• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

IV-1

BAB IV

PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE

Pada bab ini akan dibahas hasil dari perencanaan dan analisis pengembangan Moxie. Moxie merupakan sebuah knowledge library yang dikembangkan dengan studi kasus yang spesifik, yaitu sebagai sistem untuk mendukung proses belajar bagi mahasiswa tugas akhir.

Pada bab ini, pembahasan akan diawali dengan metodologi yang dipilih untuk pengembangan Moxie. Selanjutnya, pembahasan berlanjut kepada proses dan hasil dari fase perencanaan dan analisis untuk pembangunan prototipe Moxie. Untuk fase perancangan dan implementasi, masing-masing akan dijabarkan lebih lanjut pada Bab V dan Bab VI.

4.1 Fase Perencanaan

4.1.1 Deskripsi Umum dan Tujuan Pengembangan Moxie

Moxie merupakan knowledge library (KL) yang dispesifikasikan untuk kebutuhan riset tugas akhir (TA). Pengguna utama sistem ini adalah mahasiswa TA yang dalam domain sistem ini disebut sebagai pembelajar. Tujuan pengembangan Moxie sebagai representasi KL adalah untuk menunjukkan level penerapan dari konsep KL dalam domain permasalahan yang nyata.

Gambar IV-1 Hubungan Konseptual antara KL dan Moxie

Berdasarkan definisi sistem menurut Charles S.Wasson dalam [WAS06], KL dapat dikatakan sebagai entitas sistem yang memiliki berbagai properti, seperti: stakeholder, tujuan, fungsi, sumber daya, kontrol, input, dan output. Sedangkan, Moxie merupakan sebuah instansiasi (instance) dari KL. Dengan demikian, Moxie juga memiliki properti yang sama dengan KL.

(2)

Namun, nilai dari properti ini sudah spesifik sesuai dengan studi kasus Moxie sebagai KL untuk kebutuhan mahasiswa TA. Ilustrasi mengenai hal ini dapat dilihat pada Gambar IV-1. Alasan pemilihan TA sebagai domain permasalahan adalah karena proses belajar yang dilakukan saat mengerjakan TA merupakan jenis pendekatan riset. Dalam pendekatan ini, pembelajar harus bekerja di antara kumpulan sumber belajar yang tidak terstruktur (tidak disusun berdasarkan kurikulum), baik dalam bentuk dokumen tekstual, video, gambar, atau suara. Kasus ini menarik karena dapat menunjukkan bagaimana sebuah KL menjadi sistem untuk mendukung proses belajar berbasis riset pada individual.

4.1.2 Metodologi Pengembangan Moxie

Dalam pengembangan sebuah sistem, metodologi perlu ditentukan untuk menjamin proses yang sistematis dan terarah. Pada pengembangan Moxie, metodologi yang akan digunakan adalah prototyping dengan pendekatan exploratory.

Metodologi prototyping dipilih karena merupakan pendekatan yang baik untuk membangun sistem yang kompleks. Pada sistem semacam ini, spesifikasi kebutuhan umumnya cukup banyak sehingga sulit untuk diidentifikasi secara lengkap dalam satu siklus pengembangan. Dengan metodologi prototyping, pendefinisian spesifikasi kebutuhan dapat dilakukan secara bertahap dalam beberapa siklus. Pendekatan exploratory dipilih karena prototipe yang dibangun memang ditujukan sebagai media untuk mengkomunikasikan model sistem dengan pengguna dalam rangka menganalisis spesifikasi kebutuhan.

Gambar IV-2 Metodologi Pengembangan Moxie dengan Prototyping

Rencana umum dari pengembangan Moxie dapat diilustrasikan seperti Gambar IV-2. Sesuai dengan prinsip metodologi prototyping, dalam setiap siklus pengembangan Moxie akan

(3)

dihasilkan prototipe. Setiap prototipe akan memiliki nomor versi, misalnya: versi 1.0, versi 2.0, dan seterusnya. Dalam tugas akhir ini, pengembangan Moxie akan dilakukan hingga siklus kedua. Dengan demikian, di akhir masa pengembangan akan diperoleh prototipe Moxie versi 1.0 dan versi 2.0.

