ANALISA SIFAT MEKANIK BIOKOMPOSIT HIDROKSIAPATIT-BOROSILIKAT DENGAN VARIASI TEMPERATUR PADA KOMPOSISI TETAP 70 : 30
Etri Andika Hidayat, Burmwi1), Iqbal2) Jurusan Teknik Mesin–Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
Kampus III Jl. Gajah Mada Gunung Pangilun Telp. (0751) 51257 Padang, Sumatera Barat Email :dikahidayat25@gmail.com
ABSTRAK
Material komposit sudah dikembangkan dalam berbagai aplikasi, dengan memanfaatkan limbah (biowaste) tulang sapi yang diolah menjadi serbuk Hidroksiapatit dengan campuran borak dan silika, sebagai komposisi filler biokomposit dan borosilikat sebagai matriks, dengan memvariasikan temperatur 800oC, 900oC, 1000oC, dengan komposisi tetap filler dan matriks yaitu 70:30, dilakukan untuk mendapatkan nilai sifat mekanik yang lebih baik diantaranya nilai kekerasan dan kekuatan tekan. Dari material biokomposit hidroksiapatit dan borosilikat didapatkan nilai kekerasan Shore Scleroscope terbaik pada spesimen biokomposit dengan variasi temperatur 1000oC dengan nilai 17,33 SHN dengan penekanan 40 kg/Cm2, dan nilai kekuatan tekan tertinggi terdapat pada nilai tegangan dan regangan, maka didapatlah nilai tegangan tertinggi yaitu pada temperatur 1000oC dengan komposisi tetap 70:30 dengan nilai 8,11 N/mm2dengan penekanan 30 kg/Cm2, dan nilai regangan tertinggi pada temperatur dengan komposisi tetap 70:30 dengan nilai 5,65% berdasarkan temperatur 900oC dengan penekanan 30 kg/Cm2, demikian nilai kekerasan dan kekuatan tekan material biokomposit agar dapat diaplikasikan sesuai fungsinya. Dimana variasi temperatur dengan komposisi tetap filler yaitu hidroksiapatit dan borosilikat sangat berpengaruh terhadap nilai kekerasan dan kekuatan tekan
Kata Kunci : Biokomposit, Serbuk Hidroksiapatit, Boroslikat, Nilai Kekerasan, Kekuatan Tekan.
ABSTRACT
Composite materials have been developed in a variety of applications, by utilizing waste (biowaste) cow bones were processed into powder hydroxyapatite with a mixture of borax and silica, as the composition of the filler biocomposites and borosilicate as a matrix, by varying the temperature of 800oC, 900oC, 1000oC, the composition remains filler and 70:30 matrix ie, made to get the value of better mechanical properties including hardness and compressive strength. Biocomposite material of hydroxyapatite and borosilicate Shore hardness values obtained on specimens biocomposite best Scleroscope with temperature variation 1000oC with a value of 17.33 with an emphasis SHN 40 kg / Cm2, and the highest compressive strength value contained in the value of stress and strain, the highest voltage value didapatlah at a temperature of 1000oC with a fixed composition of 70:30 with a value of 8.11 N / mm2 with an emphasis 30 kg / Cm2, and the value of the highest strain in the temperature stays composition 70:30 with a value of 5.65% based on the temperature of 900oC with an emphasis 30 kg / cm2, such hardness and compressive strength biocomposite material that can be applied according to its function. Where the temperature variation with fixed composition filler is hydroxyapatite and borosilicate greatly affect the hardness and compressive strength
PENDAHULUAN
Penggunaan material komposit dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin meningkat menjadikan sebuah tantangan dalam ilmu material untuk mencari dan mendapatkan material baru yang memiliki nilai guna lebih serta memiliki dampak positif bagi lingkungan hidup. Material komposit belakangan mulai hadir disegala aspek kehidupan manusia disegala bidang. Material komposit masih memiliki banyak
kemungkinan dalam hal
pengembangannya, mengingat sumber dan perlakuan pada material tersebut sangat melimpah sehingga masih memungkinkan untuk mendapatkan material-material baru. Material komposit mulai dilirik karena memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan material anorganik lainnya, diantaranya adalah massanya yang lebih ringan, kekuatan yang lebih tinggi dan juga ketahanan terhadap korosi yang lebih baik. Atas dasar tersebut material organik kini hadir dan mulai menggantikan material anorganik yang telah lama dipakai oleh dunia.
