i
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN MASALAHKETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN
PERIFER DI RUANG MELATI RSUD BANGIL
OLEH :
ERLINA RISMAWATI NIM 151210011
PROGRAM STUDI DIPLOMA 111 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
i
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN MASALAHKETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN
PERIFER DI RUANG MELATI RSUD BANGIL
OLEH :
ERLINA RISMAWATI NIM 151210011
PROGRAM STUDI DIPLOMA 111 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
ii
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN MASALAHKETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN PERIFER
DI RUANG MELATI RSUD BANGIL
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep) Pada Program Studi Diploma III Keperawatan
SekolahTinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
OLEH :
ERLINA RISMAWATI NIM 151210011
PROGRAM STUDI DIPLOMA 111 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulisdilahirkan di Bojonegogo, 10 Januari 1996 dari Ayah yang bernama Nyariman dan
ibu bernama Parni. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
Tahun 2003penulis lulus dari TK Dharma WanitaSetren, Ngasem-Bojonegoro, tahun 2009
penulis lulus dari SD Negeri Setren, Ngasem- Bojonegoro. tahun 2012 penulis lulus dari SMP
Negeri Ngambon- Bojonegoro dan tahun2015 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Padangan-
Bojonegoro, tahun 2015 penulis lulus seleksi masuk STIKes ”Insan Cendekia Medika” Jombang
melalui jalur mandiri. Penulis memilih program Studi Diploma III Keperawatan dari lima pilihan
program studi yang ada di STIKes “ICME” Jombang.
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jombang, Februari 2018
ix
MOTTO
“Kesalahan akan membuat orang belajar dan menjadi lebih baik.”
PERSEMBAHAN
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT, atas karunia serta
kemudahan yang engkau berikan akhirnya KaryaTulis Ilmiah yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam selalu terlimpahkan kehadiran Rasulullah Muhammad SAW. Dengan segenap hati dan setulus jiwa, kupersembah kanKaryaTulis Ilmiah ini teruntuk :
1. Untuk ayahanda (Nyariman) dan ibunda (Parni) terima kasih atas dukungan, pengorbanan dan do’a yang diberikan.
2. Untuk kakakku (Darminto dan Anis) terima kasih atas bantuan dan dukungan yang di berikan kepadaku
3. Untuk kekasihku (Saifuddin zuhri) terima kasih yang telah memberikanku semangat kasih sayangnya dan pengorbanannya selama ini.
4. Untuk segenap dosenku yang dengan sabar membimbing dan mendukungku khususnya selaku pembimbing pertama dan pembimbing kedua Trima kasih
5. Untuk teman-temanku di STIKes ICMe yang selalu membantu dalam penyusunan KTI ini.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-NYA sehingga Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul "Asuhan keperawatan pada klien diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan perfusijaringan perifer diruang Melati RSUD Bangil Pasuruan” ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang
terhormat :Ketua STIKES ICME Jombang, Kaprodi D III Keperawatan STIKES ICME Jombang, Pembimbing utama yang telah banyak memberi pengarahan, motivasi dan masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini pembimbing Dua yang telah banyak memberimotivasi dan pengarahan dan ketelitian dalam penyusunan proposal ini. Kepada kedua orang tua dan keluarga saya yang selalu memberido'a dan semangat tiada henti dalam penyusunan proposal. Teman-teman yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan saran dan dorongan sehingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharap saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhirnya, mudah – mudahan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin Jombang, Februari 2018
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN JUDUL DALAM ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iv
LEMBAR PENGESAHAN ... v
RIWAYAT HIDUP ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xiii
ABSTRAK... ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar belakang ... 1
1.2BatasanMasalah ... 3
1.3Rumusan Masalah ... 3
1.4Tujuan ... 3
1.5Manfaat ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1KonsepDiabetes Melitus (DM) ... 6
2.1.1 Definisi ... …….6
2.1.2 Etiologi ... ……..7
2.1.3 Klasifikasi ... ……..8
2.1.4 Manifestasi Klinis ... ……..9
2.1.5 Patofisiologi ... …….10
2.1.6 WOC ... …….13
2.1.7 Komplikasi ... …….14
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang ... …….15
xii
2.2KonsepKetidakefektifanperfusijaringanperifer ... 19
2.3KonsepAsuhanKeperawatan ... 21
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desainpenelitian... ... 31
3.2 BatasanIstilah...31
3.3 Partisiapan ... 32
3.4 LokasidanWaktuPenelitian ... 32
3.5 Pengumpulan Data ... 33
3.6 UjiKeabsahan Data ... 34
3.7 Analisa Data ... 35
3.8 EtikaPenelitian ... 36
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN………..…37
4.1 Hasil ... …….37
4.2 Pembahasan……….……54
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN………..55
5.1 Kesimpulan………..56
5.2 Saran………...57
xiii
DAFTAR TABEL
No Tabel DaftarTabel Hal
2.3.5 Intervensi Keperawatan Nanda nic noc 28
4.1.2 Pengkajian 37 4.1 Indentitas Klien 37
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan Pelaksana Laporan kasus Lampiran 2 : Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4 : Lembar Format Pengkajian
xv
DAFTAR SINGKATAN
HHNK : Hiperglikemik Hyperosmolar Non Ketosis
KTI : Karya Tulis Ilmiah
DM : Diabetes Melitus
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
IDDM : Insulin Dependent Diabetes
NIDDM : Non Insulin Dependent Diabetes
BAK : Buang Air Kecil
BAB : Buang Air Besar
TB :Tinggi Badan
BB : Berat Badan
NOC : Nursing Outcomes Classification
xvi
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI DIABETES MELITUS DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN
PERIFER DI RUANG MELATI DI RSUD BANGIL
Oleh: Erlina Rismawati
Penyakit diabetes melitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih dihadapi di Indonesia hingga saat ini, diabetes melitus adalah suatu kelompok petabolik yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya dan apabila insulin tidak bisa disekresikan akan mengakibatkan diuresis osmotic yang ditandai dengan berkemih secara berlebihan sehingga menimbulkan rasa haus sehingga menyebabkan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer. Tujuan penelititi ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang menglami diabetes melitus dengan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer di ruang melati RSUD Bangil pasuruan.
Peneliti ini menggunakan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus subjek penelitian adalah 2 klien dengan diabetes melitus diruang melati RSUD Bangil teknik pengumpulan data dideskriptifkan secara naratif dan dilakukan dengan tekhnik wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan dahulu), observasi atau pemeriksaan fisik.
