• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU TERHADAP KELANCARAN OPERASI PENANGKAPAN IKAN ARMADA PAYANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU TERHADAP KELANCARAN OPERASI PENANGKAPAN IKAN ARMADA PAYANG"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

MUHAMMAD REZA QADARIAN

SKRIPSI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Peran Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Terhadap Kelancaran Operasi Penangkapan Ikan Armada Payang” adalah karya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2010

Muhammad Reza Qadarian C54104033

(3)

MUHAMMAD REZA QADARIAN, C54104033. Peran Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Terhadap Kelancaran Operasi Penangkapan Ikan Armada payang. Dibimbing oleh DINARWAN dan ANWAR BEY PANE

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu sebagai salah satu pelabuhan perikanan yang menjadi pusat kegiatan perikanan tangkap di Perairan Selatan Jawa Barat memiliki peran untuk memberikan pelayanan kepada kapal-kapal yang beroperasi di sekitar Samudera Hindia. Pelayanan terhadap armada penangkapan merupakan salah satu fungsi atau peran dari PPN Palabuhanratu, dimana pelayanan tersebut antara lain terhadap pelayanan kebutuhan logistik yang didalamnya mencakup penyediaan air bersih, es balok dan juga bahan bakar minyak (BBM). PPN Palabuhanratu juga harus memiliki dermaga dan tempat tambat labuh yang digunakan untuk mengisi perbekalan dan juga tempat untuk melabuhkan kapal selama di pelabuhan perikanan. Armada payang merupakan salah satu armada penangkapan yang dominan ketiga dari seluruh armada yang ada di PPN Palabuhanratu, setelah bagan dan pancing. Seluruh kebutuhan melaut payang bergantung dari pihak PPN Palabuhanratu yang seyogianya menyediakan seluruh kebutuhan logistik untuk operasi penangkapan ikan. Kenyataan menunjukan bahwa semua kebutuhan logistik payang ternyata didapatkan dari luar PPN Palabuhanratu. Kebutuhan air bersih nelayan payang untuk keperluan air minum sebanyak 19 liter per trip, sedangkan es balok 2-3 balok (per balok = 50 kg) per trip dan kebutuhan BBM 7 jerigen (1 jerigen = 30 liter) per trip. Seluruh armada payang mendaratkan hasil tangkapannya di dermaga pendaratan PPN Palabuhanratu. Peran PPN Palabuhanratu terhadap armada payang ternyata hanya berhubungan pada penyediaan fasilitas kolam tambat labuh dan pendaratan hasil tangkapan.

(4)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2010 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber:

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

(5)

MUHAMMAD REZA QADARIAN C54104033

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

(6)

Terhadap Kelancaran Operasi Penangkapan Ikan Armada Payang

Nama : Muhammad Reza Qadarian NRP : C54104033

Program Studi : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Disetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Dinarwan, MS. Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA NIP. 19630823 198803 1 002 NIP. 19541014 198003 1 003

Diketahui:

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP.19621223 198703 1 001

(7)

Skrispsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul yang diambil dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2009 ini adalah “Peran Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Terhadap Kelancaran Operasi Penangkapan Ikan Armada Payang”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, April 2010

(8)

1) Bapak Ir. Dinarwan, MS dan Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA selaku dosen pembimbing atas arahan dan bimbingan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini.

2) Ibu Dr. Ir. Tri Wji Nurani, M.Si selaku dosen penguji atas arahan dan sarannya dalam perbaikan skripsi ini.

3) Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si selaku komisi pendidikan atas arahan dan saran-sarannya.

4) Ibu Imas Masriah, S.Pi dan Bapak Eko Suheriyanto selaku staf PPN Palabuhanratu yang telah memberikan informasi selama penulis melakukan penelitian.

5) Kedua orang tua (Dendy Rachman dan Esih Sukaesih) dan adik-adik ku ( Niesya Kharismanita dan M. Rifqi Farisandi) yang menyayangiku yang telah banyak membantu baik materi, do’a, motivasi, serta kasih sayangnya yang tulus.

6) Sahabat-sahabat seperjuangan PSP’41 khususnya saudara Deden H. Azam S.Pi, Ipan M.S, S.Pi, Resa Isroin Fauzy, S.Pi, Galih Arief S S.Pi, Rusman Hadi atas dukungan dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

7) Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini.

(9)

Penulis dilahirkan di Sukabumi tanggal 14 Februari 1986 dari pasangan Bapak Dendy Rachman dan Ibu Esih Sukaesih. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Tugu Ibu Depok. Tahun 2001 lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP 3) Depok. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMA Hayatan Thayyibah Sukabumi. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif pada berbagai kegiatan organisasi kampus. Organisasi yang diikuti diantaranya sebagai anggota Fisheries Diving Club (FDC) 2004/2005, anggota Century periode 2005/2006 dan 2006/2007. Selain itu penulis juga aktif sebagai asisten mata kuliah Avertebrata air tahun 2005/2006, asisten mata kuliah Metode Observasi Bawah Air (MOBA) 2007/2008. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan diantaranya sebagai ketua field trip mata kuliah Oseanografi Umum tahun 2005/2006. Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Peran Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Terhadap Kelancaran Operasi Penangkapan Ikan Armada Payang”.

(10)

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Manfaat Penelitian ... 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Fungsi ... 5

2.2 Peranan dan Fungsi Pelabuhan Perikanan ... 6

2.3 Fasilitas Pelabuhan Perikanan Nusantara ... 9

2.4 Armada Payang... 12

2.5 Analisis chi kuadrat ... 14

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

3.2 Bahan dan Alat ... 17

3.3 Metode Penelitian ... 17

3.5 Analisis Data ... 19

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ... 20

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap ... 21

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Armada payang ... 35

5.2 Peran Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu terhadap armada payang ... 42

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 49

(11)
(12)

1 Hubungan armada penangkapan dengan pelayanan penyediaan

air bersih di pelabuhan ... 20

2 Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan di PPN Palabuhanratu tahun 2004-2008 ... 22

3 Perkembangan jumlah perahu di PPN Palabuhanratu, 2004-2008 ... 23

4 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPN Palabuhanratu, 2004-2008 ... 24

5 Perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu, 2004-2008 ... 26

6 Jumlah armada payang yang beroperasi di Palabuhanratu tahun 2004-2008 ... 34

7 Jumlah hasil tangkapan payang yang didaratkan di PPN Palabuhanratu tahun 2004-2008 ... 34

8 Proyeksi jumlah armada payang di PPN Palabuhanratu tahun 2010-2014 ... 36

9 Hubungan armada penangkapan dengan pelayanan perolehan air bersih di PPN Palabuhanratu tahun 2009 ... 43

10 Hubungan armada penangkapan dengan pelayanan perolehan es balok di PPN Palabuhanratu tahun 2009 ... 45

11 Hubungan armada penangkapan dengan pelayanan perolehan BBM di PPN Palabuhanratu tahun 2009 ... 46

12 Hubungan armada penangkapan dengan tambat labuh di PPN Palabuhanratu tahun 2009 ... 47

13 Hubungan armada penangkapan dengan tempat pendaratan hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu tahun 2009 ... 48

(13)

1 Pemakaian air bersih di PPN Palabuhanratu periode tahun 2004-2008 ... 30 2  Pemakaian es di PPN Palabuhanratu periode tahun 2004-2008 ... 31 3 Penyaluran es balok oleh pabrik es Sari Petojo ke kapal longline

tahun 2009 ………... 32 4 Pemakaian BBM di PPN Palabuhanratu periode tahun 2004-2008 …... 33 5 Tangki BBM di PPN Palabuhanratu tahun 2008 ... 33 6 Trend jumlah armada payang di PPN Palabuhanratu periode

tahun 2004-2008 …... 35 7 Jumlah hasil tangkapan armada payang pada periode 2004-2008 ... 37 8 Solar Package Dealer Nelayan (SPDN) KUD Mina Mandiri Sinar Laut

di PPN Palabuhanratu 2008 ... 39 9 Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBB) PT. Paridi Asyudewi

di PPN Palabuhanratu tahun 2008 ... 40 10 Fasilitas PT. Mekartunas Rayasejati di PPN Palabuhanratu

tahun 2008... 40  

(14)

1 Gambar skematik payang ... 55

2 Peta lokasi penelitian di Palabuhanratu tahun 2009 ... 56

3  Data responden Nelayan Payang dan Non Payang ... 57

4 Peta wilayah kerja darat dan laut PPN Palabuhanratu tahun 2008 ... 59

5 Fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu tahun 2008 ... 60

6 Perhitungan χ2 untuk penyediaan air bersih di PPN Palabuhanratu tahun 2009 ... 62

7 Perhitungan χ2 untuk penyediaan es balok di PPN Palabuhanratu tahun 2009 ... 63

8 Perhitungan χ2 untuk penyediaan BBM di PPN Palabuhanratu tahun 2009 ... 64

9 Perhitungan χ2 untuk penyediaan tempat tambat dan labuh di PPN Palabuhanratu tahun 2009 ... 65

10 Perhitungan χ2 untuk penyediaan tempat pendaratan ikan hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu tahun 2009 ... 66

(15)

1.1 Latar Belakang

Pelabuhan perikanan merupakan prasarana vital dalam pelaksanaan kegiatan perikanan tangkap. Pelabuhan perikanan juga merupakan tempat dilakukannya berbagai aktivitas yaitu sebagai tempat pendaratan hasil tangkapan, tempat berlabuh kapal perikanan, tempat memperlancar kegiatan kapal-kapal perikanan, pusat pelaksanaan pembinaan mutu hasil tangkapan, sebagai pusat pengembangan masyarakat nelayan, sebagai tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data perikanan, berdasarkan penjelasan pasal 41 UU No 31 tahun 2004 tentang perikanan (Shanticka, 2008).

