BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal
Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem
keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank
komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta
keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar
modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna
memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat
berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek
(Sunariyah, 2000).
2.1.2 Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih
perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham
atau EPS diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata – rata saham biasa yang beredar.
Secara umum Earning Per Share dapat diartikan sebagai laba yang akan diperoleh pemegang saham per lembar sahamnya. Tetapi untuk
mengetahui definisi Earning Per Share lebih lanjut, maka ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para pakar. Definisi Earning Per Share
Menurut Ang (1997), EPS merupakan perbandingan antara laba
bersih setelah pajak pada suatu tahun buku dengan jumlah saham yang
diterbitkan. Di dalam perhitungan EPS, terdapat dua jenis EPS, yaitu :
1. EPS Historis
EPS yang dihitung berdasarkan kinerja perusahaan pada tahun
buku yang telah lampau.EPS historis merupakan nilai yang telah
terjadi pada masa lampau.
2. EPS Proyektif
EPS yang diperkirakan akan terjadi dengan asumsi sesuai dengan
proyeksi kinerja emiten.
Alat ukur yang paling sering digunakan adalah Earning Per Share (EPS) Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan
mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya ke masyarakat luas (go public) karena investor maupun calon investor berpandangan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk
melakukan prediksi mengenai besarnya dividen per saham dan tingkat
harga saham dikemudian hari, serta EPS juga relevan untuk menilai
efektivitas manajemen dan kebijakan pembayaran dividen.
Earning Per Share (EPS) sebagai suatu rasio yang biasa digunakan dalam prospektus, bahan penyajian, dan laporan tahunan kepada
tersedia bagi pemegang saham biasa) dibagi dengan rata-rata tertimbang
dari saham biasa yang beredar yang akan menghasilkan laba per saham.
Sehingga Earning Per Share (EPS) merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar.
Menurut Darmadji (2001), semakin tinggi nilai EPS akan
menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang
disediakan untuk pemegang saham. Dengan meningkatnya laba maka
harga saham cenderung naik, begitu juga sebaliknya, hal itu juga akan
diikuti perubahan return sahamnya.
Menurut Darmadji & Fakhruddin (2006) “Earning Per Share merupakan rasio yang menunjukan bagian laba untuk setiap saham yang diperoleh investor.”Sedagkan menurut Sawidji Widoatmodjo (2005)
“Earning Per Share merupakan rasio antara pendapatan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar”. Dengan demikian bila seorang
investor ingin meraih keuntungan berupa earning per share, maka perlu memahami kondisi keuangan suatu perusahaan yang disajikan dalam
bentuk laporan keuangannya.
Earning Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham yang
beredar. Earning Per Share (EPS) menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Earning Per
Share (EPS) dihitung dengan rumus berikut (Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin,2006):
EPS = Laba Bersih Jumlah Saham Beredar
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi EPS
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Earning Per Share adalah
1) Penggunaan hutang
Menentukan sumber dana untuk menjalankan perusahaan,
manajemen dituntut untuk mempertimbangkan kemungkinan
perusahaan dalam struktur modal yang mampu memaksimumkan
harga saham perusahaannya. Menurut Brigham dan Houston yang
dialihbahasakanoleh Dodo Suharto dan Herman Wibowo (2001)
bahwa “Perubahan dalam penggunaan hutang akan
mengakibatkan perubahan laba per lembar saham (EPS) dan
karena itu juga mengakibatkan perubahan harga saham”.Dari
penjelasan tersebut terlihat bahwa perubahan penggunaan hutang,
merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat besaran EPS.
Selain itu, seperti yang dikemukakan oleh Wild et al (2008) bahwa “motivasi utama perusahaan memperoleh pendanaan usaha
melalui utang adalah potensi biaya yang lebih rendah.Dari sudut
pandang pemegang saham, utang lebih murah dibandingkan dengan pendanaan ekuitas”. Pendapat tersebut didasarkan oleh
karena bunga sebagian besar jumlahnya tetap, dan jika bunga lebih
kecil dari pengembalian yang diperoleh dari pendanaan utang,
selisih lebih atas pengembalian akan menjadi keuntungan bagi
investor ekuitas. Selain itu, karena bunga merupakan beban yang
dapat mengurangi pajak sedangkan dividen tidak, dampaknya
adalah besarnya pajak yang ditanggung perusahaan akan semakin
kecil sebagai akibat dari penggunaan utang dalam struktur modal
perusahaan sehingga pada akhirnya adalah terjadi kenaikan pada
EPS.
2) Tingkat laba bersih sebelum bunga dan pajak (EBIT)
Dalam memenuhi sumber dananya, manajemen pun dihadapkan
pada beberapa alternatif sumber pendanaan, apakah dengan
modal sendiri atau dengan pinjaman (modal asing). Menurut Sutrisno (2001) “Dalam memilih alternatif sumber dananya tersebut,
perlu diketahui pada tingkat profit sebelum bunga dan pajak
(EBIT=Earning Before Interest and Tax) berapa apabila dibelanjai dengan modal sendiri atau hutang menghasilkan EPS yang sama”.
Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat laba bersih
sebelum bunga dan pajak (EBIT) merupakan faktor yang
mempengaruhi besarnya laba per lembar saham.
2.1.4 Faktor penyebab kenaikan dan penurunan laba per saham 1. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar
2. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar
turun
3. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar
turun
4. Presentase kenaikan laba besih daripada presentase kenaikan
jumlah lembar saham biasa yang beredar
5. Presentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar
lebih besar daripada presentase penurunan laba bersih.
Sedangkan penurunan laba per saham dapat disebabkan karena:
1. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar
naik
2. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar
tetap
3. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar
naik
4. Presentase penurunan laba bersih lebih besar daripada presentase
penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar
5. Presentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang berdar lebih
besar daripada presentase kenaikan laba bersih
Jadi bagi suatu badan usaha nilai laba per saham akan meningkat
apabila presentase kenaikan laba bersihnya lebih besar daripada
presentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar. (Weston
2.1.5 Harga Saham
Dalam melakukan investasi pada pasar modal, khususnya saham,
perubahan harga pasar menjadi perhatian penting bagi para investor,
selain kondisi emiten dan keadaan perekonomiannya. Harga saham yang
digunakan dalam melakukan transaksi di pasar modal merupakan harga
yang terbentuk dari mekanisme pasar yaitu permintaan dan penawaran
pasar.
Harga Saham adalah sebesar nilai sekarang atau present value dari
aliran kas yang diharapkan akan diterima. Harga saham selalu mengalami
perubahan setiap harinya. Bahkan setiap detikpun harga saham dapat
berubah. Dalam melakukan investasi pada pasar modal, khususnya
saham perubahan harga pasar menjadi perhatian penting bagi para
investor, selain kondisi emiten dan keadaan perekonomiannya.
Secara Umum saham adalah “surat Tanda Kepemilikan
Perusahaan”. Pengertian harga saham menurut Jogiyanto (2000), adalah
Harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang
ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan
penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal.
Menurut Hartono (1998), Harga saham adalah harga yang terjadi di
pasar bursa pada waktu tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar yaitu
permintaan dan penawaran pasar. Harga saham dipengaruhi oleh 4 aspek
yaitu: pendapatan, dividen, aliran kas, dan pertumbuhan. Pada penelitian
dimana harga saham dianggap sebagai nilai sekarang dari seluruh dividen
yang diharapkan di masa mendatang.
Menurut Kesuma (2009), Harga saham adalah nilai nominal
penutupan (Closing Price) dari penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas yang berlaku
secara reguler dipasar modal di Indonesia.
Menurut Suad (2005), penentuan Harga saham yang seharusnya
telah dilakukan oleh setiap analisis keuangan dengan tujuan untuk bisa
memperoleh tingkat keuntungan yang menarik.
Harga saham yang digunakan dalam melakukan transaksi di pasar
modal merupakan harga yang terbentuk dari mekanisme pasar yaitu
permintaan dan penawaran pasar. Oleh karena itu, investor harus mampu
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham.
Menurut Taufik (2004), didalam kamus saham terdapat jenis-jenis
harga saham antara lain:
1. Ask Price, yaitu harga terendah yang ditawarkan untuk menjual 2. Bid Price, yaitu harga tertinggi yang diminta untuk membeli
3. Harga pembukuan (open), yaitu harga yang terjadi pertama kali pada saat jam Bursa dibuka
4. Harga penutupan (close), yaitu harga yang terjadi terakhir pada saat akhir jam Bursa
5. Harga tertinggi/terendah, yaitu harga saham yang paling tinggi
6. Harga nominal, yaitu harga yang diberikan dan tertulis pada suatu
saham atau obligasi
7. Harga pasar, yaitu harga jual beli yang sedang berlaku dipasar
8. Harga perdana, yaitu harga pada waktu pertama kali suatu efek
dikeluarkan/ditawarkan kepada masyarakat.
2.1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Saham
Menurut Weston dan Brigham (2001), faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham adalah :
1. Laba per lembar saham (Earning Per Share/EPS)
Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan
menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba
per lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan
memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong
investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga
harga saham perusahaan akan meningkat.
2. Tingkat Bunga
Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara :
a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham
dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan
menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini
akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan
b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga
adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah
laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan
ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan.
c. Jumlah Kas Deviden yang diberikan Kebijakan pembagian
deviden dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan
dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba
ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga
saham, maka peningkatan pembagian deviden merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari
pemegang saham karena jumlah kas deviden yang besar
adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham
naik.
d. Jumlah laba yang didapat perusahaan
Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan
yang mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan
prospek yang cerah sehingga investor tertarik untuk
berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi harga saham
perusahaan.
e. Tingkat Resiko dan Pengembalian
Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan
perusahaan. Biasanya semakin tinggi resiko maka semakin
tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima.