Hasil studi kasus pada klien Tn. H dan Ny. N dengan penderita diabetes melitus, didapatkan satu diagnosa yang prioritas yang yakni ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan menurunnya aliran darah ke daerah luka akibat adanya obstruksi pembuluh darah. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari didapatkan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer membaik keadaan turgor kulit membaik dan gula darah dalam batas normal dengan pemantauan secara rutin.
Kesimpulan dari kasus keluarga Tn. H dan Ny. N dengan penderita diabetes melitus adalah masalah teratasi sesuai dengan harapan. Saran dari studi kasus ini yaitu menjaga pola hidup dengan mengkonsumsi makanan yang rendah gula dan berolahraga secara teratur agar tidak mengalami diabetes melitus lagi.
xvii ABSTRACT
NURSING CARE IN CLIENTS WHO EXPERIENCE DIABETES MELITUS WHITHS PERIPHERAL TISSUE PERFUSION INEFFECTIVENESS
IN MELATI RSUD BANGIL
Oleh: Erlina Rismawati
Diabetes melitus is one of the health problems that are stillencountered in indonesia until now. Diabetes melitus is a group of metabolic diseases that occur due to abnormalities of insulin secretion, insulin disruption or both, and if insulin can not be excreted will result in thirst cousing a lack of fluid volume. The purpose of this study is to carry out nursing care on clients who experienced. Diabetes melitus whit peripheral tissue perfusion ineffectiveness in bangsal jasmine room bangil Pasuruan.
This research uses descriptive method in the form of case study. Research subjects were two patients with diabetes melitus in bangsal ward room of bangil hospital. Data collection techniques are narrative described and conducted with interview techniques (anamnesis resulth containing the client`s identity, major complaints, past and present disease history), observation or physical examination.
Resulth of case study to client`s of Mr. H and Mrs. N with diabetes melitus sufferers, one diagnosis of priority is the lack of fluid peripheral tissue perfusion ineffectiveness. After nursing care done for 3 days found that the fluid has been balanced skin turgor conditions improved and blood sugar within normal limits with regular monitoring.
The conclusion of the family case Mr. H and Mrs. N with diabetes melitus is a problem resolved in accordance with expectations from this case study are keeping the lifestyle by consuming foods that are low in sugar and exercising regularly so as not to experience diabetes melitus again.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang di tandai dengan hiperglikemi
yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak yang di sebabkan
oleh penurunan sekresi insulin dan penurunan sensitivitas insulin atau keduannya
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati (Huda, 2015).
Proses hiperglikemi dari proses penyakit diabetes melitus mengakibatkan produksi insulin
menurun sampai menimbulkan manifestasi klinis. Salah satu masalah tersebut adalah
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer merupakan masalah utama yang muncul pada pasien
diabetes melitus.
Penyakit ini paling sering dijumpai dan prevalensi setiap tahunnya mengalami peningkatan
di seluruh dunia (Hartono, 2013). Berdasarkan data terbaru tahun 2015 yang di tunjukkan oleh
Perkumpulan Endokronologi (PERKENI) menyatakan bahwa jumlah penderita diabetes
melitus di Indonesia telah mencapai 9,1 juta orang dan menempati peringkat kelima teratas
diantara Negara - negara dengan jumlah penderita diabetes melitus terbanyak di dunia, World
Health Organizatiton memperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes melitus akan
meningkat menjadi sekitar 21,3 juta orang (PERKENI, 2015). Kasus diabetes melitus
terbanyak yang di temui di Indonesia adalah diabetes melitus, bahkan dalam jangka waktu
keturunan, obesitas, makan secara berlebihan, kurang olahraga, serta perubahan gaya hidup
(Kusnanto, 2013).
Faktor penyebab seseorang penderita penyakit Diabetes Melitus yaitu aktivitas fisik yang
rendah. Salah satu contohnya berlama-lama duduk dan bermalas - malasan. Seseorang yang
seperti itu dapat menjadikan kadar insulin tidak terkontro. Dan aktivitas fisik secara langsung
berhubungan dengan kecepatan pemulihan kadar insulin. Saat aktivitas fisik, otot
menggunakan insulin yang disimpan sehingga insulin yang tersimpan akan berkurang.
(Barnes 2012). Selain itu penderita menganggap bahwa penyakit Diabetes Melitus bukan
termasuk masalah yang serius, sehingga penderita tidak mempunyai keinginan untuk
melaksanakan program diet diabetes melitus, hal ini menyebabkan peningkatan jumlah
penderita Diabetes Melitus (Smeltzer, 2013).
Dampak yang timbul akibat penanganan diabetes melitus yang tidak tepat adalah
ketoasidosis diabetik dan sindrom hiperglikemik hyperosmolar non ketosis (HHNK).
Hiperglikemia jangka panjang dapat menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskuler kronis
(penyakit ginjal dan mata) serta komplikasi neoropatik. Diabetes juga berkaitan dengan suatu
peningkatan kejadian makrovaskuler, termasuk infark miokard,stroke dan penakit vascular
perifer (Baughman, 2000).
Oleh karena itu pencegahan penyakit diabetes melitus yang sangat penting yaitu melalui
pengobatan diabetes mellitus untuk menormalkan kadar glukosa darah. Penatalaksanaan ini
di capai dengan melalui berbagai cara yaitu : diet , latihan , pemantauan , terapi dan
Melihat fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan Asuhan
keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus di ruang melati RSUD Bangil.
Upaya yang dapat dilakukan pada pasien dengan diabetes melitus adalah dengan menjaga
sirkulasi darah ke perifer terutama pada pasien dengan masalah perfusi jaringan perifer tidak
efektik. Meningkatkan jumlah insulin yang disekresikan dengan cara mengubah pola makan.
oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyakit perfusi jaringan
perifer tidak efektif khususnya diabetes melitus dalam sebuah Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang
berjudul asuhan keperawatan pada klien diabetes melitus dengan masalah ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer diruang melati RSUD Bangil.
1.2Batasan masalah
Asuhan keperawatan pada klien penyakit diabetes melitus (DM) dengan masalah
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer diruang Melati RSUD Bangil Pasuruan
1.3Rumusan masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien penyakit diabetes melitus (DM) dengan
masalah perfusi jaringan perifer tidak efektif diruang Melati RSUD Bangil Pasuruan?
