• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suplemen Majalah SAINS Indonesia. Edisi Agustus Suplemen Pertanian (MSI 56).indd1 1 26/07/ :29:06

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Suplemen Majalah SAINS Indonesia. Edisi Agustus Suplemen Pertanian (MSI 56).indd1 1 26/07/ :29:06"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Padi, Tanaman Pangan Pokok Dunia

Penanaman padi sudah dilakukan di lebih dari seratus negara, dengan total luas panen dalam setahunnya lebih kurang mencapai 158 juta ha dan produksinya lebih dari 700 juta ton atau setara dengan 470 juta ton beras. 640 juta ton di antaranya dihasilkan di Asia, sekaligus mewakili 90% dari produksi global.

Padi umumnya ditanam pada satuan luas usaha tani sempit, yakni antara 0.5 sampai 3 ha per rumah tangga tani. Sementara produktivitas bervariasi mulai kurang dari 1 ton/ha di sawah tadah hujan hingga lebih dari 10 ton/ha di sawah dengan penerapan teknologi intensif. Khusus di Asia, padi sangat mendominasi dari sisi produksi dan konsumsi, baik dalam hal luas tanam maupun jumlah kalori. Untuk me-menuhi kebutuhan konsumsi, kontribusi kalori dari beras lebih besar dibanding komoditas pangan lainnya.

Negara dengan produksi padi tertinggi di dunia adalah Cina dan India. Sebenarnya luas panen di Cina lebih kecil, na-mun produktivitasnya lebih tinggi. Hal ini karena didominasi oleh lahan sawah beririgasi. Setelah dua negara raksasa terse-but, negara berikutnya dengan produksi yang juga tinggi di dunia adalah Indonesia, Bangladesh, Vietnam, Myanmar dan Thailand. Inilah tujuh negara produsen padi yang menguasai 80% produksi beras dunia.

Di Afrika, sesungguhnya beras juga menjadi pangan po-kok, terutama di Afrika Barat dengan proporsi lebih dari 40% dari seluruh produksi Afrika. Negara utama penghasil padi di wilayah ini adalah Mesir, Nigeria, dan Madagaskar. Di Amerika Latin dan Karibia, beras juga populer di Brazil, Bolivia, Kolom-bia, Uruguay, dan Venezuela. Brazil merupakan produsen terbesar dengan produksi lebih dari 50% di kawasan ini (11.6 juta ton per tahun). Di luar ini semua, Amerika Serikat se-sungguhnya juga produsen penting, terutama di California, dengan produksi hampir 10 juta ton.

POSISI PADI INDONESIA

DI DUNIA

Agustus 2016, Badan Litbang Pertanian memasuki usia

42 tahun. Selama kurun waktu itu, benih unggul padi

merupakan salah satu karya teknologi andalan. Hasil inovasi

ini pula yang mampu menempatkan Indonesia pada posisi

terhormat di dunia.

(4)

Benih Unggul sebagai Teknologi Unggulan Padi

Semua pihak mengakui Revo-lusi Hijau (green revolution) meru-pakan terobosan yang telah mampu meningkatkan produksi biji-bijian - termasuk padi - secara dramatis di seluruh dunia. Hal ini dicapai me-lalui kombinasi teknologi dengan memadukan benih unggul, irigasi,

pemupukan intensif, dan penanganan hama dan penyakit. Untuk padi, pendorong utama adalah lahirnya varietas IR8 yang dikeluarkan pada tahun 1966.

Jika pada tahun 1960 rata-rata produktivi-tas hanya 2.0 ton/ha, maka 40 tahun kemudian yakni pada tahun 2000, produktivitas padi dunia mencapai rata-rata 4.0 ton/ha. Namun demikian, di beberapa wilayah ditemukan kasus produkti-vitas padi yang sangat tinggi (6 - 10 ton/ha). Hal ini telah mampu menyelamatkan dunia dari an-caman kelaparan massal (sumber: ricepedia.org). Produksi beras dunia meningkat selama 50 tahun terakhir dengan rate 2.24% per ta-hun. Pendorong utamanya adalah peningkatan produktivitas dibandingkan luas panen, yakni 1.74% berbanding 0.49%.

