• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAFSIR SURAT AL- ASHR ( PERBANDINGAN ANTARA TAFSIR JALALAIN DAN TAFSIR AL- MISHBAH ) Skripsi Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TAFSIR SURAT AL- ASHR ( PERBANDINGAN ANTARA TAFSIR JALALAIN DAN TAFSIR AL- MISHBAH ) Skripsi Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

i

TAFSIR SURAT AL- ASHR

( PERBANDINGAN ANTARA TAFSIR JALALAIN

DAN TAFSIR AL- MISHBAH )

Skripsi

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir

Oleh:

Mahfudz Fauzi

NIM. 215-13-013

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

(FUADAH)

JURUSAN ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR (IAT)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)
(3)
(4)
(5)

v

HALAMAN MOTTO

إً ْسُْي ِ ْسُْعْلإ َعَم َّن

إ

ِ

Sesungguhnya bersama

kesulitan terdapat

kemudahan.

(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk ;

***

Isteri dan Anak-Anakku

***

Teman-teman Jurusan Ilmu Al-

Qur‟an dan Tafsir IAIN Salatiga

Angkatan 2013

***

(7)

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini

berpedoman padaSurat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan

0543b/U/1987.

A. Konsonan Tunggal

Huruf

Arab Nama Huruf Latin Nama

ا

Alif tidak

dilambangkan tidak dilambangkan

ب

ba‟ B be

ت

ta‟ T te

ث

ṡa ṡ es (dengan titik di atas)

ج

Jim J je

ح

ḥa‟ ḥ ha (dengan titik di bawah(

خ

kha‟ Kh ka dan ha

د

Dal D de

ذ

Żal Ż zet (dengan titik di atas)

(8)

viii

ز

Zal Z zet

س

Sin S es

ش

Syin Sy es dan ye

ص

ṣad ṣ es (dengan titik di

bawah)

ض

ḍad ḍ de (dengan titik di

bawah)

ط

ṭa‟ ṭ te (dengan titik di bawah)

ظ

ẓa‟ ẓ zet (dengan titik di

bawah)

ع

„ain „ koma terbalik (di atas)

غ

Gain G ge

ف

fa‟ F ef

ق

Qaf Q qi

ك

Kaf K ka

ل

Lam L el

(9)

ix

ن

Nun N en

و

Wawu W we

ه

ha‟ H ha

ء

Hamzah ` apostrof

ي

ya‟ Y ye

B. Konsonan Rangkap Tunggal karena Syaddah Ditulis Rangkap

ةددعتم

Ditulis Muta‟addidah

ةدع

Ditulis „iddah

C. Ta’ Marbuṭah di akhir kata ditulis h

a. Bila dimatikan ditulis h

ةمكح

Ditulis Ḥikmah

ةيزج

Ditulis Jizyah

(ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam

bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki

lafal aslinya)

b. Bila diikuti kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis h.

(10)

x

c. Bila Ta‟ Marbuṭah hidup dengan harakat, fatḥah, kasrah, atau ḍammah

ditulis t.

ةرطفلا ةاكز

Ditulis Zakat al-fiṭrah

D. Vokal Pendek

_َ__

Fatḥah Ditulis A

_ِ__

Kasrah Ditulis I

_ُ__

Ḍammah Ditulis U

E. Vokal Panjang

Fatḥah bertemu Alif

ةيلهاج

Ditulis Ā

Jahiliyyah

Fatḥah bertemu Alif Layyinah

ىسنت

Ditulis Ā

Tansa

Kasrah bertemu ya‟ mati

يمرك

Ditulis Ī

Karīm

Ḍammah bertemu wawu mati

ضورف

Ditulis Ū

Furūḍ

(11)

xi Fatḥah bertemuYa‟ Mati

مكنيب

Ditulis

Ai Bainakum

Fatḥah bertemu Wawu Mati

لوق

Ditulis

Au Qaul

G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof

متنأأ

Ditulis A`antum

تدعأ

Ditulis U‟iddat

تمركش نئل

Ditulis La‟in syakartum

H. Kata sandang alif lam yang diikuti huruf Qamariyyah maupun Syamsyiyyah ditulis dengan menggunkan “al

نارقلا

Ditulis Al-Qur`ān

سايقلا

Ditulis Al-Qiyās

ءامسلا

Ditulis Al-Samā`

سمشلا

Ditulis Al-Syams

(12)

xii

ضورفلا ىوذ

Ditulis Żawi al-furūḍ

(13)

xiii

KATA PENGANTAR

ميحرلا نحمرلا للها مسب

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah swt. yang telah

mencurahkan nikmat-Nya yang tak terhingga, yang tak dapat penulis sebutkan

satu persatu, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Kemiskinan Dalam Perspektif Kitab Tafsir Al- Ibriz Li Ma‟rifat Tafsir Al-

Qur‟an Al- „Aziz (Karya: K.H Bisri Mustofa)” ini. Sholawat serta salam

senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah saw. beserta keluarga, sahabat

serta pengikut-pengikutnya sampai di yaumul qiyāmah. Penulis menyadari

sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak,

penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan.

Teriring do‟a, semoga segala kebaikan semua pihak yang membantu penulis

dalam penulisan skripsi ini diterima di sisi Allah swt. dan mendapat pahala yang

dilipat gandakan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun selalu diharapkan demi

kebaikan dan kesempurnaan skipsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Amin.

Salatiga, 15 Maret 2017

Penulis,

(14)

xiv

ABSTRAK

Kata Kunci: Tafsir Jalalain, Tafsir Al- Mishbah, Penafsiran Surat Al- Ashr

Perkataan, kepribadian dan perbuatan Nabi Muhammad Saw merupakan dasar pegangan, dan uswah (tauladan) bagi kita kaum muslimin. Selain itu, sejarah dan perjuangannya pun menjadi motivasi bagi seluruh umat Islam sedunia dalam melanjutkan dakwah dan juga menyebarkan amar ma‟ruf nahi mungkar, oleh karena itu, siapa saja yang ingin mengetahui manhaj (metodologi) keberhasilan perjuangan, karakteristik, dan pokok-pokok ajaran Nabi Muhammad Saw bisa membuka kembali sejarah nabi yang banyak tertulis dalam kitab-kitab Sirrah an-Nabawiyyah. Sedangkan semua perbuatan dan perkataan nabi adalah terjemah/penjelas dari Al-Qur‟an.

Banyak pertanyaan yang timbul dalam benak penulis dan menjadikan kegelisahan akademik penulis untuk melakukan penelitian tentang tafsir. Akan tetapi penulis membatasi penelitian ini dari banyaknya kitab tafsir, dikarenakan keterbasan keilmuan dan juga kemampuan penulis untuk melakukan penelitian secara menyeluruh akan kitab-kitab tafsir yang ada, karena alasan ini penulis

hanya akan mengkaji tentang surat al„Ashr dengan membandingkan tafsir Jalalain

dengan tafsir Al-Misbah (muqoron).

Adapun yang menjadi foqus penelitian ini berupa: (1) Bagaimana biografi pengarang kitab tafsir Jalalain dan al Misbah, (2) Bagaimana tafsir surat al„Ashr menurut tafsir Jalalain dan Al-Misbah, (3) Bagaimana kesimpulan tafsir al„Ashr dari perbandingan Jalalain dan Al-Misbah.

(15)

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN KEASLIAN TULISAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI ... vii

KATA PENGANTAR ... xiii

ABSTRAK ... xiiv

DAFTAR ISI ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 2

D. Tinjauan Pustaka ... 3

E. Metode Penelitian ... 3

F. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II KARAKTERISTIK KITAB TAFSIR DAN BIOGRAFI . ... 5

A. TAFSIR JALALAIN ... 5

1. Jalaluddin Al- Mahali ... ... 6

2. Jalaluddin As- Suyuthi ... ... 14

(16)

xvi

1. Biografi M. Quraish Shihab ... ... 23

BAB III PENAFSIRAN ... 30

A. Tafsir Jalalain: Penafsiran Surat Al- Ashr ... 30

B. Tafsir Al- Mishbah: Penafsiran Surat Al- Ashr ... 33

BAB IV ANALISIS ... 43

A. Tafsir Jalalain ... 43

B. Tafsir Al- Mishbah ... 46

1. Corak Penafsiran ... ... 48

2. Pendapat Para Ulama .. ... 48

3. Kelebihan dan Kelemahan ... ... 50

BAB V PENUTUP ... 53

A. Kesimpulan ... 63

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Perkataan, kepribadian dan perbuatan Nabi Muhammad Saw merupakan

dasar pegangan, dan uswah (tauladan) bagi kita kaum muslimin. Selain itu,

sejarah dan perjuangannya pun menjadi motivasi bagi seluruh umat Islam sedunia

dalam melanjutkan dakwah dan juga menyebarkan amar ma‟rufnahi mungkar,

oleh karena itu, siapa saja yang ingin mengetahui manhaj (metodologi)

keberhasilan perjuangan, karakteristik, dan pokok-pokok ajaran Nabi Muhammad

Saw bisa membuka kembali sejarah nabi yang banyak tertulis dalam kitab-kitab

Sirrah an-Nabawiyyah.