1.4Tujuan
1.4.1 Tujuan umum
Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien penyakit diabetes melitus (DM) dengan
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
1.4.2 Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien penyakit diabetes melitus dengan
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien penyakit diabetes melitus dengan
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer diruang Melati RSUD Bangil Pasuruan
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien penyakit diabetes melitus dengan
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer diruang Melati RSUD Bangil Pasuruan
4. Melakukan tindakan keperawatan pada klien penyakit diabetes melitus dengan
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer diruang Melati RSUD Bangil Pasuruan
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien penyakit diabetes melitus dengan
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer diruang Melati RSUD Bangil Pasuruan
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat teoritis
Manfaat teoritis studi kasus ini adalah untuk pengembangan ilmu keperawatan Asuhan
keperawatan pada klien penyakit diabetes melitus dengan masalah ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
1.5.2 Manfaat praktis
a. Bagi klien dan keluarga
Untuk menambah pengetahuan bagi klien dan keluarga sehingga mampu
melakukan tindakan yang sesuai dengan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer
b. Bagi rumah sakit
Dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit terutama pada kasus penyakit
diabetes melitus. Sehingga intervensi yang dilakukan dalam kondisi kebutuhan
pasien penyakit diabetes melitus dengan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dan akan melakukan penelitian yang
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Diabetes Melitus
2.1.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah gangguan yang ditandai oleh hiperglikemia. yang
memengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Yang terjadi akibat sekresi
insulin atau kerja insulin (Wiliam & Wilkins, 2012). Diabetes melitus adalah gangguan
kesehatan dengan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh peningkatan
kadar gula dalam darah akibat kekurangan insulin ataupun resistensi insulin dan
gangguan metabolik. Penyakit diabetes akan menimbulkan komplikasi baik yang akut
maupun yang kronis atau menahun apabila tidak dikendalikan dengan baik (Isniati,
2007).
Diabetes melitus adalah penyakit yang disebabkan oleh gagalnya penguraian zat
gula didalam tubuh (darah) pada tubuh normal, zat gula yang diurai menjadi glukosa
dan oleh hormon insulin yang diproduksi sel beta pankreas. Glukosa dan glikogen ini
yang kemudian oleh tubuh melalui proses metabolisme atau pembakaran diubah
menjadi energi (Hartini, 2009). Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang
ditandai dengan hipergiklemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas isulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati.
2.1.2 Etiologi
Umumnya diabetes melitus disebabkn oleh rusaknya sebagian kecil atau besar dari
sel-sel beta dari pulau Langerhans pada pankreas yang menghasilkan insulin, akibatnya
terjadi kekurangan insulin. Disamping itu ada beberapa faktor lain penyebab penyakit
diabetes melitus, antara lain:
1. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori serta tidak diimbangi
dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai, yang dibutuhkan oleh tubuh
dapat memicu timbulnya diabetes melitus.
2. Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang untuk
terkena penyakit diabetes melitus.
3. Faktor genetik
Diabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab
diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes melitus,
pewaris gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicitnya walaupun kemungkinan
kecil terjadi.
4. Pola hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor prnyebab diabetes melitus, jika orang
malas berolahraga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes
melitus karena olahraga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan didalam
tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab
5. Kehamilan diabetes gestasional, akan hilang setelah melahirkan
6. Bahan - bahan kimia yang dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas yang berakibat fungsi pankrean menurun sehingga ada sekresi hormon – hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat
dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
7. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Infeksi mikro organisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang
pankreas yang berakibat fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi
hormone-hormone untuk proses metabolisme tubuh (Dr. Hasdiana.H.R., 2012)
2.1.3 Klasifikasi Diabetes melitus
a. Diabetes melitus tipe 1 : Insulin Dependent Diabetes (IDDM)
Diabetes melitus yang disebut juga insulin dependent yaitu tubuh tergantung pada
insulin karena tubuh tidak dapat menghasilkan insulin yang disebabkan oleh masalah
genetik, virus atau penyakit autoimun.
b. Diabetes melitus tipe 2 : Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)
Diabetes yang membutuhkan insulin sementara atau seterusnya yang disebabkan oleh
resistensi insulin, kekurangan insulin atau karena gangguan sekresi dan obesitas, usia
maupun riwayat keluarga. Resistdensi insulin adalah banyaknya jumlah insulin yang
tidak berfungsi karena terhambatnya produksi glukosa oleh hati.
c. Diabetes melitus tipe 3 : Gestasional/kehamilan
Diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan akan pulih setelah
melahirkan, dengan keterlibatan interleukin 6 dan protein reaktif C pada lintasan
2.1.4 Manifestasi klinis
Adanya penyakit diabetes melitus ini sering kali tidak di rasa kan dan di sadari oleh
penderita beberapa keluhan dan gejala yang perlu dapat perhatian adalah:
1. Gejala akut
a. Banyak kencing (poliuria)
Karna sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan sering
kencing dengan jumblah yang banyak terutama pada malam hari.
b.Banyak minum (polydipsia)
Rasa haus sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang melalui
kencing. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita banyak minum.
b. Banyak makan (polifgia)
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita diabetes melitus
ksrens pasien mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga timbul rasa
lapar.
c. Penurunan berat badan dan rasa lemah, mengantuk
2. Gejala kronis
a. Gangguan penglihatan, berupa pandangan yang kabur dan menyebabkan sering
ganti kaca mata
b. Gangguan saraf tepi berupa kesemutan, terutama pada malam hari sering terasa
sakit dan rasa kesemutan dikaki
c. Gatal-gatal dan bisul, gatal umumnya dirasakan pada daerah lipatan kulit
ketiak,payudara dan alat kelamin. Bisul dan luka lecet terkena sepatu atau jarum
d. Rasa tebal pada kulit, yang menyebabkan penderita lupa memakai sandal dan
sepatunya.
e. Gangguan fungsi seksual dapat berupa gangguan ereksi, impoten yang
disebabkan gangguan pada saraf bukan karena gangguan pada kekurangan
hormone seks (testosterone) Keputihan. Pada penderita wanita, keputihan dan
gatal sering dirasakan, hal ini disebabkan daya tahan tubuh penderita menurun
(Suraoka.IP, 2012 : 54)
2.1.5 Patofisiologi Diabetes Melitus (Brunner & Suddarth, 2002)
Diabetes melitus terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena
sel-sel pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan
dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
Diabetes melitus Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin
dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di
dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes militus disertai dengan penurunan reaksi
pengambilan glukosa oleh jaringan.Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat
sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat
yang normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel-sel tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
diabetes melitus. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
diabetes melitus, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis diabetik
tidak terjadi pada diabetes melitus. Meskipun demikan, diabetes melitus yang tidak
terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat dan progresif, maka diabetes melitus dapat berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya
sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia,
luka pada kulit yang tidak sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur.
