• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN MASALAHKETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN PERIFER DI RUANG MELATI RSUD BANGIL - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN MASALAHKETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN PERIFER DI RUANG MELATI RSUD BANGIL - STIKES Insan Cendekia Medika Repository"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

i

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN MASALAHKETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN

PERIFER DI RUANG MELATI RSUD BANGIL

OLEH :

ERLINA RISMAWATI NIM 151210011

PROGRAM STUDI DIPLOMA 111 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN MASALAHKETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN

PERIFER DI RUANG MELATI RSUD BANGIL

OLEH :

ERLINA RISMAWATI NIM 151210011

PROGRAM STUDI DIPLOMA 111 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(3)

ii

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN MASALAHKETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN PERIFER

DI RUANG MELATI RSUD BANGIL

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep) Pada Program Studi Diploma III Keperawatan

SekolahTinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

OLEH :

ERLINA RISMAWATI NIM 151210011

PROGRAM STUDI DIPLOMA 111 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulisdilahirkan di Bojonegogo, 10 Januari 1996 dari Ayah yang bernama Nyariman dan

ibu bernama Parni. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara.

Tahun 2003penulis lulus dari TK Dharma WanitaSetren, Ngasem-Bojonegoro, tahun 2009

penulis lulus dari SD Negeri Setren, Ngasem- Bojonegoro. tahun 2012 penulis lulus dari SMP

Negeri Ngambon- Bojonegoro dan tahun2015 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Padangan-

Bojonegoro, tahun 2015 penulis lulus seleksi masuk STIKes ”Insan Cendekia Medika” Jombang

melalui jalur mandiri. Penulis memilih program Studi Diploma III Keperawatan dari lima pilihan

program studi yang ada di STIKes “ICME” Jombang.

Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Jombang, Februari 2018

(10)

ix

MOTTO

“Kesalahan akan membuat orang belajar dan menjadi lebih baik.”

PERSEMBAHAN

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT, atas karunia serta

kemudahan yang engkau berikan akhirnya KaryaTulis Ilmiah yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam selalu terlimpahkan kehadiran Rasulullah Muhammad SAW. Dengan segenap hati dan setulus jiwa, kupersembah kanKaryaTulis Ilmiah ini teruntuk :

1. Untuk ayahanda (Nyariman) dan ibunda (Parni) terima kasih atas dukungan, pengorbanan dan do’a yang diberikan.

2. Untuk kakakku (Darminto dan Anis) terima kasih atas bantuan dan dukungan yang di berikan kepadaku

3. Untuk kekasihku (Saifuddin zuhri) terima kasih yang telah memberikanku semangat kasih sayangnya dan pengorbanannya selama ini.

4. Untuk segenap dosenku yang dengan sabar membimbing dan mendukungku khususnya selaku pembimbing pertama dan pembimbing kedua Trima kasih

5. Untuk teman-temanku di STIKes ICMe yang selalu membantu dalam penyusunan KTI ini.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-NYA sehingga Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul "Asuhan keperawatan pada klien diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan perfusijaringan perifer diruang Melati RSUD Bangil Pasuruan” ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang

terhormat :Ketua STIKES ICME Jombang, Kaprodi D III Keperawatan STIKES ICME Jombang, Pembimbing utama yang telah banyak memberi pengarahan, motivasi dan masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini pembimbing Dua yang telah banyak memberimotivasi dan pengarahan dan ketelitian dalam penyusunan proposal ini. Kepada kedua orang tua dan keluarga saya yang selalu memberido'a dan semangat tiada henti dalam penyusunan proposal. Teman-teman yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan saran dan dorongan sehingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharap saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhirnya, mudah – mudahan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin Jombang, Februari 2018

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL DALAM ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xiii

ABSTRAK... ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar belakang ... 1

1.2BatasanMasalah ... 3

1.3Rumusan Masalah ... 3

1.4Tujuan ... 3

1.5Manfaat ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1KonsepDiabetes Melitus (DM) ... 6

2.1.1 Definisi ... …….6

2.1.2 Etiologi ... ……..7

2.1.3 Klasifikasi ... ……..8

2.1.4 Manifestasi Klinis ... ……..9

2.1.5 Patofisiologi ... …….10

2.1.6 WOC ... …….13

2.1.7 Komplikasi ... …….14

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang ... …….15

(13)

xii

2.2KonsepKetidakefektifanperfusijaringanperifer ... 19

2.3KonsepAsuhanKeperawatan ... 21

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desainpenelitian... ... 31

3.2 BatasanIstilah...31

3.3 Partisiapan ... 32

3.4 LokasidanWaktuPenelitian ... 32

3.5 Pengumpulan Data ... 33

3.6 UjiKeabsahan Data ... 34

3.7 Analisa Data ... 35

3.8 EtikaPenelitian ... 36

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN………..…37

4.1 Hasil ... …….37

4.2 Pembahasan……….……54

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN………..55

5.1 Kesimpulan………..56

5.2 Saran………...57

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

No Tabel DaftarTabel Hal

2.3.5 Intervensi Keperawatan Nanda nic noc 28

4.1.2 Pengkajian 37 4.1 Indentitas Klien 37

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan Pelaksana Laporan kasus Lampiran 2 : Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4 : Lembar Format Pengkajian

(16)

xv

DAFTAR SINGKATAN

HHNK : Hiperglikemik Hyperosmolar Non Ketosis

KTI : Karya Tulis Ilmiah

DM : Diabetes Melitus

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

IDDM : Insulin Dependent Diabetes

NIDDM : Non Insulin Dependent Diabetes

BAK : Buang Air Kecil

BAB : Buang Air Besar

TB :Tinggi Badan

BB : Berat Badan

NOC : Nursing Outcomes Classification

(17)

xvi

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI DIABETES MELITUS DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN

PERIFER DI RUANG MELATI DI RSUD BANGIL

Oleh: Erlina Rismawati

Penyakit diabetes melitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih dihadapi di Indonesia hingga saat ini, diabetes melitus adalah suatu kelompok petabolik yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya dan apabila insulin tidak bisa disekresikan akan mengakibatkan diuresis osmotic yang ditandai dengan berkemih secara berlebihan sehingga menimbulkan rasa haus sehingga menyebabkan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer. Tujuan penelititi ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang menglami diabetes melitus dengan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer di ruang melati RSUD Bangil pasuruan.

Peneliti ini menggunakan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus subjek penelitian adalah 2 klien dengan diabetes melitus diruang melati RSUD Bangil teknik pengumpulan data dideskriptifkan secara naratif dan dilakukan dengan tekhnik wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan dahulu), observasi atau pemeriksaan fisik.

Hasil studi kasus pada klien Tn. H dan Ny. N dengan penderita diabetes melitus, didapatkan satu diagnosa yang prioritas yang yakni ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan menurunnya aliran darah ke daerah luka akibat adanya obstruksi pembuluh darah. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari didapatkan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer membaik keadaan turgor kulit membaik dan gula darah dalam batas normal dengan pemantauan secara rutin.