Sedangkan semua perbuatan dan perkataan nabi adalah terjemah/penjelas

dari Al-Qur‟an. Maka kita sebagai umatnya kita sudah selayaknya/berkewajiban

untuk meneladani dan mempelajari dari setiap apa yang di ajarkan oleh nabi,baik

yang sifatnya individu ataupun bersama/kelompok. Terlebih lagi tentang

Al-Qur‟an, maka kita berkewajiban untuk mempelajari dan memahaminya, baik dari

bahasa, susunan kata, dan juga makna dari setiap kalimat yang termaktub di dalam

Al-Qur‟an. Dan apabila kita mau untuk mempelajarinya dengan seksama, maka

kita akan banyak mendapatkan banyak pelajaran di dalam Al-Qur‟an, baik dari

segi tafsiran, ubudiah, tauhid, sosial, politik, ataupun budaya. Akan tetapi

kesemuanya itu tak lepas dari peran sejarahlah yang banyak mempengaruhi dalam

(18)

2

Begitu juga dalam kitab–kitab tafsir Al-Qur‟an, corak dan juga metode

dalam menafsirkan ayat–ayat Al-Qur‟an banyak sekali ragamnya, sesuai dengan

pesan apa yang akan di sampaikan oleh para penafsir yang berdasarkan dari

pengaruh lingkungan, masa, dan juga pengalaman perjalanan dari penafsir itu

sendiri, yang menjadikan pesan yang berbeda dalam setiap kitab-kitab tafsir. Akan

tetapi apabila kita mau mencermati dengan seksama maka kita akan banyak

menemukan banyak kesamaan dalam kitab – kitab tafsir tersebut.

Dari uraian diatas, banyak pertanyaan yang timbul dalam benak penulis dan

menjadikan kegelisahan akademik penulis untuk melakukan penelitian tentang

tafsir. Akan tetapi penulis membatasi penelitian ini dari banyaknya kitab tafsir,

dikarenakan keterbasan keilmuan dan juga kemampuan penulis untuk melakukan

penelitian secara menyeluruh akan kitab-kitab tafsir yang ada, karena alasan ini

penulis hanya akan mengkaji tentang surat al„Ashr dengan membandingkan tafsir

Jalalain dengan tafsir Al-Mishbah (muqoron).

B.Rumusan masalah

1. Bagaimana biografi pengarang kitab tafsir Jalalain dan al Mishbah?

2. Bagaimana tafsir surat al„Ashr menurut tafsir Jalalain dan Al-Mishbah

3. Bagaimana kesimpulan tafsir al„Ashr dari perbandingan Jalalain dan

Al-Mishbah?

C.Tujuan masalah

1. Untuk mengetahui biografi penulis kitab Jalalain dan Al-Mishbah

(19)

3

3. Untuk mengetahui kesimpulan tafsir surat Al „Ashr setelah dilakukan

penelitian.

D.Tinjauan Pustaka

Penulis telah membaca dan mempelajari materi yang akan menjadi obyek

penelitian dan berpedoman pada kitab asli yaitu kitab tafsir Jalalain dan kitab

tafsir Al-Misbah. Sedangkan untuk menunjang dan juga sebagai penguat dari

alasan melakukan penelitian ini, penulis membaca beberapa karya tulis seperti

kitab (1) Risalatul Islam karya Abu Qosim al-Qusayri yang berisi tentang

,pentingnya waktu, beriman ,beramal soleh, dan berwasiat. (2) Mengenal Ajaran

Islam karya Muhammad Abduh Tuasikal yang berisi tentang, ciri-ciri orang

sukses. (3) Serat Dakwah karya Vandy Fuad Suyatman yang berisi tentang lepas

dari kerugian. (4) Hasanah Al Qur‟an karya Muhammad bin Alwy yang berisi

tentang orang-orang sukses. (5) Al Ilmu karya Ibnu Abdillah yang berisi tentang

beruntung dalam beragama, dan lain-lain.

E. Metodologi Penelitian

Adapun metode dalam kegiatan penelitian ini, yaitu :

1. Melakukan analisa tafsir surat al„Ashr dalam kitab Jalalain dan Al

-Misbah.

2. Menguraikan makna yang terkandung didalam kalimat surat al „Ashr.

3. Memberikan kesimpulan hasil penelitian.

4. Penelitian ini menggunakan metode moqoron(perbandingan), yakni

(20)

4

untuk kemudian diteliti dan dianalisa sehingga menjadi sebuah

kesimpulan yang bersifat akademis atau ilmiah.

5. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kepustakaan (library research) yang artinya data-data berasal dari

keperpustakaan, baik berupa buku-buku, ensiklopedi, dan sebagainya,

termasuk juga data primer seperti kitab Tafsir Jalalain dan kitab

tafsirAl-Misbah, maupun data sekunder, seperti data-data yang

berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini diklasifikasikan menjadi lima bab dan setiap bab dibagi

menjadi beberapa sub bab yang saling berkaitan. Sistematika penulisan dam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I sebagai pendahuluan yang terdiri atas latar belakang,

rumusanmasalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II berisi tentang biografi pengarangtafsir Jalalain dan Al-Mishbah.

Bab III berisi tentang pejelasan umum tentang isi tafsir Al-„Ashr menurut

Jalalain dan Al-Mishbah.

Bab IV berisi tentang hasil analisis penelitian.

(21)

5

BAB II

KARAKTERISTIK KITAB TAFSIR DAN BIOGRAFI

A.Tafsir Jalalain

Tafsir Jalalain adalah salah satu dari sekian banyak kitab tafsir yang masih

populer hingga sekarang. Bahkan bagi kalangan pesantren, mengkaji kitab ini

seakan menjadi pelajaran wajib yang pasti dijumpai di setiap pesantren.

Pembahasan dalam kitab ini banyak menonjolkan segi pembahasan ilmu nahwu,

sharaf, dan qira‟ahnya, sehingga Al-Qur'an yang diturunkan memakai bahasa

arab dapat dipahami dengan pemahaman yang benar. Oleh karenanya kitab Tafsir

Jalalain ini sangat cocok untuk para pemula yang ingin mendalami tafsir

Al-Qur'an.

Kitab ini tergolong unik karena merupakan hasil karya tulis dua ulama

terkemuka, yaitu Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin Al-suyuthi. Karena disusun

oleh dua Jalaluddin itulah kitab tafsir ini juga dinamakan Tafsir Jalalain. Pada

awalnya kitab ini ditulis oleh Jalaluddin Al-Mahalli. Entah mengapa beliau

mengawali penulisan tafsirnya ini dari Surah Al-Kahfi hingga sampai surah

terakhir an-Nas. Usai menafsirkan Surah an-Nas, Al-Mahalli kembali ke halaman

muka Al-Quran, menafsirkan surah Al-Fatihah. Namun sayang, usai menafsirkan

surah Al-Fatihah, beliau dipanggil ke haribaan Allah pada tahun 864 H./1459 M.

Setelah bertahun-tahun, pekerjaan yang belum selesai ini kemudian

dilanjutkan oleh salah seorang muridnya yaitu Jalaluddin Al-Suyuthi, yang

(22)

6

Meskipun ditulis oleh dua orang yang berbeda, metodologi serta pola dan

gaya bahasa yang digunakan oleh Al-Suyuthi dalam merampungkan tafsir jalalain

ini nyaris sama persis dengan tulisan awal sang guru. Oleh karenanya banyak

yang mengira bahwa tafsir ini hanya ditulis oleh satu orang saja.

Kebesaran dua tokoh penyusun Tafsir Jalalain ini sangat melegenda. Di

samping dikenal karena pembahasannya yang luas dalam setiap kitab, Jalaluddin

Al-Mahalli dan Al-Suyuthi juga telah menghasilkan karya yang jumlahnya cukup

banyak. Berikut adalah profil pengarang tafsir Jalalain dan Al-Misbah.

1. Jalaluddin Al-Mahalli.

Nama lengkap beliau adalah Jalaluddin Abu Abdillah Muhammad bin

Syihabuddin Ahmad bin Kamaluddin Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad bin

Hasyim Al-`Abbasi Al-Anshari Al-Mahalli Al-Qahiri Asy-Syafi`i. Beliau lahir di

Kairo, Mesir, tahun 791H/1389 M. Beliau dikenal dengan julukan Jalaluddin yang

berarti orang yang mempunyai keagungan dalam masalah agama. Sedangkan

sebutan Al-Mahalli dinisbatkan pada kampung kelahirannya, Mahalla Al-Kubra,

sebuah daerah yang terletak di sebelah barat Kairo, tidak jauh dari Sungai Nil.

Semenjak kecil tanda-tanda kecerdasan sudah menonjol pada diri

Al-Mahalli. Beliau menguasai berbagai disiplin ilmu agama, antara lain tauhid, tafsir,

fiqih, ushul fiqh, nahwu, sharaf dan mantiq. Pada masa hidupnya beliau

merupakan seorang yang sangat alim, terkemuka, terkenal pandai dalam

pemahaman masalah-masalah agama, sehingga sebagian orang menyebutnya

sebaigai seorang yang memiliki pemahaman yang sangat luar biasa, melebihi

(23)

7

menuturkan bahwa Al-Mahalli adalah "sosok imam yang sangat pandai dan

berfikiran jernih, bahkan kecerdasannya di atas rata-rata".1 Meskipun begitu

beliau pernah mengatakan bahwa sebetulnya dirinya tidak mampu banyak

menghafal, mungkin karena hal ini tampaknya kemudian menjadi motivasi beliau

untuk terus belajar dan berjuang mengarungi lautan ilmu.

Beliau juga dikenal sebagai seorang ulama yang berkepribadian mulia, solih

dan wara'. Beliau adalah sosok yang sederhana, jauh dari gemerlap dunia. Bahkan

pernah ditawarkan kepadanya jabatan sebagai Kadi Agung di negerinya, namun

beliau menolaknya. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa meskipun tidak

miskin, beliau hidup pas-pasan. Guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, beliau

bekerja sebagai pedagang. Meski demikian, kondisi tersebut tidak mengendurkan

tekadnya untuk terus mempelajari ilmu.

