• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Definisi Auditing

Whittington, O. Ray dan Kurt Panny (2012:4) mendefinisikan auditing sebagai:

“In a financial statement audit, the auditors undertake to gather evidence and provide a high level of assurance that the financial statements follow generally accepted accounting principles, or some other appropriate basis of accounting. An audit involves searching and verifying the accounting records and examining other evidence supporting the financial statements. By gathering information about the company and its environment , including internal control; inspection documents; observing assets; making inquiries within and outside the company; and performing other auditing procedures, the auditors will gather the evidence necessary to issue and audit report. That audit report states that it is the auditor’s opinion that the financial statements, follow generally accepted accounting principles”.

Arens, Elder, Beasley yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf (2011 : 24) menyatakan bahwa:

“Auditing adalah pengumpulan serta evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilaksanakan oleh orang yang kompeten dan independen”.

Sukrisno Agoes (2012 : 4) menyatakan bahwa:

“Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.

Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa auditing adalah proses secara sistematis yang dilakukan oleh orang

(2)

berkompeten dan independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan.

2.1.1 Jenis Audit

Pengauditan dapat dibagi dalam beberapa jenis. Pembagian ini dimaksudkan untuk menentukan tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dengan adanya pengauditan tersebut.

Menurut (Sukrisno Agoes, 2012), ditinjau dari luasnya pemeriksaan, maka jenis-jenis audit dapat dibedakan atas:

1. Pemeriksaan Umum (General Audit)

Yaitu suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang independen dengan maksud untuk memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.

2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)

Yaitu suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan klien) yang dilakukan oleh KAP Independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.

Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas.

(3)

Ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit dapat dibedakan atas: 1. Audit Operasional (Management Audit)

Yaitu suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditetapkan oleh manajemen dengan maksud untuk mengetahui apakah kegiatan operasi telah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.

2. Pemeriksaan Ketaatan (Complience Audit)

Yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan telah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (Manajemen, Dewan Komisaris) maupun pihak eksternal (Pemerintah, Bapepam LK, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak).

3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit)

Yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan yang mencakup laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan yang bersangkutan serta ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.

4. Audit Komputer (Computer Audit)

yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap perusahaan yang melakukan proses

(4)

data akuntansi dengan menggunakan sistem Elektronic Data Processing (EDP).

2.1.2 Jenis Auditor

Auditor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan audit atas laporan keuangan dan kegiatan suatu perusahaan atau organisasi.

Menurut (Sukrisno Agoes, 2012), auditor dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Auditor Pemerintah

a. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan pada instansi-instansi pemerintah. Fungsi dan tugasnya adalah :

- Sebagai general audit atas pemda/pusat termasuk BUMN dan BUMD Complience audit atas audit investigasi atas sebuah kasus eksternal audit pemerintah

b. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tugasnya adalah sebagai auditor internal pemerintah untuk manajemen audit (memberikan rekomendasi agar perusahaan lebih efisien, dan tidak memberikan opini auditor)

c. Inspektorat Jendral Departemen Keuangan sebagai auditor internal departemen keuangan

(5)

e. Auditor pajak sebagai complience audit terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan

2. Auditor Intern

Merupakan auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas utamanya ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.

3. Auditor Independen atau Akuntan Publik

Adalah melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan (General Audit). Pengauditan ini dilakukan pada perusahaan terbuka, yaitu perusahaan yang go public, perusahaan-perusahaan besar dan juga perusahaan kecil serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan mencari laba. Praktik akuntan publik harus dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan Publik (KAP).

2.1.3 Standar Auditing

Menurut PSA . 01 (SA Seksi 150)

Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. “Prosedur” berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan “standar” berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar auditing, yang berbeda dengan prosedur

(6)

auditing, berkaitan dengan tidak hanya kualitas profesional auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya.

Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (2011: 150.1-150.2) terdiri atas sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:

1. Standar Umum

Standar umum dalam auditing sebagai berikut:

a. Audit harus dilakukan oleh seorang yang sudah mengikuti pelatihan dan memiliki kecakapan teknis yang memadai sebagai seorang auditor.

b. Auditor harus mempertahankan sikap mental yang independen dalam semua hal yang berhubungan dengan audit.

c. Auditor harus menerapkan kemahiran profesional dalam melaksanakan audit dan menyusun laporan.