Kesimpulan dari kasus keluarga Tn. H dan Ny. N dengan penderita diabetes melitus adalah masalah teratasi sesuai dengan harapan. Saran dari studi kasus ini yaitu menjaga pola hidup dengan mengkonsumsi makanan yang rendah gula dan berolahraga secara teratur agar tidak mengalami diabetes melitus lagi.

(18)

xvii ABSTRACT

NURSING CARE IN CLIENTS WHO EXPERIENCE DIABETES MELITUS WHITHS PERIPHERAL TISSUE PERFUSION INEFFECTIVENESS

IN MELATI RSUD BANGIL

Oleh: Erlina Rismawati

Diabetes melitus is one of the health problems that are stillencountered in indonesia until now. Diabetes melitus is a group of metabolic diseases that occur due to abnormalities of insulin secretion, insulin disruption or both, and if insulin can not be excreted will result in thirst cousing a lack of fluid volume. The purpose of this study is to carry out nursing care on clients who experienced. Diabetes melitus whit peripheral tissue perfusion ineffectiveness in bangsal jasmine room bangil Pasuruan.

This research uses descriptive method in the form of case study. Research subjects were two patients with diabetes melitus in bangsal ward room of bangil hospital. Data collection techniques are narrative described and conducted with interview techniques (anamnesis resulth containing the client`s identity, major complaints, past and present disease history), observation or physical examination.

Resulth of case study to client`s of Mr. H and Mrs. N with diabetes melitus sufferers, one diagnosis of priority is the lack of fluid peripheral tissue perfusion ineffectiveness. After nursing care done for 3 days found that the fluid has been balanced skin turgor conditions improved and blood sugar within normal limits with regular monitoring.

The conclusion of the family case Mr. H and Mrs. N with diabetes melitus is a problem resolved in accordance with expectations from this case study are keeping the lifestyle by consuming foods that are low in sugar and exercising regularly so as not to experience diabetes melitus again.

(19)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang di tandai dengan hiperglikemi

yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak yang di sebabkan

oleh penurunan sekresi insulin dan penurunan sensitivitas insulin atau keduannya

menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati (Huda, 2015).

Proses hiperglikemi dari proses penyakit diabetes melitus mengakibatkan produksi insulin

menurun sampai menimbulkan manifestasi klinis. Salah satu masalah tersebut adalah

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer merupakan masalah utama yang muncul pada pasien

diabetes melitus.

Penyakit ini paling sering dijumpai dan prevalensi setiap tahunnya mengalami peningkatan

di seluruh dunia (Hartono, 2013). Berdasarkan data terbaru tahun 2015 yang di tunjukkan oleh

Perkumpulan Endokronologi (PERKENI) menyatakan bahwa jumlah penderita diabetes

melitus di Indonesia telah mencapai 9,1 juta orang dan menempati peringkat kelima teratas

diantara Negara - negara dengan jumlah penderita diabetes melitus terbanyak di dunia, World

Health Organizatiton memperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes melitus akan

meningkat menjadi sekitar 21,3 juta orang (PERKENI, 2015). Kasus diabetes melitus

terbanyak yang di temui di Indonesia adalah diabetes melitus, bahkan dalam jangka waktu

(20)

keturunan, obesitas, makan secara berlebihan, kurang olahraga, serta perubahan gaya hidup

(Kusnanto, 2013).

Faktor penyebab seseorang penderita penyakit Diabetes Melitus yaitu aktivitas fisik yang

rendah. Salah satu contohnya berlama-lama duduk dan bermalas - malasan. Seseorang yang

seperti itu dapat menjadikan kadar insulin tidak terkontro. Dan aktivitas fisik secara langsung

berhubungan dengan kecepatan pemulihan kadar insulin. Saat aktivitas fisik, otot

menggunakan insulin yang disimpan sehingga insulin yang tersimpan akan berkurang.

(Barnes 2012). Selain itu penderita menganggap bahwa penyakit Diabetes Melitus bukan

termasuk masalah yang serius, sehingga penderita tidak mempunyai keinginan untuk

melaksanakan program diet diabetes melitus, hal ini menyebabkan peningkatan jumlah

penderita Diabetes Melitus (Smeltzer, 2013).

Dampak yang timbul akibat penanganan diabetes melitus yang tidak tepat adalah

ketoasidosis diabetik dan sindrom hiperglikemik hyperosmolar non ketosis (HHNK).

Hiperglikemia jangka panjang dapat menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskuler kronis

(penyakit ginjal dan mata) serta komplikasi neoropatik. Diabetes juga berkaitan dengan suatu

peningkatan kejadian makrovaskuler, termasuk infark miokard,stroke dan penakit vascular

perifer (Baughman, 2000).

Oleh karena itu pencegahan penyakit diabetes melitus yang sangat penting yaitu melalui

pengobatan diabetes mellitus untuk menormalkan kadar glukosa darah. Penatalaksanaan ini

di capai dengan melalui berbagai cara yaitu : diet , latihan , pemantauan , terapi dan

(21)

Melihat fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan Asuhan

keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus di ruang melati RSUD Bangil.

Upaya yang dapat dilakukan pada pasien dengan diabetes melitus adalah dengan menjaga

sirkulasi darah ke perifer terutama pada pasien dengan masalah perfusi jaringan perifer tidak

efektik. Meningkatkan jumlah insulin yang disekresikan dengan cara mengubah pola makan.

oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyakit perfusi jaringan

perifer tidak efektif khususnya diabetes melitus dalam sebuah Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang

berjudul asuhan keperawatan pada klien diabetes melitus dengan masalah ketidakefektifan

perfusi jaringan perifer diruang melati RSUD Bangil.

1.2Batasan masalah

Asuhan keperawatan pada klien penyakit diabetes melitus (DM) dengan masalah

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer diruang Melati RSUD Bangil Pasuruan

1.3Rumusan masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien penyakit diabetes melitus (DM) dengan

masalah perfusi jaringan perifer tidak efektif diruang Melati RSUD Bangil Pasuruan?

