KONTRIBUSI HARGA BAHAN BAKU, UPAH TENAGA KERJA DAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI TERHADAP
HASIL PRODUKSI BATA MERAH DI KABUPATEN CILACAP
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
oleh: ARI DWIDADI
(051324001)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KONTRIBUSI HARGA BAHAN BAKU, UPAH TENAGA KERJA DAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI TERHADAP
HASIL PRODUKSI BATA MERAH DI KABUPATEN CILACAP
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
oleh: ARI DWIDADI
(051324001)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
PERSEMBAHAN
"Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia
memberikan kekekalan dalam hati mereka.
Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan
yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir."
(Pengkotbah 3: 11)
Motto
“ Segeralah beranjak
dari masa lalu
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Juli 2012 Penulis
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Ari Dwidadi Nomor Mahasiswa : 051324001
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : “KONTRIBUSI HARGA BAHAN BAKU, UPAH TENAGA KERJA DAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI TERHADAP HASIL PRODUKSI BATA MERAH DI KABUPATEN CILACAP” beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 18 Juli 2012
ABSTRAK
KONTRIBUSI HARGA BAHAN BAKU, UPAH TENAGA KERJA DAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI TERHADAP HASIL PRODUKSI BATA
MERAH DI KABUPATEN CILACAP Ari Dwidadi
Universitas Sanata Dharma 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi: harga bahan baku bata merah, upah tenaga kerja, penggunaan teknologi terhadap hasil produksi bata merah di Kabupaten Cilacap.
Penelitian dilaksanakan di Desa Penggalang, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap pada bulan maret 2012. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, kuisioner, dan dokumentasi. Populasi penelitian adalah 110 pengrajin bata merah. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 83 pengrajin bata merah yang diambil dengan menggunakan rumus Krijicie dan Morgan. Kemudian dilakukan uji asumsi klasik, uji hipotesis, uji F, regresi linear berganda, dan uji t dengan menggunakan sofware SPSS versi 17.00.
ABSTRACT
THE CONTRIBUTION OF RAW MATERIAL PRICES, WAGES AND THE APPLICATION OF TECHNOLOGY IN PRODUCING RED BRICK
IN THE DISTRICT OF CILACAP
Ari Dwidadi Sanata Dharma University
2012
This study aims to determine the contribution: red brick raw material prices, labor wages, the application of technology for producing of red brick in Cilacap.
The study was conducted in Penggalang village, Adipala Sub-district, Cilacap District in March 2012. Data collected by using the method of observation, questionnaires, and documentation. The population of this study were 110 craftsmen of red brick. The number of samples were 83 craftsmen of red brick which were taken by Krijicie’s and Morgan’s formula. Then they were tested by the classic assumption test, hypothesis test, F test, multiple linear regression, and the t test using SPSS software version 17.00.
The results show that: (1) raw material prices contributed significantly to the production of red brick, (2) labor wages contributes significantly to the production of red brick, (3) the application of technology contributes significantly to the production of red brick. The amount of R2 0.805 means 80.5% of the red brick production is explained by the price of raw materials, labor, and the application of technology, while 18.7% is explained by other variables which are not included in the research model.
KATA PENGANTAR
Puji dan rasa syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari dukungan dan dorongan dari berbagai pihak, yang telah memberikan semangat, saran, kritik, ide, dan penghiburan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Rohadi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikaan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Indra Darmawan, S.E.,M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
5. Bapak Indra Darmawan, S.E.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan dorongan, nasehat, dan selalu berdoa untuk penulis.
7. Mbak Atin Purwaningsih yang selalu memberikan dukungan untuk penulisan skripsi ini.
8. Mas Ardi yang selalu memberikan semangat dan dukungan untuk penulisan skripsi ini.
9. Istriku Nian Putriana yang senantiasa menemani serta memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini.
10.Jagoan kecilku Mauro Efrata yang selalu menghibur serta memberi semangat dalam penulisan skripsi ini.
11.Sepupuku tercinta Kasianto yang selalu memberikan semangat serta memberi dukungan.
12.Teman-teman seperjuangan Darwis Alfonsus, Hendrikus Prastoko Hadi, Rinto Cahyadi, Jojo, Ibu Nia, Ibu Lelly, Ibu Lia, Bapak Anton dan teman-teman angkatan 2005 yang selalu memberikan dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan kuliah ini.
grinjink lainnya yang telah memberi dukungan serta menjadi sahabat yang baik.
14.Teman-teman di Ngapak Riki Peluppesy, Roeland Tulaks Borong, Ricads Situmorang, Andika Borong, Febrio Ratri Putra, Made Radyka, Surip, Alwee Wijayanto, Windy, Yetti, Ifah, Yulli Encil dan teman-teman lain terima kasih atas dukungan kalian semua.
15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang berkepentingan terhadap skripsi ini.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAAN.. ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAAN.. ... iv
MOTTO... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
1. Teori produksi dengan satu faktor berubah ... 13
2. Variabel terikat ... 43
B. Perekonomian Desa Penggalamg ... 69
C. Kondisi Sosial Budaya ... 71
D. Visi dan Misi Desa Penggalang ... 62
E. Strategi Pembangunan Desa ... 75
F. Arah Kebijakan Keuangan Desa ... 77
G. Program/kegiatan Pembangunan Desa……….. .. 79
H. Industri Bata Merah di Desa Penggalang……… 84
I. Gambaran Pembuatan Bata Merah……….. 88
J. Hambatan-hambatan dalam Proses Pembuatan Bata Merah. 89 BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 90
A. Deskripsi Data Responden ... 91
B. Deskripsi Variabel Penelitian... 95
1. Harga bahan baku ... 95
2. Upah tenaga kerja ……….. . 96
4. Produksi bata merah ………. .. 98
C. Hasil Analisis Data……….. 99
D. Pembahasan………. 111
BAB VI PENUTUP ... 115
A. Kesimpulan ... 115
B. Saran ... 116 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Hubungan jumlah tenaga kerja dan jumlah produksi ... 15
Tabel II.2 Gabungan tenaga kerja dan modal ... 21
Tabel III.1 Instrument penelitian ... 56
Tabel III.2 Kisi-kisi pengukuran penelitian ... 57
Tabel VI.1 Data penduduk menurut usia ... 71
Tabel IV.2 Data penduduk berdasarkan mata pencaharian ... 72
Tabel V.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin…. . 91
Tabel V.2 Karakteristik responden berdasarkan usia ... 92
Tabel V.3 Karakteristik responden berdasarkan jumlah pegawai... 94
Tabel V.4 Harga bahan baku ... 95
Tabel V.5 Upah tenaga kerja ... 96
Tabel V.6 Penggunaan teknologi ... 97
Tabel V.7 Produksi bata merah ... 98
Tabel V.8 Uji heterokedastisitas ... 102
Tabel V.9 Hasil uji autokorelasi ... 103
Tabel V.10 Nilai variance inflation factor (VIF) ... 105
Tabel V.11 Hasil uji F-test ... 106
Tabel V.12 Hasil regresi linear berganda ... 107
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perekonomian negara berkembang seperti Indonesia, sektor industri merupakan sektor yang sedang dikembangkan oleh pemerintah saat ini. Beralihnya sektor agraris ke industri ini diyakini sebagi sektor yang dapat memimpin sektor lainnya. Selain itu beralihnya sektor agraris ke sector industri diharapkan mampu mengangkat bangsa ini menuju perekonomian yang lebih maju dan berkembang. Selain itu beralihnya sektor agraris ke industri negara Indonesia akan dapat bersaing dengan negara-negara lainya yang industrinya maju, dimana dalam perkembangan global saat ini area pasar bebas sudah sangat meningkat dan nantinya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
industri juga dalam penanganan produknya lebih bisa dikendalikan oleh manusia.