2. Standar Pekerjaan Lapangan

Standar pekerjaan lapangan yang dimaksud adalah:

a. Auditor harus merencanakan pekerjaan secara memadai dan mengawasi semua asisten sebagaimana mestinya.

b. Auditor harus memperoleh pemahaman yang cukup mengenai entitas serta lingkungannya, termasuk pengendalian internal untuk menilai risiko salah saji yang material dalam laporan

(7)

keuangan karena kesalahan atau kecurangan, dan selanjutnya untuk merancang sifat, waktu, serta luas prosedur audit.

c. Auditor harus memperoleh cukup bukti audit yang tepat dengan melakukan prosedur audit agar memiliki dasar yang layak untuk memberikan pendapat menyangkut laporan keuangan yang diaudit.

3. Standar Pelaporan

Standar pelaporan yang dimaksud adalah:

a. Auditor dalam laporan auditnya harus prinsip akuntansi yang berlaku umum. Menyatakan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip.

b. Auditor dalam laporan auditnya harus mengidentifikasi mengenai keadaan dimana prinsip akuntansi tidak secara konsisten diikuti selama periode berjalan dibandingkan dengan periode sebelumnya. c. Jika auditor menetapkan bahwa pengungkapan secara informatif

belum memadai, auditor harus menyatakannya dalam laporan audit. d. Auditor dalam laporan auditnya harus menyatakan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau menyatakan bahwa suatu pendapat tidak dapat diberikan. Jika auditor tidak dapat memberikan suatu pendapat, auditor harus menyebutkan alasan-alasan yang mendasarinya dalam laporan auditor. Dalam semua kasus jika nama seorang auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, auditor ini harus secara jelas (dalam laporan auditor)

(8)

menunjukkan sifat pekerjaannya, jika ada, serta tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor bersangkutan.

2.2 Deskripsi Aset Tetap

Aset tetap merupakan aktiva perusahaan yang tidak dimaksudkan untuk dijual belikan melainkan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan yang umurnya lebih dari satu tahun, dan merupakan pengeluaran perusahaan dalam jumlah yang besar.

Aset tetap disebut juga Property, Plant and Equipment.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 16, Paragraf 5 – IAI, 2012):

Aset tetap adalah asset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Masa manfaat adalah periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan.

(9)

2.2.1 Karakteristik Aset Tetap

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 16 – IAI, 2012): Aset tetap dimiliki untuk digunakan dalam:

1) Produksi atau penyediaan barang dan jasa 2) Direntalkan kepada pihak lain

3) Tujuan Administratif 4) Mempunyai wujud fisik

5) Mempunyai jangka waktu kegunaan (umur) relatif permanen (lebih dari satu tahun periode akuntansi)

2.2.2 Klasifikasi Aset Tetap a. Aset Tetap Berwujud

Aset tetap berwujud meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dipakai secara aktif dalam operasi perusahaan, dan mempunyai masa kegunaan relatif permanen. Aset tetap berwujud yang mempunyai masa kegunaan yang terbatas harus di depresiasi selama masa kegunaannya, dan disajikan dalam neraca sebesar nilai bukunya. Yang termasuk dalam golongan aset ini adalah bangunan, mesin, dan alat-alat pabrik, mebel dan alat-alat kantor kendaraan dan alat-alat transport, alat kerja bengkel, aset sumber alam. Sedangkan aset tetap berwujud yang mempunyai masa kegunaan tidak terbatas, disajikan di dalam neraca sebesar harga perolehan.

