• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI HARGA BAHAN BAKU, UPAH TENAGA KERJA DAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI TERHADAP HASIL PRODUKSI BATA MERAH DI KABUPATEN CILACAP SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONTRIBUSI HARGA BAHAN BAKU, UPAH TENAGA KERJA DAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI TERHADAP HASIL PRODUKSI BATA MERAH DI KABUPATEN CILACAP SKRIPSI"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI HARGA BAHAN BAKU, UPAH TENAGA KERJA DAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI TERHADAP

HASIL PRODUKSI BATA MERAH DI KABUPATEN CILACAP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

oleh: ARI DWIDADI

(051324001)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

KONTRIBUSI HARGA BAHAN BAKU, UPAH TENAGA KERJA DAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI TERHADAP

HASIL PRODUKSI BATA MERAH DI KABUPATEN CILACAP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

oleh: ARI DWIDADI

(051324001)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

PERSEMBAHAN

 

"Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia

memberikan kekekalan dalam hati mereka.

Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan

yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir."

(Pengkotbah 3: 11)

(6)

Motto

“ Segeralah beranjak

dari masa lalu

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Juli 2012 Penulis

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Ari Dwidadi Nomor Mahasiswa : 051324001

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : “KONTRIBUSI HARGA BAHAN BAKU, UPAH TENAGA KERJA DAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI TERHADAP HASIL PRODUKSI BATA MERAH DI KABUPATEN CILACAP” beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 18 Juli 2012

(9)

ABSTRAK

KONTRIBUSI HARGA BAHAN BAKU, UPAH TENAGA KERJA DAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI TERHADAP HASIL PRODUKSI BATA

MERAH DI KABUPATEN CILACAP Ari Dwidadi

Universitas Sanata Dharma 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi: harga bahan baku bata merah, upah tenaga kerja, penggunaan teknologi terhadap hasil produksi bata merah di Kabupaten Cilacap.

Penelitian dilaksanakan di Desa Penggalang, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap pada bulan maret 2012. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, kuisioner, dan dokumentasi. Populasi penelitian adalah 110 pengrajin bata merah. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 83 pengrajin bata merah yang diambil dengan menggunakan rumus Krijicie dan Morgan. Kemudian dilakukan uji asumsi klasik, uji hipotesis, uji F, regresi linear berganda, dan uji t dengan menggunakan sofware SPSS versi 17.00.

(10)

ABSTRACT

THE CONTRIBUTION OF RAW MATERIAL PRICES, WAGES AND THE APPLICATION OF TECHNOLOGY IN PRODUCING RED BRICK

IN THE DISTRICT OF CILACAP

Ari Dwidadi Sanata Dharma University

2012

This study aims to determine the contribution: red brick raw material prices, labor wages, the application of technology for producing of red brick in Cilacap.

The study was conducted in Penggalang village, Adipala Sub-district, Cilacap District in March 2012. Data collected by using the method of observation, questionnaires, and documentation. The population of this study were 110 craftsmen of red brick. The number of samples were 83 craftsmen of red brick which were taken by Krijicie’s and Morgan’s formula. Then they were tested by the classic assumption test, hypothesis test, F test, multiple linear regression, and the t test using SPSS software version 17.00.

The results show that: (1) raw material prices contributed significantly to the production of red brick, (2) labor wages contributes significantly to the production of red brick, (3) the application of technology contributes significantly to the production of red brick. The amount of R2 0.805 means 80.5% of the red brick production is explained by the price of raw materials, labor, and the application of technology, while 18.7% is explained by other variables which are not included in the research model.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari dukungan dan dorongan dari berbagai pihak, yang telah memberikan semangat, saran, kritik, ide, dan penghiburan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Rohadi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikaan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Indra Darmawan, S.E.,M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(12)

5. Bapak Indra Darmawan, S.E.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan dorongan, nasehat, dan selalu berdoa untuk penulis.

7. Mbak Atin Purwaningsih yang selalu memberikan dukungan untuk penulisan skripsi ini.

8. Mas Ardi yang selalu memberikan semangat dan dukungan untuk penulisan skripsi ini.

9. Istriku Nian Putriana yang senantiasa menemani serta memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini.

10.Jagoan kecilku Mauro Efrata yang selalu menghibur serta memberi semangat dalam penulisan skripsi ini.

11.Sepupuku tercinta Kasianto yang selalu memberikan semangat serta memberi dukungan.

12.Teman-teman seperjuangan Darwis Alfonsus, Hendrikus Prastoko Hadi, Rinto Cahyadi, Jojo, Ibu Nia, Ibu Lelly, Ibu Lia, Bapak Anton dan teman-teman angkatan 2005 yang selalu memberikan dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan kuliah ini.

(13)

grinjink lainnya yang telah memberi dukungan serta menjadi sahabat yang baik.

14.Teman-teman di Ngapak Riki Peluppesy, Roeland Tulaks Borong, Ricads Situmorang, Andika Borong, Febrio Ratri Putra, Made Radyka, Surip, Alwee Wijayanto, Windy, Yetti, Ifah, Yulli Encil dan teman-teman lain terima kasih atas dukungan kalian semua.

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang berkepentingan terhadap skripsi ini.

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAAN.. ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAAN.. ... iv

MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

1. Teori produksi dengan satu faktor berubah ... 13

(15)
(16)

2. Variabel terikat ... 43

B. Perekonomian Desa Penggalamg ... 69

C. Kondisi Sosial Budaya ... 71

D. Visi dan Misi Desa Penggalang ... 62

E. Strategi Pembangunan Desa ... 75

F. Arah Kebijakan Keuangan Desa ... 77

G. Program/kegiatan Pembangunan Desa……….. .. 79

H. Industri Bata Merah di Desa Penggalang……… 84

I. Gambaran Pembuatan Bata Merah……….. 88

J. Hambatan-hambatan dalam Proses Pembuatan Bata Merah. 89 BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 90

A. Deskripsi Data Responden ... 91

B. Deskripsi Variabel Penelitian... 95

1. Harga bahan baku ... 95

2. Upah tenaga kerja ……….. . 96

(17)

4. Produksi bata merah ………. .. 98

C. Hasil Analisis Data……….. 99

D. Pembahasan………. 111

BAB VI PENUTUP ... 115

A. Kesimpulan ... 115

B. Saran ... 116 DAFTAR PUSTAKA

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Hubungan jumlah tenaga kerja dan jumlah produksi ... 15

Tabel II.2 Gabungan tenaga kerja dan modal ... 21

Tabel III.1 Instrument penelitian ... 56

Tabel III.2 Kisi-kisi pengukuran penelitian ... 57

Tabel VI.1 Data penduduk menurut usia ... 71

Tabel IV.2 Data penduduk berdasarkan mata pencaharian ... 72

Tabel V.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin…. . 91

Tabel V.2 Karakteristik responden berdasarkan usia ... 92

Tabel V.3 Karakteristik responden berdasarkan jumlah pegawai... 94

Tabel V.4 Harga bahan baku ... 95

Tabel V.5 Upah tenaga kerja ... 96

Tabel V.6 Penggunaan teknologi ... 97

Tabel V.7 Produksi bata merah ... 98

Tabel V.8 Uji heterokedastisitas ... 102

Tabel V.9 Hasil uji autokorelasi ... 103

Tabel V.10 Nilai variance inflation factor (VIF) ... 105

Tabel V.11 Hasil uji F-test ... 106

Tabel V.12 Hasil regresi linear berganda ... 107

(19)

DAFTAR GAMBAR

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perekonomian negara berkembang seperti Indonesia, sektor industri merupakan sektor yang sedang dikembangkan oleh pemerintah saat ini. Beralihnya sektor agraris ke industri ini diyakini sebagi sektor yang dapat memimpin sektor lainnya. Selain itu beralihnya sektor agraris ke sector industri diharapkan mampu mengangkat bangsa ini menuju perekonomian yang lebih maju dan berkembang. Selain itu beralihnya sektor agraris ke industri negara Indonesia akan dapat bersaing dengan negara-negara lainya yang industrinya maju, dimana dalam perkembangan global saat ini area pasar bebas sudah sangat meningkat dan nantinya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

(21)

industri juga dalam penanganan produknya lebih bisa dikendalikan oleh manusia.