2.1.7 Nilai Saham
Nilai Saham Apabila harga pasar lebih tinggi dari nilai intrisiknya,
maka saham tersebut layak untuk dijual, karena dinilai terlalu tinggi
Sebaiknya, apabila harga pasar lebih rendah dari nilai intrisiknya, maka
saham tersebut layaknya untuk dibeli, karena dinilai terlalu rendah. Nilai
Saham dapat ditentukan dengan mendiskontokan nilai arus kas, earning, dan dividen. Dividen dapat dianggap sebagai arus kas yang diterima
investor, maka dinamakan model diskonto dividen.Model Diskonto Dividen
(dividend discount model) untuk menghitung nilai intrisik saham adalah sebagai berikut 𝑃𝑜 = Dt 1 + K t ∞ 𝑡=1 Ket :
Po : Harga saham pada periode
Dt : Dividen yang diterima pada periode t
2.1.8 Hubungan antara Earning Per Share (EPS) dengan Harga Saham
Tandelilin (2001) menyatakan bahwa EPS berhubungan positif
dengan harga saham sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara earning dengan perubahan harga saham.
Noer Sasongko dan Nila Wulandari (2006) menemukan bahwa EPS
berhubungan positif dan signifikan terhadap harga saham.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Dwiatma patriawan (2011) dengan judul: “Analisis Pengaruh Earning per Share (EPS), Return on equity (ROE), dan Debt to equity ratio (DER) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Wholesale and Retail Trade Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Tahun 2006 – 2008”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menguji pengaruh Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham. Penelitian ini diambil karena masih terdapat perbedaan penelitian antara penelitian yang satu
dengan yang lain serta terdapat perbedaan antara keadaan riilnya dari
data penelitian dengan teori yang ada. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan data sekunder. Teknik sampel yang digunakan adalah
purposive sampling. Dari dua puluh empat perusahaan, hanya diambil
lima belas perusahaan, karena memiliki laporan keuangan secara lengkap
regresi linier berganda. Dengan menggunakan analisa regresi, maka
dapat diketahui bahwa Earning per Share berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan harga saham, Return on Equity berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan harga saham.
Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap perubahan harga saham. Dari penelitian yang dilakukan, maka diperoleh
kesimpulan bahwa harga saham dipengaruhi oleh Earning per Share. Penelitianyang dilakukan oleh intan (2009) membuktikan bahwa
terdapat pengaruh DPS dan EPS terhadap harga saham pada
perusahaan go public di bursa Efek Indonesia. Dengan periode penelitian
dari tahun 2005-2007.Metode analisis yang digunakan adalah metode
regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa EPS memiliki pengaruh yang
sangat signifikan terhadap harga saham, sebagaimana ditunjukkan oleh
angka signifikannya sebesar 0,000<0,05, setelah diuji t. dari hasil
penelitian ini, variabel EPS memiliki koefisien regresi bertanda positif
sebesar 0,82 artinya apabila terjadi perubahan variabel EPS sebesar 1%,
akan menaikkan harga saham sebesar 0,826 atau 82,6%. Selain itu, hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa DPS memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap harga saham, sebagaimana ditunjukkan oleh angka
signifikannya sebesar 0,2667>0,05 setelah dilakukan uji t. dari hasil
0,110, artinya apabila terjadi perubahan variabel DPS sebesar 1%, akan
menaikkan harga saham sebesar 0,110 atau 11%.
Penelitian yang dilakukan oleh Nunik Setyarini (2009) untuk
menganalisis pengaruh EVA, ROE, dan EPS terhadap return saham pada
perusahaan otomotif yang listed di Bursa Efek Indonesia, dengan periode penelitian tahun 2005 – 2008. Sampel penelitian adalah perusahaan
otomotif yang listed di BEI sebanyak 6 perusahaan. Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel adalahpurposive sampling.Teknik analisis yang digunakan adalah linier berganda.
Hasil uji F menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh variabel EVA (X1), ROA (X2), dan EPS (X3)
terhadap return saham (Y)adalah tidak signifikan, sehingga hipotesis yang
diajukan tidak terbukti kebenarannya. Berdasarkan hasil uji t didapatkan
variabel-variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap return
saham perusahaan otomotif. Asumsi peneliti, jika hasil uji F tidak
signifikan, maka hasil uji t pasti tidak signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurmalasari Indah (2012) dengan judul :” Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham
Emiten Lq45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008”.