Pelabuhan perikanan mempunyai peran aktif dalam pengembangan perikanan tangkap di Indonesia karena ditunjang dengan segala fasilitas yang ada di pelabuhan perikanan. Dengan ditunjang berbagai fasilitas tersebut mulai dari fasilitas pokok, kemudian fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang maka pelabuhan perikanan diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada nelayan, sehingga dapat memperlancar seluruh kegiatan perikanan tangkap yang ada di pelabuhan perikanan.

Pelayanan terhadap armada penangkapan merupakan salah satu fungsi atau peran dari pelabuhan perikanan, dimana pelayanan tersebut antara lain terhadap pelayanan kebutuhan logistik atau bekal bagi operasi penangkapan yang didalamnya mencakup penyediaan air bersih, es balok dan juga bahan bakar minyak (BBM). Pelabuhan perikanan juga harus memiliki dermaga dan tempat tambat labuh yang digunakan untuk mengisi perbekalan dan juga tempat untuk melabuhkan kapal selama di pelabuhan perikanan. Pelayanan lainnya adalah tempat untuk mendaratkan hasil tangkapan, dimana ditempat tersebut nelayan dapat menjual hasil tangkapannya kepada konsumen. Semua fasilitas tersebut sudah semestinya ada pada pelabuhan perikanan untuk menunjang kelancaran operasi penangkapan ikan dan juga dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan fungsi dan peranannya terhadap kebutuhan nelayan.

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu sebagai salah satu pelabuhan perikanan yang menjadi pusat kegiatan perikanan tangkap di Perairan

(16)

Selatan Jawa Barat memiliki peran untuk memberikan pelayanan kepada kapal-kapal yang beroperasi di sekitar Samudera Hindia. Sejak tahun 2003 Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap telah mencoba meluncurkan program revitalisasi pelabuhan perikanan dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi pelabuhan perikanan yang semula hanya melayani aktivitas perikanan di pelabuhan, kemudian diperluas untuk ikut membina pengembangan ekonomi perikanan (Mahyuddin, 2007).

Selanjutnya Mahyuddin mengatakan bahwa pelaksanaan fungsi PPN Palabuhanratu selama program revitalisasi pelabuhan perikanan yang dijalankan sejak periode 2003-2005 adalah :

1) Sebagai tempat tambat labuh kapal

• Melakukan pemantauan dan pengaturan terhadap kapal yang berlabuh dan bongkar muat.

• Menerima dan mengelola jasa tambat.

• Memberikan kemudahan dalam hal kebutuhan sarana dan jasa komunikasi dan telekomunikasi.

2) Tempat Pendaratan Ikan

• Memberikan pelayanan teknis untuk pendaratan ikan.

• Menyediakan tenaga dan sarana pendaratan.

• Pelayanan untuk mempertahankan mutu hasil tangkapan.

• Alat bantu bongkar dan alat angkut ikan hasil tangkapan lainnya. 3) Tempat untuk memperlancar kegiatan kapal-kapal perikanan

• Memberikan pelayanan teknis untuk memudahkan kapal-kapal melakukan kegiatan di pelabuhan (merapat, berlabuh, bongkar muat, keluar pelabuhan).

• Melayani kebutuhan melaut (BBM, es, garam dan perbekalan lain).

• Memberikan pelayanan dalam hal kebutuhan perbekalan anak buah kapal (ABK), jasa perbengkelan dan perawatan kapal serta jasa lainnya.

(17)

Armada payang merupakan salah satu armada penangkapan yang dominan ketiga dari seluruh armada yang ada di PPN Palabuhanratu, setelah Bagan dan Pancing. Berdasarkan data statistik PPN Palabuhanratu tahun 2006 jumlah armada payang mencapai 166 unit yang dari tahun sebelumnya berjumlah 101 unit (PPN Palabuhanratu, 2006). Sebagai salah satu armada yang dominan, payang menyerap banyak tenaga kerja dengan jumlah ABK mencapai 16 orang sampai 25 orang per unit penangkapannya.

Seiring dengan bertambahnya jumlah armada payang, maka diperlukan perhatian ”khusus” dari pihak PPN Palabuhanratu terhadap armada tersebut. Payang merupakan salah satu unit penangkapan yang dominan disukai masyarakat nelayan dan memiliki ABK yang relatif banyak, sehingga PPN Palabuhanratu dituntut untuk lebih memperhatikan segala kebutuhan logistiknya.

Akan tetapi, dari sisi klasifikasi pelabuhan perikanan tipe B atau Nusantara, suatu pelabuhan perikanan nusantara pada hakekatnya tidak melayani kebutuhan logistik atau pendaratan ikan hasil tangkapan armada perahu motor tempel seperti payang. Pelabuhan perikanan hanya melayani armada kapal motor dan berukuran minimal 30 GT (Lubis, 2006). Oleh karenanya, perhatian ”khusus” terhadap armada payang dihadapkan tidak hanya pada tingkatan pengelola pelabuhan perikanan namun juga pada tingkatan di atasnya (Ditjen Perikanan Tangkap) dan pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi.

Seluruh kebutuhan melaut armada payang seharusnya difasilitasi pihak pelabuhan dimana armada tersebut menjadikanya sebagai fishing base yang seyogianya menyediakan seluruh kebutuhan logistik untuk operasi penangkapan ikan.

Operasi penangkapan ikan unit penangkapan payang di PPN Palabuhanratu dilakukan secara one day fishing (dilakukan dalam sehari). Hasil tangkapan dari payang merupakan ikan-ikan pelagis yang mempunyai nilai ekonomis penting seperti : cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol (Auxis thazard) dan banjar (Euthynus alletteratus) yang sangat disukai oleh konsumen (Subani dan Barus, 1989).

Sehubungan dengan hal-hal yang telah dikemukakan diatas maka perlu diketahui apakah benar seluruh kebutuhan logistik untuk bekal operasi

(18)

penangkapan ikan dan kegiatan pemasaran hasil tangkapan armada payang ditunjang oleh PPN Palabuhanratu, dalam arti bahwa semua fungsi PPN Palabuhanratu berjalan dengan baik terhadap armada payang. Untuk kepentingan itulah penelitian ini dilakukan.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui kebutuhan logistik (air bersih, es balok, BBM) dari armada payang dan sumber tempat mendapatkannya.

2. Mengetahui tempat mendaratkan hasil tangkapan armada payang apakah di PPN Palabuhanratu saja atau tidak.

3. Mengetahui peran PPN Palabuhanratu terhadap pelayanan aktivitas perikanan armada penangkapan ikan, khususnya terhadap armada payang.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan juga masukan bagi pihak PPN Palabuhanratu mengenai kondisi pelayanan terhadap armada penangkapan ikan, khususnya terhadap armada payang di pelabuhan ini.

(19)

2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

Menurut Lubis (2006), pelabuhan perikanan sebagai pelabuhan khusus adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan wilayah lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Pelabuhan perikanan adalah merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran, baik berskala nasional maupun internasional.

Menurut Ayodhyoa (1975) pelabuhan perikanan adalah:

(1) Pelabuhan khusus merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan, baik dilihat dari aspek produksi maupun aspek pemasarannya.

(2) Gabungan area perairan dan daratan dengan dilengkapi berbagai fasilitas yang dapat digunakan oleh kapal perikanan.

(3) Wilayah perairan terbuka dan terlindung dari angin topan, badai sehingga menjadikannya tempat yang aman dan menyenangkan bagi kapal yang mencari tempat perlindungan, pengisian bahan bakar, pengisian keperluan melaut, perbaikan atau aktivitas bongkar.

(4) Pusat berbagai aktivitas industri perikanan, kegiatannya mulai dari kapal berangkat ke laut dan kembali ke pangkalan.

Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/ MEN/ 2004 diacu dalam Sumiati (2008), pelabuhan perikanan diklasifikasikan menjadi, pelabuhan perikanan samudera (tipe A), pelabuhan perikanan nusantara (tipe B), pelabuhan perikanan pantai (tipe C), dan pangkalan pendaratan ikan (tipe D). Selanjutnya Sumiati (2008) menyebutkan bahwa kriteria pelabuhan perikanan nusantara (tipe B), adalah:

1. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah laut teritorial dan wilayah Zona Ekonomi Eklusif Indonesia (ZEEI);

2. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 30 Gross Tonage (GT);

(20)

3. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya 3 m;

4. Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2250 GT kapal perikanan sekaligus; 5. Jumlah ikan yang didaratkan rata-rata 30 ton/hari;

6. Ikan yang didaratkan sebagian untuk ekspor;

7. Memiliki lahan yang sekurang-kurangnya seluas 15 ha; 8. Memiliki laboratorium pengujian mutu hasil perikanan; 9. Terdapat industri perikanan;

2.2 Peranan dan Fungsi Pelabuhan Perikanan

Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1994) diacu dalam Sumiati (2008), pelabuhan perikanan merupakan pusat pengembangan ekonomi yang meliputi aspek produksi, pengolahan, dan pemasaran. Adapun peranan pelabuhan perikanan adalah:

(1) Pusat aktivitas produksi, yaitu pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan untuk melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan dilaut sampai kemampuan membongkar hasil tangkapannya;

(2) Pusat aktivitas pengolahan, yaitu pelabuhan perikanan menyediakan sarana-sarana yang dibutuhkan untuk mengolah hasil tangkapannya;

(3) Pusat aktivitas pemasaran, yaitu pelabuhan perikanan merupakan pusat pengumpulan dan tempat awal pemasaran hasil tangkapan.