Potensi sampah biologi (biowaste) seperti tulang sapi di indonesia cukup besar ketersediannya dan dapat digunakan sebagai sumber hidroksiapatit (HA) dimana sangat berguna untuk aplikasi biomedik dan bersifat ekonomis dan ramah lingkungan. Hidroksiapatit (HA) termasuk dalam keluarga senyawa kalsium fosfat. Material HA berasal dari sumber alami dapat membentuk ikatan yang kuat dengan jaringan tulang. Komposisi tulang sapi terdiri dari 93% hidroksiapatit dan 7% β-tricalcium phosphate. (Ooi et al., 2007).
Hidroksiapatit yang berasal dari tulang sapi telah secara luas dipergunakan untuk mencangkok, memperbaiki, mengisi atau penggantian tulang, dan dalam pemulihan jaringan gigi karena biokompabilitas yang sangat baik dengan jaringan keras, bioktivitas merekonstruksi ulang jaringan tulang yang telah rusak dan juga di dalam jaringan lunak (Kusrini dan Sontang., 2012).
Setiap tahunnya kebutuhan pencangkokan tulang (bone graft) terus bertambah. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah kecelakaan, bencana alam yang mengakibatkan patah tulang, penyakit bawaan, dan non bawaan. Berdasarkan data di Asia, Indonesia adalah Negara dengan jumlah penderita patah tulang tertinggi. Diantaranya, ada sebanyak 300-400 kasus operasi bedah tulang per bulan di RS. Dr. Soetomo Surabaya (Gunawarman et al, 2010).
Tulang sapi secara struktural kaya dengan senyawa protein kolagen yang terikat secara kuat dengan mineral kalsiumnya (Ockerman dan Hansen, 2000). Senyawa kolagen yang terdapat pada tulang sapi memiliki kemiripan dalam hal komposisi kimia, morfologi, distribusi, fungsi serta patologi dengan senyawa kolagen pada tulang manusia (Junqueira et al., 1998). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa limbah tulang sapi berpotensi besar untuk dapat ditingkatkan nilai ekonominya sebagai penyedia bahan pengganti tulang atau gigi manusia yang telah rusak
Pada penelitian ini dilakukan sebuah inovasi preparasi hidroksiapatit dari tulang sapi, boronsilikat dengan tujuan menghasilkan hidroksiapatit yang kuat dan life time yang lebih lama, serta mampu menghasilkan kandidat hidroksiapatit yang sesuai dengan tulang manusia.
TINJAUAN PUSTAKA A. Tulang Sapi
Tulang merupakan jaringan yang dinamis yang secara continue dapat diperbaharui dan direkonstruksi. Tulang memiliki pembuluh darah, pembuluh limfe dan syaraf. Tulang panjang seperti tulang paha (femur) memiliki bentuk seperti silinder dengan bagian ujung yang membesar. Bagian yang berbentuk silinder disebut diafisis yang terdiri dari tulang kompak sedangkan bagian ujung yang
membesar terdiri dari tulang berongga dan disebut epifisis.
Tulang sapi digunakan peneliti sebagai pengganti tulang manusia karena memiliki karakteristik mekanik dan struktur yang hampir sama dengan tulang manusia (sama-sama mamalia dan vertebrata). Selain itu tulang sapi lebih mudah diperoleh dan memiliki penampang tulang yang cukup lebar sehingga dalam pengambilan spesimen atau sampel lebih mudah.
B. Hidroksiapatit
Hidroksisapatit (HA) mempunyai rumus molekul Ca10(PO4)6(OH)2 termasuk di
dalam keluarga senyawa kalsium fosfat. Hidroksiapatit yang berasal dari tulang sapi telah secara luas dalam aplikasi medis seperti dipergunakan untuk mencangkok tulang, memperbaiki, mengisi, atau penggantian tulang, dan di dalam pemulihan jaringan gigi. Hidroksiapatit digunakan karena biokompabilitas yang sangat baik dengan jaringan keras, bioktiftas merekonstruksi ulang jaringan tulang yang telah rusak dan juga di dalam jaringan lunak meskipun mempunyai laju degradasi yang rendah, osteokonduksitas tinggi, non-toksik, memiliki sifat noninflamasi dan sifat imunogenik (Kusrini dan Sontang 2011).