Industri dapat digolongkan menjadi beberapa kategori. Salah satunya adalah industry kecil. Industri kecil sangat bermanfaat bagi perekonomian suatu negara terutama negara berkembang seperti Indonesia, karena industri kecil lebih menghasilkan produksi yang murah, dan sederhana. Industri kecil juga mampu menyerap tenaga kerja. Apalagi industri kecil berada dipedesaaan, pertumbuhan industri kecil dapat menimbulkan dampak yang positif terhadap peningkatan tenaga kerja, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan. Dari sisi kebijakan industri kecil harus diperhatikan karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian angkatan kerja, tetapi juga ujung tombak dalam upaya pemberantasan kemiskinan.
Keberadaan industri dalam suatu negara yang berkembang dijadikan tulang punggung perekonomian masyarakat karena kegiatan utama dari industri kecil adalah menyentuh langsung terhadap kebutuhan masyarakat yang langsung terjun didalamnya. Namun dalam hal tersebut industri kecil dilihat sebagai suatu kegiatan usaha yang kurang profesional, modal terbatas, manajemen sederhana, kemampuan dan ketrampilan terbatas, menggunakan teknologi yang sederhana serta kerapuhan usahanya.
pertama kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan dalam memperoleh modal dan keterbatasan untuk memperoleh jalur-jalur permodalan. Ketiga kelemahan dibidang organisasi dan sumber daya manusia. Keempat, keterbatasan usaha dan jaringan kerja sama antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran).
Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif karena persaingan yang saling mematikan. Keenam, pembinaan yang dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap industri kecil.
Data yang ada menyebutkan, saat ini jumlah UMKM di Kabupaten Cilacap sebanyak 184.859 buah yang tersebar di 24 kecamatan. Dari jumlah tersebut, sekitar 6.251 diantaranya atau 3,3 persen yang saat ini baru tersentuh pembinaan oleh dinas terkait termasuk para BUMN. Menurut Bupati Bapak Tato Suwarto Pamuji dalam sambutannya menyampaikan, tiga permasalahan saat ini dihadapi oleh kalangan UMKM. Masing-masing persoalan yang terkait dengan keterbatasan modal. Lainnya masalah kualitas kemasan produk yang belum memenuhi standar dan soal pemasaran (http://www.cilacapkab.go.id).
Kabupaten Cilacap memiliki berbagai potensi salah satunya adalah industri bata merah. salah satu daerah pusat industri bata merah terdapat di Desa Penggalang, kecamatan Adipala, kabupaten Cilacap. Banyak bata merah yang di pasok dari desa penggalang untuk pembangunan perumahan untuk kawasan kabupaten Cilacap dan sekitarnya. Faktor pendukung terwujudnya sentra industi bata merah diantaranya ketersediaan bahan baku. Sumber bahan baku yang melimpah di desa Penggalang dengan lokasi yang strategis yang terletak di jalan antarkota dalam provinsi memungkinkan usaha ini semakin berkembang.
Pada tahun 2011 jumlah industri bata merah di desa Penggalang mencapai 110 unit. Jumlah pengrajin industry bata merah ini rata-rata dalam sehari dapat menghasilkan bata merah hingga 7.000 buah-10.000 buah per hari bata merah. Permintaan bata merah bukan hanya dari daerah kabupetan Cilacap saja melainkan dari kabupetan sekitar Cilacap antara lain Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga, dan Ciamis. Dengan tingginya permintaan dari daerah sekitar desa Penggalang dan kabupaten Cilacap membuat industri ini menjadi suatu industri yang terus berkembang diwilayah Cilacap (data, primer pra penelitian).
karena yang sangat dominan untuk melancarkan kegiatan produksi hingga memperoleh hasil produksi dari suatu kegiatan produksi adalah tenaga kerja. Dengan tenaga kerja kegiatan produksi itu akan cepat terselesaikan dengan baik. Apabila tenaga kerja itu dididik dengan baik hingga menjadi tenaga kerja yang professional yaitu tenaga kerja yang memiliki ketrampilan dan kemampuan sehingga mampu bekerja lebih produktif pasti hasil produksi yang diperoleh akan sesuai dengan target yang telah ditentukan.
Dalam memproduksi bata merah tenaga yang banyak digunakan adalah tenaga manusia. Di Desa Penggalang dalam proses produksi bata merah kebanyakan tenaga kerja yang digunakan berasal dari warga sekitar industri bata merah. Tenaga kerja yang bekerja pada setiap industri bata merah ini sekitar 5-10 orang. Para pekerja bekerja hingga 6-8 jam per hari dengan upah atau bayaran Rp 100.000, 00 per hari. Mereka bekerja dari jam 6 pagi sampai jam 2 siang(data primer prapenelitian).
memproduksi 1000 bata merah mencapai Rp 22.000,00, untuk tanah liat harga untuk memproduksi 1000 bata merah mencapai Rp 22.000,00, untuk tanah liat merah harga untuk memproduksi 1000 bata merah mencapai Rp 22.000,00. Dalam sehari biasanya pengrajin bata merah dapat memproduksi bata merah mencapai 20.000 bata merah(data prapenelitian).
Berdasarkan latar belakang yang peneliti sampaikan maka produksi batu bata merah merupakan salah satu sumber pendapatan masyarakat yang harus terus dikembangkan dan membuka lapangan kerja baru bagi penduduk sekitar maka peneliti mengambil judul Kontribusi Harga Bahan Baku, Upah Ternaga Kerja dan Penggunaan Teknologi terhadap Hasil
Produksi Bata Merah di Kabupaten Cilacap.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Seberapa besar kontribusi harga bahan baku terhadap hasil produksi batu bata merah di Kabupaten Cilacap?
2. Seberapa besar kontribusi upah tenaga kerja terhadap hasil produksi batu batamerah di Kabupaten Cilacap?
4. Seberapa besar kontribusi harga bahan baku, upah tenaga kerja, dan penggunaan teknologi terhadap hasil produksi bata merah di kabupaten Cilacap?
C. Batasan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kontribusi harga bahan baku, upah tenaga kerja dan penggunaan teknologi terhadap hasil produksi bata merah. Berkaitan dengan semakin meningkatnya permintaan bata merah sebagai bahan untuk pembangunan rumah, ketersediaan bahan baku di sekitar desa Penggalang, serta untuk mengurangi tingkat pengangguran maka penelitian ini memfokuskan pada harga bahan baku, upah tenaga kerja dan penggunaan teknologi.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kontribusi harga bahan baku bata merah terhadap hasil produksi batu bata merah di Kabupaten cilacap.
2. Untuk mengetahui kontribusi upah tenaga kerja terhadap hasil produksi batu bata merah di Kabupaten Cilacap.
4. Untuk mengetahui kontribusi harga bahan baku bata merah, upah tenaga kerja dan penggunaan teknologi bata merah terhadap hasil produksi bata merah di Kabupaten Cilacap.
E. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat yang cukup berarti bagi pihak – pihak antara lain:
1. Untuk Pemerintah
Memberikan masukan dan informasi tambahan yang berguna bagi perkembangan industi batu bata merah di Kabupaten Cilacap, khususnya di Desa Penggalang, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap.
2. Untuk Peneliti
Sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuaan yang berhubungan harga bahan baku, upah tenaga kerja dan penggunaan teknologi terhadap produksi batu bata merah sehingga dapat menjadi suatu kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori yang diperoleh selama perkuliahan sebagai syarat selesainya studi jenjang Strata 1 (S1).
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Produksi
Menurut Manullang (2000 : 179) produksi adalah proses koordinasi
berbagai faktor produksi atau sumber daya untuk mentransformasi bahan
menjadi barang (produk) atau jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Produk adalah hasil proses produksi dengan penggunaan berbagai sumber
daya untuk menciptakan penambahan faedah, baik faedah bentuk, faedah
waktu, faedah tempat, atau faedah pemilikan. Dalam suatu perusahaan
penambahan faedah merupakan suatu proses produksi yang bertujuan untuk
memaksimumkan keuntungan.