Fungsi pelabuhan perikanan ditinjau dari berbagai kegiatan khusus adalah sebagai tempat untuk berlabuh dan bertambatnya kapal yang hendak bongkar muat hasil tangkapan ikan atau mengisi bahan perbekalan untuk melakukan penangkapan ikan di laut. Menurut Lubis (2006), fungsi pelabuhan perikanan berbeda dengan pelabuhan lainnya, dimana pelabuhan perikanan dikhususkan untuk aktivitas dibidang perikanan tangkap.

Selanjutnya Lubis (2006) mengatakan bahwa terdapat dua jenis pengelompokan fungsi pelabuhan perikanan yaitu ditinjau dari pendekatan

(21)

kepentingan dan dari segi aktivitasnya. Fungsi pelabuhan perikanan berdasarkan pendekatan kepentingan adalah sebagai berikut :

1. Fungsi maritim, yaitu pelabuhan perikanan mempunyai aktivitas-aktivitas yang bersifat kemaritiman, yaitu merupakan suatu tempat kontak bagi nelayan atau pemilik kapal, antara laut dan daratan dan semua aktivitasnya;

2. Fungsi komersil, yaitu pelabuhan perikanan merupakan suatu tempat awal untuk mempersiapkan pemasaran produksi perikanan dengan melakukan transaksi pelelangan ikan;

3. Fungsi jasa, yaitu meliputi seluruh jasa-jasa pelabuhan mulai dari ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Fungsi jasa dapat dikelompokkan menjadi:

i) Jasa-jasa yang melayani pendaratan ikan, antara lain penyediaan alat-alat pengangkut ikan, keranjang-keranjang atau bak plastik dan buruh untuk membongkar ikan.

ii) Jasa-jasa yang melayani kapal-kapal penangkap ikan, antara lain dalam penyediaan bahan bakar, air bersih dan es.

iii) Jasa-jasa yang menangani mutu ikan, antara lain terdapatnya fasilitas cold storage, cool room, pabrik es dan penyediaan air bersih.

iv) Jasa-jasa yang melayani keamanan pelabuhan, antara lain adanya jasa pemanduan bagi kapal-kapal yang akan masuk dan keluar pelabuhan, dan yang berfungsi memeriksa surat-surat kapal dan jumlah serta jenis barang atau ikan yang dibawa.

v) Jasa-jasa pemeliharaan kapal dan pelabuhan antara lain adanya fasilitas docking, slipways, dan bengkel.

Fungsi pelabuhan perikanan ditinjau dari segi aktivitasnya adalah merupakan pusat kegiatan ekonomi perikanan baik ditinjau dari aspek pendaratan dan pembongkaran ikan, pengolahan, pemasaran dan pembinaan terhadap masyarakat nelayan. Fungsi-fungsi tersebut antara lain;

1. Fungsi pendaratan dan pembongkaran

Pelabuhan perikanan lebih ditekankan sebagai pemusatan sarana dan kegiatan pendaratan dan pembongkaran hasil tangkapan di laut. Pelabuhan

(22)

perikanan sebagai tempat pemusatan armada penangkap ikan untuk mendaratkan hasil tangkapan, tempat berlabuh yang aman, menjamin kelancaran pembongkaran ikan dan penyediaan bahan perbekalan.

2. Fungsi pengolahan

Pelabuhan perikanan sebagai tempat untuk membina peningkatan mutu serta pengendalian mutu ikan dalam menghindari kerugian dari pasca tangkap. Fungsi pengolahan ini merupakan salah satu fungsi yang penting terutama pada saat musim ikan yaitu untuk menampung produksi perikanan yang tidak habis terjual dalam bentuk segar.

3. Fungsi pemasaran

Pelabuhan perikanan juga berfungsi sebagai tempat untuk menciptakan mekanisme pasar yang menguntungkan baik bagi nelayan maupun bagi pedagang. Dengan demikian maka sistem pemasaran dari tempat pelelangan ikan ke konsumen harus diorganisir secara baik dan teratur. Pelelangan ikan adalah kegiatan awal dari pemasaran ikan di pelabuhan perikanan untuk mendapatkan harga yang layak khususnya bagi nelayan. 4. Fungsi pembinaan terhadap masyarakat nelayan

Fungsi ini menunjukkan bahwa pelabuhan perikanan dapat dijadikan sebagai lapangan kerja bagi penduduk di sekitarnya dan sebagai tempat pembinaan masyarakat perikanan seperti nelayan, pedagang, pengolah dan buruh angkut agar mampu menjalankan aktivitasnya dengan baik. Melalui pembinaan ini, para pelaku atau pengguna di pelabuhan tersebut diharapkan dapat menguasai kegiatannya lebih baik lagi sehingga masing-masing pengguna memperoleh manfaat dan keuntungan yang optimal.

2.3 Fasilitas Pelabuhan Perikanan Nusantara

Pelabuhan perikanan dalam melaksanakan fungsi dan peranannya dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas-fasilitas tersebut berupa fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang(Lubis, 2006).

1. Fasilitas Pokok

Fasilitas pokok atau juga dikatakan infrastruktur adalah fasilitas dasar atau pokok yang diperlukan dalam kegiatan di suatu pelabuhan. Fasilitas ini berfungsi

(23)

untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal baik sewaktu berlayar keluar masuk pelabuhan maupun sewaktu di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas pokok tersebut antara lain terdiri dari :

1) Dermaga

Dermaga adalah suatu bangunan kelautan yang berfungsi sebagai tempat berlabuh dan bertambatnya kapal, bongkar muat hasil tangkapan dan mengisi bahan perbekalan untuk keperluan penangkapan ikan di laut.

Di pelabuhan perikanan, dermaga berfungsi untuk membongkar muat (unloading), mengisi bahan perbekalan (out fitting), dan berlabuh. Di pelabuhan tertentu, dermaga untuk masing-masing fungsi tersebut berbeda sehingga terdapat istilah dermaga untuk bongkar, dermaga untuk mengisi perbekalan dan dermaga untuk berlabuh. Namun ada kalanya ketiga kegiatan tersebut dilakukan pada dermaga yang sama.

2) Kolam Pelabuhan

Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk masuknya kapal yang akan bersandar di dermaga. Kolam pelabuhan menurut fungsinya terbagi dua yaitu berupa, alur pelayaran yang merupakan pintu masuk kolam pelabuhan sampai ke dermaga, dan kolam putar yaitu daerah perairan untuk berputarnya kapal.

3) Pemecah gelombang ( Breakwater )

Pemecah gelombang adalah suatu struktur bangunan kelautan yang berfungsi khusus untuk melindungi pantai atau daerah di sekitar pantai terhadap pengaruh gelombang laut.

4) Daratan Pelabuhan

Daratan pelabuhan adalah bagian darat yang menampung seluruh fasilitas pelabuhan. Luas daratan sebaiknya 2-4 kali luas seluruh fasilitas pelabuhan perikanan yang perhitungannya didasarkan pada kebutuhan pengembangan jangka panjang.

(24)

5) Alat bantu navigasi

Alat bantu navigasi adalah alat bantu yang berfungsi :

•Memberikan peringatan atau tanda-tanda terhadap bahaya yang tersembunyi misalnya batu karang di perairan;

•Memberikan petunjuk dan bimbingan pada waktu akan keluar masuk pelabuhan atau ketika kapal akan merapat dan membuang jangkar;

•Memberikan petunjuk atau bimbingan agar kapal dapat berlayar dengan aman di sepanjang pantai, sungai dan perairan lainnya.

Kebutuhan fasilitas-fasilitas tersebut di suatu pelabuhan perikanan sangat penting untuk memperlancar berbagai aktivitas perikanan yang ada di pelabuhan, terutama aktivitas pendaratan.

2. Fasilitas Fungsional

Menurut Lubis (2006), fasilitas fungsional dikatakan juga suprastruktur adalah fasilitas yang berfungsi untuk meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok sehingga dapat menunjang aktivitas di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas ini diantaranya tidak harus ada di suatu pelabuhan namun fasilitas ini disediakan sesuai dengan kebutuhan operasional pelabuhan perikanan tersebut.

Selanjutnya menurut Lubis fasilitas fungsional antara lain adalah gedung tempat pelelengan ikan (TPI), pabrik es, ice storage, cold storage, cool room, instalasi bahan bakar minyak (BBM), instalasi air, instalasi listrik, slipway, bengkel, balai pertemuan nelayan, tempat pengolahan dan instalasi komunikasi. Fasilitas-fasilitas fungsional ini dikelompokkan antara lain :

1). Penanganan hasil tangkapan dan pemasarannya, yaitu :

(1) Gedung tempat pelelangan ikan (TPI) berfungsi untuk melelang ikan, dimana terjadi pertemuan antara penjual (nelayan atau pemilik kapal) dengan pembeli (pedagang atau agen perusahaan ikan).

(2) Fasilitas pemeliharaan dan pengolahan hasil tangkapan ikan, seperti gedung pengolahan, tempat penjemuran ikan dan lain-lain.