Sifat hidroksiapatit sangat mirip dengan komponen pada organ-organ tertentu dari tubuh manusia seperti tulang dan gigi. Akan tetapi, dikarenakan kekuatan mekanik yang kurang baik dan menahan beban maka aplikasinya terbatas pada implan yang tidak sepenuhnya menahan beban (non-bload-bearing
implant) seperti implan untuk operasi
telinga bagian tengah, pengisi tulang yang rusak pada operasi ortopedik, serta pelapis (coating) pada implan.
C. Aplikasi Hidroksiapatit
Penggunaan hidroksiapatit dalam aplikasi biomedik telah banyak dilaporkan antara lain sebagai pembawa
obat, bone filler dan bone subtitute. Pemanfaatan hidroksiapatit disebabkan karena sifat dari hidroksiapatit yang tidak beracun, biokompabilitas, non inflamasi, tidak menimbulkan imun, dan struktur mesopori dari hidroksiapatit. Penggunaan hidroksiapatit sebagai pembawa obat (Oner et al., 2011) .
Kelebihan utama HA dari tulang sapi adalah biokompailitas, biodegradasi
yang rendah, kemampuan
osteokonduktivitas yang bagus. Sintesa HA telah banyak dilakukan untuk memperbaiki tulang, pengganti tulang, sebagai pelapis atau pengisi tulang dan gigi (Zhou dan Lee, 2011).
D. Silika
Silikon dioksida atau silika adalah salah satu senyawaan kimia yang paling umum. Silikon selalu terikat secara tetrahedral kepada empat atom oksigen, namun ikatan-ikatannya mempunyai sifat yang cukup ionik. Dalam kristobalit, atom-atom silikon ditempatkan seperti halnya atom- atom karbon dalam intan dengan atom-atom oksigen berada di tengah dari setiap pasangan. Dalam kuarsa terdapat heliks sehingga terbentuk kristalenansiomorf. Proses ini lambat karena dibutuhkan pemutusan dan pembentukan kembali ikatan-ikatan dan energi pengaktifannya tinggi. (Cotton, 1989).
E. Borak
Boraks atau Sodium tetraborate adalah senyawa kimia yang telah lama dan luas penggunaannya baik dalam bidang industri (gelas, cat, pupuk, pestisida) , rumah tangga ( sabun, deterjen ) maupun dalam bidang kesehatan ( antiseptik, farmasetik, pengobatan kanker / boron neutron capture therapy ) ( Sheffer, 2002).
Secara alami, boraks dapat ditemukan dalam air tanah dengan konsentrasi 3 - 100 mg/liter sebagai akibat pengikisan tanah dan batuan. Sedangkan kandungannya yang tinggi
pada air permukaan lebih dikarenakan buangan dari limbah industri dan air cucian rumah tangga ( Sheffer, 2002). F. Borosilikat
Borosilikat merupakan material dengan pemanfaatan yang sangat luas, seperti gelas borosilikat dan keramik borosilikat. Sehingga menarik untuk dikaji dikarenakan tahan terhadap serangan bahan kimia, tahan terhadap thermal shock karena memiliki koefisien ekspansi thermal yang kecil, tahanan listrik yang tinggi serta pergeseran koefisien dielektrik yang rendah (El-khesen, 2003).
Pada umumnya, sintesis borosilikat menggunakan bahan dasar silika mineral seperti fumed silika, kaolinite, maupun
TEOS (tetraethylorthosilicate), dapat
disintesis dengan metode reaksi padatan
(solid-state reaction) (Kurama and
Kurama, 2006, Kurama, 2002, Kurama dan Ozel, 2004), metode sol-gel (Douy, 1992, Naskar and Chatterjee, 2004, Naskar and Chatterjee, 2005), metode melting (Rudholf, et.al, 1993, Amista, et.al, 1995). METODOLOGI PENELITIAN
a. Diagram Alir
Penelitian ini dilakukan pada bulan februari sampai bulan mei 2015, dilaboratorium Material Teknik dan Metalurgi Fisik Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Bunghatta Padang, Laboratorium Pengujian Bahan Universitas Negeri Padang dan Laboratorium Material Politeknik Negeri Padang.