Industri dapat digolongkan menjadi beberapa kategori. Salah satunya adalah industry kecil. Industri kecil sangat bermanfaat bagi perekonomian suatu negara terutama negara berkembang seperti Indonesia, karena industri kecil lebih menghasilkan produksi yang murah, dan sederhana. Industri kecil juga mampu menyerap tenaga kerja. Apalagi industri kecil berada dipedesaaan, pertumbuhan industri kecil dapat menimbulkan dampak yang positif terhadap peningkatan tenaga kerja, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan. Dari sisi kebijakan industri kecil harus diperhatikan karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian angkatan kerja, tetapi juga ujung tombak dalam upaya pemberantasan kemiskinan.

Keberadaan industri dalam suatu negara yang berkembang dijadikan tulang punggung perekonomian masyarakat karena kegiatan utama dari industri kecil adalah menyentuh langsung terhadap kebutuhan masyarakat yang langsung terjun didalamnya. Namun dalam hal tersebut industri kecil dilihat sebagai suatu kegiatan usaha yang kurang profesional, modal terbatas, manajemen sederhana, kemampuan dan ketrampilan terbatas, menggunakan teknologi yang sederhana serta kerapuhan usahanya.

(22)

pertama kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan dalam memperoleh modal dan keterbatasan untuk memperoleh jalur-jalur permodalan. Ketiga kelemahan dibidang organisasi dan sumber daya manusia. Keempat, keterbatasan usaha dan jaringan kerja sama antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran).

Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif karena persaingan yang saling mematikan. Keenam, pembinaan yang dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap industri kecil.

Data yang ada menyebutkan, saat ini jumlah UMKM di Kabupaten Cilacap sebanyak 184.859 buah yang tersebar di 24 kecamatan. Dari jumlah tersebut, sekitar 6.251 diantaranya atau 3,3 persen yang saat ini baru tersentuh pembinaan oleh dinas terkait termasuk para BUMN. Menurut Bupati Bapak Tato Suwarto Pamuji dalam sambutannya menyampaikan, tiga permasalahan saat ini dihadapi oleh kalangan UMKM. Masing-masing persoalan yang terkait dengan keterbatasan modal. Lainnya masalah kualitas kemasan produk yang belum memenuhi standar dan soal pemasaran (http://www.cilacapkab.go.id). 

(23)

Kabupaten Cilacap memiliki berbagai potensi salah satunya adalah industri bata merah. salah satu daerah pusat industri bata merah terdapat di Desa Penggalang, kecamatan Adipala, kabupaten Cilacap. Banyak bata merah yang di pasok dari desa penggalang untuk pembangunan perumahan untuk kawasan kabupaten Cilacap dan sekitarnya. Faktor pendukung terwujudnya sentra industi bata merah diantaranya ketersediaan bahan baku. Sumber bahan baku yang melimpah di desa Penggalang dengan lokasi yang strategis yang terletak di jalan antarkota dalam provinsi memungkinkan usaha ini semakin berkembang.

Pada tahun 2011 jumlah industri bata merah di desa Penggalang mencapai 110 unit. Jumlah pengrajin industry bata merah ini rata-rata dalam sehari dapat menghasilkan bata merah hingga 7.000 buah-10.000 buah per hari bata merah. Permintaan bata merah bukan hanya dari daerah kabupetan Cilacap saja melainkan dari kabupetan sekitar Cilacap antara lain Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga, dan Ciamis. Dengan tingginya permintaan dari daerah sekitar desa Penggalang dan kabupaten Cilacap membuat industri ini menjadi suatu industri yang terus berkembang diwilayah Cilacap (data, primer pra penelitian).

(24)

karena yang sangat dominan untuk melancarkan kegiatan produksi hingga memperoleh hasil produksi dari suatu kegiatan produksi adalah tenaga kerja. Dengan tenaga kerja kegiatan produksi itu akan cepat terselesaikan dengan baik. Apabila tenaga kerja itu dididik dengan baik hingga menjadi tenaga kerja yang professional yaitu tenaga kerja yang memiliki ketrampilan dan kemampuan sehingga mampu bekerja lebih produktif pasti hasil produksi yang diperoleh akan sesuai dengan target yang telah ditentukan.

Dalam memproduksi bata merah tenaga yang banyak digunakan adalah tenaga manusia. Di Desa Penggalang dalam proses produksi bata merah kebanyakan tenaga kerja yang digunakan berasal dari warga sekitar industri bata merah. Tenaga kerja yang bekerja pada setiap industri bata merah ini sekitar 5-10 orang. Para pekerja bekerja hingga 6-8 jam per hari dengan upah atau bayaran Rp 100.000, 00 per hari. Mereka bekerja dari jam 6 pagi sampai jam 2 siang(data primer prapenelitian).

(25)

memproduksi 1000 bata merah mencapai Rp 22.000,00, untuk tanah liat harga untuk memproduksi 1000 bata merah mencapai Rp 22.000,00, untuk tanah liat merah harga untuk memproduksi 1000 bata merah mencapai Rp 22.000,00. Dalam sehari biasanya pengrajin bata merah dapat memproduksi bata merah mencapai 20.000 bata merah(data prapenelitian).

Berdasarkan latar belakang yang peneliti sampaikan maka produksi batu bata merah merupakan salah satu sumber pendapatan masyarakat yang harus terus dikembangkan dan membuka lapangan kerja baru bagi penduduk sekitar maka peneliti mengambil judul Kontribusi Harga Bahan Baku, Upah Ternaga Kerja dan Penggunaan Teknologi terhadap Hasil

Produksi Bata Merah di Kabupaten Cilacap.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Seberapa besar kontribusi harga bahan baku terhadap hasil produksi batu bata merah di Kabupaten Cilacap?

2. Seberapa besar kontribusi upah tenaga kerja terhadap hasil produksi batu batamerah di Kabupaten Cilacap?

(26)

4. Seberapa besar kontribusi harga bahan baku, upah tenaga kerja, dan penggunaan teknologi terhadap hasil produksi bata merah di kabupaten Cilacap?

C. Batasan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kontribusi harga bahan baku, upah tenaga kerja dan penggunaan teknologi terhadap hasil produksi bata merah. Berkaitan dengan semakin meningkatnya permintaan bata merah sebagai bahan untuk pembangunan rumah, ketersediaan bahan baku di sekitar desa Penggalang, serta untuk mengurangi tingkat pengangguran maka penelitian ini memfokuskan pada harga bahan baku, upah tenaga kerja dan penggunaan teknologi.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kontribusi harga bahan baku bata merah terhadap hasil produksi batu bata merah di Kabupaten cilacap.

2. Untuk mengetahui kontribusi upah tenaga kerja terhadap hasil produksi batu bata merah di Kabupaten Cilacap.

(27)

4. Untuk mengetahui kontribusi harga bahan baku bata merah, upah tenaga kerja dan penggunaan teknologi bata merah terhadap hasil produksi bata merah di Kabupaten Cilacap.

E. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat yang cukup berarti bagi pihak – pihak antara lain:

1. Untuk Pemerintah

Memberikan masukan dan informasi tambahan yang berguna bagi perkembangan industi batu bata merah di Kabupaten Cilacap, khususnya di Desa Penggalang, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap.

2. Untuk Peneliti

Sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuaan yang berhubungan harga bahan baku, upah tenaga kerja dan penggunaan teknologi terhadap produksi batu bata merah sehingga dapat menjadi suatu kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori yang diperoleh selama perkuliahan sebagai syarat selesainya studi jenjang Strata 1 (S1).

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

(28)
(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Produksi

Menurut Manullang (2000 : 179) produksi adalah proses koordinasi

berbagai faktor produksi atau sumber daya untuk mentransformasi bahan

menjadi barang (produk) atau jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Produk adalah hasil proses produksi dengan penggunaan berbagai sumber

daya untuk menciptakan penambahan faedah, baik faedah bentuk, faedah

waktu, faedah tempat, atau faedah pemilikan. Dalam suatu perusahaan

penambahan faedah merupakan suatu proses produksi yang bertujuan untuk

memaksimumkan keuntungan.

Menurut Gilarso (2004:83) produksi adalah kegiatan manusia untuk

menghasilkan barang atau jasa yang secara langsung dan tidak langsung

berguna untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kemampuan barang/jasa untuk

memenuhi kebutuhan manusia disebut kegunaan/faedah, manfaat atau utility.

