• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGANMODEL MINA WISATA BERBASIS PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN BULELENG BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGANMODEL MINA WISATA BERBASIS PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN BULELENG BALI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

971

PENGEMBANGANMODEL MINA WISATA BERBASIS PERIKANAN

TANGKAP DI KABUPATEN BULELENG BALI

Oleh

Ida Bagus Jelantik Swasta

Jurusan Budidaya Kelautan, Fakultas MIPA, Universitas Pendidikan Ganesha E-Mail : bagusjelantik@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model mina wisata yang berbasis perikanan tangkap sebagai upaya mensejahterakan para nelayan dan pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Buleleng, Bali. Penelitian ini tergolong penelitian pengembangan yang mengambil lokasi di pesisir Desa Anturan, Buleleng. Prosedur penelitian ini terdiri atas beberapa tahap yaitu survey pendahuluan, penyusunan instrumen, pengumpulan dan analisis data, pembuatan draft model, uji publik, ujicoba draft model, analisis hasil uji coba draft model, perbaikan draft model (finalisasi model). Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, kuesioner dan telaah pustaka, sedangkan analisis data dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil yang diperoleh dalam penelitian menunjukkan ; 1) Desa Anturan memiliki potensi yang besar untuk pengembangan mina wisata berbasis perikanan tangkap karena potensi sumberdaya ikannya cukup besar, nelayannya cukup handal, dan sarana prasarana wisatanya cukup baik ; 2) model mina wisata berbasis perikanan tangkap yang cocok dikembangkan di Buleleng, khususnya di Desa Anturan adalah model mina wisata yang terdiri atas lima unsur yaitu penguatan sistem usaha perikanan tangkap, pengembangan sarana dan prasarana penunjang mina wisata, pengembangan sumberdaya manusia pendukung mina wisata, pengembangan sistem promosi dan pemasaran mina wisata, dan pembangunan sistem komunikasi dan dukungan masyarakat lokal.

Kata-Kata Kunci : Model, Mina Wisata, Perikanan Tangkap

ABSTRACT

The purpose of this research is to develop the fishing tourism model which based on catch fisheries as a effort to wellfaring the fisherman communities and to develop tourism in Buleleng Regency, Bali. This research can classified as development research which take place at Anturan coastal waters. The procedure of this research consist of some steps is that peasibilities survey, instrument making, data collecting and analyzing, making the draft of model, public consultation, try out of draft model, analyze of try out results, drfat model correction (model finalization). The data collected by observation, interview, anquete, and references studies, while the data analyzed by descriptive methods, both quantitative and qualitative. Some results which produced in this research are ; 1) the Anturan village have big potency to develop the fishing tourism because this village have big potency in fish, fisherman in this village have hight skill, and the tourism facilities complete ; 2) the fishing tourism model which very well developed in Anturan village is the model which consist of five component is that ; a) stringing in fishing effort system ; b) developing of fishing tourism facilities ; c) developing of fishing tourism man power ; d) developing of promoting and marketing system ; e) developing of communication and public support system.

Key Words : Model, Fishing Tourism, Catching Fisheries.

PENDAHULUAN

Sampai saat ini, pariwisata merupakan salah satu pilar ekonomi yang amat penting bagi masyarakat Bali. Corak wisata Bali yang menyebabkan Bali menjadi destinasi wisata yang paling dikenal di dunia adalah wisata budaya (culture tourism) yang menyajikan keunikan-keunikan budaya masyarakat Bali dengan segala adat istiadat dan ritual

keagamaannya yang berbasis Hindu. Wisata budaya yang dikembangkan di Bali, di samping telah terbukti memberikan lapangan kerja dan kesejahteraan bagi sebagian masyarakat Bali, juga telah terbukti menimbulkan satu ekses negatif yang sangat prinsip bagi tatanan kehidupan dan mental masyarakat Bali. Satu ekses negatif prinsipil yang dimaksud adalah adanya komersialisasi beberapa produk budaya

(2)

dan keagamaan Hindu di Bali yang bersifat sakral.