1.4Tujuan

1.4.1 Tujuan umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien penyakit diabetes melitus (DM) dengan

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

1.4.2 Tujuan khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien penyakit diabetes melitus dengan

(22)

2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien penyakit diabetes melitus dengan

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer diruang Melati RSUD Bangil Pasuruan

3. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien penyakit diabetes melitus dengan

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer diruang Melati RSUD Bangil Pasuruan

4. Melakukan tindakan keperawatan pada klien penyakit diabetes melitus dengan

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer diruang Melati RSUD Bangil Pasuruan

5. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien penyakit diabetes melitus dengan

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer diruang Melati RSUD Bangil Pasuruan

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat teoritis

Manfaat teoritis studi kasus ini adalah untuk pengembangan ilmu keperawatan Asuhan

keperawatan pada klien penyakit diabetes melitus dengan masalah ketidakefektifan

perfusi jaringan perifer

1.5.2 Manfaat praktis

a. Bagi klien dan keluarga

Untuk menambah pengetahuan bagi klien dan keluarga sehingga mampu

melakukan tindakan yang sesuai dengan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan

perifer

b. Bagi rumah sakit

Dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit terutama pada kasus penyakit

diabetes melitus. Sehingga intervensi yang dilakukan dalam kondisi kebutuhan

pasien penyakit diabetes melitus dengan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

(23)

Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dan akan melakukan penelitian yang

(24)

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Diabetes Melitus

2.1.1 Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah gangguan yang ditandai oleh hiperglikemia. yang

memengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Yang terjadi akibat sekresi

insulin atau kerja insulin (Wiliam & Wilkins, 2012). Diabetes melitus adalah gangguan

kesehatan dengan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh peningkatan

kadar gula dalam darah akibat kekurangan insulin ataupun resistensi insulin dan

gangguan metabolik. Penyakit diabetes akan menimbulkan komplikasi baik yang akut

maupun yang kronis atau menahun apabila tidak dikendalikan dengan baik (Isniati,

2007).

Diabetes melitus adalah penyakit yang disebabkan oleh gagalnya penguraian zat

gula didalam tubuh (darah) pada tubuh normal, zat gula yang diurai menjadi glukosa

dan oleh hormon insulin yang diproduksi sel beta pankreas. Glukosa dan glikogen ini

yang kemudian oleh tubuh melalui proses metabolisme atau pembakaran diubah

menjadi energi (Hartini, 2009). Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang

ditandai dengan hipergiklemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme

karbohidrat, lemak, protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau

penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas isulin atau keduanya dan

menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati.

(25)

2.1.2 Etiologi

Umumnya diabetes melitus disebabkn oleh rusaknya sebagian kecil atau besar dari

sel-sel beta dari pulau Langerhans pada pankreas yang menghasilkan insulin, akibatnya

terjadi kekurangan insulin. Disamping itu ada beberapa faktor lain penyebab penyakit

diabetes melitus, antara lain:

1. Pola makan

Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori serta tidak diimbangi

dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai, yang dibutuhkan oleh tubuh

dapat memicu timbulnya diabetes melitus.

2. Obesitas (kegemukan)

Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang untuk

terkena penyakit diabetes melitus.

3. Faktor genetik

Diabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab

diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes melitus,

pewaris gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicitnya walaupun kemungkinan

kecil terjadi.

4. Pola hidup

Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor prnyebab diabetes melitus, jika orang

malas berolahraga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes

melitus karena olahraga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan didalam

tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab

(26)

5. Kehamilan diabetes gestasional, akan hilang setelah melahirkan

6. Bahan - bahan kimia yang dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang

pankreas yang berakibat fungsi pankrean menurun sehingga ada sekresi hormon – hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat

dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.

7. Penyakit dan infeksi pada pankreas

Infeksi mikro organisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang

pankreas yang berakibat fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi

hormone-hormone untuk proses metabolisme tubuh (Dr. Hasdiana.H.R., 2012)

2.1.3 Klasifikasi Diabetes melitus

a. Diabetes melitus tipe 1 : Insulin Dependent Diabetes (IDDM)

Diabetes melitus yang disebut juga insulin dependent yaitu tubuh tergantung pada

insulin karena tubuh tidak dapat menghasilkan insulin yang disebabkan oleh masalah

genetik, virus atau penyakit autoimun.

b. Diabetes melitus tipe 2 : Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)

Diabetes yang membutuhkan insulin sementara atau seterusnya yang disebabkan oleh

resistensi insulin, kekurangan insulin atau karena gangguan sekresi dan obesitas, usia

maupun riwayat keluarga. Resistdensi insulin adalah banyaknya jumlah insulin yang

tidak berfungsi karena terhambatnya produksi glukosa oleh hati.

c. Diabetes melitus tipe 3 : Gestasional/kehamilan

Diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan akan pulih setelah

melahirkan, dengan keterlibatan interleukin 6 dan protein reaktif C pada lintasan

(27)

2.1.4 Manifestasi klinis

Adanya penyakit diabetes melitus ini sering kali tidak di rasa kan dan di sadari oleh

penderita beberapa keluhan dan gejala yang perlu dapat perhatian adalah:

1. Gejala akut

a. Banyak kencing (poliuria)

Karna sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan sering

kencing dengan jumblah yang banyak terutama pada malam hari.

b.Banyak minum (polydipsia)

Rasa haus sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang melalui

kencing. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita banyak minum.

b. Banyak makan (polifgia)

Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita diabetes melitus

ksrens pasien mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga timbul rasa

lapar.

c. Penurunan berat badan dan rasa lemah, mengantuk

2. Gejala kronis

a. Gangguan penglihatan, berupa pandangan yang kabur dan menyebabkan sering

ganti kaca mata

b. Gangguan saraf tepi berupa kesemutan, terutama pada malam hari sering terasa

sakit dan rasa kesemutan dikaki

c. Gatal-gatal dan bisul, gatal umumnya dirasakan pada daerah lipatan kulit

ketiak,payudara dan alat kelamin. Bisul dan luka lecet terkena sepatu atau jarum

(28)

d. Rasa tebal pada kulit, yang menyebabkan penderita lupa memakai sandal dan

sepatunya.

e. Gangguan fungsi seksual dapat berupa gangguan ereksi, impoten yang

disebabkan gangguan pada saraf bukan karena gangguan pada kekurangan

hormone seks (testosterone) Keputihan. Pada penderita wanita, keputihan dan

gatal sering dirasakan, hal ini disebabkan daya tahan tubuh penderita menurun

(Suraoka.IP, 2012 : 54)

2.1.5 Patofisiologi Diabetes Melitus (Brunner & Suddarth, 2002)

Diabetes melitus terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena

sel-sel pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan

menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap

kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan

dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan

elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami

peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).

Diabetes melitus Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan

insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan

terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin

dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di

dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes militus disertai dengan penurunan reaksi

(29)

pengambilan glukosa oleh jaringan.Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah

terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang

disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat

sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat

yang normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel-sel tidak mampu mengimbangi

peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi

diabetes melitus. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas

diabetes melitus, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah

pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis diabetik

tidak terjadi pada diabetes melitus. Meskipun demikan, diabetes melitus yang tidak

terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom

hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung

lambat dan progresif, maka diabetes melitus dapat berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya

sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia,

luka pada kulit yang tidak sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur.

Diabetes Gestasional Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes

sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi

hormone-hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita

yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal.

