• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

No. 34/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017

K

EADAAN

K

ETENAGAKERJAAN

P

ROVINSI

B

ALI

F

EBRUARI

2017

 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Februari 2017 mencapai 2.469.104 orang, bertambah 86.638 orang dibanding angkatan kerja Februari 2016 (2.382.466 orang), atau bertambah 6.065 orang dibanding angkatan kerja Agustus 2016 (2.463.039 orang).

 Jumlah penduduk yang bekerja di Bali pada Februari 2017 mencapai 2.437.494 orang, bertambah 105.430 orang dibandingkan keadaan Februari 2016 (2.332.064 orang), atau bertambah 20.939 orang dibanding keadaan pada Agustus 2016 (2.416.555 orang).

 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Bali pada Februari 2017 mencapai 1,28 persen, mengalami penurunan baik dibandingkan TPT Februari 2016 yang mencapai 2,12 persen, maupun dibanding dengan TPT Agustus 2016 yang mencapai 1,89 persen.

 Penduduk yang bekerja pada Februari 2017 meningkat sebesar 4,52 persen dari kondisi Februari 2016, namun terdapat variasi antar sektornya. Empat sektor yang mengalami peningkatan dalam penyerapan tenaga kerja yaitu, sektor industri, konstruksi, jasa kemasyarakatan, dan perdagangan dengan peningkatan masing-masing sebesar 17,95 persen, 15,22 persen, 7,73 persen, dan 5,92 persen. Sementara itu, di empat sektor lainnya yaitu sektor pertanian, tramsportasi, keuangan, dan lainnya (pertambangan dan penggalian serta LGA) mengalami penurunan masing-masing sebesar 8,63 persen, 8,33 persen, 1,85 persen, dan 3,14 persen.

 Pada Februari 2017, jumlah penduduk yang bekerja di sektor formal sebesar 47,61 persen, sedangkan penduduk yang bekerja di sektor informal sebesar 52,39 persen. Penduduk yang bekerja di sektor formal didominasi oleh mereka yang berstatus sebagai buruh/karyawan/pegawai mencapai 1.067.448 orang (43,79 persen). Sementara penduduk yang bekerja pada sektor informal didominasi oleh mereka yang berusaha dibantu buruh tidak tetap mencapai 408.027 orang (16,74 persen), berusaha sendiri 379.281 (15,56 persen), dan pekerja keluarga/pekerja tak dibayar 330.970 orang (13,58 persen).

 Berdasarkan jumlah jam kerja, pada Februari 2017 terdapat 1.802.200 orang (73,94 persen) bekerja 35 jam atau lebih per minggu, sedangkan 635.294 orang (26,06 persen) bekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 35 jam per minggu.

 Pada Februari 2017, pekerja dengan jenjang pendidikan SD ke bawah masih tetap mendominasi yaitu sebesar 890.927 orang (36,55 persen), sedangkan pekerja dengan pendidikan SMP sebesar 392.097 orang

(2)

1.

Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, dan Pengangguran

Ketenagakerjaan merupakan salah satu persoalan dalam penanganan kependudukan di Provinsi Bali. Terlebih lagi, Provinsi Bali sebagai ikon pariwisata nasional yang tidak saja menjadi daya tarik bagi wisatawan akan tetapi juga menarik bagi pencari kerja untuk mengadu peruntungannya. Industri pariwisata yang menjadi motor penggerak perekonomian Bali menyediakan peluang kerja yang menjanjikan baik bagi penduduk Bali maupun penduduk di luar Bali. Meningkatnya jumlah penduduk Bali tidak bisa terlepas dari kenyataan tersebut, yang pada gilirannya membawa berbagai persoalan sosial ekonomi tersendiri, salah satunya masalah ketenagakerjaan.

Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2017 menunjukkan adanya perbaikan kondisi ketenagakerjaan yang digambarkan oleh peningkatan jumlah angkatan kerja maupun jumlah penduduk bekerja dan penurunan tingkat pengangguran. Dari 3.212.208 penduduk usia kerja, 2..469.104 orang tergolong sebagai angkatan kerja yaitu penduduk yang bekerja dan penganggur. Dengan kata lain tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mencapai 76,87 persen. Sementara itu, 743.104 orang lainnya tergolong sebagai bukan angkatan kerja, yaitu mereka yang hanya memiliki kegiatan bersekolah, mengurus rumah tangga dan kegiatan lainnya. Dari jumlah angkatan kerja hasil survei Sakernas Februari 2017, penduduk yang bekerja mencapai 2.437.494 orang atau sebesar 98,72 persen dan hanya 1,28 persen penduduk angkatan kerja lainnya yang tidak terserap dalam lapangan kerja.

Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2017 bertambah 105.430 orang atau meningkat 4,52 persen dibandingkan Februari 2016. Bila dibandingkan dengan Agustus 2016, jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2017 bertambah 20.939 orang meningkat 0,87 persen. Sementara itu, jumlah pengangguran di Bali pada Februari 2017 mengalami penurunan, baik dibandingkan dengan kondisi Februari 2016 maupun Agustus 2016. Pengangguran di Bali pada Februari 2017 mencapai 31.610 orang atau 1,28 persen dari angkatan kerja. Sementara di Februari 2016 mencapai 2,12 persen dan di Agustus mencapai 1,89 persen.

Tabel 1

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama Tahun 2016-2017

Kegiatan Utama 2016 2017

Februari Agustus Februari

1. Penduduk Usia 15+ 3.164.653 3.189.018 3.212.208

2. Angkatan Kerja 2.382.466 2.463.039 2.469.104

a. Bekerja 2.332.064 2.416.555 2.437.494

b. Penganggur 50.402 46.484 31.610

3. Bukan Angkatan Kerja 782.187 725.979 743.104

4. TPAK (%) 75,28 77,24 76,87

5. TPT (%) 2,12 1,89 1,28

(3)

2.

Lapangan Pekerjaan Utama

Kondisi ketenagakerjaan baik menyangkut tingkat pengangguran dan penduduk yang bekerja tidak terlepas dari kinerja sektor-sektor perekonomian yang ada. Jumlah penduduk yang bekerja pada tiap sektor menunjukkan kemampuan sektor tersebut dalam penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan lapangan pekerjaan utama, pada Februari 2017 penduduk Bali paling banyak bekerja pada sektor perdagangan, rumah makan, dan akomodasi yang mencapai 30,77 persen (749.959 orang) dari total penduduk yang bekerja. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor ini mengalami peningkatan dibandingkan bulan yang sama di tahun sebelumnya, yaitu sebesar 5,92 persen.

Meskipun jumlah yang bekerja di sektor pertanian di Februari 2017 mengalami penurunan sebesar 8,63 persen dibandingkan dengan Februari 2016, sektor ini masih memiliki peranan yang cukup penting dalam menyerap tenaga kerja. Hal ini terlihat dari penyerapan tenaga kerja di sektor ini mencapai 19,19 persen (467.696 orang) dari penduduk yang bekerja.

Sektor jasa kemasyarakatan dan sektor industri juga memiliki peranan yang cukup penting dalam menyerap tenaga kerja. Penduduk yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan pada bulan Februari 2017 berjumlah 451.223 orang (18,51 persen). Sementara itu, penduduk yang berkerja di sektor industri pada Februari 2017 berjumlah 388.633 orang (15,94 persen). Jumlah penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama pada masing masing sektor disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2

Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2016-2017

Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2016 Agustus Februari 2017

Pertanian 511.861 506.251 467.696

Industri 329.478 370.531 388.633

Konstruksi 168.845 171.097 194.535

Perdagangan 708.012 728.757 749.959

Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi 90.360 90.611 82.829

Keuangan 97.228 109.977 95.434

Jasa Kemasyarakatan 418.862 433.377 451.223

Lainnya (Pertambangan, Penggalian, LGA) 7.418 5.954 7.185

Jumlah 2.332.064 2.416.555 2.437.494

3.

Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

Pendekatan kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status dalam pekerjaan utama. Dari enam kategori status pekerjaan utama, pendekatan pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal yaitu pekerja yang termasuk dalam kategori berusaha sendiri,

(4)

perubahan bila dibandingkan kondisi Februari 2016, dimana penduduk yang bekerja di sektor informal sebesar 53,07 persen, sedangkan penduduk yang bekerja di sektor formal sebesar 46,93 persen.