Diabetes Gestasional Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes
sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi
hormone-hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita
yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal.
2.1.6 WOC Diabetes Melitus
DM tipe 1 DM tipe 2
Sel pankreas jumlah sel pankreas
hancur menurun
defisinsi insulin
penurunan pemakaian
glukosa
hiperglikemia katabolisme protein liposis meningkat
meningkat
fleksibilitas darah penurunan BB
merah pembatasan diit
viskositas intek tidak adekuat resiko nutria kurang
darah naik
poliurea deficit volume cairan
Aliran darah
melambat
Ischemik jaringan
perfusi jaringan perifer tidak efektif
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi – komplikasi pada penyakit diabetes melitus da pat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Koma hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat tinggi biasanya terjadi
NIDDM.
b. Ketoasi atau keracunan zat keton sebagai hasil metabolisme lemak dan protein
terutama terjadi pada IDDM.
c. Koma hipoglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan atau tidak terkontrol.
2. Komplikasi kronis
Mikroangiopati (kerusakan pada saraf-saraf perifer) pada organ-organ yang
mempunyai pembuluh darah kecil sehingga pada :
a. Retinopati diabetic (kerusakan saraf retina dimata) sehingga menyebabkan
kebutaan.
b. Neuropati diabetika (kerusakan saraf-saraf perifer) mengakibatkan gangguan
sensori pada organ tubuh.
c. Nefropati diabetika (kelainan atau kerusakan pada ginjal) dapat menyebabkan
gagal ginjal.
3. Mikroangiopati
a. Kelainan pada jantung dan pembuluh darah seperti miokard infark maupun
gangguan fungsi jantung karena arterieskelosis
b. Penyakit vaskuler perifer
c. Gangguan system pembuluh drah otak atau stroke.
4. Gangguan diabetika karena adanya neuropati dan terjadi luka yang tidak
sembuh-sembuh.
5. Difungsi erektil diabetika
a. Hiperglikemia atau hipoglikemia.
b. Meningkatkan resiko infeksi.
c. Komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati.
d. Komplikasi makrovaskuler seperti penyakit jantung koroner, strok. (Tarwonto,
2012)
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan penyakit diabetes melitus,tanda dan gejala yang dialami pasien juga
penting adalah dilakukan test diagnostik diantaranya:
a. Pemeriksaan gula darah puasa atau Fasting Blood Sugar (FBS)
Tujuan : menentukan jumlah glukosa darah pada saat puasa.
Pembatas : tidak makan selama 12 jam sebelum test biasanya jam 08.00 pagi sampai
jam 20.00, minum boleh.
Prosedur :darah diambil dari vena dan kirim ke laboratorium.
Hasil :Normal : 80-120 mg/100ml serum
Abnormal :140 mg/100 ml atau lebih
b. Pemeriksaan gula darah posprandial
Tujuan : menentukan gula darah setelah makan
Pembatasan : tidak ada
Prosedur : pasien diberi makan kira – kira 100 gr karbohidrat,dua jam kemudian diambil darah venanya.
Hasil: norma: kurang dari 120 mg/100 ml serum
Abnormal : lebih dari 20 mg/100 ml atau lebih, indikasi diabetes melitus
Tujuan: menemukan toleransi terhadap respons pemberian glukosa.
Pembatasa: pasien tidak makan 12 jam sebelum test dan selama test, boleh minum
air putih, tidak merokok, ngopi atau minum the selama pemeriksaan
(untuk mengukur respon tubuh terhadap karbohidrat), sedikit
aktivitas, dan setres (keadaan banyak aktivitas, dan setres
menstimulasi epinerpine dan kortisol dan berpengaruh terhadap
peningkatan gula darah melalui peningkatan glukoneogenesis).
Prosedur : pasien diberi makan tinggi karbohidrat selama 3 hari sebelum test,
kemudian puasa selama 12 jam, ambil darah puasa selama dan urin
untuk pemeriksaan. Berikan 100 gr glukosa ditambah juice lemon
melalui mulut, periksa darah dan urine 1,2,3,4, dan 5 jam setelah
pemberian glukosa.
Hasil: normal puncaknya jam pertama setelah pemberian 140mg/dl dan kembali
normal 2 atau 3 jam kemudian.
Abnormal : peningkatan glukosa pada jam pertama tidak kembali
setelah 2 atau 3 jam, urine positive glukosa.
d. Pemeriksaan glukosa urine
Pemeriksaan ini kurang akurat karena hasil pemeriksaan ini banyak dipengaruhi oleh
berbagai hal misalnya karena obat-obatan seperti aspirin, vitamin C dan beberapa
antibiotic, adanya kelainan ginjal dan pada lansia dimana ambang ginjal meningkat
adanya glukosuria menunjukkan bahwa ambang terhadap glukosa terganggu.
Badan ketone merupakan produk sampingan proses pemecahan lemak, dan senyawa
ini akan menumpuk pada darah dan urine.jumlah keton yang besar pada urine akan
merubah pereaksi pada strip menjadi keunguan adanya ketonuria menunjukkan
adanya ketoasidosis.
f. Pemeriksaan kolestrol dan kadar serum trigleserida, dapat meningkat karena ketidak
adekuatan kontrol glikemik.
g. Pemeriksaan henoglobin glikat (HbAIe)
Pemeriksaan lain untuk memantau rata-rata kadar glukosa darah adalah glykosulated haemoglobin (HbAIc), test ini mengukur prosentasi glukosa yang melekat pada hemoglobin. Pemeriksaan ini menunjukkan kadar glukosa darah rata-rata selama 120 hari sebelumnya, sesuai dengan entrosit HbAIc digunakan utuk mengkaji kontrol glukosa jangka panjang sehingga dapat memprediksi resiko komplikasi resiko komplikasi hasil HbAIc tidak berubah karena pengaruh kebiasaan makan sehari sebelum test. Pemeriksaan HbAIc dilakukan untuk diagnostik dan pada interval tertentu untuk mengevaluasi penatalaksanaan diabetes melitus, direkomendasikan dilakukan 2 kali dalam setahun bagi pasien diabetes melitus. Kadar yang direkomendasikan oleh ADA adalah <7% (ADA, 2003 dalam black & Hawks, 2005, ignativicius & workman, 2006).