Selain banyak belajar secara otodidak, Jalaluddin Al-Mahalli juga memiliki

banyak guru, diantaranya yaitu :

a. Al-Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhazmad bin Abdu ad-Da'im

An-Nu`aimi Al-`Asqalani Al-Barmawi Al-Qahiri Asy-Syafi`i yang lebih

dikenal denganSyamsu Al-Barmawi (763 - 831 H ), dalam ilmu fikih,

ushul fikih dan bahasa Arab, beliau tinggal di Madrasah Al-Baibarsiyyah

tempat imam Jalaluddin Al-Mahalli belajar.2

1

Amin, Ghofur Saiful , Profil Para Mufasir Al-Qur‟an, Yogyakarta, Puataka Insan Madani, 2008., hal. 37

2

(24)

8

b. Imam Faqih Burhanuddin Abu Ishaq Ibrahim bin Ahmad

Al-Baijuri, lebih dikenal dengan Burhan Al-Baijuri (825 - 750 H ) dalam ilmu

fikih.

c. Al-Imam Al-Muhaddits Jalaluddin Abu Al-Fadhl Abdurrahman bin Umar

bin Ruslan Al-Kanani Al-`Asqalani Al-Bulqini Al-Mishri, lebih dikenal

dengan Jalal Al-Bulqini (763 - 824 H ) dalam bidang hadits.

d. Al-Imam Al-Muhaddits Waliyuddin Abu Zur`ah Ahmad bin Al-Muhaddits

Abdurrahim Al-`Iraqi (762 - 826 H ) dalam bidang ilmu hadits.

e. Al-Imam Al-Hafidz Qadhi Al-Qudhat `Izuddin Abdul Aziz bin

Muhammad bin Ibrahim bin Jama`ah Al-Kanani (694 - 767 H), dalam

bidang hadits dan ushul fiqih.

f. Asy-Syaikh Syihabuddin Al-`Ajimi, cucu Ibnu Hisyam, dalam bidang

nahwu.

g. Asy-Syaikh Syamsuddin Muhammad bin Syihabuddin Ahmad bin Shalih

bin Muhammad bin Abdullah bin Makki Asy-Syanuthi (Wafat 873 H )

dalam bidang nahwu dan bahasa Arab.

h. Al-Imam Nashiruddin Abu Abdillah Muhammad bin Anas bin Abu Bakr

bin Yusuf Ath-Thanatada'i Al-Mishri Al-Hanafi (Wafat 809 H), dalam

bidang ilmu waris dan ilmu hitung.

i. Imam Badruddin Mahmud bin Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad

Al-Aqshara'i(Wafat 825 H ), dalam bidang ilmu logika, ilmu debat, ilmu

(25)

9

j. Al-Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman

Ath-Tha'i Al-Basathi Al-Maliki (670 - 842 H), dalam bidang tafsir,

ushuluddin, dan lain-lain.

k. Imam `Ala'uddin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad

Al-Bukhari Al-Hanafi (799 - 841 H).

l. Asy-Syaikh Al-`Allamah Nizhamuddin Yahya bin Yusuf bin Muhammad

bin Isa Ash-Shairami Al-Hanafi (777 - 833 H), dalam bidang fikih.

m. Asy-Syaikh Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abu Bakr bin

Khudhar bin Musa, lebih dikenal dengan Ibnu Ad-Dairi(788 - 862 H).

n. Asy-Syaikh Majduddin Al-Barmawi Asy-Syafi`i.

o. Asy-Syaikh Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Khalil

Al-Gharaqi Asy-Syafi`i (Wafat 816 H ) dalam bidang fikih.

p. Asy-Syaikh Syihabuddin Ahmad bin Abi Ahmad Muhammad bin

Abdullah Al-Maghrawi Al-Maliki (Wafat 820 H).

q. Asy-Syaikh Kamaluddin Abu Al-Baqa' Muhammad bin Musa bin Isa bin

Ali Ad-Damiri(742 - 808 H ), hadir dalam sebagian kajiannya.

r. Asy-Syaikh Syihabuddin Abu Al-`Abbas Ahmad bin `Imad bin yusuf bin

Abdu an-Nabi Al-Aqfahasi Al-Qahiri, lebih dikenal dengan Ibnu Al-`Imad

(750 - 808 H).

s. Asy-Syaikh Badruddin Muhammad bin Ali bin Umar bin Ali bin Ahmad

Ath-Thanabadi.

t. Syaikh Al-Islam Al-Imam Syihabuddin Ibnu Hajar Al 'Asqalani (773 - 852

(26)

10

u. Asy-Syaikh Jamaluddin Abdullah bin Fadhlullah, dalam bidang hadits.

v. Al-Imam Al-Muhaddits Syarafuddin Abu Thahir Muhammad bin

Muhammad bin Abdul Lathif Asy-Syafi`i, lebih dikenal dengan Ibnu

Al-Kuwaik (737 - 821 H ).

w. Al-Imam Al-`Allamah Syamsuddin Abu Al-Khair Muhammad bin

Muhammad bin Ali bin Yusuf bin Al-Jazari Asy-Syafi`i (752 - 833 H).

x. Asy-Syaikh Nashiruddin Muhammad bin Muhammad bin Mahmud

Nashiruddin Al-Ajami As-Samnudi Asy-Syafi`i, dikenal dengan Ibnu

Mahmud(Wafat 855 H)Jalaluddin Al-Mahalli menghafal Al-Qur'an

kepadanya ketika masih kecil.

Adapun karya-karya dari Jalaluddin Al- Mahali yaitu:

a. Al-Badru ath-Thali` fi Halli Jam`i Al-Jawami`, Syarh dari Jam`u

Al-Jawami` yang ditulis oleh Tajuddin As-Subuki, kitab dalam ilmu ushul

fiqih.

b. Syarh Al-Waraqat yang ditulis Imam Al-Haramain Al-Juwaini,

c. Kanzu ar-Raghibin fi Syarhi Minhaji ath-Thalibin Imam An-Nawawi

d. Tafsir Al-Qur'an Al-'adzim atau lebih dikenal dengan tafsir Jalalain,

bersama Jalaluddin as-Suyuthi.

e. Syarh Mukhtashar Burdah.

f. Al-Anwar Al-Madhiyah.

g. Al-Qaul Al-Mufid fi An-Nail As-Sa`id.

h. Ath-Thib An-Nabawi.

(27)

11

j. Kitabfi Al-Jihad.

k. Syarh Al-Qawa`id Ibnu Hisyam, belum lengkap.

l. Syarh At-Tashil Ibnu Malik.

m. Hasyiyah `ala Jaami`i Al-Mukhtasharat, belum lengkap.

n. Hasyiyah Jawahir Al-Isnawi, belum lengkap.3

Sedangkan murid-murid beliau di antaranya yaitu:

a. Al-Imam Nuruddin Abu Al-Hasan Ali bin Al-Qadhi Afifuddin Abdullah

bin Aham, lebih dikenal dengan nama As-Samhudi, Ulama mufti, Pengajar

dan Sejarawan di Madinah (844-911 H), ia mempelajari Syarh Al-Minhaj,

Jam`ul Jamami`, dan lain-lain.

b. Asy-Syaikh Burhanuddin Ibrahim bin Muhammad bin Abu Bakr bin Ali

bin Mas`ud bin Ridhwan Al-Mari Al-Maqdisi lebih dikenal dengan nama

Ibnu Abi Syarif (836 - 923 H ) lahir di Yerusalem kemudian pergi ke

Kairo dan mempelajari Syarh Jam`ul Jawami`.

c. Asy-Syaikh Syihabuddin Abu Al-Fattah Ahmad bin Muhammad bin Ali

bin Ahmad bin Musa Al-Absyaihi Al-Mahalli, ia mempelajari Syarh

Al-Minhaj dan Syarh Jam`ul Jamami`.

d. Asy-Syaikh Khairuddin Abu Al-Khair Muhammad bin Muhammad bin

Daud Ar-Rumi Qahiri Hanafi, lebih dikenal dengan nama Ibnu

Al-Farra' (814 - 897 H), ia mempelajari bidang fikih dan ushul fikih.

3

. Syeikh Muhammad Ali As-Shabuni Terjemah At-Tibyan fi „Ulumil Qur‟an, , judul:Ikhtisar

Ulumul Qur‟an Praktis, diterjemahkan oleh Muhammad Qadirun Nur, Penerbit Pustaka Amani

(28)

12

e. Asy-Syaikh Kamaluddin Abu Al-Fadhl Muhammad bin Muhammad bin

Muhammad bin Bahadir Al-Maumani Ath-Tharablusi Al-Qahiri

Asy-Syafi`i (Wafat 877 H , ia mempelajari Syarh Al-Minhaj, Syarh Jam`ul

Jamami`, Syarh Alfiyah Al-`Iraqi, dan lain-lain.

f. Asy-Syaikh Shalahuddin Muhammad bin Jalaluddin Muhammad bin

Muhammad bin Khalaf bin Kamil Al-Manshuri Ad-Dimyathi, Qadhi di

Dimyath, lebih dikenal dengan nama Ibnu Kamil (Wafat 887 H ).

g. Asy-Syaikh Syamsuddin Abu Al-Barakay Muhammad bin Muhammad bin

Muhammad bin Ali bin Yusuf bin Al-Baz Al-Asyhab Manshur bin Syibl

Al-Ghiraqi (795 - 858 H ).

h. Asy-Syaikh Najmuddin Muhammad bin Syarafuddin Muhammad bin

Najmuddin Muhammad bin Sirajuddin Umar bin Ali bin Ahmad

Al-Qurasyi Ath-Thanabadi Al-Qahiri Asy-Syafi`i.

i. Asy-Syaikh Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin Musa Asy-Syihab

Al-Bairawati Al-Khanaki Asy-Syafi`i.

j. Asy-Syaikh `Imaduddin Abu Al-Fida' Ismail bin Ibrahim bin Abdullah bin

Muhammad bin Abdurrahman bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Ibrahim

bin Sa`dulah bin Jama`ah (825 - 861 H).