(10)

b. Aset Tetap Tidak Berwujud

Aset tetap tidak berwujud meliputi hak-hak preferensi (istimewa) yang dijamin oleh undang-undang, kontrak, perjanjian-perjanjian dan mempunyai masa manfaat dalam waktu relatif permanen. Aset tetap tidak berwujud diakui sebesar harga perolehan kemudian pada periode selanjutnya dilaporkan sebesar nilai tercatatnya. Dalam menentukan besaran harga perolehan tergantung oleh bagaimana cara perolehan aset tidak berwujudnya. Apabila diperoleh dengan membeli atau transaksi yang menggunakan kas atau setara kas lainnya maka harga perolehan aset tidak berwujudnya sebesar uang yang dikeluarkan. Apabila diperoleh dengan pertukaran dengan aset lain, maka harga perolehan aset tidak berwujudnya sebesar harga kekinian dari aset yang ditukar. Yang termasuk dalam golongan aset ini meliputi hak patent, hak cipta (copy right), franchise, goodwill, pre-operating expenses (biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum perusahaan berproduksi secara komersial, termasuk biaya pendirian).

2.3 Audit Atas Aset Tetap

Untuk sebagian besar entitas, aset tetap menunjukkan jumlah yang material dalam laporan keuangan. Ketika mengaudit klien lama, fokus hanya pada aktivitas tahun berjalan karena aset yang didapat di tahun-tahun terdahulu telah menjadi subjek dari prosedur audit pada waktu perolehan.

(11)

Menurut Alvin. A. Arens (2011; 192) audit atas aset tetap sebagai berikut:

a. Telaah atas Peralatan – Akun Terkait

Pencatatan akuntansi utama dalam akun peralatan manufaktur dan akun aset tetap lainnya umumnya merupakan berkas utama aset tetap. Berkas utama meliputi catatan terperinci atas setiap bagian peralatan dan jenis properti lainnya. Setiap pencatatan dalam berkas tersebut mencakup deskripsi aset, tanggal akuisisi, biaya perolehan, depresiasi tahun berjalan, dan akumulasi depresiasi untuk properti.

Total seluruh pencatatan dalam berkas utama sama dengan saldo buku besar untuk akun terkait. Berkas utama juga berisi informasi tentang properti yang diakuisisi dan dijual selama tahun berjalan.

Auditor melakukan verifikasi atas peralatan manufaktur secara berbeda dengan akun aset lancar karena tiga alasan berikut, yaitu:

1. Biasanya terdapat akuisisi peralatan dalam jumlah sedikit pada periode berjalan.

2. Nilai akuisisi biasanya material.

3. Peralatan biasanya disimpan dan dicatat dalam pencatatan akuntansi selama beberapa tahun.

Oleh karena perbedaan tersebut, maka audit peralatan manufaktur menekankan pada verifikasi atas akuisisi periode berjalan, dibandingkan pada saldo akun lanjutan dari periode sebelumnya.

(12)

2.3.1 Pengujian Substantif atas Saldo Aset Tetap

Menurut Alvin. A. Arens (2011; 193), dalam audit peralatan manufaktur dan akun terkait, pengujian akan dimudahkan jika dipisah menjadi beberapa kategori:

1) Melakukan prosedur analitis

Jenis prosedur analitis bergantung pada sifat pelaksanaan bisnis klien. Tabel dibawah ini mengilustrasikan prosedur analitis yang biasa dilakukan untuk peralatan manufaktur.

Tabel 2.1

Prosedur Analitis untuk Peralatan Manufaktur

Prosedur Analitis

Salah Saji yang Mungkin Terjadi

Membandingkan rasio beban depresiasi dibagi biaya peralatan manufaktur kotor dengan tahun-tahun sebelumnya

Salah saji pada beban depresiasi dan akumulasi depresiasi

Membandingkan akumulasi depresiasi dengan biaya peralatan manufaktur kotor dengan tahun-tahun sebelumnya

Salah saji pada akumulasi depresiasi

Membandingkan beban perbaikan dan pemeliharaan bulanan atau tahunan, beban persediaan, beban peralatan kecil, dan akun sejenis dengan tahun-tahun sebelumnya

Jumlah beban yang seharusnya dikapitalisasi

Membandingkan beban manufaktur kotor dibagi dengan beberapa jumlah produksi dengan tahun-tahun sebelumnya

Perlengkapan yang tidak terpakai atau dibuang, tetapi belum dihapusbukukan.