Bilamana kepariwisataan Bali hanya bertumpu pada wisata budaya, maka di samping dapat memperparah ekses negatif seperti yang telah disinggung di atas, tetapi juga dapat membuat kepariwisataan Bali menjadi tidak berkembang karena tidak pernah menyediakan objek wisata alternatif untuk mengakomodasi selera wisatawan yang beragam. Dengan hanya bertumpu pada wisata budaya, sektor kepariwisataan Bali sesungguhnya mengalami kerugian karena potensi wisata yang lain tidak terangkat dan tidak bisa terjual. Perlu diingat bahwa corak wisata budaya yang monoton dapat menciptakan kejenuhan (kebosanan) tersendiri bagi wisatawan yang melakukan kunjungan ulangan ke Bali. Di samping itu, kepariwisataan yang bercorak tunggal umumnya lebih rentan terhadap permasalahan dibanding kepriwisataan dengan corak yang beragam, Karena itu perlu ada objek wisata alternatif agar tekanan komersialisasi terhadap produk budaya sakral menjadi berkurang, kejenuhan tidak terjadi dan kepariwisataan Bali dapat berkembang.

Untuk mengurangi ekses negatif dari wisata yang bercorak budaya ini, maka di tahun 2013, khusus di wilayah Buleleng telah dikembangkan model wisata alternatif berupa wisata perikanan yang berbasis perikanan budidaya. Selama satu tahun masa pengembangannya, maka mina wisata yang berbasis perikanan budidaya ini telah terbukti mampu menyedot perhatian banyak wisatawan. Sebagai contoh sejak tahun 2013 hingga saat ini, usaha budidaya perikanan laut yang dikelola oleh CV. Dewata Laut telah dikunjungi oleh sedikitnya 531 orang wisatawan yang terdiri atas 474 wisatawan asing dan 57 wisatawan domestik. Ini berarti mina wisata yang berbasis perikanan budidaya ini mampu mengalihkan perhatian wisatawan dari wisata bercorak budaya ke wisata bercorak perikanan budidaya. Kendatipun mina wisata yang berbasis perikanan budidaya ini telah terbukti diminati oleh wisatawan, namun dilihat dari jumlah peminatnya, maka jumlah peminat corak wisata

berbasis perikanan budidaya ini tampak masih jauh lebih sedikit dibanding jumlah peminat corak wisata berbasis budaya. Karena itu, perlu upaya tambahan agar peminat wisata budaya lebih banyak lagi beralih ke wisata perikanan. Terkait dengan itu, maka sangat menarik jika usaha perikanan tangkap dicoba untuk dijadikan objek wisata untuk melengkapi mina wisata yang berbasis perikanan budidaya. Pengembangan mina wisata yang berbasis perikanan tangkap di wilayah Buleleng tampaknya merupakan hal yang sangat realistik dan logis karena ; 1) Kabupaten Buleleng yang memiliki pantai sepanjang 157, 05 kilometer dan laut seluas 1051,2 km2 merupakan kabupaten yang memiliki potensi perikanan tangkap yang cukup besar ; 2) sampai saat ini sektor perikanan di Buleleng masih dijual sebatas produknya dalam bentuk komoditas perikanan padahal kenyataan menunjukkan bahwa selama ini banyak wisatawan yang berkunjung ke Buleleng memiliki ketertarikan untuk melihat sektor perikanan, terutama proses penangkapannya ; 3) upaya pengembangan mina wisata di Buleleng tampaknya bukan hal yang sulit karena di sepanjang pesisir Buleleng banyak terdapat destinasi wisata pendukung seperti kawasan Lovina, kawasan Pulaki, kawasan Pemuteran dan kawasan Taman Nasional Bali Barat yang dipastikan dapat memberikan imbas positif bagi pengembangan mina wisata di Buleleng.