k. Syaikh Hisamuddin Husain bin Muhammad bin Hasan Al-Ghazi

Asy-Syafi`i atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Al-Harasy.

l. Asy-Syaikh Syarafuddin Abdul Haq bin Syamsuddin Muhammad bin

Abdul Haq bin Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad

(29)

13

m. Asy-Syaikh Zainuddin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman bin

Muhammad bin Muhammad bin Syaraf bin Al-Lu'lu'i Ad-Dimasyqi bin

Qadhi `Ajlun, (Lahir 839 H).

n. Asy-Syaikh Zainuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Haji bin Fadhl

As-Santawi, ia mempelajari fikih dan ushul fikih.

o. Asy-Syaikh Abdullah bin Ahmad bin Abi Al-Hasan Ali bin Isa bin

Muhammad bin Isa bin Muhammad bin Isa Al-Jamal Al-Hasani

As-Samhudi (Lahir 804 H ) ia mempelajari bahasa Arab, Syarh Ibnu Aqil,

fikih, ushul fikih, dan lain-lain.

p. Asy-Syaikh Ali bin Daud bin Sulaiman bin Khalad bin `Audh bin

Abdullah bin Muhammad bin Nuruddin Al-Jaujari, Khatib Masjid Raya

Toulon, ia hadir di beberapa kajian Jalaluddin Al-Mahalli.

q. Asy-Syaikh Nuruddin Ali bin Muhammad bin Isa bin Umar bin `Athif

Al-`Adani Al-Yamani Asy-Syafi`i, lebih dikenal dengan nama Ibnu `Athif

(Lahir 812 H).

r. Asy-Syaikh Sirajuddin Umar bin Hasan bin Umar bin Abdul Aziz bin

Umar An-Nawawi, ia mempelajari Syarh Al-Minhaj.

s. Asy-Syaikh Najmuddin Muhammad bin Burhanuddin Ibrahim bin

Jamaluddin Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman, lahir 833 H di

Yerusalem, ia mempelajari Syarh Jam`ul Jawami`.

t. Asy-Syaikh Syarafuddin Yahya bin Muhammad bin Sa`id bin Falah bin

Umar `Abasi Qahiri Asy-Syafi`i, lebih dikenal dengan nama

(30)

14

u. Asy-Syaikh Abu Bakr bin Quraisy bin Ismail bin Muhammad Quraisy

Azh-Zhahiri, lahir pada tahun 850 H.

v. Asy-Syaikh Al-Imam Ali bin Muhammad bin Isa bin Yusuf bin

Muhammad Al-Asymuni, (838-918 H).

w. Asy-Syaikh Burhanuddin Abu Al-Hasan Ibrahim bin Umar bin Hasan bin

Ali bin Abu Bakr Al-Buqa`i (809 - 885 H).

x. Jalaluddin as-Suyuthi (849 H. - 911 H.). Ia melanjutkan penulisan kitab

tafsir (dikenal dengan tafsir jalalain) yang disusun Al-Mahalli hingga

selesai.

Imam Jalaluddin Al-Mahalli wafat pada Sabtu pagi, pertengahan

Ramadhan 864 H, bertepatan dengan tahun 1459 M.4

2. Imam Jalaluddin Al-Suyuthi

Pada halaman sebelumnya telah diuraikan biografi dari penulis tafsir

Jalalain yang pertama yaitu Jalaluddin Al-Mahalli. Pada halaman ini, akan saya

uraikan biografi penulis yang kedua yaitu Jalaluddin as-Suyuthi.

Sebagaimana disebutkan di dalam kitabnya, Tafsir Jalalain. Di akhir

pembahasan surat Al-Isra, Jalaluddin as-Suyuthi mengatakan bahwa pada awalnya

tidak pernah terbesit dalam benak beliau untuk melanjutkan apa yang telah ditulis

oleh imam Jalaluddin Al-Mahalli ini. Beliau dengan sikap tawadhu'nya

mengatakan bahwa beliau menyadari akan kelemahannya untuk menyelami

bidang yang telah ditulis oleh Al-Mahalli ini. Namun setelah melalui berbagai

pertimbangan, akhirnya kemudian beliau bersedia melanjutkannya.

4

(31)

15

Penulisan kitab tafsir Jalalain rampung pada hari Ahad, 10 Syawwal 870 H.

Permulaan penulisannya (ĺanjutan dari as-Suyuthi) pada hari Rabu, awal

Ramadhan 870 H, dan konsep jadi selesai dirampungkan pada hari Rabu, 6 Shafar

871 H.Nama lengkap beliau adalah Abdurrahman bin Kamal Abu Bakar bin

Muhammad bin Sabiquddin bin Fakhr Utsman bin Nadziruddin Muhammad bin

SaifuddinKhidr

binNajmuddinbinAbiAl-ShalahAyyubbinNashiruddinMuhammadbin HimamuddinAl-HammamAl-Hudairi

Al-Suyuthi.

BeliaubergelarJalaluddindandipanggil Abu Fadhil. Namun di kemudian

hari, beliau lebih dikenal dengan nama Al-Suyuthi, yang dinisbatkanpada tempat

dimana ayahnya dilahirkan di daerah Suyuth. Beliau adalah seorang ulama, hafidz

hadits, musnid, muhaqiq, dan cendekiawan muslim yang hidup pada abad ke-15

diKairo Mesir.

Al-Suyuthi lahir ba‟da Maghrib, malam senin bulan Rajab 849 H. Beliau

berasal dari lingkungan cendekiawan, sehingga sejak dini ayahnya selalu berusaha

mengarahkannya menjadi ilmuwan dan orang shalih. Sejak usia belia, beliau

selalu diajak sang ayah menghadiri berbagai majelis ilmu. Bahkan sang ayah

sering meminta doa dari ulama besar untuk anaknya. Salah satu ulama yang

pernah mendoakannya agar menjadi ulama besar adalah Imam Ibnu Hajar

Al-Asqalani, muhaddits besar penyusun kitab Bulughul Maram. Tidak hanya

mendoakan, setiap kali minum segelas air usai mengajar, Syaikh Ibnu Hajar selalu

(32)

16

Ketika Al-Suyuthi berumur enam tahun, sang ayah wafat. Al-Suyuthi

kemudian diasuh oleh Syaikh Kamaluddin bin Humam Al-Hanafi, pengarang

kitab Fathul Qadir. Di bawah asuhan sang allamah itulahAl-Suyuthi berhasil

hafal Al-Qur‟an di usia delapan tahun. Setelah itu beliau kemudian menghafal

kitabAl-‟Umdah, lalu Minhajul FiqhiWalUshuldanAlfiyahIbnuMalik.

Ketika usia beliau menginjak 15 tahun, beliau mulai berkelana dan berguru

kepada para ulama besar. Dalam pengembaraan mencari ilmu, beliau pernah

singgah di beberapa kota, antara lain dikota Syam, Hijaz, Yaman, India, Maroko

dan Takrur.5

Dalam kitabnya yang berjudul Khusn Al-Muhadlarah, as-Suyuthi

mengatakan bahwa beliau mendapatkan ijazah dari setiap guru yang didatanginya,

yaitu mencapai 150 ijazah dari 150 orang guru. Syaikh Abdul Wahhab

Asy-Sya‟rani mengatakan dalam kitab Thabaqat-nya, bahwa imam Al-Suyuthi telah

berguru kepada lebih dari 600ulama.

AdapunGuru-guruImamAl-Syuthiantaralain:

a. Syaikh Sirajuddin Al-Balqini,yang mengajarnya berbagai kitab fiqih

sepertiAl-Hawi Al-Shaghir,Al-Minhaj,SyarahAl-MinhaajdanAr-Raudhah.

b. SyaikhSihabuddinAsy-Syaarmasahi,guruilmufaraidh(waris).

c. Asy-Syari Al-Manawi Abaz Kuriya Yahya bin Muhammad, guru ilmu

faraidh.

d. Syaikh Taqiyuddin Asy-Syamini Al-Hanafi (w 872 H), guru ilmu tata

Bahasa Arab dan ilmu hadits.

5

(33)

17

e. Syaikh Muhyiddin Muhammad bin Sulaiman Ar-Rumi Al-Hanafi, guru

ilmu tafsir, ilmu Ushul, ilmu bahasa Arab dan ilmu Ma‟ani. Beliau

berguru kepadanya selama empat belas tahun.

f. Imam Jalaluddin Al-Mahalli (penyusun pertama Tafsir Al-Jalalain)

g. Syeh Izzul Kinaani Ahmad bin Ibrahim Al-Hanbali.6

Selain ilmu agama, Imam Al-Suyuthi juga berguru beberapa bidang ilmu

umum seperti ilmu hitung dan ilmu faraidh dari Majid bin Al-Siba‟ dan Abdul

Aziz Al-Waqaai, serta ilmu kedokteran kepada Muhammad bin Ibrahim

Ad-Diwani Ar-Rumi, bahkan selain berguru kepada ulama laki-laki, Al-Suyuthi juga

mempelajari ilmu dari sejumlah ilmuwan perempuan7, diantaranya yaitu:

a. Aisyah binti Jarullah.

b. Ummu Hani binti Abul Hasan.

c. Shalihah binti Ali.

d. Nasywan binti Abdullah Al-Kanani.

e. Hajar binti Muhammad Al-Mishriyyah.

Al-Suyuthi terkenal akan kecerdasan, kekuatan hafalan dan keuletannya

dalam belajar, Al-Suyuthi adalah seorang ulama yang ahli ibadah, zuhud dan

tawadhu‟. Maka tidak heran kemudian beliau pun menjelma menjadi seorang

ulama besar yang memenuhi taraf kemampuan untuk ber-ijtihad. Selain alim,

Al-Suyuthi juga dikenal sebagai sosok yang teguh pendirian dan tidak suka menjilat

kepada pemerintah, bahkan beliau tidak pernah mau menerima hadiah dari raja.