(3) Pabrik es. Es terutama dipergunakan untuk mempertahankan mutu ikan pada saat operasi penangkapan dan pengangkutan ke pasar atau pabrik. Bangunan pabrik es biasanya terdiri dari ruang mesin, ruang kompresor, ruang produksi, ruang penyimpanan es dan ruang operator.

(25)

(4) Gudang es. Bangunan gudang es diperlukan apabila produksi kemungkinan tidak terserap pasar secara keseluruhan, pabrik es jauh dari dermaga perbekalan (out fitting) atau kemungkinan mendatangkan es dari luar.

(5) Refrigerasi/fasilitas pendinginan, seperti cool room, cold storage. Fasilitas ini berfungsi untuk tempat penyimpanan sementara produk-produk perikanan yang tidak langsung dipasarkan yang disebabkan oleh berbagai alasan diantaranya adalah menunggu harga yang baik, kelebihan produksi atau tempat transit.

(6) Gedung-gedung pemasaran, tempat grosir memasarkan ikannya. Gedung ini biasanya dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas seperti alat sortir, timbangan, pengepakan dan lain-lain.

2). Fasilitas pemeliharaaan dan perbaikan armada dan alat penangkap ikan, yaitu :

(1) Lapangan perbaikan alat penangkapan ikan; (2) Ruangan mesin;

(3) Tempat penjemuran alat penangkap ikan;

(4) Bengkel : fasilitas untuk memperbaiki mesin kapal (5) Slipways : tempat untuk penyimpanan jaring

(6) Gudang jaring : tempat penyimpanan jaring

(7) Vessel lift : fasilitas untuk mengangkat kapal dari kolam pelabuhan ke lapangan perbaikan kapal.

3). Fasilitas perbekalan, yaitu tangki dan instalasi air minum serta tangki bahan bakar.

4). Fasilitas komunikasi, yaitu stasiun jaringan telepon, radio single side band (SSB).

Fasilitas-fasilitas tersebut diperlukan di suatu pelabuhan perikanan dalam rangka meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok dengan cara memberikan pelayanan yang dapat menunjang aktivitas-aktivitas yang ada di suatu pelabuhan.

(26)

3. Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung meningkatkan peranan pelabuhan atau para pelaku mendapatkan kenyamanan melakukan aktivitas di pelabuhan, antara lain terdiri dari :

(1) Fasilitas kesejahteraan, yaitu MCK (mandi, cuci, kakus), poliklinik, kantin/warung dan musholla.

(2) Fasilitas administrasi, yaitu kantor pengelola pelabuhan, ruang operator, kantor syahbandar dan kantor beacukai.

2.4 Armada Payang 2.4.1 Definisi payang

Payang merupakan alat tangkap yang sudah lama dikenal dan digunakan di perairan Indonesia. payang merupakan pukat kantong lingkar yang secara garis besar terdiri atas bagian kantong (bag), badan (body), dan dua buah sayap di bagian kiri dan kanan (wing) serta tali ris (lampiran-1). Bagian kantong terdiri atas bagian kecil yang tiap bagian mempunyai nama sendiri bagi tiap daerah. Pada payang tali ris atas lebih panjang yang berbeda dari tali ris bawah dengan maksud agar ikan dapat masuk ke dalam kantong jaring dengan mudah dan mencegah lolosnya ikan ke arah vertikal bawah. Hal ini karena payang umumnya digunakan untuk menangkap jenis ikan pelagis yang biasanya hidup di bagian lapisan atas air dan mempunyai sifat cenderung lari ke lapisan bawah permukaan perairan apabila telah terkurung jaring (Subani dan Barus, 1989).

Von Brandt (1984) mengungkapkan bahwa alat tangkap payang termasuk kedalam kelompok seine net atau danish net, yaitu alat tangkap yang mempunyai bagian badan, sayap, dan tali penarik yang sangat panjang atau disebut juga warp. Alat ini dioperasikan dengan cara melingkari area seluas-luasnya dan kemudian menariknya ke kapal atau ke pantai. Alat tangkap ini sesuai perkembangan dimodifikasi disesuaikan dengan daerah penangkapan dan spesies ikan yang ditangkap.

(27)

Menurut Monintja (1991), secara rinci alat tangkap payang terdiri atas bagian-bagian:

1. Sayap, terdiri atas sayap kiri dan sayap kanan yang merupakan lembaran-lembaran jaring yang disatukan dan berfungsi sebagai pengurung ikan;

2. Badan, merupakan lembaran jaring yang disatukan berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan dan biasanya mata jaring pada badan lebih kecil dari sayap;

3. Kantong, merupakan satu kesatuan lembaran jaring yang berbentuk kerucut terpacung, semakin ke ujung jumlah mata jaringnya berkurang dan ukurannya semakin kecil;

4. Tali ris, terdiri atas tali ris atas dan tali ris bawah, berfungsi untuk merentangkan jaring;

5. Pelampung, berfungsi untuk mempertahankan bentuk jaring sesuai dengan yang diinginkan dan juga memelihara jaring agar tetap terapung; dan

6. Pemberat, berfungsi untuk memberikan daya berat ke bawah.

2.4.2 Kapal, nelayan dan jenis hasil tangkapan payang

Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan dalam usaha perikanan yang mencakup penggunaan untuk aktivitas penangkapan ikan atau mengumpulkan sumberdaya perairan, pengelolaan usaha budidaya, serta aktivitas penelitian, inspeksi atau pengawasan. Pada kapal perikanan dilakukan kerja menangkap, menyimpan dan mengangkut ikan (Nomura dan Yamazaki, 1977).

Pengoperasian payang umumnya menggunakan kapal tradisional, dengan mesin motor tempel atau outboard engine. Kapal ini memiliki konstruksi khusus, yaitu memiliki tiang pengamat yang disebut kakapa (Ayodhyoa, 1981). Selanjutnya dalam pengoperasian payang dilakukan oleh nelayan yang mempunyai tugas dan fungsi masing-masing di dalam sebuah armada payang. Nelayan tersebut dapat dibagi dalam beberapa golongan.

Berdasarkan kepemilikan terhadap kapal dan alat tangkap, maka nelayan dibedakan atas nelayan pemilik (juragan) dan nelayan buruh (pandega). Berdasarkan waktu kerjanya nelayan dibedakan atas nelayan penuh dan nelayan sambilan. Nelayan penuh adalah nelayan yang seluruh waktunya digunakan untuk

(28)

operasi penangkapan ikan, sedangkan nelayan sambilan adalah nelayan yang sebagian waktunya digunakan untuk operasi penangkapan ikan (Ayodhyoa,1981). Jumlah nelayan yang mengoperasikan alat tangkap payang berkisar antara 6 orang untuk payang berukuran kecil dan 16 orang untuk payang berukuran besar (Subani dan Barus, 1989). Biasanya nelayan telah membentuk satu kesatuan kerja yang tetap dan dipimpin oleh juru mudi yang sekaligus bertindak sebagai fishing master (Ayodhyoa, 1981).

Dalam operasi penangkapan ikan dengan payang, nelayan terlebih dahulu melakukan persiapan sebelum berangkat dari fishing base menuju fishing ground. Persiapan tersebut meliputi penyusunan alat tangkap dan persiapan bahan bakar serta perbekalan (Monintja, 1991).

Selanjutnya Monintja menjelaskan bahwa dalam pengoperasian payang terdiri dari dua tahap, tahap setting dan tahap hauling. Tahap setting dilakukan bila telah ditemukan gerombolan ikan dengan cara yang masih tradisional, yaitu dengan menduga-duga keberadaan gerombolan ikan. Setelah dilakukan setting maka segera dilakukan hauling, dengan menarik seluruh bagian jaring ke atas perahu, kemudian dilakukan pemindahan ikan hasil tangkapan dari kantong ke palka perahu.

Jenis ikan hasil tangkapan payang terutama adalah ikan-ikan pelagis, dimana ikan yang berenang di dekat permukaan air lalu membatasi ruang gerak ikan sehingga terkurung pada bagian sayap dan selanjutnya ikan masuk ke dalam kantong. Mawardi (1990) menjelaskan bahwa yang menjadi tujuan utama dari operasi penangkapan payang di Palabuhanratu adalah jenis-jenis ikan pelagis yang mempunyai nilai ekonomis penting seperti : Cakalang (Katsuwonus pelamis), Tongkol (Auxis thazard) dan Banjar (Euthynus alletteratus). Hasil tangkapan yang diperoleh alat tangkap payang sangat bergantung pada keadaan daerah dan jumlah ikan yang berkumpul di daerah penangkapan.

2.5 Analisis Chi Kuadrat (χ2)

Analisis chi kuadrat merupakan salah satu metode statistik nonparametrik atau bebas-sebaran. Metode statistik non parametrik merupakan prosedur pengujian yang tidak mengasumsikan pengetahuan apapun mengenai sebaran

(29)

populasi yang mendasarinya. Uji nonparametrik memiliki beberapa keunggulan. Pertama, perhitungan yang diperlukan sederhana dan dapat dikerjakan dengan cepat. Kedua, datanya tidak harus merupakan pengukuran kuantitatif , tetapi dapat berupa respon yang kualitatif, seperti produk “cacat” lawan “tidak cacat”. Ketiga, penggunaan uji nonparametrik adalah bahwa uji-ujinya disertai dengan asumsi-asumsi yang jauh tidak mengikat dibandingkan dengan uji parametrik (Walpole, 1997).