Fokus pembangunan prototipe untuk setiap siklus tentunya akan berbeda. Pada siklus 1, fase analisis menjadi proses awal untuk memperoleh spesifikasi kebutuhan pengguna dan spesifikasi sistem. Oleh sebab itu, dalam fase ini ditetapkan landasan mekanisme yang sesuai untuk mengumpulkan kebutuhan pengguna. Fase perancangan siklus 1 ditujukan untuk merancang blueprint sistem berupa model skenario utama proses belajar TA. Skenario yang dihasilkan pada fase ini menjadi landasan untuk membuat skenario simulasi yang dibangun saat implementasi. Pada akhirnya, siklus 1 pengembangan Moxie akan menghasilkan prototipe versi 1.0 berupa simulasi.

Tabel IV-1 Perbedaan Orientasi untuk Pengembangan Moxie Siklus 1 dan Siklus 2

Siklus Pengembangan ke- Fase

Satu Dua

Analisis Dititikberatkan pada proses untuk memperoleh spesifikasi awal dari kebutuhan pengguna dan spesifikasi sistem.

Dititikberatkan pada proses untuk melengkapi spesifikasi kebutuhan dari pengguna dan spesifikasi sistem.

Perancangan Dititikberatkan pada

perancangan model skenario utama proses belajar TA dengan Moxie.

Dititikberatkan pada

perancangan arsitektur Moxie.

Implementasi Dititikberatkan pada pembangunan prototipe berdasarkan spesifikasi awal sistem.

Dititikberatkan pada

penyempurnaan prototipe versi 1.0. Pengembangan prototipe versi 2.0 didasarkan pada spesifikasi sistem yang telah direvisi.

Prototipe yang

dihasilkan Prototipe versi 1.0, yaitu berupa simulasi yang skenarionya didefinisikan dari spesifikasi awal sistem.

Prototipe versi 2.0, yaitu berupa simulasi yang skenarionya didefinisikan dari spesifikasi sistem hasil revisi.

Untuk siklus 2, fase analisis lebih dititikberatkan pada proses untuk melengkapi spesifikasi kebutuhan pengguna dan spesifikasi sistem. Pengumpulan spesifikasi ini dilakukan dengan mekanisme yang telah dirancang pada siklus 1. Fase perancangan siklus 2 difokuskan kepada pemodelan arsitektur Moxie. Model arsitektur ini dapat menjadi blueprint bagi pengembangan Moxie selanjutnya. Untuk implementasi siklus 2, prosesnya ditujukan untuk menyempurnakan prototipe versi 1.0. Prototipe versi 2.0 berupa simulasi yang dikembangkan dari versi 1.0, namun dilengkapi dengan tambahan spesifikasi sistem yang baru diidentifikasi

(4)

pada siklus ini. Ringkasan dari perbedaan orientasi untuk pengembangan Moxie siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat pada Tabel IV-1.

4.1.3 Rincian Task dalam Pengembangan Moxie

Setiap fase pengembangan sistem memiliki orientasi produk yang berbeda. Untuk menghasilkan sebuah produk, terdapat sejumlah task dan subtask yang harus dilakukan. Dalam pengembangan Moxie, penjabaran task, subtask, dan produk untuk setiap fase direpresentasikan dalam bentuk Work Breakdown Structure (WBS). WBS untuk siklus 1 dan siklus 2 pengembangan Moxie dapat dilihat pada Lampiran A. WBS ini disertai juga dengan penjelasan untuk setiap task dan subtask yang ada.