(34)

18

Suatu ketika seorang raja memberinya hadiah berupa uang seribu dinar dan

seorang budak perempuan. Segera saja uang itu beliau kembalikan, sedangkan

sang budak perempuan dimerdekakan. Beliau kemudian berkata kepada sang raja,

“jangan berusaha memalingkanku hanya dengan memberi hadiah semacam itu,

karena Allah telah menjadikanku tidak merasa butuh lagi terhadap hAl-hal

semacamitu.”

Al-Suyuthi termasuk ulama yang sangat produktif dalam berkarya. Beliau

telah menulis ratusan kitab dalam berbagai bidang keilmuan, mulai dari Tafsir,

Hadits, Fiqih, Bahasa Arab, Sastra, Tasawuf, hingga ilmu Sejarah. Menurut

perhitungan muridnya yang bernama ad-Dawudi8, hasil karyanya lebih dari 500

buah. Sementara Ibnu Iyas, murid Al-Suyuthi yang lain, mengatakan bahwa

jumlah karya Al-Suyuthi mencapai 600 buah. Adapun menurut As-Sa‟id

Mamduh, karya Al-Suyuthi mencapai 725 buah. Sedangkan menurut Sayyid

Muhammad Abdul Hayy Kattani, jumlah keseluruhan karya Imam

Al-Suyuthiadalah904kitabdalamberbagaidisiplinilmu.

Berikutadalahbeberapakaryabeliauyangterkenal, yaitu :

a. Al-Itqan fi 'Ulum Al-Qur'an , kita tafsir yang menjelaskan bagian-bagian

penting dalam ilmu mempelajari Al-Qur'an.

b. Tafsir Al-Jalalain , yang ditulis bersama Jalaluddin Al-Mahalli.

c. Jami' ash-Shagir , merupakan kumpulan hadits-hadits pendek.

d. Al-Asybah wa an-Nazhair , dalam ilmu qawa'id fiqh.

8

(35)

19

e. Syarh Sunan Ibnu Majah, merupakan kitab yang menjelaskan kitab hadits

sunan ibnu majah.

f. Al-Asybah wa an-Nazhair , dalam ilmu nahwu.

g. Ihya'ul Mayyit bi Fadhaili Ahlil Bait.

h. Al-Jami' Al-Kabir.

i. Al-Hawi lil Fatawa.

j. Al-Habaik fi Akhbar Al-Malaik.

k. Ad-Dar Al-Mantsur fi at-Tafsir bil Ma'tsur.

l. Ad-Dar Al-Muntatsirah fi Al-Ahadits Al-Musytahirah.

m.Ad-Dibaj 'ala Shahih Muslim bin Al-Hajjaj.

n. Al-'Urf Al-Wardi fi Akhbari Al-Mahdi.

o. Al-Gharar fi Fadhaili 'Umar.

p. Alfiyatu as-Suyuthi.

q. Al-Kawi 'ala Tarikh as-Sakhawi.

r. Al-La āli' Al-Mashnu'ah fi Al-Ahadits Al-Maudhu'ah.

s. Al-Madraj ila Al-Mudraj.

t. Al-Mazhar fi Ulum Al-Lughah wa Anwa'uha.

u. Al-Mahdzab fimā Waqa'a fi Al-Qur'ān min Al-Mu'rab.

v. Asbāb Wurud Al-Hadits.

w.Asrār Tartib Al-Qur'ān.

x. Anmudzaj Al-Labib fi Khashāis Al-Habib.

y. Irsyad Al-Muhtadin ilā Nashrati Al-Mujtahidin.

(36)

20

aa.Ilqām Al-Hajar liman zakā sāb Abi Bakr wa 'Umar.

bb. Tārikh Al-Khulafā'.

cc.Tahdzir Al-Khawash min Ahadits Al-Qashash.

dd. Tuhfatu Al-Abrār binakti Al-Adzkār an-Nawawiyyah.

ee.Tadrib ar-Rāwi fi Syarhi Taqrib an-Nawāwi.

ff. Tazyin Al-Mamālik bi Manaqib Al-Imām Mālik.

gg. Tamhid Al-Farsy fi Al-Khishāl Al-Maujibah li Zhil Al-'Arsy.

hh. Tanwir Al-Hawalik Syarh Muwaththa' Mālik.

ii. Tanbih Al-Ghabiyy fi Tibra'ati Ibni 'Arabi.

jj. Husnu Al-Muhādharah fi Akhbār Mishr wa Al-Qāhirah.

kk. Durr as-Sihābah fiman dakhala Mishr min ash-Shahābah.

ll. Dzam Al-Makas.

mm.Syarh as-Suyuthi 'ala Sunan an-Nasā'i.

nn. Shifatu Shāhibi adz-Dzauqi 'Aini Al-Ishābah fi Ma'rifati ash-Shahābah.

oo. Al- Kasyfu.

pp. As-Salim.

qq. Thabaqāt Al-Huffādz.

rr. Thabaqat Al-Mufassirin.

ss.Uqudul Jumān fi 'ilmi Al-Ma'āni wa Al-Bayān.

tt. Uqudu az-Zabarjid 'ala Musnad Al-Imām Ahmad fi I'rāb Al-Hadits.

uu. Al-Mughthi fi Syarhi Al-Muwaththa'.

vv. Lubb Al-Lubbāb fi Tahrir Al-Ansāb

(37)

21

xx. Al-Bāb an-Nuqul fi Asbāb an-Nuzul.

yy. Mā Rawāhu Al-Asāthin fi 'Adami Al-Maji'i ilā as-Salāthin.

zz.Musytahā Al-Uqul fi Muntaha an-Nuqul.

aaa.Mathla' Al-Badrain fiman Yu'ti Ajruhu Marratain.

bbb.Miftāhu Al-Jannah fi Al-I'tishām bi as-Sunnah.

ccc.NazhamAl-Aqyān fi A'yān Al-A'yān.

ddd.Ham'u Al-Hawami' Syarhu Jam'u Al-Jawami'.

eee.At-Tahadduts bi Ni'matillah.

fff. Mu'jam Al-Mu'allafāt as-Suyuthi.

ggg.Fahrusat Mu'allafātii.

hhh.Al-Fāruq baina Al-Mushanif wa as-Sariq.

iii.Thibb an-Nufus.

jjj.Ar-Rahmah fi ath-Thibbi wa Al-Hikmah, dll.9

Sedangkan Murid-Murid Beliau di antaranya yaitu :

a. Syaikh Abdul Qodir bin Muhammad bin Ahmad Syadzili

Asy-Syafi‟i.

b. Syaikh Ibnu Iyas, Abul Barokat, Muhammad bin Ahmad bin Iyas

Al-hanafi, penulis kitab “Badai‟uz Zuhur Fi Waqo‟iud Duhur”.

c. Syaikh Al-Hajj Muhammad Sukyah.

d. Syaikh Syamsuddin, Muhammad bin Abdurrohman bin Ali bin Abu Bakar

Al-„Alqomi.

9

(38)

22

e. Syaikh Syamsuddin, Muhammad bin Ali bin Ahmad Ad-Dawudi

Al-Mishri.

f. Ibnu Thulun; Syaikh Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali bin

Muhammad bin Thulun Ad-Damasyqi Al-Hanafi.

g. Syaikh Muhammad bin Al-Qodhi Rodhiyuddin Muhammad bin

Muhammad bin Abdulloh binBadr bin Utsman bin Jabir Ghozi

Al-„Amiri Al-Qurosyi Asy-Syafi‟i.

h. Syaikh Muhammad bin Yusuf bin Ali bin Yusuf Asy-Syami.

i. Syaikh Jamaluddin, Yusuf bin Abdulloh Al-hasani Al-Armayuni

Asy-Syafi‟i.

Beliau Imam Al-Suyuthi menghabiskan umurnya untuk belajar dan

mengajar, memberikan fatwa dan juga menulis. Akan tetapi ketika usia beliau

menginjak usia 40 tahun, atau bisa di katakan menjelang usia tuanya, beliau lebih

memilih untuk ber-uzlah(mengasingkan diri) dari keramaian dunia, lebihmemilih

untuk beribadah dan mengarang /menulis saja.

Setelah sempat beliau sakit, Imam Al-Suyuthi meninggal pada usia 61 tahun

10 bulan 18 hari, yaitu pada malam Jum'at tanggal 19 Jumadil „Ula tahun 911 H,

dirumah beliau yang berada di Roudlotul Miqyas. Jenazah beliau dimakamkan di

pemakaman Qaushun atau Qaisun, di luar pintu gerbang Qarafah, Kairo.

B. Tafsir Al- Mishbah

1. Biografi M. Quraish Shihab

Nama lengkapnya adalah Muhammad Quraish Shihab, lahir di Rapang

(39)

23

seorang ulama besar almarhum Prof. H. Abd. Rahman Shihab, guru besar ilmu

tafsir dan mantan Rektor UMI dan IAIN Alaudin Ujung Pandang, bahkan sebagai

pendiri kedua Perguruan Tinggi tersebut.10

M. Quraish shihab setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Ujung

Pandang, dia melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang sambil nyantri di

pesantren Dar Al-Hadits Al-Fiqhiyah pada 1958. Dia berangkat ke Kairo-Mesir

dan diterima di kelas II Tsanawiyah Al-Azhar pasa 1967, dia meraih gelar Lc (S1)

pada Fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadits Universitas Al-Azhar. Kemudian

melanjutkan pendidikan Strata 2 (S2) di Fakultas yang sama dan pada tahun 1969

meraih gelar M.A. untuk spesialisasi bidang tafsir Al-Qur‟an dengan Tesis

berjudul “Al-I„Jaz Al-Tasyri‟iy Li Al-Qur‟an Al-Karim”.11

Sekembalinya ke Ujung Pandang Quraish Shihab dipercaya untuk menjabat

wakil Rektor bidang Akademik Kemahasiswaan pada IAIN Alaudin. Selain itu

dia juga diserahi jabatan-jabatan lain baik di dalam maupun di luar

kampus.12 Tahun 1984 merupakan babak baru karir Quraish Shihab dimulai, saat

pindah tugas dari Ujung Pandang ke IAIN Jakarta. Di sini ia aktif menngajar

bidang tafsir dan „Ulum Al-Qur‟an‟ di program S1, S2, dan S3 sampai tahun

1998. Dia juga mengajar subjek lain seperti hadits, hanya di program S2 dan S3

saja. Sejak 1998.