Uji Nonparametrik atau bebas-sebaran digunakan bila :

1. Bentuk distribusi populasinya, darimana sampel diambil, tidak diketahui menyebar secara normal.

2. Variabel dinyatakan dalam bentuk nominal (diklasifikasikan dalam bentuk kategori dan dihitung frekuensinya).

3. Variabel dinyatakan dalam bentuk ordinal (disusun dalam urutan, dinyatakan dalam jenjang).

Penggunaan Uji nonparametik dengan analisis chi kuadrat (χ2) bertujuan untuk menguji signifikan atau tidaknya hubungan antara variabel nominal dengan variabel ordinal (Hasan, 2004). Uji χ2 hanya digunakan untuk data diskrit. Menurut Wibisono (2005) Uji chi kuadrat banyak digunakan di berbagai bidang yang menyangkut keselarasan (goodness of fit) maupun uji kebebasan tentang distribusi empiris dan teoritis. Uji ini didasarkan pada seberapa baik keselerasan antara frekuensi pengamatan (observasi) dan frekuensi yang diharapkan dari distribusi teoritis yang dihipotesiskan pengujian tentang kebebasan antara dua peubah/lebih, kehomogenitas proporsi, bahkan sebagai alternatif dalam pengujian beberapa nilai lokasi sekaligus yang analog dengan uji keragaman juga menjadi fokus dari chi kuadrat.

Uji chi kuadrat ini adalah uji independensi, dimana suatu variabel tidak dipengaruhi atau tidak ada hubungan dengan variabel lain. Chi kuadrat bukan merupakan ukuran derajat hubungan. Uji ini hanya digunakan untuk memperkirakan bahwa beberapa faktor, disamping faktor kesempatan (sampling eror), dipandang mempengaruhi adanya hubungan. Selama hipotesa nol menyatakan bahwa tidak ada hubungan (variabel-variabelnya independen), uji ini hanya mengevaluasi kemungkinan bahwa hubungan dari nilai pengamatan

(30)

disebabkan oleh faktor kesempatan (sampling eror). Hipotesa nol ditolak bila nilai

χ2 yang dihitung dari sampel lebih besar dari nilai χ2 dalam tabel berdasarkan tingkatan signifikansi tertentu.

Ho diterima apabila : χ2 hit ≤χ2 tabel ; derajat bebas tertentu Ho ditolak apabila : χ2 hit > χ2 tabel ; derajat bebas tertentu

Ditemukannya nilai χ2 yang signifikan belum tentu menunjukkan adanya hubungan sebab akibat (seperti halnya dalam korelasi). Diketemukan nilai χ2 yang signifikan menunjukkan bahwa variabel-variabelnya memiliki keterkaitan hubungan satu dengan lainnya (Djarwanto,1985).

(31)

Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2009, dan mengambil tempat di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat (lampiran-2).

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah data hasil kuesioner ditunjang dengan data-data sekunder lainnya. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dan kamera digital.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus, dimana kasus yang diteliti adalah pelayanan penyediaan fasilitas kepelabuhanan untuk menunjang kelancaran operasi penangkapan ikan armada penangkapan payang yang menggunakan PPN Palabuhanratu sebagai fishing base-nya dan yang bergantung kepada pemenuhan perbekalan melaut atau kebutuhan logistik (air bersih, es balok, BBM), dan juga dalam penyedia kolam tambat labuh dengan tempat pendaratan hasil tangkapan.

Penelitian dilakukan dengan cara :

• Pengamatan langsung terhadap fasilitas-fasilitas yang ada dan juga aktivitas operasional di PPN Palabuhanratu, hal ini dilakukan untuk melihat peran dan fungsi dari masing-masing fasilitas yang ada di PPN Palabuhanratu;

• Pengamatan langsung terhadap aktivitas operasional armada payang, dalam pemenuhan perbekalan melaut atau kebutuhan logistik seperti : air bersih, es, dan BBM. Hal ini dilakukan untuk mengetahui besaran dan ketersediaan kebutuhan melaut armada payang di PPN Palabuhanratu serta peran pihak PPN Palabuhanratu dalam pemenuhan kebutuhan melaut armada payang di pelabuhan perikanan ini;

(32)

• Melakukan wawancara dan pengisian kuesioner kepada para responden. Responden diambil secara stratified random sampling yang dianggap dapat mewakili kepentingan penelitian. Responden diambil dari nelayan payang dan non payang. Nelayan non payang yang dimaksud adalah nelayan yang juga memanfaatkan fasilitas dari PPN Palabuhanratu dan memiliki karakter operasi penangkapan ikan yang sama dengan payang yaitu one day fishing seperti nelayan Pancing Layur. Banyaknya jumlah responden nelayan yang diambil untuk nelayan payang adalah 20 responden, untuk nelayan non payang adalah 14 responden (lampiran-3). Penelitian ini dilengkapi pula dengan pengumpulan data dari pihak PPN Palabuhanratu dan dari pihak KUD.

3.4 Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan:

1. Analisis data terkait dengan kebutuhan logistik (air bersih, es dan BBM) armada payang dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif (melalui tabulasi, analisis grafik dan perhitungan rata-rata dan simpangan). 2. Analisis yang digunakan untuk mengetahui peran PPN Palabuhanratu

terhadap kelancaran operasi armada payang, yaitu dengan menggunakan analisis chi kuadrat (χ2), dimana analisis ini digunakan untuk data diskrit. Pada penelitian ini parameter yang akan dilihat dalam hubunganya terhadap peran PPN Palabuhanratu adalah :

a) Peran penyediaan air bersih;

b) Peran penyediaan es balok sebagai bekal operasi penangkapan; c) Peran penyediaan BBM sebagai bekal operasi penangkapan; d) Peran penyedia kolam tambat labuh armada payang;

(33)

Teknis dari analisis χ2 dapat dilihat dari tabel frekuensi hasil pengamatan dan frekuensi yang diharapkan seperti dapat ditunjukkan dalam tabel berikut :

Tabel 1 Hubungan armada penangkapan dengan pelayanan penyediaan air bersih

Armada Penangkapan

Pelayanan penyediaan air bersih di... Jumlah Responden

PPN P Luar PPN P

payang (a) (b) (a + b)

Non payang (c) (d) (c + d)

Jumlah (a + c) (b + d) ...

Guna menyederhanakan keperluan menghitung frekuensi teoritis, untuk tabel 2 x 2 (4 sel) dengan d.b. 1, χ2 dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

χ2 =

)

)(

)(

)(

(

)]

[(

2

d

b

c

a

d

c

b

a

bc

ad

n

+

+

+

+

Bila χ2 hit < χ2 tabel : terima Ho (tidak ada hubungan antara armada penangkapan dengan pelayanan penyediaan air bersih)

χ2 hit > χ2 tabel : tolak Ho (ada hubungan antara armada penangkapan dengan pelayanan penyediaan air bersih)

(34)

4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1)Letak dan Kondisi Geografis

Palabuhanratu merupakan ibukota Kabupaten Sukabumi, Palabuhanratu juga merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi terletak pada posisi 6057’- 7025’ LS dan 106049’ - 107000’ BT, dengan batas wiilyah administrasi : sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak, Banten dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur. Batas wilayah tersebut 40 % berbatasan dengan lautan dan 60 % merupakan daratan. Luas wilayah Kabupaten Sukabumi yaitu, 419.970 ha (www.kabupatensukabumi.go.id). Palabuhanratu berada pada 6057’- 7007’ LS dan 106022’ - 106033’ BT di ketinggian 0 – 50 meter dari permukaan air laut dengan luas wilayah 27.210,13 ha. Kecamatan Palabuhanratu terbagi ke dalam 13 desa yaitu, Citepus, Tanjong, Cikadu, Citarik, Pasirsuren, Cidadap, Loji, Cibuntu, Mekarasih, Kertajaya, Cihaur, Buniwangi dan Cibodas. Batas-batas wilayah Kecamatan Palabuhanratu secara administratif yaitu:

(1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cikidang, (2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpenan, (3) Sebelah Timur berbatasan dengan Bantar Gadung,

(4) Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia,

Palabuhanratu terletak pada daerah pantai Selatan Jawa Barat yang memiliki panjang garis pantai untuk Kabupaten Sukabumi kurang lebih 117 km, merupakan daerah yang berbukit dan daratan merupakan ciri utama pantai selatan dengan pantai terjal dan perbukitan yang bergelombang serta mempunyai kemiringan 40 % dan disusun oleh sedimen tua, lereng pegunungan, pantai rendah dan sempit berupa teluk juga banyak aliran sungai yang bermuara ke perairan ini.

(35)

(2)Kondisi Iklim dan Musim

Kondisi iklim tropis di wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi dipengaruhi oleh musim angin barat yang bertiup dari Timur ke Barat, dan musim angin timur yang bertiup dari Barat ke Timur. Musim angin barat bertiup dari bulan Desember sampai bulan Maret, sedangkan musim angin timur berlangsung antara bulan Juni sampai dengan bulan September. Curah hujan tahunan di pesisir Teluk Palabuhanratu dan sekitarnya berkisar antara 2.500-3.500 mm per tahun dan hari hujan 110-170 hari per tahun. Suhu udara di sekitar wilayah ini berkisar antara 18-300 C dan memiliki kelembaban udara yang berkisar antara 70 – 90 %.