Kegunaan yang ditimbulkan atau ditambah dalam proses produksi dapat

dirinci sebagai berikut :

1. Barang harus diadakan. Misalkan minyak bumi yang masih terpendam

didalam tanah tidak banyak gunanya, supaya dapat dimanfaatkan maka

(30)

mengadakan barang tersebut disebut dengan menciptakan kegunaan dasar

(elementary utility).

2. Barang harus mempunyai bentuk tertentu. Minyak harus disuling terlebih

dahulu agar dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan. Usaha

mengolah barang dan memberikan bentuk yang sesuai menimbulkan

kegunaan bentu (form utility).

3. Barang harus berada pada tempat dimana dibutuhkan. Misalkan bensin

tidak ada gunanya bila masih di pelabuhan, sementara bensin tersebut

dibutuhkan di daerah kota. Usaha produksi untuk menyalurkan barang

ketempat dimana dibutuhkan itu menimbulkan kegunaan tempat (utility of

place).

4. Barang harus tersedia pada waktu dibutuhkan. Misalkan bensin tersedia

pada waktu akan pergi dengan menggunakan mobil, atau dalam

perjalanan pada waktu kehabisan bensin. Makan tersedia pada waktu kita

lapar. Kegiatan produksi yang usahanya menyediakan barang/jasa pada

waktu dibutuhkan ini menciptakan kegunaan waktu ( utility of time).

5. Barang harus sewaktu-waktu dapat digunakan untuk yang memerlukan.

Misalkan untuk rumah untuk pondokan atau kos yang bukan milik

sendiri, dapat disewakan untuk jangka waktu tertentu. Usaha produksi

yang menyediakan kegunaan jasa (utility of possession, atau service

(31)

B. Fungsi produksi

Menurut Sukirno (2006 : 193 ) fungsi produksi adalah hubungan

diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakanya.

Faktor-faktor produksi dapat dibedakan menjadi empat golongan antara lain :

tenaga kerja, tanah, modal dan keahlian berwirausaha. Dalam ilmu ekonomi

didalam menganalisis mengenai produksi, selalu dimisalkan bahwa tiga faktor

produksi yang dinyatakan (tanah, modal, keahlian kewirausahaan) adalah

tetap jumlahnya. Hanya tenaga kerja yang dipandang sebagai faktor produksi

yang berubah-ubah jumlahnya.

Faktor produksi juga dikenal dengan istilah input dan jumlah produksi

selalu juga disebut sebagai output. Fungsi produksi selalu dinyatakan dengan

bentuk rumus :

Q = f(K,L,R,T)

Keterangan : K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan

ini meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian keusahawanan., R adalah

kekayaan alam, dan T adalah tingkat teknologi. Sedangkan Q adalah jumlah

produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor-faktor produksi., yaitu

secara bersama dugunakan untuk memproduksi barang yang sedang dianalisis

sifat produksinya.

Persamaan tersebut merupakan persamaan matematis yang pada

(32)

teknologi yang digunakan. Dengan membandingkan berbagai gabungan

faktor-faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah barang tertentu dapatlah

ditentukan gabungan faktor produksi yang paling ekonomis untuk

memproduksi sejumlah barang tersebut.

Teori produksi dalam ilmu ekonomi membedakan analisisnya kepada

dua pendekatan yaitu :

1. Teori produksi dengan satu faktor berubah

Teori produksi yang sederhana mengambarkan hubungan diantara

tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja untuk

menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis

tersebut dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainya adalah tetap

jumlahnya, yaitu modal dan tanah dianggap jumlahnya tidak mengalami

perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya

adalah tenaga kerja.

a. Hukum hasil lebih yang semakin berkurang.

Hukum hasil yang semakin berkurang merupakan suatu hal yang

tidak dapat dipsahkan dari teori produksi. Hukum ini menjelaskan sifat

pokok dari hubungan diantara tingkat produksi dan tenaga kerja yang

digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Hukum ini

menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah

jumlahnya (tenaga kerja) terus menerus ditambah sebanyak satu unit,

(33)

tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan akan

semakin berkurang dan akhirnya akan mencapai nilai negatif. Sifat

pertambahan produksi seperti ini menyebabkan pertambahan produksi

total semakin lambat dan akhirnya mencapai tingkat yang maksimum

dan kemudian menurun. Dengan demikian pada hakekatnya hukum

hasil lebih yang semakin berkurang menyatakan bahwa hubungan

diantara tingkat produksi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan

dapat dibedakan menjadi tiga tahap, yaitu :

1) Tahap pertama : produksi total mengalami pertambahan yang

semakin cepat.

2) Tahap kedua : produksi total pertambahanya semakin lambat.

3) Tahap ketiga : produksi total semakin lama semakin berkurang.

Dalam tabel 2.1 dikemukakan suatu gambaran mengenai produksi

barang pertanian diatas sebidang tanah yang tetap jumlahnya, tetapi

umlah tenaga kerjanya berubah-ubah. Dalam gambaran itu ditunjukan

bahwa produksi total yang ditunjukan pada kolom 3 mengalami

penambahan yang semakin cepat apabila tenaga kerja ditambah dari 1

menjadi 2, dan 2 menjadi 3. Maka dalam keadaan ini kegiatan

memproduksi mencapai tahap pertama. Dalam hal ini setiap tambahan

tenaga kerja menghasilkan tambahan produksi yang lebih besar dari

(34)

bertambah. Data dalam kolom 4 yaitu data produksi pada tahap

pertama, mengambarkan keadaan tersebut.

Tabel II.1

Hubungan Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi

Tanah

Sumber : Sadono Sukirno 2006

Apabila tenaga kerja ditambah dari 3 menjadi 4, kemudian 4 menjadi

5, kemudian 5 menjadi 6, dan selanjutnya 6 menjadi 7, produksi total

tetap bertambah, tetapi jumlah pertambahanya semakin lama semakin

sedikit. Maka dalam keadaan ini produksi mencapai tahap kedua, yaitu

(35)

setiap pertambahan pekerja akan menghasilkan tambahan produksi

kurang daripada tambahan produksi pekerja sebelumnya.

Pada tahap tiga pertambahan tenaga kerja tidak akan

menambah produksi total, yaitu produksi total berkurang. Pada waktu

tenaga kerja bertambah dari 7 menjadi 8, produksi total masih

mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 15 unit. Akan tetapi apabila

satu lagi tenaga kerja ditambah dari 8 menjadi 9, produksi totalnya

menurun. Produksi total lebih lanjut apabila tenaga kerja menjadi 10.

b. Produksi total, produksi rata-rata dan produksi marjinal.

Kolom (4) menunjukan nilai produksi marjinal, yaitu tambahan

produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang

digunakan. Apabila ∆TP adalah pertambahan tenaga kerja, ∆TP adalah

pertambahan produksi total, maka produksi marjinal (MP) dapat

dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

MP = ∆TP/∆L

Sebagai contoh perhitungan, perhatikan keadaan yang berlaku apabila

tenag kerja bertambah dari 4 menjadi 5 orang. Table 2.1 menujukan

bahwa produksi bertambah dari 1080 menjadi 1290 (kolom3), yaitu

pertambahan sebanyak 210 (ditunjukan kolom 4). Maka produksi

(36)

menjadi 2 dan tahap kedua produksi marjinal meningkat sebanyak 410

apabila pekerja bertambah dari 2 menjadi 3. Pada tahap kedua

produksi marjinal semakin menurun besarnya. Ini berarti hukum hasil

lebih yang semakin berkurang mulai berlaku semenjak permulaan

tahap kedua. Pada tahap ketiga produksi marginal adalah negatif.

Besarnya produksi rata-rata yaitu produksi yang secara rata-rata

dihasilkan oleh setiap pekerja, ditunjukan pada kolom (5). Apabila

produksi total adalah TP, jumlah tenaga kerja adalah L, maka produksi

rata-rata (AP) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut :

AP = TP/L

Ketika tenaga kerja yang digunakan adalah 2 orang, produksi total

adalah 400. Dengan demikian produksi rata-rata adalah 400/2 = 200.