Selain menjadi Rektor di IAIN Jakarta selama dua periode (1992-1996 dan

1997-1998), dia juga dipercaya menjadi menteri agama kurang lebih dua bulan di

10Fauzul Iman, “Keagamaan dan Kemasyarakatan, Serang: Pusat Penelitian dan Pengabdian

Kepada Masyarakat Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 04,56.

11Ibid

, 57.

12Ibid

(40)

24

awal tahun 1998 pada kabinet terakhir pemerintahan Soeharto. Sejak tahun 1999

dia diangkat menjadi Duta Besar Luar Biasa dan berkuasa penuh Republik

Indonesia untuk Negara Republik Arab Mesir, yang berkedudukan di Kairo

sampai tahun 2002. Sejak itu ia kembali ke tanah air, dan konsen menyelesaikan

karya tafsir 30 Juz “Tafsir Al-Misbah”.13

Karya-karya yang telah dihasilkan oleh Quraish Shihab di antaranya:

a. Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat, Mizan, Bandung, 1992.

b. Studi Kritis Tafsir Al-Manar, Pustaka Hidayah, 1994.

c. Wawasan Al-Qur‟an,Mizan, Bandung, 1996.

d. Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, Mizan, 1994.

e. Tafsir Al-Qqur‟an Al-Karim: Tafsir Surat-surat Pendek, Pustaka Hidayah,

1997.

f. Fatwa-Fatwa Quraish Shihab sekitar Al-Qur‟an dan Hadits,Mizan, 1999.

g. Untaian Permata Buat Anakku: Pesan Al-Qur‟an untuk Mempelai,

Al-bayan, 1995.

h. Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati.

i. Yang Tersembunyi14.Lentera Hati

Adapun kondisi yang mempengaruhi Quraish Shihab sehingga beliau

memilih spesialisasi di bidang tafsir Al-Qur‟an antara lain adalah:Pertama,

kedudukan orang tuanya yang menyertai masa-masa awal kehidupannya, sehingga

13Ibid.

14Ibid

(41)

25

menumbuhkan kecintaan sang anak pada kajian Al-Qur‟an.15Kedua, faktor yang

mempengaruhi pemikirannya adalah faktor pendidikan. Disamping orang tuanya

yang ahli tafsir, sebagaimana disebutkan di atas, faktor pendidikan Shihab juga

banyak mempengaruhi terhadap pemikirannya di bidang tafsir.

Setelah beliau mempelajari dasar-dasar agama dari orang tuanya, Shihab

dikirim untuk melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang sambil “nyantri”

di pesantren Dar Al-Hadits Al-Fiqhiyah, selanjutnya beliau melanjutkan

pendidikan tingginya di Mesir. Ketika di Mesir tepatnya di Universitas Al-Azhar

M. Quraish Shihab memasuki fakultas Ushuluddin Strata satu (S1) Jurusan Tafsir

Hadits, selanjutnya Strata dua (S2) dan Strata tiga (S3) juga beliau selesaikan di

Mesir pada Jurusan yang sama.16

Adapun pemikiran Quraish ShihabDalam Diskursus „Ulum Al-Qur‟an‟, tafsir

menurut Quraish Shihab berfungsi sebagai anak kunci untuk membuka khazanah

Al-Qur‟an, yang berarrti sebuah pintu tertutup dan sulit untuk dibuka tanpa

kuncinya. Dengan demikian, alangkah penting dan tingginya kedudukan tafsir

tersebut. Setidaknya ada tiga alasan yang ia kemukakan yang membuat dan

menentukan tingginya (signifikasi) tafsir, yaitu:

a. Bahwa bidang yang menjadi kajiannya adalah kalam Ilahi yang merupakan

sumber segala ilmu keagamaan dan keutamaan.

b. Tujuannya adalah untuk mendorong manusia berpegang teguh dengan

Al-Qur‟an dalam usahanya memperoleh kebahagiaan sejati.

15Ibid.

16Ibid.

(42)

26

c. Dilihat dari kebutuhan pun sangat nampak bahwa kesempurnaan mengenai

bermacam-macam persoalan kehidupan ini, ilmu syari‟at dan pengetahuan

mengenai seluk beluk agama. Hal ini sangat tergantung pada ilmu

pengetahuan tentang Al-Qur‟an.17

Menyadari begitu luas makna yang terkandung di dalam Al-Qur‟an, baik

menyangkut makna-makna yang tersirat di balik yang tersurat, Quraish Shihab

dengan mengutip pendapat Arqoun pemikir kontemporer Al-Jazair “Al-Qur‟an

memberikan kemungkinan arti yang tidak terbatas. Kesan yang diberikannya

mengenai pemikiran dan penjelasannya berada pada wujud mutlak. Dengan

demikian ayat-ayat Al-Qur‟an selalu terbuka untuk interpretasi baru, tidak pernah pasti dan tertutup dalam interpretasi tunggal”, Itulah sebabnya, tafsir

ulang yang baru dan kontekstual dengan perkembangan zaman dan masyarakat,

menjadi sebuah keniscayaan kalau Al-Qur‟an ini tak ingin ditinggalkan ummat

Islam atau terkubur oleh proses sejarah yang bergerak cepat.18

Sejalan dengan pendapat Arqoun di atas Quraish Shihab mengemukakan

empat prinsip di mana ulama-ulama atau pemikir Islam (mufassir) ketika

berhadapan dengan ayat-ayat Al-Qur‟an tidak bisa dilepaskan dari empat prinsip

pokok, yaitu:

a. Al-Qur‟an Al-Karim yang pertama kali dikenal oleh masyarakat manusia 15

abad yang lalu, adalah salah satu dari kitab-kitab suci yang diturunkan Tuhan

sebagai petunjuk bagi manusia guna memberi jawaban terhadap

persoalan/perbedaan-perbedaan yang dihadapi mereka, sehingga walaupun

17Ibid

. 60.

18Ibid.

(43)

27

terdapat diantara sekian banyak ayat-ayatnya yang menggambarkan situasi

dan kondisi masyarakat tertentu, atau tidak menghalangi fungsi pokok seperti

yang dinyatakan di atas.

b. Al-Qur‟an baik secara implisit maupun eksplisit, mengakui tentang kenyataan

perubahan sosial, perubahan yang mutlak harus terjadi, cepat atau lambat,

disadari atau tidak, bahkan Al-Qur‟an menggambarkan bagaimana perubahan

tersebut dapat terjadi, disamping mengisyaratkan bahwa suatu perubahan

pada hakikatnya mengikuti satu pola yang telah menjadi sunnatullah sehingga

berlaku umum.

c. Al-Qur‟an Al-Karim dalam sekian banyak ayat-ayatnya mengecam

orang yang tidak memperhatikan kandungannya, dan juga mengecam

orang-orang yang hanya mengikuti tradisi lama tanpa suatu alasan yang logis,

disamping menganjurkan agar pemeluknya berpikir, mengamati, sambil

mengambil pelajaran dari pengalaman generasi-generasi terdahulu.

d. Perbedaan hasil pemikiran manusia merupakan suatu kenyataan yang tidak

bisa dihindari, bukan hanya disebabkan oleh perbedaan tingkat kecerdasan

atau latar belakang pendidikan seseorang, tapi juga karena pemikiran

dipengaruhi secara sadar atau tidak oleh peristiwa-peristiwa sejarah, politik,

pemikiran orang lain yang berkembang serta kondisi masyarakatnya.

e. Sejalan dengan empat pemikiran di atas ada tiga masalah penting yang

disebabkan oleh akibat perubahan sosial yang harus menjadi perhatian

(44)

28

Pertama,adalah bahasa, Sudah menjadi kesepakatan mufassirin bahwa

bahasa Arab merupakan faktor penting untuk bisa memahami kandungan

Al-Qur‟an, namun penting juga memperhatikan perkembangan bahasa itu sendiri,

karena disadari bila kita mendengar suatu kata yang tergambar dalam benak kita

adalah gambaran material menyangkut kata tersebut, namun di lain segi bentuk

material tersebut dapat mengalami perkembangan sesuai dengan perubahan

masyarakat. Misalnya dapat kita ambil contoh, kata ةرذلا (dzarroh)pada masa

turunnya Al-Qur‟an maknanya berkisar pada semut/kepala semut, debu-debu yang

beterbangan dan lain-lain, sedang kini ia memiliki arti tambahan yang tadinya

belum dikenal yaitu atom.

Kedua adalah ilmu pengetahuan. Penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟an yang tidak

lepas dari keaneka ragaman corak, metode dan hasil penafsiran ayat-ayat

Al-Qur‟an juga tidak dapat dihindari antara lain karena kemajuan ilmu pengetahuan,

dari sinidapat dipahami bahwa penafsiran para ulama terdahulu tidak mengikat

penafsir-penafsir masa kini atau masa yang akan datang.