2.1.6 WOC Diabetes Melitus

DM tipe 1 DM tipe 2

(30)

Sel pankreas jumlah sel pankreas

hancur menurun

defisinsi insulin

penurunan pemakaian

glukosa

hiperglikemia katabolisme protein liposis meningkat

meningkat

fleksibilitas darah penurunan BB

merah pembatasan diit

viskositas intek tidak adekuat resiko nutria kurang

darah naik

poliurea deficit volume cairan

Aliran darah

melambat

Ischemik jaringan

perfusi jaringan perifer tidak efektif

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi – komplikasi pada penyakit diabetes melitus da pat dibagi menjadi dua yaitu :

(31)

a. Koma hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat tinggi biasanya terjadi

NIDDM.

b. Ketoasi atau keracunan zat keton sebagai hasil metabolisme lemak dan protein

terutama terjadi pada IDDM.

c. Koma hipoglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan atau tidak terkontrol.

2. Komplikasi kronis

Mikroangiopati (kerusakan pada saraf-saraf perifer) pada organ-organ yang

mempunyai pembuluh darah kecil sehingga pada :

a. Retinopati diabetic (kerusakan saraf retina dimata) sehingga menyebabkan

kebutaan.

b. Neuropati diabetika (kerusakan saraf-saraf perifer) mengakibatkan gangguan

sensori pada organ tubuh.

c. Nefropati diabetika (kelainan atau kerusakan pada ginjal) dapat menyebabkan

gagal ginjal.

3. Mikroangiopati

a. Kelainan pada jantung dan pembuluh darah seperti miokard infark maupun

gangguan fungsi jantung karena arterieskelosis

b. Penyakit vaskuler perifer

c. Gangguan system pembuluh drah otak atau stroke.

4. Gangguan diabetika karena adanya neuropati dan terjadi luka yang tidak

sembuh-sembuh.

5. Difungsi erektil diabetika

(32)

a. Hiperglikemia atau hipoglikemia.

b. Meningkatkan resiko infeksi.

c. Komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati.

d. Komplikasi makrovaskuler seperti penyakit jantung koroner, strok. (Tarwonto,

2012)

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Untuk menentukan penyakit diabetes melitus,tanda dan gejala yang dialami pasien juga

penting adalah dilakukan test diagnostik diantaranya:

a. Pemeriksaan gula darah puasa atau Fasting Blood Sugar (FBS)

Tujuan : menentukan jumlah glukosa darah pada saat puasa.

Pembatas : tidak makan selama 12 jam sebelum test biasanya jam 08.00 pagi sampai

jam 20.00, minum boleh.

Prosedur :darah diambil dari vena dan kirim ke laboratorium.

Hasil :Normal : 80-120 mg/100ml serum

Abnormal :140 mg/100 ml atau lebih

b. Pemeriksaan gula darah posprandial

Tujuan : menentukan gula darah setelah makan

Pembatasan : tidak ada

Prosedur : pasien diberi makan kira – kira 100 gr karbohidrat,dua jam kemudian diambil darah venanya.

Hasil: norma: kurang dari 120 mg/100 ml serum

Abnormal : lebih dari 20 mg/100 ml atau lebih, indikasi diabetes melitus

(33)

Tujuan: menemukan toleransi terhadap respons pemberian glukosa.

Pembatasa: pasien tidak makan 12 jam sebelum test dan selama test, boleh minum

air putih, tidak merokok, ngopi atau minum the selama pemeriksaan

(untuk mengukur respon tubuh terhadap karbohidrat), sedikit

aktivitas, dan setres (keadaan banyak aktivitas, dan setres

menstimulasi epinerpine dan kortisol dan berpengaruh terhadap

peningkatan gula darah melalui peningkatan glukoneogenesis).

Prosedur : pasien diberi makan tinggi karbohidrat selama 3 hari sebelum test,

kemudian puasa selama 12 jam, ambil darah puasa selama dan urin

untuk pemeriksaan. Berikan 100 gr glukosa ditambah juice lemon

melalui mulut, periksa darah dan urine 1,2,3,4, dan 5 jam setelah

pemberian glukosa.

Hasil: normal puncaknya jam pertama setelah pemberian 140mg/dl dan kembali

normal 2 atau 3 jam kemudian.

Abnormal : peningkatan glukosa pada jam pertama tidak kembali

setelah 2 atau 3 jam, urine positive glukosa.

d. Pemeriksaan glukosa urine

Pemeriksaan ini kurang akurat karena hasil pemeriksaan ini banyak dipengaruhi oleh

berbagai hal misalnya karena obat-obatan seperti aspirin, vitamin C dan beberapa

antibiotic, adanya kelainan ginjal dan pada lansia dimana ambang ginjal meningkat

adanya glukosuria menunjukkan bahwa ambang terhadap glukosa terganggu.

(34)

Badan ketone merupakan produk sampingan proses pemecahan lemak, dan senyawa

ini akan menumpuk pada darah dan urine.jumlah keton yang besar pada urine akan

merubah pereaksi pada strip menjadi keunguan adanya ketonuria menunjukkan

adanya ketoasidosis.

f. Pemeriksaan kolestrol dan kadar serum trigleserida, dapat meningkat karena ketidak

adekuatan kontrol glikemik.

g. Pemeriksaan henoglobin glikat (HbAIe)

Pemeriksaan lain untuk memantau rata-rata kadar glukosa darah adalah glykosulated haemoglobin (HbAIc), test ini mengukur prosentasi glukosa yang melekat pada hemoglobin. Pemeriksaan ini menunjukkan kadar glukosa darah rata-rata selama 120 hari sebelumnya, sesuai dengan entrosit HbAIc digunakan utuk mengkaji kontrol glukosa jangka panjang sehingga dapat memprediksi resiko komplikasi resiko komplikasi hasil HbAIc tidak berubah karena pengaruh kebiasaan makan sehari sebelum test. Pemeriksaan HbAIc dilakukan untuk diagnostik dan pada interval tertentu untuk mengevaluasi penatalaksanaan diabetes melitus, direkomendasikan dilakukan 2 kali dalam setahun bagi pasien diabetes melitus. Kadar yang direkomendasikan oleh ADA adalah <7% (ADA, 2003 dalam black & Hawks, 2005, ignativicius & workman, 2006).

h. Kultur jaringan pada luka ganggren

i. Pemeriksaan organ lain yang mungkin terkait dengan komplikasi diabetes melitus seperti pemeriksaan mata, saraf, jantung dll (Tarwoto, 2013)

2.1.9 Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan pasien diabetes melitus adalah:

a. Menormalkan fungsi dari insulin dan menurunkan kadar glukosa darah.

b. Mencegah komplikasi vaskuler dan neuropati

(35)

Prinsip piñata laksanaan pasien diabetes melitus adalah mengontrol gula darah dalam

rentang normal. Untuk mengontrol gula darah ada lima faktor penting yang harus

diperhatikan yaitu:

a. Asupan makanan atau managemen diet.