h. Kultur jaringan pada luka ganggren
i. Pemeriksaan organ lain yang mungkin terkait dengan komplikasi diabetes melitus seperti pemeriksaan mata, saraf, jantung dll (Tarwoto, 2013)
2.1.9 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pasien diabetes melitus adalah:
a. Menormalkan fungsi dari insulin dan menurunkan kadar glukosa darah.
b. Mencegah komplikasi vaskuler dan neuropati
Prinsip piñata laksanaan pasien diabetes melitus adalah mengontrol gula darah dalam
rentang normal. Untuk mengontrol gula darah ada lima faktor penting yang harus
diperhatikan yaitu:
a. Asupan makanan atau managemen diet.
b. Latihan fisik
c. Obat-obatan penurunan gula darah.
d. Monitoring gula darah
Terapi
1.Tablet OAD (Oral Antibiotik)
a. Sulfanilurea
b. Biguanida
2. Insulin (Tarwono, 2012)
2.2 Konsep Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
2.2.1 Definisi Perfusi jaringan perifer tidak efektif
Perfusi jaringan perifer adalah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko
mengalami suatu penurunan dalam nutrisi dan penafasan pada tingkat seluler perifer
suatu penurunan dalam suplai darah kapiler (Nurarif .A.H. & Kusuma. H, 2015
2.2.2 Fisiologi sistem
Berhubungan dengan perlemahan aliran darah (gangguan vaskuler) yaitu
anterioklerosit, hipertensi, aneurisma, trombosis arteri, thrombosis vena dalam, penyakit
vaskuler kolgen, arthritis rheumatoid, diabetes melitus, diskariasis darah (gangguan
a. Berhubungan dengan imobilisasi
b. Berhubungan adanya aliran invasive
c. Berhubungan dengan tekanan pada tempat/ konstriksi (balutan, stocking)
d. Berhubungan dengan trauma pembuluh darah
e. Situsional (personal, lingkungan)
f. Berhubungan dengan tekanan dari uterus yang membesar pada sirkulasi perifer
g. Berhubungan dengan tekanan dari abdomen yang membesar pada pelvik dan
sirkulasi perifer
2.2.2 Batasan Karakteristik
a. Bruit femoral
b. Edema
c. Indeks anke brakial <0,90
d. Kelambatan penyembuhan luka perifer
e. Klaudikasi intermiten
f. Nyeri ekstremitas
g. Parestesia
h. Pemendekan jarak bebas nyeri
Yang ditempuh dalam uji berjalan 6 menit
i. Pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan 6 menit (400- 700 m pada
orang dewasa)
j. Penurunan nadi perifer
k. Perubahan fungsi motorik
l. Perubahan karakteristik kulit (misalnya warna elastisitas, rambut, kelembapan, kuku,
m. Perubahan tekanan darah di ekstremitas
n. Tidak ada nadi perifer
o. Waktu pengisian kapiler >3 detik
p. Warna kulit pucat saat elevasi
q. Warna tidak kembali ke tungkai 1 menit setelah tungkai diturunkan
2.2.3 Faktor yang berhubungan
a. Diabetes melitus
b. Gaya hidup kurang gerak
c. Hipertensi
d. Kurang pengetahuan tentang faktor pemberat (misalnya.,merokok, gaya hidup
monoton, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas)
e. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit (misalnya., diabetes hiperlipidemia)
f. Merokok
2.2.4 Faktor Resiko
a. Asupan nutrium berlebihan
b. Diabetes melitus
c. Gaya hidup kurang gerak
d. Hipertensi
e. Urang pengetahuan tentang faktor pemberat (misalnya., merokok, gaya hidup kurang
gerak, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas)
f. Kurang pengetahuan tentang faktor resiko
g. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit
h. Merokok
i. Prosedur endovaskuler
2.3 Konsep Asuhan keperawatan
2.3.1 pengkajian
pengkajian tanggal: Jam :
MRS tanggal : No.RM:
Diagnose medis :
Identitas pasien Penanggung jawab biaya
Nama : Nama :
Usia : Alamat :
Jenis kelamin : Hub. keluarga :
Suku : No. telepon :
Agama : Alamat :
2.3.2 Keluhan utama
Saat MRS (alasan utama masuk rumah sakit )
Saat pengkajian (yang paling dikeluhkan pasien)
2.3.3 Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat sekarang berisi tentang perjalanan penyakit diabetes melitus (DM).
biasanya mengeluh kesemutan, menurunya berat badan, sering haus, dan nafsu
makan meningkat.
2.3.4 Riwayat kesehatan dahulu
Berapa lama klien menderita diabetes melitus, bagaimana penangananya, mendapat
terapi jenis insulin apa, bagaimana cara minum obatnya teratur apa tidak, apa saja
yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
2.3.5 Riwayat kesehatan keluarga
2.3.6 Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan, dan emosi yang dialami penderit
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita diabetes melitus.
2.3.7 Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi
Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya tentang
pengetahuan dan penatalaksanaan penderita diabetes melitus dengan
ketidakstabilan gula darah
2. Pola nutrisi
Penderita diabetes melitus sering mengeluh dengan mual, muntah, haus, dan
terjadi penurunan berat badan.
3. Pola eliminasi
Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan ataupun gangguan pada
kebiasaan BAB dan BAK.
4. Pola aktivitas/istirahat
Sering mengalami susah tidur, lemah, letih, tonus otot menurun.
5. Nilai dan keyakinan
Gambaran tentang penyakit diabetes melitus tentang penyakit yang dideritanya
menurut agama dan keprcayaan, kecemasan akan kesembuhan, tujuan dan
harapan akan sakitnya
2.3.8 Pemeriksaan fisik
b. Tanda-tanda vital
(Tekanan darah menurun, nafas sesak, nadi lemah dan cepat, suhu meningkat,
distress pernafasan sianosis)
c. TB/BB
Sesusi dengsn pertumbuhan dan perkembangan
d. Kepala
Kulit kepala:
Tujuan : untuk mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit untuk mengetahui adanya
lesi atau bekas luka.
Inspeksi : lihat ada atau tidak adanya lesi, warna kehitaman/ kecoklatan, edema,
dan distribusi kulit rambut.
Palpasi: diraba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur nya kasar atau
halus, akral dingin/ hangat.
e. Rambut
Tujuan: untuk mengetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut dan
untuk mengetahui mudah rontok dan kotor.
Inspeksi: distribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak, bercabang.