Angka-angka pada kolom (5) menunjukan bahwa dalam tahap pertama

jumlah produksi rata-rata semakin bertambah besar. Apabila 2 pekerja

saja digunakan seperti ditunjukan diatas, produksi rata-rata hanya 200.

Produksi rata-rata mencapai jumlah yang paling tinggi pada waktu

jumlah tenaga kerja adalah 3 dan 4, yaitu pada permulaan tahap kedua

atau pada batas tahap pertama dan tahap kedua). Jumlah produksi

rata yang paling tinggi ini adalah 270. Sesudah tahap ini produksi

(37)

c. Kurva produksi total, produksi rata-rata dan produksi marginal.

Kurva TP merupakan kurva produksi total. Kurva ini

menunjukan hubungan antara jumlah produksi dengan jumlah tenaga

kerja yang digunakan dalam menghasilkan produksi. Bentuk TP

cekung ke atas apabila tenaga kerja yang masih digunakan masih

sedikit (yaitu apabila tenaga kerja kurang dari 3). Ini berarti tenaga

kerja adalah masih kekurangan kalu dibandingkan sengan faktor

produksi (dalam contoh faktor lain tersebut adalah tanah) yang

dianggap tetap jumlahnya. Dalam keadaan yang seperti itu produksi

marginal bertambah tinggi, dan sifat ini dapat dilihat pada kurva MP

(yaitu kurva produksi marjinal) yang menaik.

Gambar II.1

Kurva produksi total, produksi rata-rata, produksi marjinal

(38)

Setelah menggunakan 4 tenaga kerja, pertambahan tenaga kerja

selanjutnya tidak akan menambah produksi total secepat sebelumnya.

Keadaan ini digambarkan oleh kurva produksi marjinal (kurva MP)

yang menurun, dan kurva produksi total (kurva TP) yang mulai

cembung ke atas.

Sebelum tenaga kerja yang digunakan melebihi 4, produksi

marjinal adalah lebih tinggi daripada produksi rata-rata. Maka kurva

produksi rata-rata, yaitu kurva AP, akan bergerak keatas atau

horizontal. Keadaan ini mengambarkan bahwa produksi rata-rata

bertambah tinggi atau tetap. Pada waktu 4 tenaga kerja digunakan

kurva produksi marjinal memotong kurva produksi rata-rata. Sesudah

perpotongan tersebut kurva produksi rata-rata menurun kebawah yang

menggambarkan bahwa produksi rata-rata semakin merosot.

Perpotongan diantara kurva MP dan kurva AP menggambarkan

permulaan dari tahap kedua. Pada keadaan ini produksi rata-rata

mencapai tingkat yang lebih paling tinggi.

Tahap ketiga dimulai pada waktu 9 tenaga kerja digunakan.

Pada tingkat tersebut kurva MP memotong sumbu datardan

sesudahnya kurva tersebut berada dibawah sumbu datar. Keadaan ini

mengambarkan bahwa produksi marginal mencapai angka yang

negatif. Kurva produksi total (TP) mulai menurun pada tingkat ini,

(39)

lebih banyak tenaga kerja digunakan. Keadaan dalam tahap ketiga ini

menunjukan bahwa tenaga kerja yang digunakan adalah jauh melebihi

daripada yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan produksi

tersebut secara efisien.

2. Teori produksi dengan menggunakan dua faktor berubah.

Dalam analisis ini terdapat dua jenis faktor produksi yang dapat diubah

jumlahnya. Misalkan faktor yang dapat diubah adalah jumlah modal dan

tenaga kerja. Misalkan pula bahwa kedua faktor produksi dapat berubah

ini dapat dipertukar-tukarkan pengunaannya, yaitu tenaga kerja dapat

mengantikan modal atau sebaliknya. Apabila dimisalkan pula harga

tenaga kerja dan pembayaran perunit kepada modal diketahui, analisis

bagaimana perusahaan akan meminimumkan biaya dalam usahanya untuk

mencapai suatu tingkat produksi tertentu dapat ditunjukan.

a. Kurva produksi sama (Isoquant)

Misalkan seorang penguasaha ingin memproduksi suatu barang

sebanyak 1000 unit. Untuk memproduksi barang tersebut ia harus

menggunakan tenaga kerja dan modal penggunanya dapat ditukar.

Dalam tabel 2.2 digambarkan empat gabungan tenaga kerja dan modal

(40)

Tabel II.2

Gabungan tenaga kerja dan modal untuk menghasilkan 1000

unit produksi

Gabungan Tenaga kerja (unit) Modal (unit)

A

Sumber : Sadono Sukirno 2006

Gabungan A menunjukan bahwa 1 unit tenaga kerja dan 6 unit

modal dapat menghasilkan produksi yang diinginkan tersebut.

Gabungan B menunjukan bahwa yang diperlukan adalah 2 unit tenaga

kerja dan 3 unit modal. Gabungan C menunjukan yang diperlukan

adalah 3 unit tenaga kerja dan 2 unit modal. Akhirnya gabungan D

menunjukan bahwa yang diperlukan adalah 6 unit tenaga kerja dan 1

unit modal.

Kurva IQ pada gambar 2.2 dibuat berdasarkan gabungan tenaga

kerja dan modal yang terdapat pada tabel 2.2. kurva tersebut

dinamakan kurva produksi sama atau kurva isoquant. Kurva ini

menggambarkan gabungan tenaga kerja dan modal yang akan

(41)

tingkat produksi tersebut adalah 1000 unit. Disamping itu didapati

kurva IQ1, IQ2, dan IQ3 yang terletak diatas kurva IQ.

Gambar II.2 Kurva Produksi Sama

Sumber : Sadono Sukirno 2006

Ketiga-ketiga kurva lain tersebut mengambarkan tingkat produksi

yang berbeda-beda, yaitu berturut-turut sebanyak 2000 unit, 3000 unit

dan 4000 unit (semakin jauh dari titik 0 letaknya kurva, semakin tinggi

tingkat produksi yang ditunjukan). Masing-masing kurva yang baru

tersebut menunjukan gabungan-gabungan tenaga kerja dan modal yang

(42)

b. Garis biaya sama (isocost)

Untuk menghemat biaya produksi dan memaksimumkan

keuntungan, perusahaan harus meminimumkan biaya produksi.

Untuk membuat analisis mengenai peminimuman biaya produksi

aelulah dibuat garis biaya sama atau isocost. Garis ini

mengambarkan gabungan faktor-faktor produksi yang dapat

diperoleh dengan menggunakan sejumlah biaya tertentu. Untuk

dapat membuat garis biaya sama data berikut diperlukan (1) harga

faktor-faktor produksi yang digunakan, (2) jumlah uang untuk

membeli faktor-faktor produksi. Misalkan upah tenaga kerja

adalah Rp 10000 dan biaya modal perunit Rp 20000 sedangkan

jumlah uang yang tersedia Rp 80000. Garis tC dalam gambar 2.3

menggambarkan gabungan-gabungan tenaga kerja dan modal yang

dapat diperoleh dengan menggunakan uang Rp 80000 apabila upah

tenaga kerja dan biaya modal perunit adalah seperti yang

dimisalkan diatas. Kemudian titik A pada TC menunjukan dana

sebesar 80000 dapat digunakan untuk memperoleh 2 unit modal

dan 4 pekerja. Dalam gambar 2.3 ditunjukkan gambar beberapa

garis biaya sama yang lain yaitu TC1, TC2, dan TC3. Garis-garis

itu menunjukan garis biaya sama apabila jumlah uang yang

(43)

Gambar II.3 Kurva garis biaya sama

Sumber : Sadono Sukirno 2006

c. Memaksimumkan produksi

Dimisalkan biaya yang dibelanjakan untuk membeli per

unit modal adalah Rp 15000, upah tenaga kerja adalah Rp 10000,

dan biaya yang disediakan produsen adalah Rp 30000. Dengan uang

sebayak Rp 30000 produsen dapat sekiranya ia membeli satu jenis

faktor produksi saja memperoleh 20 unit modal atau 30 unit tenaga

kerja. Garis biaya sama dengan TC3 menggambarkan gabungan

tenaga kerja dan modal yang dapat diperoleh dengan menggunakan

uang yang tersedia. Untuk menentukan gabungan yang dapat

menghasilkan produksi paling maksimum maka terdapat 5 titik yang

(44)

titik perpotongan atau titik persinggungan dengan garis TC2 yaitu A,

B, C, D, E. dari kelima titik ini , titik E terletak di kurva produksi

yang paling tinggi, yaitu kurva produksi sama pada tingkat produksi

sebanyak 2500 unit. Ini berarti gabungan yang diwujudkan oleh titik

E akan memaksimumkan jumlah produksi yang dapat dibiayai oleh

uang sebanyak Rp 30000. Gabungan tersebut terdiri dari 12 unit

modal dan 12 tenaga kerja.