(13)

2) Melakukan verifikasi akuisisi tahun berjalan

Perusahaan harus mencatat penambahan pembelian aset tahun berjalan dengan benar karena aset tetap memiliki dampak jangka panjang pada laporan keuangan. Kesalahan dalam mengapitalisasi aset atau mencatat akuisisi dengan jumlah yang tidak benar akan berdampak pada neraca hingga perusahaan menghentikan penggunaan aset tersebut. Laporan laba/rugi juga dipengaruhi sampai aset selesai didepresiasi.

Auditor menggunakan tujuh dari delapan tujuan audit-terkait saldo sebagai kerangka dan referensi atas pengujian perincian saldo, yaitu : keberadaan, kelengkapan, akurasi, klasifikasi, pisah batas, kecocokan perincian, dan hak dan kewajiban. Keberadaan, kelengkapan, akurasi, dan klasifikasi biasanya merupakan tujuan utama dari audit ini.

Pengujian audit aktual dan jumlah sampel sangat bergantung pada salah saji yang dapat diterima, resiko bawaan, dan penilaian risiko pengendalian. Salah saji yang dapat diterima merupakan hal penting untuk melakukan verifikasi atas penambahan aset tahun berjalan karena transaksi ini bervariasi dari jumlah yang tidak material dalam beberapa tahun sampai jumlah yang sangat besar untuk akuisisi lainnya.

Dalam pengujian penambahan aset, auditor harus memahami GAAP untuk memastikan bahwa klien memenuhi persyaratan

(14)

standar akuntansi. Auditor juga perlu mengetahui kebijakan kapitalisasi yang diterapkan klien untuk menentukan apakah akuisisi sudah diterapkan secara konsisten dengan tahun sebelumnya. Auditor juga perlu melakukan verifikasi atas klasifikasi catatan transaksi. Klien biasanya memasukkan transaksi yang seharusnya dicatat sebagai aset ke dalam beban perbaikan dan pemeliharaan, beban sewa guna usaha, persediaan, alat-alat kecil, dan akun sejenis. Salah saji dapat disebabkan karena kurangnya pemahaman atas GAAP atau keinginan klien untuk menghindari pajak penghasilan. Jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan terjadinya salah saji ini besar, maka mereka perlu mengambil sampel dengan nilai nominal lebih besar.

3) Melakukan verifikasi penghentian aset tahun berjalan

Transaksi yang mencakup penghentian peralatan manufaktur biasanya mengalami salah saji bila pengendalian internal perusahaan lemah dalam menjalankan metode formal untuk menginformasikan manajemen untuk transaksi penjualan, tukar-tambah, pembatalan, atau pencurian mesin dan peralatan. Jika klien tidak mencatat penghentian aset, maka harga perolehan dari peralatan tersebut tentunya akan lebih saji sampai tak terhingga, dan nilai buku bersih akan lebih saji hingga aset benar-benar habis didepresiasi. Metode formal untuk menelusuri penghentian aset dan provisi atas otorisasi penjualan atau metode penghentian aset lainnya dapat mengurangi

(15)

resiko salah saji. Selain itu, perlu ada verifikasi internal yang memadai dalam pencatatan penghentian aset tetap untuk memastikan bahwa aset benar-benar telah dihapusbukukan dari pencatatan akuntansi.

Tujuan utama auditor dalam verifikasi penjualan, tukar-tambah, atau penghentian aset tetap adalah mendapatkan bukti memadai bahwa seluruh penghentian dicatat dalam jumlah yang benar. Dimulai dari verifikasi penghentian, yaitu dengan memeriksa skedul klien atas pencatatan penghentian. Skedul ini memasukkan tanggal penghentian penggunaan aset, nama orang atau perusahaan yang membeli aset tersebut, harga penjualan, harga perolehan, tanggal akuisisi, dan akumulasi depresiasi.

Prosedur berikut ini biasa digunakan dalam melakukan verifikasi penghentian :

a. Menelaah apakah terdapat akuisisi aset baru yang menggantikan aset lama

b. Menganalisis laba dan rugi penghentian aset dan pendapatan lain-lain sebagai penerimaan kas dari penghentian aset

c. Menelaah modifikasi pabrik dan perubahan dalam lini produk, pajak properti, atau asuransi yang merupakan indikasi penghapusan aset.

d. Melakukan tanya jawab dengan manajemen dan personel bagian produksi tentang kemungkinan penghentian aset.