b. Latihan fisik

c. Obat-obatan penurunan gula darah.

d. Monitoring gula darah

Terapi

1.Tablet OAD (Oral Antibiotik)

a. Sulfanilurea

b. Biguanida

2. Insulin (Tarwono, 2012)

2.2 Konsep Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer

2.2.1 Definisi Perfusi jaringan perifer tidak efektif

Perfusi jaringan perifer adalah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko

mengalami suatu penurunan dalam nutrisi dan penafasan pada tingkat seluler perifer

suatu penurunan dalam suplai darah kapiler (Nurarif .A.H. & Kusuma. H, 2015

2.2.2 Fisiologi sistem

Berhubungan dengan perlemahan aliran darah (gangguan vaskuler) yaitu

anterioklerosit, hipertensi, aneurisma, trombosis arteri, thrombosis vena dalam, penyakit

vaskuler kolgen, arthritis rheumatoid, diabetes melitus, diskariasis darah (gangguan

(36)

a. Berhubungan dengan imobilisasi

b. Berhubungan adanya aliran invasive

c. Berhubungan dengan tekanan pada tempat/ konstriksi (balutan, stocking)

d. Berhubungan dengan trauma pembuluh darah

e. Situsional (personal, lingkungan)

f. Berhubungan dengan tekanan dari uterus yang membesar pada sirkulasi perifer

g. Berhubungan dengan tekanan dari abdomen yang membesar pada pelvik dan

sirkulasi perifer

2.2.2 Batasan Karakteristik

a. Bruit femoral

b. Edema

c. Indeks anke brakial <0,90

d. Kelambatan penyembuhan luka perifer

e. Klaudikasi intermiten

f. Nyeri ekstremitas

g. Parestesia

h. Pemendekan jarak bebas nyeri

Yang ditempuh dalam uji berjalan 6 menit

i. Pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan 6 menit (400- 700 m pada

orang dewasa)

j. Penurunan nadi perifer

k. Perubahan fungsi motorik

l. Perubahan karakteristik kulit (misalnya warna elastisitas, rambut, kelembapan, kuku,

(37)

m. Perubahan tekanan darah di ekstremitas

n. Tidak ada nadi perifer

o. Waktu pengisian kapiler >3 detik

p. Warna kulit pucat saat elevasi

q. Warna tidak kembali ke tungkai 1 menit setelah tungkai diturunkan

2.2.3 Faktor yang berhubungan

a. Diabetes melitus

b. Gaya hidup kurang gerak

c. Hipertensi

d. Kurang pengetahuan tentang faktor pemberat (misalnya.,merokok, gaya hidup

monoton, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas)

e. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit (misalnya., diabetes hiperlipidemia)

f. Merokok

2.2.4 Faktor Resiko

a. Asupan nutrium berlebihan

b. Diabetes melitus

c. Gaya hidup kurang gerak

d. Hipertensi

e. Urang pengetahuan tentang faktor pemberat (misalnya., merokok, gaya hidup kurang

gerak, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas)

f. Kurang pengetahuan tentang faktor resiko

g. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit

h. Merokok

i. Prosedur endovaskuler

(38)

2.3 Konsep Asuhan keperawatan

2.3.1 pengkajian

pengkajian tanggal: Jam :

MRS tanggal : No.RM:

Diagnose medis :

Identitas pasien Penanggung jawab biaya

Nama : Nama :

Usia : Alamat :

Jenis kelamin : Hub. keluarga :

Suku : No. telepon :

Agama : Alamat :

2.3.2 Keluhan utama

Saat MRS (alasan utama masuk rumah sakit )

Saat pengkajian (yang paling dikeluhkan pasien)

2.3.3 Riwayat kesehatan sekarang

Pada riwayat sekarang berisi tentang perjalanan penyakit diabetes melitus (DM).

biasanya mengeluh kesemutan, menurunya berat badan, sering haus, dan nafsu

makan meningkat.

2.3.4 Riwayat kesehatan dahulu

Berapa lama klien menderita diabetes melitus, bagaimana penangananya, mendapat

terapi jenis insulin apa, bagaimana cara minum obatnya teratur apa tidak, apa saja

yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.

2.3.5 Riwayat kesehatan keluarga

(39)

2.3.6 Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan, dan emosi yang dialami penderit

sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit

penderita diabetes melitus.

2.3.7 Pola fungsi kesehatan

1. Pola persepsi

Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya tentang

pengetahuan dan penatalaksanaan penderita diabetes melitus dengan

ketidakstabilan gula darah

2. Pola nutrisi

Penderita diabetes melitus sering mengeluh dengan mual, muntah, haus, dan

terjadi penurunan berat badan.

3. Pola eliminasi

Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan ataupun gangguan pada

kebiasaan BAB dan BAK.

4. Pola aktivitas/istirahat

Sering mengalami susah tidur, lemah, letih, tonus otot menurun.

5. Nilai dan keyakinan

Gambaran tentang penyakit diabetes melitus tentang penyakit yang dideritanya

menurut agama dan keprcayaan, kecemasan akan kesembuhan, tujuan dan

harapan akan sakitnya

2.3.8 Pemeriksaan fisik

(40)

b. Tanda-tanda vital

(Tekanan darah menurun, nafas sesak, nadi lemah dan cepat, suhu meningkat,

distress pernafasan sianosis)

c. TB/BB

Sesusi dengsn pertumbuhan dan perkembangan

d. Kepala

Kulit kepala:

Tujuan : untuk mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit untuk mengetahui adanya

lesi atau bekas luka.

Inspeksi : lihat ada atau tidak adanya lesi, warna kehitaman/ kecoklatan, edema,

dan distribusi kulit rambut.

Palpasi: diraba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur nya kasar atau

halus, akral dingin/ hangat.

e. Rambut

Tujuan: untuk mengetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut dan

untuk mengetahui mudah rontok dan kotor.

Inspeksi: distribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak, bercabang.

Palpasi: mudah rontok atau tidak, tekstur kasar atau halus.

f. Mata (Tidak ada yang spesifik)

Tujuan: untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata( medan penglihatan visus dan

otot- otot mata), dan juga untuk mengetahui adanya kelainan atau

(41)

Inspeksi: kelopak mata ada lubang atau tidak, reflek kedip baik atau tidak,

konjungtiva dan sclera merah atau konjungtivitis, iktirik/ indikasi

hiperbilirubin atau gangguan pada hepar, pupil isokor, miosis, atau

medriasis.

Palpasi: tekan secara ringan untuk mengetahui adanya TIO( tekanan intra okuler)

jika ada peningkatan akan teraba keras( pasien gloukoma/ kerusakan

dikus optikus) kaji adanya nyeri tekan.

g. Hidung

Tujuan: untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung dan mengetahui adanya

inflamasi aau sinusitis.

Inspeksi: apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah ada secret.