4.2 Fase Analisis

Dalam pengembangan Moxie, fase analisis dilakukan untuk memperoleh spesifikasi atau requirements sistem. Pernyataan mengenai spesifikasi sistem ini juga merupakan pernyataan dari domain model. Secara garis besar, produk yang dihasilkan dari analisis Moxie, baik pada siklus 1 maupun siklus 2, meliputi: spesifikasi pengguna, rumusan spesifikasi sistem, dan pemodelan spesifikasi sistem tersebut ke dalam diagram use case.

4.2.1 Spesifikasi Pengguna

Dari sudut pandang sistem, pengguna Moxie dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

1. Administrator

Administrator bertanggungjawab dalam pengelolaan dan pemeliharaan sistem, misalnya pengelolaan pengguna dan dokumen digital, dan mengkoordinasikan kebijakan terhadap apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan pengguna terhadap sistem.

2. Pembelajar

Pembelajar merupakan pengguna utama dari Moxie. Yang dimaksud dengan pembelajar adalah pengguna yang memanfaatkan Moxie sebagai sistem untuk mendukung proses belajar dalam rangka mengerjakan TA. Di dalam sistem, pembelajar dapat juga menjadi bagian dari suatu komunitas minat (community of interest), misalnya: dengan mengikuti forum diskusi. Komunitas minat merupakan sekumpulan pembelajar yang memiliki persamaan, misalnya latar belakang jurusan, atau minat terhadap topik bahasan tertentu. Bergabung dengan komunitas minat merupakan sebuah pilihan. Pembelajar dapat juga bergabung dengan beberapa komunitas sekaligus.

3. Pembimbing

Pembimbing adalah dosen yang berperan serta dalam membimbing TA. Keberadaan pembimbing dalam proses pengerjaan TA sangat diperlukan, terutama ketika pembelajar ingin berdiskusi atau mengajukan pertanyaan.

(5)

4.2.2 Identifikasi Kebutuhan Pembelajar terhadap Sistem

4.2.2.1 Mekanisme Pengumpulan Data

Untuk menstrukturkan kebutuhan pembelajar terhadap sistem, maka perlu dilakukan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan menyangkut fakta mengenai aktivitas apa saja yang umumnya dilakukan pembelajar saat melakukan proses belajar dalam rangka mengerjakan TA. Hasil identifikasi aktivitas belajar ini kemudian dipetakan terhadap proses aliran pengetahuan. Lebih lanjut mengenai hal ini akan diuraikan dalam subbab 4.3.2.2. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara. Wawancara dilakukan secara individual terhadap lima responden yang merupakan mahasiswa TA di Teknik Informatika ITB. Setiap sesi wawancara dilakukan dalam waktu + 30 menit. Tipe pertanyaan yang digunakan adalah open-ended (pertanyaan yang tidak menyediakan jawaban spesifik) dan closed-ended (pertanyaan yang menyediakan sekumpulan jawaban yang dapat dipilih). Perancangan pertanyaan untuk wawancara dilakukan dengan mempelajari referensi [LEF03]. Panduan wawancara yang digunakan dalam pengumpulan data ini dapat dilihat pada Lampiran B.

4.2.2.2 Pemetaan Aktivitas Belajar terhadap Proses Aliran Pengetahuan

Secara garis besar, pemetaan aktivitas belajar terhadap proses aliran pengetahuan dilakukan melalui dua tahap, yaitu:

1. Memodelkan proses belajar dalam rangka mengerjakan TA secara umum. Pemodelan ini dituangkan dalam bentuk metodologi proses belajar TA.

2. Mengidentifikasi aktivitas yang lebih rinci dari setiap proses belajar. Pengumpulan data untuk tahap (1) dan (2) ini dilakukan dengan metode wawancara.

3. Mengklasifikasikan aktivitas belajar ke dalam proses aliran pengetahuan yang ada - apakah termasuk ke dalam knowledge creation, knowledge retention, knowledge sharing, atau knowledge utilization.