Posisi Indonesia

Indonesia berada pada posisi cukup terhor-mat dalam peta teknologi padi dunia. Pada ta-hun 2014, rata-rata produktivitas padi Indonesia

(5.13 ton/ha), merupakan nomor 3 paling tinggi setelah Cina dan Vietnam. Produktivitas padi Cina yang tinggi didukung oleh proporsi lahan sawah irigasinya yang lebih dominan. Vietnam yang pada tahun 1990 dan 2000 produktivitas-nya masih berada di bawah Indonesia, langsung meningkat pada 15 tahun terakhir.

Prestasi Indonesia ini tentu diperoleh dari dukungan berbagai aspek. Selain program massal Bimas sampai Supra Insus yang intensif mendukung sarana dan prasarana, penerapan benih unggul merupakan faktor yang tidak bisa dinisbikan. Peran Badan Litbang Pertanian dan kerjasama dengan berbagai pihak terutama IRRI telah menjadi pelaku utama perkembang-an teknologi padi secara keseluruhperkembang-an. Badperkembang-an Litbang Pertanian telah meluncurkan ratusan varietas unggul baru, melakukan kajian-kajian lapang serta menjalankan program pemberda-yaan langsung ke lapangan bersama-sama ba-gian lain di Kementerian Pertanian untuk mem-perkenalkan dan mengawal adopsinya. Produktivitas padi (ton/ha) di beberapa negara utama

Negara 1961 1970 1980 1990 2000 2010 2014 Thailand 1.66 2.02 1.89 1.96 2.61 2.88 3.01 China 2.08 3.42 4.14 5.72 6.26 6.55 6.75 India 1.54 1.68 2.00 2.61 2.85 3.36 3.62 Indonesia 1.76 2.38 3.29 4.30 4.40 5.02 5.13 Vietnam 1.90 2.15 2.08 3.18 4.24 5.34 5.75 Filipina 1.23 1.75 2.21 2.98 3.07 3.62 4.00 Sumber: ricepedia.org Sumber: ricepedia.org

(5)

Fenomena Melambatnya Peningkatan Produktivitas Padi

Sepuluh tahun terakhir, Indonesia meng-alami perlambatan peningkatan produktivitas padi. Fenomena ini juga berlangsung di seantreo dunia, yang juga berlangsung pada komoditas-komoditas pangan lain selain padi.

Memang, berdasarkan data FAO, Total Fac-tor Productivity (TFP) komoditas pangan semakin rendah dari tahun ke tahun.

Sebagian besar varietas padi tidak mampu mencapai hasil potensialnya (potential yields). FAO merilis hasil aktual di banyak negara hanya 4 - 6 ton/ha, sedangkan potensi sesungguhnya 10 - 11 ton/ha. Dengan kata lain, ada kesenjang-an kesenjang-antara 10 sampai 60%.

Keandalan Biologis Benih Sudah Meluntur

Mengapa TFP pangan melambat? Ada be-berapa penyebabnya, mencakup faktor biolo-gis (high-yielding varieties atau Varietas Unggul

Baru/VUB), praktek usaha tani (cultural prac-tices), kondisi sosial ekonomi, kelembagan, ke-bijakan, dan tingkat transfer teknologi. Kita se-dang menghadapi gejala diminishing of returns terhadap varietas baru padi, ketika irigasi dan pupuk juga sudah dioptimalkan. Artinya, jika petani ingin menjaga peningkatan produksinya, mereka harus menggunakan input yang lebih tinggi lagi, namun biaya yang dikeluarkan tidak sebanding lagi dengan perolehannya. Daya ma-gis bioloma-gis benih sudah memudar.

Selain faktor biologis, kendala ekonomi juga besar. Secara umum, harga pangan rata-rata dunia semakin menurun sedangkan harga input naik. Akibatnya tingkat keuntungan men-jadi kurang menarik bagi petani-petani yang dominan berskala kecil. Tantangan hama dan penyakit yang juga semakin berkembang me-nyebabkan terbatasnya kemampuan rekayasa benih untuk mengatasinya.

TEKNOLOGI VARIETAS BARU

SULIT JADI ANDALAN

(6)

Bersamaan dengan itu, kesadaran terhadap kelestarian lingkungan semakin meluas, meng-kritik penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan. Perebutan sumber daya air juga se-makin meminggirkan pertanian padi yang bu-tuh air banyak, sedangkan nilai kembalian eko-nominya tidak seimbang. Penyebab lain adalah karena perebutan lahan, dimana lahan-lahan subur beralih ke tanaman non pangan, atau penggunaan ke non pertanian (konversi lahan).