Studi kasus yang diambil pada perusahan-perusahaan emiten LQ45
diakhir tahun 2005-2008.Variabel independen yang digunakan terdiri dari
ROA, ROE, NPM, dan EPS. Pengujian terhadap penelitian ini dilakukan
yaitu autokorelasi, multikoliniearitas, dan heteroskedastisitas. Setelah itu
dilakukan uji regresi linier berganda yang dilakukan untuk menentukan
persamaan regresi yang menunjukkan hubungan variabel terikat yang
ditentukan dengan dua atau lebih variabel bebas.Uji F yang dilakukan
untuk mengetahui apakah empat variabel bebas secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Dan yang terakhir
Uji-t digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas
secara individu terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel lain
bersifat konstan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Return On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) memilki berpengaruh terhadap harga saham sedangkan rasio keuangan yang lainnya tidak berpengaruh.Untuk
rasio keuangan yang terdiri dari NPM, ROE, ROI dan EPS berpengaruh
secara bersama-sama terhadap harga saham pada tahun 2005-2008.
2.3 Pengaruh EPS Terhadap Harga Saham
Earning per Share (EPS) adalah rasio antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham (Tjptono Darmadji dan Hendy M
Fakhuddin, 2006). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan
besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua
pemegang saham perusahaan. Seorang investor membeli dan
mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan
memperoleh dividen atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran dividen dan kenaikan nilai saham dimasa datang.
Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka
EPS yang dilaporkan perusahaan (Dwi Prastowo dan Rifka Julianty,
2002). Apabila Earning per Share (EPS) perusahaan tinggi, akan semakin banyak investor yang mau membeli saham tersebut sehingga
menyebabkan harga saham akan tinggi (Dharmastuti, 2004). Pernyataan
tersebut di perkuat oleh hasil penelitian Puji Astuti (2002),
2.4 Kerangka Berpikir
Analisa yang digunakan terhadap laporan keuangan akan
mengarahkan kepada penarikan kesimpulan tentang kondisi keuangan
perusahaan. Dalam hal ini, peneliti ingin melihat kemampuan perusahaan
dalam melakukan pembayaran terhadap kewajiban jangka pendeknya dan
melihat juga sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan keuntngan.
Salah satu rasio yang juga berperan dalam kinerja profitabilitas
perusahaan adalah Earning Per Share (EPS), dimana EPS dapat digunakan untuk menentukan keuntungan per lembar saham. Pendekatan
ini didasarkan hasil yang diharapkan pada perkiraan laba per lembar
saham di masa yang akan datang, sehingga dapat diketahui berapa lama
invetasi saham akan kembali. Earning Per Share sebagai ukuran profitabilitas perusahaan yang menjadi dasar penetapan tujuan
perusahaan dan juga sebagai dasar pertimbangan calon investor dalam
mengambil keputusan, memiliki banyak faktor yang mempengaruhi.
Variabel-variabel yang mempengaruhi EPS diperoleh dari penguraian
profitabilitas dan rasio-rasio yang berkaitan dengan kemampuannya
dalam memenuhi kewajibannya. Jadi asumsinya adalah tingginya EPS
sebagai indikasi tingginya harga saham dan sebaliknya rendahnya EPS
sebagai indikasi turunnya harga saham perusahaan. (Rosyadi,2012).
Studi dari Purnmo (1998) dan Topkis (1998) sampai pada suatu
kesimpulannya bahwa Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
Adapun kerangka pikir peneliti dalam penelitian dinyatakan dalam
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Earning Per Share menurut Sawidji Widoatmodjo (2005) merupakan rasio antara pendapatan setelah pajak dengan jumlah saham beredar
Harga saham menurut Jogiyanto (2000), adalah Harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar modal
Dasar Teori
semakin tinggi nilai EPS akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Dengan meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik, begitu juga sebaliknya, hal itu juga akan diikuti perubahan return sahamnya. Darmaji (2001)
Penelitian Tedahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Dwiatma patriawan (2011) dengan judul: “Analisis Pengaruh Earning per Share (EPS), Return on equity (ROE), dan Debt to equity ratio (DER) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Wholesale and Retail Trade Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006 – 2008”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham. Penelitian ini diambil karena masih terdapat perbedaan penelitian antara penelitian yang satu dengan yang lain serta terdapat perbedaan antara keadaan riilnya dari data penelitian dengan teori yang ada.
Harga Saham
1. Laba per lembar saham (Earning Per Share/EPS) 2. Tingkat Bunga
3. Jumlah Kas Deviden yang Diberikan 4. Jumlah laba yang didapat perusahaan 5. Tingkat Resiko dan Pengembalian
2.5 Pengajuan Hipotesis
Menurut sugiyono (2011) Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori
yang relevan, belum di dasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data.
Dalam penelitian ini yang menjadi hipotesis yaitu : di duga terdapat
pengaruh earning per share terhadap harga saham pada kedua perusahaan rokok