Terkait dengan upaya pengembangan mina wisata berbasis perikanan tangkap di Buleleng, maka dipandang perlu memilih satu komunitas nelayan tangkap yang hidup di suatu kawasan nelayan di Buleleng untuk dikembangkan menjadi objek mina wisata. Sehubungan dengan itu, maka salah satu komunitas nelayan yang ada di Buleleng yang cukup siap untuk dikembangkan menjadi objek mina wisata adalah kelompok nelayan Taruna Samudera yang ada di Desa Anturan, Buleleng, Bali. Adapun alasannya adalah karena kelompok nelayan Taruna Samudera merupakan kelompok nelayan terbaik yang ada di Bali, dan bahkan pernah meraih predikat kelompok nelayan teladan di tingkat nasional.. Di samping

(3)

973 karena memiliki prestasi yang baik dibidang

perikanan tangkap, kelompok nelayan Taruna Samudera sangat mudah diakses oleh para wisatawan mengingat kelompok nelayan ini berada di Desa Anturan yang merupakan salah satu desa wisata di Buleleng yang lokasinya ada di dalam kawasan wisata Lovina.

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang cukup menarik untuk dikaji adalah sebagai berikut ; 1) sejauh manakah usaha perikanan tangkap yang ditekuni oleh kelompok nelayan Taruna Samudera yang ada di Desa Anturan, Buleleng dapat dikembangkan menjadi objek mina wisata ; 2) dengan mengacu pada hasil pengembangan mina wisata berbasis perikanan tangkap di Desa Anturan ini, maka model mina wisata berbasis perikanan tangkap seperti apakah yang cocok dikembangkan di Buleleng ?

Dilihat dari tujuannya, maka tujuan jangka pendek dari penelitian ini adalah untuk menemukan model pengembangan mina wisata yang cocok diterapkan di Buleleng. Sementara itu, tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan perikanan dan pariwisata yang ada di Buleleng. Dengan demikian, manfaat yang dapat dipetik dari penelitian ini adalah dampaknya yang dapat meningkatkan kesejahteraan para nelayan dan pelaku industri pariwisata yang ada di Buleleng.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Dikatakan penelitian pengembangan karena penelitian ini dilaksanakan dalam rangka mengembangkan suatu model mina wisata berbasis perikanan tangkap yang cocok diterapkan di wilayah Buleleng. Yang dimaksud pengembangan model dalam penelitian ini adalah serangkaian upaya mengubah idea, gagasan tentang model mina wisata berbasis perikanan tangkap menjadi konsepsi tertulis tentang model mina wisata berbasis perikanan tangkap melalui kegiatan analisis terhadap sejumlah data dan informasi yang dikumpulkan dalam suatu

kegiatan penelitian, yang kemudian dilajutkan dengan upaya uji publik dan ujicoba implementasi terhadap draft model yang dibuat. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini menggunakan masyarakat nelayan tangkap dan masyarakat pelaku wisata yang ada di Desa Anturan, Buleleng sebagai subjek dalam penelitian. Dalam pelaksanaannya, kegiatan penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap yang dimulai dari survey pendahuluan, pengumpulan dan analisis data, pembuatan draft model mina wisata berbasis perikanan tangkap, uji publik terhadap draft model, uji coba implementasi draft model, analisis hasil uji coba draft model, perbaikan draft model menjadi model yang bersifat final, dan pembuatan naskah akademik. Seluruh tahapan dalam penelitian ini dilakukan di Anturan dan sekitarnya dengan memakan waktu kurang lebih enam bulan.

Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah metode observasi, metode wawancara, dan metode kuesioner dengan menggunakan masyarakat nelayan, masyarakat pelaku wisata, kawasan dan aktivitas perikanan dan pariwisata di Desa Anturan sebagai sumber data dan informasi. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif yang dilengkapi dengan sajian tabel, gambar grafis dan foto yang terkait dengan data dan informasi penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Beberapa hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, perairan laut di dalam wilayah Buleleng, khususnya Desa Anturan memiliki potensi sumberdaya ikan laut yang sangat besar baik dari segi ragam dan jumlah, yang mana hal ini merupakan dampak positif dari kondisi laut Buleleng yang masih baik dan penerapan sarana penangkapan ikan yang ramah lingkungan. Hal ini dapat dipakai sebagai modal pokok dalam mengembangkan mina wisata yang berbasis perikanan tangkap di Buleleng. Berbagai jenis komoditas perikanan yang cukup melimpah adalah ikan tuna, cakalang, tongkol, kembung, kerapu, kakap, marlin, lemuru, teri,

(4)

974 10 20 30 40 50

Peningkatan Kemampuan

Berbahasa Inggris (%)

berbagai jenis ikan hias cumi-cumi, udang lobster, kepiting rajungan, dan lain-lainnya.

Kedua, masyarakat nelayan tangkap di wilayah Buleleng, khususnya yang tergabung dalam kelompok nelayan Taruna Samudera yang ada di Desa Anturan sudah cukup handal dan cukup professional dalam menekuni pekerjaannya sebagai nelayan tangkap, yang mana hal ini merupakan dampak positif dari pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah Buleleng terhadap kelompok-kelompok nelayan yang ada di Buleleng. Hal ini dapat dijadikan modal penting dalam mengembangkan mina wisata yang berbasis perikanan tangkap di Buleleng

Ketiga, setelah melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan para anggota kelompok nelayan Taruna Samudera meningkat secara signifikan kemampuannya dalam hal bahasa Inggris dan teknik kepemanduan. Dalam hal Bahasa Inggris, peningkatan kemampuan yang terjadi adalah ; a) vocabulary sebesar 37,39 % ; b) reading sebesar 38,22 % ; c) writing sebesar 35,62 % ; d) speaking sebesar 19,85 %. Sementara itu dalam hal teknik kepemanduan, peningkatan kemampuan yang terjadi adalah ; a) teknik komunikasi sebesar 23,17 % ; b) teknik pelayanan sebesar 25,45 % ; c) pemahaman materi objek wisata sebesar 32,05 %. Hal ini dapat menopang partisipasi para nelayan di Desa Anturan dalam pengembangan mina wisata yang berbasis perikanan tangkap di Buleleng, khususnya di Desa Anturan.. Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan data dan grafik peningkatan kemampuan para nelayan dalam hal bahasa Inggris dan teknik kepemanduan tersebut.

Gambar 01. Grafik peningkatan kemampuan para nelayan dalam hal bahasa Inggris.

Gambar 02. Grafik peningkatan kemampuan para nelayan dalam hal teknik kepemanduan

Keempat, sarana dan prasarana penangkapan ikan yang dimiliki oleh para nelayan tangkap yang ada di Buleleng,khususnya yang ada di Desa Anturan masih cukup sederhana sehingga dimasa depan perlu dikembangkan agar dapat secara maksimal menopang pengembangan mina wisata yang berbasis perikanan tangkap. Sederhananya sarana tangkap ini berkait erat dengan relatif rendahnya modal kerja yang dimiliki oleh para nelayan di Desa Anturan ini.

Kelima, para pelaku wisata (pengusaha hotel dan restoran, pemandu wisata, pelayan hotel dan restoran) yang ada di Buleleng, khususnya yang ada di Desa Anturan sudah cukup professional dalam menekuni profesinya sehingga dapat diandalkan untuk menopang pengembangan mina wisata yang berbasis perikanan tangkap. Hal ini tidak terlepas dari pengalaman kerja yang cukup panjang dari para pelaku wisata ini sehingga mereka tampak dimatangkan oleh pengalaman ini.

Keenam, sarana dan prasarana wisata yang ada di Buleleng, khususnya yang ada di Desa Anturan secara umum sudah memadai untuk pengembangan mina wisata yang berbasis perikanan tangkap, walaupun dalam beberapa

0 10 20 30 40

T.Komunikasi T.Pelayanan PMOW

Peningkatan Kemampuan

Teknik Kepemanduan (%)

(5)

975 hal seperti keberadaan kios cenderamata, unit

jasa penukaran mata uang (money changer), travel dan dermaga di masa depan perlu dikembangkan. Hal ini perlu dilakukan agar sarana wisata di Desa Anturan benar-benar lengkap.