Palpasi: mudah rontok atau tidak, tekstur kasar atau halus.
f. Mata (Tidak ada yang spesifik)
Tujuan: untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata( medan penglihatan visus dan
otot- otot mata), dan juga untuk mengetahui adanya kelainan atau
Inspeksi: kelopak mata ada lubang atau tidak, reflek kedip baik atau tidak,
konjungtiva dan sclera merah atau konjungtivitis, iktirik/ indikasi
hiperbilirubin atau gangguan pada hepar, pupil isokor, miosis, atau
medriasis.
Palpasi: tekan secara ringan untuk mengetahui adanya TIO( tekanan intra okuler)
jika ada peningkatan akan teraba keras( pasien gloukoma/ kerusakan
dikus optikus) kaji adanya nyeri tekan.
g. Hidung
Tujuan: untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung dan mengetahui adanya
inflamasi aau sinusitis.
Inspeksi: apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah ada secret.
Palpasi: apakah ada nyeri tekan massa.
h. Mulut
Tujuan: untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut, dan untuk
mengetahui kebersihan mulut.
Inspeksi: amati bibir apa ada kelainan congenital (bibir sumbing), warna,
kesimetrisan, kelembaban pembengkakan, lesi, amati jumlah dan bentuk
gigi, berlubang, warna plak, kebersihan gigi.
Palpasi: pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan ada massa atau tumor,
pembekakan dan nyeri.
i. Telinga
Tujuan: untuk mengetahui kedalaman telinga luar, saluran telinga, gendang
telinga.
Inspeksi: daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran, bentuk, kebersihan lesi.
Palpasi: tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan kartilago.
j. Leher
Tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid
Tujuan: untuk menentukan struktur imtegritas leher, untuk mengetahui bentuk
dan organ yang berkaitan dan untuk memeriksa system limfatik.
Inspeksi: amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut, amati adanya
pembengkakan kelenjar tiroid, amati kesimetrisan leher dari depan
belakang dan samping.
Palpasi: letakkan tangan pada leher klien, suruh pasien menelan dan rasakan
adanya kelenjar tiroid.
k. Abdomen
Tujuanya: untk mengetahui bentuk dan gerakan perut, mendengarkan bunyi
peristaltic usus, dan mengetahui respon nyeri tekan pada organ
dalam abdomen.
Inspeksi: bentuk perut, warna kulit, adanya reaksi, adanya ketidak simetrisan
Palpasi: adanya respon nyeri tekan
Auskultasi: bising usus normal 10- 12x/menit
l. Muskulokoletal
Tujuan: untuk mengetahui mobilitas kekuatan otot dan gangguan- gangguan pada
Inspeksi: mengetahui ukuran dari adanya aerofildan hipertrofil, amati kekuatan
otot dengan member penahanan pada anggota gerak atas dan bawah
2.3.9 Diagnosa keperawatan yang muncul
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya /
menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh
darah.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
3. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
4. Ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang kurang.
2.3.10 Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan dan perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses
keperawatan dimana perawat menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan bagi
pasien yang ditentukan selama tahap intervensi keperawatan, dibuat prioritas dengan
kolaborasi klien dan keluarga, konsultasi tim ksehatan lain, telaah literature,
modifikasi asuhan keperawatan dan catat informasi yang relavan tentang kebutuhan
keperawatan kesehatan klien dan penatalaksanaan klinis (Muttaqin, 2008)
Table intervensi keperawatan Nanda NOC NIC 2015- 2017
No Diagnose keperawatan Tujuan dan criteria hasil Intervensi
Perfusi jaringan perifer tidak efektif
NOC
1. Ambulasi
2. Tanda- tanda vital
NIC
Definisi: penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan. Faktor- faktor yang berhubungan:
a. Diabetes melitus
b. Gaya hidup kurang
gerak
4. Odema dan luka tidak
bertambah parah
5. Tanda- tanda vital
dalam rentang normal (RR, Nadi, dan Suhu)
a. Beri pasien
pakaian yang tidak mengekang
b. Bantu pasien
untuk menggunakan alas kaki yang memfasilitasi
tentang faktor- faktor resiko
f. Monitor
tekanan darah, nadi, suhu, dan
h. Bantu pasien
untuk duduk di sisi tempat
pada ahli terapi fisik mengenai rencana ambulasi, sesuai kebutuhan
j. Bantu pasien
k. Intruksikan atau alat bantu berjalan denyut nadi dan pernapasan
e. Monitor warna
kulit, suhu dan kelembaban
f. Monitor
sianosis sentral dan perifer
g.Monitor nada
2.3.11 Implementasi keperawatan
Merupakan insiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai- mulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karen aitu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap dalam
tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Tahap 1 : Persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini perawat mengevaluasi hasil
identifikasikan pada tahap perencanaan.
2. Tahap 2 : Pelaksanaan
Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan dari perencanaan
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan
meliputi tindakan : independen, dependen, dan interpenden.
3. Tahap 3 : Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan
akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
2.3.12 Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang di sengaja dan terus – menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan
adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak
dan untuk melakukan pengkajian ulang (Lismidar, 1990 dalam Padila, 2012).
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus yang menjadi pokok
bahasan penelitian ini adalah digunakan untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan
pada klien diabetes melitus dengan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer di Ruang
Melati RSUD Bangil.
3.2 Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan dalam memahi judul penelitian, maka peneliti sangat
1. Asuhan keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi dalam
pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan respon unik individu
pada suatu kelompok dan perseorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik
aktual maupun potensial.
2. Klien adalah individu yang mencari atau menerima perawatan medis. Klin dalam studi
kasus ini adalah 2 klien dengan diagnosa medis dan masalah keperawatan yang sama.
3. Diabetes melitus merupakan penyakit menahun dan tidak dapat disembuhkan. Dan
merupakan salah satu gangguan metabolik kronik yang disebabkan oleh gaya hidup yang
tidak sehat yang ditandai dengan hiperglikemia. Penanganan diabetes melitus yang tidak
tepat
4. Perfusi jaringan perifer adalah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko
mengalami suatu penurunan dalam nutrisi dan pernafasan pada tingkat seluler perifer suatu
penurunan dalam suplai darah kapiler.