Menurut Gilarso (2004:83) produksi adalah kegiatan manusia untuk
menghasilkan barang atau jasa yang secara langsung dan tidak langsung
berguna untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kemampuan barang/jasa untuk
memenuhi kebutuhan manusia disebut kegunaan/faedah, manfaat atau utility.
Kegunaan yang ditimbulkan atau ditambah dalam proses produksi dapat
dirinci sebagai berikut :
1. Barang harus diadakan. Misalkan minyak bumi yang masih terpendam
didalam tanah tidak banyak gunanya, supaya dapat dimanfaatkan maka
mengadakan barang tersebut disebut dengan menciptakan kegunaan dasar
(elementary utility).
2. Barang harus mempunyai bentuk tertentu. Minyak harus disuling terlebih
dahulu agar dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan. Usaha
mengolah barang dan memberikan bentuk yang sesuai menimbulkan
kegunaan bentu (form utility).
3. Barang harus berada pada tempat dimana dibutuhkan. Misalkan bensin
tidak ada gunanya bila masih di pelabuhan, sementara bensin tersebut
dibutuhkan di daerah kota. Usaha produksi untuk menyalurkan barang
ketempat dimana dibutuhkan itu menimbulkan kegunaan tempat (utility of
place).
4. Barang harus tersedia pada waktu dibutuhkan. Misalkan bensin tersedia
pada waktu akan pergi dengan menggunakan mobil, atau dalam
perjalanan pada waktu kehabisan bensin. Makan tersedia pada waktu kita
lapar. Kegiatan produksi yang usahanya menyediakan barang/jasa pada
waktu dibutuhkan ini menciptakan kegunaan waktu ( utility of time).
5. Barang harus sewaktu-waktu dapat digunakan untuk yang memerlukan.
Misalkan untuk rumah untuk pondokan atau kos yang bukan milik
sendiri, dapat disewakan untuk jangka waktu tertentu. Usaha produksi
yang menyediakan kegunaan jasa (utility of possession, atau service
B. Fungsi produksi
Menurut Sukirno (2006 : 193 ) fungsi produksi adalah hubungan
diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakanya.
Faktor-faktor produksi dapat dibedakan menjadi empat golongan antara lain :
tenaga kerja, tanah, modal dan keahlian berwirausaha. Dalam ilmu ekonomi
didalam menganalisis mengenai produksi, selalu dimisalkan bahwa tiga faktor
produksi yang dinyatakan (tanah, modal, keahlian kewirausahaan) adalah
tetap jumlahnya. Hanya tenaga kerja yang dipandang sebagai faktor produksi
yang berubah-ubah jumlahnya.
Faktor produksi juga dikenal dengan istilah input dan jumlah produksi
selalu juga disebut sebagai output. Fungsi produksi selalu dinyatakan dengan
bentuk rumus :
Q = f(K,L,R,T)
Keterangan : K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan
ini meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian keusahawanan., R adalah
kekayaan alam, dan T adalah tingkat teknologi. Sedangkan Q adalah jumlah
produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor-faktor produksi., yaitu
secara bersama dugunakan untuk memproduksi barang yang sedang dianalisis
sifat produksinya.
Persamaan tersebut merupakan persamaan matematis yang pada
teknologi yang digunakan. Dengan membandingkan berbagai gabungan
faktor-faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah barang tertentu dapatlah
ditentukan gabungan faktor produksi yang paling ekonomis untuk
memproduksi sejumlah barang tersebut.
Teori produksi dalam ilmu ekonomi membedakan analisisnya kepada
dua pendekatan yaitu :
1. Teori produksi dengan satu faktor berubah
Teori produksi yang sederhana mengambarkan hubungan diantara
tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja untuk
menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis
tersebut dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainya adalah tetap
jumlahnya, yaitu modal dan tanah dianggap jumlahnya tidak mengalami
perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya
adalah tenaga kerja.
a. Hukum hasil lebih yang semakin berkurang.
Hukum hasil yang semakin berkurang merupakan suatu hal yang
tidak dapat dipsahkan dari teori produksi. Hukum ini menjelaskan sifat
pokok dari hubungan diantara tingkat produksi dan tenaga kerja yang
digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Hukum ini
menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah
jumlahnya (tenaga kerja) terus menerus ditambah sebanyak satu unit,
tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan akan
semakin berkurang dan akhirnya akan mencapai nilai negatif. Sifat
pertambahan produksi seperti ini menyebabkan pertambahan produksi
total semakin lambat dan akhirnya mencapai tingkat yang maksimum
dan kemudian menurun. Dengan demikian pada hakekatnya hukum
hasil lebih yang semakin berkurang menyatakan bahwa hubungan
diantara tingkat produksi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan
dapat dibedakan menjadi tiga tahap, yaitu :
1) Tahap pertama : produksi total mengalami pertambahan yang
semakin cepat.
2) Tahap kedua : produksi total pertambahanya semakin lambat.
3) Tahap ketiga : produksi total semakin lama semakin berkurang.
Dalam tabel 2.1 dikemukakan suatu gambaran mengenai produksi
barang pertanian diatas sebidang tanah yang tetap jumlahnya, tetapi
umlah tenaga kerjanya berubah-ubah. Dalam gambaran itu ditunjukan
bahwa produksi total yang ditunjukan pada kolom 3 mengalami
penambahan yang semakin cepat apabila tenaga kerja ditambah dari 1
menjadi 2, dan 2 menjadi 3. Maka dalam keadaan ini kegiatan
memproduksi mencapai tahap pertama. Dalam hal ini setiap tambahan
tenaga kerja menghasilkan tambahan produksi yang lebih besar dari
bertambah. Data dalam kolom 4 yaitu data produksi pada tahap
pertama, mengambarkan keadaan tersebut.
Tabel II.1
Hubungan Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi
Tanah
Sumber : Sadono Sukirno 2006
Apabila tenaga kerja ditambah dari 3 menjadi 4, kemudian 4 menjadi
5, kemudian 5 menjadi 6, dan selanjutnya 6 menjadi 7, produksi total
tetap bertambah, tetapi jumlah pertambahanya semakin lama semakin
sedikit. Maka dalam keadaan ini produksi mencapai tahap kedua, yaitu
setiap pertambahan pekerja akan menghasilkan tambahan produksi
kurang daripada tambahan produksi pekerja sebelumnya.
Pada tahap tiga pertambahan tenaga kerja tidak akan
menambah produksi total, yaitu produksi total berkurang. Pada waktu
tenaga kerja bertambah dari 7 menjadi 8, produksi total masih
mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 15 unit. Akan tetapi apabila
satu lagi tenaga kerja ditambah dari 8 menjadi 9, produksi totalnya
menurun. Produksi total lebih lanjut apabila tenaga kerja menjadi 10.
b. Produksi total, produksi rata-rata dan produksi marjinal.
Kolom (4) menunjukan nilai produksi marjinal, yaitu tambahan
produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang
digunakan. Apabila ∆TP adalah pertambahan tenaga kerja, ∆TP adalah
pertambahan produksi total, maka produksi marjinal (MP) dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
MP = ∆TP/∆L
Sebagai contoh perhitungan, perhatikan keadaan yang berlaku apabila
tenag kerja bertambah dari 4 menjadi 5 orang. Table 2.1 menujukan
bahwa produksi bertambah dari 1080 menjadi 1290 (kolom3), yaitu
pertambahan sebanyak 210 (ditunjukan kolom 4). Maka produksi
menjadi 2 dan tahap kedua produksi marjinal meningkat sebanyak 410
apabila pekerja bertambah dari 2 menjadi 3. Pada tahap kedua
produksi marjinal semakin menurun besarnya. Ini berarti hukum hasil
lebih yang semakin berkurang mulai berlaku semenjak permulaan
tahap kedua. Pada tahap ketiga produksi marginal adalah negatif.