Palpasi: apakah ada nyeri tekan massa.

h. Mulut

Tujuan: untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut, dan untuk

mengetahui kebersihan mulut.

Inspeksi: amati bibir apa ada kelainan congenital (bibir sumbing), warna,

kesimetrisan, kelembaban pembengkakan, lesi, amati jumlah dan bentuk

gigi, berlubang, warna plak, kebersihan gigi.

Palpasi: pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan ada massa atau tumor,

pembekakan dan nyeri.

i. Telinga

(42)

Tujuan: untuk mengetahui kedalaman telinga luar, saluran telinga, gendang

telinga.

Inspeksi: daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran, bentuk, kebersihan lesi.

Palpasi: tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan kartilago.

j. Leher

Tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid

Tujuan: untuk menentukan struktur imtegritas leher, untuk mengetahui bentuk

dan organ yang berkaitan dan untuk memeriksa system limfatik.

Inspeksi: amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut, amati adanya

pembengkakan kelenjar tiroid, amati kesimetrisan leher dari depan

belakang dan samping.

Palpasi: letakkan tangan pada leher klien, suruh pasien menelan dan rasakan

adanya kelenjar tiroid.

k. Abdomen

Tujuanya: untk mengetahui bentuk dan gerakan perut, mendengarkan bunyi

peristaltic usus, dan mengetahui respon nyeri tekan pada organ

dalam abdomen.

Inspeksi: bentuk perut, warna kulit, adanya reaksi, adanya ketidak simetrisan

Palpasi: adanya respon nyeri tekan

Auskultasi: bising usus normal 10- 12x/menit

l. Muskulokoletal

Tujuan: untuk mengetahui mobilitas kekuatan otot dan gangguan- gangguan pada

(43)

Inspeksi: mengetahui ukuran dari adanya aerofildan hipertrofil, amati kekuatan

otot dengan member penahanan pada anggota gerak atas dan bawah

2.3.9 Diagnosa keperawatan yang muncul

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya /

menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh

darah.

2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada

ekstrimitas.

3. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.

4. Ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake makanan yang kurang.

2.3.10 Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan dan perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses

keperawatan dimana perawat menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan bagi

pasien yang ditentukan selama tahap intervensi keperawatan, dibuat prioritas dengan

kolaborasi klien dan keluarga, konsultasi tim ksehatan lain, telaah literature,

modifikasi asuhan keperawatan dan catat informasi yang relavan tentang kebutuhan

keperawatan kesehatan klien dan penatalaksanaan klinis (Muttaqin, 2008)

Table intervensi keperawatan Nanda NOC NIC 2015- 2017

No Diagnose keperawatan Tujuan dan criteria hasil Intervensi

Perfusi jaringan perifer tidak efektif

NOC

1. Ambulasi

2. Tanda- tanda vital

NIC

(44)

Definisi: penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan. Faktor- faktor yang berhubungan:

a. Diabetes melitus

b. Gaya hidup kurang

gerak

4. Odema dan luka tidak

bertambah parah

5. Tanda- tanda vital

dalam rentang normal (RR, Nadi, dan Suhu)

a. Beri pasien

pakaian yang tidak mengekang

b. Bantu pasien

untuk menggunakan alas kaki yang memfasilitasi

tentang faktor- faktor resiko

f. Monitor

tekanan darah, nadi, suhu, dan

h. Bantu pasien

untuk duduk di sisi tempat

pada ahli terapi fisik mengenai rencana ambulasi, sesuai kebutuhan

j. Bantu pasien

(45)

k. Intruksikan atau alat bantu berjalan denyut nadi dan pernapasan

e. Monitor warna

kulit, suhu dan kelembaban

f. Monitor

sianosis sentral dan perifer

g.Monitor nada

(46)

2.3.11 Implementasi keperawatan

Merupakan insiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.

Tahap pelaksanaan dimulai- mulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan

pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh

karen aitu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-

faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap dalam

tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Tahap 1 : Persiapan

Tahap awal tindakan keperawatan ini perawat mengevaluasi hasil

identifikasikan pada tahap perencanaan.

2. Tahap 2 : Pelaksanaan

Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan dari perencanaan

untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan

meliputi tindakan : independen, dependen, dan interpenden.

3. Tahap 3 : Dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan

akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

2.3.12 Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan.

Evaluasi adalah kegiatan yang di sengaja dan terus – menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan

(47)

adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak

dan untuk melakukan pengkajian ulang (Lismidar, 1990 dalam Padila, 2012).

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus yang menjadi pokok

bahasan penelitian ini adalah digunakan untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan

pada klien diabetes melitus dengan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer di Ruang

Melati RSUD Bangil.

3.2 Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam memahi judul penelitian, maka peneliti sangat

(48)

1. Asuhan keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi dalam

pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan respon unik individu

pada suatu kelompok dan perseorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik

aktual maupun potensial.

2. Klien adalah individu yang mencari atau menerima perawatan medis. Klin dalam studi

kasus ini adalah 2 klien dengan diagnosa medis dan masalah keperawatan yang sama.

3. Diabetes melitus merupakan penyakit menahun dan tidak dapat disembuhkan. Dan

merupakan salah satu gangguan metabolik kronik yang disebabkan oleh gaya hidup yang

tidak sehat yang ditandai dengan hiperglikemia. Penanganan diabetes melitus yang tidak

tepat

4. Perfusi jaringan perifer adalah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko

mengalami suatu penurunan dalam nutrisi dan pernafasan pada tingkat seluler perifer suatu

penurunan dalam suplai darah kapiler.

3.3 Partisipan

Partisipan adalah sejumlah orang yang turut berperan serta dalam suatu kegiatan,

keikutsertaan dan peran serta. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 klien:

1. 2 klien yang mengalami diabetes melitus tipe 2

2. 2 klien yang mengalami ketidakstabilan glukosa darah

3. 2 klien yang dirawat baru di ruang melati RSUD Bangil Pasuruan

4. 2 klien dan keluarga yang bersedia untuk dilakukan penelitian studi kasus

(49)

3.3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang Melati RSUD Bangil yang beralamat di jl.Raya Raci

Bangil Pasuruan

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan februari 2018

3.5 Pengumpulan data

Agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian

ini, sangatlah diperlukan teknik mengumpulkan data. Adapun teknik tersebut

adalah :

1. Wawancara adalah percakapan yang bertujuan, biasanya anatara dua orang yang diarahkan

oleh seorang dengan maksud memperoleh keterangan. Dalam studi kasus ini, peneliti

menggunakan 2 jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara langsung dengan klien)

dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga klien).