Metodologi Proses Belajar Tugas Akhir Secara Umum

Berdasarkan hasil pengumpulan data, diperoleh kesimpulan bahwa proses belajar dalam rangka mengerjakan TA umumnya memiliki runtutan proses yang hampir serupa antara pembelajar yang satu dan yang lain. Runtutan proses belajar tersebut dapat dipetakan ke dalam sebuah metodologi proses yang diilustrasikan dalam Gambar IV-3.

Proses pertama yang dilakukan oleh pembelajar adalah mencari topik TA. Setelah menentukan topik, pembelajar mulai melakukan proses pencarian referensi atau sumber belajar. Referensi belajar tidak hanya berupa buku atau file, melainkan dapat juga berupa

(6)

pembelajar lain atau pembimbing. Tahap berikutnya adalah mensarikan atau mengekstraksi pengetahuan dari referensi atau sumber belajar yang telah diperoleh. Proses ini dapat melibatkan aktivitas membaca, menulis, mendengar, dan melihat. Melalui proses ini dapat pula dihasilkan pengetahuan baru yang oleh sebagian pembelajar didokumentasikan, misalnya dalam bentuk catatan. Rangkaian proses ini dapat berulang, namun pada akhirnya ditujukan untuk menghasilkan pengetahuan baru sebagai hasil dari pengerjaan TA. Pengetahuan ini akan diartikulasikan ke dalam bentuk dokumen TA.

Gambar IV-3 Metodologi Proses Belajar Tugas Akhir (TA)

Identifikasi Aktivitas Belajar

Dari setiap proses belajar yang didefinisikan dalam metodologi pada Gambar IV-3, dapat diidentifikasi sejumlah aktivitas belajar yang lebih rinci. Hasil identifikasi ini kemudian diklasifikasikan ke dalam proses aliran pengetahuan. Tujuannya adalah untuk memahami bagaimana keterkaitan antara proses dan aktivitas belajar terhadap proses aliran pengetahuan. Sejauh pengamatan yang dilakukan, belum ada literatur yang mendefinisikan secara pasti bagaimana memetakan sebuah aktivitas ke dalam aliran pengetahuan. Sebuah aktivitas mungkin diklasifikasikan sebagai knowledge sharing pada literatur yang satu, namun dianggap sebagai knowledge utilization pada literatur yang berbeda. Oleh sebab itu, pemetaan aktivitas belajar yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan dengan pendekatan yang telah didefinisikan penulis terlebih dahulu. Pendekatan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

(7)

1. Dalam pendekatan ini, aktivitas yang tergolong knowledge creation, knowledge retention, knowledge sharing, dan knowledge utilization dibedakan dengan melihat tujuan atau maksud dari pelakunya.

2. Knowledge creation mencakup segala aktivitas yang dilakukan pembelajar dengan tujuan membentuk pengetahuan baru. Aktivitas ini dapat meliputi proses pencarian sumber belajar, analisis pengetahuan yang telah ada, mengajukan pertanyaan, memperoleh jawaban, dan sebagainya.

3. Knowledge retention mencakup segala aktivitas yang dilakukan pembelajar untuk menyimpan pengetahuan baru ke dalam bentuk terarsip (sebagai informasi). Dalam hal ini, penyimpanan pengetahuan masih terbatas untuk kebutuhan pembelajar saja. 4. Knowledge sharing mencakup segala aktivitas yang dilakukan pembelajar untuk

mendistribusikan pengetahuan yang dimiliki kepada pihak eksternal. Knowledge sharing dapat dilakukan kapan saja sesuai keinginan pembelajar dan manfaat pengetahuannya mungkin tidak langsung dirasakan oleh orang lain saat itu.

5. Knowledge utilization mencakup segala aktivitas yang dilakukan pembelajar untuk menerapkan pengetahuan yang dimiliki pada saat yang tepat dan kepada pihak yang memerlukan. Contoh aktivitas ini misalnya memberikan jawaban atau opini atas pertanyaan yang diajukan pembelajar lain.