(16)

4) Melakukan verifikasi saldo akhir pada akun aset

Terdapat dua tujuan auditor saat melakukan audit peralatan manufaktur, yaitu menentukan bahwa:

a. Seluruh perlengkapan yang dicatat secara fisik ada pada tanggal neraca (keberadaan)

b. Seluruh perlengkapan yang dimiliki sudah dicatat (kelengkapan) Auditor pertama kali harus mempertimbangkan sifat pengendalian internal atas peralatan manufaktur. Idealnya, auditor dapat menentukan apakah pengendalian cukup memadai agar mereka dapat mengandalkan saldo yang tercatat dari tahun sebelumnya.

Langkah audit yang pertama berfokus pada tujuan kecocokan perincian: peralatan manufaktur, sebagaimana terdapat dalam berkas utama, telah sesuai dengan buku besar. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap hasil cetak berkas utama yang menunjukkan total saldo buku besar. Auditor dapat memilih menggunakan peranti lunak audit untuk menjumlahkan berkas utama versi elektronik ataupun menjumlahkan beberapa halaman secara manual. Setelah menilai resiko pengendalian untuk tujuan keberadaan, auditor memutuskan apakah perlu melakukan verifikasi keberadaan masing-masing bagian peralatan manufaktur dalam berkas utama.

Penyajian dan pengungkapan yang memadai untuk peralatan manufaktur dalam laporan keuangan harus di evaluasi dengan hati-hati untuk memastikan apakah sudah mengikuti GAAP. Peralatan

(17)

manufaktur harus memasukkan biaya kotor dan harus dipisahkan dari aset tetap lainnya. Aset sewa guna usaha harus diungkapkan secara terpisah, dan pihak yang memiliki aset harus dicantumkan dalam penjelasan tambahan (footnote disclosure). Auditor harus melakukan pengujian memadai untuk melakukan verifikasi terhadap keseluruhan empat tujuan penyajian dan pengungkapan.

5) Melakukan verifikasi beban depresiasi

Beban depresiasi adalah satu dari sedikit akun beban yang tidak diverifikasi sebagai bagian dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Jumlah tercatat ditentukan dari alokasi internal, bukan dari transaksi pertukaran dengan pihak luar. Tujuan audit-terkait saldo yang paling penting untuk beban depresiasi adalah akurasi. Auditor berfokus pada penentuan apakah klien telah mengikuti kebijakan depresiasi yang konsisten dari periode ke periode, dan apakah perhitungan klien sudah benar. Dalam menentukan hal tersebut, auditor harus mempertimbangkan empat hal, yaitu:

a. Umur ekonomis untuk akuisisi di masa sekarang b. Metode depresiasi

c. Estimasi nilai sisa

d. Kebijakan mendepresiasi aset selama tahun akuisisi dan penghentian

(18)

Dalam menentukan kewajaran umur ekonomis aset yang baru diakuisisi, auditor harus mempertimbangkan umur fisik aset, umur ekonomis yang diharapkan (ditetapkan dengan tingkat keusangan aset atau kebijakan normal perusahaan dalam penggantian aset) dan kebijakan yang diterapkan perusahaan dalam tukar-tambah peralatan. Metode yang berguna untuk mengaudit depresiasi adalah pengujian prosedur analitis atas kewajaran yang dibuat dengan mengalikan aset tetap yang kurang didepresiasi dengan tingkat depresiasi untuk tahun tersebut. Dalam melakukan penghitungan tersebut, auditor harus membuat penyesuaian untuk penambahan dan penghentian di tahun berjalan, aset dengan umur ekonomis yang berbeda, dan aset dengan metode depresiasi yang berbeda. Jika perhitungan mendekati total yang dibuat klien dan jika penilaian resiko pengendalian atas beban depresiasi rendah, maka pengujian perincian depresiasi dapat dihapuskan.