2. Observasi dan Pemeriksaan fisik

Observasi merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari

adanya rangsangan. Pengamatan dapat dilakukan dengan seluruh alat indera, tidak terbatas

hanya pada apa yang dilihat (Saryono, 2013 dalam Muhklis 2016). Alasan peneliti

melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistis perilaku atau kejadian,

untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia dan untuk evaluasi

yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu untuk melaksanakan umpan balik

terhadap pengukuran tersebut. Pemeriksaan fisik pada studi kasus ini menggunakan

pendekatan haad to toe pada sistem tubuh klien.

(50)

Studi dokumentasi adalah kegiatan mencari data atau variabel dari sumber berupa catatan,

transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Yang

diamati dalam studi dokumentasi adalah benda mati (Suryono, 2013 dalam Muhklis 2016).

Dalam studi kasus ini menggunakan studi dokumentasi berupa catatan hasil data rekam

medis, revie literatur dan pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan.

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau informasi yang diperoleh

dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping integritas

peneliti (karena peneliti menjadi instrumen utama), uji keabsahan data dilakukan dengan:

1. Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan; dalam studi kasus ini waktu yang di tentukan

adalah 3 hari, akan tetapi jika belum mencapai validitas yang diinginkan maka waktu untuk

mendapatkan data studi kasus diperpanjang satu hari. Sehingga yang diperlukan adalah 4

hari dalam studi kasus ini.

2. Metode triangulasi merupakan metode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan

menganalisis data dengan memanfaatkan pihak lain untuk memperjelas data atau informasi

yang telah diperoleh dari responden, adapaun pihak lain dalam studi kasus ini adalah

keluarga klien, perawat dan perawat yang pernah mengatasi masalah yang sama dengan

klien.

3.7Analisa Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai

dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta,

selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini

(51)

penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk

menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh

peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan

oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi

dalam intervensi tersebut (Tri, 2015 dalam Muhklis). Urutan dalam analisis adalah:

1. Pengumpulan data.

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen). Hasil ditulis dalam

bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkrip. Data yang dikumpulkan

terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan/implementasi, dan

evaluasi.

2. Mereduksi data.

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam

bentuk transkrip. Data yang terkumpul kemudian dibuat koding yang dibuat oleh peneliti

dan mempunyai arti tertentu sesuai dengan topik penelitian yang diterapkan. Data obyektif

dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan daiagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian data.

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif.

Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden.

4. Kesimpulan.

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil hasil

penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan

dilakukan dengan metode induksi.

(52)

Beberapa prinsip etik yang perlu diperhatikan dalam penelitian antara lain:

1. Informed Consent (persetujuan menjadi responden), dimana subjek harus mendapatkan

informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai

hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responsden. Pada informed consent

juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk

pengembangan ilmu.

2. Anonimity (tanpa nama), dimana subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang

diberikan harus dirahasiakan.Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari responden atau tanpa nama (anonymity)

3. Confidentiality (Rahasia), kerahasiaan yang diberikan kepada respoden dijamin oleh

peneliti (Nursalam, 2014).

4. Perfusi jaringan perifer adalah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko

mengalami suatu penurunan dalam nutrisi dan pernafasan pada tingkat seluler perifer suatu

penurunan dalam suplai darah kapiler.

3.3 Partisipan

Partisipan adalah sejumlah orang yang turut berperan serta dalam suatu kegiatan,

keikutsertaan dan peran serta. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 klien:

5. 2 klien yang mengalami diabetes melitus tipe 2

6. 2 klien yang mengalami ketidakstabilan glukosa darah

7. 2 klien yang dirawat baru di ruang melati RSUD Bangil Pasuruan

8. 2 klien dan keluarga yang bersedia untuk dilakukan penelitian studi kasus

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

(53)

Penelitian ini dilakukan di ruang Melati RSUD Bangil yang beralamat di jl.Raya Raci

Bangil Pasuruan

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan februari 2018

3.5 Pengumpulan data

Agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian

ini, sangatlah diperlukan teknik mengumpulkan data. Adapun teknik tersebut

adalah :

1. Wawancara adalah percakapan yang bertujuan, biasanya anatara dua orang yang diarahkan

oleh seorang dengan maksud memperoleh keterangan. Dalam studi kasus ini, peneliti

menggunakan 2 jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara langsung dengan klien)

dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga klien).

2. Observasi dan Pemeriksaan fisik

Observasi merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari

adanya rangsangan. Pengamatan dapat dilakukan dengan seluruh alat indera, tidak terbatas

hanya pada apa yang dilihat (Saryono, 2013 dalam Muhklis 2016). Alasan peneliti

melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistis perilaku atau kejadian,

untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia dan untuk evaluasi

yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu untuk melaksanakan umpan balik

terhadap pengukuran tersebut. Pemeriksaan fisik pada studi kasus ini menggunakan

pendekatan haad to toe pada sistem tubuh klien.

(54)

Studi dokumentasi adalah kegiatan mencari data atau variabel dari sumber berupa catatan,

transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Yang

diamati dalam studi dokumentasi adalah benda mati (Suryono, 2013 dalam Muhklis 2016).

Dalam studi kasus ini menggunakan studi dokumentasi berupa catatan hasil data rekam

medis, revie literatur dan pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan.

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau informasi yang diperoleh

dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping integritas

peneliti (karena peneliti menjadi instrumen utama), uji keabsahan data dilakukan dengan:

1. Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan; dalam studi kasus ini waktu yang di tentukan

adalah 3 hari, akan tetapi jika belum mencapai validitas yang diinginkan maka waktu untuk

mendapatkan data studi kasus diperpanjang satu hari. Sehingga yang diperlukan adalah 4

hari dalam studi kasus ini.

2. Metode triangulasi merupakan metode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan

menganalisis data dengan memanfaatkan pihak lain untuk memperjelas data atau informasi

yang telah diperoleh dari responden, adapaun pihak lain dalam studi kasus ini adalah

keluarga klien, perawat dan perawat yang pernah mengatasi masalah yang sama dengan

klien.

3.8Analisa Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai

(55)

selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini

pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari

penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk

menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh

peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan

oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi

dalam intervensi tersebut (Tri, 2015 dalam Muhklis). Urutan dalam analisis adalah:

1. Pengumpulan data.

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen). Hasil ditulis dalam

bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkrip. Data yang dikumpulkan

terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan/implementasi, dan

evaluasi.

2. Mereduksi data.

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam

bentuk transkrip. Data yang terkumpul kemudian dibuat koding yang dibuat oleh peneliti

dan mempunyai arti tertentu sesuai dengan topik penelitian yang diterapkan. Data obyektif

dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan daiagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian data.

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif.

Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden.

(56)

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil hasil

penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan

dilakukan dengan metode induksi.

3.7 Etik Penelitian

Beberapa prinsip etik yang perlu diperhatikan dalam penelitian antara lain:

4. Informed Consent (persetujuan menjadi responden), dimana subjek harus mendapatkan

informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai

hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responsden. Pada informed consent

juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk

pengembangan ilmu.