3.3 Partisipan
Partisipan adalah sejumlah orang yang turut berperan serta dalam suatu kegiatan,
keikutsertaan dan peran serta. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 klien:
1. 2 klien yang mengalami diabetes melitus tipe 2
2. 2 klien yang mengalami ketidakstabilan glukosa darah
3. 2 klien yang dirawat baru di ruang melati RSUD Bangil Pasuruan
4. 2 klien dan keluarga yang bersedia untuk dilakukan penelitian studi kasus
3.3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang Melati RSUD Bangil yang beralamat di jl.Raya Raci
Bangil Pasuruan
3.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan februari 2018
3.5 Pengumpulan data
Agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian
ini, sangatlah diperlukan teknik mengumpulkan data. Adapun teknik tersebut
adalah :
1. Wawancara adalah percakapan yang bertujuan, biasanya anatara dua orang yang diarahkan
oleh seorang dengan maksud memperoleh keterangan. Dalam studi kasus ini, peneliti
menggunakan 2 jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara langsung dengan klien)
dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga klien).
2. Observasi dan Pemeriksaan fisik
Observasi merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari
adanya rangsangan. Pengamatan dapat dilakukan dengan seluruh alat indera, tidak terbatas
hanya pada apa yang dilihat (Saryono, 2013 dalam Muhklis 2016). Alasan peneliti
melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistis perilaku atau kejadian,
untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia dan untuk evaluasi
yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu untuk melaksanakan umpan balik
terhadap pengukuran tersebut. Pemeriksaan fisik pada studi kasus ini menggunakan
pendekatan haad to toe pada sistem tubuh klien.
Studi dokumentasi adalah kegiatan mencari data atau variabel dari sumber berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Yang
diamati dalam studi dokumentasi adalah benda mati (Suryono, 2013 dalam Muhklis 2016).
Dalam studi kasus ini menggunakan studi dokumentasi berupa catatan hasil data rekam
medis, revie literatur dan pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan.
3.6 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau informasi yang diperoleh
dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping integritas
peneliti (karena peneliti menjadi instrumen utama), uji keabsahan data dilakukan dengan:
1. Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan; dalam studi kasus ini waktu yang di tentukan
adalah 3 hari, akan tetapi jika belum mencapai validitas yang diinginkan maka waktu untuk
mendapatkan data studi kasus diperpanjang satu hari. Sehingga yang diperlukan adalah 4
hari dalam studi kasus ini.
2. Metode triangulasi merupakan metode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan
menganalisis data dengan memanfaatkan pihak lain untuk memperjelas data atau informasi
yang telah diperoleh dari responden, adapaun pihak lain dalam studi kasus ini adalah
keluarga klien, perawat dan perawat yang pernah mengatasi masalah yang sama dengan
klien.
3.7Analisa Data
Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai
dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta,
selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini
penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh
peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan
oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi
dalam intervensi tersebut (Tri, 2015 dalam Muhklis). Urutan dalam analisis adalah:
1. Pengumpulan data.
Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen). Hasil ditulis dalam
bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkrip. Data yang dikumpulkan
terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan/implementasi, dan
evaluasi.
2. Mereduksi data.
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam
bentuk transkrip. Data yang terkumpul kemudian dibuat koding yang dibuat oleh peneliti
dan mempunyai arti tertentu sesuai dengan topik penelitian yang diterapkan. Data obyektif
dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan daiagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.
3. Penyajian data.
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif.
Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden.
4. Kesimpulan.
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil hasil
penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan
dilakukan dengan metode induksi.
Beberapa prinsip etik yang perlu diperhatikan dalam penelitian antara lain:
1. Informed Consent (persetujuan menjadi responden), dimana subjek harus mendapatkan
informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai
hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responsden. Pada informed consent
juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk
pengembangan ilmu.
2. Anonimity (tanpa nama), dimana subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang
diberikan harus dirahasiakan.Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan
mengaburkan identitas dari responden atau tanpa nama (anonymity)
3. Confidentiality (Rahasia), kerahasiaan yang diberikan kepada respoden dijamin oleh
peneliti (Nursalam, 2014).
4. Perfusi jaringan perifer adalah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko
mengalami suatu penurunan dalam nutrisi dan pernafasan pada tingkat seluler perifer suatu
penurunan dalam suplai darah kapiler.
3.3 Partisipan
Partisipan adalah sejumlah orang yang turut berperan serta dalam suatu kegiatan,
keikutsertaan dan peran serta. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 klien:
5. 2 klien yang mengalami diabetes melitus tipe 2
6. 2 klien yang mengalami ketidakstabilan glukosa darah
7. 2 klien yang dirawat baru di ruang melati RSUD Bangil Pasuruan
8. 2 klien dan keluarga yang bersedia untuk dilakukan penelitian studi kasus
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang Melati RSUD Bangil yang beralamat di jl.Raya Raci
Bangil Pasuruan
3.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan februari 2018
3.5 Pengumpulan data
Agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian
ini, sangatlah diperlukan teknik mengumpulkan data. Adapun teknik tersebut
adalah :
1. Wawancara adalah percakapan yang bertujuan, biasanya anatara dua orang yang diarahkan
oleh seorang dengan maksud memperoleh keterangan. Dalam studi kasus ini, peneliti
menggunakan 2 jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara langsung dengan klien)
dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga klien).
2. Observasi dan Pemeriksaan fisik
Observasi merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari
adanya rangsangan. Pengamatan dapat dilakukan dengan seluruh alat indera, tidak terbatas
hanya pada apa yang dilihat (Saryono, 2013 dalam Muhklis 2016). Alasan peneliti
melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistis perilaku atau kejadian,
untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia dan untuk evaluasi
yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu untuk melaksanakan umpan balik
terhadap pengukuran tersebut. Pemeriksaan fisik pada studi kasus ini menggunakan
pendekatan haad to toe pada sistem tubuh klien.
Studi dokumentasi adalah kegiatan mencari data atau variabel dari sumber berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Yang
diamati dalam studi dokumentasi adalah benda mati (Suryono, 2013 dalam Muhklis 2016).
Dalam studi kasus ini menggunakan studi dokumentasi berupa catatan hasil data rekam
medis, revie literatur dan pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan.
3.6 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau informasi yang diperoleh
dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping integritas
peneliti (karena peneliti menjadi instrumen utama), uji keabsahan data dilakukan dengan:
1. Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan; dalam studi kasus ini waktu yang di tentukan
adalah 3 hari, akan tetapi jika belum mencapai validitas yang diinginkan maka waktu untuk
mendapatkan data studi kasus diperpanjang satu hari. Sehingga yang diperlukan adalah 4
hari dalam studi kasus ini.