Gambar II.4

Meminimumkan biaya atau memaksimumkan keuntungan

(45)

d. Meminimumkan Biaya

Dalam gambar 2.3 menjelaskan tentang gabungan-gabungan

tenaga kerja dan modal yang dapat digunakan untuk menghasilkan

produksi yang diinginkan. Dari gambar tersebut biaya paling

minimum adalah gabungan yang ditunujkan oleh titik yang terletak

pada garis biaya sama yang paling rendah. Titik P adalah pada garis

biaya sama ( yang menyinggung kurva produksi yang sama IQ)

yang paling rendah, yaitu garis TC. Dengan demikian titik ini

mengambarkan gabungan tenaga kerja dan modal yang akan

membutuhkan biaya yang apaling minimum untuk menghasilkan

1500 unit.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah produksi

1. Harga bahan baku

a. Pengertian bahan baku

Salah satu dari input produksi adalah bahan baku. Bahan baku

merupakan dasar untuk proses produksi suatu barang, keberadaan

bahan baku ini akan mempengaruhi kelangsungan dari proses produksi

yang nantinya akan berpengaruh pad a output. Karena bahan baku

merupakan unsure yang aktif dalam proses produksi. Bahan baku bisa

(46)

Tanpa ada bahan baku , maka tidak akan pernah ada barang yang akan

diproduksi.

Menurut Assauri (2004:171) bahan baku adalah semua bahan

yang digunakan dalam pabrik dalam produksi, kecuali bahan-bahan

yang secara fisik digabungkan dengan produk yang dihasilkan oleh

perusahaan pabrik tersebut.

Demikian bahan baku yang merupakan barang-barang

berwujud yang digunakan perusahaan dalam proses produksi dimana

barang ini dapat diperoleh dari sumber-sumber yang berada dialam

atau dibeli dari pemasok ataupun dari perusahaan lain yang

menghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang menggunakan barang

tersebut.

Menurut Mulyadi ( 2005:118) bahan baku adalah bahan yang

membentuk bagian integral produk jadi. Bahan baku yang diperoleh

bisa berasal dari pembelian local, pembelian import dan pembuatan

sendiri.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian

bahan baku adalah bahan utama atau bahan dasar dalam rangka

membuat sesuatu produk. Biasanya bahan baku diperoleh dari alam

langsung. Bahan baku dala hal ini ditekankan bahan baku secara fisik

langsung berhubungan dengan kegiatan produksi. Tidak tersedianya

(47)

aktivitas produksi. Dengan kata lain bahan baku merupakan suatu

keharusan dalam setiap proses produksi yang akan menentukan

kelangsungan hidup industry tersebut.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan baku

Menurut M Nafarin (2004: 83-84) besar kecilnya harga bahan

baku yang dimiliki perusahaan ditentukan oleh beberapa faktor, antara

lain :

1) Anggaran produksi

Semakin besar produksi yang dianggarkan semakin besar pula

bahan baku yang disediakan. Sebaliknya semakin kecil produksi

yang dihasilkan semakin kecil pula bahan baku yang digunakan.

2) Harga beli bahan baku

Semakin tinggi harga bahan baku, semakin tinggi persediaan

bahan baku yang direncanakan. Sebaliknya semakin rendah bahan

baku yang dibeli semakin rendah persediaan bahan baku yang

direncanakan.

3) Biaya penyimpanan bahan baku digudang

Apabila biaya penyimpanan bahan baku digudang lebih kecil

dibandingkan dengan biaya ekstra yang dikeluarkan sebagai akibat

kehabisan persediaan maka diperlukan persediaan bahan baku

(48)

4) Ketepatan standar bahan baku digudang

Semakin cepat standar bahan baku dipakai yang dibuat.semakin

kecil persediaan bahan baku yang direncanakan. Sebaliknya bila

standar bahan baku yang dipakai yang dibuat sulit mendekati

ketepatan, maka persediaan bahan baku yang ditetapkan akan

sedikit besar.

5) Ketepatan pemasok( penjual bahan baku) dalam menyerahkan

bahan baku yang dipesan.

Apabila pemasok terlambat dalam menyediakan bahan baku yang

dipesan maka persediaan bahan baku yang direncanakan

jumlahnya besar. Sebaliknya jika pemasok tepat dalam

menyerahkan bahan baku maka bahan baku yang direncankan

jumlahnya kecil.

6) Jumlah bahan baku setiap bulan.

Bila bahan baku tiap kali pesan jumlahnya besar, maka persediaan

yang direncanakan juga besar. Sebaliknya jika bahan baku yang

dipesan jumlahnya kecil maka persediaan yang direncanakan

kecil.

2. Upah tenaga kerja

a. Pengertian Upah

Menurut Soediyono (1990:96) gaji atau upah adalah

(49)

terhadap penggunaan jasa sumber tenaga kerja yang mereka gunakan

dalam pembentukan produksi nasional. Pengertian gaji dan upah

tersebut dipakai dalam arti luas, yaitu meliputi juga didalamnya

berbagai macam penerimaan karyawan dalam bentuk lainnya, seperti

tunjangan keluarga, tunjangan perumahan, tunjangan perawatan sakit

dan sebagainya.

Menurut Gilarso (2003:211) upah adalah balas karya untuk

faktor produksi tenaga kerja manusia. Upah dibedakan menjadi dua

yakni upah nominal yaitu jumlah yang diterima dan upah riil yaitu

jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dengan upah uang tersebut.

Tingkat upah adalah taraf balas karya rata-rata yang berlaku secara

umum dalam masyarakat untuk segala macam pekerjaan. Tingkat upah

ini dapat diperhitungkan per jam, per hari, per minggu bulan atau

tahun.

Upah atau balas karya tenaga kerja ada dua segi yang penting

untuk pihak produsen (majikan), upah merupakan biaya produksi yang

mesti ditekan serendah mungkin. Tetapi pihak pekerja upah

merupakan sumber penghasilan bagi dirinya dan keluarganya, dan

dengan demikian juga merupakan sumber pembelanjaan masyarakat,

harga diri, dan statusnya dalam masyarakat.

(50)

1) Tingkat Harga

Dalam masyarakat modern tingkat upah terutama berhubungan

dengan tingkat harga. Apabila kebutuhan hidup naik maka para

pekerja akan menutut untuk kenaikan gaji disesuaikan dan upah

akan naik. Kenaikan upah akan mengakibatkan kenaikan inflasi.

Hal tersebut terjadi karena kenaikan upah menaikan biaya

produksi., berate menaikan harga, dan untuk para konsumen

keanikan upah akan memperbesar penghasilan dan pembelanjaan

masyarakat.

2) Produktivitas kerja

Dari pihak pengusaha pertimbangan terpenting dalam menetukan

upah gaji adalah prestasi kerja atau produkstivitas. Bila

produktivitas tinggi maka upah akan tinggi, namun bila

produkstivitas rendah maka upah akan rendah. Produkstivitas

kerja sangat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya faktor-faktor

produksi lain yang membantu.

3) Struktur ekonomi nasional

Struktur ekonomi ikut mempengaruhi tingkat upah. Misalka

pertambahan penduduk yang tidak dapat ditampung lagi dalam

sector pertanian, masih kurangnya sector industry, banyaknya

pengangguran, bersamaan dengan berkurangnya tenaga ahli,

(51)

perbedaan-perbedaan local, daerah dan kota. Dan perbedaan-perbedaan swasta dan

negeri antara pribumi dan non pribum, antara perusahaan nasional

dan asing.

4) Peraturan pemerintah

Banyak hal yang diatur oleh pemerintah dari peraturan

perundang-undangan, misalkan peraturan upah minimum, keharusan

membayar upah lembur dan terutama peraturan gaji pegawai

negeri yang menjadi patokan untuk banyak perusahaan swasta.