5. Anonimity (tanpa nama), dimana subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang

diberikan harus dirahasiakan.Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari responden atau tanpa nama (anonymity)

6. Confidentiality (Rahasia), kerahasiaan yang diberikan kepada respoden dijamin oleh

peneliti (Nursalam, 2014).

4. Perfusi jaringan perifer adalah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko

mengalami suatu penurunan dalam nutrisi dan pernafasan pada tingkat seluler perifer suatu

penurunan dalam suplai darah kapiler.

3.3 Partisipan

Partisipan adalah sejumlah orang yang turut berperan serta dalam suatu kegiatan,

keikutsertaan dan peran serta. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 klien:

9. 2 klien yang mengalami diabetes melitus tipe 2

(57)

11.2 klien yang dirawat baru di ruang melati RSUD Bangil Pasuruan

12.2 klien dan keluarga yang bersedia untuk dilakukan penelitian studi kasus

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang Melati RSUD Bangil yang beralamat di jl.Raya Raci

Bangil Pasuruan

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan februari 2018

3.5 Pengumpulan data

Agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian

ini, sangatlah diperlukan teknik mengumpulkan data. Adapun teknik tersebut

adalah :

1. Wawancara adalah percakapan yang bertujuan, biasanya anatara dua orang yang diarahkan

oleh seorang dengan maksud memperoleh keterangan. Dalam studi kasus ini, peneliti

menggunakan 2 jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara langsung dengan klien)

dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga klien).

2. Observasi dan Pemeriksaan fisik

Observasi merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari

adanya rangsangan. Pengamatan dapat dilakukan dengan seluruh alat indera, tidak terbatas

hanya pada apa yang dilihat (Saryono, 2013 dalam Muhklis 2016). Alasan peneliti

melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistis perilaku atau kejadian,

untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia dan untuk evaluasi

(58)

terhadap pengukuran tersebut. Pemeriksaan fisik pada studi kasus ini menggunakan

pendekatan haad to toe pada sistem tubuh klien.

3. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi adalah kegiatan mencari data atau variabel dari sumber berupa catatan,

transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Yang

diamati dalam studi dokumentasi adalah benda mati (Suryono, 2013 dalam Muhklis 2016).

Dalam studi kasus ini menggunakan studi dokumentasi berupa catatan hasil data rekam

medis, revie literatur dan pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan.

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau informasi yang diperoleh

dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping integritas

peneliti (karena peneliti menjadi instrumen utama), uji keabsahan data dilakukan dengan:

1. Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan; dalam studi kasus ini waktu yang di tentukan

adalah 3 hari, akan tetapi jika belum mencapai validitas yang diinginkan maka waktu untuk

mendapatkan data studi kasus diperpanjang satu hari. Sehingga yang diperlukan adalah 4

hari dalam studi kasus ini.

2. Metode triangulasi merupakan metode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan

menganalisis data dengan memanfaatkan pihak lain untuk memperjelas data atau informasi

yang telah diperoleh dari responden, adapaun pihak lain dalam studi kasus ini adalah

keluarga klien, perawat dan perawat yang pernah mengatasi masalah yang sama dengan

(59)

3.9Analisa Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai

dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta,

selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini

pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari

penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk

menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh

peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan

oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi

dalam intervensi tersebut (Tri, 2015 dalam Muhklis). Urutan dalam analisis adalah:

1. Pengumpulan data.

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen). Hasil ditulis dalam

bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkrip. Data yang dikumpulkan

terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan/implementasi, dan

evaluasi.

2. Mereduksi data.

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam

bentuk transkrip. Data yang terkumpul kemudian dibuat koding yang dibuat oleh peneliti

dan mempunyai arti tertentu sesuai dengan topik penelitian yang diterapkan. Data obyektif

dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan daiagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian data.

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif.

(60)

4. Kesimpulan.

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil hasil

penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan

dilakukan dengan metode induksi.

3.7 Etik Penelitian

Beberapa prinsip etik yang perlu diperhatikan dalam penelitian antara lain:

7. Informed Consent (persetujuan menjadi responden), dimana subjek harus mendapatkan

informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai

hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responsden. Pada informed consent

juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk

pengembangan ilmu.

8. Anonimity (tanpa nama), dimana subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang

diberikan harus dirahasiakan.Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari responden atau tanpa nama (anonymity)

9. Confidentiality (Rahasia), kerahasiaan yang diberikan kepada respoden dijamin oleh

(61)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi Pengumpulan Data

Pengkajian dilakukan di RSUD Bangil Jl. Raya Raci Masangan No.9 Bangil Ruang

Bangsal Melati G1 ,dengan kapasitas 16 kamar tidur dengan klien 14 yang opname

disertai ruangan dan ventilasi yang bersih

4.1.2 Pengkajian

1. Identitas klien

Tabel 4.1 Identitas Klien dengan Diabetes Mellitus di Ruang Melati RSUD Bangil

Pasuruan, 2018 Tanggal Pengkajian Jam Masuk Jl. Pejaten 001/007

Ds. Tampung Kec. Rembang Kab. Pasuruan

Ibu rumah tangga Sudah menikah

(62)

Gambar

Tabel 4.1 Identitas Klien dengan Diabetes Mellitus di Ruang Melati RSUD Bangil
Tabel 4.2 Riwayat  penyakit klien dengan Diabetes Mellitus di Ruang Melati RSUD
Table 4.3 Perubuhan Pola kesehatan(pendekatan Gordon /pendekatan sistem) dengan

Referensi

Dokumen terkait

Pada relevansi antara konsep ijma Imam syafi’i dengan perkembangan hukum islam dimana kita ketahui bersama dapat berubah mengikuti perubahna masyarakat yang semakin kristis

Oleh karena itu penulis diwajibkan untuk melaksanakan program Kuliah Kerja Media yang diadakan oleh Diploma III Komunikasi Terapan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Berlatih senam hamil yoga pada masa ini merupakan salah satu solusi self help yang menunjang proses kehamilan, kelahiran dan bahkan pengasuhan anak yang

Hasil penelitian menunjukkan proses penanganan pada anak autis yang mengalami tantrum menggunakan teknik peyisihan sesaat ( Time-out ) diantaranya adalah (1) Guru atau

Metode survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi

dari pendidik maka para peserta didik sudah bisa menghadapinya karena pengaruh. dari bagaimana peserta didik mengatur dirinya dalam memproses

Karyawan akan mengalami stress jika tuntutan yag didapatkan oleh mereka tidak sebanding dengan hasil yang mereka dapat nantinya atau tuntutan pekerjaan tidak sesuai

Di antara fungsi dari masjid adalah sebagai tempat untuk ibadah bagi umat Islam, selain sebagai tempat ibadah, masjid juga sangat berperan penting bagi proses pembinaan keagamaan