Situasi ketenagakerjaan dikatakan semakin membaik, apabila tersedianya jaminan kelangsungan pekerjaan bagi pekerja. Jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan status pekerjaan juga menjadi salah satu indikasi kualitas tenaga kerja. Status sebagai buruh/karyawan misalnya, dikatakan lebih baik dibandingkan dengan status sebagai pekerja bebas maupun pekerja keluarga. Disamping stabilnya kedudukan di suatu usaha, pada umumnya pekerja yang berstatus buruh/karyawan memiliki produktifitas yang lebih tinggi. Berdasarkan status pekerjaan, pada Februari 2017 terdapat 1.067.448 orang (43,79 persen) yang bekerja sebagai buruh/karyawan. Jumlah penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan ini mengalami peningkatan baik secara nilai absolut maupun secara komposisinya dibanding bulan yang sama di tahun 2016 yang sebanyak 1.009.604 orang (43,29) persen. Jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan status pekerjaan utama disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3

Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2016-2017

Ststus Pekerjaan Utama 2016 2017

Februari Agustus Februari

Berusaha sendiri 325.000 382.946 379.281

Berusaha dibantu buruh tidak tetap 452.674 435.670 408.027

Berusaha dibantu buruh tetap 84.896 88.872 93.007

Buruh/karyawan 1.009.604 1.014.982 1.067.448

Pekerja bebas 154.760 196.060 158.761

Pekerja tak dibayar 305.130 298.025 330.970

Jumlah 2.332.064 2.416.555 2.437.494

4.

Penduduk yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja

Komposisi jumlah penduduk yang bekerja menurut jam kerja per minggu terbagi menjadi dua bagian, yaitu pekerja penuh dan pekerja tidak penuh. Penduduk disebut sebagai pekerja penuh apabila selama seminggu yang lalu mereka bekerja selama 35 jam atau lebih, termasuk mereka yang sementara tidak bekerja. Sedangkan penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu dikatakan sebagai pekerja tidak penuh, yaitu mereka yang bekerja selama 1-34 jam per minggu.

Pada Februari 2017, berdasarkan komposisi jumlah penduduk yang bekerja menurut jam kerja per minggu terlihat mengalami perubahan yang berfluktuatif antar semesternya. Pada Februari 2017, persentase jumlah pekerja dengan jumlah jam kerja 1-34 jam per minggu mencapai 26,06 persen (635.294 orang) menurun dibandingkan bulan yang sama tahun 2016 sebesar 41,61 persen (970.346 orang). Fluktuasi penduduk yang bekerja menurut jam kerja per minggu antar periode ini sangat sensitif terhadap musim serta event (hari besar keagamaan) pada periode waktu pencacahan.

(5)

Tabel 4

Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja Per Minggu Tahun 2016-2017

Jumlah Jam Kerja Per Minggu

2016 2017

Februari Agustus Februari

1 – 7 75.414 41.058 52.945 8 – 14 216.869 80.963 112.624 15 – 24 350.658 175.711 212.102 25 – 34 327.405 215.084 257.623 1 – 34 970.346 512.816 635.294 35+*) 1.361.718 1.903.739 1.802.200 Jumlah 2.332.064 2.416.555 2.437.494

*) Termasuk sementara tidak bekerja

Sementara itu penduduk yang dianggap sebagai pekerja penuh waktu (full time worker), yaitu pekerja yang bekerja 35 jam atau lebih per minggu. Di bulan Februari 2017 jumlahnya mengalami kenaikan sebesar 32,35 persen (1.802.200 orang), dibandingkan bulan Februari tahun 2016 yang mencapai 1.361.718 orang.

5.

Penduduk yang Bekerja Menurut Pendidikan

Secara umum, tingkat pendidikan akan menentukan kualitas dari tenaga kerja yang tersedia. Tenaga kerja yang berkualitas tentu saja akan memiliki tingkat produktifitas yang lebih tinggi. Berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan, penduduk usia kerja yang bekerja masih didominasi oleh pekerja pada jenjang pendidikan SD ke bawah.