6) Melakukan verifikasi saldo akhir dalam akumulasi depresiasi Debet atas akumulasi depresiasi secara normal diuji sebagai bagian dari audit penghentian aset dan kreditnya diverifikasi sebagai bagian dari beban depresiasi. Jika auditor menelusuri transaksi tertentu ke catatan akumulasi depresiasi dalam berkas utama aset sebagai bagian dari pengujian ini, maka perlu dilakukan pengujian tambahan atas saldo akhir akumulasi depresiasi.

(19)

Dua tujuan yang biasanya ditekankan dalam audit saldo akhir dalam akumulasi depresiasi adalah:

a. Akumulasi depresiasi yang dinyatakan dalam berkas utama aset sesuai dengan dalam buku besar. Tujuan ini dapat dipenuhi dengan pengujian penjumlahan akumulasi depresiasi dalam berkas utama aset dan menelusuri totalnya ke buku besar. b. Akumulasi depresiasi dalam berkas utama adalah akurat

Dalam beberapa kasus, umur peralatan manufaktur dapat dikurangi secara signifikan karena pengurangan permintaan pelanggan terhadap produk, penurunan fisik yang tidak diharapkan, modifikasi operasi, atau perubahan lainnya. Oleh karena kemungkinan ini, maka auditor harus mengevaluasi kecukupan cadangan akumulasi depresiasi setiap tahun untuk memastikan bahwa nilai buku bersih tidak melebihi nilai realisasi aset.

(20)

2.3.2 Tujuan Pemeriksaan Aset Tetap

Menurut Sukrisno Agoes (2012: 271), pemeriksaan atas aset tetap mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aset tetap

2. Untuk memeriksa apakah aset tetap yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) betul-betul ada, masih digunakan dan dimiliki oleh perusahaan.

3. Untuk memeriksa apakah penambahan aset tetap dalam tahun berjalan (periode yang diperiksa) betul-betul merupakan suatu Capital Expenditure, di otorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang, didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan dicatat dengan benar.

4. Untuk memeriksa apakah disposal (penarikan) aset tetap sudah dicatat dengan benar di buku perusahaan dan telah di otorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.

5. Untuk memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam tahun (periode) yang diperiksa dilakukan dengan cara yang sesuai dengan SAK, konsisten, dan apakah perhitungannya telah dilakukan dengan benar (secara akurat)

6. Untuk memeriksa apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan.

(21)

7. Untuk memeriksa apakah penyajian aset tetap dalam laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS)

2.4 Prosedur Pemeriksaan Aset Tetap

Di banyak perusahaan, terutama perusahaan industri, aset tetap merupakan jumlah yang sangat besar dari total aset perusahaan. Namun demikian waktu yang digunakan oleh akuntan publik untuk memeriksa aset tetap biasanya lebih sedikit dibandingkan waktu yang digunakan untuk memeriksa perkiraan lainnya seperti piutang, persediaan, dan lain-lain. Beberapa penyebabnya antara lain:

a. Harga perolehan per unit dari aset tetap biasanya relatif besar dan jumlah transaksinya dalam setahun biasanya sedikit.

b. Mutasi aset tetap (penambahan dan pengurangan) biasanya jauh lebih sedikit di bandingkan mutasi piutang dan persediaan

c. Dalam memeriksa aset tetap, prosedur cut-off bukan merupakan hal yang penting seperti pemeriksaan atas cut-off transactions dalam pemeriksaan pembelian dan penjualan persediaan.

(22)

Prosedur audit yang akan disebutkan berikut ini berlaku untuk repeat engangements (penugasan berulang) sehingga dititikberatkan pada pemeriksaan transaksi tahun berjalan (periode yang diperiksa). Untuk audit pertama kali bisa dibedakan sebagai berikut:

a. Jika tahun sebelumnya perusahaan sudah di audit oleh kantor akuntan lain, saldo awal aset tetap bisa dicocokkan dengan laporan akuntan terdahulu dan kertas kerja pemeriksaan akuntan tersebut.

b. Jika tahun-tahun sebelumnya perusahaan belum pernah di audit, akuntan publik harus memeriksa mutasi penambahan dan pengurangan aset tetap sejak awal berdirinya perusahaan, untuk mengetahui apakah pencatatan yang dilakukan perusahaan untuk penambahan dan pengurangan aset tetap, serta metode dan perhitungan penyusutan aset tetap dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/ IFRS). Tentu saja pemeriksaan mutasi tahun-tahun sebelumnya dilakukan secara test basis dengan mengutamakan jumlah yang material.