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap

Kabupaten Sukabumi memiliki 7 tempat pendaratan hasil tangkapan ikan, antara lain, Palabuhanratu, Cibanban, Cisolok, Ujung Genteng, Loji, Ciwaru dan Minajaya. Kegiatan perikanan tangkap terbesar di wilayah Kabupaten Sukabumi terletak di Kecamatan Palabuhanratu, karena di kecamatan tersebut terdapat fasilitas perikanan yang cukup besar, yaitu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu. Oleh karena itu PPN Palabuhanratu menjadi pusat fasilitas dan aktivitas perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi (PPN Palabuhanratu, 2008).

4.2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu

PPN Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. PPN Palabuhanratu merupakan salah satu unit pelaksana teknis (UPT) Departemen Kelautan dan Perikanan, yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 18 Februari 1993. Pembangunan PPN Palabuhanratu mendapat bantuan dari Asian Development Bank (ADB) dan Islamic Development Bank (ISDB). Tujuan pembangunan pelabuhan ini adalah untuk menunjang perikanan tangkap dengan menyediakan sarana dan prasarana kegiatan perikanan tangkap (Sumiati, 2008).

1) Produksi Hasil Tangkapan dan Nilai Produksi

Produksi hasil tangkapan adalah banyaknya hasil tangkapan yang didaratkan di tempat pendaratan ikan dalam hal ini PPN Palabuhanratu, sedangkan nilai

(36)

produksi adalah nilai yang dihasilkan dari sejumlah hasil tangkapan yang didaratkan (satuan rupiah) (Sumiati, 2008).

Jenis hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu sangat beragam, antara lain ikan cakalang, tongkol banyar, layur, tongkol lisong, tuna big eye, tuna albakore, tuna yellow fin, tembang, layang, peperek, cucut, baronang, dan sebagainya. Produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu dari tahun 2004-2008 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2005 terjadi kenaikan produksi hasil tangkapan sebesar 6.068,92 ton atau sebesar 94,7 % dari tahun sebelumnya, sementara pada tahun 2006 terjadi penurunan sebesar 20,9 %. Pada tahun 2007 terjadi kenaikan sebesar 36,3 %, namun terjadi penurunan kembali pada tahun 2008 sebesar 34,7 %.

Peningkatan jumlah produksi hasil tangkapan pada tahun 2005 disebabkan karena adanya usaha dari pihak PPN Palabuhanratu untuk meningkatkan pelayanan dengan mengembangkan fasilitas yang ada. Pada tahun 2002 PPN Palabuhanratu membangun dermaga baru dengan panjang 410 m dan kolam baru seluas 2 ha. Dengan dibangunnya fasilitas tersebut secara langsung dapat mempengaruhi terhadap jumlah produksi hasil tangkapan ikan yang didaratkan.

Nilai produksi perikanan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu selama kurun waktu 2004-2008 mengalami peningkatan dan penurunan yang terjadi setiap tahunnya. Peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2005 dimana nilai produksi mencapai Rp 66.185.976.723,- atau meningkat 109,6 % dari tahun sebelumnya. Perkembangan produksi dan nilai produksi dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan di

Palabuhanratu tahun 2004-2008 Tahun Produksi Ikan (ton) Perkembangan (%) Nilai Produksi Ikan (Rp) Perkembangan (%) 2004 6.404,17 - 31.566.769.254 - 2005 12.473,09 94,7 % 66.185.976.723 109,6 % 2006 9.933,719 -20,9 % 61.648.109.620 -6,8 % 2007 13.546,68 36,3 % 88.619.812.654 43,7 % 2008 8.836,94 -34,7 % 78.151.806.675 -15,2 %

(37)

2) Unit Penangkapan Ikan

Keberhasilan suatu operasi penangkapan ikan sangat ditentukan oleh unit penangkapan yang ada. Unit penangkapan merupakan kesatuan teknis yang saling terkait dan menunjang dalam operasi penangkapan ikan yang terdiri dari armada penangkapan (perahu atau kapal perikanan), alat tangkap dan nelayan.

(1) Armada Penangkapan Ikan

Armada yang ada di PPN Palabuhanratu atau di sekitar Teluk Palabuhanratu dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu kapal motor dan perahu motor tempel (Tabel 3).

Kapal motor menggunakan mesin yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine). Umumnya kapal motor ini digunakan oleh nelayan-nelayan yang bermodal besar dan digunakan untuk usaha perikanan skala cukup besar. Alat tangkap yang dioperasikan menggunakan kapal motor antara lain purse seine, tuna longline, gillnet. Sedangkan perahu motor tempel menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar kapal, umumnya perahu motor tempel ini digunakan dalam usaha perikanan skala kecil karena perahu yang digunakan harganya relatif terjangkau. Jumlah perahu atau kapal perikanan di PPN Palabuhanratu tahun 2004 -2008 dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3 Perkembangan Jumlah Perahu atau Kapal di PPN Palabuhanratu

tahun 2004-2008

Tahun PMT (unit) KM (unit) Jumlah

2004 266 136 402

2005 428 229 657

2006 511 270 781

2007 531 321 852

2008 416 230 646

Sumber : PPN Palabuhanratu, diolah kembali 2009

Keterangan :

PMT: Perahu Motor Tempel; KM: Kapal Motor

Jumlah unit perahu dan kapal penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu selama periode 2004-2007 terus meningkat. Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2007 dengan jumlah 852 unit dimana komposisi PMT sebanyak 531 unit

(38)

dan kapal motor sebanyak 321 unit , sedangkan jumlah unit terendah terdapat pada tahun 2004 dengan jumlah 402 unit dimana komposisi PMT sebanyak 266 unit dan untuk kapal motor sebanyak 136 unit.

Pada tahun 2008 kapal yang mendominasi di PPN Palabuhanratu adalah jenis PMT yang terdiri dari kapal kincang, payang dan dogol dengan jumlah 416 unit dari jumlah total kapal yang ada sebesar 646 unit.

(2) Alat Tangkap

PPN Palabuhanratu merupakan pelabuhan yang memiliki jenis alat penangkap ikan yang beragam, alat tangkap yang digunakan antara lain Pancing, payang, gillnet, bagan, rawai, trammel net, rampus, tuna longline. Alat tangkap yang dominan digunakan di Palabuhanratu dari tahun 2007 – 2008 adalah pancing layur.

Perkembangan jumlah alat tangkap dalam periode 2004 - 2008 selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPN Palabuhanratu tahun 2004-2008 Jenis Alat Tangkap Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Payang 89 101 166 159 45 Pancing layur 203 162 255 414 254 Bagan 96 288 263 267 200 Gillnet 147 40 94 135 50 Purse seine 8 7 2 9 3 Rawai 25 10 7 27 7

Tuna long line 36 71 34 155 110

Rampus 118 26 46 101 35

Trammel net 27 23 31 33 30

Pancing tonda - 9 20 29 40

(39)

(3) Nelayan

Nelayan adalah salah satu komponen penting dalam unit penangkapan ikan, karena nelayan adalah orang-orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan yang ada di PPN Palabuhanratu merupakan penduduk asli dan pendatang yang berasal dari Indramayu, Cirebon dan Bugis. Nelayan yang ada di PPN Palabuhanratu dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik atau sering disebut juga “taweu” adalah nelayan yang memiliki unit penangkapan ikan atau sarana produksi, sedangkan nelayan buruh adalah nelayan yang ikut dalam operasi penangkapan ikan.

Perkembangan jumlah nelayan di Palabuhanratu periode tahun 2004 – 2008 dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 5 Perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu periode tahun 2004-2008

Tahun Nelayan (jiwa) Perkembangan (%)

2004 3.439 -

2005 3.498 1,7%

2006 4.363 19,8%

2007 5.994 27,2%

2008 3.900 -34,9%

Sumber : PPN Palabuhanratu, diolah kembali 2009

3) Fasilitas PPN Palabuhanratu

Fasilitas-fasilitas di suatu pelabuhan perikanan sangat dibutuhkan guna memperlancar seluruh aktifitas yang ada di pelabuhan tersebut. Fasilitas tersebut antara lain fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang. Fasilitas yang terdapat di PPN Palabuhanratu terdiri dari :

(1) Fasilitas pokok

Fasilitas pokok yang terdapat di PPN Palabuhanratu adalah : 1) Areal Pelabuhan

PPN Palabuhanratu memiliki luas areal 10,29 ha dan seluruh areal tersebut sudah digunakan guna membangun fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan

(40)

fasilitas penunjang. Areal pelabuhan ini merupakan daerah daratan yang digunakan sepenuhnya untuk menampung seluruh fasilitas-fasilitas tersebut. Areal ini merupakan milik PPN Palabuhanratu dan kapasitas lahan yang tersedia telah dimanfaatkan seluruhnya.

2) Dermaga

Pada awal operasional PPN Palabuhanratu panjang dermaga adalah 509 m, kemudian setelah beberapa tahun operasional dermaga tersebut telah melampaui kapasitasnya karena kapal-kapal yang menggunakan PPN Palabuhanratu sebagai tempat mendaratkan hasil tangkapan setiap tahun meningkat. Pada tahun 2002 untuk meningkatkan pelayanan, pihak PPN Palabuhanratu telah membangun dermaga baru atau dermaga 2 sepanjang 410 m, dimana dermaga ini dipergunakan untuk melayani kapal-kapal ukuran >30 GT, sedangkan dermaga 1 digunakan untuk melayani kapal-kapal ukuran <30 GT.