6. Sebuah aktivitas mungkin saja dapat dikategorisasikan ke beberapa proses aliran pengetahuan sekaligus. Namun, untuk menyederhanakan kondisi, maka dipilih satu proses yang dianggap paling dominan. Hal ini ditujukan untuk menyederhanakan proses pemetaan aktivitas ke dalam domain model dari sistem.

Hasil pemetaan aktivitas belajar terhadap data sample yang diperoleh dari pengumpulan data dapat dilihat hasilnya pada Tabel IV-2. Pemetaan ini dilakukan berdasarkan pendekatan yang telah dijabarkan di atas. Seperti yang ditunjukkan dalam pernyataan tersebut, pendekatan untuk pemetaan aktivitas ke aliran pengetahuan yang digunakan dalam pengembangan Moxie ini dilihat dari tujuan atau maksud pelakunya. Dengan kata lain, sudut pandang yang digunakan adalah dari pembelajar.

Hasil pemetaan akan berbeda jika dilakukan terhadap sudut pandang sistem (dalam hal ini Moxie). Namun, sudut pandang sistem ini tidak digunakan karena Moxie merupakan sistem yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan belajar. Oleh sebab itu, yang perlu ditunjukkan adalah bagaimana spesifikasi Moxie dapat memenuhi keinginan atau maksud pembelajar saat melakukan aktivitas belajar.

(8)

Meskipun, pemetaan dengan sudut pandang sistem ini tidak dimanfaatkan, namun usaha untuk memahami hal tersebut telah dilakukan dalam tugas akhir ini. Hasil dari pemahaman ini dituangkan dalam Lampiran C. Pada lampiran ini dijabarkan definisi pendekatan dengan sudut pandang sistem serta beberapa studi kasus untuk menunjukkan bagaimana pendekatan dengan sudut pandang pelaku dan sistem digunakan untuk memetakan aktivitas belajar ke dalam proses aliran pengetahuan.

Tabel IV-2 Pemetaan Aktivitas Belajar terhadap Proses Aliran Pengetahuan

Aktivitas Belajar K no w led ge C re ati on K no w led ge R ete nti on K no w led ge S ha rin g K no w led ge U tili za tio n

(1) Mencari topik Tugas Akhir (TA).

Mencari dan membaca dokumen TA milik pembelajar lain. Mengajukan pertanyaan kepada pembimbing atau pembelajar lain.

Memperoleh jawaban dari pembimbing atau pembelajar lain.

(2) Mencari referensi atau sumber belajar.

Mencari sumber belajar yang relevan di World Wide Web.

(3) Mensarikan pengetahuan dari referensi atau sumber belajar.

Mengkonsumsi (membaca, mendengar, melihat) materi belajar.

Membaca kembali catatan yang telah dibuat.

Mengajukan pertanyaan kepada pembimbing atau pembelajar

lain.

Memperoleh jawaban dari pembimbing atau pembelajar lain.

(4) Mendokumentasikan pemahaman atas hasil belajar.

Membuat catatan/ringkasan materi.

Menyimpan catatan/ringkasan hasil proses belajar.

Mengarsipkan dan mendistribusikan pengetahuan ke dalam

bentuk yang suatu saat dapat diakses pembelajar lain.

Memberikan jawaban atas pertanyaan dari pembelajar lain.

Memberikan opini atas hal-hal yang ingin diketahui pembelajar lain.

(5) Mendokumentasikan hasil Tugas Akhir (TA).

Menyimpan dokumentasi TA sehingga dapat diakses oleh

pembelajar lain.

4.2.3 Rumusan Spesifikasi Kebutuhan Moxie

Moxie merupakan sistem yang dikembangkan sebagai alat pendukung proses belajar dan ditujukan terutama bagi pembelajar. Oleh sebab itu, perumusan spesifikasi kebutuhan Moxie harus berorientasi pada spesifikasi kebutuhan pembelajar.