Prosedur audit atas aset tetap menurut Sukrisno Agoes (2012: 273) adalah sebagai berikut:

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aset tetap

2. Minta kepada klien Top Schedule serta Supporting Schedule aset tetap, yang berisikan: Saldo awal, penambahan serta pengurangan-pengurangannya dan saldo akhir, baik untuk harga perolehan maupun

(23)

3. Periksa footing dan cross footingnya dan cocokkan totalnya dengan General Ledger atau Sub-Ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu.

4. Vouch penambahan serta pengurangan dari aset tetap tersebut. Untuk penambahan kita lihat approvalnya dan kelengkapan supporting documentnya. Untuk pengurangan kita lihat otorisasinya dan jurnalnya apakah sudah dicatat dengan betul, misalnya bila ada keuntungan atau kerugian atas penjualan aset tetap tersebut. Selain itu periksa juga penerimaan hasil penjualan aset tetap tersebut.

5. Periksa fisik dari aset tetap tersebut (dengan cara test basis) dan periksa kondisi dan nomor kode dari aset tetap

6. Periksa bukti pemilikan aset tetap. Untuk tanah, gedung, periksa sertifikat tanah dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) serta SPIB (Surat Izin Penempatan Bangunan). Untuk mobil, motor, periksa BPKB, STNK-nya.

7. Pelajari dan periksa apakah Capitalization Policy dan Depreciation Policy yang dijalankan konsisten dengan tahun sebelumnya.

8. Buat analisis tentang perkiraan Repair & Maintenance sehingga kita dapat mengetahui apakah ada pengeluaran yang seharussnya masuk dalam kelompok Capital Expenditures tetapi dicatat sebagai Revenue Expenditures.

9. Periksa apakah aset tetap tersebut sudah diasuransikan dan apakah Insurance Coveragenya cukup atau tidak

(24)

10.Tes perhitungan penyusutan, cross reference angka penyusutan dengan biaya penyusutan diperkirakan laba rugi dan periksa alokasi/distribusi biaya penyusutan.

11.Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank. Untuk memeriksa apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan atau tidak. Bila ada, maka hal ini perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

12. Periksa apakah ada Commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk membeli atau menjual aset tetap.

13.Untuk Construction in Progress, kita periksa penambahannya dan apakah ada Construction in Progress yang harus di transfer ke aset tetap

14.Jika ada aset tetap yang diperoleh melalui leasing periksa lease agreement dan periksa apakah accounting treatmentnya sudah sesuai dengan standar akuntansi leasing.

15.Periksa atau tanyakan apakah ada aset tetap yang dijadikan agunan kredit di bank

16.Periksa penyajiannya dalam laporan keuangan, apakah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perbandingan nilai akurasi yang diperoleh dari pengujian hasil klasifikasi terhadap data training, menunjukkan algoritma Decision Tree lebih baik

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung yang terkait. dengan bidang

Aplikasi ini memiliki kemampuan untuk memindai semua lagu dalam perpustakaan musik pengguna untuk menemukan lirik yang sesuai, serta dapat digunakan sebagai

Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada materi pokok Perbandingan di SMPN 2 Megaluh dikatakan efektif dengan kriteria

Selain menjadi sumber infeksi, ukuran tonsil dan adenoid yang besar pada anak juga Selain menjadi sumber infeksi, ukuran tonsil dan adenoid yang besar pada anak juga dapat menyebabkan

Perencanaan Rencana Elemen Karakteristik Rencana Organisasi Unit Jangka pendek Jangka menengah Jangka panjang Jangka sangat panjang Produksi Riset Pengembangan produk baru

Memberikan kontribusi terhadap ilmu hukum khususnya dalam bidang ruang angkasa mengenai pengaturan lembaga ganti rugi dalam penyelesaian ganti rugi akibat pengoperasian

Surat Pemberitahuan (SPT) dengan menggunakan media komputer (e-SPT) adalah SPT beserta lampiran-lampirannya dalam bentuk digital dan dilaporkan secara elektronik