3) Kolam Pelabuhan

PPN Palabuhanratu memiliki 2 kolam pelabuhan dimana kolam pelabuhan 1 memiliki luas sekitar 3 ha, dan baru pada tahun 2002 seiring dengan pembangunan dermaga 2 maka kolam pelabuhan 2 dibangun dengan luas sekitar 2 ha. Kolam pelabuhan 2 dibangun karena kolam pelabuhan sebelumnya tidak cukup menampung aktivitas kapal.

4) Breakwater

Breakwater yang ada di PPN Palabuhanratu berfungsi sebagai pelindung kapal-kapal perikanan yang tambat-labuh di dermaga terhadap pengaruh gelombang laut. Panjang breakwater yang dimiliki PPN Palabuhanratu bagian utara 125 m, bagian selatan 294 m, bagian timur 200 m dan bagian barat 50 m.

5) Alat Bantu Navigasi

Alat bantu navigasi di PPN Palabuhanratu adalah dua buah rambu navigasi berwarna hijau dan merah yang digunakan sebagai tanda alur keluar masuk (pintu) pelabuhan pada bagian ujung breakwater.

6) Alur masuk

(41)

hendak tambat-labuh di PPN Palabuhanratu. Panjang alur masuk PPN Palabuhanratu adalah 294 m.

7) Turap sungai

Panjang turap sungai yang dimiliki oleh PPN Palabuhanratu adalah 200 m2.

(2) Fasilitas Fungsional

Fasilitas fungsional yang terdapat di PPN Palabuhanratu adalah : 1) Gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Gedung TPI PPN Palabuhanratu memiliki luas 900 m2. Gedung TPI tersebut dilengkapi dengan kantor dan tempat pelelangan. TPI PPN Palabuhanratu pada saat ini tidak dapat dimanfaatkan sebagaimana fungsinya sebagai tempat pelelangan ikan.

2) Pasar ikan

Luas pasar ikan yang terdapat di PPN Palabuhanratu adalah 352 m2, dimana letak pasar ikan ini bersebelahan dengan gedung tempat pelelangan ikan dan dimanfaatkan sebagai tempat pemasaran ikan.

3) Menara air dan Instalasi

PPN Palabuhanratu memiliki fasilitas air bersih berupa satu unit menara air dengan kapasitas 400 m3 yang berada di dekat kantor PPN Palabuhanratu. Saat ini telah terpasang instalasi air yang baru, khusus untuk kegiatan masyarakat baik nelayan maupun pihak investor dalam meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat perikanan, penetapan harga penjualan air ditentukan berdasarkan harga dasar perusahaan daerah air minum (PDAM) ditambah 10 % untuk biaya pelayanan.

4) Tangki BBM

Tangki BBM yang terdapat di PPN Palabuhanratu berjumlah dua unit dengan kapasitas masing-masing adalah 320 m3 dan 208 m3 dipasok dari station package dealer (SPDN) untuk nelayan yang dikelola oleh koperasi unit desa (KUD) Mina Mandiri Sinar Laut. SPDN ini terdapat di dalam pelabuhan dikhususkan untuk menyalurkan solar kepada kapal-kapal dengan ukuran <30 GT dengan harga subsidi Rp 4.500,00/liter dan untuk kapal-kapal yang berukuran >30 GT dipasok dari stasiun bahan bakar bunker (SPBB) yang

(42)

dikelola oleh pihak swasta PT. Paridi Asyudewi. 5) Listrik dan instalasi

Listrik yang ada di PPN Palabuhanratu bersumber dari perusahaan listrik negara (PLN) dengan kapasitas daya 82,5 kilo volt amper (KVA). Instalasi listrik ini dikelola oleh pihak KUD Mina Mandiri Sinar Laut dan digunakan untuk penerangan jalan komplek, fasilitas pelabuhan, perumahan dan kegiatan perusahaan.

6) Tempat perbaikan jaring

PPN Palabuhanratu memiliki tempat untuk memperbaiki jaring dengan luas bangunan 500 m2 dan areal untuk penjemuran dan perbaikan jaring seluas 3.000 m2.

7) Balai Pertemuan Nelayan (BPN)

Balai pertemuan nelayan digunakan untuk mengadakan pertemuan nelayan, rapat nelayan, penyuluhan bagi nelayan, rapat KUD dan pelatihan-pelatihan di bidang perikanan.

8) Sarana Komunikasi

Sarana komunikasi yang terdapat di PPN Palabuhanratu berupa dua unit radio SSB (single side band), telepon dan faksimil yang digunakan untuk kelancaran informasi di pelabuhan.

9) Pos Penjagaan

Pos penjagaan terdapat di pintu masuk PPN Palabuhanratu yang dijaga oleh satpam secara bergiliran dan berfungsi untuk menjaga dan mengatur alur lalu lintas agar tertib, aman dan lancar.

10) Garasi Alat Berat

PPN Palabuhanratu mempunyai garasi alat berat dengan luas 200 m2.

11) Jalan komplek pelabuhan yang dimiliki PPN Palabuhanratu cukup memadai dalam menunjang aktivitas di PPN Palabuhanratu, jalan tersebut terbuat dari konstrusksi aspal sehingga memudahkan kendaraan melintasi kawasan pelabuhan.

(43)

(3) Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang yang terdapat di PPN Palabuhanratu adalah : 1) Kantor Administrasi Pelabuhan

Kantor adminstrasi pelabuhan terdiri dari kantor UPT PPN Palabuhanratu, kantor Syahbandar, Kepolisian, Dinas Perikanan dan Kelautan serta Pengawas Kapal Ikan. Kantor UPT PPN Palabuhanratu mempunyai luas 528 m2 digunakan sebagai pusat administrasi guna kelancaran operasional PPN Palabuhanratu. Kantor pelabuhan ini dilengkapi dengan ruang pertemuan, komputer, telepon dan faksimil.

2) Rumah Dinas

PPN Palabuhanratu mempunyai fasilitas rumah dinas yang terdiri dari satu unit rumah dinas kepala pelabuhan seluas 70 m2, enam unit rumah dinas pegawai pelabuhan seluas 70 m2 sebanyak 5 unit dan seluas 50 m2 sebanyak 1 unit serta dilengkapi dua unit guess house seluas 70 m2 dan mess operator seluas 190 m2.

3) Musholla

PPN Palabuhanratu mempunyai sarana ibadah berupa musholla 1 unit yang dimanfaatkan pengguna jasa pelabuhan maupun penduduk setempat. Mushola ini terletak di depan dekat pintu masuk menuju pelabuhan.

4) MCK

Keberadaan MCK sangat diperlukan pengguna pelabuhan, fasilitas ini dibangun untuk meningkatkan pelayanan kepada jasa pelabuhan disamping untuk menciptakan lingkungan yang bersih di dalam pelabuhan. Luas MCK yang ada di PPN Palabuhanratu adalah 45 m2 dilengkapi dengan tempat mandi , mencuci dan kakus.

5) Tempat Parkir

Tempat parkir di PPN Palabuhanratu terdapat di depan kantor UPT PPN Palabuhanratu dan di sekitar jalan komplek pelabuhan. Tempat parkir yang terdapat di depan UPT PPN Palabuhanratu dipergunakan untuk memarkir kendaraan karyawan PPN Palabuhanratu.

Sumber dan kondisi fasilitas-fasilitas diatas selengkapnya disajikan pada lampiran-5.

(44)

4) Penyediaan Kebutuhan Logistik

Penyediaan kebutuhan logistik merupakan salah satu faktor penting yang akan mendukung keberhasilan dalam operasi penangkapan ikan. Kebutuhan logistik selama operasi penangkapan ikan antara lain air bersih, es balok dan kebutuhan BBM sebagai kebutuhan utama dalam pengoperasian armada penangkapan. Penyediaan kebutuhan logistik yang digunakan oleh kapal atau perahu perikanan di PPN Palabuhanratu disalurkan oleh pihak PPN Palabuhanratu sendiri melalui kerjasama dengan beberapa perusahaan yang terkait dengan kepentingan penyediaan kebutuhan logistik tersebut.

(1) Air Bersih

Penyaluran air bersih untuk kapal perikanan dipenuhi oleh PPN Palabuhanratu. Air disalurkan berasal dari PDAM Palabuhanratu dan dialirkan ke kapal perikanan melalui slang plastik. Penjualan air bersih dilakukan dalam bentuk blong (drum plastik) yang berkapasitas 250 liter dan 120 liter serta dalam bentuk jerigen plastik (30 liter). Kemampuan air bersih di PPN Palabuhanratu masih cukup besar dengan tersedianya tangki air yang berkapasitas 400 m3. Penetapan harga penjualan air ditentukan berdasarkan harga dasar PDAM ditambah 10% untuk biaya pelayanan. Pemakaian air bersih di PPN Palabuhanratu periode tahun 2004-2008 disajikan pada gambar 1.

0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun P e m a ka ian a ir b e rs ih ( x 1 0 0 0 lit er )

Gambar 1 Pemakaian air bersih di PPN Palabuhanratu periode tahun 2004-2008

(45)

Penggunaan logistik air bersih yang tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 6.034.700 liter, penggunaan tersebut meningkat karena PPN Palabuhanratu meningkatkan aktivitasnya. Setelah dibangunnya kolam pelabuhan baru seluas 2 ha dan dermaga baru sepanjang 410 m pada tahun 2002, banyak kapal perikanan dari luar masuk ke PPN Palabuhanratu. Penggunaan terendah air bersih yang terjadi pada periode tersebut terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 1.675.200 liter.