Dalam pembuatan biokomposit ini diperlukan alat dan bahan yang digunakan: Alat :
1. Presto
Untuk menghilangkan kadar lemak tulang sapi
2. Mesin penggiling
Alat penggilingan tulang sapi dari bentuk tulang menjadi menjadi serbuk tulang sapi.
3. Alat Tekan dengan menggunakan preasure gauge
Digunakan untuk menekan dalam proses pencetakan specimen.
4. Furnace
Perangkat yang digunakan untuk memanaskan serbuk tulang sapi 5. Timbangan Digital
Untuk mengukur massa serbuk hidroksiapatit dan serbuk silika. 6. Cetakan
untuk membentuk spesimen sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. 7. Mesin Poles
Untuk menghaluskan permukaan spesimen sebelum dilakukan pengujian.
8. Alat Uji Kekerasan
Uji kekerasan merupakan alat untuk mengukur nilai kekerasan
9. Alat Uji Tekan
Untuk mengukur nilai kekuatan tekan. Bahan
1. Serbuk hidroksiapatit 2. Silika
b. Proses Pembuatan Komposit hidrosiapatit tulang sapi
Proses pembuatan komposit dilakukan sebagai berikut :
1. Menyiapkan bahan-bahan dan peralatan yang akan diperlukan dalam pengerjaan pembuatan material komposit hidroksiapatit tulang sapi.
2. Proses pemilihan tulang sapi dan dibersihkan dengan cara mencuci agar kotoran-kotoran yang menempel pada tulang dapat terbuang.
3. Proses pengecilan dimensi tulang sapi yaitu memotong tulang dengan gergaji tangan.
4. Proses penghilangan kadar lemak yang terkandung dalam tulang sapi dengan cara melakukan pemanasan dengan merebus tulang pada panci Presto selama 240 menit.
5. Selanjutnya proses pengilangan kadar air yang terkandung dalam tulang yang sudah di presto dengan cara melakukan penjemuran dibawah terik matahari selama 2 hari.
6. Kemudian proses penghilangan kadar lemak yang kedua kali nya yang terkandung dalam tulang sapi dengan cara melakukan pemanasan ulang dengan merebus tulang pada panci Presto selama 240 menit. 7. Selanjutnya proses finishing
pengilangan kadar air yang terkandung dalam tulang yang sudah di presto dengan cara melakukan penjemuran dibawah terik matahari selama 4 hari.
8. Setelah itu dilakukan pengerjaan merubah tulang menjadi serbuk tulang dengan cara proses penggilingan tulang sapi di mesin penggiling.
9. Proses selanjutnya pengayakan serbuk tulang yang bertujuan memisahkan serbuk tulang yang masih kasar dengan yang halus.
10. Kemudian proses menghilangkan unsur-unsur lain dengan cara merebus serbuk tulang didalam dandang presto yang masih terkandung didalam serbuk tulang seperti: kadar air, lemak, bakteri, dan lain-lain dengan waktu 240 menit
11. Selanjutnya proses menghilangkan unsur-unsur lain yang masih terkandung didalam serbuk tulang seperti: kadar air, lemak, bakteri, dan lain-lain yaitu dengan proses kalsinasi serbuk tulang sapi di dalam furnace secara bertingkat pada temperatur 300˚C dalam waktu 30 menit, dan dilanjutkan dengan suhu 600˚C dalam waktu 30 menit, kemudian ditingkatkan lagi dengan suhu terakhir 1000˚C selama waktu 2 jam.
12. Setelah itu proses menghaluskan silika gel blue dengan cara menggiling silika gel dalam mortar, sehingga menghasilkan serbuk silika.
13. Selanjutnya dilakukan pengayakan serbuk silika yang telah digiling yang bertujuan menghasilkan serbuk silika yang halus secara merata.
14. Proses selanjutnya setelah pengerjaan pembuatan serbuk kedua bahan selesai dilakukan pembagian komposisi serbuk tulang, SI + Br (Borosilikat), yaitu serbuk tulang sapi berbanding borosilikat 70% : 30% yaitu 14 gram serbuk HA : 3 gram serbuk silika dan 3 gram borak.