Ketiga adalah metode. Setiap mufassir mempunyai metode masing-masing

dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an, berbeda dengan mufassir lainnya.

Selama ini sebagaimana disebutkan oleh Al-Farmawi, metode tafsir yang

berkembang ada empat macam yaitu: Tahlili, Ijmali, Muqoron dan Maudlu‟i. Dari

masing –masing metode terdapat kekurangan dan keistimewaan

masing-masing.19

19Ibid

(45)

29

BAB III

PENAFSIRAN

A.Tafsir Jalalain: Penafsiran Surat Al- Ashr

ِميِحَّرلا ِنَمْحَّرلا ِهَّللا ِمْسِب

( ِرْصَعْلاَو

1

)

رْصَعْلا ة َلََص ْوَأ بوُرُغْلا ىَلِإ لاَوَّزلا دْعَ ب اَم ْوَأ رْهَّدلا }رْصَعْلاَو{

“Demi masa,waktu/era setelah bergesernya matahari sampai terbenamnya

matahari atau waktu sholat asar.” Sesungguhnya semua manusia (jenis) itu berada didalam kerugian (dalam

perniagaannya)” mereka bukan orang yangberada didalam kerugian) dan saling menasehati dalam kebenaran (perkara iman) dan saling menasehati dalam kesabaran

(atas ketaatan dari meninggalkan kemaksiatan”

Allah swt, memulai surah ini dengan sumpah, setiap kali Allah bersumpah

selalu menyebut salah satu makhluknya, hal ini disebabkan tidak ada selain Dia,

kecuali makhluk-Nya.

a. Ayat I, Allah swt bersumpah dengan menyebut masa. Masa berarti waktu

yang dilalui, waktu yang dialami seseorang. Apabila Allah swt, bersumpah

dengan makhluknya berarti suatu isyarat bagi Rasulullah saw., dan

orang-orang yang beriman agar memerhatikan terhadap makhluk yang digunakan

untuk bersumpah. Dengan demikian, maksud ayat pertama surah ini adalah

(46)

30

masalah waktu, dan mampu memanfaat waktu sebaik-baiknya untuk hal-hal

yang terpuji sesuai ajaran Islam. Kita sadari atau tidak, waktu itu tidak akan

berhenti walaupun sedetik, apalagi terulang, pagi hari ini bukan pagi hari

kemarin bukan pula pagi hari esok.

b. Ayat 2, dijelaskan bahwa kebanyakan manusia dalam keadaan merugi.

Melihat, kenyataan hidup ini, ternyata banyak manusia yang merugi

dibanding dengan yang beruntung. Lalu kerugian apa yang dialami manusia

?. Kerugian yang dialami oleh manusia bahwa kesempatan hidup didunia

tidak dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan petunjuk

agama. hari-harinya hanya diisi dengan kesibukan menikmati dunia sesuai

dengan keinginan hawa nafsunya tanpa ada pemikiran kalau dunia ini

hanyalah sementara dan yang kekal adalah ada hari akhirat.

c. Ayat 3, menjelaskan bagaimana cara yang harus dilakukan agar tidak

termasuk orang yang rugi. pada ayat ini, adatiga syarat agar tidak menjadi

orang yang rugi, yaitu beriman dan beramal saleh, saling menasehati tentang

kebenaran, tentang menasehati tentang kesabaran.

Dengan perincian keterangan ayat diatas maka kita sebagai manusia agar

selalu ingat bahwa kita seharusnya:

a. Beriman dan beramal sholeh.

Beriman berarti meyakin bahwa maanusia hidup didunia ini karena

kehendak Allah, Manusia harus tunduk kepada Allah yang mencipta, yang

memberi rezki, dan memeliharanya sampai pada saat yang telah ditentukan.

(47)

31

Setelah memiliki keimanan, seorang harus membuktikannya dengan

perbuatan yaitu beramal sholeh (amal kebajikan). Yang dimaksud dengan

kebajikan ialah semua perkara yang sesuai dengan ajaran Islam. Iman dan amal

sholeh adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan , iman tanpa amal sholeh

tidak cukup, sebaliknya amal tanpa iman, tidak berarti dihadapan Allah SWT.

b. Saling menasehati tentang kebenaran.

Agar tidak tergolong menjadi orang yang merugi ialah, adanya kesediaan

untukmenerima dan memberi nasehat tentang kebenaran. kita sadari atau tidak,

manusia mempunyai banyak kekurangan dan kesalahan. Hanya orang-orang

sombonglah yang tidak mau mengakui kekurangan dan kesalahannya. Orang yang

mengaku beriman harus mau menerima dan memberi nasehat menuju kebenaran

yang sesuai dengan ajaran Islam.

c. Saling menasehati tentang kesabaran.

Salah satu syarat orang tidak merugi kata Allah adalah adanya kesediaan

untuk menerima dan memberi nasehat tentang kesabaran. Sabar adalah perkara

yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk dilaksanaknn, tidak mudah bagi kita

untuk memiliki kesabaran, karena kesabaran butuh waktu dan harus selalu melatih

diri untuk membiasakan sifat kesabaran tersebut, karena persoalan hidup

senantiasa mengintai kita yang terkadang persoalan yang kita hadapi sulit untuk

dipecahkan dan diselesaikan hanya dengan akal pikiran .dan kesabaran itu butuh

(48)

32

B.Tafsir Al- Mishbah: Penafsiran Surat Al- Ashr

ِهَّللا ِمْسِب

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian.”20

Kata (رصعلا) al–„ashr terambil dari kata (رصع)„ashara yakni menekan

sesuatu sehingga apa yang terdapat pada bagian terdalam dari padanya nampak

ke permukaan atau keluar (memeras).Tatkala perjalanan matahari telah

malampaui pertengahan, dan telah menuju terbenam dinamakan „ashar, penamaan

ini agaknya di sebabkan karena ketika itu manusia yang sejak pagi telah memeras

tenaganya diharapkan telah mendapatkan hasil dari usaha-usahanya.

Para ulama sepakat mengartikan kata „ashr pada ayat pertama surah ini

dengan waktu, hanya saja mereka berbeda pendapat – tentang waktu yang

dimaksud. Ada yang berpendapat bahwa ia adalah waktu atau masa di mana

langkah dan gerak tertampunng di dalamnya. Ada lagi yang menentukan waktu

tertentu yakni waktu di mana shalat Ashar dapat dilaksanakan. Pendapat ketiga

ialah waktu atau masa kehadiran Nabi Muhammad saw dalam pentas kehidupan

ini.

Dalam tafsir Al–Misbah karangan M.Quraish Shihab pendapat yang paling

tepat adalah waktu secara umum. Karena telah menjadi kebiaasaan orang-orang

arab ketika berbincang–bincang mereka menyoalkan masalah waktu (waktu sial

dan waktu mujur), melalui surah ini Allah swt, bersumpah demi waktu untuk

20

(49)

33

membantah anggapan mereka. Tidak ada sesuatu yang dinamai waktu sial atau

waktu mujur, semua waktu sama, Yang berpengaruh adalah kebaikan dan

keburukan usaha seseorang.21Dapat juga dikatakan bahwa pada surah ini Allah

bersumpah demi waktu dan dengan menggunakan kata „ashr ( bukan selainnya )

untuk menyatakan bahwa:

Demi waktu (masa) di mana manusia mencapai hasil setelah ia memeras

tenaganya, sesungguhnya ia merugi ( apapun hasil yang dicapainya itu, kecuali

jika ia beriman dan beramal saleh). Kerugian tersebut mungkin tidak akan

dirasakan pada saat dini, tetapi pastiakan disadarinya pada waktu Ashar

kehidupannya menjelang matahari hayatnya terbenam. Itulah agaknya rahasia

mengapa Allah SWT, memilih kata „ashr untuk menunjuk kepada waktu secara

umum.

Waktu adalah modal utama manusia, apabila tidak diisi dengan kegiatan

yang positif, maka ia akan berlalu begitu saja. Ia akan hilang dan ketika itu

jangankan keuntungan diperoleh, modal pun telah hilang. Sayyidinaa Ali raa.

pernah berkata:

“Rezeki yang tidak diperoleh hari ini masih dapat diharapkan lebih dari itu diperoleh esok, tetapi waktu yang berlalu hari ini tidak mungkin dapat diharapkan kembali esok”.

Kata ( ناسنلاا) Al-insaan / manusia terambil dari akar kata yang dapat berarti

bergerak atau dinamis, lupa, merasa bahagia (senang).Ketiga arti ini

menggambarkan sebagian dari sifat serta ciri khas manusia.

Bentuk ma‟rifat (difinit) pada kata al–insaan menunjuk kepada seluruh

manusia tanpa terkecuali, baik mukmin maupun kafir. Muhammad Abduh

21

(50)

34

menambahkan, bahwa yang dimaksud tidak termasuk mereka yang tidak

mukallaf. Seperti yang belum dewasa atau gila.

Kata (رسخ) khusr mempunyai banyak arti, antara lain rugi, sesat, celaka,

lemah, tipuan dan sebagainya yang kesemuanya mengarah kepada makna –

makna negatif, atau tidak disenangi oleh siapa pun.

Kata ( يفل) la fii adalah gabungan dari huruf (ل) lam yang menyiratkan

makna sumpah dan huruf (يف) fii yang mengandung makna wadah atau tempat..

( ِرْبَّصلاِب اْوَصاَوَ تَو ِّقَحْلاِب اْوَصاَوَ تَو ِتاَحِلاَّصلا اوُلِمَعَو اوُنَمآ َنيِذَّلا َّلَِّإ

3

)

Kecuali orang-orang yang beriman,dan beramal yang salehserta saling berwasiat tentang kebenaran dan saling berwasiat tentang kesabaran.”