(2) Es

Es merupakan kebutuhan logistik yang sangat dibutuhkan sebelum melakukan operasi penangkapan ikan guna mempertahankan mutu hasil tangkapan selama ikan disimpan dalam palkah. PPN Palabuhanratu tidak memiliki pabrik es sendiri, tetapi bekerjasama dengan KUD Mina Mandiri Sinar Laut yang melaksanakan kemitraan dengan perusahaan swasta, yaitu pabrik es Tirta Jaya dan Sari Petojo.

Pesanan es disesuaikan dengan kebutuhan es di pelabuhan, untuk penyaluran es dilakukan dengan menggunakan gerobak bagi kapal-kapal dengan ukuran < 30 GT sedangkan untuk kapal tuna longline atau ukuran kapal > 30 GT disalurkan langsung dari pabrik es dengan menggunakan truk.

Jumlah pemakaian es di PPN Palabuhanratu periode tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar 2

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun Ke b u tu h an es ( k g )

(46)

Gambar 3 Penyaluran es balok oleh pabrik es Sari Petojo ke kapal longline di PPN Palabuhanratu tahun 2009

Penggunaan es balok terbesar terjadi pada tahun 2004 sebesar 5709,4 kg, sedangkan penggunaan terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 2249 kg.

(3) BBM

Penyediaan BBM atau solar di PPN Palabuhanratu pada awal operasional di suplai dari SPBU terdekat, kemudian dipasok dari SPDN yang dikelola oleh KUD Mina Mandiri Sinar Laut. SPDN ini berlokasi di dalam PPN Palabuhanratu dan dikhususkan untuk menyalurkan BBM (solar) ke kapal-kapal dengan ukuran < 30 GT dengan harga subsidi Rp 4.500,00/liter. Pemakaian solar bagi kapal-kapal BBM di PPN Palabuhanratu periode tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar 4

(47)

0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun P e m a kai a n B B M ( x 10 00 l it e r)

Gambar 4 Pemakaian BBM di PPN Palabuhanratu periode tahun 2004-2008 Pemakaian logistik BBM yang digunakan di PPN Palabuhanratu selama periode tahun 2004-2008 mengalami perubahan setiap tahunnya. Pemakaian tertinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar 10.380.781 liter ini terjadi karena PPN Palabuhanratu meningkatkan pelayanannya dengan dibangunnya kolam pelabuhan baru seluas 2 ha sehingga banyak kapal-kapal perikanan dari luar masuk ke PPN Palabuhanratu. Pemakaian terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 4.897.912 liter.

(48)

4.2.2 Keadaan Umum Perikanan Payang

Perikanan payang di Palabuhanratu merupakan salah satu perikanan yang dominan dimana pada tahun 2006 jumlah armada payang mencapai 166 unit, yang merupakan dominan ketiga dari seluruh alat tangkap. Pada tahun 2007 dan 2008 terjadi penurunan terhadap armada payang dimana pada tahun 2008 armada payang berjumlah 45 unit saja, keadaan ini terjadi dikarenakan kenaikan harga BBM yang terjadi pada tahun 2008 sehingga para nelayan pemilik atau “taweu” mengalami kerugian akibat biaya operasional yang tinggi dan juga semakin berkurangnya ikan di daerah penangkapan. Jumlah armada payang yang beroperasi di perairan Teluk Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah Armada payang yang beroperasi di Palabuhanratu tahun 2004-2008

Tahun Armada payang (unit)

2004 89 2005 101 2006 166 2007 157 2008 45 Sumber : PPN Palabuhanratu 2008

Hasil tangkapan payang beragam yaitu ikan-ikan yang bernilai ekonomis seperti cakalang (Katsuwonus pelamis) dan tongkol (Auxis thazard) selain itu hasil tangkapan payang adalah ikan-ikan kecil seperti semar (Mene maculata), teri (Anchova sp). Jumlah hasil tangkapan payang yang didaratkan di PPN Palabuhanratu dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Jumlah hasil tangkapan payang yang didaratkan di PPN Palabuhanratu tahun 2004-2008

Tahun Jumlah Hasil Tangkapan (Kg)

2004 103.022 2005 258.861 2006 140.624 2007 120.357 2008 15.817 Sumber : PPN Palabuhanratu2008

(49)

1. Jumlah Armada payang

Jumlah armada payang pada periode 2004-2008 mengalami fluktuasi dimana pada tahun 2004 hingga 2006 mengalami kenaikan namun pada tahun 2006 hingga 2008 jumlah armada payang mengalami penurunan. Pada tahun 2006 jumlah armada payang mencapai 166 unit dan merupakan salah satu armada dominan yang ada di PPN Palabuhanratu, pada tahun berikutnya jumlah armada payang menurun hingga 45 unit pada tahun 2008.

Berikut perkembangan jumlah armada payang periode 2004-2008.

Tahun Ju m la h A rm a d a ( u n it ) 2008 2007 2006 2005 2004 175 150 125 100 75 50 Accuracy Measures MAPE 49,20 MAD 41,60 MSD 2034,80 Variable Actual Fits Perkembangan Jumlah Armada Payang di PPN Palabuhanratu

Linear Trend Model Yt = 121 - 3*t

Gambar 6 Trend jumlah armada payang di PPN Palabuhanratu, periode tahun 2004-2008

Berdasarkan data jumlah armada payang di PPN Palabuhanratu pada periode tahun 2004-2008 dapat diketahui kecenderungan garis trend jumlah armada semakin menurun. Kecenderungan tersebut terlihat dari persamaan Yt = 121-3t (Yt = jumlah armada pada tahun ke t), yang artinya bahwa terjadi penurunan jumlah armada sebesar 3 unit setiap tahunnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, terjadinya penurunan ini disebabkan karena banyak nelayan pemilik yang tidak memiliki modal untuk melaut sehingga akhirnya

(50)

bangkrut.

Terjadinya penurunan jumlah armada payang juga diduga diakibatkan pelayanan logistik yang diberikan oleh pihak PPN Palabuhanratu selama ini tidak dapat dinikmati oleh nelayan payang, dikarenakan PPN Palabuhanratu merupakan salah satu tipe pelabuhan perikanan menurut klasifikasi masuk dalam tipe B. Untuk pelabuhan perikanan tipe B, dimana daya tampung pelabuhan ini untuk menampung kapal-kapal berukuran lebih dari 30 GT.

Apabila PPN Palabuhanratu akan beralih menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), maka perlu mendapat perhatian baik oleh pihak pelabuhan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengenai keberadaan armada payang di pelabuhan ini, termasuk pelayanan terhadapnya (pelayanan kebutuhan logistik, pelayanan pendaratan hasil tangkapan dan sebagainya).

Berikut disajikan tabel proyeksi jumlah armada payang 5 tahun selanjutnya (2010-2014).

Tabel 8 Proyeksi Jumlah Armada payang di PPN Palabuhanratu tahun 2010-2014

Tahun Proyeksi Jumlah Armada payang (unit)

2010 100 2011 97 2012 94 2013 91 2014 88 Telah didapatkan hasil proyeksi jumlah armada payang tahun 2010-2014,

dengan menggunakan persamaan Yt = 121-3t. Penurunan jumlah armada payang diduga akan terus terjadi hingga tahun 2014 dimana jumlah armada payang hasil proyeksi saat itu adalah 88 unit.

Hal ini selaras dengan pernyataan Mahyuddin (2007) bahwa PPN Palabuhanratu tidak mengakomodir kapal-kapal berukuran 5-10 GT, melainkan diatur dan diarahkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk mendarat di tempat pendaratan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cisolok yang berjarak 11 km dari Palabuhanratu dan pendaratan pantai (beach landing) untuk kapal-kapal kincang (congkreng) ukuran <5 GT yang akan dibangun di Selatan PPN Palabuhanratu.

Gambar

Gambar 2 Pemakaian es di PPN Palabuhanratu periode tahun 2004-2008
Gambar 3 Penyaluran es balok oleh pabrik es Sari Petojo ke kapal longline  di PPN Palabuhanratu tahun 2009
Gambar 4 Pemakaian BBM di PPN Palabuhanratu periode tahun 2004-2008  Pemakaian logistik BBM yang digunakan di PPN Palabuhanratu selama  periode tahun 2004-2008 mengalami perubahan setiap tahunnya
Gambar 6 Trend jumlah armada payang di PPN Palabuhanratu, periode                        tahun  2004-2008
+5

Referensi

Dokumen terkait

Adapun parameter yang digunakan untuk mengetahui persepsi nelayan terhadap tingkat kebersihan di TPI PPN Palabuhanratu antara lain adalah (i) jumlah tempat sampah

[r]

1) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II dan fasilitas-fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan di dalamnya. 2) Kebutuhan

Salah satu ikan yang menjadi komoditi utama dengan meningkatnya hasil tangkapan nelayan yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sungailiat ialah jenis

Faktor jumlah bahan bakar, pengalaman nelayan, ukuran kapal, daya mesin dan lama trip secara simultan (serempak) berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi

Salah satu ikan yang menjadi komoditi utama dengan meningkatnya hasil tangkapan nelayan yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sungailiat ialah jenis

Usaha penangkapan ikan layur menggunakan pancing ulur di PPN Palabuhanratu dapat ditingkatkan dengan beberapa strategi pengelolaan diantaranya dengan pengendalian

Adapun parameter yang digunakan untuk mengetahui persepsi nelayan terhadap tingkat kebersihan di TPI PPN Palabuhanratu antara lain adalah (i) jumlah tempat sampah