(9)

Hasil pemetaan aktivitas belajar yang dijabarkan pada subbab 4.3.2.2 memberikan gambaran mengenai kebutuhan pembelajar untuk setiap proses aliran pengetahuan yang ada. Hal ini kemudian menjadi dasar untuk menentukan spesifikasi apa yang perlu disediakan oleh Moxie. Pertimbangan utama dalam pendefinisian spesifikasi ini adalah bahwa sistem harus dapat mengakomodasi kebutuhan pembelajar dalam aktivitas knowledge creation, knowledge retention, knowledge sharing, knowledge utilization sebagai rangkaian dari proses belajar. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka spesifikasi kebutuhan Moxie dapat dijabarkan dalam pernyataan berikut:

1. Sistem dapat menyediakan layanan untuk knowledge creation, antara lain:

a. mencari dan menyediakan akses ke dokumen TA milik pembelajar lain.

b. mencari dan menyediakan akses ke sumber belajar yang relevan di World Wide Web.

c. menyediakan fasilitas untuk mengajukan pertanyaan dan menerima jawaban dari pembimbing.

d. menyediakan fasilitas untuk mengajukan pertanyaan dan menerima jawaban dari pembelajar lain.

e. menyediakan fasilitas untuk mengkonsumsi materi secara aktif, misalnya: membaca sambil menambahkan highlight tulisan atau menulis anotasi.

f. menyediakan fasilitas untuk membuat catatan/ringkasan materi. g. mengakses kembali catatan yang telah dibuat.

2. Sistem dapat menyediakan layanan untuk knowledge retention, antara lain:

menyimpan dan mengorganisasikan catatan/ringkasan hasil proses belajar.

3. Sistem dapat menyediakan layanan untuk knowledge sharing, antara lain:

a. menyediakan fasilitas untuk mengarsipkan pengetahuan ke dalam bentuk yang dapat diakses pembelajar lain.

b. mengelola dokumen hasil Tugas Akhir (TA) dalam bentuk digital.

4. Sistem dapat menyediakan layanan untuk knowledge utlization, antara lain:

menyediakan fasilitas untuk memberikan jawaban atau opini atas pertanyaan dari pembelajar lain.

(10)

4.2.4 Domain Model: Diagram Use Case

Model sistem dibutuhkan untuk mengkomunikasikan aspek penting dari sistem kepada pengguna [GUS02]. Dalam hal ini domain model - yang merupakan produk dari analisis domain - akan direpresentasikan dalam bentuk diagram use case untuk memberikan overview dari spesifikasi kebutuhan yang disediakan sistem. Selain mampu memberikan gambaran mengenai kemampuan apa saja yang dimiliki oleh sistem, diagram ini juga merupakan alat bantu yang baik untuk melakukan analisis dan mengantisipasi adanya kebutuhan sistem yang belum terdefinisi.

Untuk pembangunan prototipe Moxie, identifikasi use case dilakukan berdasasarkan pernyataan spesifikasi kebutuhan pada subbab 4.3.3. Beberapa spesifikasi kebutuhan dapat dikelompokkan sebagai satu use case dan dapat berlaku sebaliknya. Hasil analisis use case ini dapat dilihat pada Tabel IV-3.

Kemudian untuk memperjelas hasil analisis use case, dibuat diagram use case seperti yang tampak pada Gambar IV-4. Pada diagram ini digambarkan juga hasil klasifikasi use case terhadap proses aliran pengetahuan yang diakomodasi. Klasifikasi ini ditandai dengan garis putus-putus. Secara keseluruhan, dalam siklus pengembangan ini, diagram use case digunakan sebagai alat untuk memberikan gambaran konseptual mengenai spesifikasi sistem. Tabel IV-3 Hasil Analisis Use Case Moxie

No. Kebutuhan Moxie Spesifikasi

Proses Aliran Pengetahuan

yang Diakomodasi

Use Case Use Case Kode

1. Sistem dapat mencari dan menyediakan akses ke dokumen TA milik pembelajar lain.

Knowledge

creation Mencari Dokumen TA UC-01 2. Sistem dapat mencari

dan menyediakan akses ke sumber belajar yang relevan di World Wide Web.