2. Metode triangulasi merupakan metode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan
menganalisis data dengan memanfaatkan pihak lain untuk memperjelas data atau informasi
yang telah diperoleh dari responden, adapaun pihak lain dalam studi kasus ini adalah
keluarga klien, perawat dan perawat yang pernah mengatasi masalah yang sama dengan
klien.
3.8Analisa Data
Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai
selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini
pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari
penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh
peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan
oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi
dalam intervensi tersebut (Tri, 2015 dalam Muhklis). Urutan dalam analisis adalah:
1. Pengumpulan data.
Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen). Hasil ditulis dalam
bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkrip. Data yang dikumpulkan
terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan/implementasi, dan
evaluasi.
2. Mereduksi data.
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam
bentuk transkrip. Data yang terkumpul kemudian dibuat koding yang dibuat oleh peneliti
dan mempunyai arti tertentu sesuai dengan topik penelitian yang diterapkan. Data obyektif
dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan daiagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.
3. Penyajian data.
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif.
Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden.
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil hasil
penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan
dilakukan dengan metode induksi.
3.7 Etik Penelitian
Beberapa prinsip etik yang perlu diperhatikan dalam penelitian antara lain:
4. Informed Consent (persetujuan menjadi responden), dimana subjek harus mendapatkan
informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai
hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responsden. Pada informed consent
juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk
pengembangan ilmu.
5. Anonimity (tanpa nama), dimana subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang
diberikan harus dirahasiakan.Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan
mengaburkan identitas dari responden atau tanpa nama (anonymity)
6. Confidentiality (Rahasia), kerahasiaan yang diberikan kepada respoden dijamin oleh
peneliti (Nursalam, 2014).
4. Perfusi jaringan perifer adalah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko
mengalami suatu penurunan dalam nutrisi dan pernafasan pada tingkat seluler perifer suatu
penurunan dalam suplai darah kapiler.
3.3 Partisipan
Partisipan adalah sejumlah orang yang turut berperan serta dalam suatu kegiatan,
keikutsertaan dan peran serta. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 klien:
9. 2 klien yang mengalami diabetes melitus tipe 2
11.2 klien yang dirawat baru di ruang melati RSUD Bangil Pasuruan
12.2 klien dan keluarga yang bersedia untuk dilakukan penelitian studi kasus
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang Melati RSUD Bangil yang beralamat di jl.Raya Raci
Bangil Pasuruan
3.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan februari 2018
3.5 Pengumpulan data
Agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian
ini, sangatlah diperlukan teknik mengumpulkan data. Adapun teknik tersebut
adalah :
1. Wawancara adalah percakapan yang bertujuan, biasanya anatara dua orang yang diarahkan
oleh seorang dengan maksud memperoleh keterangan. Dalam studi kasus ini, peneliti
menggunakan 2 jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara langsung dengan klien)
dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga klien).
2. Observasi dan Pemeriksaan fisik
Observasi merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari
adanya rangsangan. Pengamatan dapat dilakukan dengan seluruh alat indera, tidak terbatas
hanya pada apa yang dilihat (Saryono, 2013 dalam Muhklis 2016). Alasan peneliti
melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistis perilaku atau kejadian,
untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia dan untuk evaluasi
terhadap pengukuran tersebut. Pemeriksaan fisik pada studi kasus ini menggunakan
pendekatan haad to toe pada sistem tubuh klien.
3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah kegiatan mencari data atau variabel dari sumber berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Yang
diamati dalam studi dokumentasi adalah benda mati (Suryono, 2013 dalam Muhklis 2016).
Dalam studi kasus ini menggunakan studi dokumentasi berupa catatan hasil data rekam
medis, revie literatur dan pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan.
3.6 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau informasi yang diperoleh
dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping integritas
peneliti (karena peneliti menjadi instrumen utama), uji keabsahan data dilakukan dengan:
1. Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan; dalam studi kasus ini waktu yang di tentukan
adalah 3 hari, akan tetapi jika belum mencapai validitas yang diinginkan maka waktu untuk
mendapatkan data studi kasus diperpanjang satu hari. Sehingga yang diperlukan adalah 4
hari dalam studi kasus ini.
2. Metode triangulasi merupakan metode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan
menganalisis data dengan memanfaatkan pihak lain untuk memperjelas data atau informasi
yang telah diperoleh dari responden, adapaun pihak lain dalam studi kasus ini adalah
keluarga klien, perawat dan perawat yang pernah mengatasi masalah yang sama dengan
3.9Analisa Data
Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai
dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta,
selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini
pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari
penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh
peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan
oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi
dalam intervensi tersebut (Tri, 2015 dalam Muhklis). Urutan dalam analisis adalah:
1. Pengumpulan data.
Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen). Hasil ditulis dalam
bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkrip. Data yang dikumpulkan
terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan/implementasi, dan
evaluasi.
2. Mereduksi data.
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam
bentuk transkrip. Data yang terkumpul kemudian dibuat koding yang dibuat oleh peneliti
dan mempunyai arti tertentu sesuai dengan topik penelitian yang diterapkan. Data obyektif
dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan daiagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.
3. Penyajian data.
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif.
4. Kesimpulan.
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil hasil
penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan
dilakukan dengan metode induksi.
3.7 Etik Penelitian
Beberapa prinsip etik yang perlu diperhatikan dalam penelitian antara lain:
7. Informed Consent (persetujuan menjadi responden), dimana subjek harus mendapatkan
informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai
hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responsden. Pada informed consent
juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk
pengembangan ilmu.
8. Anonimity (tanpa nama), dimana subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang
diberikan harus dirahasiakan.Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan
mengaburkan identitas dari responden atau tanpa nama (anonymity)
9. Confidentiality (Rahasia), kerahasiaan yang diberikan kepada respoden dijamin oleh
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengumpulan Data
Pengkajian dilakukan di RSUD Bangil Jl. Raya Raci Masangan No.9 Bangil Ruang
Bangsal Melati G1 ,dengan kapasitas 16 kamar tidur dengan klien 14 yang opname
disertai ruangan dan ventilasi yang bersih
4.1.2 Pengkajian
1. Identitas klien
Tabel 4.1 Identitas Klien dengan Diabetes Mellitus di Ruang Melati RSUD Bangil
Pasuruan, 2018 Tanggal Pengkajian Jam Masuk Jl. Pejaten 001/007
Ds. Tampung Kec. Rembang Kab. Pasuruan
Ibu rumah tangga Sudah menikah