5) Keadilan dan perikemanusiaan

Upah hendaknya sesuai dengan tenaga yang diberikan oleh

pekerja yang sekurang-kurangnya mencukupi untuk hidup layak

dengan keluarganya. Hal tersebut untuk memenuhi inti dari

keadilan. Di dalam perusahaan upah uang (nominal) dilengkapi

dengan tunjangan-tunjangan (beras, pakaian kerja, perumahan)

dan fasilitas lain.

b. Sistem upah

Ada berbagai cara atau system untuk memperhitungkan

besarnya upah atau balas karya. Yang terpenting adalah

1) Upah menurut prestasi (upah potongan)

Balas jasa dikaitkan dengan prestasi kerja karena besarnya upah

(52)

2) Upah waktu

Besarnya upah ditentukan berdasarkan lama waktunya pekerjaan

yang diselesaikan oleh pekerja. Bisa dihitung perjam, perhari,

perminggu, perbulan. Biasanya system ini digunakan untuk jenis

pekerjaan yang hasilnya sukar dihitung perpotong.

3) Upah borongan

Upah borongan adalah balas jasa yang dibayar untuk suatu

pekerjaan yang diborongkan.

4) Upah premi

Cara ini merupakan kombinasi dari waktu dan upah potongan.

Upah dasar untuk prestasi normal berdasarkan waktu atau jumlah

hasil.

5) Upah bagi hasil

Bagi hasil merupakan cara yang biasa di bidang pertanian dan

dalam usaha keluarga, tetapi juga dikenal diluar kalangan itu.

c. Perbedaan-perbedaan upah

Terdapat perbedaan yang mencolok dalam tinggi rendahnya upah.

Perbedaan tersebut ada yang wajar bahkan tak adil.

Perbedaan-perbedaan yang wajar disebabkan oleh :

1) Perbedaan prestasi kerja, karena bakat, pendidikan, pengalaman,

keahlian, kreativitas.

(53)

3) Perbedaan dalam beratnya pekerjaan dan besarnya resiko.

4) Sebagian juga terjadi karena perbedaan daerah dan lapisan social.

d. Upah adil

Upah dipandang adil kalau memenuhi 4 syarat :

1) Sesuai dengan prestasi kerja.

2) Sesuai dengan kebutuhan karyawan, artinya cukup untuk

memenuhi kebutuhan hidup para pekerja berserta keluarganya.

3) Sesuai dengan kemampuan perusahaan. Bila perusahaan tidak

sanggup membayar upah cukup tinggi, maka upah yang rendah

pun cukup adil.

4) Sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Misalkan gaji

dijakarta umumnya lebih tinggi, tetapi biaya hidup sehari-hari

(makanan, perumahan, pengangkutan umum, dan sebagainya) juga

jauh lebih mahal.

3. Teknologi

Perkembangan teknologi saat ini mengalami kemajuan yang sangat

pesat. Pengertian teknologi tidak hanya mencakup penemuan alat-alat

baru, tetapi juga termasuk cara-cara baru dalam mengerjakan suatu

pekerjaan.

Menurut Sumaryadi dalam Agus (2005 : 31) teknologi diartikan

(54)

yaitu ilmu atau asas utama (fundamental principles) yang berate teknologi

adalah ilmu dibelakang ketrampilan atau asas-asa utama daripada suatu

ketrampilan.

Menurut Manullang (2000:43) pengertian teknologi adalah cara baru

mengerjakan sesuatu dapat berarti mendesain, menghasilkan,

mendistribusikan, atau menjual barang dan jasa. Pengertian tersebut

terlihat hubungan antara bisnis dengan teknologi.

Menurut Sukirno (2005 : 59 – 60) menjelaskan bahwa dalam jangka

panjang dua faktor penting yang dapat meningkatkan kemampuan

masyarakat untuk memproduksi barang adalah pertambahan faktor-faktor

produksi dan kemajuan teknologi. Dengan faktor produksi yang lebih

banyak dan tingkat teknologi yang lebih baik maka produksi maksimum

masyarakat dapat dinaikan, hal tersebut menunjukan bahwa dengan

adanya teknologi diharapkan mampu meningkatkan hasil produksi.

Berkaitan dengan teknologi, menurut Garperzs (2001:36)

mengemukaan lima sifat pokok teknologi yang perlu dipahami yaitu :

a. Ilmu pengetahuan dan praktek merupakan prasyarat untuk tumbuh dan

berkembangannya teknologi.

b. Teknologi dapat berupa kompetensi yang melekat pada diri manusia (

human embedded technology ) dapat berwujud fisik yang melekat

(55)

informasi yang diwadahi oleh sistem dan organisasi ( document

embedded technology).

c. Teknologi tidak dapat menciptakan nilai guna bila tidak diterapkan.

d. Sebagai salah satu asset perusahaan teknologi dapat ditemukan,

dikembangkan, dibeli, dijual, dicuri atau tidak bernilai guna bila

teknologi yang dimiliki sudah kadaluarsa.

e. Umumnya teknologi diciptakan untuk kesejahteraan masyarakat atau

meningkatkan kualitas hidup manusia.

Menurut Garperzs (2001:38 ) pada dasarnya aspek teknologi

mencakup empat komponen utama yang terintegrasi, diantaranya sebagai

berikut :

b. Teknologi yang terkandung pada manusia yang terdiri atas

pengetahuan, sikap, perilaku, budaya dan lain-lain.

c. Teknologi yang terkandung dalam barang, berupa mesin-mesin,

peralatan, produk (barang/jasa). Teknologi ini membantu manusia

dalam melakukan aktivitas.

d. Teknologi yang terkandung dalam kelembagaan atau organisasi dan

manajeman. Teknologi ini membantu manusia dalam bekerja secara

efektif dan efisien .

e. Teknologi yang terdapat pada dokumen-dokumen berupa informasi

(56)

tersimpan dalam dokumen-dokumen paten, rumus-rumus, majalah,

disket, flashdisk, buku-buku dan lain-lain.

Dengan adanya keempat teknologi diatas selalu ada dalam sitem industri.

Dimana komposisinya berada dalam keseimbangan yang sesuai dengan

keperluan sistem industri itu serta berpengaruh positif untuk

meningkatkan output dalam industri itu. Kemudian Ladislav Tondl dalam

The Liang Gie (1996:18) membedakan tiga ragam dasar teknologi yang

sekaligus menunjukan perkembangan historis yang berlainan yaitu :

a. Alat

Sesuatu alat misalkan kapak, pengungkit, obeng atau pisau. Alat ini

bergerak semata-mata berdasarkan tenaga dari otot manusia. Pada

umumnya manusialah yang membimbing dan dan mengendalikan

alat-alat, dengan demikian manusia menjadi sumber informasi.

b. Mesin

Mesin adalah suatu alat yang tidak menggunakan tenaga manusia

melainkan sumber-sumber tenaga diluar manusia seperti misalkan

hewan peliharaan, tenaga angin, atau arus air. Mesin yang lebih tinggi

ragamnya menggunakan tenaga yang merupakan perubahan bentuk

dari suatu sumber daya alam, misalkan air mendidih bias menjadi

(57)

membimbing dan mengendalikannya. Jadi manusia masih menjadi

sumber informasi walaupun tidak menjadi sumber tenaganya.

c. Automatom

Automatom adalah perlengkapan teknologi yang palin tinggi dan

paling canggih. Perlengkapan ini dapat mebuat keputusan dan

mengatur sendiri. Misalkan lemari es bila terdapat udara dingin yang

terlampau tinggi didalam lemari es maka mesin pendingin akan mati

dengan sendirinya, bila lemari e situ sering dibuka sehingga udara

dingin berkurang maka dengan sendirinya mesin pendingin pada

lemari es akan bekerja kembali.

Teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu pengetahuan, dalam

pengertian bahwa penerapan itu menuju pada perbuatan atau

perwujudan sesuatu. Kecendrungan inipun mempunyai suatu akibat

dimana kalau teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu

pengetahuan, dalam perwujudan tersebut maka dengan sendirinya

setiap jenis teknologi/ bagian ilmu pengetahuan dapat ada tanpa

berpasangan dengan ilmu pengetahuan dan pengetahuan tentang

teknologi perlu disertai oleh pengetahuan akan ilmu pengetahuan yang

menjadi pasangannya. Adapun tiga macam teknologi yang sering

dikemukakan oleh para ahli, yaitu:

(58)

1) Padat modal

2) Mekanis elektris

3) Menggunakan bahan import

4) Berdasarkan penelitian mutakhir dan lain-lain

b. Teknologi Madya

Jenis teknologi madya ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1) Padat karya

2) Dapat dikerjakan oleh keterampilan setempat

3) Menggunakan alat setempat

4) Berdasarkan alat penelitian

c. Teknologi Tradisional

Teknologi ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1) Bersifat padat karya (banyak menyerap tenaga kerja)

2) Menggunakan keterampilan setempat

3) Menggunakan alat setempat

4) Menggunakan bahan setempat

5) Berdasarkan kebiasaan atau pengamatan

Dengan demikian teknologi adalah segenap keterampilan manusia

menggunakan sumber-sumber daya alam untuk memecahkan

masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan. Secara lebih umum

(59)

berbagai sarana yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan praktis

yang ditentukan.

D. Usaha Kecil

Menurut ketentuan dalam undang-undang No.9 Tahun 1995. Kriteria

usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki kekayaan bersih

paling banyak Rp 200 juta ( tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha)

atau memeliki hasil penjualan setahun paling banyak Rp 1 milyar.

Usaha kecil memang mempunyai keuntungan tertentu mudah dimulai

dan dijalankan sendiri, tidak membutuhkan modal besar, dan dapat

memberikan lapangan pekerjaan kepada banyak orang sampai jauh kepelosok.

Disamping itu usaha kecil juga mempunyai kelemahan: lemah tidak

hanya dalam hal modal, tetapi lebih lemah dalam hal manajemen. Beberapa

kelemahan yang masih banyak terdapat dan bisa menyebabkan gagalnya

usaha adalah:

1. Kurang adanya administrasi dan pembukuan, bahkan pencatatan

sederhana pun kerap kali tidak ada.

2. Kurang adanya kalkulasi harga pokok yang teliti, atau ada biaya-biaya

yang tidak ikut diperhitungkan sehingga harga jual ditetapkan terlalu

rendah dan usaha kurang rendabel.

(60)

4. Terlalu mudah mau pinjam uang tanpa merencanakan untuk apa (tujuan

produktif) dan bagaimana atau kapan uang itu akan dikembalikan.

5. Terlampau mudah memberikan kredit kepada pelanggan sehingga timbul

kesulitan liquiditas.

6. Kurang perhatian terhadap pemeliharaan yang dipakai.

7. Cara kerja tradisional, berpegang terhadap cara-cara zaman dahulu, tanpa

cukup control dan cara kerja efisien.

8. Meremehkan saingan, terutama dalam hal mutu barang.

Sementara itu pengertian usaha kecil menurut UU No 20 (pasal 1) Tahun

2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah usaha

ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan

atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung

maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang

memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang ini.

Kriteria yang dapat dipergunakan sebagai ukuran untuk menetapkan

besar kecilnya seorang pengusaha atau suatu perusahaan tergantung dari

sudut pandang penilai. Dari berbagai literatur kriteria untuk menentukan besar

kecilnya suatu perusahaan antara lain besarnya modal yang dimiliki, kapasitas

produksi, banyaknya tenaga buruh yang dipekerjakan, dan seberapa jauh

(61)

sebagainya. Industri kecil dan menengah telah tumbuh dan berkembang

dengan cepat dari waktu ke waktu. Perkembangan industri kecil yang pesat

berdampak pada kompetisi yang semakin meningkat. Kompetisi yang

semakin ketat akan cenderung menyebabkan tingkat keuntungan (rate of

return) yang diperoleh usaha kecil dan menengah mengarah pada

keseimbangan. Bahkan pada kondisi tertentu, industri kecil yang tidak mampu

berkompetisi akan kalah dari persaingan usaha, atau mengalami

kebangkrutan.

Tujuan dari adanya pembangunan industri antara lain sebagai berikut:

1. Memperluas kesempatan kerja

Dengan adanya pembangunan industri kecil semakin bertambah pula

jumlah industri kecil maka akan semakin banyak tenaga kerja yang

terserap oleh karena itu kesempatan kerja akan semakin bertambah.

2. Meratakan kesempatan berusaha

Dengan adanya pembangunan industri kecil maka semakin besar pula

kesempatan bagi masyarakat untuk membuka usaha sesuai dengan

keahlian mereka masing-masing.

3. Menunjang pembangunan daerah

Dengan adanya pembangunan industri kecil maka dapat membantu

pembangunan daerah. Angka pengangguran berkurang dan pendapatan

(62)

Bruto (PDB) turut serta meningkat dimana hal ini dapat menyebabkan

dana untuk pembangunan daerah bertambah.

4. Memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia

(SDM) yang ada.

Dengan adanya pembangunan industri kecil maka SDA maupun SDM

yang ada dapat lebih memiliki nilai guna, misalnya batu dari letusan gunung

berapi yang semula hanya untuk bahan bangunan setelah ada para pengrajin

batu, maka nilai batu menjadi semakin bertambah.

Selain itu UU No 20 (pasal 4) Tahun 2008 menjelaskan prinsip dan

pemberdayaan usaha kecil sebagai berikut :

1. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan usaha

mikro, kecil, dan menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri.

2. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan

berkeadilan.

3. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar

sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

4. Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

5. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara

terpadu.

Selain itu dalam UU No 20 tahun 2008 juga dijelaskan tentang tujuan

(63)

1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,

berkembang, dan berkeadilan.

2. Mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

3. Peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah,

penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan

ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

E. Penelitian Terdahulu

a. Subekti (2009) “Pengaruh Upah, Nilai Produksi, Nilai Investasi Terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Genteng di Kabupaten

Banjarnegara” Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Semarang.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa nilai produksi dan nilai

investasi mampu menerangkan dengan baik variable penyerapan tenaga

kerja. Perhitungan secara parsial menerangkan bahwa variable upah, nilai

produksi dan nilai investasi memberikan pengaruh secara signifikan

terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil genteng di

Kabupaten Banjarnegara.

Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa factor yang

paling dominan memberikan sumbangan terhadap penyerapan tenaga

(64)

lagi mutu produknya yang disertai juga dengan peningkatan teknologi

modern sehingga nilai produksi genteng dapat terus meningkat.

b. Ayu Mutiara (2011) “Analisis Pengaruh Bahan Baku, Bahan bakar, dan

Tenaga kerja terhadap Produksi Tempe dikota Semarang” (studi kasus di

kelurahan Krobokan).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui menganalisis pengaruh

bahan baku industri terhadap produksi tempe, menganalisis pengaruh

bahan bakar terhadap produksi tempe, menganalisis pengaruh tenaga

kerja terhadap produksi tempe. Populasi dalam penelitian ini adalah

industri tempe di Kelurahan Krobokan Kota Semarang yang berjumlah

49 industri tempe. Jumlah sampel industri tempe yang digunakan dalam

penelitian ini berjumlah 30 industri tempe.

Data dikumpulkan melalui metode kuesioner dengan teknik purposive

sampling. Kemudian dilakukan metode yang meliputi uji asumsi klasik,

uji hipotesis, uji F dan uji t, analisi koefisien determinasi (R2), Untuk

menaganalis data menggunakan soft ware SPSS versi 10.0.

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dengan uji t variabel

bahan baku berpengaruh signifikan terhadap variabel produksi tempe.

Kemudian melalui uji t dapat diketahui bahwa variabel bahan bakar

berpengaruh signifikan terhadap produksi tempe dan tenaga kerja

berpengaruh signifikan terhadap produksi tempe. Sedangkan berdasarkan

(65)

pengaruh terhadap produksi tempe di Kelurahan Krobokan Kota

Semarang. Besarnya R2 sebesar 0,960 artinya 96,0 persen variasi

produksi tempe dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas (bahan

baku, bahan bakar dan tenaga kerja), dan sisanya sebesar 4,0 persen

dijelaskan variabel lain di luar model.

Dari penelitian yang dilakukan peneliti bagi para produsen tempe

harus lebih memperhatikan kualitas bahan baku (Kedelai) yang akan

digunakan dalam proses produksi. Juga untuk lebih memperhatikan

bahan bakar yang digunakan selama proses produksi.