15. Setelah pembagian komposisi dilakukan pencampuran serbuk tulang sapi, borosilikat di dalam mortar sampai ketiga bahan tercampur secara merata.
16. Proses selanjutnya dilakukan pencetakan spesimen dengan menggunakan cetakan yang berbahan alumunim batang dengan diameter luar 20 mm dan diameter
dalam 10 mm dengan tinggi cetakan 20 mm.
17. Proses pencetakan komposit hidroksiapatit dilakukan dengan cara menekan campuran serbuk hidrosiapatit dan borosilikat dengan preasure gauge dengan tekanan 30, 40, dan 50 kg/cm2. 18. Setelah spesimen selesai dicetak,
kemudian spesimen tersebut di panaskan di dalam furnace dengan temperature 800˚C, 900˚C dan 1000˚Cselama 2 jam
19. Setelah spesimen keluar dari furnace, kemudian spesimen tersebut dirapikan dan bersihkan menggunakan mesin poles sampai semua sisi permukaan spesimen menjadi rata dan bersih.
20. Jika langkah-langkah pembuatan biokomposit diatas telah selesai, dilakukan spesimen uji kekerasan dan uji tekan untuk mendapatkan nilai kekuatan mekanik spesimen tersebut.
ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Analisa Kekerasan (shore)
Perbedaan variasi temperatur sangat berpengaruh terhadap tingkat kekerasannya. Kekerasan shore tertinggi yaitu pada spesimen dengan variasi temperatur 1000oC berdasarkan tekanan 40 kg/Cm2 dengan nilai 17,33 SHN, dan
kekerasan shore yang terendah terdapat pada spesimen dengan variasi temperatur 800oC berdasarkan tekanan 30 kg/Cm2 dengan nilai 11,33 SHN. Dapat disimpulkan, semakin besar persentase massa borosilikat maka kekerasan shore spesimen akan semakin tinggi. Sebaliknya, jika persentase massa borosilikat kecil maka kekerasan shore spesimen akan rendah.
B. Analisa Kekuatan Tekan
Pengujian tekan diatas terjadi pemberian beban secara bertahap, dimana puncak dari pemendekan spesimen 0,40 mm dengan beban tertinggi 74 kg.
Pada perbandingan antara tegangan dengan variasi temperatur, tegangan tertinggi yaitu pada spesimen dengan temperatur 1000oC berdasarkan penekanan 30 Kg/cm2dengan nilai 8,11 N/mm2, dan tegangan yang terendah terdapat pada variasi temperatur 800oC berdasarkan penekanan 30 kg/Cm2 dengan nilai 2,36 N/mm2. Dapat disimpulkan, bahwa yang mempengaruhi tegangan yaitu pada variasi temperatur dan penekanan yang berbeda. D. Regangan
Berdasarkan analisa yang terlihat pada grafik, regangan tertinggi yaitu pada spesimen dengan variasi temperatur 900oC berdasarkan penekanan 30 Kg/cm2 dengan nilai 5,65%, dan regangan yang terendah terdapat pada variasi temperatur 1000oC berdasarkan penekanan 50 kg/Cm2 dengan nilai 2,4%. Dari grafik tersebut membuktikan bahwa tegangan dan regangan berbanding lurus, jika tegangan besar maka regangannya juga besar, begitu juga sebaliknya jika nilai tegangan rendah maka regangannya juga rendah.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang meliputi pengujian dan analisa terhadap sifat mekanis biokomposit HA dengan borosilikat, maka didapatlah nilai kekerasan tertinggi yaitu pada temperatur dengan komposisi tetap 70:30 dengan nilai
17,33 SHN berdasarkan temperatur 1000oC dengan penakanan 40 kg/Cm2, dan nilai kekuatan tekan tertinggi terdapat pada nilai tegangan dan regangan, maka didapatlah nilai tegangan tertinggi yaitu pada temperatur dengan komposisi tetap 70:30 dengan nilai 8,11 N/mm2 berdasarkan temperatur 1000oC dengan penekanan 30 kg/Cm2, dan nilai regangan tertinggi pada temperatur dengan komposisi tetap 70:30 dengan nilai 5,65% berdasarkan temperatur 900oC dengan penekanan 30 kg/Cm2.