Ayat yang sebelumnya mengaskan bahwa semua manusia diliputi oleh

kerugian yang besar dan beraneka ragam. Ayat ketiga mengecualikan mereka

yang melakukan empat kegiatan pokok yaitu : Kecuali orang – orang yang

beriman, dan beramal amalan – amalan yang saleh yakni yang bermanfaat serta

saling berwasiat tentang kebenaran dan saling berwasiat tentang kesabaran dan

ketabahan.

Ulama membagi ajaran agama kepada dua sisi,

yaknipengetahuandanpengamalan.Akidah yang wajib diimani merupakan sisi

pengetahuan, sedang syariat merupakan sisi pengamalan. Atas dasar ini, para

ulama memahami alladziina aamanuu (orang yang beriman)dalam arti orang–

orang yang memiliki pengetahuan menyangkut kebenaran. Puncak kebenaran

adalah pengetahuan tentang ajaran–ajaran agama yang bersumber dari Allah swt.

kalau demikian sifat pertama yang dapat menyelamatkan seseorang dari kerugian

(51)

35

Kata (لمع)„amal/pekerjaan,digunakan oleh al–Qur‟an untuk

menggambarkan penggunaan daya (dayapikir,fisik,qalbu,dandayahidup) yang

dilakukan dengan sadar oleh manusia dan jin.

Kata ( حل اص) shaalih terambil dari kata ( حلص) shaluha yang dalam kamus–

kamus bahasa al–Qur‟an sering dijelaskan sebagai antonim (lawan) dari kata

(دساف) faasid/rusak. Dengan demikian kata shaalih diartikan sebagai tiada (

terhentinya ) kerusakan. Kata ini diartikan juga bermanfaat dan sesuai.22

Setiap amal saleh harus memiliki dua sisi yaitu:

Pertama,adalah wujud amal, yang biasanya terlihat di alam nyata. Di sini

orang lain dapat memberikan penilaian sesuai dengan kenyataan yang dilihatnya.

Penilaian baik diberikan manakala kenyataan yang dilihatnya itu menghasilkan

manfaat dan menolak mudharat.

Kedua,adalah motif pekerjaan itu. Mengenai sisi ini hanya Allah swt yang

dapat menilainya. Rasul saw. bersabda :

“Setiap pekerjaan sesuai dengan niatnya” ( HR. Bukhari dan Muslim melalui „Umar Ibn al – Khaththab ).

Dengan demikian, lebih jauh kita dapat berkata bahwa di sisi Allah, nilai

suatu pekerjaan bukan semata – mata dari bentuk lahiriah yang tampak di alam

nyata, tetapi yang lebih penting adalah niat pelakunya. Karena itu, dapat

dimengerti mengapa kalimat „amal shaalih banyak sekali digandengkan dengan

iman, karena iman inilah yang menentukan arah dan niat.

Disamping itu tidak seorang manusia pun yang dapat memastikan diterima

atau tidaknya suatu amal,karena dia hanya dapat melihat satu sisi dari suatu amal,

22

(52)

36

yaitu sisi yang nyata saja. Ketika muncul sebuah pertanyaan, mengapa Allah SWT

tidak mau menerima amal-amal baik dari orang-orang yang tidak beriman

kepadaNya? Maka akan ditemuan dua jawaban yaitu:

Pertama, menurut uraian diatas bahwa penilaian di hari kemudian (akhirat)

adalah harus memenuhi syarat yang pertama yaitu iman kepada Allah SWT,

karena ketika manusia tidak beriman maka niatnya dalam melakukan kebaikan

pastilah hanya didasari oleh keinginan nafsu duniawiyah saja bukan karena

mengikuti perintahNya dan juga ingin menggapai ridhoNya. Bahkan terkadang

manusia yang beriman sekalipun ketika melakukan amal soleh juga tidak

menetapi pada syarat amal sholeh, seperti yang telah Allah SWT ingatkan dalam

Qs.Al-Baqoroh(2):264

"Hai orang-orang beriman, janganlah kamu membatalkan sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan mengganggu (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya‟ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka keadaan orang itu seperti batu licin yang daiatasnya ada tanah, lalu batu itu ditimpa hujan lebat, maka menjadilah dia bersih(tidak bertanah/berdebu). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir”.

Kedua, bagi yang melakukan suatu pekerjaan namun ia tidak beriman, pada

hakikatnya ia tidak menantikan sesuatu di akhirat kelak. Karena ia tidak

mempercayainya, bahkan ketika itu ia tidak menantikan pahala sama sekali.

Sedangkan bagi mereka yang percaya akan adanya tuhan akan tetapi bukan Allah,

(53)

37

tersebuttentunya tidak dinantikannya dari Allah SWT, melainkan dari tuhan yang

disembahnya, seperti matahari, bulan, bintang, atau apa saja yang di pertuhankan

olehnya, maka silahkan ia menuntut pada tuhan-tuhan itu. Jadi apabila seseorang

telah mampu melakukan amal saleh disertai dengan iman, maka ia telah

memenuhi dua dari empat hal yang harus dipenuhinya dalam rangka

membebaskan dirinya dari kerugian total. Namun dengan keduanya seseorang

baru membebaskan drinya dari setengah kerugian. Ia masih bertugas menyangkut

dua hal lainnya agar ia benar–benar selamat, beruntung, serta terjauh dari segala

kerugian.

Kata (اوصاوت) tawaashau terambil dari kata (ىصو) washaa, (ةيصو)

washiiyatan yang secara umum diartikan sebagai menyuruh secara baik. Kata ini

berasal dari kata (ةيصاو ضرا) ardhu waashiyah yang berarti tanah yang dipenuhi

atau bersinambung tumbuhannya. Berwasiat adalah tampil kepada orang lain

dengan kata–kata yang halus agar yang bersangkutan bersedia melakukan

sesuatu pekerjaan yang diharapkan dari padanya secara bersinambung.

Kata(قحلا) al–haq berarti sesuatu yang mantap, tidak berubah. Sementara

ulama memahami kata al–haq pada ayat ini dalam arti Allah, yakni manusia

hendaknya saling ingat–mengingatkan tentang wujud, kuasa dan keesaan Allah

swt. serta sifat–sifat Nya yang lain. Ada juga yang berpendapat bahwa haq yang

dimaksud adalah Al-Qur‟an. Ini berdasar riwayat yangdisandarkan kepada Nabi

Muhammad saw.

Surah ini secara keseluruhan berpesan agar seseorang tidak hanya

(54)

38

bersama iman belum cukup. Amal saleh bukan asal beramal. Amal pun beraneka

ragam, kali ini suatu amal dianjurkan, di kali lain mungkin bentuk amal yang

sama diwajibkan bahkan mungkin juga sebaliknya justru terlarang.

Menurut Fahrudin ar-Razi memahami kataAl-haq disini sebagai “sesuatu

yang mantap (tidak berubah) baik berupa ajaran agama yang benar, petunjuk akal

yang pasti maupun pandangan mata yang mantap.Al-haq tentunya tidak secara

mudah di ketahui atau di peroleh. Ia juga beraneka ragam, karena itu harus di cari

dan dipelajari yang sesuai dengan sumber-sumber ajaran agama, sebagaimana

harus pula diarahkan juga kepada objek-objek yang diduga keras dapat

menginformasikan haq(kebenaran) itu, dalam hal ini alam raya beserta mahluk

yang menghuninya. Dari penjelasan diatas terlihat bahwa kata Al-haq dapat

mengandung arti pengetahuan. Karena mencari kebenaran bisa menghasilkan

ilmu, mencari keindahan menghasilkan seni, dan mencari kebaikan akan

menghasilkan etika.23

Saling berwasiat menyangkut haq(kebenaran) yang diperintahkan ini

mengandung makna bahwa seseorang berkewajiban untuk mendengarkan

kebenaran dari orang lain serta mengajarkannya kepada orang lain. Seseorang

belum lagi terbebaskan dari kerugian bila sekedar beriman beramal saleh, dan

mengetahui kebenaran itu untuk dirinya , tetapi ia berkewajiban untuk

mengajarkannya kepada orang lain. Selanjutnya sekaligus syarat yang dapat

membebaskan manusia dari kerugian total adalah saling wasiat-mewasiati

menyangkut kesabaran.

23

Referensi

Dokumen terkait

Analisis kerapatan sambaran petir di Kabupaten Kulonprogo bertujuan untuk mengetahui wilayah yang memiliki intensitas kerapatan petir tinggi, serta faktor ketinggian

Hasil dari penelitian ini kepuasan pada pimpinan tidak berpengaruh pada kinerja tenaga penjual, sehingga dapat disimpulkan meskipun kinerja tenaga penjual meningkat

komunikasi matematis pada kelas yang menggunakan. model pembelajaran AIR dengan

Aplikasi ini merupakan aplikasi dari analisa yang terjadi di lapangan bagaimana prosedur penyewaan fasilitas yang ada digambarkan ke dalam rancangan sistem

8QWXN PHQLQJNDWNDQ SURVHV ELVQLV RUJDQLVDVL SHQHUDSDQ VLVWHP DGPLQLVWUDVL DNDGHPLN PXWODN GLSHUOXNDQ 'DODP SHQHOLWLDQ LQL GL NDML UDQFDQJ EDQJXQ GDVKERDUG DGPLQLVWUDVL DNDGHPLN

Dengan ini menyatakan bahwa proposal PKM-P Saya dengan judul pemanfatan ekstrak daun, biji,kulit gamal(gliricidia sepium) dicampurkan dengan ekstrak akar tuba (derris

Pengambilan sampel pada penelitian ini mengajukan dua kriteria pemilihan sampel, yaitu: (1) Daerah kabupaten/kota yang melaksanakan pemilukada pada tahun 2017; (2) Data