Knowledge

creation Mencari Sumber Belajar di World Wide Web UC-02

3. Sistem dapat

menyediakan fasilitas untuk mengajukan pertanyaan dan

menerima jawaban dari pembimbing.

Knowledge

(11)

No. Kebutuhan Moxie Spesifikasi

Proses Aliran Pengetahuan

yang Diakomodasi

Use Case Use Case Kode

4. Sistem dapat

menyediakan fasilitas untuk mengajukan pertanyaan dan

menerima jawaban dari pembelajar lain. Knowledge creation 5. Sistem dapat menyediakan fasilitas untuk memberikan jawaban atau opini atas pertanyaan dari pembelajar lain. Knowledge utilization 6. Sistem dapat menyediakan fasilitas untuk mengkonsumsi materi secara aktif.

Knowledge

creation Mengkonsumsi Sumber Belajar Secara Aktif UC-04 7. Sistem dapat menyediakan fasilitas untuk membuat catatan/ringkasan materi. Knowledge creation 8. Sistem dapat mengakses kembali catatan yang telah dibuat. Knowledge creation 9. Sistem dapat menyimpan dan mengorganisasikan catatan/ringkasan hasil proses belajar. Knowledge retention Mengelola Catatan / Ringkasan UC-05 10 Sistem dapat menyediakan fasilitas untuk mengarsipkan pengetahuan ke dalam bentuk yang dapat diakses pembelajar lain.

Knowledge

sharing Mengarsipkan Hasil Belajar untuk Publik UC-06

a. Melakukan Upload

Dokumen TA UC-07

11. Sistem dapat mengelola dokumen hasil Tugas Akhir (TA) dalam bentuk digital.

Knowledge sharing

b. Mengelola Dokumen

TA UC-08

a. Mengelola Anggota UC-09 12. Sistem dapat mengelola

(12)

IV G am ba r IV -4 D ia gr am U se C as e M ox ie

Referensi

Dokumen terkait

Jawab: “Memberikan bimbingan dan nasehat, Memberikan pengawasan yang maksimal, Memberitau bagaimana mengatur jadwal kegiatan belajart, Menyediakan fasilitas belajar

Glomerulonefritis dapat terjadi secara epidemik atau sporadik, paling sering pada anak usia sekolah yang lebih muda, antara 5 – 8 tahun.. Glomerulonefritis

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta di bagian perawatan Lantai VA, Lantai VC, Lantai IVA, Lantai IVC dan Emergency dilakukan pada bulan

Perencanaan Pemerintahan 60 menit Bukti Distribusi 8 x Bukti Distribusi 30 menit Masukan Stakeholder 9 x Masukan Stakeholder 300 menit Koreksi Draft Rancangan Awal

(2011) yang menyatakan bahwa masalah terbesar personal hygiene pada siswa SD Negeri Jatinangor adalah aspek kebersihan mulut dan gigi (88,9% tidak hygiene dan 11,1% hygiene), aspek

Perseroan mempunyai keyakinan bahwa dengan menciptakan dan membangun satu budaya yang kokoh dimana setiap orang di Perusahaan membuat perbedaan, membentuk opini konsumen & sales

Sebelum dilakukan telaah lebih jauh mengenai kohesivitas kelompok peserta didik baik kelas akselerasi maupun kelas RSBI, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Pengujian

Untuk kebutuhan tinggi elevasi dermaga disesuaikan dengan kondisi muka air rencana pasang surut daerah setempat ditambah dengan suatu angka kebebasan agar tidak