Besarnya produksi rata-rata yaitu produksi yang secara rata-rata
dihasilkan oleh setiap pekerja, ditunjukan pada kolom (5). Apabila
produksi total adalah TP, jumlah tenaga kerja adalah L, maka produksi
rata-rata (AP) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :
AP = TP/L
Ketika tenaga kerja yang digunakan adalah 2 orang, produksi total
adalah 400. Dengan demikian produksi rata-rata adalah 400/2 = 200.
Angka-angka pada kolom (5) menunjukan bahwa dalam tahap pertama
jumlah produksi rata-rata semakin bertambah besar. Apabila 2 pekerja
saja digunakan seperti ditunjukan diatas, produksi rata-rata hanya 200.
Produksi rata-rata mencapai jumlah yang paling tinggi pada waktu
jumlah tenaga kerja adalah 3 dan 4, yaitu pada permulaan tahap kedua
atau pada batas tahap pertama dan tahap kedua). Jumlah produksi
rata yang paling tinggi ini adalah 270. Sesudah tahap ini produksi
c. Kurva produksi total, produksi rata-rata dan produksi marginal.
Kurva TP merupakan kurva produksi total. Kurva ini
menunjukan hubungan antara jumlah produksi dengan jumlah tenaga
kerja yang digunakan dalam menghasilkan produksi. Bentuk TP
cekung ke atas apabila tenaga kerja yang masih digunakan masih
sedikit (yaitu apabila tenaga kerja kurang dari 3). Ini berarti tenaga
kerja adalah masih kekurangan kalu dibandingkan sengan faktor
produksi (dalam contoh faktor lain tersebut adalah tanah) yang
dianggap tetap jumlahnya. Dalam keadaan yang seperti itu produksi
marginal bertambah tinggi, dan sifat ini dapat dilihat pada kurva MP
(yaitu kurva produksi marjinal) yang menaik.
Gambar II.1
Kurva produksi total, produksi rata-rata, produksi marjinal
Setelah menggunakan 4 tenaga kerja, pertambahan tenaga kerja
selanjutnya tidak akan menambah produksi total secepat sebelumnya.
Keadaan ini digambarkan oleh kurva produksi marjinal (kurva MP)
yang menurun, dan kurva produksi total (kurva TP) yang mulai
cembung ke atas.
Sebelum tenaga kerja yang digunakan melebihi 4, produksi
marjinal adalah lebih tinggi daripada produksi rata-rata. Maka kurva
produksi rata-rata, yaitu kurva AP, akan bergerak keatas atau
horizontal. Keadaan ini mengambarkan bahwa produksi rata-rata
bertambah tinggi atau tetap. Pada waktu 4 tenaga kerja digunakan
kurva produksi marjinal memotong kurva produksi rata-rata. Sesudah
perpotongan tersebut kurva produksi rata-rata menurun kebawah yang
menggambarkan bahwa produksi rata-rata semakin merosot.
Perpotongan diantara kurva MP dan kurva AP menggambarkan
permulaan dari tahap kedua. Pada keadaan ini produksi rata-rata
mencapai tingkat yang lebih paling tinggi.
Tahap ketiga dimulai pada waktu 9 tenaga kerja digunakan.
Pada tingkat tersebut kurva MP memotong sumbu datardan
sesudahnya kurva tersebut berada dibawah sumbu datar. Keadaan ini
mengambarkan bahwa produksi marginal mencapai angka yang
negatif. Kurva produksi total (TP) mulai menurun pada tingkat ini,
lebih banyak tenaga kerja digunakan. Keadaan dalam tahap ketiga ini
menunjukan bahwa tenaga kerja yang digunakan adalah jauh melebihi
daripada yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan produksi
tersebut secara efisien.
2. Teori produksi dengan menggunakan dua faktor berubah.
Dalam analisis ini terdapat dua jenis faktor produksi yang dapat diubah
jumlahnya. Misalkan faktor yang dapat diubah adalah jumlah modal dan
tenaga kerja. Misalkan pula bahwa kedua faktor produksi dapat berubah
ini dapat dipertukar-tukarkan pengunaannya, yaitu tenaga kerja dapat
mengantikan modal atau sebaliknya. Apabila dimisalkan pula harga
tenaga kerja dan pembayaran perunit kepada modal diketahui, analisis
bagaimana perusahaan akan meminimumkan biaya dalam usahanya untuk
mencapai suatu tingkat produksi tertentu dapat ditunjukan.
a. Kurva produksi sama (Isoquant)
Misalkan seorang penguasaha ingin memproduksi suatu barang
sebanyak 1000 unit. Untuk memproduksi barang tersebut ia harus
menggunakan tenaga kerja dan modal penggunanya dapat ditukar.
Dalam tabel 2.2 digambarkan empat gabungan tenaga kerja dan modal
Tabel II.2
Gabungan tenaga kerja dan modal untuk menghasilkan 1000
unit produksi
Gabungan Tenaga kerja (unit) Modal (unit)
A
Sumber : Sadono Sukirno 2006
Gabungan A menunjukan bahwa 1 unit tenaga kerja dan 6 unit
modal dapat menghasilkan produksi yang diinginkan tersebut.
Gabungan B menunjukan bahwa yang diperlukan adalah 2 unit tenaga
kerja dan 3 unit modal. Gabungan C menunjukan yang diperlukan
adalah 3 unit tenaga kerja dan 2 unit modal. Akhirnya gabungan D
menunjukan bahwa yang diperlukan adalah 6 unit tenaga kerja dan 1
unit modal.
Kurva IQ pada gambar 2.2 dibuat berdasarkan gabungan tenaga
kerja dan modal yang terdapat pada tabel 2.2. kurva tersebut
dinamakan kurva produksi sama atau kurva isoquant. Kurva ini
menggambarkan gabungan tenaga kerja dan modal yang akan
tingkat produksi tersebut adalah 1000 unit. Disamping itu didapati
kurva IQ1, IQ2, dan IQ3 yang terletak diatas kurva IQ.
Gambar II.2 Kurva Produksi Sama
Sumber : Sadono Sukirno 2006
Ketiga-ketiga kurva lain tersebut mengambarkan tingkat produksi
yang berbeda-beda, yaitu berturut-turut sebanyak 2000 unit, 3000 unit
dan 4000 unit (semakin jauh dari titik 0 letaknya kurva, semakin tinggi
tingkat produksi yang ditunjukan). Masing-masing kurva yang baru
tersebut menunjukan gabungan-gabungan tenaga kerja dan modal yang
b. Garis biaya sama (isocost)
Untuk menghemat biaya produksi dan memaksimumkan
keuntungan, perusahaan harus meminimumkan biaya produksi.
Untuk membuat analisis mengenai peminimuman biaya produksi
aelulah dibuat garis biaya sama atau isocost. Garis ini
mengambarkan gabungan faktor-faktor produksi yang dapat
diperoleh dengan menggunakan sejumlah biaya tertentu. Untuk
dapat membuat garis biaya sama data berikut diperlukan (1) harga
faktor-faktor produksi yang digunakan, (2) jumlah uang untuk
membeli faktor-faktor produksi. Misalkan upah tenaga kerja
adalah Rp 10000 dan biaya modal perunit Rp 20000 sedangkan
jumlah uang yang tersedia Rp 80000. Garis tC dalam gambar 2.3
menggambarkan gabungan-gabungan tenaga kerja dan modal yang
dapat diperoleh dengan menggunakan uang Rp 80000 apabila upah
tenaga kerja dan biaya modal perunit adalah seperti yang
dimisalkan diatas. Kemudian titik A pada TC menunjukan dana
sebesar 80000 dapat digunakan untuk memperoleh 2 unit modal
dan 4 pekerja. Dalam gambar 2.3 ditunjukkan gambar beberapa
garis biaya sama yang lain yaitu TC1, TC2, dan TC3. Garis-garis
itu menunjukan garis biaya sama apabila jumlah uang yang
Gambar II.3 Kurva garis biaya sama
Sumber : Sadono Sukirno 2006
c. Memaksimumkan produksi
Dimisalkan biaya yang dibelanjakan untuk membeli per
unit modal adalah Rp 15000, upah tenaga kerja adalah Rp 10000,
dan biaya yang disediakan produsen adalah Rp 30000. Dengan uang
sebayak Rp 30000 produsen dapat sekiranya ia membeli satu jenis
faktor produksi saja memperoleh 20 unit modal atau 30 unit tenaga
kerja. Garis biaya sama dengan TC3 menggambarkan gabungan
tenaga kerja dan modal yang dapat diperoleh dengan menggunakan
uang yang tersedia. Untuk menentukan gabungan yang dapat
menghasilkan produksi paling maksimum maka terdapat 5 titik yang
titik perpotongan atau titik persinggungan dengan garis TC2 yaitu A,
B, C, D, E. dari kelima titik ini , titik E terletak di kurva produksi
yang paling tinggi, yaitu kurva produksi sama pada tingkat produksi
sebanyak 2500 unit. Ini berarti gabungan yang diwujudkan oleh titik
E akan memaksimumkan jumlah produksi yang dapat dibiayai oleh
uang sebanyak Rp 30000. Gabungan tersebut terdiri dari 12 unit
modal dan 12 tenaga kerja.