Tabel 5

Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Tahun 2016-2017

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

2016 2017

Februari Agustus Februari

SD Ke Bawah 858.390 856.765 890.927

Sekolah Menengah Pertama 369.220 365.427 392.097

Sekolah Menengah Atas 400.619 494.948 469.762

Sekolah Menengah Kejuruan 294.369 329.935 344.514

Diploma I/II/III 129.394 104.804 108.491

Universitas 280.072 264.676 231.703

Jumlah 2.332.064 2.416.555 2.437.494

Meskipun mengalami penurunan komposisi di setiap periodenya, pekerja yang berpendidikan SD ke bawah merupakan tenaga kerja yang paling banyak diserap oleh lapangan pekerjaan. Bila dibandingkan dengan bulan Februari 2016 jumlah pekerja yang berpendidikan SD ke bawah

(6)

Selain didominasi oleh mereka yang berpendidikan SD ke bawah, pada Februari 2017 pekerja pada jenjang pendidikan SMA/SMK juga memberikan kontribusi yang cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja. Jumlah pekerja dengan pendidikan SMA/SMK pada Februari 2017 sebanyak 814.276 orang dari total penduduk yang bekerja. Sementara itu, pada Februari 2016 penduduk yang bekerja dengan jenjang pendidikan SMA/SMK sebesar 694.988 orang atau mengalami peningkatan sebesar 17,16 persen.

6.

Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan

Pengangguran menurut tingkat pendidikan menggambarkan kondisi penyerapan tenaga kerja berdasarkan tingkat pendidikan. Secara umum tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2017 di Bali sebesar 1,28 persen. Keadaan tersebut menurun baik dibandingkan TPT Februari 2016 yang mencapai 2,12 persen dan Agustus 2016 yang mencapai 1,89 persen.

Berdasarkan jenjang pendidikan, TPT terendah terdapat pada penduduk dengan tingkat pendidikan SD kebawah yaitu sebesar 0,43 persen. TPT mereka yang berpendidikan Diploma I/II/III/Universitas (2,32 persen) merupakan TPT tertinggi ke dua setelah mereka yang berpendidikan SMP (2,47 persen). Tingginya TPT pada mereka yang berpendidikan Diploma I/II/III/Universitas pada Februari 2017, dimungkinkan karena penduduk yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memilih pekerjaan dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah. Mereka yang berpendidikan lebih tinggi berbekal keterampilan yang lebih baik sehingga memiliki daya tawar yang lebih tinggi dalam memilih pekerjaan yang diinginkan. Tingkat pengangguran pada tingkat pendidikan tertentu memberikan gambaran kesesuaian mereka dengan pendidikan tersebut di dalam dunia kerja.

Angka pengangguran terbuka secara umum terlihat berfluktuatif antar jenjang pendidikan dari waktu ke waktu. Hal ini menunjukkan belum stabilnya kondisi ketenagakerjaan yang cenderung bisa dimungkinkan dari sektor informal. Perkembangan angka TPT menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan diperlihatkan pada Tabel 6.

Tabel 6

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2016-2017 (persen)

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

2016 2017

Februari Agustus Februari

SD Ke Bawah 1,64 0,30 0,43

Sekolah Menengah Pertama 2,15 0,65 2,47

Sekolah Menengah Atas 2,65 2,17 1,28

Sekolah Menengah Kejuruan 3,01 3,96 1,06

Diploma I/II/III 2,06 4,44 1,34

Universitas 1,81 4,35 2,78

Referensi

Dokumen terkait

Menurut hemat saya, posisi Pemerintah Tiongkok sebenarnya sudah jernih dan ada ketegasan terhadap Huakiao, orang Tiongkok yang tetap mempertahankan WN-Tiongkok dan

Judul Tesis : Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Tulisan Narasi Melalui Metode Kolaborasi Pembelajaran TGT dengan STAD Pada Siswa Kelas VIIA

Sehingga dengan adanya anak inklusi yang di- terima disekolah ini mengharuskan seorang guru untuk bisa menyesuaikan dalam penggunaan kurikulum bahkan dalam

Berdasarkan hasil pengujian validitas dan reliabilitas konflik eksternal ditemukan bahwa 1 aitem dari total keseluruhan 5 aitem dinyatakan tidak valid dan seluruh aitem

Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja dengan

Menurut Thomas Connolly dan Begg (2010,p.434), 2NF adalah keadaan dimana sebuah relasi telah pada bentuk 1NF, dan setiap atribut non-primary key fungsinya secara

PENGGUNAAN LAMBANG, NOMENKLATUR KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI PADA KEPALA NASKAH DINAS, CAP DINAS, CAP JABATAN, DAN PAPAN NAMA UNIT KERJA.. TATA

:katan Dokter :ndonesia :D:6 menilai, pembiayaan kesehatan dengan sistem kapitasi dinilai lebih efektif dan efisien menurunkan angka kesakitan dibandingkan sistem