kamar Nenek yang luas.

(18)

(95) Ia baru kembali ke desa setelah biaya untuk melanjutkan sekolahnya tidak ada.

(96) Gotong royong itu berjalan dengan lancar sampai kami menyelesaikan sekolah.

Pada contoh (89), merupakan hubungan waktu permulaan dengan penanda hubungan sejak. Pada contoh (90), merupakan hubungan waktu bersamaan dengan penanda hubungan ketika. Pada contoh (91), merupakan hubungan waktu berurutan dengan penanda hubungan setelah. Dan pada contoh (92), merupakan hubungan waktu batas akhir dengan penanda hubungan sampai.

2. Hubungan Tujuan

Hubungan tujuan adalah hubungan yang terjadi jika klausa sematannya menyatakan suatu tujuan atau harapan dari apa yang tersebut dalam klausa utama. Subordinator yang dipadai untuk menyatakan hubungan itu adalah agar, supaya, dan biar.

Contoh:

(97) Saya sengaja tinggal di kota kecil agar dapat mengetahui kehidupan di sana.

3. Hubungan Konsesif

Hubungan konsesif adalah hubungan yang terdapat dalam sebuah kalimat yang klausa sematannya membuat pernyataan yang tidak akan mengubah apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Subordinator yang dipakai adalah walau (pun), meski (pun), sekalipun, biar (pun), kendati (pun), dan sungguhpun.

Contoh:

(19)

4. Hubungan penyebaban

Hubungan penyebaban adalah hubungan yang terdapat dalam kalimat yang klausa sematannya menyatakan sebab atau alasan terjadinya sesuatu yang dinyatakan dalam klausa utama. Subordinator yang dipakai adalah sebab, karena, dan oleh karena.

(99) Pusat Penelitian Kependududkan terpaksa menangguhkan beberapa rencana penelitian karena belum ada tenaga pelaksana.

5. Hubungan Hasil

Hubungan pengakibatan adalah hubungan yang klausa sematannya menyatakan akibat dari apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Hubungan ini biasanya dinyatakan dengan memakai subordinator seperti sehingga, sampai, dan maka.

(100)Kami tidak setuju maka kami protes. 6. Hubungan Cara

Hubungan cara adalah hubungan yang terdapat dalam kalimat yang klausa sematannya menyatakan cara pelaksanaan dari apa yang dinyatakan oleh klausa utama. Subordinator yang sering dipakai adalah dengan.

Contoh:

(101)Kesebelasan PSMS mempertahankan kemenangannya dengan strategi bertahan.

7. Hubungan Atributif

(20)

oleh acuan nomina tertentu pada klausa utama. Subordinator yang digunakan adalah yang. Hubungan atributif posesif terjadi jika klausa sematan posesif juga merupakan sematan pewatas, tetapi menyatakan hubungan pemilikan. Cara membentuk klausa semacam itu adalah dengan menambahkan partikel –nya pada nomina yang berdiri sesudah pemarkah yang. Pemakaian partikel itu tanpa mengindaikan apakah pemilikannya jamak atau tunggal.

Contoh:

(102)Pamannya yang tinggal di Bogor meninggal kemarin.

(103)Pelamar yang ijazahnya dari Boston (itu) memenuhi persyaratan kami.

Referensi

Dokumen terkait

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH5.

Hambatan dalam pengelolaan perpustakaan sebagai sumber belajar adalah fasilitas gedung atau ruangan yang kurang layak, koleksi buku yang masih terbatas,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK; (2) tidak ada

Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau ini menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar

Faktor yang mempengaruhi wanita karir menunda pernikahan di PT. Philips Batam, yaitu Mengejar karir, Memenuhi keinginan orang tua, status sosial di masyarakat, Tidak

Kami menyadari bahan ini dimungkinkan masih terdapat kekurangan baik isi maupun bentuk sajiannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran untuk kesempurnaan

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan apabila dikaitkan dengan teori, dalam penerapan petunjuk teknis kegiatan di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas

Dari segi ukuran sektor informal adalah mereka yang berusaha sendiri atau usaha mikro yang mempunyai pekerja tidak lebih dari 20 orang.. Kelembagaan