F. Kerangka Berpikir

1. Kontribusi harga bahan baku terhadap jumlah produksi bata merah.

Bahan baku merupakan dasar untuk proses produksi suatu barang,

keberadaan bahan baku ini akan mempengaruhi kelangsungan dari proses

produksi yang nantinya akan berpengaruh pada output. Karena bahan baku

merupakan unsure yang aktif dalam proses produksi. Bahan baku bisa

lansgung dapat diperoleh dari alam, bahan baku lebih ditekankan pada

bahan secara fisik langsung berhubungan dengan proses produksi. Tanpa

ada bahan baku , maka tidak akan pernah ada barang yang akan

diproduksi.

(66)

ketepatan pemasok dalam menyediakan bahan baku, ketepatan standar

bahan baku digudang, jumlah persediaan bahan baku di gudang.

2. Kontribusi upah tenaga kerja terhadap jumlah produksi bata merah.

Upah sangat penting bagi para pekerja disuatu industry. gaji atau upah

adalah pendapatan yang diperoleh rumah tangga keluarga sebagai

imbalan terhadap penggunaan jasa sumber tenaga kerja yang mereka

gunakan dalam pembentukan produksi nasional. Pengertian gaji dan

upah tersebut dipakai dalam arti luas, yaitu meliputi juga didalamnya

berbagai macam penerimaan karyawan dalam bentuk lainnya, seperti

tunjangan keluarga, tunjangan perumahan, tunjangan perawatan sakit dan

sebagainya.

Dengan pemberian upah yang diberikan oleh pemilik industry

diharapakan tingkat produktivitas akan meningkat dan dapat

meningkatkan kinerja industry dalam menghasilkan barang hasil

produksi.

3. Kontribusi penggunaan teknologi terhadap jumlah produksi bata merah.

Menurut Sukirno (2005 : 59 – 60) menjelaskan bahwa dalam jangka

panjang dua faktor penting yang dapat meningkatkan kemampuan

masyarakat untuk memproduksi barang adalah pertambahan faktor-faktor

produksi dan kemajuan teknologi. Dengan faktor produksi yang lebih

(67)

masyarakat dapat dinaikan, hal tersebut menunjukan bahwa dengan

adanya teknologi diharapkan mampu meningkatkan hasil produksi.

(68)

G. Hipotesis

Dari uraian permasalahan dan dasar teori yang telah dijabarkan di atas, maka

hipotesis penelitian yang dapat ditetapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Harga bahan baku berkontribusi terhadap hasil produksi bata merah.

2. Upah tenaga kerja berkontribusi terhadap hasil produksi bata merah.

3. Penggunaan teknologi berkontribusi terhadap hasil produksi bata merah.

4. Harga bahan baku, upah tenaga kerja, penggunaan teknologi berkontribusi

terhadap hasil produksi bata merah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(69)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksplanatif. Jenis

penelitian eksplanatif digunakan untuk menguji hubungan antar variabel yang

dihipotesiskan. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang akan diteliti

kontribusi harga bahan baku, upah tenaga kerja dan penggunaan teknologi

terhadap hasil produksi bata merah.

Peneliti melakukan observasi secara langsung dan melakukan

wawancara dengan pihak-pihak yang berkompeten dalam penelitian ini.

B. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Penggalang, Kecamatan Adipala,

Kabupaten Cilacap. Penelitian ini dilaksanakan di desa Penggalang

dengan alasan sebagai berikut :

a. Di desa Penggalang merupakan salah satu penghasil bata merah yang

terdapat di Kabupaten Cilacap. Hampir di setiap warga mendirikan

(70)

b. Letak desa Penggalang yang sangat strategis yaitu di jalan antar kota

dalam provinsi yang terletak di Kabupaten Cilacap.

c. Bahan baku untuk membuat bata merah yang mudah didapat di daerah

sekitar Desa Penggalang.

d. Warga desa penggalang selain bekerja sebagai petani, mereka juga

bekerja sebagai pekerja pembuat bata merah.

e. Tenaga kerja banyak berasal dari lingkungan tempat produksi bata

merah.

2. Waktu penelitian : Maret 2012.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah warga masyarakat Desa Penggalang,

khususnya warga yang mempunyai usaha produksi bata merah. Pengrajin

bata merah yang memberikan informasi tentang usaha produksi bata

merah.

2. Objek penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah jumlah modal, harga bahan baku, , dan

upah tenaga kerja untuk memproduksi bata merah yang terdapat di Desa

(71)

D. Populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel

1. Populasi

Dalam penelitian ini jumlah populasi adalah seluruh warga Desa

Penggalang yang mempunyai usaha produksi bata merah. Jumlah populasi

pemilik usaha bata merah di Desa Penggalang mencapai 110 orang

pengrajin.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili dari populasi yang

akan diteliti secara keseluruhan. Dalam penelitian ini yang dimaksud

adalah industri kecil bata merah yang berada di Desa Penggalang,

Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap.

Dalam penelitian ini jumlah sampel yang akan diambil adalah sebanyak

83 pengrajin bata merah. Jumlah sampel dari populasi dapat diketahui

dengan menggunakan rumus Krejcie dan Morgan sebagai berikut :

n = X2. N.P(1-P)

(N- 1).d2 + X2.P(1-P)

Keterangan:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

X2 = nilai Chi kuadrat

(72)

d = galat pendugaan

keterangan :

a. Asumsi tingkat kendala 95% karena menggunakan nilai X2 = 3,841

yang artinya memakai α = 0,05 pada derajat bebas 1.

b. Asumsi beragam populasi yang dimasukkan dalam perhitungan adalah

P ( P-1 ), dimana P = 0,5.

c. Asumsi nilai galat pendugaan 5% ( d = 0,05 )

Dengan demikian, berdasarkan rumus Krejcie dan Morgan dapat

diketahui sampel dalam penelitian ini, dari populasi sejumlah 83 adalah

sebagai berikut :

. . 1

1 . . 1

3,481 110 0,5 0,5 110 1 . 0,05 3,481 0,5 0,5

3,481 110 0,025 109 0,25 0,87925 95,7275

1,15175

83,11482527

(73)

3. Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel di mana semua

individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama

diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Dikatakan simpel (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari

populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada

dalam populasi tersebut. Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan

dengan cara undian, memilih bilangan dari daftar bilangan secara acak.

E. Variabel penelitian

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Varibel bebas

a. Harga bahan baku (X1)

Input bahan baku merupakan bahan baku utama yang digunakan untuk

produksi batubata merah per minggu dengan satuan rupiah. Skala

pengukuran dengan menggunakan satuan besarnya jumlah yaitu rupiah

bahan baku utama yang digunakan dalam proses produksi per satu kali

Gambar

Gambar II.1  Kurva produksi total, produksi rata-rata, marjinal. .... .
Tabel II.1
Gambar II.1
Tabel II.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian alat di lapangan dengan 2 lokasi yang berbeda, yaitu lokasi pertama dengan asumsi kondisi udara bersih dan lokasi kedua dengan asumsi udara tercemar

Monte Carlo simulacija predviđa da će proces biti sposoban u 99,9754% slučajeva što predstavlja 246 nesukladnosti na milijun komada. Broj nesukladnosti je malo veći nego

Tanggapan guru terhadap aspek kelayakan alat praktikum distilasi sederhana berbasis peralatan rumah tangga yang dikembangkan yaitu aspek keterkaitan dengan bahan ajar, aspek

Setiap narasi memiliki sebuah plot atau alur yang didasarkan pada kesambung-sinambungan peristiwa-peristiwa dalam narasi itu dalam hubungan sebab akibat. Ada bagian

Hipotesis pertama menunjukkanbahwaKepemilikan publik, Ukuran perusahaan, Profitabilitas, jumlah anggota dewan komisaris, proporsi komisaris independen, jumlah anggota

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk menghitung besarnya pengaruh efikasi diri

Pemilihan dan pemilahan sampel itu dilakukan atas dasar pertimbangan kemudahan pemerolehan responden. Selain itu tingkat usia responden merupakan faktor penting dalam

Dari grafik di atas terlihat bahwa jumlah imago lalat buah yang terperangkap pada pengamatan pertama terbanyak pada perlakuan atraktan alami dari ekstrat bunga cengkeh yaitu 64 ekor