Ketujuh, pemerintah daerah Buleleng dalam hal ini Dinas Perikanan dan Dinas Pariwisata Buleleng telah memiliki visi dan misi pengembangan mina wisata di Buleleng, dan telah berupaya mewujudkan visi misinya itu dengan melakukan sinergi dengan pihak swasta dan masyarakat. Pihak swasta yang diajak bersinergi oleh pemerintah adalah pihak pengusaha yang tergabung dalam Pengusaha Hotel Dan Restoran Indonesia (PHRI) wilayah Buleleng dan Himpunan Nelayan Seluruh Indinesia (HNSI) wilayah Buleleng.

Delapan, model mina wisata berbasis perikanan tangkap yang cocok dikembangkan di Buleleng, khususnya di Desa Anturan adalah model mina wisata berbasis perikanan tangkap yang memiliki lima unsure pokok yaitu penguatan sistem usaha perikanan tangkap, pengembangan sarana dan prasarana wisata penunjang mina wisata yang berbasis perikanan tangkap, pengembangan sumberdaya manusia pendukung mina wisata yang berbasis perikanan tangkap, pengembangan sistem promosi dan pemasaran mina wisata yang berbasis perikana tangkap, dan pembangunan sistem komunikasi dan dukungan masyarakat local terhadap program pengembangan mina wisata yang berbasis perikanan tangkap.

SIMPULAN DAN SARAN

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut ; 1) laut Buleleng, khususnya yang ada di wilayah Desa Anturan memiliki potensi sumberdaya ikan yang sangat beasr ; 2) Buleleng, khususnya Desa Anturan memiliki masyarakat nelayan tangkap yang cukup profesional dalam menjalankan profesinya ; 3) setelah melalui pendidikan dan pelatihan, kemampuan para nelayan dalam hal bahasa Inggris dan teknik kepemanduan meningkat secara signifikan ; 4) sarana dan prasarana penangkapan ikan yang

dimiliki oleh masyarakat nelayan di Desa Anturan masih tergolong sederhana ; 5) para pelaku wisata di Buleleng, khususnya di Desa Anturan sudah cukup professional dalam menjalankan profesinya ; 6) sarana dan prasarana wisata yang ada di Buleleng, khususnya yang ada di Desa Anturan secara umum sudah cukup memadai, walaupun masih ada beberapa kekurangan ; 7) pemerintah daerah Buleleng sudah punya perhatian dan upaya dalam mengembangkan mina wisata di Buleleng ; 8) model mina wisata berbasis perikanan tangkap yang cocok dikembangkan di Buleleng adalah model mina wisata berbasis perikanan tangkap yang memiliki lima unsur pokok yaitu penguatan sistem usaha perikanan tangkap, pengembangan sarana dan prasarana wisata penunjang mina wisata yang berbasis perikanan tangkap, pengembangan sumberdaya manusia pendukung mina wisata yang berbasis perikanan tangkap, pengembangan sistem promosi dan pemasaran mina wisata yang berbasis perikana tangkap, dan pembangunan sistem komunikasi dan dukungan masyarakat lokal terhadap program pengembangan mina wisata yang berbasis perikanan tangkap.

DAFTAR PUSTAKA

Erawan, N., 1994, Pariwisata dan

Pembangunan Ekonomi (Bali

Sebagai Kasus), Penerbit Uphada

Sastra, Denpasar.