Tantangan Teknologi ke Depan

Jika benih unggul baru sudah tidak mang-kus, lalu apa solusi ke depan? Jawabannya adalah pendekatan partisipatoris (participatory approaches) dengan menerapkan integrated crop management yang tentu saja butuh du-kungan pemerintah.

Kita masih membutuhkan lebih banyak be-ras. FAO menyebutkan bahwa permintaan beras dunia akan melonjak dari 439 juta ton pada ta-hun 2010 menjadi 496 juta ton pada tata-hun 2020, dan menjadi 555 juta ton pada tahun 2035. Se-banyak 67% dari peningkatan tersebut akan ter-jadi di Asia, dengan tambahan yang dibutuhkan adalah 80 juta ton untuk tahun 2035, utamanya di Cina and India. Sementara, wilayah Afrika membutuhkan tambahan 30 juta ton.

Ratusan hasil penelitian mengemukakan hal serupa, yaitu progressive farmers terbukti mampu mencapai hasil lebih tinggi. Artinya, ada permasalahan kesenjangan pengetahuan antar

pert Consultation on Yield Gap and Productivity Decline in Rice Production” yang dilak-sanakan oleh FAO di Roma ta-hun 2000, menyepakati bah-wa kesenjangan hasil (yield gap) sangat bergantung pula kepada ekologi, wilayah, dan musim pertanaman.

Riset masih dapat ber-harap pada pengembangan VUB generasi kedua dan ke-tiga yang mampu mengkom-binasikan high yield potential dengan ketahanan terhadap hama dan penyakit.

Lalu, berapa produktivitas yang masih dapat dicapai di masa mendatang? Laporan Dr Bas Bouman dari IRRI berjudul “Spectacular Rice Yields” (http: irri.org), membahas media massa yang sering melaporkan hasil-hasil spektakuler dari satu dua orang petani. Bagaimana menyika-pi hasil tersebut?

Sebagai contoh, pada 21 November 2012, majalah Oryza Newsletter melaporkan bahwa seorang peneliti di Pakistan mampu mendapat-kan hasil 15 ton per ha dari padi yang tinggi namannya 6 kaki. Angkanya meningkat dari ta-hun sebelumnya dengan hasil 12 ton per ha. Lalu, The Guardian melaporkan pula bahwa seorang petani muda di India berhasil mendapatkan 22.4 ton, sedangkan seorang peneliti di China mem-peroleh hasil 19.4 ton. Namun demikian, seba-gian besar peneliti dan pengamat mengatakan bahwa berita tersebut “too good to be true”.

Satu tulisan IRRI berjudul “Yield increase prospects for rice to 2050” menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang optimal dari satu varietas yang tergolong high yield variety hanya mungkin dicapai bila tidak ada biotic stresses yakni hama dan penyakit, dan abiotic stresses berupa kekeringan, kebanjiran, salinitas, panas dan dingin berlebihan. Hanya dengan ini bisa menekan yield gap sampai di bawah 30%.

Dalam konteks ini, Indonesia pun sudah merancang berbagai program untuk menganti-sipasi hal ini, ketika benih unggul tidak lagi men-jadi jaminan. Caranya adalah dengan

peningkat-Negara Hasil aktual di lapangan (ton/ha) Potensi hasil (ton/ha) Kesenjangan hasil (%) India 4,0 6,8 41,2 Korea 7,0 7,6 7,9 Filipina 5,5 7,5 26,7 Vietnam 6,5 8,5 23,5 Mesir 8,5 10,4 18,3 Madagaskar 4,1 6,0 31,7 Italia 6,0 9,0 33,3 Brazil 5,5 8,5 35,3

(7)

an pengetahuan dan keterampilan petani, serta infrastruktur yang lebih baik.