Gambar II.4
Meminimumkan biaya atau memaksimumkan keuntungan
d. Meminimumkan Biaya
Dalam gambar 2.3 menjelaskan tentang gabungan-gabungan
tenaga kerja dan modal yang dapat digunakan untuk menghasilkan
produksi yang diinginkan. Dari gambar tersebut biaya paling
minimum adalah gabungan yang ditunujkan oleh titik yang terletak
pada garis biaya sama yang paling rendah. Titik P adalah pada garis
biaya sama ( yang menyinggung kurva produksi yang sama IQ)
yang paling rendah, yaitu garis TC. Dengan demikian titik ini
mengambarkan gabungan tenaga kerja dan modal yang akan
membutuhkan biaya yang apaling minimum untuk menghasilkan
1500 unit.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah produksi
1. Harga bahan baku
a. Pengertian bahan baku
Salah satu dari input produksi adalah bahan baku. Bahan baku
merupakan dasar untuk proses produksi suatu barang, keberadaan
bahan baku ini akan mempengaruhi kelangsungan dari proses produksi
yang nantinya akan berpengaruh pad a output. Karena bahan baku
merupakan unsure yang aktif dalam proses produksi. Bahan baku bisa
Tanpa ada bahan baku , maka tidak akan pernah ada barang yang akan
diproduksi.
Menurut Assauri (2004:171) bahan baku adalah semua bahan
yang digunakan dalam pabrik dalam produksi, kecuali bahan-bahan
yang secara fisik digabungkan dengan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan pabrik tersebut.
Demikian bahan baku yang merupakan barang-barang
berwujud yang digunakan perusahaan dalam proses produksi dimana
barang ini dapat diperoleh dari sumber-sumber yang berada dialam
atau dibeli dari pemasok ataupun dari perusahaan lain yang
menghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang menggunakan barang
tersebut.
Menurut Mulyadi ( 2005:118) bahan baku adalah bahan yang
membentuk bagian integral produk jadi. Bahan baku yang diperoleh
bisa berasal dari pembelian local, pembelian import dan pembuatan
sendiri.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
bahan baku adalah bahan utama atau bahan dasar dalam rangka
membuat sesuatu produk. Biasanya bahan baku diperoleh dari alam
langsung. Bahan baku dala hal ini ditekankan bahan baku secara fisik
langsung berhubungan dengan kegiatan produksi. Tidak tersedianya
aktivitas produksi. Dengan kata lain bahan baku merupakan suatu
keharusan dalam setiap proses produksi yang akan menentukan
kelangsungan hidup industry tersebut.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan baku
Menurut M Nafarin (2004: 83-84) besar kecilnya harga bahan
baku yang dimiliki perusahaan ditentukan oleh beberapa faktor, antara
lain :
1) Anggaran produksi
Semakin besar produksi yang dianggarkan semakin besar pula
bahan baku yang disediakan. Sebaliknya semakin kecil produksi
yang dihasilkan semakin kecil pula bahan baku yang digunakan.
2) Harga beli bahan baku
Semakin tinggi harga bahan baku, semakin tinggi persediaan
bahan baku yang direncanakan. Sebaliknya semakin rendah bahan
baku yang dibeli semakin rendah persediaan bahan baku yang
direncanakan.
3) Biaya penyimpanan bahan baku digudang
Apabila biaya penyimpanan bahan baku digudang lebih kecil
dibandingkan dengan biaya ekstra yang dikeluarkan sebagai akibat
kehabisan persediaan maka diperlukan persediaan bahan baku
4) Ketepatan standar bahan baku digudang
Semakin cepat standar bahan baku dipakai yang dibuat.semakin
kecil persediaan bahan baku yang direncanakan. Sebaliknya bila
standar bahan baku yang dipakai yang dibuat sulit mendekati
ketepatan, maka persediaan bahan baku yang ditetapkan akan
sedikit besar.
5) Ketepatan pemasok( penjual bahan baku) dalam menyerahkan
bahan baku yang dipesan.
Apabila pemasok terlambat dalam menyediakan bahan baku yang
dipesan maka persediaan bahan baku yang direncanakan
jumlahnya besar. Sebaliknya jika pemasok tepat dalam
menyerahkan bahan baku maka bahan baku yang direncankan
jumlahnya kecil.
6) Jumlah bahan baku setiap bulan.
Bila bahan baku tiap kali pesan jumlahnya besar, maka persediaan
yang direncanakan juga besar. Sebaliknya jika bahan baku yang
dipesan jumlahnya kecil maka persediaan yang direncanakan
kecil.
2. Upah tenaga kerja
a. Pengertian Upah
Menurut Soediyono (1990:96) gaji atau upah adalah
terhadap penggunaan jasa sumber tenaga kerja yang mereka gunakan
dalam pembentukan produksi nasional. Pengertian gaji dan upah
tersebut dipakai dalam arti luas, yaitu meliputi juga didalamnya
berbagai macam penerimaan karyawan dalam bentuk lainnya, seperti
tunjangan keluarga, tunjangan perumahan, tunjangan perawatan sakit
dan sebagainya.
Menurut Gilarso (2003:211) upah adalah balas karya untuk
faktor produksi tenaga kerja manusia. Upah dibedakan menjadi dua
yakni upah nominal yaitu jumlah yang diterima dan upah riil yaitu
jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dengan upah uang tersebut.
Tingkat upah adalah taraf balas karya rata-rata yang berlaku secara
umum dalam masyarakat untuk segala macam pekerjaan. Tingkat upah
ini dapat diperhitungkan per jam, per hari, per minggu bulan atau
tahun.
Upah atau balas karya tenaga kerja ada dua segi yang penting
untuk pihak produsen (majikan), upah merupakan biaya produksi yang
mesti ditekan serendah mungkin. Tetapi pihak pekerja upah
merupakan sumber penghasilan bagi dirinya dan keluarganya, dan
dengan demikian juga merupakan sumber pembelanjaan masyarakat,
harga diri, dan statusnya dalam masyarakat.
1) Tingkat Harga
Dalam masyarakat modern tingkat upah terutama berhubungan
dengan tingkat harga. Apabila kebutuhan hidup naik maka para
pekerja akan menutut untuk kenaikan gaji disesuaikan dan upah
akan naik. Kenaikan upah akan mengakibatkan kenaikan inflasi.
Hal tersebut terjadi karena kenaikan upah menaikan biaya
produksi., berate menaikan harga, dan untuk para konsumen
keanikan upah akan memperbesar penghasilan dan pembelanjaan
masyarakat.