Jelantik, S. Anton Santyasa, Yudasmara, 2011,

Peranan Pendidikan dan Pelatihan di Bidang Kelautan dan Perikanan

dalam Menumbuh Kembangkan

Wawasan dan Minat Anak-Anak

Remaja Pesisir dalam Aspek

Kelautan dan Perikanan di

Kecamatan Buleleng, Kabupaten

Buleleng, Provinsi Bali, Laporan

Penelitian Hibah Bersaing, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja (Tidak Diterbitkan)

Jelantik, S., Dodik Prasetya, Alexander KM, 2012, Model Pengelolaan Kawasan

(6)

Pesisir dan Laut Secara Terpadu dan Pengembangan Unggulan Daerah di Bidang Perikanan dan Kelautan

Sebagai Strategi Pemberdayaan

Masyarakat Nelayan di Kabupaten

Buleleng, Provinsi Bali Laporan

Penelitian Hibah Bersaing, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja (Tidak Diterbitkan)

Jelantik, S, Manik Widiyanti, Dodik Prasetia Yudi Wisnawa, 2013, Pengembangan

Mina Wisata Sebagai Model

Pembangunan Sektor Wisata

Berbasis Perikanan dalam Rangka

PeningkatanKesejahte raan Para

Nelayan dan Pengembangan

KepariwisataanDi Kabupaten

Buleleng, Provinsi Bali, Laporan

Penelitian MP3EI Tahun ke 1 Universitas pendidikan Ganesha (Tidak Diterbitkan)

Jelantik, S, Manik Widiyanti, Dodik Prasetia Yudi Wisnawa, 2014, Pengembangan

Mina Wisata Sebagai Model

Pembangunan Sektor Wisata

Berbasis Perikanan dalam Rangka

PeningkatanKesejahte raan Para

Nelayan dan Pengembangan

KepariwisataanDi Kabupaten

Buleleng, Provinsi Bali, Laporan

Penelitian MP3EI Tahun ke 2 Universitas pendidikan Ganesha (Tidak Diterbitkan)

Kusumastanto, T., 2002, Reposisi Ocean Policy

dalam Pembangunan Ekonomi

Indonesia di Era otonomi Daerah,

Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL), Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor.

Pendit, N.S., 1997, Ilmu Pariwisata, Sebuah

Pengantar Perdana, Penerbit

Pradnya Paramitha, Jakarta.

Yoeti, OA, 1996, Pengantar Ilmu Pariwisata, Penerbit Pradnya Paramitha, Jakarta. Yoeti, OA, 1997, Perencanaan dan

Pengembangan Pariwisata, Penerbit

Gambar

Gambar 01. Grafik peningkatan kemampuan                     para nelayan dalam hal bahasa                     Inggris

Referensi

Dokumen terkait

Termasuk warga Negara yang memiliki kesulitan belajar, seperti kesulitan membaca (disleksia), menulis (disgrafia), dan menghitung (diskalkulia) maupun penyandang

Melihat keuntungan-keuntungan yang akan didapat apabila Indonesia menerapkan mekanisme constitutional question dalam mengoptimalisasi peran dari MK untuk menjaga

Banyak sekali tanda-tanda keinginan untuk meningkatkan taraf hidup, antara lain adalah melangsungkan acara pernikahan lebih dari sekedar upacara pernikahan sederhana,

Assertive self- presentation ini terdiri dari ingratiation (tindakan yang dilakukan untuk menarik simpati, memuji diri sendiri, melakukan bantuan, memberikan hadiah,

Pada pembuatan tablet kali ini dibuat tablet dengan bahan aktif berupa asam mefenamat 500 mg, sehingga presentase zat aktif dalam sediaan adalah

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, hasil dari pengujian fitur enkripsi dan dekripsi perangkat lunak pada lingkungan telepon selular berjalan dengan cukup cepat

Berdasarkan hasil penelaahan terhadap nilai yang dapat diperoleh kembali dari aktiva tetap, manajemen Perusahaan dan Anak perusahaan berpendapat bahwa tidak ada kejadian-kejadian

Dalam proses komunikasi di masa depan, peran interakif dari mediator itu memberi kemungkinan kepada para fihak yang terlibat konflik lebih percaya diri untuk dapat