DAFTAR PUSTAKA
1) Barakat, N.A.M., Khil, M.S., Sheikh, F.A., Omran, A.M., Kim, H.Y. (2009) Extraction of pure natural hydroxcapatite from the bovine bone bio waste by three different methods.
Material Technology.209,3408-3415.
2) Chaironi, Latif. Triwikantoro, Munasir. (2013). Pengaruh Variasi Temperatur
Kalsinasi Pada Struktur Silika. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 3) Ferraz, M., Mantero, F.J., Manuel,
C.M. (2004). Hydroxyapatite nanoparticles a review of preparation methodologies. J.App. Biomat. Biomech. 2, 74-80.
4) Indrani Decky Jusiana. (2012).
Komposit Hidroksiapatit Kalsinasi
Suhu Rendah Dengan Alginat
Sargassum Duplicatumatau Sargassum
Crassifolium Sebagai Material
Scaffold Untuk Pertumbuhan Selpunca Mesenkimal. Universiras Indonesia.
5) Kusrini, E., Sontang, M. (2012). Characterizingof X-Ray Diffraction And Electron Spin Resonance: Effects Of Sintering Time And Temperature On Bovine Hydroxyapatite. Rad Phsical and Chem. 81, 118-125.
6) Maharani, D,K. Kartini. I, Aprilita, N,H. Kajian spektroskopi infra merah
xerogen komposit epoksi silika-kitosan.
Universitas negeri surabaya.
7) Pelin, I.M, Maier, S.S, Chitanu, G.C., Bulacovsschi, v. (2009). Preparation and characterization of
hydroxyapatite-collagen composite as component for injectable bone subtitute. Materials
science and enginering. C29,
2188-2194.
8) Retnosari, Agustin. (2013). Ekstraksi
Dan Penentuan Kadar Silika (Sio2)
Hasil Ekstraksi Dari Abu Terbang (Fly Ash) Batubara. Universitas Jember.
9) Riyadi, S. Tantowi, A,W. Pengaruh
temperatur, waktu penahanan dan fraksi volume sinteringkomposit serbuk silika- PVC terhadap akurasi dimensi.
Universitas Wijaya Putra Surabaya. 10) Said, Muhammad Irfan. (2014)
Pemanfaatan Limbah Tulang.
UNHAS.
11) Setiawau, Duyeh.(2010). Sintesis dan
Karakterisasi 188Re_Hidroksiapatit
Untuk Tujuan Radioterapi Kanker.
Pusat Teknologi Nukllr Bahan Dan Radiometri
12) Solechan, Saifudin Alie Anwar (2014).
Karakterisasi Scaffold Bovine
Hydroxyapatite Dari Tulang Sapi
Limbah Bakso Balungan Untuk
Aplikasi Implan Tulang Mandibula
Menggunakan Metode Kalsinasi.
Universitas Muhammadiyah Semarang 13) Sontang, M., (2000) Optimasi
Hydroxyapatite Dalam Tulang Sapi
Melalui Proses Sintering. Tesis,
Universitas Indonesia.
14) Suka,I. G. Simanjuntak. W. Simon .S. Evi .T. (2010). Karakteristik Silika
Sekam Padi Dari Provinsi Lampung
Yang Diperoleh Dengan Metode
Ekstraksi. Universitas Lampung.
15) Surtiyeni, N. Hartono, F.T. Masturi. Yuliza, E. (2013) Fabrikasi dan karakterisasi material nano komposit
berbasis sampah domestik
menggunakan PVAc dan silika dari abu sekam padi. ITB.
16) Yang, P., Quan, Z., Li, C., Kang, X., Lian, H., Lin, J. (2008) Bioaktive, luminescent and mesoporous europium-doped hydroxyapatite as a drug carier. Biomaterial. 29, 4341-4347.
17) Zhou, H., Lee, J. (2011). Nanoscale hydroxyapatite particles for bone tissue enginering. Acta biomaterial. 7, 2769-2781.
18) One Meus Ginting, Agus Riyanto, Simon Sembiring. (2009) Karakteristik Fungsional Borosilikat Berbasis Sekam Padi Akibat Pengaruh Kalsinasi. Jurusan Fisika, Universitas