2) Produktivitas kerja
Dari pihak pengusaha pertimbangan terpenting dalam menetukan
upah gaji adalah prestasi kerja atau produkstivitas. Bila
produktivitas tinggi maka upah akan tinggi, namun bila
produkstivitas rendah maka upah akan rendah. Produkstivitas
kerja sangat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya faktor-faktor
produksi lain yang membantu.
3) Struktur ekonomi nasional
Struktur ekonomi ikut mempengaruhi tingkat upah. Misalka
pertambahan penduduk yang tidak dapat ditampung lagi dalam
sector pertanian, masih kurangnya sector industry, banyaknya
pengangguran, bersamaan dengan berkurangnya tenaga ahli,
perbedaan-perbedaan local, daerah dan kota. Dan perbedaan-perbedaan swasta dan
negeri antara pribumi dan non pribum, antara perusahaan nasional
dan asing.
4) Peraturan pemerintah
Banyak hal yang diatur oleh pemerintah dari peraturan
perundang-undangan, misalkan peraturan upah minimum, keharusan
membayar upah lembur dan terutama peraturan gaji pegawai
negeri yang menjadi patokan untuk banyak perusahaan swasta.
5) Keadilan dan perikemanusiaan
Upah hendaknya sesuai dengan tenaga yang diberikan oleh
pekerja yang sekurang-kurangnya mencukupi untuk hidup layak
dengan keluarganya. Hal tersebut untuk memenuhi inti dari
keadilan. Di dalam perusahaan upah uang (nominal) dilengkapi
dengan tunjangan-tunjangan (beras, pakaian kerja, perumahan)
dan fasilitas lain.
b. Sistem upah
Ada berbagai cara atau system untuk memperhitungkan
besarnya upah atau balas karya. Yang terpenting adalah
1) Upah menurut prestasi (upah potongan)
Balas jasa dikaitkan dengan prestasi kerja karena besarnya upah
2) Upah waktu
Besarnya upah ditentukan berdasarkan lama waktunya pekerjaan
yang diselesaikan oleh pekerja. Bisa dihitung perjam, perhari,
perminggu, perbulan. Biasanya system ini digunakan untuk jenis
pekerjaan yang hasilnya sukar dihitung perpotong.
3) Upah borongan
Upah borongan adalah balas jasa yang dibayar untuk suatu
pekerjaan yang diborongkan.
4) Upah premi
Cara ini merupakan kombinasi dari waktu dan upah potongan.
Upah dasar untuk prestasi normal berdasarkan waktu atau jumlah
hasil.
5) Upah bagi hasil
Bagi hasil merupakan cara yang biasa di bidang pertanian dan
dalam usaha keluarga, tetapi juga dikenal diluar kalangan itu.
c. Perbedaan-perbedaan upah
Terdapat perbedaan yang mencolok dalam tinggi rendahnya upah.
Perbedaan tersebut ada yang wajar bahkan tak adil.
Perbedaan-perbedaan yang wajar disebabkan oleh :
1) Perbedaan prestasi kerja, karena bakat, pendidikan, pengalaman,
keahlian, kreativitas.
3) Perbedaan dalam beratnya pekerjaan dan besarnya resiko.
4) Sebagian juga terjadi karena perbedaan daerah dan lapisan social.
d. Upah adil
Upah dipandang adil kalau memenuhi 4 syarat :
1) Sesuai dengan prestasi kerja.
2) Sesuai dengan kebutuhan karyawan, artinya cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup para pekerja berserta keluarganya.
3) Sesuai dengan kemampuan perusahaan. Bila perusahaan tidak
sanggup membayar upah cukup tinggi, maka upah yang rendah
pun cukup adil.
4) Sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Misalkan gaji
dijakarta umumnya lebih tinggi, tetapi biaya hidup sehari-hari
(makanan, perumahan, pengangkutan umum, dan sebagainya) juga
jauh lebih mahal.
3. Teknologi
Perkembangan teknologi saat ini mengalami kemajuan yang sangat
pesat. Pengertian teknologi tidak hanya mencakup penemuan alat-alat
baru, tetapi juga termasuk cara-cara baru dalam mengerjakan suatu
pekerjaan.
Menurut Sumaryadi dalam Agus (2005 : 31) teknologi diartikan
yaitu ilmu atau asas utama (fundamental principles) yang berate teknologi
adalah ilmu dibelakang ketrampilan atau asas-asa utama daripada suatu
ketrampilan.
Menurut Manullang (2000:43) pengertian teknologi adalah cara baru
mengerjakan sesuatu dapat berarti mendesain, menghasilkan,
mendistribusikan, atau menjual barang dan jasa. Pengertian tersebut
terlihat hubungan antara bisnis dengan teknologi.
Menurut Sukirno (2005 : 59 – 60) menjelaskan bahwa dalam jangka
panjang dua faktor penting yang dapat meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk memproduksi barang adalah pertambahan faktor-faktor
produksi dan kemajuan teknologi. Dengan faktor produksi yang lebih
banyak dan tingkat teknologi yang lebih baik maka produksi maksimum
masyarakat dapat dinaikan, hal tersebut menunjukan bahwa dengan
adanya teknologi diharapkan mampu meningkatkan hasil produksi.
Berkaitan dengan teknologi, menurut Garperzs (2001:36)
mengemukaan lima sifat pokok teknologi yang perlu dipahami yaitu :
a. Ilmu pengetahuan dan praktek merupakan prasyarat untuk tumbuh dan
berkembangannya teknologi.
b. Teknologi dapat berupa kompetensi yang melekat pada diri manusia (
human embedded technology ) dapat berwujud fisik yang melekat
informasi yang diwadahi oleh sistem dan organisasi ( document
embedded technology).
c. Teknologi tidak dapat menciptakan nilai guna bila tidak diterapkan.
d. Sebagai salah satu asset perusahaan teknologi dapat ditemukan,
dikembangkan, dibeli, dijual, dicuri atau tidak bernilai guna bila
teknologi yang dimiliki sudah kadaluarsa.
e. Umumnya teknologi diciptakan untuk kesejahteraan masyarakat atau
meningkatkan kualitas hidup manusia.
Menurut Garperzs (2001:38 ) pada dasarnya aspek teknologi
mencakup empat komponen utama yang terintegrasi, diantaranya sebagai
berikut :
b. Teknologi yang terkandung pada manusia yang terdiri atas
pengetahuan, sikap, perilaku, budaya dan lain-lain.
c. Teknologi yang terkandung dalam barang, berupa mesin-mesin,
peralatan, produk (barang/jasa). Teknologi ini membantu manusia
dalam melakukan aktivitas.
d. Teknologi yang terkandung dalam kelembagaan atau organisasi dan
manajeman. Teknologi ini membantu manusia dalam bekerja secara
efektif dan efisien .
e. Teknologi yang terdapat pada dokumen-dokumen berupa informasi
tersimpan dalam dokumen-dokumen paten, rumus-rumus, majalah,
disket, flashdisk, buku-buku dan lain-lain.
Dengan adanya keempat teknologi diatas selalu ada dalam sitem industri.
Dimana komposisinya berada dalam keseimbangan yang sesuai dengan
keperluan sistem industri itu serta berpengaruh positif untuk
meningkatkan output dalam industri itu. Kemudian Ladislav Tondl dalam
The Liang Gie (1996:18) membedakan tiga ragam dasar teknologi yang
sekaligus menunjukan perkembangan historis yang berlainan yaitu :
a. Alat
Sesuatu alat misalkan kapak, pengungkit, obeng atau pisau. Alat ini
bergerak semata-mata berdasarkan tenaga dari otot manusia. Pada
umumnya manusialah yang membimbing dan dan mengendalikan
alat-alat, dengan demikian manusia menjadi sumber informasi.
b. Mesin
Mesin adalah suatu alat yang tidak menggunakan tenaga manusia
melainkan sumber-sumber tenaga diluar manusia seperti misalkan
hewan peliharaan, tenaga angin, atau arus air. Mesin yang lebih tinggi
ragamnya menggunakan tenaga yang merupakan perubahan bentuk
dari suatu sumber daya alam, misalkan air mendidih bias menjadi
membimbing dan mengendalikannya. Jadi manusia masih menjadi
sumber informasi walaupun tidak menjadi sumber tenaganya.
c. Automatom
Automatom adalah perlengkapan teknologi yang palin tinggi dan
paling canggih. Perlengkapan ini dapat mebuat keputusan dan
mengatur sendiri. Misalkan lemari es bila terdapat udara dingin yang
terlampau tinggi didalam lemari es maka mesin pendingin akan mati
dengan sendirinya, bila lemari e situ sering dibuka sehingga udara
dingin berkurang maka dengan sendirinya mesin pendingin pada
lemari es akan bekerja kembali.
Teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu pengetahuan, dalam
pengertian bahwa penerapan itu menuju pada perbuatan atau
perwujudan sesuatu. Kecendrungan inipun mempunyai suatu akibat
dimana kalau teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu
pengetahuan, dalam perwujudan tersebut maka dengan sendirinya
setiap jenis teknologi/ bagian ilmu pengetahuan dapat ada tanpa
berpasangan dengan ilmu pengetahuan dan pengetahuan tentang
teknologi perlu disertai oleh pengetahuan akan ilmu pengetahuan yang
menjadi pasangannya. Adapun tiga macam teknologi yang sering
dikemukakan oleh para ahli, yaitu:
1) Padat modal
2) Mekanis elektris
3) Menggunakan bahan import
4) Berdasarkan penelitian mutakhir dan lain-lain
b. Teknologi Madya
Jenis teknologi madya ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Padat karya
2) Dapat dikerjakan oleh keterampilan setempat
3) Menggunakan alat setempat
4) Berdasarkan alat penelitian
c. Teknologi Tradisional
Teknologi ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Bersifat padat karya (banyak menyerap tenaga kerja)
2) Menggunakan keterampilan setempat
3) Menggunakan alat setempat
4) Menggunakan bahan setempat
5) Berdasarkan kebiasaan atau pengamatan
Dengan demikian teknologi adalah segenap keterampilan manusia
menggunakan sumber-sumber daya alam untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan. Secara lebih umum
berbagai sarana yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan praktis
yang ditentukan.
D. Usaha Kecil
Menurut ketentuan dalam undang-undang No.9 Tahun 1995. Kriteria
usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki kekayaan bersih
paling banyak Rp 200 juta ( tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha)
atau memeliki hasil penjualan setahun paling banyak Rp 1 milyar.
Usaha kecil memang mempunyai keuntungan tertentu mudah dimulai
dan dijalankan sendiri, tidak membutuhkan modal besar, dan dapat
memberikan lapangan pekerjaan kepada banyak orang sampai jauh kepelosok.
Disamping itu usaha kecil juga mempunyai kelemahan: lemah tidak
hanya dalam hal modal, tetapi lebih lemah dalam hal manajemen. Beberapa
kelemahan yang masih banyak terdapat dan bisa menyebabkan gagalnya
usaha adalah:
1. Kurang adanya administrasi dan pembukuan, bahkan pencatatan
sederhana pun kerap kali tidak ada.
2. Kurang adanya kalkulasi harga pokok yang teliti, atau ada biaya-biaya
yang tidak ikut diperhitungkan sehingga harga jual ditetapkan terlalu
rendah dan usaha kurang rendabel.
4. Terlalu mudah mau pinjam uang tanpa merencanakan untuk apa (tujuan
produktif) dan bagaimana atau kapan uang itu akan dikembalikan.
5. Terlampau mudah memberikan kredit kepada pelanggan sehingga timbul
kesulitan liquiditas.
6. Kurang perhatian terhadap pemeliharaan yang dipakai.
7. Cara kerja tradisional, berpegang terhadap cara-cara zaman dahulu, tanpa
cukup control dan cara kerja efisien.
8. Meremehkan saingan, terutama dalam hal mutu barang.
Sementara itu pengertian usaha kecil menurut UU No 20 (pasal 1) Tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini.
Kriteria yang dapat dipergunakan sebagai ukuran untuk menetapkan
besar kecilnya seorang pengusaha atau suatu perusahaan tergantung dari
sudut pandang penilai. Dari berbagai literatur kriteria untuk menentukan besar
kecilnya suatu perusahaan antara lain besarnya modal yang dimiliki, kapasitas
produksi, banyaknya tenaga buruh yang dipekerjakan, dan seberapa jauh
sebagainya. Industri kecil dan menengah telah tumbuh dan berkembang
dengan cepat dari waktu ke waktu. Perkembangan industri kecil yang pesat
berdampak pada kompetisi yang semakin meningkat. Kompetisi yang
semakin ketat akan cenderung menyebabkan tingkat keuntungan (rate of
return) yang diperoleh usaha kecil dan menengah mengarah pada
keseimbangan. Bahkan pada kondisi tertentu, industri kecil yang tidak mampu
berkompetisi akan kalah dari persaingan usaha, atau mengalami
kebangkrutan.
Tujuan dari adanya pembangunan industri antara lain sebagai berikut:
1. Memperluas kesempatan kerja
Dengan adanya pembangunan industri kecil semakin bertambah pula
jumlah industri kecil maka akan semakin banyak tenaga kerja yang
terserap oleh karena itu kesempatan kerja akan semakin bertambah.
2. Meratakan kesempatan berusaha
Dengan adanya pembangunan industri kecil maka semakin besar pula
kesempatan bagi masyarakat untuk membuka usaha sesuai dengan
keahlian mereka masing-masing.
3. Menunjang pembangunan daerah
Dengan adanya pembangunan industri kecil maka dapat membantu
pembangunan daerah. Angka pengangguran berkurang dan pendapatan
Bruto (PDB) turut serta meningkat dimana hal ini dapat menyebabkan
dana untuk pembangunan daerah bertambah.
4. Memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang ada.
Dengan adanya pembangunan industri kecil maka SDA maupun SDM
yang ada dapat lebih memiliki nilai guna, misalnya batu dari letusan gunung
berapi yang semula hanya untuk bahan bangunan setelah ada para pengrajin
batu, maka nilai batu menjadi semakin bertambah.
Selain itu UU No 20 (pasal 4) Tahun 2008 menjelaskan prinsip dan
pemberdayaan usaha kecil sebagai berikut :
1. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan usaha
mikro, kecil, dan menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri.
2. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan
berkeadilan.
3. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar
sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
4. Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
5. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara
terpadu.
Selain itu dalam UU No 20 tahun 2008 juga dijelaskan tentang tujuan
1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang, dan berkeadilan.
2. Mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
3. Peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah,
penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan
ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
E. Penelitian Terdahulu
a. Subekti (2009) “Pengaruh Upah, Nilai Produksi, Nilai Investasi Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Genteng di Kabupaten
Banjarnegara” Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa nilai produksi dan nilai
investasi mampu menerangkan dengan baik variable penyerapan tenaga
kerja. Perhitungan secara parsial menerangkan bahwa variable upah, nilai
produksi dan nilai investasi memberikan pengaruh secara signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil genteng di
Kabupaten Banjarnegara.
Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa factor yang
paling dominan memberikan sumbangan terhadap penyerapan tenaga
lagi mutu produknya yang disertai juga dengan peningkatan teknologi
modern sehingga nilai produksi genteng dapat terus meningkat.
b. Ayu Mutiara (2011) “Analisis Pengaruh Bahan Baku, Bahan bakar, dan
Tenaga kerja terhadap Produksi Tempe dikota Semarang” (studi kasus di
kelurahan Krobokan).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui menganalisis pengaruh
bahan baku industri terhadap produksi tempe, menganalisis pengaruh
bahan bakar terhadap produksi tempe, menganalisis pengaruh tenaga
kerja terhadap produksi tempe. Populasi dalam penelitian ini adalah
industri tempe di Kelurahan Krobokan Kota Semarang yang berjumlah
49 industri tempe. Jumlah sampel industri tempe yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 30 industri tempe.
Data dikumpulkan melalui metode kuesioner dengan teknik purposive
sampling. Kemudian dilakukan metode yang meliputi uji asumsi klasik,
uji hipotesis, uji F dan uji t, analisi koefisien determinasi (R2), Untuk
menaganalis data menggunakan soft ware SPSS versi 10.0.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dengan uji t variabel
bahan baku berpengaruh signifikan terhadap variabel produksi tempe.
Kemudian melalui uji t dapat diketahui bahwa variabel bahan bakar
berpengaruh signifikan terhadap produksi tempe dan tenaga kerja
berpengaruh signifikan terhadap produksi tempe. Sedangkan berdasarkan
pengaruh terhadap produksi tempe di Kelurahan Krobokan Kota
Semarang. Besarnya R2 sebesar 0,960 artinya 96,0 persen variasi
produksi tempe dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas (bahan
baku, bahan bakar dan tenaga kerja), dan sisanya sebesar 4,0 persen
dijelaskan variabel lain di luar model.
Dari penelitian yang dilakukan peneliti bagi para produsen tempe
harus lebih memperhatikan kualitas bahan baku (Kedelai) yang akan
digunakan dalam proses produksi. Juga untuk lebih memperhatikan
bahan bakar yang digunakan selama proses produksi.
F. Kerangka Berpikir
1. Kontribusi harga bahan baku terhadap jumlah produksi bata merah.
Bahan baku merupakan dasar untuk proses produksi suatu barang,
keberadaan bahan baku ini akan mempengaruhi kelangsungan dari proses
produksi yang nantinya akan berpengaruh pada output. Karena bahan baku
merupakan unsure yang aktif dalam proses produksi. Bahan baku bisa
lansgung dapat diperoleh dari alam, bahan baku lebih ditekankan pada
bahan secara fisik langsung berhubungan dengan proses produksi. Tanpa
ada bahan baku , maka tidak akan pernah ada barang yang akan
diproduksi.
ketepatan pemasok dalam menyediakan bahan baku, ketepatan standar
bahan baku digudang, jumlah persediaan bahan baku di gudang.
2. Kontribusi upah tenaga kerja terhadap jumlah produksi bata merah.
Upah sangat penting bagi para pekerja disuatu industry. gaji atau upah
adalah pendapatan yang diperoleh rumah tangga keluarga sebagai
imbalan terhadap penggunaan jasa sumber tenaga kerja yang mereka
gunakan dalam pembentukan produksi nasional. Pengertian gaji dan
upah tersebut dipakai dalam arti luas, yaitu meliputi juga didalamnya
berbagai macam penerimaan karyawan dalam bentuk lainnya, seperti
tunjangan keluarga, tunjangan perumahan, tunjangan perawatan sakit dan
sebagainya.
Dengan pemberian upah yang diberikan oleh pemilik industry
diharapakan tingkat produktivitas akan meningkat dan dapat
meningkatkan kinerja industry dalam menghasilkan barang hasil
produksi.
3. Kontribusi penggunaan teknologi terhadap jumlah produksi bata merah.
Menurut Sukirno (2005 : 59 – 60) menjelaskan bahwa dalam jangka
panjang dua faktor penting yang dapat meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk memproduksi barang adalah pertambahan faktor-faktor
produksi dan kemajuan teknologi. Dengan faktor produksi yang lebih
masyarakat dapat dinaikan, hal tersebut menunjukan bahwa dengan
adanya teknologi diharapkan mampu meningkatkan hasil produksi.
G. Hipotesis
Dari uraian permasalahan dan dasar teori yang telah dijabarkan di atas, maka
hipotesis penelitian yang dapat ditetapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Harga bahan baku berkontribusi terhadap hasil produksi bata merah.
2. Upah tenaga kerja berkontribusi terhadap hasil produksi bata merah.
3. Penggunaan teknologi berkontribusi terhadap hasil produksi bata merah.
4. Harga bahan baku, upah tenaga kerja, penggunaan teknologi berkontribusi
terhadap hasil produksi bata merah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksplanatif. Jenis
penelitian eksplanatif digunakan untuk menguji hubungan antar variabel yang
dihipotesiskan. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang akan diteliti
kontribusi harga bahan baku, upah tenaga kerja dan penggunaan teknologi
terhadap hasil produksi bata merah.
Peneliti melakukan observasi secara langsung dan melakukan
wawancara dengan pihak-pihak yang berkompeten dalam penelitian ini.
B. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Penggalang, Kecamatan Adipala,
Kabupaten Cilacap. Penelitian ini dilaksanakan di desa Penggalang
dengan alasan sebagai berikut :
a. Di desa Penggalang merupakan salah satu penghasil bata merah yang
terdapat di Kabupaten Cilacap. Hampir di setiap warga mendirikan
b. Letak desa Penggalang yang sangat strategis yaitu di jalan antar kota
dalam provinsi yang terletak di Kabupaten Cilacap.
c. Bahan baku untuk membuat bata merah yang mudah didapat di daerah
sekitar Desa Penggalang.
d. Warga desa penggalang selain bekerja sebagai petani, mereka juga
bekerja sebagai pekerja pembuat bata merah.
e. Tenaga kerja banyak berasal dari lingkungan tempat produksi bata
merah.
2. Waktu penelitian : Maret 2012.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah warga masyarakat Desa Penggalang,
khususnya warga yang mempunyai usaha produksi bata merah. Pengrajin
bata merah yang memberikan informasi tentang usaha produksi bata
merah.
2. Objek penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah jumlah modal, harga bahan baku, , dan
upah tenaga kerja untuk memproduksi bata merah yang terdapat di Desa
D. Populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel
1. Populasi
Dalam penelitian ini jumlah populasi adalah seluruh warga Desa
Penggalang yang mempunyai usaha produksi bata merah. Jumlah populasi
pemilik usaha bata merah di Desa Penggalang mencapai 110 orang
pengrajin.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili dari populasi yang
akan diteliti secara keseluruhan. Dalam penelitian ini yang dimaksud
adalah industri kecil bata merah yang berada di Desa Penggalang,
Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap.
Dalam penelitian ini jumlah sampel yang akan diambil adalah sebanyak
83 pengrajin bata merah. Jumlah sampel dari populasi dapat diketahui
dengan menggunakan rumus Krejcie dan Morgan sebagai berikut :
n = X2. N.P(1-P)
(N- 1).d2 + X2.P(1-P)
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
X2 = nilai Chi kuadrat
d = galat pendugaan
keterangan :
a. Asumsi tingkat kendala 95% karena menggunakan nilai X2 = 3,841
yang artinya memakai α = 0,05 pada derajat bebas 1.
b. Asumsi beragam populasi yang dimasukkan dalam perhitungan adalah
P ( P-1 ), dimana P = 0,5.
c. Asumsi nilai galat pendugaan 5% ( d = 0,05 )
Dengan demikian, berdasarkan rumus Krejcie dan Morgan dapat
diketahui sampel dalam penelitian ini, dari populasi sejumlah 83 adalah
sebagai berikut :
. . 1
1 . . 1
3,481 110 0,5 0,5 110 1 . 0,05 3,481 0,5 0,5
3,481 110 0,025 109 0,25 0,87925 95,7275
1,15175
83,11482527
3. Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel di mana semua
individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama
diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Dikatakan simpel (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi tersebut. Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan
dengan cara undian, memilih bilangan dari daftar bilangan secara acak.
E. Variabel penelitian
Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Varibel bebas
a. Harga bahan baku (X1)
Input bahan baku merupakan bahan baku utama yang digunakan untuk
produksi batubata merah per minggu dengan satuan rupiah. Skala
pengukuran dengan menggunakan satuan besarnya jumlah yaitu rupiah
bahan baku utama yang digunakan dalam proses produksi per satu kali