Peningkatan produksi padi dicapai me-lalui dua jalur, yakni meningkatkan hasil dan menekan kehilangan hasil (losses). Untuk me-ningkatkan hasil, pemerintah sedang memas-salkan teknologi jarak tanam Jarwo (Jajar Le-gowo). Berbagai riset menunjukkan penerapan jajar legowo 4:1 dan 2:1 mampu meningkatkan hasil panen 15 sampai 20%. Sedangkan, untuk menekan kehilangan hasil, salah satunya meng-andalkan alat panen combine harvester yang saat ini sudah ribuan alat didistribusikan Kementan ke petani. Bersamaan dengan itu, pendekatan Pertanian Modern melalui penggunaan alat dan mesin yang efisien akan dapat menarik minat kalangan muda ke pertanian, karena usaha tani padi semakin menguntungkan. Pada tahun 2015 misalnya, sudah digelontorkan traktor roda dua sebanyak 10.000 unit, pompa air 3.425 unit, rice

Varietas (ton/ha) Keunggulan

Ciherang 5-7

Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2, agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 3, dan penyakit hawar daun bakteri strain III, namun rentan terhadap strain IV dan VIII

Mekongga 6.0

Agak peka terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3, dan agak peka terhadap hawar daun bakteri strain IV. Baik ditanam di sawah dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl.

Maro 8.8 Jenis padi hibrida, rentan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3, dan hawar daun bakteri strain III dan IV.

Inpari 18 9.5 Tahan hama wereng cokelat biotipe 1, 2, agak tahan biotipe 3, juga tahan penyakit hawar daun bakteri patotipe III dan

agak tahan patotipe IV.

Inpari 19 9.5 Tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 1, 2, agak tahan biotipe 3, tahan penyakit hawar daun bakteri patotipe III, dan

agak tahan patotipe IV

Inpari 31 8.5 Tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 1, 2, dan 3, penyakit hawar daun bakteri patotipe III, penyakit blas ras

033, dan penyakit tungro ras Lanrang.

Inpari 33 9.8 Tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 1, 2, dan 3, penyakit hawar daun bakteri protipe III, dan tahan penyakit

blas ras 073,sesuai untuk sawah dataran rendah.

Inpari 34

Salin Agritan 8.1 Tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 1, tahan penyakit blas ras 033 dan 173, dan toleran salinitas.

Inpari 35

Salin Agritan 8.3 Agak tahan terhadap wereng cokelat biotipe 1, tahan penyakit blas ras 073, namun rentan tungro

transplanter 5.000 unit, dan traktor roda empat 1.000 unit.

Meskipun demikian, dari sisi biologis benih, potensi hasil dari varietas-varietas padi Indone-sia masih menjanjikan. Hasil produksi per hek-tare aktual saat ini di level petani masih jauh di bawah potensi hasilnya, sebagaimana di level penelitian dan kebun percobaan. Badan Litbang Pertanian masih tetap mengembangkan bebe-rapa teknologi padi yang sedang ditingkatkan karakter biologisnya yakni padi yang toleran genangan (flood-tolerant), tahan kekeringan (drought-tolerant), dan tahan panas (hot-toler-ant). Badan Litbang Pertanian telah melepas berbagai varietas padi unggul baru, baik untuk sawah irigasi, lahan kering dan rawa, juga padi hibrida. Selain itu, secara khusus juga diciptakan padi yang tahan wereng cokelat, antara lain In-pari 18, InIn-pari 19, InIn-pari 31, InIn-pari 33, InIn-pari 34 Salin Agritan, dan Inpari 35 Salin Agritan.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh data penumpang keberangkatan Pengguna Jasa Pelabuhan Tanjung Api-Api pada Tahun 2019 mengalami penurunan, sistem pelayanan yang digunakan

diambil adalah status ekonomi sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas X SMK Nasional Berbah. Penelitian yang dilakukan oleh

Nugroho (2013) mengemukakan hasil sebuah penelitan dimana citra sebuah perushaan dan kualitas pelayanan memiliki peran yang penting terhadap loyalitas pelanggan, hal

Teori-teori sosiologi yang mendukung analisis sosiologi adalah teori-teori yang dapat menjelaskan hakikat fakta-fakta sosial, karya sastra sebagai sistem komunikasi, khusus

Showroom sepeda motor yang dimaksud adalah dealer sepeda motor (bangunan) yang akan menampung kegiatan jual beli berbagai jenis macam­ macam merk sepeda motor

Berdasarkan hasil pemeriksaan diatas, asuhan kebidanan yang diberikan adalah: melakukan informed consent, melakukan pemeriksaan dan beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu

Konsinyasi yang dilakukan pada Pasal 42 ayat (1) UU Pengadaan Tanah tidak memberikan jalan keluar yang tepat, sehingga tidak memberikan perlindungan hukum

Sesuai dengan lingkup masalah yang ditinjau maka penelitian ini bertujuan untuk Adapun tujuan dilakukannya penalitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan